Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Manajemen pemasaran syariah,fungsi pemasaran Islam, sama bauran


pemasaran Islam

Disusun Oleh
1) Shindi Sherina ramadani 1925124
2) Lala Khairani 1925121
3) M.Ari Setiawan 1925153
4) Andrizal 2025702

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Managemen keuangan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang bentuk
organisasi keuangan syariah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang
managemen keuangan. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna.
Untuk
itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan p
embuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

Pasir Pengaraian, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Manajemen pemasaran islam ............................................................. 3
2.2 Fungsi pemasaran islam ..................................................................... 6
2.3 Bauran pemasaran islam ..................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan…………………………..............................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah organisasi dewasa ini sudah sangat familiar di kalangan masyarakat.
Apalagi dengan istilah bisnis. Namun jika dua kata tersebut dipadankan menjadi
organisasi bisnis, tentu tidak semua memahami dan familiar dengan istilah ini.
Dalam kondisi perekonomian dunia, termasuk Indonesia, yang masih dikuasai
oleh sistem kapitalisme, berimbas pada lahirnya banyak badan hukum sebagai
entitas tersendiri (perusahaan yang bermotif laba atau nirlaba) yang dianggap bisa
berdiri sendiri atau lepas dari pemiliknya. Bahkan, hak dan kewajibannya pun bisa
dilepaskan pula dari pemiliknya. Keadaan seperti ini pada akhirnya sering kali
menimbulkan beragam problem. Entitas (satuan yang berwujud) atau organisasi
usaha itu mengabaikan kewajiban tapi merasa memiliki hak yang penuh.
Akibatnya, muncul berbagai tindakan kezaliman yang merugikan masyarakat.
Seolah organisasi bisnis itu tidak merasa memikul tanggung jawab moral, dan
hanya diakui sebatas badan hukum saja.
Sebagai agama yang komprehensif, Islam tentu memiliki pandangan terhadap
keberadaan entitas (organisasi bisnis) ini. Sejatinya, entitas ideal adalah sebuah
organisasi bisnis yang memiliki Moral Actor View sebagai landasannya. Sebab
hanya pandangan inilah yang dianggap sesuai dengan persepsi Islam. Oleh karena
itu, dalam upaya meluruskan dan mendudukkan persoalan secara syar‟i, agar
organisasi bisnis yang berkembang di tengah-tengah masyarakat ke depannya
tampil secara Islami[2].
Semua bentuk organisasi bisnis di mana dua atau lebih orang berkumpul
bersama sumber dengan keuangan, usahawan, keahlian, dan keinginan untuk
menjalankan bisnis, banyak dibahas oleh fuqaha‟ terutama
tentang Mudharabah dan Shirkah. Banyak dari prinsip yang berkaitan dibawah ini
diperolah oleh fuqaha‟ secara langsung atau tidak langsung dari Al-Quran, hadis
dan praktik sahabah (para sahabat nabi). Pada umumnya disetujui bahwa
perbedaan yang terpenting antara modharabah dan shirkah terletak pada apakah
para mitra membuat konstribusi terhadap manajemen sebaik keuangan atau hanya

1
satu dari semuanya. Pembahasan aspek hukum mudharabah hampir seragam di
antara ahli hukum islam yang berbeda, dimana perbedaan utama pada hal-hal
kecil yang tidak penting. Bagaimanapun, dalam kasus shirkah, ada beberapa
perbedaan yang mendasar[3].
Madharabah dan shirkah keduanya diperlakukan sebagai kontrak berjangka
waktu („uqud al-amanah) dalam literatur fikih, kejujuran yang tidak tecoreng dan
kedilan sungguh sangat penting untuk dipertimbangkan. Para mitra harus
berkeyakinan untuk mendapatkan keuntungan bersama dan setiap usaha mitra
(atau direktur perusahaan join saham) untuk curang atau pendapatan berasal dari
pembagian yang tidak adil akan menjadi kejahatan yang sempurna dalam ajaran
islam. Firman Allah SWT. Dalam surat al-Maidah (5:1) mengiginkan kejujuran
pemenuhan keseluruhan kontrak tanpa mempertimbangkan apakan ini tertulis atau
lisan, dan secara langsung atau tidak lansung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Manajemen pemasaran islam ?
2. Bagaimana Fungsi pemasaran islam ?
3. Bagaimana Bauran pemasaran islam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Manajemen pemasaran islam ?
2. Untuk mengetahui Fungsi pemasaran islam ?
3. Untuk mengetahui Bauran pemasaran islam ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MANAJEMEN PEMASARAN ISLAM


Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran harus dilandasi semangat
beribadah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin
untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi
kepentingan sendiri.
Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam seorang saudagar – sangat terpandang pada zamannya. Sejak
muda beliau dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan sejarah,
kaum Muslimin merupakan simbol sebuah amanah dan di bidang
perdagangan, mereka berjalan di atas adab islamiah,” ungkap Syekh Abdul
Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran
dan Assunnah.
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam telah mengajarkan pada umatnya
untuk berdagang dengan menjunjung tinggi etika keislaman. Dalam beraktivitas
ekonomi, umat Islam dilarang melakukan tindakan bathil. Namun harus
melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan saling ridho, sebagaimana firman
Allah Ta‟ala, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa: 29)
Petunjuk Umum Al-Quran Mengenai Pemasaran dan Penjualan
Dalam berdagang, pemasaran adalah disipilin bisnis strategi yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari satu
inisiator kepada stakeholder-nya. Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran
harus dilandasi semangat beribadah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha
semaksimal mungkin untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan
golongan apalagi kepentingan sendiri.

3
Saat ini sering kita jumpai cara pemasaran yang tidak etis, curang dan
tidak professional. Kiranya perlu dikaji bagaimana akhlak kita dalam kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Atau lebih khusus lagi akhlak dalam pemasaran
kepada masyarakat dari sudut pandangan Islam. Kegiatan pemasaran seharusnya
dikembalikan pada karakteristik yang sebenarnya. Yakni religius, beretika,
realistis dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang
dinamakan marketing syariah, dan inilah konsep terbaik marketing untuk hari ini
dan masa depan.
Prinsip marketing yang berakhlak seharusnya kita terapkan. Apalagi nilai-
nilai akhlak, moral dan etika sudah diabaikan. Sangat dikhawatirkan bila menjadi
kultur masyarakat. Perpektif pemasaran dalam Islam adalah
ekonomi Rabbani (divinity), realistis, humanis dan keseimbangan. Inilah yang
membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
konvensional. Marketing menurut Islam memiliki nilai dan karakteristik yang
menarik. Pemasaran syariah meyakini, perbuatan seseorang akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak. Selain itu, marketing syariah mengutamakan nilai-
nilai akhlak dan etika moral dalam pelaksanaannya. Oleh karena
itu, marketing syariah menjadi penting bagi para tenaga pemasaran untuk
melakukan penetrasi pasar.

marketer syariah harus menghindari hal-hal sebagai berikut:


 Tidak adil dalam penentuan tarif dan uang pertanggungan;
 Melakukan transaksi terhadap produk yang mengandung
unsur maisar, gharar, dan riba maisar; transaksi tadlis;
 Khianat atau tidak menepati janji;
 Menimbun barang untuk menaikkan harga;
 Menjual barang hasil curian dan korupsi;
 Sering melakukan sumpah palsu atau sering berdusta;
 Melakukan penekanan dan pemaksaan terhadap pelanggan;
 Mempermainkan harga;
 Mematikan pedagang kecil;
 Melakukan monopoli‟s rent seeking atau ikhtikar;

