Anda di halaman 1dari 44

CRITICAL BOOK REVIEW

DASAR-DASAR MANAJEMEN WIRAUSAHA

Dosen pengampu : Dr. Sri Rezeki, SE., M.Si.

Disusun oleh Kelompok 2:

Berkat Prima Telaumbanua (7213260027)

Feby Andina (7213560012)

Norenty Elisabet Pandiangan (7212560008)

PRODI KEWIRAUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

i|Page
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu
menyelesaikan tugas “CRITICAL BOOK REVIEW”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah
satu mata kuliah kami yaitu “PENGENALAN MANAJEMEN WIRAUSAHA”.

Tugas critical book report ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua khusunya dalam haldasar-dasar manajemen wirausaha. Kami
menyadari bahwa tugas critical book report ini masih jauh dari kesempurnaan. Apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf karena
sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas, karena keterbatasan ilmu
dan pemahaman kami yang belum seberapa.Karena itu kami sangat menantikan saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Kami
berharap semoga tugas critical book report ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi
kami khususnya. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 30 September 2021

Kelompok 2

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Penulisan .................................................................................................. 4
B. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review ............................................................... 4
C. Tujuan Penulisan Critical Book Review ........................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan Critical Book Review ......................................................................... 5
BAB II IDENTITAS BUKU ..................................................................................................... 6
A. Identitas Buku Utama ........................................................................................................ 6
B. Identitas Buku Pembanding ............................................................................................... 6
BAB III RINGKASAN ISI BUKU............................................................................................ 8
A. Ringkasan Buku Utama ..................................................................................................... 8
B. Ringkasan Buku Pembanding .......................................................................................... 30
BAB IV KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU ......................................................... 41
A. Buku Utama .................................................................................................................... 41
B. Buku Pembanding............................................................................................................ 41
C. Perbandingan Buku Utama dan Buku Pembanding ........................................................ 42
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 43
A. Simpulan.......................................................................................................................... 43
B. Saran ................................................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 44

iii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Critical Book Review adalah hasil kritik atau bandingan tentang suatu topik materi
yang terdapat pada dua buku yang berbeda. Penulisan Critical Book Review ini pada dasarnya
ialah untuk membandingkan dua buku dengan penulis yang berbeda tetapi dengan tema yang
sama, yaitudasar-dasar manajemen atau pengantar manajemen wirausaha.

Tentunya setiap penulis mempunyai sudut pandang dan caranya masing-masing dalam
menulis buku dengan topik yang sama. Sehingga tujuan penulisan Critical Book Review ini
juga untuk melihat kelebihan serta kekurangan dari masing-masing buku. Semoga kiranya
dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca untuk memilih buku yang terbaik tentang dasar-
dasar manajemen ini.

B. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review

Sering kali kita bingung untuk memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih 1 buku namun kurang memuaskan hati. Misalnya dari segi analisis
bahasa, diksi yang digunakan, maupun materi yang dijabarkan. Oleh karena itu, kami
membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih referensi,
terkhusus pada pokok bahasan tentang pengantar manajemen atau dasar-dasar manajemen.

C. Tujuan Penulisan Critical Book Review

Berikut beberapa tujuan penulisan Critical Book Review :

1. Mengulas isi buku


2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam buku
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab di buku yang pertama dan buku yang kedua
4. Membandingkan isi buku yang pertama dan yang kedua
5. Mengkritisi setiap topik materi kuliah pengantar manajemen wirausaha dalam dua
buku yang berbeda.

4|Page
D. Manfaat Penulisan Critical Book Review

Berikut beberapa manfaat yang bisa didapat melalui penulisan Critical Book Review.

1. Untuk menambah wawasan tentang peserta didik.


2. Untuk mengetahui informasi yang ada di dalam buku.
3. Untuk mengetahui proses perkembangan peserta didik melalui dua sudut pandang
yang berbeda.
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing buku.
5. Menjadi bahan referensi pembaca untuk memilih buku dalam bahasan seputar
perkembangan peserta didik.

5|Page
BAB II

IDENTITAS BUKU

A. Identitas Buku Utama

Judul Buku : Dasar-dasar Manajemen

Penulis : Abd. Rohman, M.AP.

Penerbit : Intelegensia Media

Tempat terbit : Malang

Cetakan : Pertama

Tahun Terbit : 2017

Halaman : 198 Halaman

ISBN : 978-602-6874-69-6

B. Identitas Buku Pembanding

Judul Buku : Dasar-dasar Manajemen

6|Page
Penulis : Dr. Chandra Wijaya, M.Pd dan Muhammad Rifa’i, M.Pd

Penerbit : Perdana Publishing

Tempat terbit : Medan

Cetakan : Pertama

Tahun Terbit : 2016

Halaman : 204 Halaman

ISBN : 978-602-6970-61-9

7|Page
BAB III

RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama

BAB I

KONSEP DASAR MANAJEMEN

1. Pengertian manajemen

Manajemen adalah suatu upaya pemberian bimbingan dan pengarahan melalui perencanaan,
koordinasi, pengintegrasian, pembagian tugas secara profesional dan proporsional,
pengorganisasian, pengendalian, dan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam pengertian tersebut, manajemen dapat
dipandang sebagai suatu seni, dimana terdapat cara sebagai upaya membimbing dan
mengarahkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

2. Unsur-Unsur Manajemen

(1) kegiatan selalu didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses kerja tersebut,
unsur ini menjadi dasar dan pedoman bagi setiap manusia yang terlibat dalam proses
manajemen, karena hakikat dari manajemen adalah pencapaian tujuan. Sehingga berbagai
kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dimaksud harus berdasarkan pada tujuan
itu sendiri;

(2) kegiatannya melalui suatu proses yang diawali dengan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan. Tahapan proses kegiatan tersebut
yang dimaksud dengan adanya unsur metode dalam suatu manajemen;

(3) mendapatkan suatu melalui kerjasama dengan orang lain. Unsur ini mengharuskan adanya
kerja sama antar manusia yang terlibat, bukan sebaliknya menggunakan kenekatan, kekuatan
otot, dan kekerasan dalam pencapaian tujuan;

(4) adanya unsur ilmu dan unsur seni. Seperti pada argumentasi sebelumnya bahwa
manajemen dapat dipandang sebagai suatu ilmu dan seni

8|Page
3. Piramida Kekuasaan Dalam Manajemen

Menurut Herujito apabila dilihat dari kemampuan berpikir kaitannya dengan tingkatan dalam
manajemen, semakin tinggi posisi seseorang dalam suatu lingkaran manajemen, maka ia
semakin dituntut untuk berpikir secara:

1) konseptual, yakni senantiasa memunculkan ide atau gagasan dan konsep yang selanjutnya
dijabarkan dalam perencanaan kerja untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.

2) strategis, yakni penentuan target sebagai tujuan jangka panjang dan merumuskan langkah-
langkah bagaimana cara mencapainya. Karena merupakan suatu yang berjangka panjang,
maka harus dilakukan secara terus menerus, meningkat, dan berdasarkan pada sudut pandang
tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sehingga pada dasarnya, berpikir
strategis merupakan berpikir untuk selalu melakukan upaya upaya yang tepat sesuai dengan
perubahan yang terjadi dalam pencapaian tujuan jangka panjang organisasi.

3) makro, yakni upaya yang dilakukan seseorang untuk melakukan hal-hal yang bersifat
komprehensif, meliputi berbagai faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pencapaian
tujuan organisasi secara maksimal. Sebaliknya, semakin rendah posisi seseorang dalam
lingkaran manajemen, maka semakin dituntut untuk berpikir secara:

 operasional, yakni cara berpikir yang merupakan pengejawantahan dari konseptual.


Artinya, ide dan konsep yang telah dicanangkan, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal
yang bersifat lebih rinci agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan organisasi.
Berpikir operasional biasanya berkaitan dengan pandangan orang lain, prioritas,
alternatif, akibat, tebakan, keputusan, resolusi konflik, kreativitas, dan sebagainya.
 teknis, yakni berpikir suatu pekerjaan tertentu yang hasilnya dapat dinilai pada saat itu
juga, karena hasilnya bersifat jangka pendek. Berpikir teknis merupakan upaya yang
dilakukan seseorang yang langsung menyentuh pada pelaksanaan pekerjaan tertentu.
 mikro, yakni upaya berpikir seseorang yang hanya terfokus pada bagianbagian
tertentu saja. Berpikir mikro dalam kaitannya dengan manajemen merupakan upaya
berpikir seseorang yang hanya terfokus pada tugas dan tanggung jawabnya secara
teknis. Sehingga cara berpikir demikian tidak

