Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

NARSIBUL AYAT WAPA UHUSWA


(PENYUSUNAN AL QURAN)











Oleh :
Hasnah
Irma Dewi
Inah






TARBIYAH
STIT IBNU KHALDUN NUNUKAN
NUNUKAN
2014

i

MAKALAH
NARSIBUL AYAT WAPA UHUSWA
(PENYUSUNAN AL QURAN)










Oleh :
Hasnah
Irma Dewi
Inah






TARBIYAH
STIT IBNU KHALDUN NUNUKAN
NUNUKAN
2014


ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayat-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat melakukan segala
aktivitas kita sehari-hari. Syalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam gelap gulita menuju
alam yang terang menderang sekarang ini.

Dalam hal ini penulis mengutarakan sedikit tentang Narsibul Ayat Wapa
Uhuswa (Penyusunan Al Quran) yang akan penulis terangkan dalam Makalah ini.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah
memberikan dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan
untuk memberikan arahannya dalam penyusunan makalah ini.

2. Kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penulisan
makalah ini.

Pada makalah ini, mungkin masih terdapat kekeliruan dan kesalahan baik berupa
tulisan, huruf dan penempatan kata-kata yang kurang tepat. Dengan itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bisa memberi motivasi yang dapat mengembangkan
kemampuan penulis untuk lebih baik sehingga dapat bermanfaat kepada penulis dan
orang lain. Dengan adanya kritik dan saran dari segenap pihak yang bisa memberikan
pengetahuan kepada penulis agar untuk penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik.


Sebatik, 10 Mei 2014



Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................. i
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

BAB II Pembahasan ................................................................................... 5
A. Pengertian Al Quran ................................................................. 5
B. Sejarah Penyusunan Al Quran ................................................. 6
C. Nama-Nama Lain Al Quran ................................................... 10
D. Upaya Penerjemahan dan Penafsiran Al Quran .................... 11
E. Struktur dan Pembagian Al Quran ......................................... 12
F. Keaslian Al Quran ................................................................ 14

BAB III Penutup ........................................................................................ 18
A. Kesimpulan ............................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................... 18

Daftar Pustaka .................................................................................................... 19







iv


























1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah
dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[2]. Dengan demikian tradisi
sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat
Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati
landasan penanggalan astronomis.

1. Penurunan Al-Qur'an
Al-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini
dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah.
Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung
selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat
Madaniyah.

2. Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak
zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang
dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

3. Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa
orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali
bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang
lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media

2

penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu,
daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-
ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

4. Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin Pada masa
pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam
perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan
tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar
bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas
meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an
yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas
memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut.
Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam
satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan
mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah
kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh
anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah
berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia
mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin
mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan
yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan
dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang
dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini

3

Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara
umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan
sanad yang shahih: Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan:
Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah
dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan
kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya
mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih
baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami
berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat
bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan
perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al
Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah
disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim
utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada
padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang
Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman
bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga
orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al
Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-
lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke
Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di
Madinah (mushaf al-Imam).





4

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini terkait
dengan judul makalah yang tertera pada awal makalah ini. Permasalahan
dalam pembahasan sebuah makalah adalah maksud untuk mengemukakan
pendapat yang terdapat dari berbagai sumber, terkait dengan judul suatu
makalah. Permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah penyusunan Al Quran yang sebenarnya ?
2. Mengetahui keaslian Al Quran terkait dengan judul makalah ini ?
3. Mengetahui bagian-bagian dari Al Quran yang terkait dengan makalah
ini ?
Dengan adanya permasalahan yang telah diberikan diatas, dengan begitu
penulis dapat memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat di masukan
kedalam makalah ini.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hasil dari suatu penelitian yang
terkait dengan apa yang akan dibahas dalam makalah ini. Sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat menjadi suatu pedoman dalam
diri dan orang lain. Setiap penelitian yang dilakukan, memiliki tujuan yang
kuat. Sehingga dapat tercapai suatu pengetahuan yang relevan yang dapat
singkron dengan logika dalam kehidupan.











