Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RIBA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat Iqtishady
Dosen pengampu: Dony Burhan Noor Hasan, Lc., MA

Disusun Oleh:

Sohib : 170721100130
Nazilah Hidayatul Maulidah : 170721100005
Mufidatun Nabila : 170721100068
Dewi Nurul Habibah : 170721100107

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, seehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa
kami kepada zaman kemajuan Ilmu yakni adinul Islam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat Iqtishady dan
sekaligus menambah wawasan serta Ilmu tambahan bagi para pembaca mengenai bidang terkait.
Terselesaikannya makalah ini tidaklah terlepas dari bantuan beberapa pihak dan buku referensi
yang sesuai dengan mata kuliah ini. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dony
Burhan Noor Hasan, Lc., MA.selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ayat Iqtshady, serta
terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini tersusun dengan berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diharapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepannya. Semoga
makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa lain.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Bangkalan, 29 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii


DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan Masalah .............................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN ..............................................................................................2

A. Tafsir Surah Al – Baqarah (2) Ayat 275 – 279 .............................................2


B. Tafsir Surah Al – Imran (3) Ayat 130 ...........................................................10

BAB III : PENUTUP ..........................................................................................................13


A. Kesimpulan ...................................................................................................13
B. Saran ..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Riba dari segi bahasa adalah penambahan. Sementara para ahli hukum
mengemukakan kaidah, bahkan ada yang menilainya hadits walau pada hakikatnya
hadits dha’if, bahwa kullu qardhin jarra manfa’ah fahuwa haram/ setiap piutang yang
mengundang manfaat (melebihi jumlah utang), maka itu adalah haram (riba yang
terlarang). Didalam hadits ini menjelaskan bahwa riba itu telah dihukumi haram.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang adanya
riba. Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara bertahap. Allah
SWT melaknat hamba-hambanya bagi yang melakukan perbuatan riba. Perlu adanya
pemahaman yang luas, agar tidak terjerumus dalam Riba. Karena Riba menyebabkan
tidak terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Dalam Surah Al – Baqarah dan Al – Imran ini menjelaskan bahwasannya orang
yang melakukan praktik riba akan mendapatkan ancaman yang berat. Sehingga, patutlah
kita sebagai orang muslim meninggalkan dan menjauhi perbuatan tersebut. Dan Allah
memerintahkan kepada hamba – hambanya yang mukmin agar bertakwa kepadanya,
dan melarang mereka melakukan hal – hal yang mendekatkan mereka kepada
kemungkarannya dan takutlah kalian kepadanya dan ingatlah selalu bahwa kalian
berada didalam pengawasannya pada semua perbuatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tafsir Ayat Surah Al – Baqarah (2) : 275 – 279 ?
2. Bagaimana Tafsir Ayat Surah Al – Imran (3) :130 ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Tafsir Ayat Surah Al – Baqarah (2) : 275 – 279
2. Untuk mengetahui Tafsir Ayat Surah Al – Imran (3) : 130

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tafsir Surah Al Baqarah ayat 275


a. Lafadz Ayat dan Terjemah

َّ‫الَّذَّينََّّيَّأََّّكَّلَّوَّنََّّالرَّبَّاَّلََّّيَّقَّوَّمَّوَّنََّّإَّلََّّكَّمَّاَّيَّقَّوَّمََّّالَّذَّيَّيَّتَّخَّبَّطَّهََّّالشَّيَّطَّانََّّمَّنََّّالَّمَّسََّّذَّلَّكََّّبَّأَّنَّهَّمََّّقَّالَّوَّاَّإَّنَّمَّاَّاَّلبَّيَّعََّّمَّثَّلََّّالرَّبَّا‬
ََّّ‫وَّأَّحَّلََّّللاََّّاَّلبَّيَّعََّّوَّحَّرَّمََّّالرَّبَّاَّفَّمَّنََّّجَّاءَّهََّّمَّوَّعَّظَّةََّّمَّنََّّرَّبَّهََّّفَّانَّتَّهَّىَّفَّلَّهََّّمَّاَّسَّلَّفََّّوَّأَّمَّرَّهََّّإَّلَّىَّللاََّّوَّمَّنََّّعَّاَّدََّّفَّأََّّوَّلَّئَّكََّّأَّصَّحَّاب‬
)275َّ:َّ‫النَّارََّّهَّمََّّفَّيَّهَّاَّخَّالَّدَّوَّنََّّ(البقرة‬
Artinya :
Orang – orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesunguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai kepadanya larangannya dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni – penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.

b. Mufrodat
 َّ‫يأَّكلون‬ : mereka mengambil dan mentasarrufkan macam – macam keperluan
 ‫الربا‬ : secara bahasa berarti tambahan

c. Munasabah
Ayat – ayat yang lalu berbicara tentang nafkah atau sedekah dalam berbagai aspeknya.
Dalam anjuran bernafkah tersirat anjuran untuk bekerja dan meraih apa yang dapat
dinafkahkan. Karena, bagaimana mungkin dapat memberi kalau anda tidak memiliki. Nah,
ada cara perolehan harta yang dilarang oleh ayat ini, yaitu yang bertolak belakang dengan
sedekah. Cara tersebut adalah riba.sedekah adalah pemberian tulus dari yang mampu
kepada yang butuh tanpa mengharap imbalan dari mereka. Riba adalah mengambil

2
kelebihan diatas modal dari yang butuh dan mengeksploitasi kebutuhannya. Para pemakan
riba itulah yang dikecam oleh ayat ini apalagi praktis ini dikenal luas dikalangan
masyarakat Arab.

Karena ayat ini telah didahului oleh ayat – ayat lain yang berbicara tentang riba,
tidak heran jika kandungannya bukan saja melarang praktik riba, tetapi juga sangat
mencela pelakunya, bahkan mengancam mereka.1

d. Tafsir Ayat
Ayat ini telah didahului oleh ayat – ayat lain yang berbicara tentang riba, tidak
heran jika kandungannya bukan saja melarang praktik riba, tetapi juga sangat mencela
pelakunya, bahkan mengancam mereka. Orang – orang yang makan, yakni bertransaksi
dengan riba baik dalam bentuk memberi ataupun mengambil, tidak dapat berdiri
melakukan aktivitas melainkan seperti berdirinya orang yang dibingungkan oleh setan
sehingga ia tidak tahu arah disebabkan oleh sentuhannya.2

2. Tafsir Surah Al Baqarah ayat 276


a. Lafadz Ayat dan Terjemah

)َّ276َّ:َّ‫بَّكلَّكف ٍارَّأثي ٍمَّ(البقرة‬


ُّ ‫يمحقَّللاَّالرباَّويربيَّالصدقاتَّوللاَّليح‬
Artinya :
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

b. Mufrodat

 َّ‫يمحقَّللاَّالربا‬ : Allah menghancurkan riba


 َّ‫ويربيَّالصدقات‬ : dan menyuburkan sedekah
 َّ‫بَّكلَّكف ٍار‬
ُّ ‫وللاَّليح‬ : dan Allah tidak menyukai setiap orang yang ingkar
 ََّّ‫أثي ٍم‬ : lagi banyak dosa

1
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993), Hlm 95-96
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 716

3
c. Munasabah
Ayat sebelumnya berbicara tentang para pemakan riba baik dalam bentuk member
atupun mengambil dan bahkan Allah mengancam mereka kelak diakhirat. Orang-orang
yang makan yakni bertransaksaksi dengan riba baik dalam bentuk member atau
mengambil, tidak dapat berdiri, yakni melakukan aktivitas, melainkan seperti berdirinya
orang yang dibingungkan oleh setan sehingga ia tak tau arah disebabkan oleh
sentuhannya. Menurut banyak ulama dihari kemudian nanti yakni mereka akan
dibangkitkan dari kubur dalam keadaan sempoyongan tidak tau arah yang harus mereka
tuju.
Lawan riba adalah sedekah. Tidak heran jika Allah menyuburkan sedekah. Jangan
menduga penyuburan, penambahan, dan pengembangan itu hanya dari spiritual atau
kejiwaan yang dilahirkan oleh bantuan pemberi sedekah. Jangan duga hanya ketenangan
batin dan ketentraman hidup yang diraih oleh pembeli dan penerima. Dari segi materialpun
sedekan mengembangkan dan menambahkan.3

d. Tafsir Ayat
Penganiayaan yang timbul karena praktik riba menimbulkan kedengkian
dikalangan masyarakat, khususnya kaum lemah. Kedengkian tersebut sedikit demi sedikit
bertambah dan bertambah sehingga pada akhirnya menimbulkan bencana yang
membinasakan. Jangan menduga bahwa kebinasaan dan keburukan riba hanya tercermin
pada praktek – praktek amoral yang dilakukan oleh lintah darat, tetapi kebiasaan itu juga
menimpa bidang ekonomi pada tingkat individu dan masyarakat. Banyak peristiwa yang
membuktikan betapa mereka yang melakukan transaksi riba pada akhirnya terjerumus
dalam kemiskinan. Demikianlah Allah memusnahkan riba sedikit demi sedikit, tidak
terasa oleh pelakunya, kecuali setelah nasi menjadi bubur.

Lawan riba adalah sedekah. Tidak heran jika Allah menyebutkan sedekah jangan
menduga penyuburan, penambahan, dan pengembangan itu hanya dari sisi sepiritual atau
kejiwaan yang dilahirkan oleh bantuan pemberi sedekah. Jangan duga hanya ketenangan

3
Ibid 177

4
batin dan ketentraman hidup yang diraih oleh pemberi dan penerima. Dari segi material
pun sedekah mengembangkan dan menambah harta.

Allah tidak menyukai, yakni tidak mencurahkan rahmat, kepada setiap orang yang
berulang ulang melakukan kekufuran dan selalu berbuat banyak dosa. Ayat ini sekali lagi
mengisyaratkan kekufuran orang – orang yang mempraktikkan riba, bahkan kekufuran
berganda sebagaimana dipahami dengan kata‫ )كفار‬kaffar bukan kafir. Maksud kekufuran
berganda itu adalah pertama, mereka mempersamakan riba dengan jual beli sambil
menolak ketetapan Allah. Kedua, ketika mempraktekkan riba dan ketiga, ketika tidak
mensyukuri nikmat kelebihan yang mereka miliki, bahkan menggunakannya untuk
menindas dan menganiaya. Orang yang melakukannya selalu berbuat banyak dosa karena
penganiayaannya yang dilakukannya bukan hanya menimpa satu orang tetapi menimpa
banyak orang.4

3. Tafsir Surah Al Baqarah ayat 277


a. Lafadz Ayat dan Terjemah

ٌ ‫الزكَاة َ لَ ُه ْم أَجْ ُر ُه ْم ِع ْندَ َربِ ِه ْم َو ََل خ َْو‬


َّ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َو ََل ُه ْم يَحْ زَ نُونَ (البقرة‬ َّ ‫ت َوأَقَا ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآت َُوا‬ َّ ‫إِ َّن الَّذِينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
)277

Artinya:

“Sungguh orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan


sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhan mereka. Tidak ada
rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.

b. Mufrodat
َّ ‫ َوأَقَا ُموا ال‬: dan mendirikan sholat
 َ ‫ص ََلة‬
َّ ‫ َوآت َُوا‬: menunaikan zakat
 َ ‫الزكَاة‬
 ‫ أَجْ ُر ُه ْم‬: pahala
ٌ ‫ َو ََل خ َْو‬: tidak ada kekhawatiran
 ‫ف‬
 َ‫ يَحْ زَ نُون‬: bersedih hati

4
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang). 74

5
c. Munasabah
Merupakan kebiasaan al-Qur’an menggandengkan sesuatu dengan lawannya agar
perbandingan yang diharapkan mengundang mereka untuk memilih yang terbaik
terhidang bagi pendengar dan pembacanya. Kalau dalam ayat yang lalu dijelaskan
ancaman terhadap setiap orang yang berulang-ulang melakukan kekufuran dan selalu
berbuat dosa, dalam ayat ini dikemukakan janji bagi mereka yang beriman dan beramal
shaleh serta melaksanakan shalat secara berkesinambungan dan menunaikan zakat secra
sempurna.
Ganjaran buat mereka terpelihara dari sisi tuhan mereka. Jika demikian,
ganjaran tersebut tidak akan hilang atau berurang, bahkan akan terpelihara dan
bertambah, bukankah Allah memerintahkan kepada para wali anak yatim untuk
memelihara harta anak yatim dan mengembangkannya. Jika demikian tentu Allah
melalukan hal yang demikian pula terhadap hamba-hambanya. Ganjaran yang berada
disisinya pasti terpelihara dan dikembangkan olehnya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, kapan dan siapapun, karena mereka
berada dalam lindungan Allah dan tidak pula mereka bersedih hati menyangkut apapun
karena apa yang mereka peroleh jauh lebih baik dari apa yang bisa jadi hilang.

d. Tafsir ayat
“sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh,
melaksanakan shalat(secara berkesinambungan), dan menunaikan zakat (dengan
sempurna), bagi mereka ganjaran mereka disisi tuhn mereka. Tidak ada kekhawatiran
atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Merupakan kebiasaan Al-Quran menggandengkan sesuatu dengan lawannya agar
perbandingan yang diharapkan mengundang mereka untuk memilih yang terbaik
terhidang bagi pendengar dan pembacanya. Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan
ancaman terhadap setiap orang yang berulang-ulang melakukan kekufuran dan selalu
berdosa dalam ayat ini dikemukakan janji bagi mereka yang beriman dan beramal shaleh
serta melaksanakan sholat secara berkesinambungan dan menunaikan zakat dengan
sempurna.

6
Ganjaran buat mereka (terpelihara) dari sisi tuhan mereka.jika demikian,
ganjaran tersebut tidak akan hilang atau berkurang, bahkan akan terpelihra dan
bertambah, bukankah Allah memerintahkan kepada para wali anak yatim untuk
memelihara harta anak yatim dan mengembangkannya. Jika demikian tentu Allah
melakukan hal demikian pula terhadap hamba-hambanya. Ganjaran yang berada disisinya
pasti terpelihara dan dikembangkan olehnya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, kapan dan dari siapapun, karena
mereka berada dalam lindungan Allah, dan tidak pula mereka bersedih hati menyangkut
apapun karena apa yang mereka peroleh jauh llebih baik dari apa yang bisa jadi hilang.5

4. Tafsir surah Al- Baqarah ayat 278


a. Ayat dan terjemah
)278( َ‫الر َبا ِإ ْن ُك ْنُت ُ ْم ُمْؤْ ِمنِين‬ َّ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫َّللاَ َوذَ ُروا َما َب ِق‬
ِ َ‫َي ِمن‬

Artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan tinggalkanlah
sisa yang tinggal dari riba, jika kamu beriman.”

b. Mufrodat
َّ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬: Hai orang – orang yang beriman bertakwalah kepada Allah
 َ‫َّللا‬
 ‫الربَا‬
ِ َ‫َي ِمن‬ َ ‫ َوذَ ُروا َما بَ ِق‬: Dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut)
 َ‫ ِإ ْن ُك ْنُت ُ ْم ُمْؤْ ِمنِين‬: Jika kalian orang – orang yang beriman

c. Munasabah
Jika demikian menonjol perbedaan antara yang melakukan praktek riba, dan yang
beriman dan beramal sholeh serta melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, sungguh
tepat bila ayat ini mengundang orang-orang beriman yang selama ini masih memiliki

5
Al – Mahli, Imam Jalaluddin dan Asy – Suyuti, Imam Jalaluddin. 2012. Terjemah Tafsir Jalalain. (Bandung : Sinar
Baru Algensindo). Hlm. 190

7
keterkaitan dengan praktek riba agar segera meninggalkan sambil mengancam mereka
yang enggan.6

d. Tafsir Ayat
Bertakwalah kepada Allah, yakni hindarilah siksa Allah atau hindari jatuhnya
sanksi dari Allah, Tuhan yang maha perkasa lagi maha berat siksanya. Menghindari hal
itu, antara lain dengan menghindari praktik riba, bahkan meninggalkan sisa – sisanya.
Tinggalkan siksa riba, yakni yang belum dipungut. Al – abbas, paman Nabi Muhammad
SAW. Bersama seorang keluarga Bani Al – Mughirah, bekerja sama mengurangi orang –
orang dari kabilah Tsaqif secara riba. Setelah turunnya larangan riba, mereka masih
memiliki sisa harta yang belum mereka tarik. Maka ayat ini melarang mereka mengambil
sisa riba yang belum mereka pungut dan membolehkan mereka mengambil modal
mereka. Ini Jika kamu beriman, penutup ayat ini mengisyaratkan bahwa riba tidak
menyatu dengan iman dalam diri seseorang. Jika sesorang melakukan praktik riba, itu
bermakna ia tidak percaya kepada Allah dan janji – janjinya dan bila demikian, perang
tidak dapat dielakkan.7

e. Asbabun Nuzul
Diketengahkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Ibnu Mandah, dari jalur Al
– Kalbi dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, katanya : “Kami dapat berita bahwa ayat ini
turun pada Bani Amr bin Auf dari suku Saqif dan pada Bani Mugirah. Bani Mugirah
memberikan bunga uang kepada Saqif. Tatkala Mekah dikuasakan Allah kepada Rasul-
Nya, maka ketika itu seluruh riba dihapuskan. Maka datanglah Bani Amr dan Bani
Mugirah kepada Atab Ibnu Usaid yang ketika itu menjadi pemimpin muslim di Mekah.
Kata Bani Mugirah : ”Tidaklah kami dijadikan secelaka – celaka manusia mengenai riba,
karena terhadap semua manusia dihapuskan, tetapi pada kami tidak ?” jawab Bani Amr :
”Dalam perjanjian damai diantara kami disebutkan bahwa kami tetap memperoleh riba
kami.” Atab pun mengirim surat kepada Nabi SAW. Mengenai hal itu, maka turunlah
ayat ini dan ayat – ayat berikutnya.

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah. (Ciputat: Penerbit Lentera Hati). Hlm. 154
7
Ibid, Hlm. 154

8
Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari Iqrimah, katanya : “Ayat ini turun mengenai
suku Saqif, diantara mereka Mas’ud, Habib, Tabi’ah dan Abdu Yalail, serta Bani Amr
dan Bani Umair.”8

5. Tafsir surah Al-Baqarah ayat 279


a. Ayat dan terjemah
ْ ُ ‫وس أ َ ْم َوا ِل ُك ْم ََل ت َْظ ِل ُمونَ َو ََل ت‬
)279( َ‫ظلَ ُمون‬ ُ ‫سو ِل ِه َوإِ ْن ت ُ ْبُت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء‬ ٍ ‫فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْفعَلُوا فَأْذَنُوا بِ َح ْر‬
َّ َ‫ب ِمن‬
ُ ‫َّللاِ َو َر‬

Artinya :

“ Jika kamu tak melakukannya, maka ketahuilah serbuan dari Allah dan Rosulnya. Dan
jika kamu bertobat maka bagi kamu pokok hartamu, hingga tidak menganiaya”

b. Mufrodat
 ‫سو ِل ِه‬ َّ َ‫ب ِمن‬
ُ ‫َّللاِ َو َر‬ ٍ ‫ ِب َح ْر‬: serbuan dari Allah dan Rosulnya
 ‫ َو ِإ ْن ت ُ ْبُت ُ ْم‬: dan jika kamu bertaubat
 ‫وس‬ ُ ‫ فَلَ ُك ْم ُر ُء‬: maka bagi kamu pokok (modal)
 َ‫ أَ ْم َوا ِل ُك ْم ََل ت َْظ ِل ُمون‬: hartamu, hingga kamu tidak menganiaya
ْ ُ ‫ َو ََل ت‬: dan tidak pula teraniaya
 ‫ظلَ ُمون‬

c. Munasabah
Ayat sebelumnya menjelaskan mengundang orang – orang yang beriman yang
selama ini masih memiliki keterkaitan dengan praktik riba agar segera meninggalkannya
sambil mengancam mereka yang enggan.
Dan ayat ini menjelaskan bawhasannya orang – orang yang enggan meninggalkan
praktik riba maka akan terjadi perang (dahsyat) dari Allah dan Rasulnya. Dan jika kamu
bertaubat, maka bagi kamu pokok harta kamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula
dianiaya.9

d. Tafsir Ayat

8
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang). Hlm.135
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah. (Ciputat: Penerbit Lentera Hati). Hlm 155

9
Jika kamu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan ini sehingga kamu
memungut sisa riba yang belum kamu pungut, maka ketahuilah bahwa akan terjadi
perang dahsyat dari Allah dan Rasul-Nya. Kata dahsyat dipahami sulit dibayangkan
betapa dahsyatnya perang itu apalagi dilakukan oleh Allah. Karena itu banyak yang
memahami kedahsyatan yang dimaksud bukan dalam perangnya tetapi dalam ancaman
ini. Perang yang dimaksud tidak harus dalam bentuk mengangkat senjata, tetapi segala
upaya utuk memberantas dan menghentikan praktik riba.
Jika kamu bertobat, yakni tidak lagi melakukan transaksi riba dan melaksanakan
tuntunan Ilahi ini dengan tidak mengambil sisa riba yang belum diambil, perang tidak
akan berlanjut bahkan kamu boleh mengambil kembali pokok hartamu dari mereka.
Dengan demikian, kamu tidak menganiaya, mereka dengan membebani mereka
pembayaran utang yang melebihi apa yang mereka terima, dan tidak pula dianiaya oleh
mereka karena mereka harus membayar penuh sebesar jumlah utang yang mereka terima.

6. Tafsir surah Ali Imran ayat 130


a. Ayat dan terjemah
)130( َ‫َّللاَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬
َّ ‫ضا َعفَةً َواتَّقُوا‬ ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل ت َأ ْ ُكلُوا‬
ْ َ ‫الربَا أ‬
َ ‫ضعَافًا ُم‬
Artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu beroleh keberhasilan”

b. Mufrodat
 ‫ضا َعفَةً َواتَّقُوا‬ ِ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل ت َأ ْ ُكلُوا‬: Hai orang-orang yang beriman,
ْ َ‫الربَا أ‬
َ ‫ضعَافًا ُم‬
janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
َّ ‫ َواتَّقُوا‬: dan bertaqwalah kamu kepada Allah
 َ‫َّللا‬
 َ‫ َل َع َّل ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬: supaya kamu beroleh keberuntungan

c. Munasabah
Seandainya uraian tentang perang uhud telah selesai ayat yang berbicara tentang
riba diatas ini, boleh jadi tidak terlalu membingungkan untuk dicari rahasia
penempatannya disini. Tetapi ayat-ayat yang berbicara tentang perang uhud masih cukup

10
panjang ini menjadikan sementara ulama memeras pikiran untuk mencari hubungannya
bahkan sebagian dari mereka tidak puas dengan upaya atau pandangan ulama lain.
Berhenti dan kesimpulan bahwa ayat ini tidak perlu dihubungkan dengan ayat-ayat
sebelumnya.

Salah satu pendapat yang dapat dipertimbangkan adalah yang dikemukakan oleh
al-Qaffal bahwa, karena kaum musyrikin membiayai peperangan-peperangan mereka,
antara lain ada perang uhud, dengan harta yang mereka hasilkan dari riba, boleh jadi
terlintas dibenak kaum muslimin untuk mengumpulkan pula biaya peperangan melalui
riba. Ayat ini turun agar mengingatkan mereka untuk tidak kesana.

d. Tafsir Ayat
Dalam ayat ini dimulai dengan panggilan kepada orang-orang yang beriman
disusul dengan memakan riba. Dimulainya demikian member isyarat bahwa bukanlah
sifat dan kelakuan orang yang beriman memakan, yakni mencari dan menggunakan uang
yang diperolehnya dari praktik riba.
Riba atau kelebihan yang terlarang oleh ayat diatas adalah yang sifatnya adhaffan
mudho’affah kata adh’affan adalah bentuk jama’ dari dhif yang berarti serupa sehingga
yang satu menjadi dua. Kata dhi’fain adalah bentuk ganda sehingga jika anda mempunyai
dua makna maka menjadi empat, adh’affan adalah berlipat ganda. Memang demikian
kebiasaan yang dilakukan dimasa jahiliyah. Jika seseorang tidak mampu membayar
hutangnya, dia ditawari atau menawarkan penangguhan penawaran, dan sebagai imbalan
penangguhan itu pada saatnya ketika membayar hutangnya, dia membayarnya dengan
ganda atau berlipat ganda.
Kata adh’affan mudho’affah bukanlah syarat bagi larangan ini. Ia bukan dalam
arti jika penambahan akibat penundaan itu sedikit atau tidak berlipat ganda atau
berganda, riba atau penambahan itu menjadi boleh. Kata adh’affan mudho’affah disini
bukanlah syarat, tetapi sekadar menggambarkan kenyataan yang berlaku ketika itu.
Dengan meninggalkan riba, akan terjalin hubungan harmonis antar anggota masyarakat
serta terbina kerja sama dan tolong menolong, yang pada gilirannya mengantarkan
kepada kebahagiaan.

11
e. Asbabun Nuzul
Diketengahkan pula dari Ata’ katanya : “Suku Saqif biasa berhutang kepada Bani
Nadir dimasa jahiliyah, maka jika telah jatuh temponya, mereka katakan : ”kami memberi
tambahan, asal saja kamu perpanjang waktu pembayarannya”. Maka turunlah ayat :
”Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda”.10

10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah. (Ciputat: Penerbit Lentera Hati).Hlm. 260

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Riba adalah takaran atau tambahan yang dilakukan pada saat transaksi jual beli
atau utang piutang. Didalam islam telah mengharamkannya karena sudah dijelaskan
dalam Al-qur’an maupun didalam hadits yang menjelaskan dilarangnya mempraktikkan
riba. Apabila seorang manusia masih tetap melanggar perbuatan riba itu Allah akan
menyiksanya dihari akhir. Dan menurut banyak ulama bahwa pelaku riba kelak
dibangkitkan dengan keadaan yang sempoyongan seperti orang yang mabuk atau
kesetanan.
B. Saran
Alhamdulillah telah selesai makalah untuk memenuhi mata kuliah tafsir ayat ini
semoga apa yang didapatnya bermanfaat bagi sang pembaca khususnya bagi kami yang
membuat makalah ini, akan tetapi masih banyak kekurangan didalam makalah ini, oleh
karena itu kami selaku penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT Karya Toha Putra)
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati)
Al – Mahli, Imam Jalaluddin dan Asy – Suyuti, Imam Jalaluddin. 2012. Terjemah Tafsir
Jalalain. (Bandung : Sinar Baru Algensindo)

14

Anda mungkin juga menyukai