9|Page
4. Fungsi Manajemen
 Fungsi Forecating (Peramalan). Fungsi ini merupakan suatu langkah awal dalam
proses perenacanaan untuk upaya penyusunan rencana-rencana orgnisasi yang
kemudian dilanjutkan pada fungsi perencaan.
 Fungsi Planning (Perencanaan). Fungsi ini merupakan fungsi dasar dari keseluruhan
manajemen. Dalam setiap komunitas (organisasi), dibutuhkan unsur kerjasama antar
individu yang mengantarkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Planning
mencakup kegiatan memilih visi (misi), tujuan dan cara untuk mencapai tujuan.
 Fungsi Asembling Reources (Pengumpulan Sumber). Fungsi asembling reources
(pengumpulan sumber) dipandang sebagai aktivitas pengumpulan sumber- sumber
yang dibutuhkan dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk menunjang berbagai
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber-sumber yang dimaksud dapat
berupa personal, uang, alat-alat, serta berbagai kebutuhan lainnya
 Fungsi Organizing (Pengorganisasian). Fungsi ini merupakan suatu proses penetapan
struktur peran yang dibutuhkan untuk memasukkan orang-orang ke dalam sebuah
organisasi.
 Fungsi Directing (Pengarahan). Fungsi directing merupakan suatu proses memotivasi,
membimbing, dan mengarahkan sumber daya manusia yang dimiliki dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
 Fungsi Leading (Memimpin). Fungsi pokok manajemen yang sangat nyata dan
keahlian memimpin merupakan keahlian hubungan antar-manusia (human relation).
 Fungsi Commanding (Pengarahan), pemberian perintah atau instruksi dari atasan
terhadap bawahan untuk melaksanakan tugas masing- masing sesuai dengan yang
ditentukan guna mencapai tujuan organisasi.
 Fungsi Staffing (Penyusunan Personalia), Sukwiaty mengemukakan bahwa
penyusunan personalia (staffing) merupakan upaya penarikan (recruitment) latihan
dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi kepada sumber daya
manusianya dalam lingkungan kerja yang produktif dan menguntungkan.
 Fungsi Motivating (Pemberian Motivasi). Motivating dipandang sebagai upaya
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain untuk bertindak
mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
 Fungsi Actuating (Pelaksanaan). Actuating merupakan langkah-langkah pelaksanaan
rencana dalam kondisi nyata yang melibatkan segenap sumber daya manusia yang
dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

10 | P a g e
 Fungsi Coordinating (Koordinasi). Coordinating (pengkoordinasian) merupakan
berbagai upaya atau tindakan yang dilakukan seorang manajer untuk menghindari
terjadinya kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan tugas-tugas dan pekerjaan bawahan
dalam mencapai suatu tujuan bersama yang telah ditentukan organisasi.
 Fungsi Budgeting (Penganggaran). Fungsi budgeting (penganggaran) merupakan
suatu proses penghitungan biaya yang akan digunakan dalam berbagai aktivitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan
 Fungsi Facilitating (Pemberian Fasilitas). Facillitating (pemberian fasilitas),
merupakan upaya tindakan yang dilakukan oleh manajer (atasan) dalam memberikan
sarana, prasarana dan jasa terhadap bawahannya berdasarkan kebutuhan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
 Fungsi Controlling (Pengendalian/Pengawasan), bertujuan untuk memastikan
penemuan dan penerapan aktivitas (termasuk cara dan peralatan yang digunakan) di
lapangan sesuai dengan yang direncanakan.
 Fungsi Reporting (Pelaporan). Fungsi reporting atau pelaporan secara sederhana
dapat dimaknai sebagai upaya penyampaian perkembangan atau hasil dan pemberian
keterangan berbagai aktivitas dalam lingkup manajemen yang dilakukan sebuah
organisasi.
5. Prinsip-Prinsip Umum Manajemen
 Pembagian kerja (Division of Work)
 Wewenang dan Tanggung jawab (Authority and Responsibility)
 Disiplin (Discipline)
 Kesatuan Perintah (Unity of Command)
 Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
 Subordinasi Kepentingan Perseorangan terhadap Kepentingan Umum (Subordination
of Individual Interest to General Interest)
 Penggajian Pegawai (Remunerasi)
 Pemusatan (Centralization)
 Hirarki/Rangkaian Perintah (Chain of Command)
 Ketertiban (Order)
 Keadilan dan Kejujuran (Equity)
 Stabilitas Masa jabatan dalam Kepegawaian (Stability of Tenur of Personel)
 Prakarsa (Inisiative)

11 | P a g e
 Semangat Kesatuan semangat Korp (Esprit de Corp)
6. Peran Manajer
Peran antar-pribadi:
 Tokoh
 Pemimpin
 penghubung
Peran informasional:
 Pemantau
 Penyebar
 Juru bicara
Peran pengambil keputusan:
 Wiraswastawan
 Pereda ganguan
 Pengalokasi sumber daya
 Perunding/negositaor
7. Ciri-Ciri Manajer Profesional
Orang-orang profesional mendasarkan setiap keputusannya pada prinsipprinsip
umum. Sehingga seseorang yang profesional dituntut untuk memiliki pengetahuan
luas yang berkenaan dengan pekerjaannya
Orang-orang profesional mencapai status profesionalnya melalui prestasi, bukan
melalui vaforitisme, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Walaupun belum ada standar obyektif untuk menilai prestasi manajerial
Orang-orang profesional harus tunduk pada kode etik yang melindungi kliennya.
Namun karena keprofesionalan pada bidang khusus, seringkali klien terlalu berharap
padanya dan sebagai akibatnya manajer berada dalam posisi rawan, yang
menuntutnya harus memunculkan berbagai alternatif dan memilih alternatif yang
terbaik.
Orang-orang profesional mengabdikan dan mengikatkan diri pada organisasi yang
mewadahinya. Sehingga dalam setiap bidang, orangorang profesional
menggabungkan hidup dan pekerjaannya melalui pengabdian dan keterikatan
pribadinya.

12 | P a g e
8. Hambatan dalam Penerapan Fungsi Manajemen

1. Hambatan internal

• Manajer belum sepenuhnya memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan fungsi-


fungsi manajemen.
• Manajer seringkali masih kurang mampu menjabarkan fungsi-fungsi manajemen
secara
• operasional.
• Organisasi belum siap melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang digariskan oleh
manajer.
• Belum tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan fungsi-
• fungsi manajemen.
• Adanya faktor risiko dan ketidakpastian di dalam pelaksanaan kegiatan.

2. Hambatan eksternal

• Adanya berbagai peraturan, ketentuan, atau perundang-undangan pemerintah, baik


tingkat pusat ataupun tingkat daerah.
• Adanya dampak negatif dari pengembangan organisasi lain yang sejenis.
• Tidak mendukungnya infrastruktur yang ada di luar organisasi.

BAB II

PERKEMBANGAN MANAJEMEN

1. Aliran dalam manajemen


 Aliran Klasik (Classical School). Aliran Klasik adalah aliran dalam hukum pidana
yang memandang bahwa penjatuhan sanksi pidana semata-mata dijatuhkan sebagai
akibat dari dilakukan suatu perbuatan oleh pelaku kejahatan.Didalam aliran klasik ada
Aliran Manajemen Ilmiah (Scientific Management)dan Teori Organisasi Klasik
(Classical Organization Theory).
 Aliran Perilaku (Behavioral Shool). Aliran perilaku (behavioral school) mulai
berkembang sejak aliran klasik dinilai tidak benar-benar dapat membantu efisiensi
produksi dan kesesuaian tempat kerja. Sehingga kondisi tersebut melahirkan berbagai
upaya untuk membantu manajer mengatasi masalah organisasi melalui sisi perilaku

13 | P a g e
karyawan. Tokoh-tokoh dalam aliran perilaku ini, yaitu Hugo Munsterberg (1863-
1916) dan Elton Mayo (1880-1949)
 Aliran Ilmu Manajemen (Management Science School). Aliran ilmu manajemen
(management science school) mengembangkan prosedur penelitian operasional
(operational research) untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
organisasi
 Pendekatan Sistem (Systems Approach). Dalam pendekatan sistem, organisasi
dipandang sebagai satu kesatuan yang terdiri dari bagian- bagian yang saling
berhubungan. Sehingga setiap kegiatan dari satu bagian organisasi, akan
mempengaruhi kegiatan bagian lain. Dengan demikian, pada dasarnya pendekatan ini
mengajak manajer untuk memposisikan organisasi sebagai suatu kesatuan yang
merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang luas.
 Pendekatan Kontingensi (Contingency Approach). Aliran ini berpandangan bahwa
pelaksanaan suatu manajemen harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
terjadi.
 Aliran Manajemen Menurut George R. Terry George R. Terry menggunakan istilah
“school” untuk mengemukakan pendapatnya mengenai aliran mamajemen. Sedangkan
Koontz dan O’Donnel menggunakan istilah “approach” untuk mengungkapkan
pendapatnya mengenai bidang yang sama. Kendatipun istilah yang digunakan berbeda
untuk menjelaskan aliran-aliran dalam manajemen, namun pada jumlahnya, ketiga
ahli tersebut mengatakan hal yang sama, yakni ada sembilan aliran dalam manajemen.
Menurut George R. Terry, aliran dalam manajemen yaitu:Management by costum
school,Scientific management school ,Behavior school, Social school, Systems
management school, Decisional management school, Quantitative management
school , Management process school ,dan Contingency management school
 Aliran Manajemen Menurut Koontz dan O’Donnel. Menurut Koontz dan O’Donnel
dengan menggunakan istilah “approach”, dalam aliran manajemen yaitu:The
empirical atau case approach ,The interpersonal bahavior approach ,The group
behavior approach ,The cooperative social systems approach ,The sociotechnical
systems approach,The decision theory approach ,The communications-center
approach ,The mathematical or management science approach danThe operational
approach.