5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Quran
Al-Qurn (ejaan KBBI: Alquran, Arab: icus batik halada (
agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan
penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari
rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dan sebagai wahyu pertama
yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam
surat Al-'Alaq ayat 1-5[1].

Secara Etimologi Al-Quran berasal dari bahasa Arab yang berarti
"bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Quran adalah
bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca.
Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-
Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan
(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami.
(Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti
{amalkan} bacaannya

Sedangkan secara terminologi menurut Dr. Subhi Al Salih
mendefinisikan Al-Qur'an sebagai Kalam Allah SWT yang merupakan
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di
mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.

Sedangkan Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an
sebagai firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat
Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan

6

kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan
ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-
Nas"

Dapat disimpulkan bahwa Al Quran merupakan firman Allah SWT
yang diwahyukan kepada nabi muhammad SAW melalui malaikat Jibril AS
dan membacanya merupakan suatu ibadah. Firman allah yang disampaikan
selain kepada nabi muhammad saw seperti kitab taurat (Nabi Musa), kitab Injil (Nabi
Isa) dan kitab zabur (nabi Daud)tidak termasuk al Quran dan tidak ibadah apabila
membacanya.

B. Sejarah Penyusunan Al Quran
Keaslian yang tak dapat disangsikan lagi telah memberi kepada Qur-
an suatu kedudukan istimewa di antara kitab-kitab Suci, kedudukan itu
khusus bagi Qur-an, dan tidak dibarengi oleh Perjanjian lama dan Perjanjian
Baru. Dalam dua bagian pertama daripada buku ini kita telah
menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam Perjanjian Lama dan
empat Injil, sebelum Bibel dapat kita baca dalam keadaannya sekarang. Qur-
an tidak begitu halnya, oleh karena Qur-an telah ditetapkan pada zaman
Nabi Muhammad, dan kita akan lihat bagaimana caranya Qur-an itu
ditetapkan
Perbedaan-perbedaan yang memisahkan wahyu terakhir daripada kedua
wahyu sebelumnya, pada pokoknya tidak terletak dalam "waktu turunnya"
seperti yang sering ditekankan oleh beberapa pengarang yang tidak
memperhatikan hal-hal yang terjadi sebelum kitab suci Yahudi Kristen
dibukukan, dan hal-hal yang terjadi sebelum pembukuan Qur-an, mereka
juga tidak memperhatikan bagaimana Qur-an itu diwahyukan kepada Nabi
Muhammad.

Orang mengatakan bahwa teks yang ada pada abad VII Masehi
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk dapat sampai kepada kita

7

tanpa perubahan daripada teks yang jauh lebih tua daripada Qur-an
dengan perbedaan 15 abad. Kata-kata tersebut adalah tepat, akan tetapi tidak
memberi keterangan yang cukup. Tetapi di samping itu, keterangan
tersebut diberikan untuk memberi alasan kepada perubahan-perubahan teks
kitab suci Yahudi Kristen yang terjadi selama berabad-abad, dan bukan
untuk menekankan bahwa teks Qur-an
itu karena lebih baru daripada teks kitab suci Yahudi Kristen, lebih
sedikit mengandung kemungkinan untuk dirubah oleh manusia.
Bagi Perjanjian Lama, yang menjadi sebab kekeliruan dan kontradiksi
yang terdapat di dalamnya adalah: banyaknya pengarang sesuatu riwayat,
dan seringnya teks-teks tersebut ditinjau kembali dalam periode-periode
sebelum lahirnya Nabi Isa; mengenai empat Injil yang tidak ada orang
dapat mengatakan bahwa kitab-kitab itu mengandung kata-kata Yesus secara
setia dan jujur atau mengandung riwayat tentang perbuatan-perbuatan
yang sesuai dengan realitas yang sungguh-sungguh terjadi, kita
sudah melihat bahwa redaksi-redaksi yang bertubi-tubi menyebabkan
bahwa teks-teks tersebut kehilangan autentisitas. Selain daripada itu para
penulis Injil tidak merupakan saksi mata terhadap kehidupan Yesus.
Selain daripada itu kita harus membedakan antara Qur-an,Wahyu tert
ulis, daripada Hadits jami' kumpulan riwayat, tentang perbuatan dan
kata-kata Nabi Muhammad. Beberapa sahabat Nabi telah mulai men
gumpulkannya segera setelah Nabi Muhammad wafat. Dalam hal ini,
dapat saja terjadi kesalahan-kesalahan yang bersifat kemanusiaan karena
para penghimpun Hadits adalah manusia-manusia biasa; akan tetapi
kumpulan-kumpulan mereka itu kemudian disoroti dengan tajam oleh kritik
yang sangat serius, sehingga dalam prakteknya, orang lebih percaya kepada
dokumen yang dikumpulkan orang, lama setelah Nabi Muhammad wafat.
Sebagaimana halnya dengan teks-teks Injil, Hadits mempunyai
autentisitas yang berlainan, dari satu pengumpul kepada pengumpul yang
lain. Sebagaimana hal Injil, tak ada sesuatu Injil yang ditulis pada waktu
Yesus masih hidup (karena semuanya ditulis lama sesudah Nabi Isa