4
 Melakukan suap atau sogok untuk melancarkan kegiatan bisnis
(riswah); dan
 Melakukan tindakan korupsi ataupun money laundry.
Ada beberapa adab yang harus dijunjung pedagang Muslim dalam
menjalankan aktivitas jual-beli, berdasarkan hadis-hadis Rasulullah, sebagai
berikut:
 Tidak menjual sesuatu yang haram. Umat Islam dilarang menjual
sesuatu yang haram seperti minuman keras dan memabukkan,
narkotika dan barang-barang yang diharamkan Allah Subhanahu wa
ta‟ala. “Hasil penjualan barang-barang itu hukumnya haram dan
kotor,”
 Tidak melakukan sistem perdagangan terlarang. Contohnya menjual
yang tidak dimiliki. Rasul Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Jangan kamu menjual sesuatu yang tidak engkau miliki.” (HR
Ahmad, Abu Daud, an-Nasa‟i). Selain itu Islam juga melarang
umatnya menjual buah-buahan yang belum jelas hasilnya serta sistem
perdagangan terlarang lainnya.
 Tidak terlalu banyak mengambil untung.
 Tidak membiasakan bersumpah ketika berdagang. Hal ini sesuai
dengan hadist Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam: “Janganlah
kalian banyak bersumpah ketika berdagang, sebab cara seperti itu
melariskan dagangan lalu menghilangkan keberkahannya.” (HR
Muslim)
 Tidak berbohong ketika berdagang. Salah satu perbuatan berbohong
adalah menjual barang yang cacat namun tidak diberitahukan kepada
pembelinya.
 Penjual harus melebihkan timbangan. Seorang pedagang sangat
dilarang mengurangi timbangan.
 Pemaaf, mempermudah dan lemah lembut dalam berjual beli.
 Tidak boleh memakan dan memonopoli barang dagangan tertentu.
Sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam: “Tidaklah seorang
menimbun barang melainkan pelaku maksiat.” (HR Muslim).

5
2.2 FUNGSI PEMASARAN ISLAM
Yusanto dan widjajakusuma[6] (2002: 170) mengatakan bahwa dalam
menggagas bisnis Islami haruslah memperhatikan implementasi syariat
pada marketing mix. Marketing mix atau Bauran Pemasaran adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan
pemasarannya pada pasar yang menjadi sasaran. Implementasi syariat dapat
diterapkan dalam variabel-variabel marketing mix yakni product, price,
place, dan promotion.
Berkaitan dengan bauran pemasaran konvensional, maka penerapan dalam
syariah akan merujuk pada konsep dasar kaidah fiqih yakni ”Al-ashlu fil-
muamalah al-ibahah illa ayyadulla dalilun ‟ala tahrimiha” yang berarti bahwa
pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya (Kartajaya dan Sula, 2008: 27). Berikut adalah marketing
mix dalam perspektif syariah, yakni:[7]
1. Produk
Kotler dan Keller mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat
ditawarkan pada pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan (2009: 358).
Namun, jika ditinjau dari perspektif syariah, Islam memiliki batasan tertentu yang
lebih spesifik mengenai definisi produk. Menurut Al Muslih (2004, 331-386), ada
tiga hal yang perlu dipenuhi dalam menawarkan sebuah produk;
1) produk yang ditawarkan memiliki kejelasan barang, kejelasan ukuran/
takaran, kejelasan komposisi, tidak rusak/ kadaluarsa dan menggunakan bahan
yang baik,
2) produk yang diperjual-belikan adalah produk yang halal dan
3) dalam promosi maupun iklan tidak melakukan kebohongan.
”Jika barang itu rusak katakanlah rusak, jangan engkau sembunyikan. Jika
barang itu murah, jangan engkau katakan mahal. Jika barang ini jelek
katakanlah jelek, jangan engkau katakan bagus”. (HR. Tirmidzi).

Hadits tersebut juga didukung hadits riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hambal,
“Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual barang yang cacat, kecuali ia
memberitahukannya,”. Pernyataan lebih tegas disebutkan dalam Al Quran Surat

6
Al Muthaffifiin (1-3) “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,
(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi”.
Uraian diatas jelas mengatakan bahwa hukum menjual produk cacat dan
disembunyikan adalah haram. Artinya, produk meliputi barang dan jasa yang
ditawarkan pada calon pembeli haruslah yang berkualitas sesuai dengan yang
dijanjikan. Persyaratan mutlak yang juga harus ada dalam sebuah produk adalah
harus memenuhi kriteria halal.
”Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu
secara Dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah Tiadalah beruntung”. (An-Nahl: 116). Makanlah olehmu
makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakan amal shalih. (Al-Mu‟minuun: 51).
2. Harga
Definisi harga menurut Kotler (1995) adalah Harga adalah sejumlah uang
yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga adalah
keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari
kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa.
Menurut Ferrel dan Hartline (2005: 181) price merupakan isu kunci
dari marketing mix. Karena harga digunakan untuk mengartikan kualitas sebelum
konsumen mendapatkan pengalaman membeli.
Kotler (2003: 470) mengatakan harga adalah satu-satunya elemen
dalam marketing mix yang menghasilkan pendapatan sedangkan elemen lain
hanya menghasilkan biaya.
Kotler dan Keller (2009: 63) mengklasifikasikan harga meliputi daftar harga
diskon, periode pembayaran, dan syarat kredit. Menurut Yusanto dan
Widjajakusuma (2002: 170) terhadap pelanggan, harga akan disajikan secara
kompetitif. Senada dengan pendapat itu, Arifin (2009: 107) menjelaskan bahwa
harga harus benar-benar kompetitif, antara pebisnis satu dengan yang lainnya.
Islam sependapat dengan penentuan harga yang kompetitif.

7
Namun dalam menentukan harga tidak boleh menggunakan cara-cara yang
merugikan pebisnis lainnya. Islam tentu memperbolehkan pedagang untuk
mengambil keuntungan. Karena hakekat dari berdagang adalah untuk mencari
keuntungan. Namun, untuk mengambil keuntungan tersebut janganlah berlebih-
lebihan (Ghazali, 1983: 308). Karena, jika harga yang ditetapkan adalah harga
wajar, maka pedagang tersebut pasti akan unggul dalam kuantitas. Dengan kata
lain, mendapat banyak keuntungan dari banyaknya jumlah barang yang terjual,
dan tampak nyatalah keberkahan rizkinya (Ghazali, 1983: 309). Dalam proses
penentuan harga, Islam juga memandang bahwa harga haruslah disesuaikan
dengan kondisi barang yang dijual. Nabi Muhammad SAW pernah marah saat
melihat seorang pedagang menyembunyikan jagung basah di bawah jagung
kering, kemudian si pedagang menjualnya dengan harga tinggi (Ghazali, 1983:
298). Dalam sebuah hadits beliau mengatakan:
“Mengapa tidak engkau letakkan yang kebasahan itu diatas bahan
makanan itu, sehingga orang-orang dapat mengetahui keadaannya. Barang siapa
menipu, maka ia bukanlah masuk golongan kita” (HR. Muslim).

Hadits diatas mengindikasikan jika memang barang itu bagus, maka wajar jika
harganya mahal. Namun jika barang itu jelek kualitasnya, sudah sewajarnya dijual
dengan harga murah. Nabi Muhammad SAW mengajarkan penetapan harga yang
baik. Barang yang bagus dijual dengan harga bagus. Dan barang dengan kualitas
lebih rendah dijual dengan harga yang lebih rendah. Tidak selayaknya barang
yang jelek dijual dengan harga mahal.
Rasulullah SAW juga melarang perihal najasy (false
demand). Transaksi najasy diharamkan karena si penjual menyuruh orang lain
memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik
untuk membeli (Karim, 2007: 182). Padahal, si penawar sendiri tidak bermaksud
untuk benar-benar membeli barang tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain
yang benar-benar ingin membeli. Sebelumnya, orang ini telah mengadakan
kesepakatan dengan penjual untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli
yang sesungguhnya dengan harga yang tinggi pula dengan maksud untuk ditipu.
Akibatnya terjadi permintaan palsu atau false demand.

8
3. Promosi
Menurut Kotler (1995) yang dimaksud dengan promosi adalah: sarana yang
digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan
mengingatkan konsumen langsung atau tidak langsung- tentang produk dan merek
yang mereka jual (Kotler dan Keller, 2007: 204). Salah satu tujuan promosi dalam
periklanan adalah untuk memberitahukan atau mendidik konsumen (Abdullah dan
Ahmad, 2010). Tujuan promosi lain menurut Kotler dan Amstrong (2004) adalah
menginformasikan keadaan terkini kepada konsumen potensial tentang
keberadaan produk atau jasa, untuk mengajak konsumen merubah perilaku
mereka dalam percobaan produk atau pembelian, untuk mengembangkan sikap
baik terhadap produk, merek atau perusahaan dan untuk mengingatkan konsumen
tentang keunggulan produk.
Pemasar perlu mempertimbangkan beberapa faktor dalam menciptakan dan
mengantarkan pesan yang efektif (Haque et al: 2010). Faktor-faktor ini meliputi,
pembatasan tipe media yang digunakan, kemampuan untuk mempromosikan
produk-produk tertentu, citra periklanan, grup sosial dan aturan pemerintah
(Waller dan Fam: 2000). Setiap pesan yang disampaikan dalam promosi akan
menawarkan dua hal, yaitu alasan untuk membeli (melalui iklan) dan insentif
untuk membeli (melalui promosi penjualan). Dalam pemasaran konvensional,
promosi tidak bersinggungan secara langsung pada nilai-nilai religius yang
mengatur setiap proses dalam promosi sesuai dengan aturan-aturan agama
Islam. Kavoossi dan Frank (1990) meneliti perilaku berlebihan dalam membuat
pernyataan dalam periklanan di Amerika. Mereka mencatat penekanannya ada
pada keawetan produk, kualitas dan berbagai hal yang berkaitan dengan barang
yang ditawarkan dan penjual.
Semua pesan dalam periklanan yang mengikuti ajaran Islam akan
menyebarkan moral yang baik, seperti wanita dengan perilaku dan pakaian yang
pantas, yang mengasumsikan pesan tersebut berperan sebagai kontribusi positif
untuk keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, melawan kebiasaan wanita
sebagai objek hasrat seksual. Pemasar atau produser periklanan di dunia muslim
akan mendapat benefit dengan meningkatkan dan memahami nilai-nilai muslim
(Rice dan Al-Mossawi, 2002). Dengan demikian, calon pembeli muslim akan

9
merasakan keterkaitan secara emosional. Calon pembeli non-muslim pun
mungkin akan merasa lebih yakin dengan produk tersebut karena adanya nilai
universal yang baik dan berlaku umum yang dapat ditunjukkan Islam sebagai
agama yang rahmatan lil alamin.
Al-Qur‟an tidak melarang adanya periklanan dan memang periklanan dapat
digunakan untuk mempromosikan kebenaran Islam (Al-Makaty et al, 1996).
Namun, periklanan yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang dilebih-
lebihkan termasuk kedalam bentuk penipuan, tidak peduli apakah deskripsi
pernyataan tersebut sebagai metafor atau sebagai kiasan (Haque et al, 2010) tentu
sudah pasti dilarang. Hal ini tersirat dalam hadits-hadits berikut:
“Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan bersama para nabi,
orang-orang yang benar-benar tulus dan para syuhada (HR. Tarmidzi dan Ibnu
Majah)”.
“Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada setiap orang yang bersikap
baik ketika menjual, membeli, dan membuat suatu pernyataan (HR. Bukhari)”.
“Sumpah palsu itu merusakkan dagangan dan melenyapkan keberkahan
pekerjaan (HR. Bukhari dan Muslim)”.
“Celakalah bagi seseorang pedagang yang suka menyebutkan:..‟ya, demi
Allah‟ atau „tidak, demi Allah‟. Celaka pulalah bagi seorang pekerja yang
menunda-nunda kerjanya sampai besok atau besok lusa (HR. Anas r.a)”.

Pemasaran dalam tinjauan syariah menyandarkan pedoman etikanya pada


nilai-nilai Islami yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Promosi dalam
tinjauan syariah harus sesuai dengan sharia compliance yang merefleksikan
kebenaran, keadilan dan kejujuran kepada masyarakat. Segala informasi yang
terkait dengan produk harus diberitahukan secara transparan dan terbuka sehingga
tidak ada potensi unsur penipuan dan kecurangan dalam melakukan promosi.
Promosi yang tidak sesuai dengan kualitas atau kompetensi, contohnya promosi
yang menampilkan imajinasi yang terlalu tinggi bagi konsumennya, adalah
termasuk dalam praktik penipuan dan kebohongan. Untuk itu promosi yang
semacam tersebut sangat dilarang dalam Islam (Kartajaya dan Sula, 2008: 178).
4. Tempat/distribusi

10
Definisi menurut Kotler (1995) mengenai distribusi adalah Berbagai kegiatan
yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan
tersedia untuk konsumen sasaran. Kotler dan Keller (2009: 63) mengatakan
distribusi meliputi jenis hubungan, perantara, penyimpanan, lokasi, dan
transportasi. Seorang pebisnis muslim tidak akan melakukan tindakan kedzaliman
terhadap pesaing lain, suap untuk melicinkan saluran pasarannya,
dan machevialis tindakan lainnya (Yusanto dan Widjajakusuma, 2002: 170).
Dalam menentukan place atau saluran distribusi, perusahaan Islami harus
mengutamakan tempat-tempat yang sesuai dengan target market, sehingga dapat
efektif dan efisien. Sehingga pada intinya, dalam menentukan marketing-
mix harus didasari pada prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran. Yusanto dan
Widjajakusuma (2002: 21) berpendapat perbedaan antara bisnis Islami dan non-
Islami terletak pada aturan halal dan haram, sehingga harus terdapat kehati-hatian
dalam menjalankan strategi.
Nabi Muhammad SAW melarang pemotongan jalur distribusi dengan maksud
agar harga naik. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits: “Rasulullah SAW
melarang penghadangan rukban serta melarang pula berlomba-lomba menaikkan
penawaran,” (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun arti menghadang (talaqi)
rukban, dalam hadits tersebut, ialah menghadang para penjual yang biasanya (di
negeri Arab) dengan berkendaraan membawa dagangan dari daerahnya masing-
masing, lalu meminta supaya barang dagangannya diturunkan disitu dan dibeli
dengan harga semurah-murahnya (Ghazali, 1983: 305). Sebab, si pembeli tersebut
akan memberikan berita bohong mengenai harga yang sebenarnya saat itu kepada
penjual-penjual yang dari daerah tadi, tujuan berdustanya itu adalah supaya
mendapatkan dagangan dengan harga semurah-murahnya.
Tujuan dari fungsi distribusi adalah mempercepat sampainya barang di tangan
konsumen atau pasar pada saat yang tepat. Kebijakan distribusi setidaknya harus
memenuhi tiga kriteria. Pertama, yaitu ketepatan dan kecepatan waktu tiba di
tangan konsumen. kedua, keamanan yang terjaga dari kerusakan, dan yang ketiga
sarana kompetisi dalam memberikan kecepatan dan ketepatan memenuhi
kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, Islam melarang adanya ikhtikar atau
penimbunan (monopoly‟s rent-seeking), sebab ikhtikar akan menyebabkan

11
berhentinya saluran distribusi yang mengakibatkan kelangkaan sehingga harga
barang tersebut akan meningkat (Karim, 2007: 153). Larangan ikhtikar didasari
hadits yang menyebutkan bahwa: “Tidaklah orang melakukan ikhtikar itu kecuali
ia berdosa”. (HR Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud).

2.3 BAURAN PEMASARAN ISLAM


Konsep marketing mix merupakan salah satu konsep dalam pemasaran
modern pada saat sekarang ini. Dimana konsep tersebut adalah salah satu kegiatan
pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mengejar
maksimum profit. Dalam hal ini Swastha (1985 : 94) memberikan pengertian
marketing mix adalah empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan
sistem distribusi. Selanjutnya Kotler (1985 : 45-48) mengemukakan bahwa
marketing mix dapat dibagi menjadi 4 P sebagai berikut :[2]
1. Product (Produk)
2. Price (Harga)
3. Place (distribusi/tempat)
4. Promotion (promosi)
Keempat produk di atas merupakan penentu dalam menganalisa pasar
secara keseluruhan, kami uraikan pengertian dan penjelasan pada tiap bagian pada
marketing mix/4P tersebut :
1. Product (produk) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan pada suatu pasar guna
mendapatkan perhatian untuk dimiliki, digunakan, dikonsumsi yang dapat
memuaskan kebutuhan.Suatu produk dapat berupa suatu benda, jasa dan
keinginan lain-lain untuk melukiskan sesuatu yang dapat memenuhi keinginan.
Untuk itu setiap pengusaha harus mengetahui perkembangan kebutuhan
konsumen melalui penelitian pasar agar dapat mengetahui dan dapat
menyesuaikan diri dalam menciptakan produk.
2. Price (harga) Harga merupakan alat untuk mengukur nilai suatu barang, harga
bagi produsen merupakan penentu bagi permintaan pasar dan mempengaruhi
posisi pesaing perusahaan dalam merebut konsumen.Harga merupakan indicator
dari pada barang, dalam menetapkan harga perlu hati-hati dalam memperhatikan

12
potensi pasar. Oleh sebab itu, menentukan harga perlu diperhatikan agar harga
yang ditetapkan dapat dijangkau oleh konsumen disamping itu dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
3. Place (distribusi/tempat) Produk yang telah dihasilkan oleh suatu perusahaan
akan lebih berguna bagi kensumen/pembeli apabila produk tersebut tersedia pada
tempat dan saat dimana saja dibutuhkan.Dalam pencapain tujuan utama dari
pemasaran yakni menyalurkan barang-barang atau jasa.Secara efisien dari
produsen ke konsumen, maka diperlukan adanya kegiatan penyaluran (distribusi)
sebagai mata rantai yang harus dilalui oleh barang-barang dari produsen ke
konsumen pada waktu dan jumlah yang tepat.Barang yang dihasilkan oleh para
produsen biasanya tidak secara langsung mereka menjualnya kepada konsumen,
tetapi biasanya mereka melalui suatu perantara agar produk yang dihasilkan dapat
dengan mudah sampai ke tangan konsumen.
Basu swastha ( 1990: 190) memberikan defenisi tentang saluran distribusi
sebagai berikut: Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang
digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen
sampai ketangan konsumen sebagai pemakai. Saluran distribusi yang digunakan
adalah suatu struktur yang menggambarkan alternativ saluran yang dipilih oleh
para produsen seperti: pedagang besar, agen, dan pengencer.Hal ini produsen
mempunyai 3 alternatif yaitu:
1. Distribusi Insentif Distribusi ini dapat digunakan oleh para produsen yang
menjual komponen perusahaan yang berusaha menggunakan penyalur terutama
pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati para konsumen. Usaha ini
dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen, semakin
cepat para konsumen terpenuhi kebutuhannya maka semakin cepat pula terpenuhi
kepuasannya.
2. Distribusi Selektif Perusahaan yang menggunakan distribusi ini berusaha
memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer, agen yang terbatas dalam suatu
daerah. Saluran ini biasanya digunakan untuk memasarkan suatu produk baru
(barang special) apabila distribusi ini menguntungkan dari distribusi insentif maka
jumlah pengecer atau agen yang digunakan akan lebih terbatas.

13
3. Distribusi Ekslusif Saluran ini dilakukan oleh perusahaan dan hanya
menggunakan suatu pedagang besar atau pengecer dalam daerah tertentu. Jadi
produsen hanya menjual produknya kepada suatu pedangang besar saja dengan
mengunakan satu penyelur, maka produsen akan lebih mudah dapat mengadakan
pengawasan pada tingkat harga enceran maupun usaha kerja sama dengan
penyalur dalam periklanan. Pemilihan saluran distribusi merupakan suatu masalah
yang sangat penting sebab keterlambatan barang-barang sampai ketangan
kosumen dapat menturangi keuntungan yang diterima oleh perusahaan.
4. Promotion (promosi) Promosi adalah suatu usaha perusahaan atau individu
memberikan informasi dan mempengaruhi serta menarik konsumen sicara lansung
terhadap produk yang dihasilkan.Promosi adalah cara yang efektif dalam merebut
konsumen dipasaran, serta memperkenalkan barang-barang baru yang diproduksi.
Lingkungan Pemasaran, Faktor Internal dan Eksternal Sebuah “pemasaran
lingkungan” adalah faktor yang mempengaruhi kemampuan manajemen
pemasaran proses untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan target pasarnya.
Lingkungan pemasaran terdiri dari faktor internal dan eksternal.Sebuah
lingkungan pemasaran internal terdiri dari faktor langsung yang mempengaruhi
kemampuan bisnis untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Faktor-
faktor yang meliputi struktur perusahaan, pemasok, perantara pemasaran, pasar
pelanggan, pesaing dan masyarakat. Lingkungan pemasaran eksternal memiliki
faktor-faktor besar yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan target pasarnya. Faktor-faktor ini meliputi demografi,
ekonomi, alam teknologi, kekuatan hukum / politik dan budaya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, penerapan,
dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan
maksud untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi. Adapun karakteristik
pemasaran dalam Islam mencakup teitis (rabbaniyah),etis (akhlaqiyah),realistis
dan humanistis (insaniyah).
Marketing mix dalam Islam harus didasari pada prinsip-prinsip keadilan
dan kejujuran, produk haruslah halal dan baik,dalam menentukan harga tidak
boleh menggunakan cara-cara yang merugikan pebisnis lainnya. Islam tentu
memperbolehkan pedagang untuk mengambil keuntungan. Karena hakekat dari
berdagang adalah untuk mencari keuntungan. Segaimana imam Ghozali
mengatakan bahwa untuk mengambil keuntungan tersebut janganlah berlebih-
lebihan.
Ada empat kunci sukses dalam mengelola suatu bisnis agar mendapat
nilai-nilai moral yang tinggi yaitu shidiq,amanah,fathonah dan tabliq..Pemasaran
dalam tinjauan syariah menyandarkan pedoman etikanya pada nilai-nilai Islami
yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadits. Promosi dalam tinjauan syariah harus
sesuai dengan yang merefleksikan kebenaran, keadilan dan kejujuran kepada
masyarakat. Periklanan yang mengikuti ajaran Islam akan menyebarkan moral
yang baik. Pemasaran yang baik tidak akan menguntungkan satu pihak saja
namun menguntungkan bagi semua orang serta sabaliknya tidak merugikan salah
satu pihak.

15
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/internt/pemasaran-islami.html,
file:///D:/irma/tinjauan-teoritis-konsep-pemasaran.html,
Nasution Arman Hakim, Sudarso Indung, Trisurno Lantip,Manajemen Pemasaran
untuk Engineering,(Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET,2006), hal 1
file:///D:/irma/PENGERTIAN,%20KONSEP,%20DEFINISI%20PEMASARAN
%20%C2%AB%20_FACULTY%20OF%20JEEHAD%20_Ruhul%20Jadi
d_.htm,
Assauri Sofjan , Manajemen Pemasaran, Dasar,Konsep & Strategi,Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada,200
Mursid M, Manajemen Pemasaran,Jakarta: Bumi Aksara,2003
Elqomi Ahmadi,Dasar Marketing Syari‟ah,http://www dasar-marketing-
syariah.com/2008/08/06 wordpress

16

Anda mungkin juga menyukai