14 | P a g e
2. Jenis-Jenis Manajemen
• Management by Acception. Konsep dasarnya pada manajemen jenis ini menekankan
bahwa suatu perusahaan/organisasi itu harus mendapat dukungan dari para karyawan
(anggotanya). Karyawan (anggota) diberi motivasi untuk dapat bekerja secara mandiri
sesuai tugas masing-masing untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hasil
usaha/kerja dari para karyawan secara akumulasi kemudian akan dianalisis dan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Upaya membandingkan tersebut untuk
mengetahui apakah upaya-upaya pencapaian tujuan periode ini mengalami
peningkatan atau bahkan penurunan.
• Managerial Breakthrough. Manajemen jenis ini dipandang sebagai perombakan
bidang manajemen secara bertahap dan sistem tersebut hendaklah dinamis (tidak
bersifat kaku). Dengan kata lain, dalam manajemen ini senantiasa melakukan
perubahan perbaikan dari setiap hasil yang dicapai, dan perubahan-perubahan ke arah
yang lebih baik tersebut harus selalu diawasi secara maksimal.
• Management by Objective. Manajemen ini dikenal dengan sebutan akronimnya, yaitu
MBO (Management by Objective). Dalam sistem penerapannya, manajemen jenis ini
menitiktekankan spesifikasi sasaran dan penetapan kuantitas hasil (output) yang harus
dicapai.
• Management by Result. Manajemen jenis ini juga menitikberatkan pada
penganalisisan dari hasil yang dicapai, sehingga diperlukan pengawasan yang sangat
teliti terhadap berbagai aspek yang berkenaan dengan hasil yang dicapai oleh
organisasi atau perusahaan.
• Management by Ideas. Management by ideas menitiktekankan pada pengawasan
tujuan perusahaan atau organisasi secara ketat. Hal tersebut mendasarkan pada asumsi
bahwa tujuan merupakan ide atau gagasan dasar dari perusahaan atau organisasi yang
akan diupayakan. Oleh karena itu, menajemen jenis ini sangat ketat dalam memantau
berbagai aktivitas yang berkenaan dengan tujuan.

BAB III

PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN

1. Sifat-Sifat Perencanaan

Athoillah mengutip dari pendapat Kristiadi (1995) memaparkan beberapa sifat perencanaan
sebagai berikut:

15 | P a g e
1. Faktual, yaitu perencanaan yang dibuat harus berdasarkan temuan fakta di lapangan, diolah
dan dikaji secara mendalam sebagai dasar dan pertimbangan.

2. Rasional, yaitu perencanaan yang tidak hanya berbentuk angan-angan belaka. Proses
perencanaan rasional dilakukan dengan mengklasifikasikan berbagai permasalahan yang
berkembang, menafsirkan data dan fakta, membandingkan antar fakta-fakta, mengkorelasikan
antar-pengertian, memutuskan, dan menarik suatu kesimpulan.

3. Fleksibel, yaitu perencanaan yang dibuat tidak kaku, sehingga dapat mengikuti
perkembangan zaman dan pelaksanaannya tidak statis.

4. Berkesinambungan, yaitu perencanaan dibuat secara terus-menerus dan berkelanjutan


mengikuti kebutuhan organisasi atau perusahaan.

5. Dialektis, perencanaan yang dibuat harus memikirkan peningkatan dan perbaikan-


perbaikan untuk kesempurnaan masa yang akan datang. Artinya, perencanaan dialektis tidak
terpaku pada pendekatan antitesis yang melawan perkembangan dan perubahan, melainkan
harus mengutamakan pendekatan sistesis dan kompromistis terhadap perkembangan dan
perubahan dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip manajemen.

2. Empat Tahap Dasar Perencanaan

1. Menetapkan sasaran atau perangkat tujuan Langkah ini berkenaan dengan kebutuhan
organisasi atau perusahaan dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menyusun penentuan
tujuan, perlu disusun prioritas utama dan sumber daya yang tersedia agar memudahkan
pelaksanaannya.

2. Menentukan keadaan, situasi, dan kondisi sekarang Keadaan, situasi, dan kondisi saat ini
perlu diperhatikan sebelum dibuat, selanjutnya lakukan pengukuran dan perbandingan dengan
kemampuan organisasi atau perusahaan dari seluruh komponen secara teratur.

3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat Faktor-faktor pendukung perlu


diidentifikasi dan diperkuat untuk mendukung terlaksananya rencana yang dibuat, serta
mengidentifikasi dan meminimalisir faktor penghambat pelaksanaan rencana yang dibuat,
termasuk antisipasi terhadap gangguan yang muncul secara tidak terduga.

4. Mengembangkan rencana dan menjabarkannya Pengembangan rencana dan penjabarannya


harus dipahami oleh semua elemen organisasi atau perusahaan, sehingga memudahkan

16 | P a g e
tercapainya tujuan. Pengembangan rencana dapat dilakukan dengan mengembangkan
berbagai alternatif sebagai solusi permasalahan yang muncul saat rencana dilaksanakan.

3. Tujuan Perencanaan
 Mengurangi resiko dan perubahan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang;
 Memfokuskan kegiatan pada sasaran yang telah ditetapkan;
 Menjamin proses pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien; dan
memudahkan pengawasan.
4. Manfaat Perencanaan
 Membantu manajemen untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan dan
perkembangan lingkungan yang terjadi;
 Membantu mengerucutkan persesuaian pada masalah-masalah utama;
 Memungkinkan manajer memahami gambaran operasi secara komprehensif dan lebih
jelas;
 Membantu penempatan tanggung jawab dengan lebih tepat;
 Memberikan cara melakukan perintah untuk operasi;
 Mempermudah koordinasi antar organisasi;
 Membuat tujuan lebih khusus, terperinci, dan lebih mudah untuk dipahami;
 Memperkecil pekerjaan yang tidak pasti; dan
 Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

BAB IV

ORGANISASI DAN PENGORGANISASIAN

1. Pengertian Organisasi dan Pengorganisasian

Organisasi dan pengorganisasi pada dasarnya merupakan istilah yang lahir dari satu asal kata,
yakni organon (dalam perspektif etimologi) dan mengalami pergeseran paradigma menjadi
organisasi dan pengorganisasian (dalam perspektif terminologi). Karena telah mengalami
pergeseran struktur kata untuk digunakan mengistilahkan suatu makna, maka tentunya antara
organisasi dan pengorganisasian terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak dari sisi
penempatan (penggunaan), artinya organisasi dalam konteks ini dipandang sebagai suatu
wadah atau sistem dimana sekumpulan orang-orang atau entitas sosial melakukan berbagai
aktivitas untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengorganisasian merupakan upaya penyatuan,
pengaturan dan penyelarasan aspek-aspek yang ada dalam organisasi tersebut. Sederhananya

17 | P a g e
apabila organisasi dipandang sebagai suatu wadah, maka pengorganisasian merupakan
pengaturan berbagai aktivitas dalam organisasi tersebut.

2. Pendekatan-Pendekatan Organisasi
 Pendekatan rasional
 Pendekatan natural (sistem alami)
 Pendekatan sistem terbuka
3. Prinsip-Prinsip Organisasi
 Perumusan tujuan organisasi yang jelas
 Pembagian pekerjaan
 Delegasi kekuasaan
 Tingkat pengawasan
 Rentang kekuasaan
 Kesatuan perintah dan tanggung jawab
 Koordinasi
4. Bentuk-Bentuk Organisasi

Organisasi Lini (Line Organization)

a. Wewenang dari pucuk pimpinan mengalir langsung kepada para pemimpin unit pada
tata jenjang organisasi.
b. Masing-masing unit memegang wewenang dan tanggung jawab penuh.
c. Semua karyawan menerima instruksi dan petunjuk langsung dari pimpinan unit.
d. Lalu lintas wewenang dan tanggung jawab berjalan tegak lurus dan vertikal melalui
saluran tunggal

Organisasi Staf (Staff Organization). organisasi staf merupakan organisasi yang hanya
mempunyai hubungan dengan pucuk pimpinan dan mempunyai fungsi memberikan bantuan,
baik berupa pikiran maupun bantuan lain demi kelancaran tugas pimpinan dalam mencapai
tujuan secara keseluruhan. Bentuk organisasi ini tidak memiliki garis komando ke bawah/ke
daerah-daerah.

Organisasi Lini Dan Staf (Line And Staff Organization). Organisasi lini/garis dan staf (line
and staff organization) diciptakan oleh Harrington Emerson. Organisasi lini dan staf
merupakan kombinasi dari organisasi lini, azas komando dipertahankan tetapi dalam

18 | P a g e
kelancaran tugas pemimpin dibantu oleh para staf, dimana staf berperan memberi masukan,
bantuan pikiran, saran-saran, data informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan

Organisasi Fungsional (Functional Organization). Organisasi ini disusun berdasarkan sifat


dan macam pekerjaan yang harus dilakukan, masalah pembagian kerja merupakan masalah
yang menjadi perhatian yang sungguh-sungguh. Dengan kata lain bahwa dalam organisasi
fungsional, pimpinan tidak memiliki staf yang jelas. Setiap atasan dapat memberikan perintah
kepada para bawahan sealama masih dalam koridor wewenang tanggung jawabnya, bahkan
yang paling penting adalah berada dalam lingkaran sistem organisasi bersangkutan

Organisasi Lini dan Fungsional (Line and Functional Organization). Merupakan suatu bentuk
organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada perkepala unit di
bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu.

BAB V

LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI

1. Lingkungan Organisasi
 Lingkungan Umum

Lingkungan umum merupakan lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi


perkembangan (keberhasilan dan kegagalan) suatu organisasi atau perusahaan. Lingkungan
umum terdiri dari beberapa aspek, diantaranya adalah :

a) Lingkungan Politik

Lingkungan politik dipandang sebagai suatu output yang berhubungan dengan berbagai
hukum, perundangan, dan kebijakan negara dalam rangka mengatur dan melindungi tata
kehidupan warganya.

b) Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi merupakan suatu keseluruhan yang terorganisasikan yang terdiri dari
berbagai aspek ekonomi dan unit-unitnya dalam masyarakat yang mempengaruhi kebijakan
suatu organisasi atau perusahaan

19 | P a g e
c) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial dipandang sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh yang meliputi nilai,
sikap atau pandangan individu/masyarakat dan struktur golongan serta mempengaruhi tata
kehidupan masyarakat tersebut, khususnya terhadap perkembangan suatu organisasi atau
perusahaan.

d) Lingkungan Budaya

Lingkungan ini dipandang sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh mengenai hasil daya
cipta dari suatu masyarakat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang juga turut
mempengaruhi perkembangan suatu organisasi atau perusahaan.

e) Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan yang juga ikut mempengaruhi perkembangan suatu organisasi atau
perusahaan adalah keseluruhan dari lingkungan pendidikan tersebut, yang terorganisasikan
dan terdiri dari pendidikan paling rendah sampai pada yang paling tinggi, termasuk di
dalamnya pendidikan yang bersifat formal maupun yang non formal.

f) Lingkungan Teknologi

Lingkungan teknologi yang dimaksudkan adalah suatu keseluruhan tentang pengetahuan


untuk menciptakan dan meningkatkan daya guna suatu barang atau jasa yang dibutuhkan
masyarakat.

g) Lingkungan Demografi

Lingkungan demografi dipandang sebagai suatu keseluruhan mengenai berbagai aspek


kependudukan yang meliputi angkatan kerja, tingkat kelahiran, tingkat kematian, penyebaran
penduduk, tingkat umum, jenis kelamin, serta berbagai aspek lainnya yang termasuk
lingkungan demografi

h) Lingkungan Hukum

Lingkungan hukum yang dimaksudkan adalah suatu keseluruhan mengenai berbagai aspek
hukum yang berlaku di wilayah mana organisasi atau perusahaan berada. Aspek-aspek
hukum tersebut seperti hukum yang menyangkut atau mengatur perkembangan suatu

20 | P a g e
organisasi atau perusahaan, mengenai pembentukan dan pengawasannya, serta masalah-
masalah peraturan perundangan lingkungan hidup lainnya.

2. Lingkungan Khusus

a) Lingkungan penyedia (Supplier)

b) Lingkungan pelanggan (Customer)

c) Lingkungan pesaing (Competitor)

d) Lingkungan teknologi (Technology)

e) Lingkungan sosio-politik

3. Budaya Organisasi
 Pengertian budaya

Budaya dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan
norma yang dikembangkan dalam organisasi atau perusahaan yang dijadikan pedoman
tingkah laku bagi angota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal.

 Tujuan Penerapan Budaya

Organisasi Secara singkat tujuan dari penerapan budaya organisasi dikemukakan oleh
Mangkunegara4 , yakni agar seluruh individu dalam organisasi atau perusahaan mematuhi
dan berpedoman pada sistem nilai, keyakinan, dan norma-norma yang berlaku dalam suatu
organisasi atau perusahaan tersebut.

 Budaya Organisasi

Sebagai Input Seperti dikutip oleh Mangkunegara5 dari pendapat Taliziduhu Ndraha (1997)
bahwa budaya organisasi sebagai input terdiri dari pendiri organisasi, pemiliki organisasi,
sumber daya manusia, pihak yang berkepentingan, dan masyarakat

 Fungsi Budaya Organisasi

Menurut John R. Schermerhorn dan James G. Hunt (1991) , bahwa fungsi budaya organisasi
atau perusahaan dapat membantu mengatasi masalahmasalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal organisasi atau perusahan bersangkutan. Permasalahan yang berhubungan dengan

21 | P a g e
adaptasi eksternal organisasi atau perusahan, dilakukan melalui pengembangan pemahaman
tentang strategi dan misi organisasi atau perusahan, tujuan utama organisasi atau perusahan,
dan pengukuran kinerja.

BAB VI

TUJUAN ORGANISASI

Tujuan merupakan satu hasil akhir, titik akhir, atau segala sesuatu yang akan dicapai.Dari
pandangan ini, nampak jelas bahwa setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang spesifik dan
unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif
mencakup: pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi,
dan produktivitas. Sementara tujuan yang bersifat kualitatif dapat disebutkan sebagai
efektivitas dan efisiensi organisasi, manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan
yang tinggi, reputasi organisasi yang baik, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat yang
memuaskan, dan citra perusahaan yang baik.

Handoko mengemukakan, suatu hasil akhir, titik akhir, atau segala sesuatu yang akan dicapai.
Ia menambahkan bahwa tujuan dapat dipandang sebagai akumulasi dari beberapa sasaran
atau target organisasi atau perusahaan. Menurut Etzioni , tujuan merupakan suatu pernyataan
tentang keadaan yang diinginkan organisasi dan bermaksud merealisasikannya. Tujuan
dipandang juga sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang akan datang dimana
organisasi sebagai kolektifitas mencoba mewujudkannya. Tujuan suatu organisasi atau
perusahaan memiliki dua unsur penting, yaitu:

1. Hasil-hasil akhir yang ingin diraih pada waktu yang akan datang, dengan mana

2. Usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan sekarang diarahkan

BAB VII

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

Seorang pemimpin berfungsi menjalankan aktivitas berkaitan dengan wewenang dan


tanggung jawabnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin merupakan julukan yang
melakat pada subjek atau orangnya, sedangkan kepemimpinan merupakan aktivitas yang
dijalan seorang pemimpin hubungannya dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Kartono
mengatakan dalam kompleksitas masyarakat yang demikian, manusia harus hidup bersama-

22 | P a g e
sama dan bekerja sama dalam suasana yang tertib dan terbimbing oleh seorang pemimpin dan
tidak bisa hidup menyendiri. Maka demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan dan
untuk mempertahankan hidup bersama, diperlukan bentuk kerja kooperatif. Semua kegiatan
kooperatif dan karya budaya (aktivitas membuat budaya) itu perlu diatur dan perlu dipimpin.

Thoillah berpendapat, bahwa seorang pemimpin harus memiliki kelebihan yang


memungkinkan mengatur dan mengarahkan bawahannya. Superioritas seorang pemimpin
akan menentukan terbentuknya sikap taat dari seluruh bawahannya. Artinya, apabila seorang
pemimpin tidak memiliki kemampuan yang lebih (termasuk kewibawaan, ketegasan, dan
pengetahuan) dari pada bawahannya, maka yang akan terjadi adalah ketidaktaatan dan
ketidakpatuhan bawahan terhadap pemimpin tersebut. Dengan demikian, kepemimpinan
sebenarnya berkaitan erat dengan keterampilan dan keahlian bagaimana menggerakkan orang
lain agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin.

Sutarto mengemukakan pendekatan kepemimpinan dalam empat bagian, yaitu: pendekatan

sifat, perilaku, kontingensi (situsi), dan pendekatan terpadu.

1. Pendekatan Sifat

Pendekatan ini juga disebut teori genetis dan teori hereditary (turuntemurun), melihat bahwa
seorang pemimpin dianggap memiliki sifat-sifat yang dibawa semenjak lahir sebagai suatu
yang diwariskan. Sifat-sifat pemimpin tidak dapat dibuat atau diperoleh dari pelatihan yang
dilakukan. Untuk menjamin kelanjutan kepemimpinan dalam garis keturunan, maka
dilakukan perkawinan antar anggota yang dekat

2. Pendekatan Perilaku

Pendekatan atau teori perilaku berlandaskan pada pemikiran bahwa kepemimpinan harus
dipandang sebagai korelasi di antara orang-orang dalam suatu organisasi atau perusahaan,
bukan sebagai sifat atau ciri individunya.

3. Pendekatan Kotingensi/Situasional

Pendekatangan kontingensi bila diartikan secara harfiah atau etimologi adalah pendekatan
kemungkinan (contingency approach). Pendekatan ini lahir sebagai kritik terhadap
pendekatan perilaku yang berpandangan bahwa untuk mengurus suatu organisasi dapat
dilakukan dengan perilaku tunggal dalam segala situasi.

23 | P a g e
4. Pendekatan Terpadu

Pendekatan terpadu dikenalkan oleh Hersey dan Blanchard (1982)12 , dimana kedua tokoh
tersebut berusaha memadukan beberapa teori yang selama ini hanya diuraikan sebagai konsep
dan berdiri sendiri tanpa ada hubungan ke dalam pendekatan kepemimpinan situasional.

BAB VIII

PENGENDALIAN (PENGAWASAN) DALAM MANAJEMEN

Wijayanti berpendapat bahwa dalam pengendalian dan pengawasan terdapat empat langkah
yang harus dilakukan, yaitu:

1. Penentuan standar sebagai dasar pengendalian dan pengawasan.

Standar adalah suatu ukuran yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (sebisa mungkin) yang
ditetapkan terlebih dahulu.