8

meninggal) maka kumpulan Hadits juga dibukukan setelah (Nabi
muhammad meninggal).
Bagi Qr-an, keadaannya berlainan. Teks Qur-an atau Wahyu itu
dihafalkan oleh Nabi dan para sahabatnya, langsung setelah wahyu
diterima, dan ditulis oleh beberapa sahabat-sahabatnya yang
ditentukannya. Jadi, dari permulaan, Qur-an mempunyai dua unsur
autentisitas tersebut, yang tidak dimiliki Injil. Hal ini berlangsung sampai
wafatnya Nabi Muhammad. Penghafalan Qur-an pada zaman manusia
sedikit sekali yang dapat menulis, memberikan kelebihan jaminan yang
sangat besar pada waktu pembukuan Qur-an secara definitif, dan disertai
beberapa regu untuk mengawasi pembukuan tersebut.
Wahyu Qur-an telah disampaikan kepada Nabi Muhammad oleh
malaikat Jibril, sedikit demi sedikit selama lebih dari 20 tahun. Wahyu
yang pertama adalah yang sekarang merupakan ayat-ayat pertama daripada
surat nomor 96. Kemudian Wahyu itu berhenti selama 3 tahun, dan
mulai lagi berdatangan selama 20 tahun sampai wafatnya Nabi Muhammad
pada tahun 632 M.; dapat dikatakan bahwa turunnya Wahyu berlangsung
10 tahun sebelum Hijrah (622) dan 10 tahun lagi sesudah Hijrah.
Wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad adalah sebagai berikut
(Surat 96 ayat 1-5);
"Bacalah dengan {menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia)dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Professor
Hamidullah mengatakan dalam Pengantar yang dimuat dalam terjemahan
Qur-an bahwa isi dari wahyu pertama adalah "penghargaan terhadap kalam
sebagai alat untuk pengetahuan manusia" dan dengan begitu maka menjadi
jelas bagi kita "perhatian Nabi Muhammad untuk menjaga kelangsungan
Qur-an dengan tulisan."
Beberapa teks menunjukkan secara formal bahwa lama sebelum Nabi
Muhammad meninggalkan Mekah untuk hijrah ke Madinah, ayat-ayat Quran

9

yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad sudah dituliskan. Kita
nanti akan mengetahui bahwa Qur-an membuktikan hal tersebut.
Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya biasa
menghafal teks-teks yang telah diwahyukan. Adalah tidak masuk akal jika
Qur-an menyebutkan hal-hal yang tidak sesuai dengan realitas, karena hal-
hal itu mudah dikontrol disekeliling Muhammad yakni oleh sahabat-
sahabat yang mencatat Wahyu tersebut.
Empat Surat Makiyah (diturunkan sebelum Hijrah) memberi gambaran
tentang redaksi Qur-an sebelum Nabi Muhammad meninggalkan Mekah
pada tahun 622 M.
Surat 80 ayat 11-1 6:
"Sekali-kali jangan (demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu
adalah peringatan, maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia
memperhatikan. Di dalam ktab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan,
lagi disucikan. Di tangan para penulis, yang mulia lagi berbakti."
Yusuf Ali, dalam Terjemah Qur-an yang ditulisnya pada tahun 1936
mengatakan bahwa pada waktu Surat tersebut diwahyukan sudah ada 42
atau 45 Surat yang beredar di antara kaum muslimin di Mekah (Jumlah
Surat-surat dalam Qur-an adalah 114 Surat).
"Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al Qur-an yang mulia yang
tersimpan dalam Lauhul Mahfudz."
Sesungguhnya Al Qur-an ini adalah bacaan yang sangat mulia (yang
terdapat) pada kitab yang terpelihara (Lauhul Makfudz). Tidak
menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari
Tuhan semesta alam."
"Dan mereka berkata (lagi). Dongengan-dongengan orang-orang dahulu
dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu
kepadanya setiap pagi dan petang."

Ayat tersebut menyinggung dakwaan para lawan Nabi Muhammad yang
menuduh bahwa Muhammad adalah Nabi palsu, mereka menggambarkan

10

bahwa ada orang yang mendiktekan sejarah kuno kepada Nabi
Muhammad dan Muhammad menyuruh sahabat-sahabatnya untuk
menulisnya.
Ayat tersebut menyebutkan: "Pencatatan dengan tulisan" yang
didakwakan kepada Muhammad oleh lawan-lawannya.
C. Nama-Nama Lain Al Quran
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama
lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut
adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
1. Al-Kitab QS(2:2),QS (44:2)
2. Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
4. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat): QS(10:57)
5. Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
6. Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
7. Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
8. Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
9. At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
10. Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
11. Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
12. Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
13. Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
14. Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
15. An-Nur (cahaya): QS(4:174)
16. Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
17. Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
18. Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)


D. Upaya Penerjemahan dan Penafsiran Al Quran

11

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah
menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam,
mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha
tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk
menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab.
Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-
Qur'an itu sendiri.
1. Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks
Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh.
Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari
Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya
dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki,
kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia,
ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
Terjemahan dalam bahasa Inggris antara lain:
The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah
Yusuf Ali
The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan
oleh:
Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang

12

Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad
Adnan
Al-Amin (bahasa Sunda)
Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh KH
Abdul Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa
Benteng Sidrap Sulsel)

2. Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya
Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi
jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya
Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-
Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga
beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat.
Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-
bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.

E. Struktur dan Pembagian Al Quran
Surat, Ayat dan Ruku
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat)
dan 6236 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat
terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek
hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-Ar.
Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut
ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas
surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) danMadaniyah (surat Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat

13

tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah
SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek,
menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya
ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada
umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang
dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah
hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

Juz dan Manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian
dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini
untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an
dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-
Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari
(satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan
dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut Ukuran Surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam
Al-Quran terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sabuththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu surat Al
baqarah, Ali Imran, An-Nisaa, Al-Araaf, Al-Anaam, Al Maa-
idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan
sebagainya

14

Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-
Hijr dan sebagainya
Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-
Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya

F. Keaslian Al Quran
Suatu Surat yang diturunkan sesudah Hijrah, menyebutkan tentang
lembaran-lembaran yang di dalamnya tertulis perintah-perintah suci.
Surat 98 ayat 2 dan 3:
"Seorang Rasul dari Allah (yaitu Nabi Mahammad) yang
membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur-an). Di dalamnya
terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus."
Dengan begitu maka Qur-an sendiri memberitahukan bahwa
penulisan Quran telah dilakukan semenjak Nabi Muhammad masih hidup.
Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad mempunyai juru tulis-juru tulis
banyak, di antaranya yang termashur adalah Zaid bin Tsabit.
Dalam pengantar dalam Terjemahan Qur-annya (197) Prof. Hamidullah
melukiskan kondisi waktu teks Qur-an ditulis sampai Nabi Muhammad
wafat.
Sumber-sumber sepakat untuk mengatakan bahwa tiap kali suatu fragmen
daripada Qur-an diwahyukan, Nabi memanggil seorang daripada para
sahabat-sahabatnya yang terpelajar dan mendiktekan kepadanya, serta
menunjukkan secara pasti tempat fragmen baru tersebut dalam
keseluruhan Qur-an. Riwayat-riwayat menjelaskan bahwa setelah
mendiktekan ayat tersebut, Muhammad minta kepada juru tulisnya untuk
membaca apa yang sudah ditulisnya, yaitu untuk mengadakan pembetulan
jika terjadi kesalahan. Suatu riwayat yang masyhur mengatakan bahwa
tiap tahun pada bulan Ramadlan, Nabi Muhammad membaca ayat-ayat
Qur-an yang sudah diterimanya di hadapan Jibril. Pada bulan Ramadlan
yang terakhir sebelum Nabi Muhammad meninggal, malaikat Jibril
mendengarkannya membaca (mengulangi hafalan) Qur-an dua kali.

15

Kita mengetahui bahwa semenjak zaman Nabi Muhammad, kaum
muslimin membiasakan diri untuk berjaga pada bulan Ramadlan dan
melakukan ibadat-ibadat tambahan dengan membaca seluruh Qur-an.
Beberapa sumber menambahkan bahwa pada pembacaan Qur-an yang
terakhir di hadapan Jibril, juru tulis Nabi Muhammad yang bernama
Zaid hadir. Sumber-sumber lain mengatakan bahwa di samping Zaid juga
ada beberapa orang lain yang hadir.
Untuk pencatatan pertama, orang memakai bermacam-macarn bahan
seperti kulit, kayu, tulang unta, batu empuk untuk ditatah dan lain-lainnya.
Tetapi pada waktu yang sama Muhammad menganjurkan supaya kaum
muslimin menghafalkan Qur-an, yaitu bagian-bagian yang dibaca dalam
sembahyang. Dengan begitu maka muncullah sekelompok orang yang
dinamakan hafidzun (penghafal Qur-an) yang hafal seluruh Qur-an dan
mengajarkannya kepada orang-orang lain. Metoda ganda untuk memelihara
teks Qur-an yakni dengan mencatat dan menghafal ternyata sangat
berharga.
Tidak lama setelah Nabi Muhammad wafat (tahun 632 M.),
penggantinya (sebagai Kepala Negara), yaitu Abu Bakar, Khalifah yang
pertama, minta kepada juru tulis Nabi, Zaid bin Tsabit untuk menulis
sebuah Naskah; hal ini ia laksanakan.
Atas initiatif Umar (yang kemudian menjadi Khalifah kedua), Zaid
memeriksa dokumentasi yang ia dapat mengumpulkannya di Madinah;
kesaksian daripada penghafal Qur-an, copy Qur-an yang dibikin atas
bermacam-macam bahan dan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi, semua itu
untuk menghindari kesalahan transkripsi (penyalinan tulisan) sedapat
mungkin. Dengan cara ini, berhasillah tertulis suatu naskah Qur-an yang
sangat dapat dipercayai.
Sumber-sumber mengatakan bahwa kemudian Umar bin Khathab yang
menggantikan Abu Bakar pada tahun 634 M, menyuruh bikin satu naskah
(mushaf) yang ia simpan, dan ia pesankan bahwa setelah ia mati, naskah

16

tersebut diberikan kepada anaknya perempuan, Hafsah janda Nabi
Muhammad
Khalifah ketiga, Uthman bin Affan yang menjabat dari tahun 644 sampai
655, membentuk suatu panitya yang terdiri daripada para ahli dan
memerintahkan untuk melakukan
pembukuan besar yang kemudian membawa nama Khalifah
tersebut. Panitya tersebut memeriksa dokumen yang dibuat oleh Abubakar
dan yang dibuat oleh Umar dan kemudian disimpan oleh Hafsah,
panitya berkonsultasi dengan orang-orang yang hafal Qur-an. Kritik
tentang autentisitas teks dilakukan secara ketat sekali. Persetujuan saksi-
saksi diperlukan untuk menetapkan suatu ayat kecil yang mungkin
mempunyai arti lebih dari satu; kita mengetahui bahwa beberapa ayat
Qur-an dapat menerangkan ayat-ayat yang lain dalam soal ibadat. Hal ini
adalah wajar jika kita mengingat bahwa kerasulan Muhammad adalah
sepanjang dua puluh tahun.


Dengan cara tersebut di atas, diperolehlah suatu teks di mana urutan
Surat-surat mencerminkan urutan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
ketika membaca Qur-a:n di bulan Ramadlan di muka malaikat Jibril seperti
yang telah diterangkan diatas.
Kita dapat bertanya-tanya tentang motif yang mendorong 3 Khalifah
pertama, khususnya Uthman untuk mengadakan koleksi dan pembukuan
teks. Motif tersebut adalah sederhana; tersiarnya Islam adalah sangat
cepat pada beberapa dasawarsa yang pertama setelah wafatnya Nabi
Muhammad. Tersiarnya Islam tersebut terjadi di daerah-daerah yang
penduduknya tidak berbahasa Arab. Oleh karena itu perlu adanya
tindakan-tindakan pengamanan untuk memelihara tersiarnya teks Qur-an
dalam kemurnian aslinya. Pembukuan Uthman adalah untuk memenuhi hasrat
ini.
Uthman mengirimkan naskah-naskah teks pembukuannya ke pusat-
pusat Emperium Islam, dan oleh karena itu maka menurut Professor
Hamidullah , pada waktu ini terdapat naskah Qur-an (mushaf) Uthman di

17

Tasykent dan Istambul. Jika kita sadar akan kesalahan penyalinan tulisan
yang mungkin terjadi, manuskrip yang paling kuno yang kita miliki dan
yang ditemukan di negara-negara Islam adalah identik. Begitu juga naskah-
naskah yang ada di Eropa. (Di Bibliotheque National di Paris terdapat
fragmen-fragmen yang menurut para ahli, berasal dan abad VIII dan IX
Masehi, artinya berasal dari abad II dan III Hijrah). Teks-teks kuno yang
sudah ditemukan semuanya sama, dengan catatan ada perbedaan-perbedaan
yang sangat kecil yang tidak merubah arti teks, jika konteks ayat-ayat
memungkinkan cara membaca yang lebih dari satu karena tulisan kuno
lebih sederhana daripada tulisan sekarang.
Surat-surat Qur-an yang berjumlah 114, diklasifikasi menurut panjang
pendeknya, dengan beberapa kekecualian. Oleh karena itu urutan waktu
(kronologi) wahyu tidak dipersoalkan; tetapi orang dapat mengerti hal
tersebut dalam kebanyakan persoalan. Banyak riwayat-riwayat yang
disebutkan dalam beberapa tempat dalam teks, dan hal ini memberi
kesan seakan-akan ada ulangan. Sering sekali suatu paragraf
menambahkan perincian kepada suatu riwayat yang dimuat di lain tempat
secara kurang terperinci. Dan semua yang mungkin ada hubungannya
dengan Sains modern, seperti kebanyakan hal-hal yang dibicarakan oleh
Qur-an, dibagi-bagi dalam Qur-an dengan tidak ada suatu tanda adanya
klasifikasi.


18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada makalah ini, dapat kita simpulkan bahwa Al Quran
merupakan risalah Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk menjadi pedoman hidup manusia dan juga sebagai mukjizatnya
serta sebagai bukti ke Rasulannya. Dan sejarah pengumpulan dan penyusunan
serta penulisan Al Quran seperti yang kita baca saat ini merupakan atas
kehendak para sahabat Nabi. Dan awal mula yang mengusulkan
pengumpulannya adalah atas inisiatif Umar Bin Khattab.

B. Saran
Kita sebagai umat islam seharusnya lebih giat untuk membaca dan
mengamalkan isi ajaran yang terkandung di dalam Al Quran.
Sebagaimana para sahabat Nabi yang telah berupaya mengumpulkan,
menyusun dan menuliskan, serta merapikan susunan isi Al Quran namun
tidak merubah satu kata pun isi ketika awal turun kepada Nabi
Muhammad SAW.
Apalagi sampai kita belajar lebih dalam lagi untuk mempelajarinya.
Karena sekarang sudah ada studi yang khusus mempelajari Al Quran
yaitu Ulumul Quran (Ilmu Al Quran).









19

DAFTAR PUSTAKA

Situs Internet / Website :
www.anekamakalah.com
www.media.isnet.org
www.hardikadwihermawan.blogspot.com
www.faisalakhbar.wordpress.com
www.id.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai