Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 9
KELAS 3B
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran
dalam penyusunan makalah Statistik dengan judul “Konsep Kearifan Lokal dalam
Pembangunan Pertanian”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kita nabi agung Muhammad SAW.
1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian...................................3
B. Kearifan lokal dalam pembangunan pertanian.............................................4
C. Pengembangan dan pemberdayaan masyaraka berbasis kemandirian untuk
mewujudkan ketahanan ekonomi ................................................................5
D. Membangun ekonomi desa berbasis pertanian.............................................5
E. Kedaulatan pangan berbasis desa.................................................................7
F. Industrialisasi pertanian...............................................................................9
G. Pengembangan agroindustri sebagai bentuk pembangunan berbasis
masyarakat..................................................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan ...............................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Kearifan Lokal” menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
diartikan sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku di dalam tatanan kehidupan
masyarakat tertentu, yang menjadi ciri atau wajah peradaban dari sebuah era yang
perlu dilestarikan oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan Rahyono yakin bahwa
kearifan lokal bukan sekedar peradaban yang perlu dipertahankan saja, tetapi
harus diberi penghargaan setinggi mungkin dengan cara melestarikannya, karena
unsur pengalaman hidup suatu ethnis atau masyarakat tertentu yang dikristalkan
menjadi nilai-nilai yang terkandung di dalam kearifan lokal tersebut.
Pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor kunci perekonomian
Indonesia. Meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto
nasional telah menurun secara signifikan dalam setengah abad terakhir, saat ini
sektor pertanian masih memberikan pendapatan bagi sebagian besar rumah tangga
Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting
dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama
dalam sumbangannya terhadap PDB, penyedia lapangan kerja dan penyediaan
pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian
besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian mereka meskipun
negara telah menjadi negara industri. Sehubungan dengan itu, pengendalian lahan
pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional yang strategis untuk tetap
memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas penyediaan pangan, dalam
kaitannya untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dalam jangka panjang
mengingat sifat multi fungsi lahan pertanian
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian ?
2. Bagaimana kearifan lokal dalam pembangunan pertanian ?
3. Bagaimana pngembangan dan pemberdayaan masyaraka berbasis kemandirian
untuk mewujudkan ketahanan ekonomi ?
3
4. Bagaimana membangun ekonomi desa berbasis pertanian ?
5. Bagaimana Kedaulatan pangan berbasis desa ?
6. Bagaimana Industrialisasi pertanian ?
7. Bagaimana Pengembangan agroindustri sebagai bentuk pembangunan berbasis
masyarakat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian.
2. Untuk mengetahui kearifan lokal dalam pembangunan pertanian.
3. Untuk mengetahui pngembangan dan pemberdayaan masyaraka berbasis
kemandirian untuk mewujudkan ketahanan ekonomi.
4. Untuk mengetahui membangun ekonomi desa berbasis pertanian.
5. Untuk mengetahui kedaulatan pangan berbasis desa.
6. Untuk mengetahui industrialisasi pertanian.
7. Untuk mengetahui pengembangan agroindustri sebagai bentuk pembangunan
berbasis masyarakat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Kearifan Lokal dalam Pembangunan Pertanian.
Manfaat pengetahuan lokal dan kearifan lokal dalam pembangunan
pertanian dan perencanaan sebuah wilayah adalah untuk sebagai modal sosial
yang menjadi modal dasar, sarana dan prasarana penghidupan, perekat kesatuan
dan persatuan, serta pertahanan dan keamanan suatu masyarakat lokal.2
Pembangunan pertanian diharapkan dapat dilakukan secara lebih terencana
dengan pemanfaatan yang optimum serta dapat dinikmati oleh seluruh penduduk
Indonesia. Pertanian pastinya tidak lepas dari kearifan lokal suatu desa, karena
kini sektor pertanian utamanya ada di desa. Kota-kota besar kini telah berdiri
berbagai industri-industri.
Pertanian merupakan hal yang tidak terpisahkan dari pedesaan. Pertanian
adalah salah satu komponen utama dalam menopang kehidupan. Pertanian
mempunyai peranan penting yaitu sebagai penyedia kebutuhan pangan yang
sangat diperlukan oleh masyarakat guna menjaga ketahanan pangan. Semakin
tinggi pertumbuhan populasi manusia maka kebutuhan terhadap pangan juga
semakin meningkat. Maka dari itu diperlukan sektor pertanian yang kuat serta
didukung berbagai teknologi.
