Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Kearifan Lokal Sebagai Aset dan Cerminan Budaya Bangsa”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Ekonomi

Dosen Pengampu:

Anang Haris Firmansyah, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Asrotul Kamillia (126401202053)


2. Dheayu Nurwinda Sari (126401202062)
3. M. Alqodi Daffa’ Ulhaq (126401202079)
4. Namira Putri Habibah (126401202082)

KELAS 3B
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran
dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
“Pemberdayaan Ekonomi” yang berjudul “Peranan Kearifan Lokal Sebagai Aset dan
Cerminan Budaya Bangsa” dalam bentuk makalah.

Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini, maka kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN SATU Tulungagung yang telah memberikan
kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN SATU Tulungagung.
2. Anang Haris Firmansyah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas
dan pengarahan kepada kami.
3. Beserta teman-teman yang telah memberikan dukungan agar terselesaikannya makalah
ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
yang terbatas, maka makalah yang berjudul “Peranan Kearifan Lokal Sebagai Aset dan
Cerminan Budaya Bangsa” ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kami berharap dari makalah yang kami susun ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Kebudayaan Dengan Kearifan Lokal .............................................. 3


B. Kearifan Lokal Sebagai Aset Budaya Bangsa .................................................... 4
C. Kearifan Lokal Sebagai Pembentukan Karakter Bangsa ................................. 7
D. Kearifan Lokal Dalam Konteks Indonesia Kekinian ....................................... 9
E. Dampak Globalisasi Terhadap Pelestarian Kearifan Lokal ............................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kearifan lokal dan warisan budaya yang berkembang di masyarakat merupakan hasil dari
kebiasaan masyarakat setempat atau kebudayaan masyarakat sebagai bentuk adaptasi terhadap
alam dan juga lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat menggunakan cara-cara tersendiri
untuk mengelola alam, lingkungan, dan kebiasaan tersebut, inilah yang sering kita sebut sebagai
kearifan lokal. Kearifan lokal sendiri berisi pengetahuan-pengetahuan yang sangat penting
perihal kehidupan berbudaya, sehingga kearifan lokal dijadikan sebagai aset budaya bangsa.

Indonesia memiliki keragaman suku bangsa, hal inilah yang menjadi penyebab beraneka
ragam pula aturan maupun budaya yang dimiliki oleh setiap suku bangsa tersebut. Budaya
merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, diantaranya adalah unsur agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan kemudian menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, hal ini membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif dan terkandung ilmu
pengetahuan yang mereka gunakan dalam aktivitas kesehariannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan kebudayaan dengan kearifan lokal?
2. Bagaimana pemanfaatan kearifan lokal sebagai aset budaya bangsa?
3. Bagaimana pemanfaatan kearifan lokal sebagai pembentukan karakter bangsa?
4. Bagaimana penerapan kearifan lokal dalam konteks Indonesia kekeinian?
5. Bagaimana dampak globalisasi terhadap pelestarian kearifan lokal?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan kebudayaan dengan kearifan lokal.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan kearifan lokal sebagai aset budaya bangsa.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan kearifan lokal sebagai pembentuk karakter bangsa.
4. Untuk mengetahui penerapan kearifan lokal dalam konteks Indonesia kekinian.
5. Untuk mengetahui dampak globalisasi terhadap pelestarian kearifan lokal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Kebudayaan Dengan Kearifan Lokal

Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya karena letak geografis yang luas.


Kebudayaan itu pun dilestarikan dari generasi ke generasi sama halnya dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal merupakan pedoman manusia untuk menjadikan manusia mempunyai sikap dan
tingkah laku yang baik. Kearifan lokal juga merupakan bagian dari kebudayaan karena kearifan
lokal bisa berkembang dari generasi ke generasi dan tergantung dari manusia tersebut.

Dengan mempelajari hubungan kearifan lokal dengan kebudayaan dapat diketahui bahwa
kearifan lokal merupakan kebudayaan yang artinya harus dilestarikan dari generasi ke generasi
dan sebagai tanda dari suatu daerah atau wilayah tertentu. Selain itu kebudayaan dapat juga
menjadi media untuk pendidikan, alat pemersatu, identitas, hiburan dan masih banyak lagi.

Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat berupa tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan
tempat atau daerah hidupnya. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal
bukanlah suatu hal yang statis, melainkan berubah sejalan dengan waktu atau dinamis,
tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat. Misalnya seperti
masyarakat Jawa memiliki budaya secara turun temurun. Seiring dengan perkembangan zaman,
kedudukan budaya dalam pola kemasyarakatan berkembang dari masa ke masa dan mengalami
perubahan. Namun, perubahan yang bersifat pembaharuan ini, tidak berpengaruh terhadap nilai–
nilai budaya. Nilai kebudayaan yang dimaksud memiliki kandungan-kandungan makna yang
menuju pada tatanan kehidupan. Makna tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat yang akhirnya membentuk adat istiadat atau tradisi. Adat istiadat merupakan bentuk
kesusilaan dan kebiasaan orang (masyarakat) menjadi tingkah laku sehari-hari dalam hidup dan
kehidupan serta dalam pergaulan. Pelanggaran terhadap adat istiadat dapat berupa reaksi adat
atau tidak mendapat reaksi adat. Reaksi adat dapat berupa sanksi moral ataupun social. Menurut
Francis Wahono menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi - strategi

3
pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad
teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia.1 Kearifan lokal tidak hanya
berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma, tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan
lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik
dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh.

Pengertian Kebudayaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.2 Jadi
hubungan dari kebudayaan dengan kearifan lokal adalah sangatlah erat. Seperti contoh adalah
gotong royong, gotong royong merupakan salah satu budaya yang tercipta dari jaman dahulu
hingga sekarang. Gotong royong juga bisa menjadi pedoman hidup rukun antar manusia dalam
menjalin kerukunan antar manusia dan bisa menjadi bukti sebagai identitas suatu daerah.

Kearifan lokal adalah bagian dari kebudayaan dan kebudayaan akan terus berkembang
dari generasi ke generasi. Banyak kebudayaan yang berubah dikarenakan perkembangan zaman
maka dari itu sebagai generasi muda kita harus bisa melestarikan kebudayaan. Dengan
melestarikan kebudayaan berarti kita juga melestarikan kearifan lokal agar kearifan lokal tidak
punah dalam perkembangan zaman.

B. Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa

Dari sisi suku dan budaya daerah, sejatinya kearifan lokal merujuk kepada karaktreristik
masing-masing keragaman bangsa Indonesia. Pada sisi yang lain, karakteristik itu mengandung
nilai-nilai luhur yang memiliki sumber daya kearifan, di mana pada masa lalu merupakan sumber
nilai dan inspirasi dalam strategi memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri, dan
meningkatkan kesejehteraan hidup mereka. Hal ini berarti masing-masing suku memiliki
kearifan lokal sendiri, seperti suku Lampung yang dikenal terbuka menerima suku lain sebagai

1
Francis Wahono, 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati, Yogyakarta Gunggung
Seno Aji Penerbit Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2003.
2
http://kbbi,web,id/budaya,13 September 2021

4
saudara (Angkon Muakhi), suku Jawa yang terkenal dengan tata-krama dan perilaku yang
lembut, suku Madura dan Bugis memiliki harga diri yang tinggi, dan etnis Cina terkenal dengan
keuletannya dalam usaha.3 Demikian juga dengan suku lain seperti, Minang, Aceh, Sunda,
Toraja, Sasak, Nias, dan suku-suku yang lainnya juga memiliki budaya dan pedoman hidup
masing yang khas sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup mereka dalam upaya mencapai
kesejehtaraan bersama. Beberapa nilai dan bentuk kearifan lokal termasuk hukum adat, nilai-
nilai budaya, dan kepercayaan yang ada sebagian besar sangat relevan untuk diaplikasikan ke
dalam proses pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Suatu kearifan lokal tersebut mengandung nilai-nilai positif bagi kehidupan mereka,
sehingga prinsip ini menjadi tradisi yang melekat kuat pada kehidupan masyarakat setempat.
Meskipun ada perbedaan karakter dan hubungan sosial budayanya, tapi dalam jangka yang lama
mereka terikat dalam persamaan tujuan dalam menciptakan kehidupan yang bermartabat dan
sejahtera. Dalam bingkai kearifan lokal ini, antar individu dan antar kelompok masyarakat saling
melengkapi, bersatu, dan berinteraksi dengan terus memelihara nilai dan norma sosial yang
berlaku.

