Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 2

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Disusun oleh:
Ghefira Dhelia Shofa (3311201046)
Dony Agus Alifan (3311201047)
Nur Khalidah Fauziyyah Sadly (3311201048)
Nadya Fitri Fentikasari (3311201050)
Cristin Harnancy (3311201051)

Kelompok 2
Kelas B

Tanggal Pelaksanaan : 29 Desember 2022


Dosen Pembina : apt. Rina Anugrah, M.Si.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


1. Pemisahan zat aktif dalam campuran berdasarkan partisi dan absorpsi
dalam kolom dan fasa greak (kepolaran) yang kemudian hasil pemisahan
dideteksi menggunakan detector ultraviolet-visibel.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui dan memahami cara melakukan optimasi fase gerak dan
menghitung parameternya.
2. Menentukan kadar zat aktif dalam sediaan secara KCKT.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuranberdasarkan


perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam mediumtertentu. Prinsip
pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusikomponen-komponen dalam fase
diam dan fase gerak berdasarkanperbedaan sifat fisik komponen yang akan
dipisahkan (Veronika, 1999).

Pada dasarnya HPLC merupakan perkembangan dari metodekromatografi


kolom. HPLC mengizinkan penggunaan pertikel denganukuran yang sangat kecil
dengan luas permukaan yang lebih besarsehingga interaksi akan semakin besar.
Hal ini akan membuat sistempemisahan akan semakin baik (Hendayana, 2006).
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan
kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan
direkam dalam bentuk kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah
komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran.

HPLC berfungsi sama dengan prinsip kromatografi diatas. Campuran


sampel atau analit yang terlarut dalam cairan larutan dipompa. Ini akan menjadi
fase geraknya, jadi analit masuk ke dalam fase gerak. Larutan fase gerak ini
karena dipompa maka bergerak melewati fase diam dengan tekanan yang tinggi.
Fase diam terdiri dari kolom atau disebut juga kolom HPLC. Ketika sampel
dilewatkan pada kolom maka akan berinteraksi dengan dua fase tersebut (fase
diam dan fase gerak).

Keuntungan Dibandingkan dengan Kromatografi Gas/Gas


Chromatography (GC), HPLC mempunyai kelebihan yaitu dapat untuk analisis zat
yang tidak menguap (volatile) sedangkan pada gas kromatografi zat yang tidak
menguap harus dibuat menguap dahulu baru bisa analisis. Mengubah zat tidak
menguap menjadi menguap ini membutuhkan usaha yang tidak mudah agar
berhasil. Keuntungan menggunakan HPLC untuk analisis adalah membutuhkan
ukuran sampel yang kecil, pengujian dapat dimodifikasi tergantung pada tingkat
kuantifikasi yang diperlukan, dan menghasilkan hasil yang andal.
Kekurangan HPLC adalah membutuhkan analis/SDM khusus untuk
mengoperasikan dikarenakan pengoperasian membutuhkan skill kompetensi
khusus. Hal-hal berhubungan dengan HPLC juga mahal-mahal seperti reagen,
sparepart dan kolom. Harga kolom HPLC bisa sampai puluhan juta rupiah.

Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok
yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak pompa, alat untuk
memasukkan sampel injektor, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase
gerak, tabung penghubung, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Jhonson, 1991; Gandjar, 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar Diagram
Alat dan Komponen KCKT Sumber :

1. Wadah Fase Gerak Wadah fase gerak terbuat dari bahan yang inert
terhadap fase gerak. Bahan yang umum digunakan adalah gelas dan baja
anti karat. Daya tampung wadah harus lebih besar dari 500 mL, yang dapat
digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2
mL/menit.
2. Pompa Untuk mengerakkanmengalirkan fase gerak eluen melalui kolom
diperlukan pompa. Pompa harus mampu menghasilkan tekanan 6000 psi
pada kecepatan alir 0,1 –10 mLmenit. Tujuan penggunaan pompa atau
sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses
penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan,
dan bebas dari gangguan. Pompa ada 2 jenis yaitu pompa volume konstan
dan pompa tekanan konstan. Pompa terbuat dari bahan yang inert terhadap
semua pelarut. Bahan yang umum digunakan adalah gelas baja antikarat
dan Teflon.
3. Injektor Injektor berfungsi untuk memasukkan cuplikan sampel ke dalam
kolom. Suatu injektor dikatakan ideal bila memenuhi kriteria : mudah
digunakan, reprodusibel, dapat menahan tekanan balik yang tinggi.
4. Kolom Kolom berfungsi untuk memisahkan masing-masing komponen.
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis
tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kolom adalah panjang kolom,
diameter kolom, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pengisi kolom, fase
gerak dan tekanan kolom. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok : a.
Kolom analitik: diameter khas adalah 2-6 mm. Panjang kolom tergantung
pada jenis kemasan. Untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-
100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori, umumnya 10-30 cm. b.
Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang kolom 25-100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan
biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan
temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan
kromatografi eksklusi.
5. Detektor Detektor berfungsi untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan
dalam aliran yang keluar dari kolom dan mengukur jumlahnya. Bagian ini
diletakkan sesudah kolom dan dihubungkan dengan pencatat. Detektor-
detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan noise yang
rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapanrespon
untuk semua tipe senyawa. Jenis detektor yang dapat digunakan antara
lain, detektor spektrofotometri ultraviolet-visibel, detektor photodiobe-
array PDA, detektor fluoresensi, detektor indeks kimia dan detektor
elektrokimia.
6. IntegratorPengolah Data Alat pengumpul data seperti komputer, integrator
atau rekorder, dihubungkan dengan detektor. Alat ini akan mengukur
sinyal elektronik yang dihasilkan oleh detektor lalu memplotkannya
sebagai suatu kromatogram yang selanjutnya dapat dievaluasi oleh analis.
Integrator berfungsi untuk menghitung luas puncak. Gandjar, 2007;
Jhonson, 1991.
BAB 3
MONOGRAFI SAMPEL

3.1 Paracetamol

Sinonim 4’-Hidroksiasetanilida

Rumus Molekul C8H9NO2

Struktur Molekul

Berat Molekul 151,16

Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium


hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.
Persyaratan kemurnian Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C8H9NO2, dihitung
terhadap zat kering.
Referensi Farmakope Indonesia Edisi VI hal 1359

3.2 Nipagin (Metil Paraben)

Sinonim - Metil Paraben


- Methyl-4-hydroxybenzoate
Rumus Molekul C8H8O3
Struktur Molekul

Berat Molekul 152,15

Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam


karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Persyaratan kemurnian Metilparaben mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C8H8O3, dihitung
terhadap zat kering.
Konsentrasi (%b/v) Dalam suspense oral konsentrasi (%b/v) = 0,015 –
0,2%
Referensi - Farmakope Indonesia Edisi VI hal 1144
- HOPE edisi 6th hal 442
BAB 4
DIAGRAM ALIR PROSEDUR PERCOBAAN

4.1 Prosedur Penetapan Kadar Parasetamol dan Nipagin dalam Sirup


secara KCKT

Timbang 50 mg parasetamol dan 50 mg nipagin, dilarutkan dalam


aquabidest hingga 50 mL. Buat serangkaian larutan standar
parasetamol dan nipagin dalam aquabidest dengan konsentrasi 1, 10,
40, 100, 160, dan 200 μg/mL. Kemudian saring dengan penyarng
miliphore 0,45 μm.

1 ppm 200 ppm

1 mL ad 10 mL 5 mL ad 25 mL

10 ppm 160 ppm

1 mL ad 10 mL 4 mL ad 25 mL
40 ppm 100 ppm

1 mL ad 25 mL 1 mL ad 10 mL

4.2 Penentuan Waktu Retensi dan Optimasi Fase Gerak Parasetamol


Dibuat larutan induk parasetamol 1000 µg/mL dalam pelarut
aquabidest

Dilakukan pengenceran hingga diperoleh larutan standar
parasetamol standar 100 µg/mL

Disaring menggunakan penyaring miliphore 0,45 µm

Disuntikan ke dalam tabung penyuntik dengan fase gerak
Asetonitril : asam asetat 1%.

Ditentukan waktu retensi

4.3 Penentuan Waktu Retensi dan Optimasi Fase Gerak Nipagin


Dibuat larutan induk nipaginl 1000 µg/mL dalam pelarut
aquabidest

Dilakukan pengenceran hingga diperoleh larutan standar nipagin
standar 10 µg/mL

Disaring menggunakan penyaring miliphore 0,45 µm

Disuntikan ke dalam tabung penyuntik dengan fase gerak
Asetonitril : asam asetat 1%.

Ditentukan waktu retensi

Dibuat campuran 10 mL larutan standar 1000 µg/mL paracetamol
dan 10 mL larutan standar nipagin 10 µg/mL

Dihomogenkan lalu disaring menggunakan penyaring miliphone
0,45 µm

Disuntikan ke dalam lubang penyuntik dengan fase gerak
Asetonitril : asam asetat 1 %

Ditentukan waktu retensi dan panjang alas puncak masing masing
senyawa

Dihitung Faktor kapasitas , Faktor selektifitas dan Resolusi

4.4 Penentuan Kadar Zat Parasetamol dan Nipagin dalam Sirup secara
Simultan
Dipipet sebanyak 1,0 mL sirup ke dalam labu takar 25 mL dan
encerkan dengan aquabidest hingga tanda batas

Dipipet sebanyak 1,0 mL dan encerkan kembali dengan pelarut
yang sama hingga 10,0 mL

Disaring menggunakan penyaring miliphone 0,45 µm

Disuntikan ke dalam lubang penyuntik KCKT

Dihitung luas puncak parasetamol dan nipagin

Ditentukan % kadar masing masing dalam sediaan sirup
BAB 5
HASIL

5.1 Hasil penentuan Waktu Retensi dan Optimasi Fase Gerak Paracetamol
dan Nipagin Tunggal
No Kombinasi Fase tR PCT tR Nipagin
Gerak
1 85:15 1,46 + 1,590 = 1,664 1,86
2 75:25 1,54 2
3 70:30 1,57 2,12

5.2 Hasil Penentuan Waktu Retensi dan Optimasi fase Gerak Campuran
Paracetamol dan Nipagin
No tR PCT tR Nipagin KPCT Knip α R
awal akhir w awal akhir w
1 1,30 1,75 0,45 1,75 2 0,25 0,726 1,187 1,635 1,114
2 1,40 1,75 0,35 1,85 2,10 0,25 0,746 1,268 1,700 1,533
3 1,45 1,75 0,30 2,05 2,20 0,15 0,179 1,345 1,827 2,444

5.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi


1. Perhitungan Pengenceran
 Konsentrasi 1 μg/mL
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 = 10 x 1
10 𝑥 1
V1 = 10
V1 = 1 mL

 Konsentrasi 10 μg/mL
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 100 = 10 x 10
10 𝑥 10
V1 = 100
V1 = 1 mL

 Konsentrasi 40 μg/mL
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 25 x 40
2& 𝑥 40
V1 = 1000
V1 = 1 mL
 Konsentrasi 100 μg/mL
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 x 100
10 𝑥 100
V1 = 1000
V1 = 1 mL

 Konsentrasi 160 μg/mL


V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 25 x 160
2& 𝑥 1(0
V1 = 1000
V1 = 4 mL

 Konsentrasi 200 μg/mL


V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 25 x 200
2& 𝑥 200
V1 = 1000
V1 = 5 mL

2. Diagram Alir Pengenceran


50 mg paracetamol dan 50 mg nipagin dilarutkan dalam aquadest 50 mL
(1000μg/mL)

40 ppm 100 ppm 160 ppm 200 ppm

1ml ad 25ml 1ml ad 4ml ad 25ml 5ml ad 25ml

10ml

10 ppm

1 ml ad 10ml

1 ppm
3. Hasil Pengukuran AUC Larutan
1mL ad Standar Paracetamol dan Nipagin

Konsentrasi μg/mL AUC Paracetamol AUC Nipagin


1 311,341 230,557
10 859.284 526,469
40 2.089,280 3.994,116
160 11.254,424 14.066,160
200 15.065,028 15.888,988

4. Grafik Kurva Kalibrasi

Kurva Kalibrasi Paracetamol Metode KCKT


20000000

15000000 y = 73836x - 153497 R² = 0,994

10000000
Luas Area

5000000

0
0 50 100 150 200 250
-5000000
Konsentrasi (ug/mL)

Kurva Kalibrasi Metil Paraben Metode KCKT


20000000

15000000 y = 82529x + 37379


R² = 0,9946
Luas Area

10000000

5000000

0
050100150200
250
Konsentrasi (ug/mL)

5. Kesimpulan
Dari kurva kalibrasi diperoleh :
a. Persamaan kurva kalibrasi paracetamol, y = 7383 x – 153497
dengan nilai r = 0,996
b. Persamaan kurva kalibrasi nipagin, y = 82529 x +
dengan nilai r = 0,997

5.4 Penentuan Kadar Zat Paracetamol dan Nipagin dalam Sirup


1. Kromatogram Campuran Paracetamol dan Nipagin dalam Sirup
2. Penetuan Kadar Paracetamol dalam Sirup

Pengukuran Volume tR AUC Berat Berat Dosis %Kadar


sampel PCT PCT Hasil Paracetamol PCT (%)
yang Analisis /mL dalam
dipipet (mg) sirup/mL
1 1mL 5,825 58840001 199,745 199,745 125 159,796

3. Penentuan Konsentrasi Nipagin dalam Sirup

Pengukuran Volume tR AUC Berat Hasil Berat Hasil Konsentrasi


sampel Nipagin Nipagin Analisis Analisis (%b/v)
yang (mg) (g)
dipipet
(mL)
1 1mL 6,746 1778982 5,2755 0,0052 0,527

4. Kesimpulan
a. Kadar zat aktif paracetamol dalam sirup tidak memenuhi persyaratan
kadar karena tidak berada dalam rentang persyaratan yaitu 90,0% -
110,0% (Referensi : FI VI halaman 1364)
b. Konsentrasi nipagin dalam sirup tidak memenuhi persyaratan karena
tidak berada dalam rentang persyaratan yaitu 0,015 – 0,2 (Referensi :
HOPE hal 442).
BAB 6
PEMBAHASAN

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan pengembangan dari


kromatografi cair kolom klasik. Kemajuan dalam teknologi kolom, pompa tekanan
tinggi dan detektor yang semakin peka telah menyebabkan kromato grafi cair
kolom menjadi suatu sistem pemisahan yang cepat dan efisien. Pada KCKT
diperkenalkan penggunaan fase diam yang berdiameter kecil dalam kolom yang
efisien, teknologi kolom partikel kecil (3-5 um) tersebut memerlukan sister pompa
bertekanan tinggi yang mampu mengalirkan fase gerak dengan tekanan tinggi agar
tercapai laju aliran berkisar 1-2 mL/menit. Jumlah sampel yang digunakan sangat
kecil ( < 20 Mg) sehingga diperlukan detektor yang sangat peka Dengan teknologi
KCKT in, pemisahan berlangsung sangat cepat dengan daya pemisahan sangat
tinggi.
Kelebihan KCKT:
 Dapat digunakan secara simultan untuk pemisahan dan penetapan kadar
campuran senyawa dengan waktu yang singkat.
 Dapat digunakan untuk menganalisa senyawa organik dan anorganik yang
pada umumnya tidak dapat menguap.
 Dapat digunakan untuk menganalisa sampel yang tidak tahan panas,
karena pengukuran dilakukan pada suhu kamar.

Kekurangan KCKT :
 Sampel yang digunakan harus larut dalam fase gerak.
 Detektorya tidak sepeka detektor kromatografi gas.

