PROPOSAL
Oleh :
DARZA NUHHIRTO
NIM: 1724002
ROKAN HULU
2021
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN
DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI PEMODERASI
PADA PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU
Proposal
Oleh:
DARZA NUHHIRTO
NIM : 1724002
Pembimbing I Pembimbing II
i
PERNYATAAN ORIGINALITAS SKRIPSI
1. Skripsi ini merupakan karya asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Pasir Pengaraian
maupun di Universitas lain.
2. Skripsi ini belum dipublikasikan, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh, serta sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Pasir Pengaraian.
Darza Nuhhirto
NIM. 1724002
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi, yang
berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Belanja
Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan Kinerja Keuangan
Sebagai Pemoderasi Pada Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu”. Skripsi ini
disusun untuk menyelesaikan Studi jenjang Strata 1 (S1) jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian.
Darza Nuhhirto
NIM. 1724002
iv
DAFTAR ISI
v
2.1.2.9. Belanja Modal Peralatan dan Mesin. ....................................... 17
2.1.2.10. Belanja Modal Gedung dan Bangunan. ................................... 17
2.1.2.12. Belanja Modal Fisik Lainnya. .................................................. 18
2.1.6 Kinerja Keuangan............................................................................ 18
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan. ............................................................... 19
2.3. Kerangka Pemikiran. .............................................................................. 20
2.4. Hipotesis. ................................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22
3.1. Objek Penelitian. .................................................................................... 22
3.2. Jenis Penelitian. ...................................................................................... 22
3.3. Jenis dan Sumber Data. .......................................................................... 23
3.3.1. Jenis Data. ....................................................................................... 23
3.3.2. Sumber Data. ................................................................................... 23
3.4. Teknik Pengumpulan Data. .................................................................... 23
3.5. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional. ....................................... 23
3.5.1. Variabel Dependen (Veriabel Terikat). ........................................... 24
3.5.2. Variabel Independen (Variabel Bebas) ........................................... 24
3.5.3. Variabel moderating (Variabel Moderasi) ...................................... 25
3.6. Teknik Analisis Data. ............................................................................. 25
3.6.1. Statistik Deskriptif. ......................................................................... 25
3.6.2. Uji Model ........................................................................................ 26
3.6.2.1. Uji Chow. ................................................................................. 26
3.6.2.2. Uji Hausman. ........................................................................... 26
3.6.2.3. Uji Lagrange Multiplier. .......................................................... 27
3.6.3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 27
3.6.3.1. Uji Normalitas.......................................................................... 28
3.6.3.2. Uji Multikolinearitas. ............................................................... 28
3.6.3.3. Uji Autokorelasi....................................................................... 29
3.6.3.4. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 29
vi
3.6.4. Uji hipotesis. ................................................................................... 30
3.6.4.1. Pengujian Hipotesis Variabel Independen dan Variabel
Dependen. 30
3.6.4.1.1. Uji Koefisien Determinasi. ................................................... 30
3.6.4.1.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .......................................... 31
3.6.4.1.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ....................... 31
3.6.4.2. Pengujian Hipotesis Variabel Moderasi. ................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan peraturan daerah kabupaten rokan hulu nomor 1 tahun 2016
tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah pada pasal pasal 21 ayat 1.
Pendapatan asli daerah berdasarkan perda nomor 1 tahun 2016 adalah pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sumber penerimaan daerah selain PAD
adalah dana perimbangan. Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Seluruh
APBD digunakan dalam bentuk belanja termasuk belanja modal yang digunakan
dalam rangka pembentukan modal yang bersifat menambah aset tetap/inventaris
yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di
dalamnya pengeluaran untuk biaya pemeliharaan untuk mempertahankan atau
menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset
(Peraturan Pemerintah Nomor 71/2010).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan hasil penelitian, mulai
dari pengaruh belanja pemerintah secara keseluruhan hingga spesifik kepada
belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi. Peneliti yang membahas tentang
pengaruh PAD, Dana Perimbangan, dan Biaya Modal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dilakukan oleh Bayu (2018). Hasil penelitian analisis pengaruh
pendapatan asli daerah, dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi dan variabel indenpenden adalah
pad, belanja modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, hasil pengujian
menunjukan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah dan belanja modal
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara itu variabel dana
perimbangan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sumatera Selatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ida dan Wayan (2018) dengan judul
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan
Belanja Modal dan Investasi Swasta sebagai Pemoderasi, dimana mendapatkan
hasil bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi PAD maka akan semakin bagus
pertumbuhan ekonomi di Bali. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2018)
dengan judul pengaruh pendapatan asli daerah, belanja modal terhadap
2
pertumbuhan ekonomi dan dana perimbangan sebagai pemoderasi di
kabupaten/kota sumatera utara bahwa secara simultan dan parsial pendapatan asli
daerah (PAD) dan belanja modal berpengaruh positf dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera utara.
Berdasarkan penelitian Bayu (2018) peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian kembali tentang pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan Biaya modal
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, adanya perbedaan penelitian ini dengan peneliti
sebelumnya, lokasi penelitian terdahulu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012-
2016 dan dibuat tahun 2018 dan penelitian ini mengambil di Kabupaten Rokan
Hulu 2010-2020 dan pembuatan tahun 2021. Pada penelitian juga menggunakan
variabel moderasi yang merupakan variable yang mempengaruhi (memperkuat
dan memperlemah) hubungan antara variable independen dengan dependen
(Sugiyono, 2019:41). Menurut Ani dan Dwirandra (2014) Kinerja keuangan yang
semakin meningkat, diduga tidak selalu mampu medorong pertumbuhan ekonomi,
serta mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan belanja
modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan kinerja keuangan sebagai
pemoderasi.
3
5. Apakah kinerja keuangan dapat memoderasi pendapatan asli daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi?
6. Apakah kinerja keuangan dapat memoderasi dana perimbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi?
7. Apakah kinerja keuangan dapat memoderasi belanja modal terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rokan Hulu?
4
2. Bagi Instansi
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
mengambil keputusan untuk menyusun kebijakan pengelolaan keuangan daerah
untuk pembangunan.
3. Bagi Pihak lain
Sebagai bahan informasi pendukung bagi para pembaca atau peneliti lainnya
tentang keuangan daerah khususnya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap
kinerja keuangan, belanja daerah, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemandirian
keuangan daerah kabupaten rokan hulu.
1.5.2. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan bayu wibowo
dengan Judul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan Dan
Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintah
Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah:
1. Membatasi penelitian hanya pada satu kabupaten.
2. Menambah variable moderating yaitu kinerja keuangan.
5
3. Objek penelitiannya dilakukan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Rokan Hulu.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Keterangan :
G = Pertumbuhan Ekonomi
PDRB1 = PDRB atas dasar harga konstan pada suatu tahun.
PDRB2 = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya.
8
Dari beberapa kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
serta ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Selanjutnya dikatakan bahwa
Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum
APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai
pedoman dalam penyusunan APBD. APBD harus memuat sasaran yang
diharapkan sesuai menurut fungsi belanja, standar pelayanan dan perkiraan biaya
satuan komponen kegiatan yang bersangkutan, serta kejelasan penggunaan bagian
pendapatan APBD yang digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum,
belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal.
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri atas tiga bagian,
yaitu:
1. Anggaran pendapatan yang terdiri atas:
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan
penerimaan lain-lain.
2) Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
3) Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana
darurat.
2. Anggaran Belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan
tugas pemerintahan di daerah.
Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
9
kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang
diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi
yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD berarti
semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah
pusat.
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen sumber
penerimaan keuangan Negara disamping penerimaan lainnya berupa dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah juga
sisaanggaran tahun sebelumnya yang dapat ditambahkan sebagai sumber
pendanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Keseluruhan bagian
penerimaan tersebut stiap tahun tercermin dalam APBD, meskipun PAD tidak
seluruhnya dapat membiayai APBD.
Pendapatan daerah yang terdapat dalam APBD terdiri dari beberapa
sumber pendapatan, salah satunya adalah pendapatan asli daerah (PAD). PAD
berdasarkan UU Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang di
maksud dengan Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui
sebagaimana penambahan nilai kekayaan bersih dalam priode tahun anggaran
yang bersangkutan. Adapun yang menjadi sumber PAD terdiri dari :
1. Hasil Pajak Daerah.
2. Hasil Retribusi Daerah.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
4. Pendapatan lain lain Asli Daerah yang Sah.
2.1.2.1. Hasil Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah Iuran
yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang dan dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku.
Berdasarkan pengertian diatas sesuai ketentuan undang-undang, pajak
dapat bersifat memaksa, dan pembayar pajak tidak akan mendapatkan timbal balik
secara langsung atas pajak yang telah dibayarkan. Pajak daerah ini terdiri dari
10
beberapa jenis pajak sesuai dengan ketetapan dalam Undang-Undang Nomor : 28
Tahun 2009 pasal 2. Jenis-jenis pajak daerah yaitu :
1. Jenis Pajak Provinsi terdiri dari :
1) Pajak Kendaraan Bermotor,
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
4) Pajak Air Permukaan,
5) Pajak Rokok
2. Jenis Pajak Kabupaten dan Kota terdiri dari :
1) Pajak Hotel,
2) Pajak Restoran,
3) Pajak Hiburan,
4) Pajak Reklame,
5) Pajak Penerangan Jalan,
6) Pajak mineral bukan Logam dan Batuan,
7) Pajak Parkir,
8) Pajak Air Tanah,
9) Pajak Sarang Burung Walet,
10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan,
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2.1.2.2. Hasil Retribusi Daerah.
Sumber pendapatan lainnya yang dapat dimasukan dalam pos PAD adalah
retribusi daerah. Bila pajak daerah tidak memiliki hubungan timbal balik secara
langsung terhadap pembayar pajak, maka retribusi daerah ini memiliki timbal
balik langsung kepada pembayarnya. Hal ini sejalan dengan pengertian retribusi
daerah dalam UU Nomor : 28 tahun 2009, bahwa yang dimaksud dengan retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
Pendapatan retribusi daerah ini erat kaitannya dengan banyaknya
pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan juga tingkat kualitas pelayanan
11
pemerintah kepada masyarakat, karena semakin banyak pelayanan yang diberikan
akan semakin banyak pembayaran retribusi kepada daerah (Saragih: 2003).
Retribusi daerah dapat dibagi dalam beberapa kelompok yakni retribusi
jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan. Yang mana dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Retribusi jasa umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
2. Retribusi jasa usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
3. Retribusi perizinan tertentu, adalah retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
2.1.2.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Perusahaan daerah adalah semua perusahaan yang didirikan seluruhnya
atau sebagian dengan modal daerah. Tujuannya adalah dalam rangka menciptakan
lapangan kerja atau mendorong perekonomian daerah dan merupakan cara yang
efisien dalam melayani masyarakat dan untuk menghasilkan penerimaan daerah.
Bagian keuntungan usaha daerah atau laba usaha daerah adalah keuntungan yang
menjadi hak pemerintah daerah dari usaha yang dilakukannya. Menurut UU
Nomor : 33 Tahun 2004, jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan
yang mencakup :
12
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD.
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
negara/BUMN.
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
2.1.2.4. Pendapatan lain lain Asli Daerah yang Sah.
Lain-lain PAD yang sah adalah penerimaan daerah di luar penerimaan
yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, dan bagian laba usaha yang telah
diuraikan di atas. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan
daerah selain yang disebut di atas. Menurut Undang-Undang Nomor : 33 Tahun
2004, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
1. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan.
2. Jasa Giro.
3. Pendapatan bunga.
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
Berdasarkan uraian diatas menurut iskandar 2017 parameter yang
digunakan untuk menghitung pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut :
13
pemerintah daerah dalam menggali potensi pendapatan yang ada didaerahnya.
Akan tetapi, kebanyakan daerah memiliki tingkat kemandirian keuangan daerah
yang rendah sehingga mengandalkan dana perimbangan ini. Hal ini sejalan
dengan tujuan lahirnya dana perimbangan yang berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor : 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, menyatakan bahwa tujuan
Dana Perimbangan adalah untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi
kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Penghitungan pertumbuhan
ekonomi daerah (Iskandar, 2017), yaitu:
14
Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan
PPh Pasal 21.
2) Sumber Daya Alam, seperti : kehutanan, pertambangan umum,
perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan
pertambangan panas bumi.
2.1.2.6. Dana Alokasi Umum (DAU).
Menurut UU Nomor : 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 21, yang merupakan
bagian dari dana perimbangan diantaranya adalah dana alokasi umum (DAU)
yang merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana yang ditransfer dari pemerintah pusat ini bertujuan untuk
mengurangi kesenjangan fiskal antar daerah, karena tentunya pemerintah pusat
menyadari bahwa tidak semua daerah memiliki potensi pendanaan yang merata
antar daerah. Bagi daerah yang memiliki sumber pendapatan asli daerah yang
rendah tentunya akan tertinggal dibanding daerah yang memiliki sumber
pendapatan yang tinggi. Karenanya DAU hadir untuk mengatasi kesenjangan
tersebut agar terwujudnya pemerataan pembangunan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor : 53 Tahun 2009 tentang Dana
Alokasi Umum Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun 2010 bahwa
proporsi DAU untuk Daerah provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan sebagai
berikut:
1) Untuk Daerah Provinsi sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah
keseluruhan DAU.
2) Untuk daerah Kabupaten dan Kota sebesar 90% (sembilan puluh
persen) dari jumlah keseluruhan DAU.