Keanekaragaman budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat


membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan
bagian penting bagi pembentukan identitas budaya suatu daerah. Di samping itu,
keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan
budaya yang perlu dilestarikan.4 Seiring dengan peningkatan teknologi dan perubahan budaya ke
arah kehidupan modern, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat tersebut
menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena warisan budaya dan
nilai-nilai tradisional tersebut mengandung banyak kearifan lokal yang masih sangat relevan
dengan kondisi sekarang yang seharusnya tetap dilestarikan, diadaptasi, atau bahkan
dikembangkan lebih jauh lagi.

3
Abdul Syani, “Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa dan Implementasinya dalam Kehidupan
Masyarakat” dalam http://staff .unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/17/kearifan-lokal-sebagai-aset-budaya-bangsa-dan-
implementasinya-dalam-kehidupan-masyarakat/, diakses 16 September 2021
4
Ibid.

5
Namun demikian, dalam kenyataannya nilai-nilai budaya luhur itu mulai meredup dan
memudar. Kenyataaan tersebut mengakibatkan generasi penerus bangsa cenderung kesulitan
untuk menyerap kearifan lokal menjadi nilai-nilai budaya sebagai sumber daya untuk
memelihara dan meningkatkan martabat dan kesejahtaraan bangsa. Generasi sekarang semakin
kehilangan kemampuan dan kreativitas dalam memahami prinsip kearifan lokal. Meski
masyarakat cemas bahkan ragu terhadap kemungkinan nilai-nilai luhur budaya itu mulai
meredup termakan waktu, upaya menggali kearifan lokal tetap dilakukan. Masyarakat memiliki
kewajiban untuk kembali kepada jati diri mereka melalui penerapan dan pelestarian nilai-nilai
luhur budaya yang ada sebagai sumber daya kearifan lokal.

Upaya ini perlu dilakukan untuk mengimplementasikan makna substantif kearifan lokal,
di mana masyarakat harus membuka kesadaran, kejujuran, dan sejumlah nilai budaya luhur untuk
disosialisasikan dan dikembangkan menjadi prinsip hidup yang bermartabat. Salah satu contoh
kearifan lokal yang dijadikan aset budaya bangsa adalah Piil Pesenggiri. Piil
Pesenggiri adalah sebuah prinsip hidup atau falsafah hidup yang dimiliki oleh masyarakat
Lampung. Falsafah Piil Pesenggiri bersumber dari kitab-kitab adat yang dianut oleh masyarakat
Lampung.5 Piil Pesenggiri kemudian diwariskan dalam bentuk cerita nasehat dan ajaran pada
sastra tradisional seperti berbagai jenis pantun masyarakat Lampung secara turun-temurun.
Selain itu, tertulis dalam kitab adat Pepadun Kuntara Raja Niti yakni kitab adat yang digunakan
oleh punyimbang (pemuka adat) masyarakat Lampung yang telah ditulis pada era Majapahit.
Terdapat beberapa aspek dalam Piil Pesenggiri yaitu nemui nyimah (ramah tamah dalam
menyambut tamu), nengah nyappur (mudah berbaur dalam masyarakat), dan sakai sambayan
(tolong menolong dan bergotong royong).6

Begitu juga dengan makna kearifan lokal dalam nilai-nilai budaya lainnya, yang
kemudian nilai-nilai budaya ini harus disebarluaskan dan diimplementasikan ke dalam seluruh
kehidupan masyarakat agar dapat menjadi jati diri masyarakat daerah. Keberadaan Piil

5
Pairul Syah, “Kualitas Pelayanan Publik Samsat Lampung dalam Perspektif Budaya Pill Pesenggiri”,
Jurnal Ilmu Hukum, 7 (2), 168-180, dalam https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/376/334 , diakses
18 September 2021, hal. 171
6
Ibid.