2. Pengukuran penampilan (perfomance)

Pengukuran penampilan anggota organisasi atau personalia perusahaan akan memberikan


manfaat berupa penyediaan informasi-informasi yang faktual. Pelaksanaan langkah
pengukuran penampilan (performance) tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Observasi atau pengamatan terhadap para anggota organisasi atau personalia perusahaan
secara individual.

b) Wawancara dengan para anggota tersebut.c) Menelaah laporan-laporan tertulis tentang


hasil yang dicapai. Apabila terjadi penyimpangan, akan tampak dalam performance report
yang disusun sebagai laporan pelaksanaan apa yang direncanakan sebelumnya.

3. Menganalisis, mengemukakan pendapat, dan mengevaluasi performance,


dibandingkan dengan standar.
4. Mengambil tindakan-tindakan perbaikan.

Tindakan-tindakan perbaikan dilakukan bila ditemukan penyimpangan- penyimpangan yang


dilakukan personalia organisasi atau perusahaan di luar batas yang diizinkan atau batas
toleransi. Tindakan-tindakan perbaikan tersebut wajib dilakukan, karena tanpa tindakan

24 | P a g e
perbaikan tersebut, maka langkah-langkah pengendalian atau pengawasan
sebelumsebelumnya menjadi sia-sia dan hanya sekedar menjadi pengetahuan. Oleh karena
itu, tindakan-tindakan perbaikan harus melihat dari dua sudut pandang, yakni sudut pandang
kemampuan pelaksana standar yang ditentukan dan penentuan standar yang disesuaikan
dengan kemampuan pelaksananya. Tindakan-tindakan perbaikan yang diajukan oleh
Wijayanti diantaranya adalah:

 Perubahan standar (lebih dilonggarkan/diringankan)


 Perubahan metode-metode kerja
 Perubahan perintah-perintah kerja
 Perubahan kebijakan perusahaan atau organisasi secara total
 Perubahan susunan tenaga kerja, dan sebagainya.

Dengan adanya tindakan-tindakan seperti di atas, diharapkan personalia dalam suatu


organisasi atau perusahaan tidak melakukan penyimpanganpenyimpangan terhadap standar
yang telah ditentukan. Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan sesuai standar yang ada,
dapat dilakukan dengan penuh komitmen dan loyalitas terhadap organisasi atau perusahaan
demi tercapainya tujuan yang ada.

Menurut Athoillah , bentuk pengendalian atau pengawasan manajemen dapat dikelompokkan


menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bersifat top down

Pengendalian dan pengawasan dalam bentuk ini dilakukan oleh seorang manajer (atasan)
langsung kepada anggota organisasi atau perusahaan (bahawahan).

2. Bersifat buttom up

Bentuk kedua merupakan sebaliknya dari bentuk pertama, dimana dalam bentuk ini
pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh bawahan atau anggota suatu organisasi atau
perusahaan terhadap atasannya.

3. Bersifat self control

Pengendalian dalam bentuk ini sama-sama memiliki peran aktif antara atasan dan bawahan.

25 | P a g e
BAB IX

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Dalam komunikasi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang ada, agar komunikasi
dapat berjalan secara efektif. Beberapa prinsip komunikasi yang harus diperhatikan, antara
lain adalah :

1. Prinsip motivasi, komunikator dalam memberikan pesan-pesan atau informasi harus


didasari oleh minat dan motivasi terhadap pesan atau informasi yang
dikomunikasikan.
2. Prinsip perhatian (minat), artinya komunikasi akan berjalan efektif bila dapat menarik
perhatian (minat) komunikan.
3. Prinsip keindraan (audio visual), artinya bahwa komunikasi akan berjalan dengan baik
dan komunikan dapat menerima pesan atau informasi yang disampaikan, apabila
komunikator melengkapi komunikasinya dengan alat peraga yang dapat ditangkap
komunikan, sehingga pendengaran dan penglihatan komunikan dapat aktif secara
bersamaan.
4. Prinsip pengertian, artinya pesan atau informasi yang akan disampaikan mudah
diingat dan mudah tertanam dalam pikiran komunikan.
5. Prinsip ulangan, artinya informasi atau pesan yang disampaikan sebisa mungkin
diulang atau disampaikan kembali, sehingga komunikan dapat menangkap dengan
jelas pesan atau informasi yang disampaikan.
6. Prinsip kegunaan, informasi atau pesan yang disampaikan hendaknya mengandung
hal-hal yang benar-benar berguna dan mempunyai arti serta kadar nilai yang tinggi

Menurut Onong Uchyana Effendy (1995), ada tiga teknik komunikasi yang pada umumnya
digunakan, yaitu:

1. Komunikasi informatif. Komunikasi informatif adalah proses penyampaian pesan


atau informasi oleh komunikator terhadap komunikan yang bersifat
pemberitahuan.
2. Komunikasi persuasive. Komunikasi persuasif dipandang sebagai proses
komunikasi atau penyampaian pesan atau informasi dari komunikator terhadap
komunikan yang bersifat membujuk, sehingga komunikan secara sadar bersedia
melakukan kegiatan tertentu.

26 | P a g e
3. Komunikasi koersif/instruktif. Komunikasi koersif/instruktif adalah proses
penyampaian pesan atau informasi dari komunikator terhadap komunikan yang
mengandung unsur paksaan agar komunikan melakukan tindakan atau kegiatan
tertentu.

BAB X

STRATEGI DALAM MANAJEMEN

Menurut Jain (1990), bahwa suatu organisasi mebutuhkan strategi apabila menghadapi
beberapa situasi berikut:

 Sumber daya yang dimiliki terbatas;


 Ada ketidakpastian yang berkenaan dengan kekuatan organisasi dalam menghadapi
persaingan;
 Komitmen terhadap sumberdaya tidak dapat diubah lagi;
 Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu; serta
 Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif.

Ada modal beberapa jenis model strategi, yaitu:

1. Strategi Linier. Strategi linier memfokuskan pada persaingan antar organisasi atau
perusahaan.
2. Strategi Adaptif. Strategi adaptif memfokuskan pada bagaimana suatu organisasi dan
bagian-bagiannya senantiasa berubah melakukan penyesuaian dengan keinginan
konsumen
3. Strategi Interpretatif. Strategi interpretatif ini menyampaikan maksud dan tujuan
organisasi atau perusahaan melalui perwakilan yang ditugasi dengan harapan dapat
mendorong pemegang saham untuk menyokong organisasi atau perusahan tersebut.

BAB XI

ETIKA MANAJEMEN

Etika (ethics) mengacu pada prinsip-prinsip keyakinan moral yang men- cerminkan
keyakinan masyarakat mengenai tindakan yang benar atau salah dari seorang indivudu atau
kelompok. Tentunya, nilai yang dianut seseorang indivudu, suatu kelompok, atau suatu
masyarakat dapat bertentangan dengan nilai yang dianut seseorang indivudu, suatu kelompok,

27 | P a g e
atau suatu masyarakat lainnya. Oleh karena itu, standar etika tidak mencerminkan prinsip
yang diterima secara universal, malainkan produk akhir suatu proses yang mendefi- nisikan
dan mengklarifikasi sifat dan lingkungan dari interaksi manusia. Dengan demikian,
keyakinan bahwa manajemen dalam sebuah perusahaan sebaiknya dioperasikan dengan cara-
cara yang responsif terhadap kondisi sosial untuk kepentingan para pemangku kepentingan,
merupakan keyakinan bahwa seorang manajer akan berperilaku secara etis.

Seperti yang disampaikan Wijayanti bahwa selama ini pandangan mengenai perilaku yang
etis secara umum diidentifikasi dalam 4 golongan, yaitu utilitarian view, individualism view,
moral-rights view, dan justice view.

1. Utilitarian view

Prinsip dasar pandangan ini adalah bahwa perilaku yang etis memberikan kebaikan dan
manfaat bagi banyak orang. Dengan merujuk pada pemikiran John Stuart Mill, seorang
filosof pada abad ke-19, pandangan ini juga berusaha untuk melihat dampak secara moral
dari sebuah keputusan yang dibuat. Pandangan utilitarian menggunakan metode kuantitatif
dalam pengambilan atau pembuatan keputusan organisasi dan lebih cenderung menekankan
pada bagaimana cara memberikan manfaat atau kebaikan sebesar-besarnya bagi banyak
orang.

2. Individualism view

Individualism view atau pandangan individualisme mendasarkan pada prinsip bahwa


perkembangan jangka panjang kepentingan diri seseorang merupakan komitmen utama
seseorang tersebut. Dengan kata lain, bila kepentingan diri seseorang diupayakan dengan
melihat jangka panjang, maka hal-hal yang tidak baik (perbuatan negatif) seperti berbohong
atau melakukan kecurangan untuk mengejar kepentingan jangka pendek (pragmatis)
sebaiknya tidak dilakukan dan tidak bisa ditolerir. Karena apabila satu orang melakukan
kebohongan atau kecurangan untuk mengejar kepentingan jangka pendek (pragmatis) dan
ditolerir, maka semua orang memiliki kesempatan untuk melakukan perbuatan yang sama dan
akan mengikutinya. Akibatnya, kepentingan jangka panjang seseorang dan kepentingan
secara umum tidak akan terpenuhi. Secara sederhana pandangan ini menargetkan capaian
bahwa setiap orang harus berlaku jujur dan berintegritas dalam meraih tujuannya.

28 | P a g e
3. Moral-rights view

Moral rights view atau pandangan kebenaran moral adalah pandangan yang mendasarkan
pada prinsip bahwa semua orang harus melindungi dan menghargai hak asasi manusia. Pada
awalnya, pandangan ini melihat apa yang disampaikan John Locke dan Jefferson, bahwa hak
orang untuk hidup, bebas, serta diperlakukan secara adil oleh hukum tidak bisa diganggu
gugat. Konsep yang disampaikan John Locke dan Jefferson tersebut kemudian meluas pada
organisasi-organisasi saat ini untuk memastikan bahwa hak-hak karyawan (anggota dalam
organisasi) seperti hak atas privacy, keadilan, kebebasan berbicara, kebebasan untuk meminta
persetujuan, kesehatan dan keselamatan, serta kebebasan hati nurani harus senantiasa
dilindungi.

4. Justice view

Justice view atau pandangan keadilan berpegang pada prinsip bahwa perilaku etis adalah
bagaimana memperlakukan orang secara adil dan tidak memihak sesuai dengan standar dan
peraturan yang berlaku. Pan- dangan ini menilai aspek etis tidaknya suatu perilaku dari setiap
keputusan berdasarkan sejauh mana tingkat keadilan keputusan tersebut bagi siapa saja yang
terpengaruh atau termasuk dalam lingkup keputusan tersebut.

BAB XII

MANAJEMEN STRES ORGANISASI

Stres merupakan situsi ketegangan/tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang
menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan- hambatan, dan adanya kesempatan yang
sangat penting yang dapat memengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang.

Lebih jauh dijelaskan, ketegangan dapat mengacu pada perasaan tidak tenang, kekhawatiran,
dan kegelisahan yang dialami seseorang, yang dapat berakibat pada pikiran, emosi, dan
kondisi fisik. Tuntutan-tuntutan yang besar dapat berupa seseorang diharapkan dan
mengharapkan penyelesaian berbagai macam tugas atau kegiatan. Hambatan-hambatan
mengacu pada situasi.

Sumber stres atau yang dikenal dengan stressor, pada dasarnya dapat bersumber dari
pekerjaan dan lingkungan kerja atau bisa bersumber dari luar pekerjaan. Stressor yang
bersumber dari pekerjaan atau lingkungan kerja, meliputi beban kerja yang terlalu besar atau
terlalu kecil, konflik peran, ketidakjelasan peran, wewenang yang tidak sesuai dengan

29 | P a g e
pelaksanaan tanggung jawab, lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, atasan yang tidak
menyenangkan, rekan sekerja yang tidak membantu, dan lain sebagai- nya. Sedangkan
stressor yang bersumber dari luar pekerjaan, meliputi banyak hal seperti kematian sanak
famili, kenakalan anak-anak, dan lain sebagainya.

B. Ringkasan Buku Pendamping

BAB 1

KONSEP DASAR MANAJEMEN

 Sejarah Manajamen

1. Perkembangan awal Manajemen Peradaban kuno pada bagian Barat Mesopotamia dan
tulisan-tulisan orang-orang Mesir Kuno sekitar tahun 1200 sebelum masehi menunjukkan
sudah adanya pengetahuan serta penggunaan manajemen untuk mengelola soal-soal politik
(Winardi, 1990)

2. Manajemen Ilmiah (1900-1920) Frederick Winslow Taylor (1856-1915) dianggap sebagai


bapak manajemen ilmiah, seorang insinyur dan industrialis Amerika yang teori
manajemennya dianggap radikal pada zamannya dalam meningkatkan produktivitas. Di
samping dia bekerja pada Midvale Steel Works di Philadelphia sebagai juru mesin tahun
1878 dan mencapai Chief Engineer serta mendapat gelar dalam bidang enjineering yang juga
menemukan alat pemetong baja yang bekerja sangat cepat.

3. Manajemen Modern Henry Fayol seorang industrialis berkebangsaan Prancis merupakan


bapak manajemen modern. Dia mengarang sebuah buku manajemen yaitu “Administration
Industrielle et Generale”.Dia mengembangkan aktivitas manajerial yang mencakup : teknikal
(produksi), komersial (membeli, menjual dan menukarkan), finansial (mencari modal dan
memanfaatkan secara optimal), kepastian (perlindungan harta kekayaan), akunting, dan
manajerial (perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengkoordinir dan mengawasi)

 Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan proses memperoleh suatu tindakan dari orang lain untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Aktivitas manajerial itu dilakukan oleh para manajer sehingga dapat

30 | P a g e
mendorong sumber daya personil bekerja memanfaatkan sumber daya lainnya sehingga
tujuan organisai yang disepakati bersama dapat tercapai.

 Prinsip-prinsip Manajemen
 Pembagian kerja

Prinsip ini sangat penting, karena adanya limit factors, artinya adanya keterbatasan-
keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan, yaitu:

o keterbatasan waktu
o keterbatasan pengetahuan
o keterbatasan kemampuan
o keterbatasan perhatian.
 Otoritas dan tanggung jawab

Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan
bawahan; wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab.

 Disiplin

Menurut asal ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah ditetapkan, dan perintah
atasan harus dihormati, dipatuhi, serta dilaksanakan sepenuhnya.

 Kesatuan perintah,

Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah dari seorang atasan
dan bertanggung jawab hanya kepada seorang atasan pula. Tetapi seorang atasan dapat
memberi perintah kepada beberapa orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu, karena
jika seorang bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan maka ia akan bingung.

 Kesatuan arah

Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu tujuan, satu
perintah, dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah, kesatuan gerak, dan kesatuan
tindakan menuju sasaran yang sama. Unity of command berhubungan dengan karyawan,
sedangkan unity of direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.

 Dikalahkannya kepentingan individu terhadap kepentingan umum

31 | P a g e
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama (organisasi), di alas
kepentingan pribadi. Misalnya pekerjaan kantor sehari-hari harus diutamakan daripada
pekerjaan sendiri.

 Penghargaan/balas jasa

Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil, wajar, dan seimbang
dengan kebutuhan, sehingga memberikan kepuasan yang maksimal baik bagi karyawan
maupun majikan.

 Sentralisasi

Setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang, Mengoptimalkan Pengelolaan


Organisasi Secara Efektif dan Efesien 23 artinya wewenang itu dipusatkan atau dibagi-
bagikan tanpa mengabaikan situasi-situasi khas, yang akan memberikan hasil keseluruhan
yang memuaskan. Centralization ini sifatnya dalam arti relatif, bukan absolut (mutlak).

 Rantai bertangga

Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus merupakan mata
rantai vertikal yang jelas, tidak terputus, dan dengan jarak terpendek.

 Keteraturan

Asas ini dibagi atas material order dan social order, artinya keteraturan dan ketertiban dalam
penempatan barang-barang dan karyawan

 Keadilan

Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian gaji dan jaminan
sosial, pekerjaan dan hukuman.

 Stabilitas pelaksanaan pekerjaan

Menurut asas ini, seorang pimpinan harus memberikan dorongan dan keseinpatan kepada
bawahannya untuk berinisiatif, dengan memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif
memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.

32 | P a g e
 Inisiatif

Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina melalui sistem
komunikasi yung baik, sehingga terwujud kekompakan kerja (team work) dan timbul
keinginan untuk mencapai hasil yang baik.

 Jiwa korps

Menurut asas ini, pimpinan perusahaan harus berusaha agar mutasi dan keluar masuknya
karyawan tidak terlalu sering, karena akan mengakibatkan ketidakstabilan organisasi,
biayabiaya semakin besar, dan perusahaan tidak mendapat karyawan yang berpengalaman.

 Fungsi-fungsi Manajemen
 Perencanaan (planning). Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas
manajerial pada setiap organisasi.
 Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang
kedua dan merupakan langkah strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi.
 Pengarahan (Directing). Pengarahan meliputi pemberian petunjuk/memberi gambaran
tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sehingga para manajer harus memotivasi
staf dan personil organisasi agar secara sukarela mau melakukan kegiatan sebagai
manifestasia rencana yang dibuat.
 Koordinasi. Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen. Dalam organisasi
keberadaan pengorganisasian sangat penting bagi terintegrasinya seluruh kegiatan
organisasi untuk mencapai tujuan.
 Pengawasan (Controlling). Pengawasan (controlling) merupakan proses pengamatan atau
pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya
semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.

BAB II

TEORI ORGANISASI

Organisasi adalah institusi atau wadah tempat orang berinteraksi dan bekerjasama sebagai
suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang atau lebih yang berfungsi mencapai satu
sasaran atau serangkaian sasaran.

33 | P a g e
Ada beberapa asas organisasi:

1. Organisasi Harus Memiliki Tujuan yang Jelas. Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa
tujuan yang jelas benar-benar urgen bagi setiap organisasi agar terarah apa yang dicita-cita
orang-orang yang berapa di organisasi tersebut.

2. Skala Hirarki. Skala hirarki dapat diartikan sebagai perbandingan kekuasaan di setiap
bagian yang ada. Kekuasaan terukur, jika jelas berapa banyak bawahan dan jenis pekerjaan
apa saja yang menjadi titik tumpu sebuah organisasi. Artinya, tidak sama antara manajer
dengan para bawahan dalam ukuran hirarki kekuasaan. Yang hanya bisa memerintah
bawahan adalah atasan. Itu yang menjadi tolak ukur di manapun organisasi itu berdiri.

3. Kesatuan Perintah/Komando Untuk sentralisasi organisasi, kesatuan perintah itu terletak di


pucuk pimpinan tertinggi. Jika di organisasi, maka manajerlah yang bisa memerintah seluruh
komponen organisasi, tetapi untuk desentralisasi, wakil manajer yang punya peran
mengkomandokan bagian kekuasaannya.

4. Pelimpahan wewenang Dalam hal ini, ada 2 pelimpahan wewenang, yakni: (1) Secara
Permanen yang ditandai dengan Surat Keputusan Tetap (SK), dan (2) Secara Sementara yang
sifatnya dadakan.

5. Pertanggungjawaban Dalam melakukan tugas, semua bawahan bertanggung jawab untuk


melaksanakan tugas dan hasil kerjanya. Atas juga bertanggung jawab atas kemajuan
organisasi kepada bawahannya. Jadi, semua pihak bertanggung jawab pada setiap apa yang
dia kerjakan.

6. Pembagian Pekerjaan. Pembagian pekerjaan sangat diperlukan untuk menutupi


ketidakmampuan setiap orang untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada dalam
organisasi. Perlu adanya spesialisasi pekerjaan yang disesuaikan dengan keahlian masing-
masing. Kegiatankegiatan itu perlu dikelompokkan dan ditentukan agar lebih efektif dalam
mencapai tujuan organisasi.

7. Jenjang/Rentang Kendali. Jenjang atau rentang pengendalian artinya perlu jumlah bawahan
dikendalikan oleh seorang atasan secara rasional. Oleh karen itu, tingkat-tingkat kewenangan
yang ada harus dibatasi seminimal mungkin sehingga tidak semua merasa menjadi atas. Ada
dua rentang pengendalian, yaitu: (a) Rentang pengendalian Sempit yang terdiri dari 4-8

34 | P a g e
orang, (b) Rentang pengendalian Luas yang terdiri dari 8-15 orang bahkan lebih banyak lagi
dari itu.

8. Fungsional. Bahwa seorang dalam organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan
wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerjanya serta tanggung jawabnya dalam pencapaian
tujuan organisasi.

9. Pemisahan. Bahwa beban tugas dari setiap orang tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain. Seseorang akan merasa kehilangan harga diri dengan mengerjakan pekerjaan orang lain,
kecuali ada hal tertentu diliar kuasa manusia (sakit).

10. Keseimbangan. Keseimbangan antara struktur organsisa yang efektif dengan tujuan
organisasi. Keseimbangan antara beban tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil perkerjaan.

11. Flexibelitas. Suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi tergantung pada dinamika
kelompok. Keseimbangan penugasan dengan imbalan perlu diperhatikan dengan baik dalam
memenuhi tujuan organisasi.

12. Kepemimpinan. Kepemimpinan sangat berarti bagi sebuah organisasi. Semua aktivitas
dijalankan oleh pemimpin.

BAB III

KEPEMIMPINAN

Ada beberapa ciri-ciri pemimpin yang efektif, yaitu:

1. Entrepreneur

Karakteristik: Sangat kompeten, individualistis, egosentris, dominan, percaya pada diri


sendiri, inovatif, punya kemauan keras, memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu yang luar
biasa. Ia juga seorang yang sering suka menyendiri, tidak hanya mendengarkan pada
tamburnya sendiri, tatapi juga mengarang musiknya sendiri. Namun, ia seorang yang tidak
mementingkan kepentingan diri sendiri.

2. Corporateur

Karakteristik : Tindakannya selalu dianggap sebagai tindakan tim. Ia sangat dominan, tetapi
tidak suka mendominasi. Sangat direktif, namun masih memberikan kebebasan pada
karyawannya. Konsultatif, tatapi kurang partisipatif.

35 | P a g e
3. Developer

Karakteristik : Seorang pembangun, yaitu orang yang menganggap orang lain sebagai sumber
kekuatan utama. Itu sebabnya, ia sangat peraya pada bawahan. Selalu berusaha membantu
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki bawahan. Memiliki keterampilan dalam membina
hubungan kemanusiaan yang hebat. Dengan itu, ia mampu memenangkan loyalitas dari
karyawan dan menciptakan iklim yang memberi dukungan penuh atas kepemimpinannya.

4. Craftsman

Karakteristik : Seorang tukang yang terampil menginginkan suatu pekerjaan diselesaikan


dengan sempurna. Sangat bersahabat, konservatif, dan sangat hati-hati. Ia memegang teguh
prinsip, banyak mengetahui dan memiliki keterampilan yang prima. Percaya pada diri sendiri,
lebih berorientasi pada penugasan, bijaksana, langsung pada sasaran, perfeksionis,
independen, selalu berpikir dan bertindak analitis.

5. Integrator

Karakteristik : Seorang integrator ialah seorang yang selalu ingin membangun konsensus dan
komitmen. Memiliki keterampilan dalam melakukan hubungan antarpribadi. Seorang
egalitarian, suka memberi dukungan dan bantuan, serta sangat parsisipatif. Ia juga seorang
pelopor pembentukan tim yang kokoh, seorang yang penuh motivasi, terampil dalam
menyatukan masukan yang bervariasi. Pendeknya, ia adalah pemimpin yang brillian dan
lebih menyukai pengambilan keputusan kelompok.

6. Gamesman

Karakteristik : Seorang pemain yang ulung selalu berprinsip, kita bermain bersama-sama,
tetapi saya harus memenangkan lebih banyak daripada anda. Ia suka bergerak cepat, luwes,
sangat mobil, terampil, dan banyak mengetahui. Seorang yang dapat bekerja otonom, berani
mengambil risiko, selalu ingin memenangkan sesuatu, tatapi tidak mempunyai rasa
kebencian. Tidak merasa gembira dengan kekalahan, tetapi tidak mempunyai rasa kebencian.

BAB IV

MOTIVASI

Motivasi merupakan salah satu bagian yang penting dalam manajemen organisasi. Motivasi
yang baik harus dimiliki oleh setiap anggota organisasi agar organisasi dapat mencapai

36 | P a g e
tujuannya secara efektif dan efisien. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu dalam
organisasi akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari lainnya. Motivasi adalah
keadaan batin yang menyebabkan seorang individu untuk berperilaku yang menjamin
tercapainya suatu tujuan.

Dengan kata lain, motivasi menjelaskan mengapa orang bertindak seperti yang mereka
lakukan. Motivasi mengacu pada kekuatan baik di dalam atau luar individu yang
membangkitkan semangat dan ketekunan untuk mengejar tindakan tertentu. Motivasi
karyawan mempengaruhi produktivitas, dan merupakan bagian dari pekerjaan seorang
manajer adalah untuk memberikan motivasi menuju pencapaian tujuan organisasi. Pendapat
diatas memberikan gambaran bahwa motivasi merupakan kekuatan atau dorongan yang ada
pada individu untuk dapat mencapai tujuan.

Dorongan yang ada dalam individu biasanya dipengaruhi oleh keadaan organisasi dan dirinya
sendiri. Dalam hal ini pemimpin organisasi harus dapat menciptakan dan menjaga motivasi
yang ada pada individu dalam organisasi agar dapat selalu bekerja dengan semangat yang
tinggi serta berdedikasi guna pencapain tujuan organisasi yang maksimal. Motivasi
merupakan dorongan yang ada pada individu atau di dalam seseorang yang menyebabkan
orang untuk berperilaku dengan cara yang diarahkan pada tujuan tertentu. Karena motif
anggota organisasi mempengaruhi produktivitas mereka, salah satu pekerjaan manajemen
adalah untuk menyalurkan motivasi karyawan secara efektif untuk mencapai tujuan
organisasi.

Motivasi mengacu pada kekuatan di dalam individu yang menjelaskan tingkat, arah, dan
ketekunan usaha yang dikeluarkan di tempat kerja. Individu dalam organisasi memiliki
tingkat, arah dan ketekunan dalam organisasi, hal ini yang harus menjadi perhatian pemimpin
organisasi agar dapat memberikan arah yang sesuai dengan tujuan bersama
organisasi. Memberikan motivasi merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab pemimpin
dalam organisasi agar anggota organisasi mau bekerja dengan baik. Penjelasan ini
memberikan penjelasan bahwa motivasi mengacu pada proses di mana upaya seseorang
diberi energi, diarahkan, dan berkelanjutan menuju pencapaian tujuan.

BAB V

KOMUNIKASI ORGANISASI

37 | P a g e
Dalam berbagai organisasi, seperti perusahaan, perbankan, rumah sakit, institusi pendidikan
diperlukan komunikasi diantara para anggotanya, sifat dasar dari komunikasi sesungguhnya
bertumpu pada proses pertukaran pesan diantara anggota organisasi tertentu dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Lewis menyatakan bahwa « Communication is rhe exchange of
messages resulting in a degree of shared meaning between a sender and
receiver». Komunikasi merupakan pertukaran pesan yang menghasilkan pertukaran makna
antara pengirim dan penerima pesan. Proses seperti ini berlangsung dalam seluruh dimensi
pergaulan hidup manusia baik dalam konteks kehidupan sosial maupun dalam bentuk
organisasi tertentu.

Komunikasi organisasi merupakan proses pertukaran pesan di antara unit-unit organisasi


dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. Kreps menegaskan pula bahwa komunikasi organisasi adalah proses yang
memungkinkan anggota organisasi untuk bekerjasama dan menafsirkan kebutuhan-kebutuhan
organisasi yang terus berubah dalam aktivitas organisasi. Untuk memahami lebih lanjut
tentang proses dan hakikat sebenarnya komunikasi organisasi maka perlu kiranya dibahas
keberadaan komunikasi itu sendiri ke dalam bentuk sebuah sistem.

BAB VI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan adalah pekerjaan seharihari dari manajemen sehingga kita perlu
mengetahui apakah pengambilan keputusan itu, bagaimana kita tiba pada keputusan, apa
keputusan itu, tingkat-tingkatannya, klasifikasinya, dan jenis-jenisnya. Selain itu perlu pula
diketahui teknik pengambilan keputusan, pendekatannya, metodenya, teori-teorinya, etika
dalam pengambilan keputusan, peranan birokrasi dalam pengambilan keputusan, dan
hubungan antara pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Uraian berikutnya akan
membahas masalah-masalah tersebut.

Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagimaju mundurnya suatu


organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan
keputusan sekarang. Pentingnya pengembilan keputusan dilihat leh Mintzberg dari segi
kekuasaan untuk membuat keputusan, yaitu apakah mengikuti pola sentralisasi atau
desentralisasi. Berbeda dengan Mintzberg, Weber memberi perhatian pada pengambilan
keputusan dari sudut kehadirannya, yaitu tanpa adanya teori pengambilan keputusan

38 | P a g e
administratif, kita tidak dapat mengerti, apalagi meramalkan tindakan-tindakan manajemen
sehingga kita tidak dapat menyempurnakan efektivitas manajemen.

BAB VII

KOMITMEN ORGANISASI

Colquitt, Lepine dan Wetson (2009) berpendapat bahwa Komitmen organisasi adalah
keinginan yang seseorang karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Sementara
Gibson, dkk (1997) menyatakan, bahwa komitmen organisasi adalah suatu perasaan akan
pengenalan, loyalitas, dan keterlibatan yang diperhatikan terhadap organisasi atau unit
organisasi. Selain itu, komitmen juga berarti meningkatkan kerelaan sese- orang melakukan
tindakan untuk memenuhi suatu kewajiban dalam kategori tertentu, yang akan mengubah
penilaian organisasi terhadap diri sendiri sehingga mendapat penghargaan.

Greenberg (1997) mengelompokkan profil komitmen organisasi setiap individi menjadi


empat bagian, yakni:

 Individu yang komitmen rendah kepada kelompok kerja dan atasan, disatu pihak, dan
dipihak lain kepada manejemen puncak dan organisasi ini dinamakan tidak komit.
 Sebaliknya individu dengan komitmen tinggi kepada kedua pihak tersebut dinamakan
komit. Kelompok dengan komitmen yang tinggi kepada kedua pihak tersebut di
namakan komit.
 Kelompok dengan komitmen yang tinggi kepada kelompok kerja dan atasan, tetapi
rendah kepada menejemen puncak dan organisasi di namakan komitmen secara lokal.
Kelompok dengan komitmen yang tinggi kepada menejemen puncak dan organisasi,
tetapi rendah ke kelompok kerja dan atasan di kenal sebagai komitmen secara global.

Goleman (1998) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki komitmen Organisasi
adalah:

 Memiliki inisiatif untuk mengatasi masalah yang muncul, baik secara langsung
terhadap dirinya atau kelompoknya.
 Bernuansa emosi, yaitu menjadikan sasaran individu dan sasaran organisasi menjadi
satu dan sama atau merasakan keterikatan yang kuat.

39 | P a g e
 Bersedia melakukan pengorbanan yang diperlukan, misalnya menjadi “patriot”.
 Memiliki visi strategis yang tidak mementingkan diri sendiri.
 Bekerja secara sungguh-sungguh walaupun tanpa imbalan secara langsung.
 Merasa sebagi pemilik atau memandang diri sebagaii pemilik sehingga setiap tugas
diselesaikan secepat dan sebaik mungkin.
 Memiliki rumusan misi yang jelas untuk gambaran tahapan yang akan dicapai.
 Memiliki kesadaran diri dengan perasaan yang jernih bahwa pekerjaan bukanlah suatu
beban.

BAB VIII

KEEFEKTIFAN KERJA

Sedarmayanti (2004) mengemukakan bahwa keefektifan adalah setiap proses kegiatan dan
kelembagaan yang diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber-sumber yang
tersedia. Bernard dalam Ahyari (1999) memberikan pengertian melalui pendekatan
pencapaian tujuan bahwa yang dimaksud dengan keefektifan adalah pencapaian sasaran yang
telah disepakati atas dasar bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat
efektivitas.

Moore dalam Sutarto (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor atau azaz-azas yang
berpengaruh terhadap keefektifan kerja yaitu (1) unit kerja, (2) rentangan kontrol, (3) kontrol,
(4) kepemimpinan, (5) pendelegasian wewenang, (6) ide-ide bawahan, (7) motivasi dan (8)
spesialisasi. Pierce dan Newstrom (1996) menyatakan ada lima faktor penentu utama
efektivitas kerja yaitu (1) motivasi, (2) kepuasan, (3) penerimaan atas perubahan, (4)
pemecahan masalah dan (5) komunikasi.

40 | P a g e
BAB IV

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

A. Buku Utama

1. Kelebihan:

 Tema buku sesuai dengan isi buku.


 Dalam buku ini kata – katanya dapat dimengerti/mudah dipahami.
 Dicantumkannya nama dan asal kalimat apa bila pendapat tersebut berasalah atau
dikutip dari buku lain.
 Disertainya daftar pustaka perbab.
 Terdapat pendahuluan sebelum masuk ke pembahasan pertama.
 Kata yang mengandung arti dibuat dengan becetak miring.
 Materinya mengenai dasar-dasar manajemen sangat kompleks dan lengkap.
 Pada beberapa bagian pembahasan materi, terdapat gambar ilustrasi yang membuat
pembaca semakin mudah memahaminya.

2. Kekurangan:

 Cover buku terlihat kurang menarik.


 Terdapat kesalahan ejaan kata pada buku ini.
 Tidak ada rangkuman atau intisari perbab.

B. Buku Pembanding

1. Kelebihan:

 Tema buku sesuai dengan isi buku.


 Dalam buku ini kata – katanya dapat dimengerti/mudah dipahami.
 Materi disampaikan secara singakat, namun materi yang disampaikan tetap jelas.
 Kualitas pencetakan buku yang baik.
 Ketikan buku rapi dan font tulisan yang digunakan membuat pembaca tidak bosan dan
nyaman untuk membacanya.
 Cover buku ini sangat menarik, karena percampuran warna yang cerah dan indah.

41 | P a g e
2. Kekurangan:

 Tidak disertai dengan daftar pustaka perbab.


 Terdapat kesalahan ejaan kata pada buku ini.

C. Perbandingan Buku Utama dan Buku Pembanding

1. Dalam buku pembanding yaitu buku Dr. Chandra Wijaya, M.Pd dan Muhammad
Rifa’i, M.Pd tidak ada dibahas tentang etika manajemen sementara di buku
pembanding ada dibahas.
2. Dalam buku utama ada dibahas mengenai materi manajemen stress organisasi dan
strategi dalam manajemen, namun pada buku pembanding tidak ada dibahas.
3. Dalam buku utama tidak ada dibahas tentang pengambilan keputusan, sementara di
buku pembanding ada.
4. Dalam buku utama ada dibahas mengenai lingkungan dan budaya organisasi usaha,
namun di buku pembanding tidak dibahas.
5. Dalam buku utama tidak ada dibahas mengenaik komitmen organisasi bisnis,
sementara di buku utama ada dibahas.
6. Dalam buku utama pembahsannya sangat luas dan kompleks, sedangkan pada buku
pembanding pembahasannya sangat simpel, padat, dan jelas.

42 | P a g e
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Masing-masing buku memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam


buku utama pembahasannya sangat luas dan kompleks, tetapi kurangnya pada buku utama
kurang meninggalkan jejak yang menarik yang dapat diingat pembaca. Berbeda, pada
buku pembanding yang pembahasannya sangat simpel, padat dan singkat, namun pokok
materi yang disajikan tidak selengkap buku utama.

B. Saran

Untuk pemilihan buku, kami serahkan kembali kepada para pembaca, untuk memilih
buku yang mana sebagai referensi. Apabila ingin mencari buku yang lebih kompleks dan
lengkap pemaparannya bisa memilih buku Dasar-Dasar Manajemen karya Abd. Rohman,
M.AP. Tetapi apabila ingin mencari buku yang lebih singkat dan padat pembahasannya
bisa memilih buku Dasar-Dasar Manajemen karya Dr. Chandra Wijaya, M.Pd dan
Muhammad Rifa’i, M.Pd. Tetapi alangkah baiknya menjadikan dua buku ini sebagai
referensi agar kiranya dapat lebih memperluas wawasan tentang dasar-dasar manajemen
wirausaha.

43 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Rohmah, Abd. 2017. Dasar-Dasar Manajemen. Malang: Intelegensia Media.

Wijaya, Chandra dan Rifa’i, Muhammad. 2016. Dasar-Dasar Manajemen. Medan:


Perdana Publishing

44 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai