Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM KERJA SATUAN TUGAS

(SATGAS) ANTI NARKOBA


DAN HIV AIDS
SMP AL-AZHAR SURABAYA
TAHUN 2018/2019

Jalan Pesarehan Beji No. 1 ( ( 031 ) 7410171


E-mail : smpalazhar.beji@gmail.com
Kecamatan Pakal Kabupaten Surabaya
Kode Pos 60196
NSS : 202056030005- NPSN : 20532644
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang melanda dunia


berimbas juga ke tanah air dan perkembangannya begitu pesat sehingga sangat
mengkhawatirkan, dan narkoba sudah menyebar sampai ke pelosok pedesaan serta telah
mengorbankan ribuan bahkan jutaan jiwa anak bangsa akibat terjerat narkoba.
Berdasarkan data yang ada di BNN, tidak satu Kabupaten/Kota di Indonesia yang
menyatakan bebas dari masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI
Tahun 2014, tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah
mencapai 2,18% atau sekitar 4.022.702 orang dari total populasi penduduk (berusia 10 -
59 tahun). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan prevalensi penyalahguna
narkoba di Indonesia dari 2,23% pada tahun 2011 menjadi 2,18% pada tahun 2014.
Hal ini menunjukkan keberhasilan pelaksanaan program P4GN yang telah
dilaksanakan selama ini. Saat ini di Indonesia ditemukan 35 (tiga puluh lima) zat baru
yang mengandung Narkoba dan belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika. Dengan kondisi tersebut di atas, BNN sebagai sebagai lembaga
yang menangani penanggulangan narkoba ditanah air, dituntut untuk semakin gigih
melakukan berbagai upaya strategis untuk menggerakkan partisipasi aktif seluruh
komponen masyarakat, bangsa dan negara dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran gelap Narkoba (P4GN).
Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah penguatan kelembagaan BNN
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Penguatan dimaksud yaitu dengan pembentukan BNNP di tingkat Provinsi dan BNNK /
Kota di tingkat Kabupaten/Kota. Badan Narkotika Nasional telah terbentuk di 33
Provinsi dan 100 BNN Kabupaten/Kota. Sedangkan Kabupatan/Kota lain, yang belum
terbentuk organisasi BNNK/Kota nya, para kepala daerah setempat sangat
mengharapkan agar segera dilakukan percepatan pembentukan organisasi BNNK/Kota
diwilayah kerjanya, oleh karena penanganan permasalahan narkoba harus ditangani
secara serius, karena telah menimbulkan banyak korban jiwa yang kehilangan nyawa
akibat terjerat narkoba.
Strategi yang dilakukan oleh BNN dalam upaya perlawanan terhadap kejahatan
narkoba yaitu dengan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi,
Pemberantasan serta Hukum dan Kerjasama. Pencegahan melalui Diseminasi Informasi
dan Advokasi, Pemberdayaan Masyarakat melalui Pemberdayaan Alternative dan
Peningkatan Peranserta Masyarakat, Rehabilitasi melalui Penguatan Lembaga
Rehabilitasi Instansi Pemerintah, Komponen Masyarakat dan melakukan pembinaan
Pascarehabilitasi, Pemberantasan melalui pelaksanaan Intelijen berbasis Teknologi,
penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika alami, penyidikan jaringan peredaran
gelap narkotika sintetis, penyidikan jaringan peredaran gelap psikotropika dan prekursor,
pelaksanaan interdiksi wilayah udara, laut, darat dan lintas darat, pelaksanaan
penindakan dan pengejaran serta perawatan tahanan, barang bukti, penyidikan dan
pengelolaan aset serta bidang Hukum dan Kerjasama melalui peningkatan kerja sama
baik dalam negeri maupun luar negeri serta melaksanakan penataan produk hukum dan
pelayanan bantuan hukum.
Disamping diperkuat dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Presiden, untuk melibatkan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah
dalam pelaksanaan program P4GN, didukung dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di
Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(Jakstranas P4GN) Tahun 2011 – 2018/2019. Inpres tersebut menugaskan kepada
seluruh pimpinan kementerian/ lembaga/instansi pusat dan daerah, berperan serta
melakukan program P4GN sesuai dengan fungsi yang ada pada
kementerian/lembaga/instansi masing-masing. Dengan berakhirnya Tahun Anggaran
2014, BNN sebagai lembaga pemerintah yang telah menggunakan dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), berkewajiban melaporkan
Kinerja ke Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja
atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN. Hal tersebut sesuai dengan amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
Keberadaan narkoba dalam kehidupan sehari-hari mempunyai dua sisi antagonis
yang harus disikapi dengan penuh arif dan bijaksana, kebutuhan akan pengobatan
membuat pemerintah harus mengatur ketersediaan narkoba demi terpenuhinya
kebutuhan rumah sakit, apotek, maupun toko obat, demikian juga untuk ilmu
pengetahuan sebagai bahan penelitian. Ketidak teraturan penyediaan narkoba akan
menimbulkan peredaran dan penggunaan narkoba secara illegal yang akan berdampak
sangat buruk bagi penggunanya. Dua sisi yang saling berlawanan tersebut salah satu
faktor penyebab adalah sulitnya menanggulangi peredaran gelap dan penyalahgunaan
narkoba, disamping masih banyak faktor-faktor yang lain. Permasalahan Narkotika,
Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya merupakan persoalan Nasional dan Internasional
yang perlu segera kita tangani bersama. Negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia telah sepakat mewujudkan Bebas Narkoba 2018/2019.
Di Indonesia, perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sudah
sampai tingkat yang sangat mengkhawatirkan, dan tidak satupun daerah/wilayah yang
bebas dari penyalahgunaan narkoba, bahkan korbannya telah menjangkau semua lapisan
masyarakat. Sesuai hasil penelitian BNN dengan Lembaga Penelitian Kesehatan
Masyarakat Universitas Indinesia tahun 2008 dan tahun 2011 diperkirakan ada kenaikan
jumlah penyalahguna narkoba dan kerugian biaya ekonomi penyalahgunan narkoba.
Jumlah penyalahguna narkoba meningkat dari 3,1 - 3,6juta orang di tahun 2008 menjadi
3,7 - 4,7juta orang di tahun 2011. Jika menggunakan angka prevalensi, terjadi kenaikan
angka prevalensi penyalahgunaan narkoba setahun terakhir dari 1,9% menjadi 2,2%
dari mereka yang berusia 10-59 tahun di Indonesia. Dari sejumlah penyalahguna
tersebut, terdistribusi atas coba pakai (27%), teratur pakai (45%), pecandu
suntik (2%), dan pecandu bukan suntik (27%). Menurut sasaran populasi, kebany
akan
penyalahguna berasal dari kelompok pekerja (70%), kelompok pelajar/mahasiswa (
22%), kelompok rumah tangga (6%), sedangkan sisanya terdistribusi ke wanita pekerja
seks dan anak jalanan.
Dalam setahun terakhir jenis narkoba yang paling populer adalah ganja (64%)
diikuti oleh shabu (38%), ekstasi (18%), heroin (13%), methadone (9%),
subutex (8%), xanax (7%), dan pil koplo (4%). Pecandu suntik lebih banya
k yang mengkonsumsi variasi jenis narkoba (poly drugs) dimana konsumsi heroin
(40%) kalah banyak dibandingkan konsumsi ganja (56%) dan shabu (47%).
Ini mengindikasikan suplai heroin dipasaran sangat sedikit sehingga penyalahguna
mensubstitusi dengan narkoba jenis lain untuk menutup tingkat ketagihan agar tidak
terjadi sakau. Kerugian biaya ekonomi narkoba diperkirakan sekitar Rp.48,2 trilyun.
Jumlah ini mengalami kenaikan dalam 3 tahun yang lalu masih di kisaran Rp.32,4
triyun.
Untuk mencapai Drug Free 2018/2019, pemerintah indonesia telah menetapkan
suatu kebijakan dan strategi. Tiga kebijakan pemerintah tahun 2010 – 2018/2019 yaitu
(1) ekstensifikasi dan intensifikasi pencegahan penyalahgunaan narkoba, (2) penyediaan
fasilitas terapi dan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkoba yang dapat
terjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan (3) pemberantasan jaringan peredaran
gelap narkoba.
Dari kebijakan tersebut disusun suatu strategi sebagai berikut: (1) mendorong
masyarakat yang belum menggunakan narkoba agar tetap tidak
menggunakan/menyalahgunakan narkoba; (2) membantu korban penyalahgunaan
narkoba agar pulih kembali, atau tidak relapse; dan (3) memberantas jaringan peredaran
gelap narkoba, termasuk memberantas produksi dan sindikat/jaringan peredaran gelap
narkoba. Kebijakan dan strategi yang pertama dan ke dua dimaksudkan untuk
mengurangi permintaan (demand reduction), sedangkan yang terakhir untuk
pengurangan pasokan (supplay reduction).
Untuk mengimplementasikan kebijakan dan strategi nasional
tersebut, Presiden Republik Indonesia memberikan instruksi yang antara lain ditujukan
kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, para kepala lembaga pemerintah non
kementerian, gubernur dan bupati / walikota. Instruksi tersebut dikemas dalam
bentuk Rencana Aksi Nasional (RAN) yang tertuang dalam Inpres Nomor:: 12 tahun
2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
Instruksi tersebut antara lain berisi perintah untuk mengambil langkah-langkah yg
diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan dalam rangka pelaksanaan kebijakan
dan Strategi Nasional P4GN 2018/2019, meliputi: bidang pencegahan, pemberdayaan
masyarakat, rehabilitasi, dan pemberantasan.
Fokus utama dalam instruksi tersebut yang perlu mendapatkan prioritas utama
dalam P4GN adalah lingkungan pendidikan, terutama pendidikan sekolah menengah dan
tinggi, instansi pemerintah, tempat kerja.
Usaha-usaha preventif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba di lingkungan
pendidikan telah dilakukan, baik berupa persyaratan-persyaratan tidak menggunakan
narkoba bagi calon siswa/mahasiswa, atau adanya peraturan kampus / sekolah yang
memberikan sanksi berat bagi pelajar/mahasiswa penyalahguna narkoba. Selain itu,
setiap satuan pendidikan juga sering mengadakan upaya dalam bentuk ceramah,
sosialisasi penanggulangan, pameran, seminar dan lain sebagainya.
Kementerian pendidikan nasional pada tahun 2008 tepatnya pada tanggal 14 April,
telah membuat langkah yang bernilai strategis dalam upaya pencegahan bahaya narkoba,
dengan mengadakan MOU dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) perihal
pelaksanaan pencegahan bahaya narkoba melalui kegiatan usaha kesehatan sekolah
(UKS) dan unit kegiatan mahasiswa (UKM). Selanjutnya ditindaklanjuti pada
program anti drugs campaign 2008 goes to school and campus dengan tema “sobat anti
madat”, mendiknas juga melantik satgas UKS dan UKM anti narkoba. Dengan harapan
tentunya para satgas tersebut melakukan tindakan-tindakan nyata yang terprogram.
Namun apa yang dicanangkan menteri kelihatannya perlu mendapat dorongan yang
lebih intensif.
Untuk menindaklanjuti program pencegahan penyalahgunaan narkoba di dalam
lingkup pendidikan menengah pada tahun 2016 ini Badan Narkotika
Nasional merencanakan kegiatan Pemberdayaan Sekolah Bebas Narkoba dan di
Kabupaten/Kota dapat melaksanakan “PROGRAM KERJA SATGAS”, khususnya di
lingkungan Sekolah Menengah Pertama SMP 2 Sumbersuko. Program ini diharapkan
dapat menciptakan “Gerakan” yang “massive”, menimbulkan “snow ball effect” dalam
upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dilingkungan sekolah menengah sehingga
dapat mewujudkan pendidikan menengah bebas dari penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba, terutama ganja, sabu, ekstasi, dan heroin sehingga para siswa dapat
belajar dengan nyaman dan berprestasi.
B. Dasar Hukum.
1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
5. Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.
6. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP).
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja
Badan Narkotika Nasional.
9. Perda Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV AIDS