6
Pesenggiri merupakan aset budaya bangsa yang perlu dilindungi dan dilestarikan untuk
meningkatkan kesadaran jati diri bangsa guna diteruskan kepada generasi ke generasi berikutnya.

Dalam proses pelestarian budaya, kearifan lokal bukan hanya berfungsi menjadi filter
ketika terjadi benturan antara budaya lokal dengan budaya luar. Akan tetapi, nilai-nilai budaya
lokal berguna sebagai pedoman moral dalam penyelesaian masalah ketika sebuah kebudayaan
berhadapan dengan kebudayaan baru yang tidak sesuai dengan kearifan lokal yang ada.7
Sebagaimana contoh pada kehidupan masyarakat lokal, proses untuk mencapai kesepakatan
selalu memperhatikan elemen-elemen kearifan lokal ketika berhadapan dengan budaya-budaya
yang baru. Elemen-elemen itu dipertimbangkan, dipilah dan dipilih mana yang relevan dan mana
pula yang bertentangan. Hasilnya menunjukkan setiap elemen mendapatkan tempat dan muncul
dalam bentuknya yang baru sebagai sebuah kesatuan yang harmonis.

Terbentuknya kesatuan yang harmonis itu tidak lepas dari tujuannya, yaitu keadilan yang
menyentuh kepentingan berbagai pihak. Kepentingan-kepentingan yang dimaksud sangat luas
cakupannya, tetapi secara garis besar meliputi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup manusia. Bagi pembuat kebijakan harus mampu memilah dan memilih
proses kesepakatan yang menguntungkan semua pihak, kemudian menyikapi, menata, dan
menindaklanjuti arah perubahan kepentingan-kepentingan itu agar tetap dalam prinsip
kebersarnaan dan juga tidak meninggalkan kearifan lokal masyarakat setempat.8 Kearifan lokal
sebagai aset nilai-nilai budaya lokal bisa menjadi sebuah pedoman dalam upaya rnerangkai
berbagai kepentingan yang ada di masyarakat secara harmonis, tanpa ada pihak yang dirugikan.

C. Kearifan Lokal Sebagai Pembentukan Karakter Bangsa

Karakter sebagai suatu moral excellence atau akhlak dibangun di atas berbagai kebajikan
(virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi atas nilai-nilai yang
berlaku dalam budaya bangsa. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga

7
Abdul Syani, “Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa dan Implementasinya dalam Kehidupan
Masyarakat” dalam http://staff .unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/17/kearifan-lokal-sebagai-aset-budaya-bangsa-dan-
implementasinya-dalam-kehidupan-masyarakat/, diakses 16 September 2021
8
Ibid.

7
negara Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan
berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai inti
karakter bangsa Indonesia, mengandung lima pilar karakter, yakni:

1. Transendensi, menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari-Nya akan memunculkan penghambaan semata-mata pada Tuhan. Kesadaran ini
juga berarti memahami keberadaan diri dan alam sekitar sehingga mampu
memakmurkannya
2. Humanisasi, setiap manusia pada hakikatnya setara di hadapan Tuhan kecuali ketakwaan
dan ilmu yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subyek yang memiliki
potensi
3. Kebinekaan, kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu
mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan
4. Liberasi, pembebasan atas penindasan sesama manusia. Oleh karena itu tidak dibenarkan
adanya penjajahan manusia oleh manusia
5. Keadilan, merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi proporsional.

Pendidikan sebagai proses humanisasi lebih menitikberatkan kepada peran manusia


sebagai makhluk sosial yang memiliki otonomi moral dan sensivitas budaya. Artinya bahwa
manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial harus bisa dan mampu
mengelola konflik serta menghargai kemajukan berbagai budaya. Toleransi dan transformasi
budaya harus dipandu pelan-pelan, bukan merupakan revolusi sosial yang dipaksakan.

Secara historis-geneologis, pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-


spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman, Foerster9. Ada empat ciri
dasar dalam pendidikan karakter menurut Foerster. Pertama, keteraturan interior dengan setiap
tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua,
koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah
terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang
membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas

9
Satrijo Budiwibowo “Membangun Pendidikan Karakter Generasi Muda Melalui Budaya Kearifan Lokal
Di Era Global” dalam https://media.neliti.com/media/publications/161025-ID-membangun-pendidikan-karakter-
generasi-m.pdf, diakses pada 18 september 2021

8
seseorang. Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Itu dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa
terpengaruh oleh atau desakan dari pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Kesetiaan
merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Karakter itulah yang
menentukan bentuk seorang pribadi dalam segala tindakannya. Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Masyarakat Indonesia dan budayanya yang plural (jamak) dan heterogen (aneka ragam)
mencerminkan kebhinekaan yang manunggal.10 kearifan lokal dilihat dari Kamus Inggris-
Indonesia, terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat
dan wisdom sama dengan kearifan. Nilai budaya yang berkembang dalam suatu masyarakat,
akan selalu berakar dari kearifan tradisional (kearifan lokal) yang muncul dan berkembang
sejalan dengan perkembangan masyarakat itu sendiri, keanekaragaman masyarakat Indonesia
dengan ciri kemajemukan budayanya tidak bisa secara otomatis terintegrasi menjadi kebudayaan
nasional, yang sama mantapnya dengan setiap sistem adat yang ada, karena kebudayaan nasional
tersebut baru pada taraf pembentukan.

D. Kearifan Lokal Dalam Konteks Indonesia Kekinian

Dalam perkembangan peradaban manusia yang dinamis dari waktu ke waktu, konsepsi
kearifan lokal pun mulai terkaburkan. Pada konteks kekinian, modernitas menyebabkan sebagian
besar manusia beranggapan tradisi itu sesuatu yang usang, kurang penting, dan tidak perlu
dirujuk lagi. Anggapan ini menyebabkan terputusnya hubungan antara alam – tradisi – artefak
fisik, sehingga kearifan lokal mengalami pergeseran makna. Dan pendekatan ekonomi (materi)

10
Gina Lestari “Bhinneka Hinneka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah Kehidupan
SARA” dalam http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/5437 diakses pada 18 september 2021

9
menyebabkan manusia semakin rasional dan berpikir praktis Kondisi ini semakin mengaburkan
nilai kosmologis dari suatu tradisi yang dapat mengancam hilangnya identitas setempat. 11

Pembangunan merupakan sebuah solusi memperbaiki perubahan sosial dalam masyarakat


yang direncanakan untuk menyempurnakan, baik kemajuan sosial dan material, termasuk
peningkatan persamaan, kebebasan, dan nilai-nilai kualitas lainnya, untuk kesejahteraan manusia
melalui peningkatan kontrol yang lebih besar di lingkungan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan kekinian dalam pengertian ini tidak hanya membertimbangkan peningkatan
ekonomi saja, namun sudah lebih memperhatikan aspek manusia dan aspek-aspek lainnya, dalam
rangka peningkatan harkat hidup manusia menuju kemandirian untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik lagi. tidak seluruh masyarakat mengerti akan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintahnya, baik karena keterbatasan pendidikan bagi masyarakat, karena umumnya,
masyarakat yang menjadi fokus utama program-program pembangunan yang direncanakan oleh
pemerintah adalah mereka yang hidup dalam sebuah keterbatasan, yang kurang mampu bertahan
dalam kondisi sulit, yaitu masyarakat miskin yang masih sulit dalam melakukan pekerjaan lebih
baik lagi karena keterbatasan pendidikan dan kemampuan yang ada di dalam diri mereka,
meskipun mereka mau dan mampu.

Kemiskinan salah satu masalah utama dalam pembangunan nasional dan kemiskinan
kebanyakan berasal dari pedesaan. Untuk menanggulangi kemiskianan di Pedesaan yaitu dengan
melaksanakan pemberdayaan masyarakat agar bisa mandiri, kompetitif dan mampu bersaing di
era revolusi industri 4.0 atau era digital serta berpotensi menyumbang pendapatan nasional.
Kemajuan Teknologi informasi yang menyebabkan perubahan-perubahan cepat dalam berbagai
bidang kehidupan. selama ini keberadaan UMKM yang tidak diragukan mampu bertahan dari
goncangan krisis ekonomi dan berkontribusi kepada pembangunan ekonomi nasional.