Dari hasil penentuan waktu retensi dan optimasi fase gerak parasetamol dan
nipagin tunggal didapatkan bahwa kombinasi fase gerak 85:15 tR PCT 1,46 ;
1,664
; 1,590 dan tR nipagin 1,85. Untuk 75:25 tR PCT 1,54 dan tR nipagin 2. Untuk
70:30 tR PCT 1,57 dan tR nipagin 2,12.
Hasil penentuan waktu retensi dan optimasi fase gerak campuran parasetamol
dan nipagin didapatkan kombinasi fase gerak 85:15 tR PCT awal 1,35 ; akhir 1,75
; w 0,4 dan tR nipagin awal 1,75 ; akhir 2 ; w 0,25 dengan Kpct 0,726 ; Knip 1,86
; α 2,561 dan R 1,23.
Kombinasi fase gerak 75:25 tR PCT awal 1,40 ; akhir 1,75 ; w 0,35 dan tR
nipagin awal 1,95 ; akhir 2,1 ; w 0,15 dengan Kpct 0,746 ; Knip 0,683 ; α 1,434
dan R 1,84.
Kombinasi fase gerak 70:30 tR PCT awal 1,45 ; akhir 1,75 ; w 0,30 dan tR
nipagin awal 2,05; akhir 2,25 ; w 0,20 dengan Kpct 0,734 ; Knip 0,843 ; α 1,145
dan R 2,2.
Untuk hasil pengukuran AUC larutan standar parasetamol dan nipagin pada
konsentrasi ug/ml 1, 10, 40, 100, 160, 200 didapatkan AUC parasetamol 311,341 ;
859,284 ; 2,089280 ; 7,614,933 ; 11,254,242 ; 15,065,028 dan AUC Nipagin yaitu
230,557 ; 526,469 ; 3,394,116 ; 11,198,294 ; 14,066,160 ; 185,888,988.
Untuk hasil percobaan penentuan kadar parasetamol dalam sirup didapatkan
pada pengukuran 1 volume sampel yang dipipet sebanyak 1 ml dan tR PCT 5,825
; AUC PCT 58840007 ; berat hasil analisis 199,745 ; berat parasetamol per ml
199,745 mg/ml dengan dosis PCT dalam sirup/ml 125 mg/ml dan % kadar nya
159,7 % sehingga didapatkan % kadar rata-rata 159,796 %.
Untuk hasil percobaan penentuan konsentrasi nipagin dala sirup didapatkan
pada pengukuran 1 volume sampel yang dipipet sebanyak 1 ml dan tR NIP 6,746 ;
AUC NIP 1778982 ; berat hasil analisis (mg) 5,275mg ; berat hasil analisis (g)
0,0052g dengan konsentrasi (% b/v) 0,52 % b/v sehingga didapatkan konsentrasi
rata-rata (% b/v) adalah 0,52 %b/v.
.
BAB 7
KESIMPULAN

1. Berdasarkan nilai k, α dan R maka system kromatografi terbaik yang dapat


digunakan untuk penentuan kadar parasetamol dan nipagin secara simultan
adalah :
Fase Gerak Asetanitril : Asam asetat 1% ( 70:30 )
Kolom Persuit XRs ( c18 )
Detektor UV-258 nm
Lajur Alir 1ml/min
Tekanan 79-80 kgf

2. Dari kurva kalibrasi diperoleh :


a. Persamaan kurva kalibrasi parasetamol, y = 73836x – 153497 dengan
nilai r = 0,994
b. Persamaan kurva kalibrasi parasetamol, y = 82529x – 37379 dengan
nilai r = 0,9946

3. Kadar zat aktif parasetamol dalam sirup tidak memenuhi persyaratan kadar
karena tidak berada dalam rentang persyaratan yaitu 98,0 % - 101,0 %
(Referensi : FI V hal 998).
4. Konsentrasi nipagin dalam sirup tidak memenuhi persyaratan kadar karena
tidak berada dalam rentang persyaratan yaitu 0,015 % - 0,2 % ( Referensi :
HOPE hal 442).
DAFTAR PUSTAKA

- Depkes RI. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 1995.
- Shah H, Jain A, Laghate G, Prabhudesai D. Pharmaceutical excipients. Remingt
Sci Pract Pharm. 2020;633–43.
- Fithriyah, Nurul. 2013. Analisis 𝛼 Tokoferol (Vitamin E) pada minyak Biji
Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
- Anonim. HPLC Prinsip dan Cara Kerja
- Ningtias, Savira Ayu. 2020. HPLC (High Peformance Liquid
Chromatography).
LAMPIRAN

1. Perhitungan K, α, R Fase Gerak 85;15

 Kparacetamol = 𝑡𝑅+𝑡0
𝑡0
Kparacetamol = 1,4(+0,-4(
0,-4(
Kparacetamol = 0,726 ( tidak memenuhi persyaratan)

 Knipagin = 𝑡𝑅+𝑡0
𝑡0
1,-&+0,-4(
Knipagin = 0,-4(
Knipagin = 1,187 (memenuhi persyaratan)

 𝐾𝑛0𝑝𝑎30𝑛
α = 𝐾𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
1,1-:
α = 0,:2(
α = 1,635 (memenuhi persyaratan)

 2 𝑥 (𝑡𝑅 𝑛0𝑝𝑎30𝑛+𝑡𝑅 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙)


