Anda di halaman 1dari 5

Nama : Riska Amelia Putri (23)

Nim : 12170124645 (3E Manajemen)


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Desvi Emty,M.Si
Judul : Bahaya Ekstase dan Upaya Pencegahannya

LATAR BELAKANG
Narkoba (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) merupakan istilah yang lazim
digunakan oleh aparat penegak hukum seperti polisi (termasuk di dalamnya Badan Narkotika
Nasional), jaksa, hakim, dan petugas lembaga pemasyarakatan. Sementara itu, para praktisi
kesehatan lebih sering menggunakan terminologi NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif). Istilah narkoba tidak ditemukan dalam peraturan perundangan. Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika hanya disebutkan tentang Narkotika, yaitu
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Berdasarkan Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Narkotika tersebut, narkotika dibedakan
menjadi tiga golongan. Pertama, narkotika golongan I yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Kedua, narkotika golongan II yang
berkhasiat untuk pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir, dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan). Ketiga, narkotika golongan III yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Upaya untuk mencegah dan memberantas terus dilakukan mulai dari sabang sampai marauke.
Selain melakukan upaya pemberantasan terhadap Bandar narkoba, BNN RI juga aktif
melakukan pencegahan bersama seluruh instansi baik pemerintah ataupun swasta dan juga
masyarakat, melalui kegiatan ini diharapkan setiap instansi menjaga lingkungan nya agar jauh
dari yang namanya peredaran narkoba. Beberapa program unggulan BNN RI Bidang
Pencegahan dan Pemberantasan yang telah dilaksanakan selama tahun 2020 yaitu
pembersihan kawasan peredaran narkoba Pengumpulan informasi,Mengefektifkan tim khusus
terpadu intelijen narkoba,Pengawasan narkotika di lembaga permasyarakatan,analisis
transaksi uang kejahatan narkotika,Pemusnahan ladang ganja, penguatan pengawasa Pintu
Masuk NKRI,Pertukaran data hasil penyelidikan serta penyediaan data perlintasan
penumpang domestik Pengembangan Sistem Interdiksi Terpadu, Pengetatan pengawasan
Prekusor di Indonesia. BNN Provinsi Riau juga sering melakukan Razia di berbagai daerah
baik dibidang Berantas, Bidang Pencegahan dan Bidang Rehabilitasi semuanya saling
berkolaborasi terjun langsung kelapangan seperti Club-club malam, tempat tempat yang
rawan Narkoba dan berbagai titik lainnya. Kemudian akan melihat sepopuler apa Narkoba di
Kota Pekanbaru.
Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika, telah banyak dilakukan oleh aparat
penegak hukum dan telah banyak mendapat putusan hakim. Dengan demikian, penegakan
hukum ini diharapkan mampu menjadi faktor penangkal terhadap merebaknya perdagangan
gelap serta peredaran narkotika, tapi dalam kenyataannya justru semakin intensif dilakukan
penegakan hukum, semakin meningkat pula peredaran serta perdagangan gelap narkotika
tersebut. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur masalah narkotika telah disusun dan
diberlakukan, namun demikian kejahatan yang menyangkut narkotika ini belum dapat
diredakan. Dalam kasus-kasus terakhir telah banyak bandar-bandar dan pengedar narkoba
tertangkap dan menangkap sanksi berat, namun pelaku yang lain seperti tidak mengacuhkan
bahkan lebih cenderung untuk memperluas daerah operasinya. Penegakan hukum terhadap
kejahatan di Indonesia, khususnya dalam hal pemidanaan, seharusnya merujuk pada
pendekatan norma hukum yang bersifat membina penjahat dengan cara melakukan
pembinaan di lembaga permasyarakatan, dengan demikian dapat memperbaiki terpidana di
lembaga permasyarakatan tersebut. Seharusnya hal ini mampu memberikan wacana kepada
para hakim dalam merumuskan vonis penjatuhan pidana kepada para pelaku kejahatan agar
mampu menangkap aspirasi keadilan masyarakat.
Selain itu, pemerintah provinsi juga ada yang sudah menjadikan pendidikan antinarkoba
sebagai alternatif jenis muatan lokal yang diberikan kepada anak didik, seperti yang
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau dengan menerbitkan Peraturan Daerah No 10 Tahun
2021 tentang Fasilitas Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkotika Di Kota Pekanbaru. Membahas terkait antisipasi diri, partisipasi masyarakat,
rehabilitasi, pendanaan serta sanksi. Fasilitasi P4GN dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dilaksanakan melalui program dan kegiatan:seminar, lokakarya ,workshop, halaqoh
pagelaran, festival seni dan budaya, outbond seperti jambore, perkemahan dan napak tilas;
perlombaan seperti pidato, jalan sehat dan cipta lagu; pemberdayaan masyarakat; pelatihan
masyarakat; karya tulis ilmiah; dan sosialisasi dan penyuluhan desiminasi, asistensi, serta
bimbingan teknis.
Lingkungan masyarakat yang terkontrol dan memiliki organisasi yang baik akan mencegah
terjadinya penyalahgunaan narkoba, dan sebaliknya jika lingkungan sosial /masyarakat yang
kurang baik dan kurangnya kepedulian dari masyarakat dilingkungan sekitar membuat remaja
makin bebas melakukan hal-hal yang negatif seperti penyalahgunaan narkoba. Kepedulian
masyarakat terhadap kondisi lingkungan sangat dibutuhkan guna mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Partisipasi dalam bentuk kepedulian dari
masyarakat sangat diharapkan guna menjaga lingkungannya agar terhindar terjadinya
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja khususnya terkait penyalahgunaan
narkoba. Salah satu contoh pada kasus “EK” dan “YN.”Masyarakat diharapkan dapat
berperan aktif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dilingkungannya, dengan cara
melakukan kegiatan – kegiatan yang positif dan melibatkan para remaja, sehingga diharapkan
remaja.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dan terpenting dalam bangunan masyarakat.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar peranannya dalam
membentuk karakter anak dan sebagai “benteng” dari penyakit sosial sejak dini. Orangtua
yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan perkembangan anakanaknya
merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap penyakit sosial. Fungsi sosial
keluarga sangat penting dalam mendidik anak, mulai dari awal sampai pertumbuhan anak
sehingga terbentuk kepribadian dan karakternya. Anak-anak harus mendapat pendidikan dan
internalisasi nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak boleh, apa yang baik dan tidak baik,
apa yang pantas maupun tidak pantas, dan sebagainya secara langsung dari orang tua mereka.
Anak yang merasa memiliki kedekatan yang erat dengan keluarga mereka, cenderung tidak
terlibat dalam penyalahgunaan narkoba (Johnson, dkk., 2014: 214). Di sisi lain, harus
disadari bahwa ketidakstabilan dalam keluarga ternyata memiliki korelasi terhadap
penyalahgunaan narkoba oleh remaja. Oleh karenanya, orang tua hendaknya meluangkan
waktu bersama, memiliki aturan yang jelas, serta memantau dengan jelas anak mereka
(Johnson, dkk., 2014: 216). Pengawasan orang tua juga memiliki efek positif terhadap
pencegahan penyalahgunaan narkoba dan menjaga anak dari pengaruh negatif teman sebaya
dan lingkungan (Tornay, dkk., 2013: 1229).
Hasil survei memperlihatkan bahwa angka prevalensi penyalahgunaan narkoba setahun pakai
pada tahun 2021 adalah sebesar 1,95% . Artinya 195 dari 10.000 penduduk usia 15-64 tahun
memakai narkoba dalam satu tahun terakhir. Sedang angka prevalensi pernah pakai sebesar
2,57% atau 257 dari 10.000 penduduk usia 15- 64 tahun pernah memakai narkoba. Angka
prevalensi setahun pakai lebih kecil dari angka prevalensi pernah pakai, menunjukkan bahwa
kemungkinan sebagian penduduk usia 15-64 tahun yang pernah pakai narkoba, dalam setahun
terakhir sudah tidak memakai narkoba lagi.Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba adalah
angka yang menunjukkan berapa persen masyarakat yang menggunakan narkoba dibagi
dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Angka ini penting untuk diketahui agar dapat
dilihat risiko keterpaparan seseorang terhadap narkoba. Selain itu angka ini juga penting bagi
pemerintah untuk mengambil tindakan dalam mengatasi peredaran narkoba di Indonesia.