2.1.2.7. Dana Alokasi Umum (DAU).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 33 Tahun 2004 yang dimaksud
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Sesuai dengan pengertiannya, DAK dialokasikan untuk
15
mendanai kebutuhan program pemerintah daerah yang sejalan dengan
kepentingan program nasional, terutama dalam pemenuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat.
Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan,
pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur
ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Dengan
adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian
anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang
dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.
16
Dengan pengertian tersebut maka belanja modal akan menambah aset tetap
pemerintah daerah sehingga perlu diperhatikan secara matang dalam pemenuhan
belanja modal ini. Tentunya belanja modal harus sangat disesuaikan dengan
kebutuhan daerah agar kelak aset tetap yang bertambah tersebut tidak menjadi
siasia atau malah menambah beban keuangan pemerintah daerah karena
peningkatan aset akan meningkatkan biaya pemeliharaan. Penghitungan belanja
modal (Iskandar, 2017), yaitu:
17
2.1.2.11. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan.
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan/pembangunan
/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,
pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas
sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
2.1.2.12. Belanja Modal Fisik Lainnya.
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan
serta perawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam
kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan
jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal
kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan
barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
18
Saftiana (2009) menyebutkan, bahwa penggunaan rasio keuangan sebagai alat
analisis kinerja keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan
yang bersifat komersial. Sedangkan pada lembaga publik, khususnya pemerintah
daerah masih sangat terbatas, sehingga secara teoritis belum ada kesepakatan yang
bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. (Chrisna dkk, 2019 dalam
Iskandar 2017).
Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat diukur dengan menilai
efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Penilaian efisiensi
sangat penting dilakukan karena akan berdampak pada standar hidup masyarakat.
Penghitungan rasio efisiensi (Iskandar,2017), yaitu:
19
belanja modal merupakan variabel yang dapat memoderasi hubungan
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah
yang sah, dan pertumbuhan ekonomi terhadap kinerja keuangan.
3. Penelitian dari Saraswati and Ramantha (2018) menghasilkan kesimpulan
bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi PAD maka akan semakin
bagus pertumbuhan ekonomi di Bali.
4. Penelitian dari Dewi (2018) menghasilkan kesimpulan bahwa secara
simultan dan parsial pendapatan asli daerah (PAD) dan belanja modal
berpengaruh positf dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
kabupaten/kota di provinsi sumatera utara.
Pendapatan Asli H1 H4
Daerah (X1)
H3
Belanja Modal
(X3) H5 H6 H7
Kinerja Keuangan
(Z)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
20
2.4. Hipotesis.
Berdasarkan Kerangka Berfikir yang dijabarkan, maka Hipotesis dalam
penelitian ini yaitu:
H1 : Diduga Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
H2 : Diduga dana perimbangan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
H3 : Diduga belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah.
H4 : Diduga pendapatan asli daerah, Dana Perimbangan dan Belanja
modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
H5 : Diduga kinerja keuangan dapat memoderasi hubungan pendapatan
asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.
H6 : Diduga kinerja keuangan dapat memoderasi hubungan dana
perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
H7 : Diduga kinerja keuangan dapat memoderasi hubungan belanja
modal terhadap pertumbuhan ekonomi.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
22
3.3. Jenis dan Sumber Data.
3.3.1. Jenis Data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu data berupa angka yang diperoleh dari data sekunder. Data sekunder adalah
pengumpulan sumber yang secara tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2019).
Data yang digunakan adalah data pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten Rokan
Hulu berdsarkan harga konstan dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) atau
laporan perubahan saldo anggaran lebih (LP-SAL) Kabupaten Rokan Hulu.
23
3.5.1. Variabel Dependen (Veriabel Terikat).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi
daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Penghitungan
pertumbuhan ekonomi daerah (Iskandar,2017), yaitu:
Keterangan :
G = Pertumbuhan Ekonomi
PDRB1 = PDRB atas dasar harga konstan pada suatu tahun.
PDRB2 = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya.