R= 𝖶𝑛0𝑝𝑎30𝑛+𝖶𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
2 𝑥 (1,-&+1,4()
R = 0,2&?0,4&
R = 1,114 (tidak memenuhi persyaratan)

2. Perhitungan K, α, R Fase Gerak 75; 25

 Kparacetamol = 𝑡𝑅+𝑡0
𝑡0
Kparacetamol = 1,&4+0,--2
0,--2
Kparacetamol = 0,746 ( tidak memenuhi persyaratan)

𝑡𝑅+𝑡0
 Knipagin =
𝑡0
2,00+0,--2
Knipagin = 0,--2
Knipagin = 1,268 (memenuhi persyaratan)

 𝐾𝑛0𝑝𝑎30𝑛
α = 𝐾𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
1,2(-
α = 0,:4(
α = 1,700 (memenuhi persyaratan)

 2 𝑥 (𝑡𝑅 𝑛0𝑝𝑎30𝑛+𝑡𝑅 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙)


R= 𝖶𝑛0𝑝𝑎30𝑛+𝖶𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
2 𝑥 (2,00+1,&4)
R = 0,2&?0,@&
R = 1,533

3. Perhitungan K, α, R Fase Gerak 70:30

 Kparacetamol = 𝑡𝑅+𝑡0
𝑡0
Kparacetamol = 1,&:+0,A04
0,A04
Kparacetamol = 0,736 ( tidak memenuhi persyaratan)

 Knipagin = 𝑡𝑅+𝑡0
𝑡0
2,12+0,A04
Knipagin = 0,A04
Knipagin = 1,345 (memenuhi persyaratan)

 𝐾𝑛0𝑝𝑎30𝑛
α = 𝐾𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
1,@4&
α = 0,:@(
α = 1,827 (tidak memenuhi persyaratan)

 2 𝑥 (𝑡𝑅 𝑛0𝑝𝑎30𝑛+𝑡𝑅 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙)


R= 𝖶𝑛0𝑝𝑎30𝑛+𝖶𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
2 𝑥 (2,12+1,&:)
R = 0,1&?0,@0
R = 2,444 (memenuhi persyaratan)

4. Perhitungan berat hasil analisis, berat paracetamol/mL dan % Kadar


diketahui :
tR PCT : 5,825
AUC PCT 58840007
Persamaan : y = 73836x - 153497
Jumlah zat aktif pada etiket : 125mg/mL
Perhitungan :
 y = 73836x – 153497
58840007 = 73836x - 153497
1&@4A: ? &- -4000:
x = :@-@(
x = 798,98 μg/mL

 Berat Hasil Analisis


BHA = Nilaix × FP × Jumlah larutan awal
= 798,98 μg/mL × 10/1 × 25 mL
= 199.745 μg
= 199,745 mg
 Berat Paracetamol/mL
BCDEF GEHIJ EKEJIHI (LM)
Berat pct/mL = NOJPLC HELQCJ REKM SIQIQCF (LT)
1AA,:4& LM
= 1 LT
= 199,745 mg/mL

 % Kadar Paracetamol
BCDEF QEDEUCFELOJ QCD LT
%Kadar pct = BCDEF QEDEUCFELOJ QCD LT SEJEL CFIVCF x 100%
1AA,:4& LM/LT
= 12& LM/LT x 100%
= 159,796%

5. Perhitungan berat hasil analisis dan konsentrasi nipagin


diketahui :
tR Nipagin : 6,746
AUC Nipagin 1778982
Persamaan : y = 82529x + 37379
Jumlah zat aktif pada etiket : 125mg/mL
Volume sampel yang dipipet : 1 mL
Perhitungan :
 y = 82529x + 37379
1778982 = 82529x + 37379
@:@:A+1::-A-2
x = -2&2A
x = 21,10292 μg/mL

 Berat Hasil Analisis


BHA = Nilaix × FP × Jumlah larutan awal
= 21,102 μg/mL × 10/1 × 25 mL
= 5.275,5 μg
= 5,2755 mg
= 0,0052 gram

 Konsentrasi Nipagin
BCDEF GEHIJ EKEJIHIH KIQEMIK
Konsentrasi Nipagin = NOJPLC HELQCJ REKM SIQIQCF x 100%
0,00&2 MDEL
= 1 LT x 100%
= 0,527 %

Anda mungkin juga menyukai