THAHARAH
DOSEN PENGAMPUH :
Khairul Akhyar, S.Sy.,MH
DISUSUN OLEH :
LOKAL 4-E
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN
ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM RIAU 2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..…..1
A.Tayamum………..…………………………………………………………..………. 5
B.Wudhu………..…………………………………………………………..…………..6
C.Mandi Jannabah…………………………………………………………..…………..7
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………….12
3.2 Saran………………………………………………………………………………………...12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Thaharah.
2. Untuk mengetahui Macam-macam Thaharah.
3. Untuk mengetahui apa itu Tayammum.
4. Untuk mengetahui apa itu wudhu.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mandi wajib.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kebersihan lahir ialah bersih dari kotoran dan hadats, kebersihan dari kotoran, cara
menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat ibadah, pakaian yang di pakai
pada badan seseorang. Sedangkan kebersihan dari hadats dilakukan dengan mengambil
air wudhu dan mandi. Thaharah dari hadats ada tiga macam yakni mandi, wudhu, dan
tayammum. Alat yang digunakan untuk mandi dan wudhu adalah air dan tanah(debu) untuk
tayammum. Dalam hal ini air harus dalam keadaan suci lagi menyucikan atau di sebut dengan air
muthlak sedangkan tanah/debu harus memenuhi beberapa syarat yang di tentukan.
2
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri
jaran kebersihan dan kesucian dalam Islam antara lain terlihat dari disyari‟atkannya
ibadah şalat yang dilakukan lima waktu dalam setiap harinya. Untuk melaksanakan şalat, diawali
dengan berwuḑu‟ dan atau mandi janab yang merupakan syarat sebelum melakukan şalat; dan
dapat juga dilakukan dengan mensucikan batiniyah melalui pengesaan Allah swt, seperti
menghindarkan diri dari menyekutukan-Nya (syirik, kufur), juga menghindarkan diri dari sifat-
sifat tercela seperti dengki, iri hati, riya‟ dan lain sebagainya.
Kesucian secara lahiriyah adalah menghindarkan diri dari terkena najis hakiki (seperti
kotoran manusia yang mengenai badan, pakaian ataupun tempat dimana akan şalat), maupun
najis hukmi (seperti menimpa badan atau dengan kata lain dalam keadaan junub); jadi, secara
umum kesucian lahiriyah dan batiniyah ini merupakan hakikat țaharah, sehingga dengan
demikian orang yang dalam keadaan suci, dapat melakukan ibadah kepada Allah sesuai dengan
perintah dan ajarannya; sedangkan fungsi țaharah merupakan syarat untuk keabsahan dari suatu
ibadah.
b. Sarana Țaharah
Sarana atau alat untuk țaharah adalah dengan air dan tanah (debu) sebagai pengganti
daripada air; baik air maupun tanah dapat digunakan untuk berwuḑu‟, mandi dan tayamum;
Berwuḑu‟ digunakan untuk bersuci dari hadaś kecil, dan mandi digunakan untuk bersuci dari
hadaś besar; diantara air sebagai sarana țaharah adalah
1. ir Muțlaq ir muțlaq; yaitu air yang suci dan dapat digunakan untuk bersuci dari hadaś
dan najis. Yang termasuk golongan air mutlaq ini, seperti air hujan, air sumur (air zam-
zam), air salju (termasuk juga es, embun), air mata air, air sungai, dan air laut.
2. ir Musta’mal ir musta‟mal; yaitu air sisa yang mengenai badan manusia karena telah
digunakan untuk wuḑu‟ dan mandi, disebut air musta‟mal. Sayid Sabiq mengutarakan
bahwa air musta‟mal adalah: air yang terpisah dari anggota-anggota badan orang yang
berwuḑu‟ atau mandi.
3. Air yang dicampur dengan barang yang suci Air yang bercampur dengan barang yang
suci, seperti bercampur dengan sedikit air sabun, atau bercampur dengan sedikit air mani
dan lain sebagainya.
4. Air yang bercampur najis. Air yang bercampur dengan najis, seperti air yang bercampur
dengan air seni manusia, atau air yang bercampur dengan bangkai, tidak boleh
dipergunakan sama sekali untuk menghilangkan hadas maupun kotoran.
3
kencing bayi laki-laki dibawah umur dua tahun, dan belum pernah makan sesuatu apapun
terkecuali hanya air susu ibu.
2. Najis Mutawasițah: ialah najis pertengahan, untuk cara membersihkan/ mensucikannya,
dengan menyiramkan air pada bagian yang terkena najis mutawasițah hingga hilang sifat2
najisnya (rasa, warna dan baunya), yang tergolong najis mutawasițah diantanya angkai
binatang kecuali ikan dan belalang dan mayat manusia, Darah, Nanah, Segala sesuatu yang
keluar dari kubul dan dubur, Minuman keras seperti arak dan sebagainya, Bagian anggota
badan binatang yang terpisah karena dipotong selagi hidup, dan masih banyak lagi.
3. Najis Mughallaẓah ialah: Najis berat, yang disebabkan oleh air liur anjing dan babi yang
mengenai barang. untuk cara membersihkan/ mensucikannya, terlebih dahulu
menghilangkan/ mencuci benda atau wujud najisnya sampai bersih, kemudian dicuci kembali
dengan air suci sebanyak tujuh kali yang salah satunya air tersebut dicampur dengan tanah
yang suci /tidak tercampur Najis
4
d. Alat-alat Bersuci
Alat thaharah adalah sesuatu yang biasa digunakan untuk bersuci.
Berdasarkan jenisnya, alat thaharah dibagi menjadi tiga, yaitu air, batu dan debu.
1. Air
Mengutip dari buku Fiqih Thaharah, air yang bisa digunakan untuk thaharah adalah air
suci yang menyucikan. Air ini disebut juga dengan air mutlak. Air mutlak adalah air murni yang
belum tercampuri oleh suatu najis. Berdasarkan ayat dan hadist, ada beberapa jenis air mutlak
yang bisa digunakan untuk bersuci, di antaranya air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air es,
dan air embun.
2. Debu
Jika seorang Muslim hendak bersuci, namun ia tidak bisa menemukan air, maka
diperbolehkan baginya untuk thaharah menggunakan debu yang suci. Bersuci dengan
debu ini dalam Islam disebut juga dengan istilah tayamum.
3. Benda yang dapat menyerap kotoran
Selain air dan debu, alat thaharah selanjutnya adalah benda yang dapat
menyerap kotoran. Benda yang dimaksud dalam hal ini di antaranya batu, tisu, kayu, dan
sejenisnya. Dalam Islam, benda ini dikhususkan untuk menghilangkan najis, seperti beristinja’.
5
mendapatkannya; termasuk dalam katagori seperti: (1) orang yang dipenjara dalam rumah
tahanan yang terletak dipinggir kali, sementara dia tidak memperoleh izin keluar untuk
mendapatkan air untuk wudu‟;
(2) tidak berani keluar rumah untuk mendapatkan air karena ancaman bianatang buas seperti
harimau, gajah dll, yang diperediksi mengancam keselamatan fisik bahkan nyawanya;
(3) orang yang sakit, dikhawatirkan akan bertambah parah yang apabila menggunakan air untuk
berwuḑu‟,
c. Ditakutkan Kehilangan Harta
jika mencari Air Ulama Malikiyah mengemukakan, bahwa ada semacam keyakinan akan
memperoleh air, jika air itu dicari, namun timbul kekhawatiran akan kehilangan harta bagi
pemiliknya jika pencaharian itu dilakukan (akan dicuri, dirampok dll), maka menurut golongan
ini dibolehkan untuk bertayamum, tanpa melihat apakah orang tersebut dalam keadaan musafir
atau bermukim ditempat tinggalnya, baik harta tersebut miliknya sendiri maupun milik orang
lain yang tanggung jawabnya bertumpu kepada orang tersebut.
d. Ditakutkan akan Habis Waktu Ṣalat Jika seseorang sanggup menggunakan air, tetapi khawatir
akan habis waktu bila memakainya untuk berwuḑu‟ lantaran jarak yang ditempuh untuk
mendapatkan air itu cukup jauh, maka hendaklah ia bertayamum dan melakukan şalat, serta tidak
wajib ia mengulanginya.
B. Wudhu
Pengertian Wudhu ;
1) Bahasa Kata wudhu' dalam bahasa Arab berasal dari kata al-wadha'ah .Kataini bermakna
al-hasan ( ن سح الyaitu kebaikan, dan juga sekaligus bermaknaan-andzafah ةف اظ ن الyaitu
kebersihan.
6
2.Membasuh muka
Para Ulama telah sepakat bahwa membasuh muka itu, pada dasarnya adalah: farḑu dalam
wuḑu‟. erintah membasuh muka terdapat dalam .S. 5 l-Mȃidah 5 ن ج و ى
و و فArtinya: maka basuhlah mukamu. Yang dimaksud dengan (batas) muka
adalah daerah yang berada ditepi dahi sebelah atas sampai tepi bawah dagu, dan dari centil
(pinggir) telinga kanan sampai centil telinga kiri; dan membasuh muka hanya diwajibkan
satu kali saja, sedangkan untuk penyempurnaannya sampai tiga kali hukumnya sunnah.
7
C. Mandi
a. Pengertian Mandi
Dimaksud dengan mandi ialah meratakan air yang suci pada seluruh badan dengan
disertai niat; sedangkan menurut istilah, AlJaziri dalam bukunya Al-Fiqhu „ la Ma ahib l-
rba‟ah mengemukakan bahwa mandi adalah menggunakan (mengalirkan) air yang suci untuk
seluruh badan dengan cara yang telah ditentukan oleh syara‟22 . Dasar hukum disyari‟atkannya
mandi ini adalah firman Allah dalam
Q.S. 5 Al-Mȃidah 6 و ى ب ف ت مج و إ
Artinya: Jika kamu dalam keadaan junub (hadas besar), maka bersucilah.
8
Para ulama menetapkan paling tidak ada 6 hal yang mewajibkan seseorang untuk mandi
janabah. Tiga hal di antaranya dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Tiga lagi
sisanya hanya terjadi pada perempuan.
1. Keluar Mani
Keluarnya air mani menyebabkan seseorang mendapat janabah, baik
dengan cara sengaja seperti jima’ atau masturbasi, maupun dengan cara tidak
sengaja, seperti mimpi atau sakit.
2. Bertemunya Dua Kemaluan
Yang dimaksud dengan bertemunya dua kemaluan adalah kemaluan laki-
laki dan kemaluan wanita. Istilah ini disebutkan dengan maksud persetubuhan
(jima').
3. Meninggal
Seseorang yang meninggal dunia membuat orang lain wajib untuk
memandikan jenazahnya.
4. Haidh
Haidh atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar terjadi pada
seorang wanita dan bersifat rutin bulanan. Keluarnya darah haidh itu justru
menunjukkan bahwa tubuh wanita itu sehat.
5. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah
melahirkan. Nifas itu mewajibkan mandi janabah, meski bayi yang dilahirkannya
itu dalam keadaan mati. Begitu berhenti dari keluarnya darah sesudah persalinan
atau melahirkan maka wajib atas wanita itu untuk mandi janabah. Hukum nifas
dalam banyak hal lebih sering mengikuti hukum haidh. Sehingga seorang yang
nifas tidak boleh shalat puasa thawaf di baitullah masuk masjid membaca Al-
Quran menyentuhnya bersetubuh dan lain sebagainya.
6. Melahirkan
Seorang wanita yang melahirkan anak meski anak itu dalam keadaan mati
maka wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah. Bahkan meski saat
melahirkan itu tidak ada darah yang keluar. Artinya meski seorang wanita tidak
mengalami nifas namun tetap wajib atasnya untuk mandi janabah lantaran
persalinan yang dialaminya.
9
2.3 Tata Cara Mandi Wajib setelah Haid yang Benar Menurut Islam
1. Membaca niat mandi wajib terlebih dahulu. Berikut bacaan doa mandi wajib,
Bacaan latin: Nawaitul ghusla lifraf il hadatsil akbari minal haidil lillahi ta'ala
Artinya: "Saya berniat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah
Ta'ala."
10
Tata cara Mandi wajib laki-laki menurut islam :
dalam buku Fiqih Ibadah oleh Zaenal Abidin dijelaskan tata cara mandi wajib laki-laki sesuai
dengan sunnah:
Artinya:
"Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadats besar fardu karena Allah ta'ala."
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakanmasalah
yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalamberibadah yang
menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT.Tidak ada cara bersuci yang
lebih baik dari pada cara yang dilakukan olehsyarit Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi danberwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendakmelaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang
mengharuskanberwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan
tempatibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagimanusia.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari mungkin terdapat banyak
kekurangannya. Untuk itu penulis menerima setiap saran yang membangundari pembaca agar
makalah ini jadi lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-mulawarman/analisis-kuantitatif-
untuk-manajemen/makalah-kel-1-fiqh-thaharah-1/23784527
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5480457/pengertian-thaharah-dalam-islam-dan-
macam-
macamnya#:~:text=Pembagian%20thaharah%20ada%20dua%2C%20yakni,di%20badan
%2C%20tempat%20dan%20pakaian.
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6405478/tata-cara-mandi-wajib-laki-laki-yang-
benar-dan-sah-dalam-islam
https://www.detik.com/hikmah/muslimah/d-6477725/tata-cara-mandi-wajib-setelah-haid-
yang-benar-menurut-islam
Fiqh Ibadah.pdf
13