C. Maksud Dan Tujuan


1. Maksud :
Lomba Sekolah Bebas Narkoba ini adalah untuk menciptakan “Gerakan” yang
“massive” menimbulkan “snow ball effect” dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba dilingkungan sekolah menengah sehingga dapat meminimalisir dan
mencegah secara totalitas penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar.
2. Tujuan :
Mewujudkan pendidikan menengah bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba, terutama ganja, sabu, ekstasi, dan heroin.
3. Manfaat :
a. Meningkatkan kesadaran warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa komite
sekolah, pengurus sekolah, dewan pendidikan sekolah, dll) akan perilaku
hidup bersih, sehat dan menjauhkan diri dari bahaya penyalahgunaan narkoba,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan
produktif dalam proses belajar-mengajar.
b. Bertambahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan warga sekolah untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat anti narkoba, serta berpartisipasi aktif di dalam
usaha meningkatkan kesehatan di sekolah, rumah tangga, maupun di lingkungan
masyarakat.
c. Terjalin kerjasama diantara instansi-instansi terkait dalam mensukseskan
Program/kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Perdaran
Gelap Narkoba (P4GN) di sekolah.
d. Tumbuh daya cegah dan daya tangkal warga sekolah terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkoba, dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan
dengan masalah masalah sosial lainnya melalui Program Kerja Satgas

D. Ruang Lingkup
Program Kerja Satgas ditujukan kepada Siswa Siswi Menengah Pertama SMP
AL-AZHAR, artinya Program Kerja Satgas merupakan program yang dibentuk oleh
Sekolah. Program Kerja Satgas akan melibatkan guru dan siswa.
(Terlampir)

E. Sasaran
Sasaran Pokok dari Program Kerja Satgas ini meliputi siswa , Kepala sekolah, para
guru, pamong belajar/tutor, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan sekolah.
(Terlampir)
BAB II
BENTUK KEGlATAN PROGRAM
KERJA SATGAS
Kegiatan-Kegiatan yang dilakukan dalam Penerapan Program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) melalui Program
Kerja Satgas sebagai berikut :

A. Perencanaan Program
Dalam merencanakan suatu program, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu :
1. Proses pembuatan program
2. Identifikasi program
3. Langkah-langkah dalam penyusunan program
4. Penjadwalan rencana program

B. Proses Pembuatan Program


Dalam proses pembuatan program dapat kita kemukakan sebagai berikut :
1. Berdasarkan atas fakta yang objektif, rasional dan pertimbangan-pertimbangan
terhadap perkembangan kegiatan
2. Sasaran yang ingin dicapai harus jelas
3. 5W + H : What (Apa), Why (Kenapa), Who (Siapa), Where (Dimna), When (Kapan),
dan How (Bagaimana).
4. Harus dipertimbangkan kebijaksanaan organisasi
5. Antara satu kegiatan dengan kegiatan yang saling mengisi dan berkaitan
6. Tidak kaku dalam batas-batas tertentu sesuai dengan perkembangan
7. Mudah dipahami dan penafsiran harus sama oleh pelaksana kegiatan

C. Tahap Pelaksanaan
1. Sosialisasi P4GN kepada Siswa
2. Membentuk Tim Satgas Anti Narkoba
3. Mengadakan Penyuluhan Stop Narkoba dalam jangka waktu pendek
4. Mengadakan kegiatan atau lomba gerakan upaya P4GN di lingkungan sekolah