Selama periode 2019-2021, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba setahun pakai
meningkat sebesar 0,15% dari 1,80% tahun 2019 menjadi 1,95% pada tahun 2021,. Kenaikan
ini cukup besar jika dilihat dari jumlah absolut penduduk, penyalahgunaan narkoba yang
diperkirakan sebesar 3.662.646 orang penduduk usia 15-64 tahun selama setahun terakhir,
meningkat sebanyak 243.458 orang dibanding tahun 2019 (3.419.188 orang). Sementara itu,
angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pernah pakai, meningkat sebesar 0,17% dari 2,4%
tahun 2019 menjadi 2,57%. Apabila dilihat nilai absolutnya, pada tahun 2021 diperkirakan
sebanyak 4.827.616 penduduk usia 15-64 tahun pernah memakai narkoba, jumlah ini lebih
banyak 292.872 orang dibandingkan tahun 2019 (4.534.744 orang). Kenaikan angka
prevalensi tersebut juga mencerminkan terjadinya peningkatan peredaran narkoba di
masyarakat yang menyebabkan jumlah pemakai narkoba semakin bertambah hanya dalam
kurun waktu dua tahun. Secara umum, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba setahun
pakai bervariasi jika dikelompokkan menurut kegiatan utama. Angka prevalensi mengalami
kenaikan yang sangat signifikan pada kelompok tidak bekerja dan mengurus rumah tangga.
Kedua kelompok ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi
banyaknya orang yang tidak bekerja dan mereka menjadi penyalahguna narkoba dalam kurun
waktu satu tahun terakhir. Pandemi Covid-19 yang terjadi pada dua tahun ini (2020-2021)
berpengaruh signifikan pada kegiatan ekonomi, bahkan banyak yang harus kehilangan
pekerjaan sehingga menjadi pengangguran. Menurut Natalia dan Humaedi (2020) kondisi ini
sangat rentan dan memicu stres bagi beberapa orang, sehingga dapat memengaruhi seseorang
terjerumus untuk mengalahgunaakan narkoba. Kholik et al. (2014) berdasarkan penelitiannya
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba, salah satunya adalah
pengaruh stress secara psikologis. (Survei BNN Tahun 2021/2022)
Dari hasil penjabaran masalah diatas, adapun saran dari penulis untuk pemerintah dan
masyarakat dalam hal menanggulangi kasus penyalahgunaan narkotika.
1. Melakukan Operasi Bersama Penutupan Celah Penyeludupan Ekstase(narkotika)
Disini penguasa dalam satu daerah yang berpengaruh dalam hal politik dan keamanan, tidak
hanya menghimbau melainkan memerintahkan seluruh jajaran instansi pemerintah atau dinas-
dinas diwilayah kerjanya wajib bekerjasama melalui rencana program kerja minimal 1
program selama 6 / 12 bulan sekali baik itu mencegah, memberantas ataupun rehabilitasi
contohnya melakukan tes urine seluruh instansi dikota pekanbaru.
2. Pemberdayaan generasi muda secara lebih kreatif
Pemerintahan dan BNN Provinsi Riau sendiri masih belum memaksimalkan tenaga dan ide
kreatif muda-mudi untuk berinovasi dalam memerangi narkoba di Riau. Ada beberapa
program yang dibuat dikalangan remaja seperti Satgas anti narkoba di sekolah-sekolah dan
kampus yang telah dilakukan sosialisasi oleh bidang P2M. namun program ini dinilai tidak
efektif karena kurangnya tindakan lebih lanjut sehingga tidak ada pemicu bagi pelajar-pelajar
tersebut untuk terus berkarya dalam bidang pencegahan narkoba.
3. Pengawasan operasi bersama dilembaga pemerintahan
Salah satu wilayah lembaga permasyarakatan adalah penjara/lapas, disini menurut penelitian
70% - 90% transaksi narkoba terjadi dilapas. Tempat yang diangap masyarakat yang jauh dari
narkoba dengan adanya pengawasan dari pihak kepolisian, namun disini banyak terjadinya
transaksi.
4. Penguatan Lembaga Rehabilitasi
Peran Bidang Rehabilitasi di BNN Provinsi Riau sangat penting, karena melalui bidang ini
dan juga bekerjasama dengan P2M melakukan tes Urine terhadap ASN/pegawai pemerintah
sesuai Instruksi Gubernur Riau, agar pemerintah Riau bersih dari penyalahgunaan barang
haram ini. Meskipun baru daerah Kota Pekanbaru, semoga bisa mengalir ke kabupaten-
kabupaten di Provinsi Riau, dan program ini tetap dilanjutkan. Selain itu perlunya dukungan
yang maksimal dari pemerintah pusat dan daerah agar segera dibangunnya ruangan khusus
untuk merehabilitasi pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan.
5. Penguatan Undang Undang
Perlu adanya UU atau Perpres yang intinya mengatakan kebebasan bagi BNN untuk
melakukan intervensi atau melakukan Sidak ke lapas tanpa harus mengurus izin yang
berbelit-belit kepada kepala Lapas dalam konteks pemberantasan Narkoba tentunya. Selain
itu, aturan tegas mengenai memiskinkan pengedar ataupun yang bekerjasama baik itu oknum
pemerintahan maupun masyarakat lainnya yang mengedarkan narkoba dan berdasarkan
jumlah besarnya yang diedarkan. Karena pengedaran narkoba bukan hanya dilakukan
masyarakat saja, namun adanya kerjasama dari oknum-oknum tertentu untuk memuluskan
narkoba masuk ke dalam negeri, dan memperlancar peredarannya dikalangan masyarakat.
6. Melakukan kegiatan positif
Kepada Individu hendaknya melakukan kegiatan positif dan berguna agar tidak terlibat dalam
kasus penyalahgunaan narkoba serta memperdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri
dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup.
7.Mengawasi serta membimbing anggota keluarga
Kepada keluarga. Diharapkan peran orang tua untuk lebih mengawasi dan membimbing
anggota keluarganya, serta lebih meluangkan waktunya untuk berada disisi anakanaknya
dalam kondisi apapun, sehingga remaja tidak terjerumus melakukan hal menyimpang
terutama melakukan penyalahgunaan narkoba.
8. Partisipasi masyarakat terkait pengawasan ekstase (narkotika)
Masyarakat wajib melaporkan kepada pejabat yang berwenang apabila mengetahui adanya
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.Pemerintah daerah wajib menjamin
keamanan dan memberikan perlindungan kepada pelapor.
9. Membentuk Satgas
Untuk memantau lingkungan masyarakat, satuan pendidikan, perusahaan, dan keluarga yang
terindikasi melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dibentuk Satuan Tugas
Anti Narkotika(ekstase).
10. Tidak melakukan diskriminasi terhadap mantan penyalahguna
Memang hampir setiap instansi dalam melaksanakan tugas selalu saja ada kendala, tidak
terkecuali BNN Provinsi Riau itu sendiri. Dalam melaksanakan tugas masih banyak kendala
yang dihadapi, baik kekurangan personil, anggaran, sarana prasarana dan lain sebagainya
yang kadang menghambat proses pencegahan dan pemberantasan itu sendiri. Namun BNN
Provinsi Riau terus berusaha membenahi dan mengatasi segala kekurangan yang
ada.Program-program yang sudah direncanakan, terus di gencar dalam pelaksanaan untuk
mencegah serta memberantas peredaran narkoba di Riau terkhusus Kota Pekanbaru itu
sendiri, karna kantor pusat dari BNN Provinsi Riau itu sendiri berada di Kota Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai