Anda di halaman 1dari 11

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Golongan Fenol yang bertujuan untuk
membedakan fenol monovalent dengan fenol polyvalent dan untuk
mengidentifikasinya. Prinsip percobaan ini adalah berdasarkan perubahan warna
yang terjadipada tiap-tiap sampel setelah penambahan larutan-larutan tertentu.
Dan dapat disimpulkan pula bahwa tiap-tiap senyawa mempunyai karakteristik
tersendiri.

Kata kunci : Fenol, nipagin, nipasol, α-naphtol, β-naphtol, resorcin.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dimedium tertentu. Pada kromatografi
komponen-komponen akan dipisahkan antara 2 fase diam dan fase gerak. Fase
diam akan menahan komponen campuran sederhana sedangkan fase gerak akan
melarutkan zat komponen campuran komponen yang mudah tertahan pada fase
diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang akan mudah larut dalam fase
gerak akan bergerak lebih gerak.
Kafein adalah senyawa alkaloid xantina terbentuk kristal dan berasa pahit
yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein
ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman Frienolrishrange pada tahun 1819. Ia
menciptakan istilah kafein untuk merujuk pada senyawa kimia kopi. Kafein juga
disebut guaranine kitika ditemukan pada guasa.
Obat yang bersifat analgesik dan antipireutik merupakan obat yang paling
banyak di konsumsi masyarakat, karena obat sini dapat berkhasiat menyembuhkan
deman, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang berkhasiat analgesik dan
antipireutik ini mengandung zat aktif yang disebut acetaminophen atau yang lebih
dikenal dengan sebutan paracetamol.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pemisahan dari
campuran paracetamol,salisilamida,caffein dengan KLT..
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kromatografi kapis tipis adalah suatu teknik yang sederhana yang banyak
digunakan,metode ini digunakan lempengan kaca atau lembaran plastik yang
ditutup penyerap atau lapis tipis dan kering. Untuk menotolkan larutan cuplikan
pada lempengan kaca. Pada dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipet kapiler.
Setelah itu bagian bawah dari lempengan dicelup dalam larutan pengelusi didalam
metografi absorpsi, fase diam berupa padatan dan fase geraknya dapat
berupacairan dan gas zat terlarut yang diabsorpsi oleh permukaan
partikel(Soebagio,2002)
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yaitu dilapisi dengan
absorben tersebut seperti silika gel alumunium oksida (alumunium) maupun
selulosa. Absorben tersebut berperan sebagai fase diam fase gerak yang digunakan
dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan dengan
polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang
berbeda polaritas. Sehingga didapatkan perbandingan tertentu.kepolaran eluen
sangat berpengaruh terhadap Rf yang diperoleh(Gandjar,2007)
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji
kopi, daun teh dan biji cokelat. Kafein memiliki efek farmakologis yang
bermanfaat secara klinis, seperti menstimulansasi sususan saraf pusat, kafein
hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang bnyak
dan rutin. Namun,kecanduan kafein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika
maupun narkotika,karena gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua hari setelah
dikonsumsi(Rachdiati,2008).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah plat KLT,chamber
kaca,alat sinar ultra violet, dan peralatan lainnya,
Bahan-bahan yang digunakan adalah Caffein ,Salisilamida ,Paracetamol,
metanol, reagen dragendroff.

3.2 Konstanta Fisik


Table 3.1 Konstanta Fisik
NO BAHAN BM (g/mol) TD (0C) TL (OC) SIFAT
1. Kafein 194,19 178 227-228
2. Paracetamol 151,17 80,1 169
3. Salisilamida 137,14 204-206 83 Korosif,rasa asam
4. H2O 18 100 0 Aman
5. Metanol 32,04 65,5 177 Korosif

Sumber : Farmakope Indonesia.Edisi IV.

3.3 Prosedur Kerja


1. Salisilamida
 \Dilarutkan dalam pelarut metanol
 Ditotolkan pada plat KLT
 Dipilih pelarut pengelusi disesuaikan dengan hasil analisa
 Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut pengelusi
 Dilihatflouresensi dibawah sinar ultraviolet
 Disemprot plat KLT dengan reagen Dragendroff
2. Coffein
 Dilarutkan dalam pelarut metanol
 Ditotolkan pada plat KLT
 Dipilih pelarut pengelusi disesuaikan dengan hasil analisa
 Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut pengelusi
 Dilihatflouresensi dibawah sinar ultraviolet
 Disemprot plat KLT dengan reagen Dragendroff
3. Paracetamol
 Dilarutkan dalam pelarut metanol
 Ditotolkan pada plat KLT
 Dipilih pelarut pengelusi disesuaikan dengan hasil analisa
 Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut pengelusi
 Dilihatflouresensi dibawah sinar ultraviolet
 Disemprot plat KLT dengan reagen Dragendroff
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.1.1 data hasil pengamatan


NO. Sampel Jarak Noda Jarak Pelarut Nilai Rf
1 Paracetamol 9,8 Cm 15 Cm 0,6 Cm
2 Coffein + 9,8 Cm 15 Cm 0,6 Cm
paracetamol
Sumber : Laboratorium AKAFARMA YHB Banda Aceh, 09-NOVEMBER 2017.

4.2 Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pada pergerakan antara gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen(berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul terlarut dalam fase
gerak,akan melewati kolom yang merupakan fase diam.
Kromatografi lapis tipis adalah pemisahan zat berdasarkan kepolarannya,
prinsipnya ada dua yaitu partisi dan absorpsi. Bila fase diam beruapa zat padat
yang aktif,maka dikenal istilah kromatografi penyerapan. Bila fase diam berupa
zat cair,maka teknik ini disebut dengan kromatografi pembagian metodenya ada
dua, fase gerak(pelarutnya) dan fase diam (sampelnya).
Semua kromatografi memiliki fase diam(dapat berupa padatan atau
kombinaasi cairan padatan) dan fase gerak(berupa cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen yang bergerak pada laju
yang berbeda.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan ialah obat-obatan yaitu caffein
dan paracetamol. Paracetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok
analgesik atau pereda rasa sakit. Coffein adalah senyawa alkaloid xantina
berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang
psikoaktif dan diuretik ringan, coffein juga bersifat basa lemah. Dipercobaan ini
digunakan plat kromatografi,pada plat kromatografi buatlah base line yang
digunakan sebagai tempat penotolan larutan dari sampel yang berjarak 1 Cm dari
tepi bawah plat kromatografi. Jarak tempuh eluen pada plat kromatografi ialah 7
Cm, palt kromatografi ini adalah fase diam dalam percobaan ini. Prinsip kerjanya
memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut yang digunakan. Teknik ini menggunakan fase diam dari bentuk
silika.silika sangat polar dan karena gugus –OH dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya.silika pada umumnya
mengandung bahan tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya
lekatnya.silika digunakan sebagai adsorben untuk kromatografi senyawa-senyawa
netral asam dan basa. Selain itu, silika mempunyai efek pemisahan melalui proses
adsorpsi dan partisi.
Dalam peercobaan ini disiapkan absorben yang kering agar mampu
menyerap noda larutan sampel dengan baik. Proses penotolan dilakukan dengan
menggunakan pipet kapiler karena sampel yang akan dianalisis hanya dibutuhkan
sedikit serta dilakukan secara hati-hati dan diusahakan noda tidak melebar di
absorben. Eluen yang didapat dalam campuran dari n-butanol dan asam asetat.
Campuran berfungsi agar tiap sampel dengan gugus yang berbeda dapat
diidentifikasi.
Jarak noda yang dihasilkan untuk paracetamol dan campuran sama yaitu 9,8
Cm dan nilai Rf-nya 0,6 Cm, dengan menggunakan pelarut pengelusi
metanol:aquadest:ammoniak dengan perbandingan 70:29:1 dalam 10 ml. Karena
nilai Rf-nya sama maka dapat disimpulkan bahwa dalam sediaan obat tersebut
mengandung paracetamol dan cafffein.
Nilai Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Nilai ini merupakan ukuran kecepatan mikrasi suatu
senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran
karakteristik dan dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Nilai
Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :pelarut yang digunakan,jenis serta
ketebalan lapisan suhu,kejenuhan ruangan akan pelarut,kelembapan udara,
konsentrasi dan komposisi larutan yang akan didefinisikan,pencemaran pelarut
dan ketidakhomogen lempeng.
Secara teoritis nilai Rf yang bagus itu berkisar antara 0,2-0.8 apabila kurang
dari 0,2 maka artinya terlihat seperti memisah tetapi aslinya tidak memisah. Jika
lebih besar dari 0,8 mungkin saja itu terlalu besar terjadi karena fase gerak terlalu
kuat sehingga terbawa oleh fase geraknya. Dari hasil percobaan, nilai Rf yang
bagus itu terdapat pada sampel paracetamol dengan nilai Rf-nya =0,6
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :


1. Eluen yang digunakan ialah n-butanol dan asam asetat (7:3).
2. Penotolan sampel menggunakan pipet kapiler.
3. Nilai Rf yang bagus terdapat pada sampel paracetamol.
4. .Nilai Rf yang didapatkan paracetamol 0,6 Cm dan campuran 0,6 Cm.
DAFTAR PUSTAKA

Rohman,A dan,Ganjar, G. .2010. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka


Pelajar:Yogyakarta
Soebarjo,dkk.1999. Kimia Analitik II. FMIPA UN Malang : Malang
Rachdiati,Henny dan Risso D hutagol dan Erna Rosdiana.Penentuan Waktu
Kelarutan Paracetamol pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol 1-8
No 1 : 1-6,Juni 2008.KMPA UNB.
LAMPIRAN

Perhitungan Rf :
Jarak tempuh Komponen/Noda
Rf =
Jarak tempuh eluen

9,8 Cm
 Baku : Rf = = 0,6 Cm
15 Cm
9,8 Cm
 Campuran: Rf = = 0,6 Cm
15 Cm

Elueun yang digunakan dalam 10 ml


Metanol : aquadest : ammoniak
70 : 29 : 1

70
 Metanol : X 10 ml = 7 ml
100
29
 Aquadest : X 10 ml = 2,9 ml
100
1
 Ammoniak : 100 X 10 ml = 0,1 ml

Anda mungkin juga menyukai