D. Koordinasi
Kerjasama Program Kerja Satgas dalam mewujudkan upaya Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah dilaksanakan dengan melibatkan pihak
terkait antara lain :
1. Kepala Sekolah, bertugas antara lain :
a. Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kepala sekolah harus mampu
membimbing baik guru, karyawan, siswa, maupun staf lainnya dalam upaya
P4GN.
b. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu menyusun program, menyusun
organisasi/kepegawaian di sekolah, menggerakkan staf, dan mengoptimalkan
sumber daya sekolah dalam upaya P4GN.
c. Kepala sekolah sebagai penyelia harus mampu dalam menyusun program
supervisi, melaksanakan supervisi, dan memanfaatkan hasil supervisi yang terkait
dengan P4GN.
d. Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai pemimpin, harus memahami visi dan
misi sekolah, mampu mengambil keputusan, dan memiliki kemampuan
berkomunikasi dalam permasalahan P4GN.
e. Kepala sekolah sebagai inovator dan motivator harus mampu mencari/
menemukan gagasan baru sehingga pembaharuan-pembaharuan di sekolah dalam
upaya P4GN dapat dilakukan.
f. Membimbing Satgas Anti Narkoba yang sudah terbentuk dan seluruh pelajar di
Sekolah yang bersangkutan untuk terciptanya kondisi yang menguntungkan upaya
P4GN.
g. Mendorong, mengarahkan dan menggerakkan serta meningkatkan partisipasi
seluruh komunitas di masing-masing Sekolah untuk berperan serta dalam
mencegah timbulnya gangguan Kamtibmas termasuk penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba.
h. Memelihara dan melindungi lingkungan sekolah dari segala macam pengaruh yang
bersifat negatif antara lain adalah bebas dari pengaruh narkoba.
i. Menetapkan peraturan dan tata tertib di sekolah aman dan terhindar dari
permasalahan narkoba.
j. Mengawasi pelaksanaan dan mensosialisasikan kebijakan /program/kegiatan
Satgas dan kebijakan lain dalam upaya P4GN.
k. Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di sekolah, termasuk
program/kegiatan Satgas.
l. Membina dan menjalin kerjasama dengan lembaga kesehatan, sosial, agama,
penegak hukum, tokoh-tokoh masyarakat dan tenaga profesi lain yang terkait
dalam kegiatan P4GN.
m. Memfasilitasi dan mendukung kegiatan-kegiatan Satgas Anti Narkoba di sekolah.
n. Mendorong/memfasilitasi terbentuknya Forum Komunikasi/terbentuknya Jaringan
Anti Narkoba antar Sekolah.
2. Tim Pembina UKS/Guru BP didukung oleh guru lainnya
a. Memberikan layanan bimbingan dan konseling secara proaktif dalam upaya
P4GN.
b. Mendata faktor resiko tinggi siswa dalam kaitanya dengan Narkoba.
c. Melaksanakan pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba.
d. Melatih siswa sebagai konselor sebaya.
e. Mendata kasus penyalahgunaan narkoba, kekerasan, dan pelanggaran disiplin.
f. Merujuk kasus-kasus yang tidak mampu ditangani kepada ahlinya, seperti tenaga
medis, psikolog, psikiater dan aparat penegak hukum.
g. Menyelenggarakan pertemuan teratur dengan orang tua siswa dan warga disekitar
sekolah, termasuk Sekolah lain, untuk membahas dan mengevaluasi pelaksanaan
program P4GN.
h. Bersama-sama dengan semua siswa, guru, staf, dan karyawan yang ada di Sekolah
menerapkan program/kegiatan untuk mendukung P4GN melalui program/kegiatan
UKS termasuk pencegahan penyalahgunaan narkoba.
i. Membantu meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam program anti
narkoba di sekolah.
j. Memberikan advokasi dan sosialisasi kepada Pelajar tentang keberadaan program
anti narkoba di sekolah.
BAB III

PENUTUP

Penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan lingkungan sekolah telah menjadi


permasalahan pelik. Minimnya pengawasan terhadap siswa, baik oleh guru maupun orang
tua masih sangat minim. Dengan adanya Lomba Sekolah Bebas Narkoba dalam rangka
implementasi dari program P4GN ini diharapkan mendapat tanggapan positif dan
dilaksanakan secara effektif oleh semua stakeholders yang berkompeten untuk mengatasi
permasalahan narkoba di Sekolah.