Petani menjadi tulang punggung bagi Indonesia. Pada tahun 1952 Bung
Karno menyebut sebagai Penjaga Tatanan Negara Indonesia (Petani). 3 Menurut
Bung Karno sangat penting peran petani sebagai penjaga ketahanan pangan.
Swasembada pangan terus digaungkan untuk menjaga stabilitas nasional. Kearifan
lokal merupakan aspek penting dalam sistem pertanian tradisional. Kearifan lokal
sering diartikan sebagai pengetahuan setempat yang di dalamnya terkandung
pengetahuan serta berbagai strategi dalam menjawab berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup, pemenuhan kebutuhan pangan, serta strategi
adaptasi masyarakat dalam menghadapi perubahan lingkungan alam dan sosial.
2
Budi Setiawan, ‘’Kearifan Lokal dan Pengetahuan Lokal dalam Pembangunan
Pertanian dan Perencanaan dalam Sebuah Wilayah’’ dalam
https://www.kompasiana.com/bbudisetiawan/5ded0400097f364afc0ecdb3/kearifan-lokal-dan-
pengetahuan-lokal-dalam-pembangunan-pertanian-dan-perencanaan-dalam-sebuah-wilayah
diakses 22 oktober 2021
3
PT. Borobudur Media Group, ``Baru Tahu…Ternyata Petani Adalah Sebuah Singkatan,
Ini Kepanjangannya’’ dalam https://borobudurnews.com/baru-tahuternyata-petani-adalah-sebuah-
singkatan-ini-kepanjangannya diakses 22 oktober 2021
6
C. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kemandirian
untuk Mewujudkan Ketahanan Ekonomi.
Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak bisa
terpisahkan dari pembangunan baik pembagunan ekonomi dan maupun
pembangunan nasional. Pengembangan serta pemberdayaan petani perlu
diwujudkan agar terpenuhi kebutuhan akan bahan pangan seluruh masyarakat,
kemandirian petani adalah bagimana kemampuan serta keinginan petani
mengelola lahan yang dimilikinya secara maksimal sesuai dengan aturan agar
tercipta keoptimalan dan kesejahteraan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Keberhasilan pembangunan pertanian dapat meningkatkan pendapatan dan
ketersediaan bahan pangan masyarakat akan diiringi dengan berkembangnya
sektor industri dan sektor jasa serta mempercepat trasformasi struktur
perekonomian nasional.
7
ketahanan pangan bukan pada kedaulatan pangan. Dan, beras menjadi andalan
utama dalam kebijakan ketahanan pangan sehingga mengabaikan kekuatan lokal
yaitu non beras.5
Hal ini menyebabkan konsentrasi kebijakan pangan hanya berfokus pada
beras padahal potensi pangan non beras sangat besar. Kebijakan pemerintah yang
sudah dibahas sebelumnya mengandung beberapa kelemahan sebab tidak secara
seimbang upaya membangun perekonomian desa dengan basis semua hasil
panen, bukan hanya beras beras saja, namun pangan non beras yang berbasis
kekuatan lokal.
Dengan demikian, pemaknaan membangun perekonomian masyarakat
dapat disimpulkan bahwa pertama, pembangunan perekonomian masyarakat
hendaknya bukan membuat masyarakat menjadi tergantung pada program-
program pemberian (charity). Kedua, setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan
atas usaha sendiri. Ketiga, memandirikan masyarakat dan membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
berkelanjutan (sustainable).6
Pembangunan eperekonomian masyarakat khususnya masyarakat di
wilayah pedesaan merupakan upaya pengentasan kemiskinan yang bertujuan
untuk memberi ruang gerak, fasilitas publik dan kesempatan-kesempatan yang
kondusif bagi tumbuhnya kemampuan kelompok masyarakat miskin untuk
mengatasi masalah mereka sendiri, dan tidak dengan menekan mereka ke pinggir
atau pada posisi ketergantungan.7
Menurut Nurhidayah pembangunan perekonomian masyarakat desa
berbasis pertanian akan berimplikasi pada hal-hal berikut :8
1) Terwujudnya Lapangan Pekerjaan
Program pembangunan perekonomian masyarakat mampu meningkatkan
kemampuan masyarakat dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau
5
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik tentang Ketahanan Pangan. (Jakarta:
Badan Ketahanan Pangan, 2018)
6
Andi Sopandi, “Strategi dan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten
Bekasi,” Jurnal FISIP: KYBERNAN 1 (2010)
7
Zaili Rusli et al., “Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Usaha Ekonomi
Desa Simpan Pinjam (UED-SP ),” Jurnal Kebijakan Publik 3 no. 2 (2012): 68
8
Nurhidayah, N. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Pertanian Terpadu di
Joglo Tani. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah
Pembangunan, 2(1), (2018) 135-156.
8
permasalahan yang dihadapi. Adanya pembangunan perekonomian masyarakat
desa berbasis pertanian terpadu dapat membuka lapangan pekerjaan dipedesaan,
khususnya bagi masyarakat petani yang tidak memiliki lahan. Alhasil, petani yang
tidak mempunyai lahan diberikan garapan seperti menanam padi, membajak
sawah menggunakan traktor dan pemanenan.
2) Kedaulatan Pangan
Kedaulatan pangan merupakan suatu upaya dalam pemenuhan kebutuhan
pangan pokok seperti karbohidrat, protein, dan serat. Konsep kedaulan pangan
yang dari gagasan program pembangunan perekonomian masyarakat desa berbasis
pertanian bertujuan untuk mempertahankan stok bahan makanan pokok melalui
sistem pertanian terpadu. Konsep kedaulatan pangan menjamin bahwa keragaman
bahan makan tersebut terjaga dan menghindari masyarakat dari ketergantungan.
3) Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Peningkatan pendapatan dapat mengukur tingkat kemakmuran masyarakat
serta dapat mengetahui kemajuan ekonomi atau perkembangan perekonomian dari
tahun ke tahun.9 Seperti halnya pemanfaatan pembangunan perekonomian
masyarakat desa berbasis pertanian dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pembangunan perekonomian
masyarakat desa berbasis pertanian ini dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat karena pertanian terpadu tidak bergantung pada satu kegiatan, tetapi
beberapa kegiatan diantaranya pertanian, perikanan, peternakan dan budidaya
tanaman.
9
Sugeng Haryanto, “Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga
Miskin: Studi Kasus Pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak Kecamatan Tugu Trenggalek,”
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9:2 (2008), hal. 220; Joko Suwandi, “Pedagang Kakilima
(PKL) di Kota Surakarta: Persepsi Masyarakat dan Alternatif Penanganannya,” Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial 22, no. 1 (2012): 41–49, https://doi.org/10.2317/jpis.v22i1.879.
9
kebutuhan pangannya sendiri dengan menanam berbagai tanaman sesuai kondisi
lokal. Misalnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di sebagain
wilayah pedesaan Indonesia memiliki banyak kepercayaan terhadap manfaat padi
lokal. Yakni, untuk pengobatan dan kecantikan tradisional, adat dan budaya.
Dalam konteks ketahanan pangan, para petani memandang kearifan lokal
identik dengan pangan lokal dalam sistem pertanian subsistens seperti padi
ladang, jagung, ubi, pisang dan lain-lain. Sebab, mereka menanam, memelihara
tanaman lokal tidak terlepas dari penerapan pengetahuan serta nilai kearifan lokal
yang mereka warisi secara turun temurun. Oleh karena itu, kampanye kedaulatan
pangan berbasis desa harus secara serius digalakan terutama pangan non beras
yaitu agar petani dan masyarakat kembali mencintai pangan lokal. Jika hal
tersebut berhasil maka masyarakat tidak hanya tergantung pada beras karena
masih ada pangan lokal yang dimiliki petani.
Gerakan mewujudkan kedaulatan pangan berbasis desa memiliki beberapa
arti strategis seperti;
1. Untuk meningkatkan citra makanan lokal sebagai subtitusi beras dan
diversifikasi pangan,
2. Upaya untuk melestarikan semua potensi lokal yang diwarisi para leluhur di
seluruh negeri ini,
3. Mengajak masyarakat terutama generasi muda mencintai kebudayaan sendiri
dan mengerti kearifan lokal yang dimiliki oleh leluhurnya sendiri,
4. Membangun berbasis “back to basic” yang berwawasan alam dan lingkungan
hidup,
5. Mengantisipasi kelangkaan beras sebagai akibat dari pemanasan global.
Jika beras menjadi komoditi yang sulit didapat baik karena harga terlalu
mahal atau kekurangan stok karena perubahan iklim ekstrim maka tanaman lokal
dapat menjadi salah satu produk yang mampu mengatasinya. Dengan menyikapi
hal-hal tersebut di atas seharusnya pemerintah menetapkan program khusus yang
mengemban pangan lokal sebagai salah satu program prioritas. Gerakan kembali
mencintai pangan lokal tersebut bertujuan untuk memberikan dorongan terhadap
berbagai stakeholder di wilayah pedesaan dalam mencintai pangan lokal.
Kecintaan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan lokal semakin
10
berkembang di setiap daerah jika pemerintah mendukungnya dengan berbagai
kebijakan anggaran yang mendorong daerah untuk mengembangkan tanaman
lokal serta meningkatkan citra pangan lokal secara nasional melalui penerapan
kebijakan pascapanen dan pengolahan hasil terhadap pangan lokal.10
F. Industrialisasi Pertanian
a) Konsep Industrialisasi Pertanian
Secara konseptual, industrialisasi pertanian merupakan perubahan dari
pertanian tradisional menuju pertanian modern yang memiliki nilai tambah.
Aplikasi dari industrialisasi pertanian ini, menuntut perubahan yang signifikan
dari modernisasi produksi manufaktur yang merupakan kegiatan untuk
mentransformasikan produk dari petani ke tujuan akhir konsumen (yang meliputi
kegiatan produksi dan prosesing) serta modernisasi distribusi dan koordinasi
dalam rantai pasar pertanian. Dalam industri pertanian, dijelaskan, sangat penting
untuk mengidentifikasi aktivitas nilai tambah yang akan mendukung investasi
yang diperlukan melalui riset di aspek pemasaran dan pengolahan, aplikasi
bioteknologi, rancang bangun serta restrukturisasi sistem distribusi. contoh,
seorang petani menanam pohon aren kemudian menghasilkan gula atau sirup yang
disukai konsumen. Kemajuan teknologi akan memberikan informasi agar
produksi pertanian menjadi lebih tepat mengikuti keinginan konsumen.
10
Dunia Agraris,Kedaulatan Pangan Berbasis Kearifan Lokal di Nusa Tenggara
Timur......
11
bisnis lain seperti contract growing, leasing arrangements, joint venture ataupun
melalui koperasi.
12
pengembangan agroindustri pedesaan Untuk mewujudkan tujuan tersebut
pengembangan Agroindustri diarahkan pada:11
11
Riset Manajemen & Akuntansi Volume 4 Nomor 7 Edisi Mei 2013
13
d. Bahan baku agroindustri tidak bergantung pada komponen bahan impor, pada
sisi yang lain produk-produk hasil agroindustri berorientasi pasar eksport
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan lahan pertanian di dapat
dilihat pada proses perencanaan dan praktek pengelolaannya. Bentuk kearifan
lokal yang ada berupa hasil adaptasi asli budaya yang ada, kemudian hasil
perpaduan antara pengetahuan lokal dan perkembangan ilmu pengetahuan. dengan
adanya kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang nilai dan maknanya
sama dengan unsur di dalam kearifan lokal yang ada Dengan mengakomodasi
nilai-nilai kearifan lokal maka kualitaspelaksanaan kegiatan tanggung jawab
sosial dan lingkungan lebih baik daripada tidak mengandung nilai-nilai kearifan
lokal.
B. Saran
Kami selaku penulis dan penyusun makalah ini mengharapkan dengan
adanya makalah ini dapat memberi informasi mengenai Konsep Kearifan Lokal
dalam Pembangunan Pertanian sehingga masyarakat menjadi tahu sebagai orang
yang awam untuk mengetahui seperti apa hubungan karifan lokal dengan
pmbangunan sektor pertanian. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari tata cara penulisannya maupun segi penyampaian materi.
Kami berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran dengan bahasa
yang baik demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
khususnya bagi kami dan juga berguna bagi para pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Simpan Pinjam (UED-SP ).” Jurnal Kebijakan Publik, Vol. 3, No.
2, 68.
Sopandi, Andi. (2010). “Strategi dan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di
Kabupaten Bekasi,” Jurnal FISIP: KYBERNAN Vol. 1.
17