24
No.33 Tahun 2004). Penghitungan dana perimbangan (Iskandar,2017),
yaitu:
26
3.6.2.3. Uji Lagrange Multiplier.
Uji ini dilakukan untuk menentukan model random effect atau common
effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Untuk
melakukan uji LM, data juga diregresikan dengan model random effect dan
common effect, kemudian dilakukan fixed/random effect testing dengan
menggunakan ommited random effect – lagrange multiplier. Selanjutnya, dibuat
hipotesis untuk diuji, yaitu sebagai berikut :
1. H0 : Maka digunakan model common effect
2. H1 : Maka digunakan model random effect
Metode perhitungan uji LM yang digunakan dalam penelitian ini ialah
metode Breusch-Pagan. Metode Breusch-Pagan merupakan metode yang paling
banyak digunakan oleh para peneliti dalam perhitungan uji LM. Adapun pedoman
yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji LM berdasarkan metode
Breusch-Pagan adalah sebagai berikut (www.statistikian.com) :
1. Jika nilai Cross-section Breusch-Pagan < α (5%), maka H0 ditolak, yang
berarti model random effect yang dipilih.
2. Jika nilai Cross-section Breusch-Pagan > α (5%), maka H0 diterima, yang
berarti model common effect yang dipilih.
27
3.6.3.1. Uji Normalitas.
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2001). Data yang terbaik adalah data yang memiliki distribusi
normal untuk membuktikan model-model penelitian. Cara termudah untuk
melihat normalitas data adalah dengan menganalisis grafik, yaitu melihat
perbandingan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun cara ini dapat menyesatkan karena semakin kecil jumlah sampel
akan sulit untuk menentukan apakah sebaran data normal. Maka dari itu cara yang
patut disarankan adalah dengan analisis statistik.
Analisis statistik dapat dilakukan menggunakan beberapa tes statistik
sederhana berdasarkan nilai kurtosis atau skewness. Cara lain yang umunya
digunakan adalah uji Jarque Bera untuk menguji normalitas. Uji Jarque-Bera
adalah salah satu uji normalitas jenis goodness of fit yang mengukur apakah
skewness dan kurtosis sampel sudah sesuai dengan distribusi normal. Uji ini
didasari oleh kenyataan bahwa nilai skewness dan kurtosis dari distribusi normal
sama dengan nol.
Uji Jarque-Bera dapat dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0: Data X berdistribusi normal.
H1: Data X tidak berdistribusi normal.
Dan akan diuji pada program Eviews pada Normality Test-nya dengan
mengasumsi tingkat signifikansinya, misalkan signifikansi adalah 0,05. Jika
probabilitas diatas tingkat signifikan 0,05, maka H0 diterima (menunjukkan
distribusi normal). Sementara apabila dibawah signifikan 0,05 maka H0 ditolak
(data tersebut tidak berdistribusi normal).
29
signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
30
3.6.4.1.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan untuk uji F adalah dengan melihat nilai signifikan, apabila
nilai sig α < 0,05 maka dapat disimpulkan variabel independen secara simultan
atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau
hipotesis diterima. Begitu juga sebaliknya apabila nilai sig α > 0,05 maka dapat
disimpulkan variabel independen secara simultan atau bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak
(Ghozali, 2013).
Dengan kaidah pengambilan keputusan :
1. Jika sig α besar dari 5%, maka Ho diterima.
2. Jika sig α atau sama dengan 5%, maka Ho ditolak.
3.6.4.1.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji
statistik t digunakan untuk menguji sebarapa jauh pengaruh dari variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen atau untuk melihat variabel
apa yang memberikan pengaruh dominan diantara variabel yang ada. Adapun
langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah dengan melihat
nilai signifikan, apabila nilai sig α < 0,05 maka dapat disimpulkan variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau
hipotesis diterima. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai sig α > 0,05 maka dapat
disimpulkan variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak (Ghozali, 2013).
Dengan kaidah pengambilan keputusan :
1. Jika nilai sig α lebih besar dari 5%, maka Ho diterima.
2. Jika nilai sig α lebih kecil atau sama dengan 5%, maka Ho ditolak.
31
3.6.4.2. Pengujian Hipotesis Variabel Moderasi.
Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji residual yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan belanja modal, dan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan kinerja keuangan sebagai variabel moderating.
Dengan uji residual, multikolonieritas akan dapat dihindari.
Model II : M = α + βı Xı + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ e ……. (1)
| e | = α + βıY ………………………….. (2)
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Α = Konstanta
βı, β2, β3 = Koefisien Regresi
Xı = Pendapatan Asli Daerah
X2 = Dana Perimbangan
X3 = belanja Modal
X4 = Pertumbuhan Ekonomi
M = Kinerja Keuangan.
E = Error
Dengan kaidah pengambilan keputusan, yaitu variable dikatakan
memoderasi jika memiliki koefisien parameter negatif dan berpengaruh signifikan
(nilai signifikannya < 0,05) (Ghozali, 2013).
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Saraswati, I.A. and Ramantha, I.W., 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal dan Investasi Swasta sebagai
Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi, 24(1), pp.662-686.
34