Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BAHAYA GHAZAWUL FIKRI,TUJUAN SARANA DAN MEDIA


GHAZAWUL FIKRI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama

Dosen Pengampu: Inayatilah Ridwan, SHI, M.Pd

Disusun Oleh:

1. ANISA DWIJAYANTI (3311201001)


2. NABIL SETIA DARMAWAN SUPARMAN (3311201006)
3. SALSA DILASEFTIANSYA (3311201007)
4. SYAFRINA AMALIA EKA PUTRI (3311201015)
5. RAKA PUTRA PRATAMA (3311201019)
6. PUTRI AFRILYANTY SUPRIATNA (3311201021)
7. AAN AMALIYA LISTIANA (3311201023)

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “BAHAYA GHAZAWUL
FIKRI TUJUAN SARANA DAN MEDIA GHAZAWUL FIKRI” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Inayatilah
Ridwan, SHI, M.Pd pada mata kuliah agama islam .Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ghazawul fikri bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Inayatilah Ridwan, SHI, M.Pd selaku dosen mata
kuliah agama islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cimahi , 22 April 2021

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
C. Tujuan Rumusan Masalah........................................................................................2
D. Manfaat Rumusan Masalah .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3

A. Pengertian ................................................................................................................3
B. Sasaran .....................................................................................................................3
C. Metode yang Digunakan ..........................................................................................4
D. Sarana .......................................................................................................................4
E. Dampak ....................................................................................................................5
F. Bahaya ......................................................................................................................6
G. Sejarah Perkembangan Ghazwul Fikri ....................................................................12
H. Pandangan Ulama dan Cendikiawan Muslim Tentang Ghazwul Fikri ...................15
I. Cara Menghindari Ghazwul Fikri ...........................................................................16
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................18

A. Kesimpulan .............................................................................................................18
B. Saran .......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ghazwul Fikri adalah cara lain dari barat untuk menghadapi umat islam khususnya dalam
merusak sendi-sendi islam bahkan keseluruhan. Perang pemikiran berbeda dengan perang
militer atau fisik. Perang pemikiran lebih ‘mudah’, hemat waktu dan biaya bahkan lebih
efektif dari perang fisik yang banyak menguras tenaga juga biaya yang tidak sedikit.
Di era saat ini ghazwul fikri terus berkembang, bahkan menyesatkan kaum-kaum muda
dan intelektual. Biasanya mereka membawa perubahan dan pembaharuan atau modernisasi.
Semua yang mereka kader akan dikondisikan sedemikian rupa dengan segala cara sehingga
rusak dan luntur rasa keagamaan Islamnya, luntur akidah, akhlak dan rusak pemikirannya.
Mereka didekatkan dengan lawan jenisnya yang cantik atau tampan, diajaknya minum-
minum, jalan-jalan, berzinah, atau yang lainnya, diajak diskusi secara kontinyu dengan
tema-tema yang dapat menggiring kepada pelecehan dan perendahan Islam oleh orang-orang
tertentu.
jika yang menjadi korban ghazwul fikri adalah seorang tokoh terkemuka dan
berpengaruh, maka racun ghazwul fikri itu segera menjalar secara cepat, karena tokoh
tersebut akan diikuti dan ditiru oleh pengikut dan penggemarnya. Akhirnya, secara tidak
sadar masyarakat terjerumus kedalam jurang kehidupan yang semakin jauh dari nilai-nilai
dan ajaran Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ghazawul fikri?
2. Apa tujuan dari ghazawul fikri ?
3. Apa sarana dan media yang digunakan dari ghazawul fikri?
4. Bagaimana bahaya dari ghazawul fikri?
5. Bagaimana dampak dari ghazawul fikri?
6. Bagaimana cara mengatasi untuk terhindari dari ghazawul fikri?

1
2

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Mengetahui pengertian ghazawul fikri
2. Mengetahui tujuan dari ghazawul fikri
3. Mengetahui sarana dan media yang digunakan ghazawul fikri
4. Mengetahui bahaya dari ghazawul fikri
5. Mengetahui dampak dari ghazawul fikri
6. Mengetahui cara mengatasi agar terhindar dari ghazawul fikri

D. Manfaat Rumusan Masalah


Manfaat dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah agama serta untuk
menambah pengetahuan serta wawasan mengenai ghazawul fikri mulai dari
pengertian,tujuan, sarana dan media yang digunakan,bahaya serta dampak dari ghazawul
fikri dan cara mengatasi agar terhindar dari ghazawul fikri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Secara bahasa Ghazwul berasal dari kata Ghozwah yang berarti peperangan dan
Fikri berasal dari kata Fikr yang berarti pemikiran, secara istilah bisa diartikan sebagai
penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa
yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar
karena telah bercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami. Dalam arti luas Ghazwul
Fikri adalah cara atau bentuk penyerangan yang senjatanya berupa pikiran, tulisan, ide-
ide, teori, argumentasi, dan propaganda.

Namun demikian ghazwul fikri tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari metode perang yang bertujuan untuk memurtadkan kaum muslimin
dari agamanya, jika tidak tercapai, setidaknya mendangkalkan keagamaan seseorang atau
masyarakat. Ia bukan merupakan tahapan peperangan, akan tetapi sebagai pelengkap dan
penyempurna cara penyerbuan orang-orang kafir terhadap islam dan umatnya.

B. Sasaran

Yang menjadi sasaran tentu saja adalah pola pikir, akhlak (perilaku), dan aqidah
dari kaum muslimin. Apabila seseorang sering menerima paham sekuler, maka ia pun
akan berpikir ala sekuler. Bila seseorang dicekoki dengan pola pikir komunis, materialis,
liberalis, kapitalis atau yang lainya, maka merekapun akan cenderung berpikir dengan
salah satu paham tersebut. Perang pemikiran dilahirkan dalam bentuk media-media baik
cetak maupun elektronik. Dari sana pula timbul persaingan untuk saling memperkenalkan
sesuatunya dan semakin banyak iklan maka semua orang akan melihat dan
menjadikannya sebagai gaya hidup atau properti dalam menentukan jalan hidupnya.

3
4

C. Metode Yang Digunakan

Menurut para pakar yang mengkaji tentang ghazwul fikri, ada beberapa cara atau
taktik yang sering dilakukan oleh para penyerbu (orang kafir), antara lain :

1. Tasykik, yaitu menimbulkan keragu-raguan dan pendangkalan dalam jiwa kaum


muslimin terhadap agamanya. Yang menjadi sasaran utama dalam metode ini adalah
validitas sumber-sumber hukum islam, yaitu Al-quran dan Hadis. Berbagai teori
bohong diungkapkan oleh para orientalis untuk menimbulkan keragu-raguan akan
kebenaran wahyu Allah. Mereka menuduh bahwa isi Al-quran sudah tidak rasional
agar kaum muslimin tidak lagi mengkajinya.
2. Tasywih, yaitu pengaburan. Adalah upaya orang kafir untuk menghilangkan
kebanggaan kaum muslimin terhadap islam dengan cara menggambarkan islam
secara buruk. Seringkali mereka menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis,
ekstrimis, islam garis keras, dan lain-lain. Tentunya julukan tersebut tidak hanya
sebagaihinaan semata bagi kaum muslimin, melainkan juga salah satu bentuk
Tasywih agar kaum muslimin mulai tidak bangga terhadap agamanya sendiri.
3. Tadzwiib, yaitu pelarutan, pencampuradukan antara pemikiran dan budaya islam
dengan pemikiran dan budaya jahiliyah. Tujuanya jelas yaitu agar tidak lagi ada jarak
pemikiran dan budaya islam dengan pemikiran dan budaya kufur, sehingga orang
islam tidak tahu lagi mana pemikiran dan budaya islam dan mana yang bukan.
4. Taghrib, atau pembaratan (westernisasi), yaitu mendorong kaum muslimin untuk
menyenangi dan menerima pemikiran, kebudayaan dan gaya hidup orang-orang barat.
Taghrib berusaha keras untuk mengeringkan nilai-nilai islam dari jiwa kaum
muslimin dan mengisinya dengan nilai-nilai barat yang menyimpang

D. Sarana
1. Pers dan media informasi, dalam dunia modern, pers menempati posisi yang sangat
penting, antara lain adalah dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan
bahwa barangsiapa yang menguasai pers, berarti dapat juga menguasai dunia. Kalau
yang menguasai pers itu adalah orang mukmin, yang benar-benar paham dengan
dakwah dan memang merupakan Da'i, maka pers yang diterbitkanya tentu tidak akan
menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan islam, memojokkan kaum muslimin atau
5

menyakiti umat Nabi Muhammad SAW. Tetapi kenyataan yang membuktikan, di


dunia ini tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya
bukan hanya memojokkan islam, menyakiti hati kaum mukmin, menghina Nabi serta
melecehkan Al-quran, tetapi lebih dari sekedar itu. Musuh-musuh islam telah
menggunakan media sebagai corong yang efektif untuk merontokkan keislaman kita.
Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin umat islam bukanya
memihak islam, tapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah SWT.
Na'udzu biillah min dzaalik!
2. Pendidikan, melalui beasiswa pelajar di negeri barat, perlahan mereka
menyimpangkan pandangan kita terhadap islam. Hingga saat ini sudah banyak
mahasiswa yang diberi beasiswa kuliah di luar negeri dan ketika kembali sudah
menjadi calon tokoh-tokoh kaum liberal.
3. Hiburan & Olahraga, baik hiburan tradisional maupun modern, hingga reality show
sudah mereka manfaatkan. Tidak hanya mendirikan cafe, bioskop, club, lokalisasi,
namun juga memanfaatkan radio, televisi, Hp, internet, dan sebagainya. Selain itu
mereka juga menyebutkan prestasi olahraga sebagai bentuk kepahlawanan yang
pantas dibanggakan, padahal dibalik itu semua banyak perbuatan keji yang ditularkan
kepada umat islam. Seperti judi, menuman keras, menampakkan aurat dan masih
banyak lagi.
4. Yayasan & LSM, dibungkus dalam kemasan islamiseperti bantuan sosial, padahal
dibalik itu mereka menawarkan pertukaran harta dengan agama mereka hingga
akhirnya masyarakat-masyarakat lemah harta (mustad'afin) menjadi korban
pemurtadan.

E. Dampak
1. Perusakan Akhlak, diberbagai media massa, musuh-musuh islam melancarkan
program-program yang bertujuan merusak akhlak generasi muslim mulai dari anak-
anak, remaja, maupun dewasa. Diantara perusakan itu adalah lewat majalah, televisi,
serta musik. Dalam media-media tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-
tokoh terkenal yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari islam. Mulai dari cara
berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan. Dengan cara itu
6

mereka telah berhasil membuat idola-idola baru yang membuat generasi islam
berkiblat kepada mereka.
2. Melarutkan kepribadian islam, Akibat dari itu semua lahirlah generasi muslim yang
tidak berkepribadian. Mereka menjadi tidak percaya diri untuk menampakkan
identitas keislamanya. Nama-nama, model pakaian, bahasa, gaya hidup, pola pikir,
semuanya mereka ganti dengan kebudayaan impor dari barat. Bahkan sebagian
mereka mengatakan apabila kita ingin maju maka kita harus menjiplak barat
seutuhnya.
"Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir,
lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)..." (QS. An-Nisa [4] : 89)
3. Pemurtadan, ini adalah program utama dan yang paling jelas dari ghazwul fikri.
Setelah hilang semangat keislamanya dan dilanjutkan tumbuhnya kekaguman akan
peradaban barat yang semu, maka tahapan selanjutnya adalah menggiring hati kaum
muslimin untuk keluar dari agamanya.
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian hingga kalian murtad dari agama
kalian jika mereka mampu." (QS. Al-Baqarah : 217)

F. Bahaya
1. al-ightirar (tertipu atau terpedaya) oleh musuh-musuh Islam.
Umat menjadi silau pada kekuatan dan kemajuan materi serta konsep-konsep dan
pemikiran ataupun peradaban asing. Mereka menghirupnya tanpa filter seraya
bersikap tak mau tahu bagaimana pandangan agama terhadapnya. Mereka
mengadopsi konsep, sistem, atau pemikiran di bidang ekonomi, pendidikan, politik
dan budaya; menelannya bulat-bulat dengan penuh kebanggaan karena merasa itulah
yang paling baik bagi mereka.

Padahal seharusnya, bagi seorang muslim, wajib bagi mereka untuk menimbang
segala urusan dengan hukum dan syariat Allah Ta’ala. Apa yang sesuai dengannya
dapat kita terima, namun apa yang bertentangan dengannya harus kita tolak mentah-
mentah.
7

‫ﻋ يَ ْفﺘِنُوكَ أ َ ْن َواحْ ذَ ْر ُه ْم أَ ْه َوا َء ُه ْم ﺗَﺘﱠﺒِ ْﻊ َو َﻻ ﱠ ُ أ َ ْنزَ َل بِ َﻤﺎ بَ ْينَ ُه ْم احْ ُك ْم َوأ َ ِن‬ ِ ‫فَﺎ ْﻋﻠَ ْم ﺗ ََولﱠ ْوا فَإِ ْن ۖ◌ إِلَيْكَ ﱠ ُ أَ ْنزَ َل َﻣﺎ بَ ْﻌ‬
َ ‫ﺾ ْﻦ‬
‫ُصيﺒَ ُه ْم أ َ ْن ﱠ ُ ي ُِريد ُ أَنﱠ َﻤﺎ‬ ِ ‫ﺾي‬ ِ ‫ِيرا َوإِ ﱠن ۗ◌ ذُنُوبِ ِه ْم بِﺒَ ْﻌ‬ ً ‫ﺎس ﻣِ ﻦَ َكث‬ ِ ‫لَفَﺎ ِسقُونَ النﱠ‬
“…dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian
dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik.” (QS. Al-Maidah, 5: 49)

Apa yang bertentangan dengan hukum dan syariat Allah Ta’ala harus kita waspadai,
bahkan harus kita musuhi karena ia pasti berasal dari syaitan—musuh bebuyutan
manusia.

َ ‫ش ْي‬
‫طﺎنَ ِإ ﱠن‬ َ ُ‫ﻋد ُوا فَﺎﺗﱠخِ ذُوه‬
‫ﻋد ﱞُو لَ ُك ْم ال ﱠ‬ َ ◌ۚ ‫ب ﻣِ ْﻦ ِليَ ُكونُوا حِ ْزبَهُ يَ ْدﻋُو ِإنﱠ َﻤﺎ‬ ْ َ‫ِير أ‬
ِ ‫ص َحﺎ‬ ِ ‫سﻌ‬‫ال ﱠ‬
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fatir, 35: 6)

Islam sama sekali tidak anti kepada hikmah dan kebaikan darimana pun ia berasal,
asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai hukum dan syariat-Nya. Dalam sebuah
hadits disebutkan,

ُ‫ﺿﺎلﱠةُ ْالحِ ْك َﻤة‬


َ ،‫أ َ َخذَهَﺎ َو َجدَهَﺎ َح ْيث ُ َﻤﺎ ْال ُﻤؤْ ﻣِ ِﻦ‬
“Hikmah itu adalah suatu yang hilang dari seorang mukmin, dimana saja ia
mendapatkannya maka ia mengambilnya”
8

2. ar-rukun (kecenderungan) kepada orang-orang kafir yang memusuhi Islam.


Kekaguman terhadap orang-orang kafir dan tumbuhnya sikap inferior menyebabkan
umat cenderung pada kekafiran. Padahal sikap seperti ini telah diperingatkan oleh
Allah Ta’ala,

‫ظﻠَ ُﻤوا الﱠذِيﻦَ إِلَى ﺗ َْر َكنُوا َو َﻻ‬


َ ‫س ُك ُم‬ ِ ‫ص ُرونَ َﻻ ﺛ ُ ﱠم أَ ْو ِليَﺎ َء ﻣِ ْﻦ ﱠ ِ د‬
ُ ‫ُون ﻣِ ْﻦ لَ ُك ْم َو َﻣﺎ النﱠ‬
‫ﺎر فَﺘ َ َﻤ ﱠ‬ َ ‫ﺗ ُ ْن‬
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan
kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang
penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”
(QS. Hud, 11: 113)

Allah Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya untuk condong hati, menyukai, atau


berbasa-basi terhadap orang-orang zalim yang melanggar hukum-hukum Allah atau
menyenangi perbuatan mereka. Jangan sampai mereka bergantung kepada orang-
orang itu atau menganggap baik jalan yang mereka tempuh.

3. al-mawaddah (mencintai dan berkasih sayang) kepada orang-orang kafir yang


memusuhi Islam
Orang-orang kafir yang memusuhi Islam yang seharusnya mereka lawan, malah
mereka jadikan kawan. Mereka mencintai dan berkasih sayang kepada orang-orang
kafir dan musuh-musuh Islam itu, namun benci dan memusuhi saudara-saudaranya
sendiri sesama muslim. Lalu menganggap sikap ini sebagai sikap bijak dan moderat.
Seharusnya mereka memperhatikan firman-Nya,

‫طﺎنَةً ﺗَﺘﱠخِ ذُوا َﻻ آ َﻣنُوا الﱠذِيﻦَ أَيﱡ َهﺎ يَﺎ‬ َ ‫ﻋ ِنﺘ ﱡ ْم َﻣﺎ َودﱡوا َخ َﺒ ًﺎﻻ يَأْلُونَ ُك ْم َﻻ دُو ِن ُك ْم ﻣِ ْﻦ ِب‬
َ ‫ت ﻗَ ْد‬ َ ‫َو َﻣﺎ أ َ ْف َوا ِه ِه ْم ﻣِ ْﻦ ْالﺒَ ْغ‬
ِ َ‫ضﺎ ُء بَد‬
‫ُور ُه ْم ﺗ ُ ْخفِﻲ‬
ُ ‫صد‬ ُ ‫ت لَ ُك ُم بَيﱠنﱠﺎ ﻗَدْ ۚ◌ أَ ْكﺒَ ُر‬
ِ ‫ﺗَ ْﻌ ِقﻠُونَ ُك ْنﺘ ُ ْم إِ ْن ۖ◌ ْاﻵيَﺎ‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-
hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
9

disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya.” (QS. Ali Iman, 3: 118)

4. at-tha’ah (taat) kepada keinginan orang-orang kafir yang memusuhi Islam.


Karena telah terperdaya, cenderung, dan mencintai mereka, wajar saja jika sebagian
umat ini ada yang senang hati taat dan patuh kepada keinginan-keinginan orang-orang
kafir yang memusuhi Islam. Perilaku seperti ini mirip dengan perilaku munafikin
pada masa lalu.

َ‫س ﱠ ُ ن ﱠَز َل َﻣﺎ ك َِرهُوا لِﻠﱠذِيﻦَ ﻗَﺎلُوا بِأَنﱠ ُه ْم ٰذَلِك‬ ِ ‫ار ُه ْم يَ ْﻌﻠَ ُم َو ﱠ ُ ۖ◌ ْاﻷ َ ْﻣ ِر بَ ْﻌ‬
َ ‫ﺾ فِﻲ نُطِ يﻌُ ُك ْم‬ َ ‫إِس َْر‬
“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata
kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang
Yahudi): ‘Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan’, sedang Allah
mengetahui rahasia mereka.” (QS. Muhammad, 47: 26)

Pada masa lalu orang-orang munafik mengikuti keinginan orang musyrik dan Yahudi,
untuk membantu mereka dalam memerangi dan memusuhi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam yang terus menyeru kepada Islam.

Pada masa kini tidak jarang kita menyaksikan orang-orang yang mengaku dirinya
sebagai muslim yang mau mengikuti apa yang diinginkan orang-orang kafir dan
musuh-musuh Islam untuk memberangus saudara-saudaranya sendiri sesama muslim
dengan berbagai macam pembenaran-pembenaran atas tindakan mereka tersebut.

5. al-ittiba’ (mengikuti) kepada petunjuk-petunjuk mereka.


Padahal Allah Ta’ala telah mengingatkan umat ini dengan firman-Nya,

‫ﺿ ٰى َولَ ْﻦ‬ َ ُ ‫ﺎر ٰى َو َﻻ ْاليَ ُهود‬


َ ‫ﻋ ْنكَ ﺗ َْر‬ َ ‫ص‬ َ ‫بَ ْﻌد َ أَ ْه َوا َء ُه ْم اﺗﱠﺒَﻌْتَ َولَئ ِِﻦ ۗ◌ ْال ُهدَ ٰى ه َُو ﱠ ِ ُهدَى إِ ﱠن ﻗُ ْﻞ ۗ◌ ﻣِ ﻠﱠﺘ َ ُه ْم ﺗَﺘﱠﺒِ َﻊ َحﺘ ﱠ ٰى النﱠ‬
‫ﻲ ٍ ﻣِ ْﻦ ﱠ ِ ﻣِ ﻦَ لَكَ َﻣﺎ ۙ◌ ْالﻌ ِْﻠ ِم ﻣِ ﻦَ َجﺎ َءكَ الﱠذِي‬
ّ ‫ير َو َﻻ َو ِل‬ ٍ ‫َص‬ ِ ‫ن‬
10

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk
(yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 120).

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫سنَﻦَ لَﺘَﺘﱠﺒِﻌُ ﱠﻦ‬َ َ‫ﻋﺎ بِ ِشﺒ ٍْر ِشﺒ ًْرا ﻗَ ْﺒ ِﻠ ُك ْم ﻣِ ْﻦ الﱠذِيﻦ‬ ٍ ‫ﺐ جُحْ ِر فِى دَ َخﻠُوا ْولَ َحﺘﱠى بِذ َِر‬
ً ‫اع َوذ َِرا‬ َ ‫ ﻻَﺗﱠﺒَ ْﻌﺘ ُ ُﻤو ُه ْم‬, ‫سو َل يَﺎ ﻗُ ْﻠنَﺎ‬
ٍّ ‫ﺿ‬ ُ ‫ﱠ ِ َر‬
َ ‫ﺎرى ْآليَ ُهود‬ َ ‫ص‬َ ‫ ﻗَﺎ َل َوالنﱠ‬: ‫فَ َﻤ ْﻦ‬
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu
masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan
mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti
itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR.
Muslim no. 2669)

Imam Nawawi –rahimahullah– ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang


dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dzira’ (hasta) serta lubang dhab (lubang
hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum
muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum
muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan
dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan beliau ini adalah suatu
mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”
(Syarh Muslim, 16: 219)

6. at-tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir.


Karena selalu mengikuti orang-orang kafir dan musuh-musuh Allah, akhirnya umat
ini betul-betul menyerupai mereka baik dalam corak pemikiran, perilaku, dan
11

tampilan fisik. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang


mereka melakukan hal seperti itu.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ ‫ﻣِ ْن ُه ْم فَ ُه َو بِقَ ْو ٍم ﺗ‬
‫شﺒﱠهَ َﻣ ْﻦ‬
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”
(HR. Ahmad dan Abu Daud).
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َ ‫شﺒﱠهَ َﻣ ْﻦ ﻣِ نﱠﺎ لَي‬
‫ْس‬ َ َ ‫بِغَي ِْرنَﺎ ﺗ‬
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR.
Tirmidzi).

7. al-wala’ (loyalitas) kepada orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam.


Inilah akhirnya yang terjadi. Muncul dalam tubuh umat ini orang-orang yang
menyerahkan loyalitasnya kepada orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam; mereka
mencintai, menolong, mengikuti dan mendekat kepada mereka. Padahal Allah Ta’ala
telah melarangnya.

‫ﺎر ٰى ْاليَ ُهودَ ﺗَﺘﱠخِ ذُوا َﻻ آ َﻣنُوا الﱠذِيﻦَ أَيﱡ َهﺎ يَﺎ‬
َ ‫ص‬َ ‫ض ُه ْم ۘ◌ أ َ ْو ِليَﺎ َء َوالنﱠ‬
ُ ‫ﺾ أَ ْو ِليَﺎ ُء بَ ْﻌ‬
ٍ ‫ِإ ﱠن ۗ◌ ﻣِ ْن ُه ْم فَإِنﱠهُ ﻣِ ْن ُك ْم يَﺘ ََولﱠ ُه ْم َو َﻣ ْﻦ ۚ◌ بَ ْﻌ‬
َ ‫الظﺎلِﻤِ ي َﻦ ْالقَ ْو َم يَ ْهدِي َﻻ ﱠ‬
‫ﱠ‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah, 5:
51)
Ayat ini dengan jelas dan tegas melarang umat Islam bergantung kepada orang-orang
kafir yang memusuhi Islam, atau berakrab-akrab dengan intim, saling menolong dan
memberikan loyalitas (kesetiaan); mengikuti dan mencintai serta meminta
pertolongan dan bantuan kepada mereka.
12

Hendaknya mereka merenungi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut


ini,

‫ﻋ َرى أ َ ْوﺛ َ ُق‬ ِ ‫اْ ِﻹ ْي َﻤ‬:‫ فِﻲ اﻻَة ُ ْال ُﻤ َو‬،ِ‫ فِﻲ َو ْال ُﻤﻌَﺎدَاة ُ ﷲ‬،ِ‫ فِﻲ َو ْالحُﺐﱡ ﷲ‬،ِ‫ﺾ ﷲ‬
ُ ‫ﺎن‬ ُ ‫ﷲِ فِﻲ َوالﺒُ ْغ‬
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan permusuhan karena
Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani).

G. Sejarah Perkembangan Ghazwul Fikri

Sejarah Ghazw al-Fikri dimulai sejak meletusnya Perang Salib. Perang tersebut
merupakan konflik antara kaum Muslimin dengan Barat. Tujuan perang tersebut adalah
untuk membebaskan kota suci Jarussalem atau Baitul Maqdis dari tangan kaum
Muslimin.4 Disebut Perang Salib karena orang Kristen Eropa menggunakan tanda Salib
di dadanya sebagai simbol pemersatu dan menunjukkan bahwa peperangan yang
dijalankan adalah perang suci (perang agama). Sepanjang sejarah, kehidupan damai dan
harmonis lebih banyak dijalani umat beragama dibanding konflik.
Di tengah Perang Salib antara umat Kristen dan Islam yang berlangsung selama
ratusan tahun pun banyak sekali ditemukan hubungan sosial antara umat Islam dan
Kristen di wilayah Syiria. Sebuah buku berjudul Crusaders and Muslim in Twelfth-
Century Syria, menggambarkan fenomena hubungan sosial antara muslim dengan
pasukan Salib yang menduduki wilayahnya.
Perang Salib berlangsung dari tahun 1095-1291 M dengan kemenangan berpihak pada
Islam. Karena kekalahan itulah yang menjadi faktor utama lahirnya Ghazw al-Fikri
dengan dendam kaum Kristen yang sangat membara selama berabad-abad. Terlebih
ketika mereka melihat kejayaan dan kecemerlangan ekspansi Islam yang mampu
menduduki wilayah Eropa selama berabad-abad.
Perang Salib telah mengajarkan kepada kaum Kristen bahwa jika mereka
mengibarkan bendera Kristen (Salib) dalam berhadapan dengan kaum muslimin, maka
mereka akan kalah.6 Sejak itu sebagian tokoh Kristen angkat bicara mengenai kekalahan
mereka pada Perang Salib. Mereka menilai Perang Salib merupakan cara yang tidak tepat
untuk menaklukan kaum muslimin. Salah satu tokoh terkenal adalah Pierre Maurice de
Montboissier atau Peter The Venerable atau Petrus Venerabilis (1094-1156).
13

Sekitar tahun 1141-1142, Peter mengunjungi Toledo, Spanyol. Di sana ia menghimpun


sejumlah cendikiawan untuk menerjemahkan karya-karya kaum muslimin ke dalam
bahasa Latin. Kemudian terjemahan tersebut akan digunakan sebagai bahan misionaris
Kristen terhadap dunia Islam. Salah satu usaha sukses Peter adalah terjemahan al-Qur‟an
ke dalam bahasa Latin oleh Robert of Ketton (selesai tahun 1143) yang diberi judul
“Liber Legis Saracenorum Quem Alcorant Vocant”(Kitab Hukum Islam yang
disebut Al-Qur‟an). Inilah terjemahan pertama al-Qur‟an ke dalam bahasa Latin,
yang selama beratus-ratus tahun menjadi rujukan kaum Kristen Eropa dalam melihat
Islam.8 Sasaran utama mereka adalah al-Qur‟an dan Hadis, karena mereka mengetahui
bahwa sumber kekuatan dan kehidupan umat Islam adalah dari kedua kitab itu. Jika
substansi dari kedua kitab tersebut mereka rusak, maka rusak pula pola pemikiran umat
Islam. Oleh karena itu mereka ingin melakukan pengkajian Islam (Islamic Studies) secara
massif, dengan menciptakan kader-kader orientalis yaitu orang- orang Barat yang belajar
keislaman di Timur, namun dengan tujuan untuk menghancurkan Islam itu sendiri.
Mereka ingin membaptis pemikiran kaum muslimin, mengacak-acak ayat-ayat al-Qur‟an,
mencuci otak (brain washing) mereka dengan paham-paham liberal, sehingga timbullah
keraguan terhadap kitab suci mereka. Selain menugaskan para sarjana Kristen untuk
melakukan penerjemahan berbagai naskah bahasa Arab ke dalam bahasa Latin, Peter juga
menulis dua buku yang menyerang pemikiran Islam. Tentang al-Qur‟an, Peter
menyatakan bahwa al-Qur‟an tidak terlepas dari para setan. Setan telah mempersiapkan
Muhammad, orang yang paling nista, menjadi anti-kristus. Setan telah mengirim
informan kepada Muhammad yang memiliki kitab setan (Diabolical Scripture).
Nampaknya strategi Peter ini banyak diminati dan menjadi bahan konsumsi pokok para
kaum misionaris terhadap kaum muslimin.
Strategi penaklukan Islam melalui pemikiran ini kemudian dikembangkan oleh
para orientalis Barat. Sebagian dari mereka membawa semangat misionaris, sebagian
lainnya ingin melakukan penjajahan (kolonialisme) dan sebagian lainnya murni ingin
melakukan kajian ilmiah. Kita bisa melihat bagaimana bencinya orang-orang Barat
terhadap Islam dan kesungguhan mereka ingin memporak-porandakan umat Islam agar
mereka terpecah belah dan perlahan meninggalkan agama mereka Zwemmer
menambahkan bahwa, sejak tahun 1882 M politik penjajahan telah menguasai kurikulum
14

pengajaran di sekolah-sekolah dasar dengan menghapuskan pengajaran al-Qur‟an dan


sejarah Islam. Dengan demikian, ia telah menciptakan generasi yang bukan beragama
Muslim, Kristen dan bukan Yahudi. Akan tetapi generasi yang labil, materialistis, tidak
percaya aqidah, tidak mengerti kewajibannya terhadap agamanya dan tidak memuliakan
tanah airnya.Inilah sebuah warisan dari kekalahan umat Kristen pada Perang Salib,
mereka bersumpah akan menghancurkan umat Islam dengan cara apapun sebagai balas
dendam atas kekalahan mereka. Bisa dilihat saat ini gerakan-gerakan mereka kian massif
dan tersistematis tentu dengan perencanaan yang matang. Mulai dari liberalisme,
orientalisme, sekularisme, kolonialisme dan lain sebagainya yang berhasil mereka
ledakan di tengah pemikiran umat Islam. Tentunya semua paham-paham tersebut
mengandung resiko yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi umat Islam yang akan
berdampak pada lemahnya akidah, ghῑrah dan kecintaan (maḥabbah) terhadap agamanya.
Dengan begitu, sangat mudah bagi mereka memecah belah umat Islam dan menguasai
alias menjajah semua kehidupan umat Islam. Akhirnya umat Islam turut ke mana angin
dihembuskan oleh penjajahnya.
Kolonialisasi bukan diartikan penjajahan terhadap suatu wilayah tertentu, akan
tetapi bentuk kolonialisasi yang dilancarkan oleh Barat adalah memasukkan pemahaman
bahwa Islam itu hanya sebatas ibadah mahḍah, tidak ada istilah ekonomi Islam, politik
Islam, ilmu pengetahuan Islam dan tidak ada budaya Islam, sehingga dengan mudahnya
mereka sisipkan ideologinya baik kapitalisme, komunisme, liberalisme, pluralisme dan
sekularisme ke dalam memori-memori umat Islam. Mereka pisahkan antara dunia dan
akhirat seolah di antara keduanya tidak saling berkaitan dan tidak saling mempengaruhi.
Hukum Islam dibuat seakan-akan hukum yang kolot, ketinggalan zaman, rasis, dogmatis
dan tanpa metodologis yang jelas dan ketat. Selanjutnya, melalui tangan para sarjana
muslim didikan Barat, sebagai perpanjangan tangan dan mulut para orientalis, “perang”
ini terus mereka lancarkan dan menusuk ke jantung umat Islam.
15

H. Pandangan Ulama dan Cendikiawan Muslim tentang Ghazwul Fikri

Salah satu ulama terkemuka di Indonesia yaitu Buya Hamka memberi pandangan
terhadap fenomena Ghazw al-Fikri yang tengah terjadi pada zaman modern ini. Ia
menilai bahwa Ghazw al-Fikri merupakan suatu teknik propaganda melalui segala jalan,
baik kasar maupun halus, dari sisi kebudayaan maupun ilmiah agar cara berpikir dunia
Islam berubah dari dasarnya. Caranya dengan meninggalkan pemikiran Islam. Untuk itu,
tidak perlu berpindah agama, tetap menjadi orang Islam tetapi tidak lagi meyakini Islam.
Kemudian Buya Hamka kembali menjelaskan maksud dan tujuan dari Ghazw al-Fikri
yaitu menanggalkan citra Islam dari hati kaum muslimin sendiri. Sehingga setelah
negerinya merdeka, kaum muslimin yang beroleh kekuasaan itu yang paling takut, benci
dan anti apabila agama Islam dijadikan dasar kehidupan atas dasar pembangunan negara.
Ketua PCNU Kota Bekasi, KH. Zamakhsyari Abdul Majid mengatakan bahwa
“Saat ini bangsa Indonesia sudah tidak berhadap-hadapan melawan penjajah secara fisik,
melainkan masayarakat Indonesia di era milenial ini dihadapkan pada perang yang lain
yaitu perang media, sehingga kita sudah sulit membedakan mana yang hak dan mana
yang hoaks. Ini yang bahaya”. Selain itu ia melanjutkan, imbas dari pemikiran Barat itu
menyebabkan perang pemikiran yang sangat massif di Indonesia. Hal itu dinamakan
sebagai westernisasi yakni budaya Barat.
Menurut Ali Abdul Halim Mahmud76, Ghazw al-Fikri merupakan suatu upaya
untuk menjadikan:
Bangsa yang lemah atau sedang berkembang, tunduk kepada negara penyerbu.
Semua negara, negara Islam khususnya, agar selalu menjadi pengekor setia negara-negara
maju, sehingga terjadi ketergantungan di segala bidang.
Semua bangsa, bangsa Islam khususnya, mengadopsi ideologi dan pemikiran kafir secara
membabi buta dan serampangan, berpaling dari manhaj Islam, Al Quran dan Sunnah.
Bangsa-bangsa mengambil sistem pendidikan dan pengajaran negara- negara penyerbu.
Umat Islam terputus hubungannya dengan sejarah masa lalu, sirah nabinya dan salafus
saleh.
Bangsa-bangsa atau negara-negara yang diserbu menggunakan bahasa penyerbu.
16

Ghazwul fikri adalah upaya melembagakan moral, tradisi, dan adat- istiadat bangsa
penyerbu di negara yang diserbunya.

Menurut salah satu ulama terkemuka sekaligus pembaharu di Mesir abad 19 yaitu
Muhammad Abduh berpandangan bahwa penyakit yang melanda negara- negara Islam
adalah adanya kerancuan pemikiran agama di kalangan umat Islam sebagai konsekuensi
datangnya peradaban Barat dan adanya tuntutan dunia Islam modern. Selama beberapa
abad masa silam, kaum muslimin telah menghadapi kemunduran dan sebagai hasilnya
mereka tidak mendapatkan dirinya sebagai siap sedia untuk menghadapi situasi seperti
ini.

Menurut Abdul Shabur Marzuq Ghazw al-Fikri merupakan perang yang seribu kali
lebih berbahaya dari penjajahan militer dan politik yang pernah terjadi di masa lalu.
Sebab penjajahan militer akan berakhir dengan penarikan mundur tentara pendudukan,
namun penjajahan pemikiran akan tetap bercokol selama mereka yang diajajah masih
hidup.

Dari masa ke masa, umat Islam terus dihantui perang pemikiran (ghazwul fikri).
Berbagai propaganda pemikiran silih berganti untuk menyesatkan umat Islam. Model
penyesatan pemikiran dianggap musuh Islam sebagai serangan yang lebih efektif, efisien,
hemat waktu, dan biaya ketimbang perang secara fisik.

Ghazwul fikri yang menyerang musuh Islam sering tidak dirasakan umat Islam. Bahkan,
cendekiawan dan intelektual Muslim sendiri kerap terjebak dengan model pemikiran
yang justru menyesatkan mereka

I. Cara Menghindari Ghazwul Fikri


1. Pelajari Sejarah Islam
Dengan kita mempelajari sejarah Islam, kita menjadi tau apa yang sebenarnya
terjadi di zaman dulu. Sehingga di zaman yang serba mudah ini, kita tidak
mudah mempercayai hal-hal yang bertentangan dengan Islam. Tidak langsung
percaya dengam kekerenan dunia yang sebenarnya lebih keren Islam.
17

2. Perbanyak dan perkuat ilmu Islam


Perbanyaklah mencari ilmu Islam. Walaupun seseorang merasa sudah
berilmu, masih banyak ilmu-ilmu Islam yang mesti harus di perkuat dan
pelajari.
3. Berkumpul dengan orang shalihah
Teman yang taat akan senantiasa mengingatkan kita kapanpun dan
dimanapun. Oleh karena itu, teruslah berkumpul dengan orang-orang shalihah.
4. Berdakwah di jalan Allah
Setelah kita mempelajari dan mengetahui Islam, maka diharuskan untuk
mensyiarkan Agama-Nya. Menerapkan syariat-Nya agar pikiran orang-orang
disekitar kita pun sehat.
5. Tinggalkan nafsu dan cinta dunia
kembalilah pada Allah kerjakanlah apa yang Allah perintahkan insya maka
jiwa dan akal kita akan tunduk pada Allah, tidak hanya cinta dunia.
6. Amalkan Qur'an & Sunnah
Al-Quran dan sunnah adalah solusi dari setiap permasalahan jadi sebarkanlah
ayat Al-Quran dan contohlah Rasulullah insya Allah kita terjaga .
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ghazwul Fikri adalah cara atau bentuk penyerangan yang senjatanya berupa
pikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, dan propaganda. Yang menjadi sasaran dari
Ghazwul Fikri yaitu pola pikir, akhlak (perilaku), dan aqidah dari kaum muslimin. Hal
ini memiliki banyak dampak negatif dan bahaya, salah satunya dapat merusak akhlak dan
melarutkan kepribadian islam. Maka dari itu kita sebagai umat Islam harus bisa memilah
dan memilih hal yang kita lakukan dan salin mengingatkan untuk menyampaikan ajaran
Islam semaksimal mungkin terhadap umat di berbagai kesempatan dan tempat. Lalu,
meningkatkan kesabaran ke level paling tinggi, bersiap-siap untuk melawan dengan
segenap kemampuan, yang dilandaskan ketakwaan kepada Allah SWT

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan harapan memberikan manfaat untuk
para pembaca. Setelah membaca dan memahami makalah ini, penulis menyarankan
kepada pembaca untuk lebih mendalami pemahaman mengenai Ghazwul Fikri melalui
literatur dari berbagai referensi lain

18
DAFTAR PUSTAKA

http://fahrudins3.blogspot.com/2014/12/ghazwul-fikri-perang-pemikiran-ini.html

https://tarbawiyah.com/2019/07/03/bahaya-bahaya-ghazwul-fikri/

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44241/1/AHMAD%20RIFQI%20FAUZAN-
FUF.pdf

https://news.berdakwah.net/2018/02/bagaimana-cara-agar-terhindar-dari-ghazwul-fikri.html

19

Anda mungkin juga menyukai