Keberadaan media mempunyai peranan penting untuk mengangkat budaya dan kearifan lokal
masyarakat setempat. Peran kebudayaan dalam pembangunan ditingkatkan melalui kapitalisasi
nilai-nilai luhur budaya bangsa dan pengembangan etos kerja untuk menjadikan Indonesia

11
Ni Ketut Agusintadewi, “Memaknai Kembali Kearifan Lokal Dalam Konteks Kekinian”” dalam
https://www.researchgate.net/publication/344794472_Memaknai_Kembali_Kearifan_Lokal_dalam_Konteks_Kekini
an, diakses 15 September 2021

10
sebagai salah satu pusat kebudayaan dan peradaban dunia. Jati diri bangsa Indonesia dan budaya
bangsa diperkuat untuk memperkokoh akar kebudayaan Indonesia di tengah arus globalisasi.

Modernisasi industri difokuskan pada industri pengolahan sumber daya alam (SDA) berbasis
kawasan dan sentra industri dengan integrasi rantai pasok dan rantai nilai dari hulu ke hilir, yang
didukung oleh inovasi, sumber daya manusia (SDM) berkualitas, dan kemitraan antara industri
besar, sedang, dan kecil. Sektor kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan salah
motor penggerak bisnis Indonesia dan merupakan beberapa sektor potensial untuk dikembangkan
dalam ekonomi digital. Dengan didukung teknologi digital yang mumpuni, beberapa sektor
tersebut diprediksi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 12 Di sisi lain dalam
perkembangannya, produk kreatif juga sangat berkaitan erat dengan produk budaya. Pendekatan
kebudayaan juga menjadi aspek penting di dalam penguatan ekonomi digital. Walaupun
sebetulnya antara budaya dan ekonomi sendiri masih sering bertentangan dalam konteks ril
pengembangannya. Kebudayaan lebih bersifat normatif yang cenderung konservatif, sedangkan
ekonomi lebih bersifat progresif dan berbasis empirik. Tetapi melalui teknologi digital, sinergitas
kedua pertentangan ini dapat disatukan menjadi sebuah peluang usaha ekonomi baru yang
menjanjikan. Dengan demikian sangat penting memperkaya komponen-komponen budaya yang
mengandung nilai ke-Indonesia-an.

E. Dampak Globalisasi Terhadap Pelestarian Kearifan Lokal

Globalisasi adalah suatu integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia.
Globalisasi berasal dari kata globalization. Globalisasi merupakan suatu fase perubahan yang
dialami oleh masyarakat di berbagai penjuru dunia. Ciri khas dari era globalisasi yaitu semakin
kaburnya batas-batas geografis antar negara. Pertukaran informasi serta arus barang maupun jasa
tidak lagi hanya dilakukan dalam cakupan negara (lokal,nasional) namun juga merambah lintas
negara (global, internasional).13 Perkembangan zaman yang sangat pesat dapat memiliki dampak
terhadap kearifan local. Hal ini dikarenakan bebasnya akses komunikasi atau sosial media dan
pasar bebas. Sehingga banyak sekali kebudayaan asing yang masuk kedalam suatu negara.tidak

12
Kominfo Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia Strategi dan Sektor Potensial, (Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik Badan Penelitian dan
Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2019), hal. 29

11
hanya memudarnya kearifan local saja. Globalisasi dapat merubah sifat nasionalis dan patriotis
seseorang yang terpengaruhi budaya asing.

Tentu saja ini akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar bagi sistem sosial dan
budaya lokal yang ada di Negara kita. Pengaruh budaya barat yang berjalan dengan cepat ini
akan menimbulkan terjadi nya goncangan sosial atau culture shock yaitu suatu keadaan yang
dimana masyarakat nya tidak mampu atau tidak siap menahan berbagai pengaruh budaya-budaya
luar yang masuk ke Negara kita. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia.

Globalisasi mempunyai dampak positif dan dampak negatif.

1. Dampak Positif:
- Dengan adanya globalisasi maka kita dapat mengenalkan kebudayaan kita terhadap dunia
luar.
- Dapat mengekspor kearifan local kepada negara lain contohnya: kerajinan daerah
- Dapat memperkenalkan wisata dalam negeri kepada negara lain, sehingga dapat
menunjang kearifan local karena akan banyak wisatawan yang dating.
2. Dampak negatif:
- Melunturkan kebudayaan sendiri
- Hilangnya rasa gotong royong dan masyarakat cenderung individualis
- Lunturnya ketertarikan masyarakat local pada karifan local didaerahnya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kearifan lokal sangat berpengaruh dalam berbagai aspek, terutama pada aspekaspek
social, Dengan demikian dalam pembentukan karakterpun kearifan local sangat berpengaruh,
terutama kearifan lokal dalam aspek kebiasaan, sikap, dan bagaimana seseorang berprilaku
dengan baik. Budaya dan sifat sopan dan santun harus tetap diajarkan kepada para penerus
bangsa. Karena kearifan local juga berpengaruh dalam pembentukan karakter.
Dalam era globalisasi ini banyak sekali budaya – budaya asing yang masuk ke Indonesia. Hal ini
dikarenakan bebasnya akses komunikasi melalui sosial media dan kecanggihan teknologi yang
semakin berkembang. Tetapi dengan adanya globalisasi diharapkan masyarakat tetap memfilter
budaya - budaya asing dari luar. Sehingga budaya asing tidak mudah merusak karakter dan
kearifan bangsa kita.

B. Saran
Dapat kita ketahui perkembangan zaman yang semakin lebih canggih dan bebasnya akses
komunikasi atau yang kita ketahui sebagai globalisasi dapat berpengaruh buruk apabila kita tidak
dapat memfilter budaya asing dengan baik. Akan tetapi, globalisasi akan berdampak positif
apabila di barengi dengan Pendidikan karakter yang baik di lingkunagn rumah maupun sekolah.
Pendidikan karakter sangat penting agar bangs akita tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa
yang santun dan ramah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syani, “Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa dan Implementasinya dalam
Kehidupan Masyarakat” dalam http://staff .unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/17/kearifan-
lokal-sebagai-aset-budaya-bangsa-dan-implementasinya-dalam-kehidupan-masyarakat/,
diakses 16 September 2021.

Francis Wahono, 2005. “Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati”, Yogyakarta :
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Gina Lestari “Bhinneka Hinneka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah
Kehidupan SARA” dalam http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/5437
diakses pada 18 september 2021.

Kominfo. 2019 “Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia Strategi dan Sektor Potensial”,
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan
Komunikasi Publik Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi
dan Informatika.

Ni Ketut Agusintadewi, “Memaknai Kembali Kearifan Lokal Dalam Konteks Kekinian” dalam
https://www.researchgate.net/publication/344794472_Memaknai_Kembali_Kearifan_Lo
kal_dalam_Konteks_Kekinian, diakses 15 September 2021.

Satrijo Budiwibowo “Membangun Pendidikan Karakter Generasi Muda Melalui Budaya


Kearifan Lokal Di Era Global” dalam
https://media.neliti.com/media/publications/161025-ID-membangun-pendidikan-
karakter-generasi-m.pdf, diakses pada 18 september 2021.

Syah, Pairul. 2013. Kualitas Pelayanan Publik Samsat Lampung dalam Perspektif Budaya Pill
Pesenggiri, Jurnal Ilmu Hukum, 7 (2):168-180,
(https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/376/334), diakses 18 September
2021.

14
Syani, Abdul. 2013. “Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa dan Implementasinya
dalam Kehidupan Masyarakat”, dalamhttp://staff .unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/17/keari
fan-lokal-sebagai-aset-budaya-bangsa-dan-implementasinya-dalam-kehidupan-
masyarakat/, diakses 16 September 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai