GHAZWUL FIKRI
Disusun Oleh :
Telkom University
2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ghozwul Fikri.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Ghozwul Fikri ini dapat memberikan manfaat
maupun pengetahuan terhadap pembacanya.
Penyusun
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesadaran terhadap adanya musuh membuat kita semakin peka terhadap apa yang
sebenarnya terjadi dan saat itulah kita akan terbebas dari tipu daya atau paling tidak kita
mampu mengantisipasi tipu daya yang mungkin terjadi pada diri kita dan mungkin dapat
mencelakakan kita. Salah satu di antara permasalahan yang penting untuk disadari oleh umat
Islam, khususnya pada saat sekarang ini adalah tentang Ghozwul Fikri (Perang Pemikiran)
yakni suatu inovasi pemikiran atau suatu gerakan yang sangat hebat dalam persoalan
pemikiran.
Invasi atau serangan pemikiran atau dalam Bahasa Arab dinamakan Ghozwul Fikri
dan dalam Bahasa Inggris Brain Washing, Thought Control, Menticide adalah istilah yang
merujuk kepada suatu program yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dan
terstruktur oleh musuh – musuh Islam untuk melakukan pendangkalan pemikiran kepada
kaum Muslimin, dengan tujuan agara kaum muslimin tunduk dan mengikuti cara hidup
mereka sehingga melanggekan kepentingan mereka untuk menjajah sumber daya milik kaum
muslimin.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini agar kita dapat mengetahui apa yang
dimaksud dengan Ghozwul FIkri,Tujuan dari Ghozwul Fikri itu sendiri dan dampak
mengenai Ghozwul Fikri.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa Ghazwul berasal dari kata Ghozwah yang berarti peperangan dan Fikri
berasal dari kata Fikr yang berarti pemikiran, secara istilah bisa diartikan sebagai penyerangan
dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada di dalamnya
sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah bercampur aduk
dengan hal-hal yang tidak islami. Dalam arti luas Ghazwul Fikri adalah cara atau bentuk
penyerangan yang senjatanya berupa pikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, dan
propaganda.
Namun demikian ghazwul fikri tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari metode perang yang bertujuan untuk memurtadkan kaum muslimin dari
agamanya, jika tidak tercapai, setidaknya mendangkalkan keagamaan seseorang atau
masyarakat. Ia bukan merupakan tahapan peperangan, akan tetapi sebagai pelengkap dan
penyempurna cara penyerbuan orang-orang kafir terhadap islam dan umatnya.
Ghozwul Fikri juga memiliki sasaran tertentu salah satuhnya adalah sasaran pola pikir,
Akhlak (Perilaku) dan Aqidah dari kaum muslimin. Apabila seseorang sering menerima paham
sekuler, maka ia pun akan berpikir ala sekuler. Bila seseorang dicekoki dengan pola pikir
komunis, materialis, liberalis, kapitalis atau yang lainya, maka merekapun akan cenderung
berpikir dengan salah satu paham tersebut. Perang pemikiran dilahirkan dalam bentuk media-
media baik cetak maupun elektronik. Dari sana pula timbul persaingan untuk saling
memperkenalkan sesuatunya dan semakin banyak iklan maka semua orang akan melihat dan
menjadikannya sebagai gaya hidup atau properti dalam menentukan jalan hidupnya.
Sejarah Ghazwul Fikri (GF) sudah ada setua umur manusia, makhluk yang pertama kali
melakukannya adalah iblis laknatullah ketika berkata kepada Adam as.,
2
“ Sesungguhnya Allah melarang kalian memakan buah ini supaya kalian berdua
tidak menjadi malaikat dan tidak dapat hidup abadi. “ (Q.S.Al – A’Raaf:20)
Dalam perkataannya ini iblis tidak menyatakan bahwa Allah tidak melarang
kalian…karena itu akan bertentangan dengan informasi yang telah diterima oleh Adam as.,
tetapi iblis mengemas dan menyimpangkan makna perintah Allah SWT. Sesuai dengan
keinginannya, yaitu dengan menambahkan alas an pelarangan Allah yang dibuat sendiri. Iblis
tahu bahwa Adam as tidak punya pengetahuan tentang sebab tersebut. Demikianlah para murid
– murid iblis dimasa kini selalu berusaha melakukan ghazwul fikri dengan menyimpangkan
fakta dan informasi yang ada sesuai dengan maksud jahatnya. Setan melakukannya dengan
cara yang sangat halus dan licin. Akibatnya, hanya orang – orang yang dirahmati Allah SWT
yang mampu mengetahuinya.
Tujuan dilakukan Ghozwu Fikri agar kaum muslimin condong menjadi gaya, perilaku,
dan pola pikir barat, seperti dalam :
Q.S Al – Israa : 74 yang artinya “Dan kalau kami tidak memperkuat (Hati)mu niscaya
kamu condong sedikit kepada mereka.“
Q.S Al – Israa : 75 yang artinya “Kalau terjadi demikian, benar – benarlah kami akan
rasakan kepadamu (siksaan) berlipat – lipat ganda didunia ini dan begitu (pula siksaaan)
berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapatkan seseorang penolongpun
terhadap kami.”
Q.S Al – Israa : 76 yang artinya “Dan sesungguhnya benar – benar mereka hampir
membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu daripadanya kalau terjadi
demikian, niscaya sepeninggalanmu mereka tidak lagi tinggal sebentar saja.”
Setelah kaum muslimin condong sedikit, tahap selanjutnya adalah agar kaum muslimin
mengikuti sebagian gaya, perilaku, dan pola pikir mereka.
3
Q.S Ad – Dukhan : 25 yang artinya “Alangkah banyaknya taman dan mata air yang
mereka tinggalkan.”
Q.S Ad – Dukhan : 26 yang artinya “Dan Kebun – kebun serta tempat – tempat yang
indah – indah.”
Pada tahap ini diharpakan kaum muslimin beriman pada sebagiannya ayat – ayat Al –
Quran dan Hadist Rasulullah SAW, tetapi kafir terhadap sebagian yang lainnya. Sebagaimana
dalam surat :
Q.S Al – Baqarah : 85 yang artinya “Kemudian Kamu (Bani Israil) membunuh dirimu
(saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halaman. Kamu
bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan tetapi jika mereka
dateng kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka. Padahal mengusir itu (juga) terlarang
bagimu. Apakah kamu beriman pada sebagian Al Kitab (taurat) dan ingkar terhadap sebagian
yang lain ? tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada akhirat mereka dikembalikan kepada siksaan yang
sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kau perbuat.”
Pada akhirnya, mereka menginginkan agar generasi kaum muslimin mengikuti syahwat
dan meninggalkan sholat. Sebagaimana terdapat pada surat Q.S Maryam : 59 yang artinya
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia – nyiakan sholat dan
mempertuntutkan hawa nafsu, maka mereka akan menemui kesesatan.”
Menurut para pakar yang mengkaji tentang Ghozwul Fikri, ada beberapa cara atau
taktik yang sering dilakukan oleh para penyerbu (orang kafir), antara lain :
4
Seringkali mereka menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis, ekstrimis, islam garis
keras, dan lain-lain. Tentunya julukan tersebut tidak hanya sebagaihinaan semata bagi kaum
muslimin, melainkan juga salah satu bentuk Tasywih agar kaum muslimin mulai tidak bangga
terhadap agamanya sendiri.
c. Tadzwiib, yaitu pelarutan, pencampuradukan antara pemikiran dan budaya
islam dengan pemikiran dan budaya jahiliyah. Tujuanya jelas yaitu agar tidak lagi ada jarak
pemikiran dan budaya islam dengan pemikiran dan budaya kufur, sehingga orang islam tidak
tahu lagi mana pemikiran dan budaya islam dan mana yang bukan.
d. Taghrib, atau pembaratan (westernisasi), yaitu mendorong kaum muslimin
untuk menyenangi dan menerima pemikiran, kebudayaan dan gaya hidup orang-orang barat.
Taghrib berusaha keras untuk mengeringkan nilai-nilai islam dari jiwa kaum muslimin dan
mengisinya dengan nilai-nilai barat yang menyimpang
Pendidikan
Pendidikan adalah aspek yang menentukan maju atau mundur suatu bangsa. Oleh sebab
itu, bidang Pendidikan merupakan target utama dari Ghozwul Fikri (GF). Ghozwul Fikri (GF)
yang dilakukan dibidang Pendidikan diantaranya dengan membuat sedikitnya porsi pendidkan
agama di sekolah – sekolah umum (hanya 2 jam sepekan).
Hal ini berdampak fatal pada fondasi agama yang dimiliki oleh para siswa. Dengan
lemahnya basis agama mereka, maka terjadilah tawuran, seks bebas pelajar yang meningkatkan
AIDS, penyalahgunaan narkoba, vadalisme, dan sebagaimananya. Ini adalah dampak jangka
pendek. Sedangkan dampak jangka Panjang yaitu rendahnya kualitas pemahaman agama para
calon pemimpin bangsa dimasa depan.
Sejarah
Sejarah yang diajukan perlu ditinjau ulang dan disesuaikan dengan semangat islam.
Materi tetang sejarah dunia dan ilmu pengetahuan telah Ghozwul Fikri (GF) habis – habisan
sehingga enggan ditemukan sama sekali pemaparan tentang sejarah para ilmuan islam dan
sumbangannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
5
Dalam sejarah yang dibahas hanyalah ilmuan kafir yang pada akhirnya membuat
generasi muda menjadi silau dengan tokoh – tokoh kafir dan minder terhadap sejarahnya
sendiri. Ketika berbicara tentang sejarah islam, dibenak mereka hanyalah terbayang sejarah
peperangan dengan pedang dan darah sebagaimana difilmkan oleh orang barat.
Hal ini lebih diperparah dengan sejarah nasional dan penaamaan perguruan tinggi,
Gedung – Gedung, perlambangan, penghargaan, dan pusat ilmu lainnya dengan Bahasa hindu
sanksekerta, sehingga semakin hilanglah Mutiara kegemilangan Islam dihati para generasi
muda.
Ekonomi
Ghozwul Fikri (GF) yang tejadi dibidang ekonomi adalah konsekuensi dari motto
ekonomi yaitu, mecari keuntungan setinggi – tingginya dengan pengorbanan sekecil – kecilnya.
Ketika motto ini ditelan habis habis tanpa dilakukan filterisasi, maka tidak lagi memperhatikan
halal atau haram, yang penting bagaimana supaya untung sebesar – besarnya.
Bahasa
Ghozwul Fikir (GF) yang terjadi dibidang Bahasa adalah dengan dikurangkan jam
ajaran Bahasa Al – Quran di sekolah. Hal ini dapat mengakibatkan hal yang besar dan menjadi
bencana bagi kaum muslimin secara umum. Dengan tidak memahami Al – Quran, mayoritas
kaum muslimin terjadi tidak mengerti kadungan Al – Quran, seperti firman Allah dalam surah
Al – Baqarah : 78 yang artinya “Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui
Al – Kitab (taurat), kecuali dongengan bohong belakang dan mereka hanya menduga – duga”.
Akibatnya, Al – Quran menjadi sekedar bacaan tanpa arti.
Hukum
6
yang berlaku, reduksi, dan penghapusan hukum Allah SWT dan Rasul – Nya. Rasa takut dan
alergi terhadap segala yang berbau syariat islam merupakan keberhasilan ghazwul fikri (GF)
dibidang ini. Penggambaran potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi penzina selalu
ditonjolkan saat pembicaraan adopsi terhadap hukum islam sebgai tidak manusiawi dan
melanggar HAM.
Di era informasi melakukan tabayun atas suatu berita adalah suatu keniscayaan.
Apalagi jika berita itu disampaikan oleh media-media sekuler dan liberal yang jelas memusuhi
Islam dan umatnya. Informasi dari media-media massa itu, baik siaran televisi, radio, koran,
majalah, online, dan sejenisnya janganlah ditelan mentah-mentah. Belakangan, bukan hanya
media sekuler saja yang harus diteliti beritanya, bahkan berita-berita dari media yang mengaku
media Islam pun ternyata harus dilakukan tabayun juga.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”. (QS. Al Hujurat [49]: 6).
Imam Jalaluddin Al Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain
menerangkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kita orang-orang mukmin dalam
menghadapi berita yang dibawa oleh orang-orang fasik agar memeriksa terlebih dahulu benar
tidaknya berita itu. Khawatir kalau-kalau kita menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
lantaran ketidaktahuan sehingga menyesal karena melakukan kesalahan tersebut.
Asbabun nuzul ayat 6 dari surat Al Hujurat di atas menurut Imam Jalaluddin As Suyuthi
dalam kitabnya, Lubaabun Nuquul fi Asbaabun Nuzuul, adalah terkait seorang utusan Rasul
bernama Walid bin Uqbah. Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dengan sanad yang baik
7
dari Harits bin Dhirar al-Khuza’i yang berkata, ”Suatu ketika, saya mendatangi Rasulullah.
Beliau lalu menyeru saya masuk Islam dan saya menyambutnya. Setelah itu, beliau menyeru
saya untuk membayar zakat dan saya pun langsung menyetujuinya. Saya kemudian berkata,
‘Wahai Rasulullah, izinkan saya kembali ke tengah-tengah kaum saya agar saya dapat menyeru
mereka kepada Islam dan menunaikan zakat. Bagi mereka yang memenuhi seruan saya maka
saya akan mengumpulkan zakat mereka. Setelah itu, hendaklah engkau mengutus seorang
utusanmu ke Iban dan di sana saya akan menyerahkan zakat yang terkumpul tersebut.”
Setelah Harits menghimpun zakat dari kaumnya, ia lalu berangkat ke Iban. Akan tetapi,
sesampainya di sana ternyata ia tidak menemukan utusan Rasulullah.
Harits lantas menyangka bahwa telah terjadi sesuatau yang membuat Allah dan
Rasulullah marah kepadanya. Ia lalu mengumpulkan para pemuka kaumnya dan berkata,
”sesungguhnya Rasulullah sebelumnya telah menetapkan waktu dimana beliau akan mengirim
utusan untuk menjemput zakat yang telah saya himpun ini. Rasulullah tidak mungkin mungkir
janji. Utusan beliau tidak mungkin tidak datang kecuali disebabkan adanya sesuatu yang
membuat beliau marah. Oleh sebab itu, mari kita menghadap Rasulullah.”
Sementara itu, Rasulullah mengutus Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat dari
kaum Harits. Namun, ketika baru berjalan beberapa lama, timbul perasaan takut dalam diri
Walid sehingga ia pun kembali pulang (ke Madinah). Sesampainya di hadapan Rasulullah, ia
berkata, ”Sesungguhnya Harits menolak untuk menyerahkan zakat yang dijanjikannya. Bahkan
ia juga bermaksud membunuh saya.” Mendengar hal itu, Rasulullah segera mengirim utusan
untuk menemui Harits. Ketika melihat utusan tersebut, Harits dan kaumnya dengan cepat
menghampiri mereka seraya bertanya, ”Kemana kalian diutus?” Utusan Rasulullah itu
menjawab,”kepadamu,” Harits bertanya,”Kenapa? Mereka menjawab, ”Sesungguhnya
Rasulullah telah mengutus Walid bin Uqbah kepadamu. Akan tetapi, ia melaporkan bahwa
engkau telah menolak menyerahan zakat dan juga bermaksud membunuhnya.”
Dengan kaget, Harits menjawab, “Demi Allah yang mengutus Muhammad dengan
membawa kebenaran, saya sungguh tidak melihatnya dan ia tidak pernah mendatangi saya.”
Pada saat Harits menemui Rasulullah, beliau langsung berkata, “Apakah engkau memang
menolak untuk menyerahkan zakatmu dan juga bermaksud membunuh utusan saya?”Ia lalu
menjawab, “Demi Zat yang mengutus engkau dengan membawa kebenaran, saya tidak pernah
melakukannya.”
8
Tidak lama berselang, turunlah ayat, “Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang
yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya…”
"Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)..." (QS. An-Nisa [4] : 89)
3. Pemurtadan, ini adalah program utama dan yang paling jelas dari ghazwul
fikri. Setelah hilang semangat keislamanya dan dilanjutkan tumbuhnya kekaguman akan
peradaban barat yang semu, maka tahapan selanjutnya adalah menggiring hati kaum
muslimin untuk keluar dari agamanya.
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian hingga kalian murtad dari agama kalian jika
mereka mampu." (QS. Al-Baqarah : 217)
9
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Efek globalisasi semakin terasa, begitupun Ghozwul Fikri semakin terasa terutama di
beberapa aspek diantaranya aspek Pendidikan, politik, pemerintahan, ekonomi dan social. Oleh
karena itu, kita sebagai generasi muda islam hedaklah memahami akan bahaya dan aspek –
aspek yang mempengaruhi kepribadian, moral bahkan aqidah
Dengan asas pemahaman Pendidikan agama yang benar, yang menghasilkan akhlak,
budi perkerti yang baik sehingga menjadikan keluarga, lingkungan dan negara bangkit dari
keterpurukan penjajahan ideologis yang mengancam semua muslim Indonesia.
Generasi Islam merupakan generasi penerus bangsa yang di tangannya terdapat cita –
cita perbaikan bangsa, generasi muda adalah para pemimpin masa depan yang harus dapat
membaca situasi dan kondisi atas permasalahan saat ini dengan pengendalian di jalan Islam.
Dengan kata lain generasi mudalah yang harus ada dibarisan pertama dalam menentang
Ghozwul Fikri terhadap muslim Indonesia karena generasi muda memiliki potensi seperti
berfikir positif, peluang, kemauan keras, kemampuan untuk menghasilka pemikiran –
pemikiran yang variatife.
10
Daftar Pustaka
https://drive.google.com/file/d/1BPbBm3V9nXsA9-jaQ0jJOwL_YJ5yTPju/view
http://fahrudins3.blogspot.com/2014/12/ghazwul-fikri-perang-pemikiran-ini.html
https://drive.google.com/file/d/1uanXQILXZ30GTwv9ciM2qkuyQV8YBXBK/view
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2016/05/makalah-ghazwul-fikri-pengertian.html
https://nasihathidup.wordpress.com/2014/07/15/ghazwul-fikr-perang-pemikiran-dan-budaya-
menghancurkan-islam-dari-dalam/
xi