Program Satgas Anti Narkoba” adalah upaya untuk mempertahankan Sekolah Bebas
dari Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Dengan koordinasi yang terpadu
antara guru, orang tua, lingkungan, dan instansi terkait, program ini efektif untuk
memberikan penyuluhan, pendidikan dan pengawasan bagi para pelajar.

Setiap organisasi dibentuk dan dijalankan adalah untuk mencapai dan memuaskan
berbagai tujuan, baik tujuan anggota maupun organisasi itu sendiri. Karena organisasi
merupakan suatu bagian dari sistem yang lebih besar, maka tujuannya juga harus melihat
masyarakat lingkungannya.

Kegagalan dalam merencanakan program kerja akan mengakibatkan gagalnya


organisasi. Dalam merencanakan program harus diikuti kemampuan yang dapat
diimplementasikan ke dalam program kegiatan. Dalam perencanaan program dibutuhkan
unsur-unsur pendukung kategori program dan saling terintegrasi ke dalam satu kesatuan
shingga lebih sistematis. Selain dari pada itu kemampuan anggota memegang kunci
keberhasilan setiap perencanaan tersebut , anggota harus melakukan interaksi yang lebih
dinamis dengan sesama anggota dan tidak bersifat konservatif.

Diharapkan memiliki sikap loyalitas, dedikasi, dan wawasan yang lebih luas ke depan
dari semua unsur dan tingkat organisasi untuk mencapai sasaran akhir pertumbuhan,
kelangsungan hidup / aaktifitas dan manfaat bersama. Dalam penyususnan kegiatan harus
jelas, sehingga siapa saja yang membacanya akan mengerti maksud dan tujuan dari pada
kegiatan yang dirncanakannya.

Surabaya, Juli 2018


Mengetahui,
Kepala Sekolah Penyusun

KHOIRONUL MUBIN, M.Pd M. ALI MAHRUS, S.Kom


LAMPIRAN 1

TIM AKSI SEKOLAH ANTI NARKOBA


DAN HIV AIDS
SMP AL-AZHAR SURABAYA
TAHUN 2018/2019

1. Penanggung jawab : KHOIRONUL MUBIN, M.Pd

2. Ketua : M. ALI MAHRUS, S.Kom

3. Sekretaris : UMI FARIDAH, S.S

4. Bendahara : EMA MUFARROHAH S.Pd

5. Anggota : 1. MUHAMMAD MASRUR S.Pd


2. MOCHAMAD ZAINUL MILLAH S.Si
3. WAHYUDI S.Pd
4. MUHAMMAD BAHRUDDIN S.Pd
5. Drs JAELANI

6. Dokumentasi : M. HUSSEIN AL MUHDHOR S.Pd

7. Pembantu Umum : FAJAR WAHYUDIANTO S.Pd


LAMPIRAN 2

SASARAN SEKOLAH ANTI NARKOBA


DAN HIV AIDS
SMP AL-AZHAR SURABAYA
TAHUN 2018/2019
1. GURU

Program
No Status Jumlah
Pengajaran

1 GURU Aktif 16

TENAGA
2 Aktif 2
ADMINISTRASI

Total 18

2. SISWA

Program
Kelas Nama Rombel Jumlah Siswa
Pengajaran

7 Umum A 29

7 Umum B 31

7 Umum C 26

7 Umum D 21

8 Umum A 22

8 Umum B 20

8 Umum C 20

9 Umum A 24

9 Umum B 23

9 Umum C 23

Total 239

Anda mungkin juga menyukai