Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Didalam perkembangan kejahatan dan penyalahgunaan narkotika

menunjukan adanya kecenderungan yang terus meningkat dan narkotika itu

sendiri sudah merupakan tren serta gaya hidup bagi sebagian banyak

masyarakat. Penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang menyangkut

seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik, biologik, psikologik, dan sosial.

Dampak dari penyalahgunaan narkotika mencakup kematian dini, kecacatan

fisik, dan kerugian sosial ekonomi masyarakat, maka sangat diperlukan

tindakan pecegahan dan penanggulangan peredaran narkotika.1

Untuk itu pemerintah Indonesia terus berupaya dalam menanggulangi

kejahatan yang mencakup pada permasalahan narkotika dengan membentuk

Badan Narkotika Nasional. BNN di dibentuk menggantikan Badan

Koordinasi Narkotika Nasional yang dibentuk pada tahun 1999 dengan

pertimbangan bahwa lembaga itu sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan

dan perkembangan keadaan. Pembentukan BNN sendiri berdasarkan atas

landasan hukum yang telah ditetapkan, yang tercantum dalam keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2002 yang kemudian diganti

dengan peraturan Presiden Republik Indonesia Badan Narkotika Nasional

adalah sebuah lembaga pemerintahan non kementrian Indonesia yang

mempunyai tugas pemerintahan dibidang pencegahan dan pemberantasan


1
Rina Heningsih Gustina Tampubolon, Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam
Penanggulangan Narkoba Di Kota Samarinda, Universitas Mulawarman, 2015.

1
2

narkotika. Badan Narkotika Nasional dipimpin oleh seorang kepala yang

bertanggung jawab kepada presiden melalui Kepala Kepolisian Republik

Indonesia. Dasar hukum Badan Narkotika Nasional sebagai lembaga

pemerintahan non kementrian adalah Peraturan Presiden Nomer 23 Tahun

2010 tentang badan Narkotika Nasional.Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional.2 Badan Narkotika Nasional adalah sebuah lembaga

pemerintahan non kementrian Indonesia yang mempunyai tugas

pemerintahan dibidang pencegahan dan pemberantasan narkotika. Badan

Narkotika Nasional dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab

kepada presiden melalui Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Dasar

hukum Badan Narkotika Nasional sebagai lembaga pemerintahan non

kementrian adalah Peraturan Presiden Nomer 23 Tahun 2010 tentang badan

Narkotika Nasional.

Mendengar kata narkotika diucapkan, seringkali memberikan

bayangan yang negatif tentang dampak yang tidak diinginkan, hal ini

dikarenakan narkotika sangat identik dengan perbuatan jahat, terlarang dan

melanggar peraturan. Narkotika merupakan bagian dari narkoba, yaitu

segolongan obat, bahan atau zat yang apabila masuk ke dalam tubuh akan

berpengaruh terutama pada jalannya fungsi otak dan sering menimbulkan

ketergantungan, terjadi perubahan dalam kesadaran, pikiran, perasaan, dan

perilaku pemakainya.

Ada lima faktor utama penyebab seorang rawan terhadap narkotika

2
Badan Narkotika Naional. Pencegahan Penyalahgunaan narkoba, Jakarta, 2009, hlm.06.
Diakses https://bnn.go.id/profil/ pada tanggal 16 Oktober 2022.
3

atau kecanduan terhadap hal-hal lain. Penyebab itu adalah keyakinan adiktif,

kepribadian adiktif, ketidakmampuan menghadapi masalah, tidak

terpenuhinya kebutuhan emosi, sosial, dan spiritual, serta kurangnya

dukungan sosial.3

Mengkonsumsi narkotika tentu menjadi sebab yang bisa

mengantarkan pada kebinasaan karena narkotika hampir sama halnya dengan

racun. Sehingga hadits ini pun bisa menjadi dalil haramnya narkotika.

Seperti halnya didalam rana negara kita sendiri yaitu Negara

Indonesia, negara Indonesia merupakan negara yang menganut sistem hukum,

dimana hukum itu dirumuskan kedalam beberapa unsur-unsur serta beberapa

ciri-ciri yang terkandung didalamya.4

Negara yang majemuk seperti Indonesia, memang menghadapi

berbagai problem berkaitan dengan sistem hukum. Hukum yang

menghendaki adanya kesatuan masyarakat akan kesulitan dalam menghadapi

kemajemukan masyarakat, baik dari sisi etnis, dari sisi kultur dan terlebih lagi

dari sisi agama atau kepercayaan.5

Hukum yang dianut oleh Indonesia adalah hukum pidana, hukum

pidana adalah hukum yang mengatur teentang bagaiaman suatu perbuatan

yang dilarang oleh Undang-undang sekaligus sanksi pidana yang dapat

dijatuhkan kepada pelaku.6


3
Ey tri lak sono, “Upaya Penanggulanagn Peredaran dan Penyalahgunaan Narkotika di
Wilayah Pedesaan”, Universitas Brawijaya, 2015, hlm.6.
4
Rahman Syamsddin dan ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia, Jakarta, Mitra
Wacana Media, 2014, hlm. 2
5
Jayadi, Ahkam. “Membuka Takbir Kesabaran Hukum”, Jurisprudentie: Jurusan Ilmu
Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 4.2, 2017, hlm. 11-23.
6
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2004, hlm. 5.
4

Salah satu penerapan hukum pidana di Indonesia yaitu hukum yang

diatur diluar KUHP atau hukum yang memiliki Undang-undang tersendiri

atau khusus yaitu adalah narkotika. Narkoba adalah singkatan dari narkotika

dan obat berbahaya. Selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan

khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza

yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif.

Semua istilah ini mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki

risiko kecanduan bagi penggunanya.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-

Undang No. 35 tahun 2009). Di satu sisi narkotika merupakan obat atau

bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, disisi lain dapat menimbulkan

ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa adanya

pengendalian serta pengawasan yang ketat.7

Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari

aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya

melarang penggunaan narkotika tanpa izin. Keadaan yang demikian ini dalam

tataran empirisnya, penggunaan narkotika sering disalahgunakan bukan untuk

kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi jauh dari pada

7
Juliana lisa Fr dan Negah Sutrianah W, Narkoba Psikotropika dan Gangguan Jiwa,cet, 1
Yogyakarta: Nuha Medika, 2013, hlm.1-3.
5

itu, dijadikan ajang bisnis yang menjanjikan dan berkembang pesat, yang

mana kegiatan ini berimbas pada rusaknya fisik maupun psikis mental

pemakai narkotika khususnya pada generasi muda.

Salah satu tugas dari Badan Narkotika Nasional yang dapat

menanggulangi dan dapat mencegah peredaran Narkotika, maka Badan

Narkotika Nasional juga dapat melaukan program rehabilitasi medis terhadap

pecandu dan penyalahgunaan narkotika yang dimana Badan Narkotika

Nasional (BNN) memiliki peran penting yang bersinerji dan menjalin

hubungan dengan beberapa lembaga diantaranya dengan Kepolisian, Institusi

penerima wajib lapor (IPWL) yang difasilitasi oleh pemerintah setempat,

lembaga pemasyarakatan dan juga elemen masyarakat.8

Pada tahun 2020, terdapat 14 kasus peredaran narkotika dan

penyalahgunaan narkoba di BNN Kota Jambi, yang dimana dalam kasus

tersebut terdapat 22 orang tersangka. Artinya, terjadi peningkatan yang

signifikan terhadap penyalahgunaan narkotika dan serta jumlah narkotika

yang beredar di Kota Jambi selama rentan waktu 2018-2020.

Penyebaran penyalahgunaan narkotika sudah hampir tidak bisa

dicegah khususnya di BNN Kota Jambi. Mengingat hampir seluruh penduduk

dunia dapat dengan mudah memperoleh narkotika dari oknum-oknum yang

tidak bertanggung jawab. Tentu saja masalah ini dapat membuat orang tua,

organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir. Hal ini merupakan suatu

ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan hidup dan masa

8
Rudi Anto, “Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penegakan Hukum
Terhadap Tindak Pidana Narkotika”, Universitas Muhamadiyyah Surakarta, 2010.
6

depan pelaku penyalahgunaan narkotika itu sendiri, akan tetapi juga sangat

membahayakan bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh sebab

itu untuk mengatasi peredaran dan penyalahgunaan narkotika, Badan

Narkotika Nasional (BNN) di Kota Jambi sangatlah memiliki peran penting,

yang diharapkan dapat menanggulangi masalah narkotika karena BNN

merupakan lembaga pemerintahan yang di khususkan untuk menangani

pencegahan dan pemberantasan narkotika.

Peredaran gelap narkotika di Indonesia khususya di Kota Jambi

menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini

merupakan ancaman yang serius bukan hanya terhadap kelangsungan hidup

dan masa depan pelakunya tetapi juga sangat membahayakan bagi kehidupan

masyarakat, bangsa dan Negara.9

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan

untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Kota Jambi dalam mencegah peredaran narkoba serta apa saja yang menjadi

hambatan- hammbatan di dalam proses pencegahan peredaran narkotika,

dengan demikian peniliti tertarik membuat penulisan yang berjudul Peranan

Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Pemberantasan Penyalahgunaan

Dan Peredaran Gelap Narkotika Di Kota Jambi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

9
Rasdiana, “Efektifias Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Terhadap Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di Provinsi Gorontalo”, Jurisprudentie, Volume 5 No. 2, 2018.
Diakses https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Jurisprudentie/article/view/6282 pada
tanggal 22 September 2022.
7

dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Badan Nasional Narkotika (BNN) Jambi dalam

mencegah dan menanggulangi peredaran narkotika di kota Jambi?

2. Apa kendala dalam menanggulangi peredaran narkotika oleh Badan

Nasional Narkotika (BNN) di Kota Jambi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan

proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis peran Badan Nasional Narkotika

Jambi dalam mencegah dan Menanggulangi Peredaran Narkotika di

Kota Jambi.

b. Untuk mengetahui bagaimana Tingkat Peredaran Narkoba di Kota

Jambi.

2. Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

a. Manfaat secara teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

bacaan serta bahan kajian hukum dan berguna dalam menambah dan

memperluas ilmu pengetahuan hukum dalam bidang hukum pidana.

Hasil penelitian ini dapat diharapkan dalam memberikan konstribusi

atau masukan bagi pelaksana penelitian bidang yang sama serta

masukan bagi pihak yang berkepentingan terhadap, Peranan Badan


8

Narkotika Nasional dalam menananggulangi dan mencegah peredaran

Narkoba Nasional dalam menanggulangi dan mencegah peredaran

Narkoba di Kota Jambi.

b. Manfaat secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran secara

jelas dan objektif mengenai pemecahan masalah yang timbul ini, baik

pihak penegak hukum, pemerintah secara umum dan juga masyarakat

dalam menghadapi permasalahan Narkotika.

D. Kerangka Konseptual

1. Peranan

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto,yaitu peran

merupakan aspek dinamis kedudukan, apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannya sesuai dengan, maka ia menjalankan suatu

peranan.10 Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai

macam karakteristik dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung

jawab yang telah diberikan oleh masing-masing organisasi atau lembaga.

Kemudian menurut Riyadi peran dapat diartikan sebagai orientasi

dan konsep dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam oposisi

sosial. Dengan peran tersebut, sang pelaku baik itu individu maupun

organisasi akan berperilaku sesuai harapan orang atau lingkungannya.

10
Syaron Brigette Lanteda, Florence Daicy J. Lengkong, Joorie M Ruru, “Peran Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Penyusunan RPJDM Kota Tomohon”, Jurnal
Admnistrasi Publik, Vol.04, No.048, hlm.2. Diakses https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP%
20/article/view/17575/17105 pada tanggal 30 September 2022.
9

2. Narkotika

Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika bahwa Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika di bentuk oleh Badan Narkotika Nasional

sebagaiman diatur dalam Pasal 64 Ayat (1) yang berbunyi: “Dalam

rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkotika danPrekursor Narkotika, dengan Undang-Undang ini

dibentuk Badan Narkotika Nasional, yang selanjutnya disingkat BNN.”

Menurut Ghoodse (2002) Narkoba adalah zat kimia yang

dibutuhkan untuk merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk ke dalam

organ tubuh maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi di dalam tubuh.

Lalu dilanjutkan lagi ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh,

sehingga bila zat tersebut dihentikan pengonsumsiannya maka akan

terjadi gangguan secara fisik dan psikis.11

Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat

khususnya di dunia medis dan di perlukan untuk pengobatan

penyakit tertentu. Namun jika di salahgunakan atau digunakan

tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan

akibat yang sangat merugikan bagi perorangan atau masyarakat

khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika

disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang

dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-

11
Diakses https://www.brilio.net/wow/narkoba-menurut-ahli-jenis-dan-cara-menghindari
nya-220516y.html pada tanggal 1 november 2022.
10

nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan

ketahanan Nasional.12

3. Badan Narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah sebuah lembaga

nonstruktural Indonesia yang bertanggung jawab langsung kepada

Presiden Republik Indonesia. Badan Narkotika Nasional dibentuk

berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesa Nomor 17 Tahun

2002 (kemudian diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun

2007). Badan Narkotika Nasional bertugas untuk mengkoordinasikan

penyusunan kebijakan dan pelaksanaan dibidang ketersediaan,

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

Badan Narkotika Nasional adalah sebuah lembaga pemerintahan

non kementrian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas pemerintahan

di bidang pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran

gelap narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Badan Narkotika

Nasional (BNN) di pimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab

langsung kepada presiden.

4. Penyalahgunaan

Menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 Penyalah Guna

adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan

hukum. Menurut Vronica Colondam penyalahgunaan narkoba adalah


12
Sri Rahayu, Yulia Monita, "Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perkara Tindak
Pidana Narkotika", Pampas: Journal Of Criminal, Volume 1 Nomor 3, 2020. Diakses
https://online-journal.unja.ac.id pada tanggal 5 September
11

penyalahgunaan terhadap berbagai obat-obatan yang masuk dalam daftar

hitam yakni daftar obat yang masuk Undang-Undang Narkotika dan

Psikotropika.Ia pun mengatakan kembali, bahwa penyalahgunaan narkoba

adalah penyalahgunaan yang berkonsekuensi pada hukum, hal ini lantaran

penyalahgunaan akan memberikan dampak pada perubahan metal,

kecanduan, dan prilaku.13

E. Landasan Teoritis

1. Teori Peranan

Pengertian peran (role) yaitu seperangkat pengharapan yang

ditujukan kepada pemegang jabatan pada posisi tertentu. Teori peranan

menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik peran apabila ada

dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan

kepada seseorang, sehingga apabila individu tersebut mematuhi satu

diantaranya akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin mematuhi yang

lainnya.14

Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial

yang menganggap sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran

dalam kategori sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial

adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku


13
Diakses https://eprints.umm.ac.id/69179/3/BAB%20II.pdf pada tanggal 30 oktober
2022
14
Febrianty, “Pengaruh Role Conflict, Role Ambiguity, dan Work-Family Conflict
terhadap Komitmen Organisasional (Studi pada KAP di Sumatera Bagian Selatan)”, Jurnal
Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), Vol. 2 No. 3, Politeknik PalComTech. Diakses
https://adoc.pub/pengaruh-role-conflict-role-ambiguity-dan-work-family-confli.html pada tanggal
30 September 2022.
12

seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada

pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang diprediksi, dan

bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial

dan faktor lainnya. Teater adalah metafora sering digunakan

menggambarkan teori peran.

Menurut Soejono Soekanto peran merupakan aspek yang dinamis

dalam kedudukan terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan

suatu peran.15

Setiap peran adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan,

normadan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhiperannya.

Model inididasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan

cara yang dapatdiprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks

tertentu, berdasarkan posisisosial dan faktor lainnya. Mereka menyatakan

bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap

individu mengenaiperilaku peran mereka.

2. Teori Penaggulangan

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk

bidang kebijakan kriminal (criminal policy). Kebijakan kriminal juga

tidak lepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial, yang

terdiri dari kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial, dan

15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebagai Pengantar, Jakarta, PT, Raja Grafindo Persada,
2001, hlm. 267.
13

kebijakan atau upaya untuk perlindungan masyarakat.16

Penanggulangan dan pencegahan terhadap Tindak Pidana

merupakan cara bereaksi terhadap fenomena Tindakan Pidana. Semenjak

Tindak Pidana banyak terjadi, respon terhadapnya lebih dikenal. Setiap

masyakarat akan bereaksi terhadap kejahatan sesuai dengan tingkat

kebudayaan yang telah dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan.

Menurut M. Ali Zaidan:

masyarakat yang sudah sedemikian modern dapat ditandai dengan


pembagian kerja yang tersusun dan kompleks, reaksi terhadap
Tindak Pidana semakin modern dengan ditandai adanya
penggunaan jenis-jenis sanksi yang ditetapkan secara rasional.
Rasionalitas dalam penetapan jenis-jenis sanksi merupakan
cerminan dari taraf ilmu pengetahuan dan juga kebudayaan suatu
bangsa.17

Pencegahan kejahatan dan peradilan pidana seyogyanya

dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi,

sistem politik, nilai-nilai sosial kulturan dan perubahan masyarakat, juga

dalam hubungannya dengan tata ekonomi dunia atau internasional baru.

Dalam melakukan upaya-upaya penanggulangan tindak pidana

aparat kepolisian haruslah melakukan dengan hati-hati, cermat, hemat,

selektif dan limitatif, jangan sampai menerapkan sebuah hukum atau

sanksi sebagai suatu pembalasan tetapi harus sebagai suatu pembinaan

terhadap terdakwa, dengan cara pendekatan integral/sistematik dalam

upaya pencegahan kejahatan yang sering kali di ungkapkan di dalam

16
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana, 2007, hlm.76.
17
M. Ali Zaidan, Kebijakan Kriminal, Jakarta, Sinar Grafika, 2006, hlm.102.
14

kongres PBB:

a. Pencegahan kejahatan serta peradilan pidana janganlah diperlakukan

atau dilihat sebagai problem yang terisolir dan ditangani dengan

metode simplistik serta fragmatir, tetapi dilihat sebagai masalah yang

lebih kompleks dan ditangani dengan kebijakan atau tindakan lebih

luas atau menyeluruh;

b. Pencegahan kejahatan harus didasarkan pada penghapusan sebab-

sebab dan kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya kejahatan.

Upaya penghapusan sebab-sebab dan kondisi-kondisi yang demikian

harus merupakan strategi pokok/mendasar dalam upaya pencegahan

kejahatan (the basic crime prevention stretegy);

c. Penyebab utama kejahatan di banyak negara ialah ketimpangan

sosial, diskriminasi rasial dan diskriminasi nasional, standar hidup

yang rendah, pengangguran dan kebutahurufan (kebodohan) diantara

golongan besar penduduk;

d. Pencegahan kejahatan dan peradilan pidana seyogyanya

dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pembangunan

ekonomi, sistem politik, nilai- nilai sosial kulturan dan perubahan

masyarakat, juga dalam hubungannya dengan tata ekonomi dunia

atau internasional baru.18

F. Metode Penelitian

18
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penengakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, cet. Ke-2, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2005, hlm.79.
15

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, tipe penelitian yang dilakukan adalah

tipe penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris adalah

pendekatan permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan

kenyataan yang ada mengenai hal-hal yang bersifat yuridis. Penelitian

hukum empiris atau penelitian sosiologis yaitu penelitian hukum yang

menggunakan data primer. Menurut pendekatan empiris pengetahuan

didasarkan atas fakta – fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dan

observasi.19

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi yang akan menjadi tempat

melaksanakan penelitian adalah Badan Narkotika Nasional di Kota Jambi.

Dengan alasan sebagai berikut:

a. Bahwa peneliti tertarik memilih lokasi penelitian karena di wilayah

hokum Kota Jambi mempuyai grafik kejahatan tindak pidana

narkotika yang tinggi;

b. Bahwa Peneliti tertarik memilih lokasi penelitian di Badan Narkotika

Naasional di Kota Jambi, karena peneliti berasal dari tempat yang

bersangkutan, yaitu Kota Jambi.

19
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2009, hlm. 10.
16

3. Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yang

terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Adapun penjelasan mengenai sumber data primer dan sumber data

sekunder adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data yang berupa sejumlah keterangan atau fakta yang secara

langsung dari lokasi penelitian di Badan Narkotika Nasional,

khususnya tentang peranan Badan Narkotika Nasional dalam

penegekan hukum terhadap tindak pidana narkotika.

b. Data Sekunder

Data sekunder berupa bahan pustaka yang terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat,

terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berlaku atau

ketentuan- ketentuan yang berlaku. Sehubungan dengan itu, maka

bahan hukum primer yang digunakan adalah:

a) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

b) Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan meliputi literatur-

literatur yang terkait dengan peranan Badan Narkotika Nasional


17

dalam penegakan hukum tindak pidana narkotika sehingga

menunjang penelitian yang dilakukan.

3) Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, indeks komulatif,

dan terminologi hukum.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan penulis, maka

penulis dalam melakukan penelitian menggunakan cara sebagai berikut:

a) Studi Kepustakaan

Dilakukan dengan mencari, mencatat, menginventarisasi,

menganalisis, dan mempelajari data yang berupa bahan-bahan pustaka

yang terkait dengan peranan Badan Narkotika Nasional dalam

penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika.

b) Sampel

Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan

ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Adapun yang menjadi responden dari penelitian ini yaitu :

1) Aipda Ica Apriana, S.H.

2) Brigpol Bias Dian Wibowo, S.H.


18

5. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian dianalisa menggunakan metode

analisis kualitatif.20 Oleh karena itu, data yang diperoleh dari peraturan

perundang- undangan yang terkait dengan upaya penegakan hukum oleh

Badan Narkotika Nasional khususnya dalam upaya pemberantasan tindak

pidana narkotika yang akan didiskusikan dengan data yang diperoleh dari

Badan Narkotika Nasional, sehingga pada akhirnya akan ditemukan

hukum dalam kenyataannya.

G. Sistematika Penulisan

Tujuan dari adanya sistematika ini adalah untuk memberikan gambaran

secara garis besar skripsi guna memudahkan dalam mempelajari isinya.

Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 4 BAB, dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka

konseptual, landasan teoretis, metode penelitian, dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian-uraian mengenai perumusan masalah

mengenai peran badan narkotika nasional (BNN) dalam

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba


20
Winarno Surakhmad. 1998. Paper, Skripsi, Thesis, Desertasi. Bandung: Tarsito. hlm.16.
19

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan inti berupa hasil dari penelitian dan

pembahasan yang dilakukan yang menguraikan tentang

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN).

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat tentang

kesimpulan dari apa yang telah diuraikan oleh penulis dan

saran bagi pihak yang berkaitan dalam penulisan skripsi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Badan Narkotika Nasional (BNN)

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-

RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan

kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid)

membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan

Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan

Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi

Pemerintah terkait. berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002

tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika

Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas

mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan

kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1. mengoordinasikan

instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan

nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan

kebijakan nasional penanggulangan narkoba.21

1. Tugas Badan Narkotika Nasional

Sesuai dengan ketentuan pasal 70 undang-undann no. 35 tahun 2009

Badan Narkotika Nasional (BNN) menpunyai tugas:

21
https://bnn.go.id/profil/ Diakses pada tanggal 14 maret 2023

20
21

a. Menyusun dan melaksakan kebijakan nasional mengenai pencegahan

dan pemberantasan penyalahguanaan dan peredaran gelap narkotika dan

persekuro narkotika.

b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan persekuro narkotika.

c. Berkoordinasi dengan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan persekuro narkotika.

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat.

e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan persekuro narkotika.

f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat

dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

persekuro narkotika.

g. Melakukan kerja sama bilateral dan multirateral baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap

narkotika dan persekuro narkotika.

h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan persekuro narkotika.

i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap

perkara penyalahgunaan gelap narkotika dann persekuro narkotika.

j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan


22

wewenang.22

2. Fungsi Badan Narkotika Nasional

Untuk menunjang tugas-tugas di atas, maka Badan Narkotika

Nasional (BNN) menjalankan fungsi:

a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional dibidang pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,

psikotropika, dan prekurso serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan

adiktif untuk tembakau dan alkohol yang disingkat dengan P4GN.

b. Penyusunan, perumusan dan petapan norma, standar, kriteria, dan

prosedur P4GN.

c. Penyusunan perencanaan, program, dan anggaran BNN.

d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,

pemberdayaan masyarakat, pemberantasan rehabilitasi, hukum dan

kerja sama di bidang P4GN.

e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang

pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi

hukum, dan kerja sama.

f. Pelakasanaan pembinaan teknis di bidag P4GN kepada instansi

vertikal di lingkungan BNN.

g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen

masayarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta

pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan


22
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang narkotika, Bab XI Pasal 64.
23

BNN.

i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta

masyarakat.

j. Pelakasanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan persekuro narkotika.

k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisir di bidang

narkotika, psikotropika, dan persekuro serta bahan adiktif lainnya.

l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen

mastarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke

dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan dan

atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya.

m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan

adiktif lainnya.

n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan

atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya.

o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan

perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.

p. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang

P4GN.

q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di

lingkungan BNN.

r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi


24

pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.

s. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik

profesi penyidik BNN.

t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan

pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.

u. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta

bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan

alkohol.

v. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor

serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan

alkohol.

w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di

bidang P4GN.

3. Dasar Hukum Terbentuknya Badan Narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah lembaga pemerintahan

non kementrian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Republik

Indonesia.

Dasar hukum pembentukan lembaga ini adalah Undang-undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Peraturan Presiden (Perpres)

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika

Nasional (BNN).23
23
http://www.gresnews.com/beritatips/101739/=tugas-dan-fungsi-badan-
narkotika- nasional/ diakses pada tanggal 6 maret 2023
25

4. Penanganan Pertama dari Dampak Penggunaan Narkoba

Menurut penjelasan dari BNN yang dihimpun dari website BNN,

pertolongan pertama yang dapat kita lakukan ketika menghadapi atau

menyaksikan orang yang sedang dalam keadaan di bawah pengaruh dari

penggunaan narkoba. Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan

sebagai berikut:

a. Menggunakan air panas yang dimasukan ke dalam botol untuk

meredakan sakit perut yang disebabkan akibat dari penggunaan

narkoba, sehingga pengguna narkoba dapat merasa lebih baik.

b. Dilarang memberikan obat-obatan penghilang rasa sakit bagi orang di

bawah pengaruh dari narkoba. Hal ini untuk menghindari kejadian

fatal yang dapat menyebabkan kematian, karena pengguna sebelumnya

telah menggunakan narkoba jenis obat yang dikonsumsi.

c. Sediakan kamar atau ruang kepada pengguna yang nyaman dan tenang.

Orang yang baru saja melewati fase 'sakau' merasa nyaman dan

mampu berpikir jernih. Hal ini sangat membantu dalam pemulihan.

d. Jika pengguna tidak dapat tidur, maka hendaklah menyediakan

majalah, buku, radio, televisi atau sejenisnya yang dapat menjadi

hiburan yang aman dan positif bagi pengguna. Agar dengan media

tersebut dapat membantu pengguna tidur tanpa mengkonsumsi obat

tidur.

e. Panggil tenaga profesional, seperti petugas kesehatan. Karena

pengguna sangat membutuhkan hal tersebut dan agar penanganan


26

menjadi tepat kepada pengguna yang sedang 'sakau'.24

B. Tinjauan Umum Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat Berbahaya.

Narkoba merupakan salah satu jenis obat penghilang rasa sakit yang sering

disalah gunakann oleh manusia. Narkoba awalnya digunakan untuk obat

bius saat operasi. Namun, seiring perkembangan zaman banyak digunakan

menenangkan pikiran dan mendapat kesenangan dengan dosis yang besar.

Selain narkoba istilah lain yang diperkenalkan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan

dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif.

Menurut pakar kesehatan, narkoba adalah senyawa-senyawa

psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak

dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tentetu. Namun kini persepsi itu

disalah artikan akibat pemakaian di luar peruntukan dosis yang telah

ditentukan.

Narkotika adalah zat atau obat yang bersa dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan. (Undang-Undang No. 35 tahun 2009).

Menurut Jackobus, Narkotika adalah zat atau obat yang berasa dari

tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang
24
https://www.liputan6.com/news/read/3867866/pengertian-narkoba-menurut-para-ahli-
serta-jenis-dampak-dan-penanganannya Diakses pada tanggal 15 maret 2023
27

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Menurut Wresniworo, Narkotika adalah zat atu obat yang dapat

mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan karena zat-zat tersebut

bekerja mempengaruhi saraf sentral.25

Menurut Kurniawan, Narkoba adalah Zat kimia yang dapat mengubah

psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk

ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup,

suntik, intravena dan lain sebagainya.

Menurut Ghoodse, Narkoba adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk

merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk ke dalam organ tubuh maka

terjadi satu atau lebih perubahan fungsi di dalam tubuh. Lalu dilanjutkan

lagi ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh, sehingga bila zat

tersebut dihentikan pengonsumsiannya maka akan terjadi gangguan secara

fisik dan psikis.

Menurut Wartono, Narkoba adalah dampak yang ditimbulkan antara

lain dapat berupa gangguan konsentrasi dan penurunan daya ingat bagi

pemakai, sedangkan dampak sosialnya dapat menimbulkan kerusuhan di

lingkungan keluarga yang menyebabkan hubungan pemakai dengan orang

tua menjadi renggang, serta menimbulkan perilaku yang tidak diinginkan

25
Setiyawati, dkk, Bahaya Narkoba (ruang lingkup narkoba), Surakarta,2015,.hlm. 2-5.
28

seperti pencurian atau penodongan.26

2. Penggolongan Narkoba

a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan

ilmu pengtahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.

Dalam jumlah terbatas, narkotika golangan I dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan

untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah

mendapatkan persetujuan Menteri kesehatan atas rekomendasi Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Narkotika golongan I

adalah Narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif yang sangat

tinggi menyebabkan ketergantungan. Contohnya adalah tanaman

papaver sommineferum, opium mentah, opium masak seperti candu,

jicing dan jicingko, tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina

dan tanaman ganja.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan II adalah

Narkotika yang memiliki daya adiktif kuat tetapi bermanfaat untuk

pengobatan dan penelitian. Contohnya: alfasetilmetadol, alfametdol,


26
https://www.brilio.net/wow/narkoba-menurut-ahli-jenis-dan-cara-menghindarinya-
220516y.html Diakses tanggal 16 maret 2023
29

benzetidin, dekstromoramida, furetidina, hidromorfinol, isometadona,

fenazosina, klonitazena, levorvanol, morfina, oksikodona, petidina,

intermediate, dan lainnya.

Narkotika golongan II adalah narkotika yang mempunyai daya

menimbulkan ketergantungan menegah, dapat digunakan sebagai

pilihan terakhir untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan.

c. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengtahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Narkotika golongan III adalah Narkotika yang memiliki daya

adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan

penelitian. Contohnya: kodein dan turunannya, metadon, naltrexon

dan sebagainya.

Narkotika golongan III adalah narkotika yang mempunyai daya

menimbulkan ketergantugan rendah, banyak digunakan untuk terapi

atau obat-obatan tertentu. Namun bila disalahgunakan akan membuat

ketergantungan dan dampak buruk bagi kesehatan dan juga bisa

diancam hukuman pidana.27

3. Jenis-jenis Narkoba

a. Heroin

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin dan disintesiskan

27
Setiyawati, dkk, Bahaya Narkoba (penggolongan dan jenis narkoba),Surakarta ,
2015,.hlm. 3-7.
30

darinya melalui asetilasi. Pertama-tama disintesa dari morvin pada

tahun 1874. Heroin murni adalah serbuk putih dengan rasa pahit.

Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida,

diamorfin hidroklorida. Heroin terlarang dapat berbeda warna, dari

putih hingga coklat tua, disebabkan oleh kotoran-kotoran yang

tertiggal dari proses pembuatan atau hadirnya zat zat tambahan seperti

pewarna makanan, cacao, atau gula merah. Heroin dapat

menyebabkan kecanduan. Heroin atau diamorfin adalah sejenis apioid

alkaloid.

b. Ganja

Nama lain ganja yaitu Canabis Sativa, Marihuana atau

Mariyuana dikenal di Amerika Utara dan Selatan. Di indonesia

tanaman ganja dapat tumbuh dengan subur terutama di daerah Aceh

dan Sumatra Utara. Ganja termasuk tanaman perdu yang mempunyai

ketinggian antara 1,5 m sampai 2,5 m. Daun ganja mempunyai

tangkai dan jumalah helai daunnya selalu ganjil antara 5-7, dan 9 helai

daunnya berbentuk memanjang, pinggirannya bergerigi, dan

ujungnyan lancip, daun ganjamengandun zat THC yaitu suatu zat

sebagai elemen aktif yang yang oleh para ahli di anggap sebagai

hallucinogenio subtance atau zat faktore penyebab terjadinya

halusinasi. Kadar zat THC tertinggi terdapat pada bunga ganja yang

mulai mekar.

Ganja adalah tumbuhan budaya penghasil serat, namun lebih


31

dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya yang dapat

membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang

berkepanjangan tanpa sebab). Cara penggunaannya dihisap dengan

cara menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.

c. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau

bukan tanaman baiksintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan

penngaruh bagi penggunaya. Pengaruh tersebut berupa pembiusan,

hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya

khayalan- khayalan yang menyebabkan efek ketergantunngan bagi

pemaainya. Sensasi dikuti rasa menyenangakan seperti mimpi yang

penuh kedamaian dan kepuasan atau ketanangan hati. Ingin selalu

menyendiri untuk menikamatin.

d. Morfin

Istilah morfin bersal dari bahasa yunani morpheus yang artinya

dewa mimpi yang dipuja-puja. Nama ini cocok dengan pecandu

morfin, karena merasa fly di awang-awang.

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan

merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin

bekerja langsung pada sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa

sakit. Morfintidak berbau, rasa pahit dan berwarna gelap semakin tua.

Cara pemakainnya disuntikkan secara intra di bawah kulit, atau secara

intra kedalam pembuluh darah.


32

Morfin bekerja langsung pada sistem syaraf pusat untuk

menghilangkan rasa sakit. Efek samping morfin, antara lain

penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan

kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan

menyebabkan sembelit. Morfin menibulkan ketergantungan tinggi

dibandingkan zat-zat lainnya. Orang yang mengonsumsi morfin akan

merasakan keringanan dan kebugaran yang berkembang menjadi

hasrat kuat untuk terus mengonsumsinya. Pecandu juga akan

mengalami kelemahan seluruh tubuh, gangguan memahami sesuatu,

dan kekeringan mulut. Penambahan dosis akan menimbulkan frustasi

pada pusat pernapasan dan penurunan tekanan darah. Kondisi ini bisa

menyebabkan koma yang berujung pada kematian.

e. Kokain

Kokain merupakan alkaloid yang didapat dari tanaman

Erytroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, daun dari

tanaman ini biasanya dikunyah penduduksetempat untuk

mendapatkan efek stimulan. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu

narkotika, bersam dengan morfi dan heroin karena efek adiktif. Nama

jalanan disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, salju, putih.

Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk

kokain menjadi beberapa bagian berbarislurus diatas permukaan kaca

dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup

dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Karena itu,


33

penciuman kokain berkali-kali bisa menyebabkan pemborakan pada

selaput lendir hidung, bahkan terkadang bisa menyababkan

tembusanya dinding antara kedua cuping hidung. Pemkaian kokain

dalam jumlah sedikit pun dapat mengaktifkan area otak yang terkait

dengan kecanduan hingga lebih dari lima hari. Otak seolah-olah

otomatis tetap ingat dengan zat tersebut. Bahkan aktivitas neuronya

pun semakin kuat. Demikian diungkapkan beberapa peneliti dari

Universitas California, AS setelah melakukan eksperimen terhadap

tikus. Obat haram ini dapat mengubah hubungan-hubungan listrik

saraf yang merimkan sinyal kedalam otak. Akibatnya, pengguna

kokai akan makin mengingat zat tersebut. Kenikmatan akibat zat ini

mungkin hanya dirasakan selama dua jam, tapi keinginan untuk

menggunkannya kembali dapat bertahan hingga satu minggu.

f. Amfetamin

Amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang pertam kali disintesis

pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang

sumbatan hidung berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Cara

penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar

dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya dihisap

melalui hidung, atau dibakar dengan memakai botol kaca yang

dirancang khusus.

Fakta medis membuktikan bahwa penggunaan Amfetamin dalam

jangka waktu lama bisa menyebabkan risiko ketagihan. Pengguna obat


34

adiktif ini merasakan suatu ekstase dan kegairahan, tidak mengantuk,

dan memperoleh energi besar selama beberapa jam. Namun setelah itu,

ia tampak lesu disertai stres dan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau

perasaan kecewa sehingga mendorongnya untuk melakukan tindak

kekerasan dan kebrutalan.

Kecanduan obat aditif ini juga meyebabkan degup jantung

mengencang dan ketidakmampuan berelaksasi, ditambah lemah

seksual. Bahkan, dalam beberapa kasus menimbulkan perilaku seks

menyimpang.

g. Alkohol

Merupakan suatu zat yang paling sering disalah gunakan manusia.

Alkohol diperoleh atas peragian atau fermentasi madu, gula, sari buah

atu umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol 15%

tetapi dengan proses penyulingan dapat dihasilkan kadar alkohol yang

lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah

maksimun dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol atau etanol

disebarluaskan keseluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan

peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia,

namundengan penurunannya orang tersebut jadi depresi.

h. Opium

Opium adalah jenis narkotika yang paling berbahaya. Dikonsumsi

dengan cara ditelan lansung atau diminum bersama teh, kopi, atau

dihisap bersama rokok. Opium merupakan sumber utama daari


35

narkotika alam. Opium adalah getah berwarna putih seperti susu yang

keluar dari kotak biji tanaman papaver samanivervum yang belum

masak. Ciri-cirinya adalah tingginya 70-110 cm, daunnya hijau lebar

berkeluk-keluk. Panjangnya 10-25 cm, tangkainya besar berdiri

menjulang keatas keluar dari rumpun pohonnya, bunga berwarna

merah, putih, ungu dan buahnya berbentuk bulat telur jika buah yang

bulat telur itu terkena torehan akan mengeluarkan getah putih. Getah

berwarna putih kemudian membeku. Getah yang tadinya berwarna

putih setelah mengering berganti warna menjadi hitam coklat. Getah

itu dikumpulkan lalu diolah menjadi candu mentah atau candu kasar.

Dalam proses perkembangannya opium menjadi tiga bagian yaitu

opium mentah, opium masak, dan opium obat.28

4. Tindak Pidana Narkotika

a. Pengertian Tindak Pidana Narkotika

Tindak Pidana Narkotika dapat diartikan suatu perbuatan yang

melanggar ketentuan sebagaimana diatur Pasal 111 sampai dengan

Pasal 148 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Hal tersebut

dapat diketahui dari pendapat Supramono bahwa apabila narkotika

hanya untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan,maka

perbuatan diluar kepentingan-kepentingan tersebut merupakan

kejahatan (tindak pidana).29

b. Korban Penyalahguna

28
ibid, hlm 22.
29
Supramono, G. , 2001. Hukum Narkotika Indonesia. Djambatan, Jakarta. hlm. 12.
36

Penyalah guna narkotika adalah mereka yang mengkonsumsi

narkotika atau pecandu narkotika tanpa sepengetahuan atau

pengawasan dokter dan melawan hukum sampai menyebabkan

ketergantungan. Menurut pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 35

tahun 2009 tentang Narkotika, Penyalah Guna adalah: “orang yang

menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum”.

c. Pecandu

Pecandu narkotika dalam Pasal 1 angka 13 UndangUndang

Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah: “orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”.

d. Pengedar

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,

mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I”,

sebagaimana diatur dalam Pasal 115.


37

5. Bahaya yang di Timbulkan bagi Pemakai Narkoba

a. Menyebabkan otak serta syaraf dipaksa untuk bekerja diluar dari

kempuan yang seharusnya tidak dalam keadaan yang sewajarnya.

b. Menyebabkan suatu peredaran darah serta jantung disebabkan karena

pengotoran darah oleh zat zat yang memiliki efek yang keras,

sehingga jantung di rangsang untuk bekerja dengan sewajarnya.

c. Sistem pernafasan tidak akan berfungsi dan bekerja dengan baik

sehingga dapat mengalami kelelahan dengan cepat.

d. Penggunaan yang berlebihan dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh

akan menimbulkan kematian yang mengenaskan.

e. Menimbulakan ketergantungan baik secacara rohani maupuan jasmani

hingga timbulnya keadaan keadaan yang serius karena kehabisan obat.

f. Menimbulkan perselisihan dalam keluarga, sebeb manyalahgunakan

narkoba akan beradampak pada suatu keluarga.

g. Membawa kerugian pada bidang pendidikan, adanya pengaruh antara

sesama teman.30

6. Faktor penyebab penggunaan narkoba

Manusia merupakan mahluk sosial dan akan selalu dihadapkan dengan

masalah sosial, masalah sosial pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari

dalam kehidupan manusia. Seperti penyebab masalah narkoba yang

disebabkan oleh faktor sosial diantaranya yaitu :

a. Faktor ekonomi : Kemiskinan, pengangguran.

30
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha
Pencegahan dan Penanggulangannya, Jurnal Hukum, Vol XXV, NO. 1, 2011.
38

b. Faktor budaya : Perceraian, kenakalan remaja.

c. Faktor Biologis serta faktoe fsikologis.

Dari jenis masalah sosial inilah sehingga menimbulkan faktor yang

menjadi pemicu dalam penggunaan dan penyalahgunaan narkoba yaitu :

a. Faktor individu

Dari masing-masing individu pasti memiliki tingkat perbedaan,

terkhusus dalam masalah Narkoba, faktor individu di sebabkan

dipengaruhi oleh adanya faktor penyebab kepribadian dan faktor

konstitusi. Dalam faktor individu ada beberapa hal yang dapat

memnyebabkan dalam penggunaan narkoba yaitu :

1) Adanya keinginan yang besar untuk selalu mencoba, dengan tanpa

sadar dan berpikir panjang terlebih dahulu terhadap dampak yang

akan ditimbulkan.

2) Adanya keinginan untuk bersenang-senang.

3) Adanya pengaruh untuk mengikuti trend atau gaya.

4) Adanya keinginan untuk diterima dalam suatu lingkungan atau

kelompok.

5) Adanya keinginan menghindari rasa bosan, masalah serta

kesusahan hidup.

6) Pengertia yang salah bahwa menggunakan seakli-kali tidak

akan menyebabkan atau menimbulkan suatu ketagihan dan

ketergantungan.

7) Tidak dapat menolak dan tidak dapat berkata tidak terhadap


39

narkoba.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan diliputi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Lingkungan keluarga.

Adanya hubungan yang retak antara ayah dan ibu,

komunikasi yang kurang terjaga dan efektif antara orang tua dan

anak, dan kurangya rasa hormat anatara sesama anggota keluarga

sehingga menyebabkan adanya keinginan untuk melakukan

tindakan tersebut.

2) Lingkungan sekolah

Sekolah yang kurang disiplin, jarak yang dekat antara

sekolah dan tempat hibuuran, sangat kurang memberikan

kesempatan terhadap siswa untuk melakukan suatu pengembangan

bakat secara kreatif dan fositif, serta adanya beberapa murid yang

menggunakan narkoba.

3) Lingkungan teman sebaya

Adanya suatu kebutuhan akan adanya teman sebaya

mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam

kelompoknya, terkadang yang menggunakan narkoba merupakan

suatu hal yang penting bagi remaja tersebut, hal tersebut dilakukan

agar dapat diterimah dalam suatu kelompok tertentu sehingga

dianggap sebagai orang yang dwasa, hingga teman bergaul

memberikan pengaruh yang sangat buruk.31


31
Drs. H Sudirman Sommeng, Psikologi Sosial,Alauddin University Press, 2014,hlm.231.
40

7. Ciri-ciri orang yang kecanduan narkoba

Berikut adalah tanda-tanda seseorang menjadi kecanduan

mengkonsumsi narkoba adalah sebagai berikut:

a. Pecandu merasa tidak membutuhkan obat-obatan lain untuk

pemulihan.

b. Saat lepas dari narkoba, muncul rasa depresi, pusing, keringat dingin,

kebingungan, nyeri perut, hingga badan bergetar.

c. Tidak bisa lepas dari narkoba saat pecandu sudah membuat banyak

masalah kepada teman, keluarga, dan sekitarnya.

d. Sulit konsentrasi saat melakukan aktivitas sehari-hari.

e. Kehilangan minat untuk melakukan hobi yang disukai sebelumnya.

f. Berisiko untuk melakukan kegiatan berbahaya, seperti menyetir dalam

keadaan tidak sadar.

g. Tahan untuk tidak tidur, atau konsumsi makanan berlebih atau kurang. 

h. Kondisi fisik tubuh lemah dan tak terkendali, mata terbuka, bau mulut,

sering mimisan, hingga tubuh terlalu kurus atau gemuk. 

i. Kecanduan dengan zat lain, seperti alkohol.

j. Menambah dosis saat menggunakan obat-obatan.32

32
https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/dampak-
narkoba#:~:text=Selain%20kesehatan%20fisik%20menurun%2C%20narkoba,tidak
%20termotivasi)%20dan%20perilaku%20pecandu Diakses pada tanggal 17 maret 2023
41

8. Bahaya dan Dampak Narkoba pada Hidup dan Kesehatan

Peredaran dan dampak narkoba saat ini sudah sangat meresahkan.

Mudahnya mendapat bahan berbahaya tersebut membuat penggunanya

semakin meningkat. Tak kenal jenis kelamin dan usia, semua orang

berisiko mengalami kecanduan jika sudah mencicipi zat berbahaya ini.

Meski ada beberapa jenis yang diperbolehkan dipakai untuk

keperluan pengobatan, namun tetap saja harus mendapatkan pengawasan

ketat dari dokter. Ada banyak bahaya narkoba bagi hidup dan kesehatan, di

antaranya adalah:

a. Dehidrasi

Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan keseimbangan

elektrolit berkurang. Akibatnya badan kekurangan cairan. Jika efek ini

terus terjadi, tubuh akan kejang-kejang, muncul halusinasi, perilaku

lebih agresif, dan rasa sesak pada bagian dada. Jangka panjang dari

dampak dehidrasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

b. Halusinasi

Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh

pengguna narkoba seperti ganja. Tidak hanya itu saja, dalam dosis

berlebih juga bisa menyebabkan muntah, mual, rasa takut yang

berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila pemakaian berlangsung

lama, bisa mengakibatkan dampak yang lebih buruk seperti gangguan

mental, depresi, serta kecemasan terus-menerus.


42

c. Menurunnya Tingkat Kesadaran

Pemakai yang menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis

yang berlebih, efeknya justru membuat tubuh terlalu rileks sehingga

kesadaran berkurang drastis. Beberapa kasus si pemakai tidur terus dan

tidak bangun-bangun. Hilangnya kesadaran tersebut membuat

koordinasi tubuh terganggu, sering bingung, dan terjadi perubahan

perilaku. Dampak narkoba yang cukup berisiko tinggi adalah

hilangnya ingatan sehingga sulit mengenali lingkungan sekitar.

d. Kematian

Dampak narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai

menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang tinggi atau yang

dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-sabu, opium, dan kokain

bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang dan jika dibiarkan dapat

menimbulkan kematian. Inilah akibat fatal yang harus dihadapi jika

sampai kecanduan narkotika, nyawa menjadi taruhannya.

e. Gangguan Kualitas Hidup

Bahaya narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi

tubuh, penggunaan obat-obatan tersebut juga bisa mempengaruhi

kualitas hidup misalnya susah berkonsentrasi saat bekerja, mengalami

masalah keuangan, hingga harus berurusan dengan pihak kepolisian

jika terbukti melanggar hukum.

Pemakaian zat-zat narkotika hanya diperbolehkan untuk

kepentingan medis sesuai dengan pengawasan dokter dan juga untuk


43

keperluan penelitian. Selebihnya, obat-obatan tersebut tidak

memberikan dampak positif bagi tubuh. Yang ada, kualitas hidup

menjadi terganggu, relasi dengan keluarga kacau, kesehatan menurun,

dan yang paling buruk adalah menyebabkan kematian. Karena itu,

jangan coba-coba memakai barang berbahaya tersebut karena

resikonya sangat tinggi bagi hidup dan kesehatan.33

C. Tinjauan Umum upaya Penanggulangan tindak Pidana Narkotika

1. Upaya Represif

Upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif (penindakan)

bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi, upaya ini dilakukan

setelah kejahatan terjadi dengan cara memberikan hukuman terhadap

pelaku kejahatan. Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana

Represif dalam mengatur masyarakat lewat perundang-undangan pada

hakikatnya merupakan wujud suatu langkah kebijakan (policy).

Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih

menitikberatkan pada sifat “repressive” (penindasan/ pemberantasan/

penumpasan) sesudah kejahatan terjadi. Disebut juga dengan penindakan

terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum.

Upaya ini merupakan upaya instansi pemerintah yang berkewajiban

mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat

yang tergolong narkoba. Selain mengendalikan produksi dan distribusi,

33
https://dinkes.kalbarprov.go.id/dampak-penyalahgunaan-narkotika-psikotropika-dan-
zat-adiktif-napza/ Diakses pada tanggal 18 maret 2023
44

upaya penal berupa penindakan juga dilakukan terhadap pemakai sebagai

pelanggar undang-undang tentang narkotika.34

Instansi yang bertanggungjawab terhadap distribusi, produksi,

penyimpanan, dan penyalahgunaan narkoba adalah:

a. Badan Pegawas Obat dan Makanan (BPOM);

b. Departemen kesehatan;

c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

d. Direktorat Jenderal Imigrasi;

e. Badan Narkotika Nasional (BNN);

f. Kepolisian;

g. Kejaksaan Agung/ Kejaksaan Tinggi/ Kejaksaan Negeri;

h. Mahkamah Agung/ Pengadilan Tinggi/ Pengadilan Negeri.35

Berdasarkan pasal 75 (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana)

KUHAP dalam sistem peradilan pidana setiap tindakan penyidikan harus

membuat berita acara terhadap semua tindakan-tindakan penyidikan

seperti:

a. Pemeriksaan tersangka;

b. Penangkapan;

c. Penahanan;

d. Penggeledahan;

e. Pemeriksaan rumah;

34
Barda Nawawi Arif,”Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana”, bandung, 2017 hal 26
35
Subagyo Partodiharjo, 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta.
Penerbit Erlangga. Hal 107.
45

Mengenai upaya represif lebih lanjut, Sartono Kartodirdjo

dalam Masyarakat dan Kelompok Sosial mengklasifikasikan jenis-jenis

tindakan represif yang mana terbagi atas:

a. Tindakan pribadi, contohnya wejangan atau teguran dari tokoh

masyarakat kepada pelanggar hukum.

b. Tindakan institusional, contohnya pengawasan dari institusi atau

lembaga.

c. Tindakan resmi, yakni tindakan yang dilakukan oleh lembaga resmi

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d. Tindakan Tidak Resmi, bentuk tindakan pengendalian yang dilakukan

tanpa peraturan dan sanksi yang jelas, contohnya adalah sanksi sosial

berupa pengucilan dari masyarakat setempat.36

2. Upaya Preventif

Upaya preventif yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap

kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan.

Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka

tindakan represif yang berupa pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan

dapatlah dimasukkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada

umumnya tidak melakukan tindak pidana.37

Secara etimologi, preventif berasal dari bahasa latin pravenire yang

artinya ‘antisipasi’ atau mencegah terjadinya sesuatu. Singkatnya, upaya

36
https://www.hukumonline.com/berita/a/upaya-preventif-dan-represif-dalam-penegakan-
hukum-lt63e0813b74769? Diakses pada tanggal 17 maret 2023
37
Barda Nawawi Arif,”Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana”, bandung, 2017, hal
42
46

preventif adalah upaya pengendalian sosial dengan bentuk pencegahan

terhadap adanya gangguan.Nurdjana dalam Sistem Hukum Pidana dan

Bahaya Laten Korupsi menerangkan bahwa tindakan atau upaya preventif

adalah tindakan pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran norma-norma

yang berlaku, yaitu dengan mengusahakan agar faktor niat dan kesempatan

tidak bertemu sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat tetap

terpelihara, aman, dan terkendali.

bahwa yang termasuk upaya preventif adalah segala yang

diupayakan untuk mencegah suatu hal terjadi. Dalam konteks hukum,

upaya preventif adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah adanya

pelanggaran hukum. Beberapa contoh dari upaya preventif yang umumnya

dilakukan dalam penegakan hukum, antara lain:

a. Penyuluhan bahaya narkoba

b. Imbauan akan suatu kasus tertentu

c. Anjuran dari pemerintah, instansi, atau pihak berwenang

d. Larangan dan sanksi sebagaimana dimuat dalam perundang-

undangan.38

Perbedaan Preventif dan Kuratif

Tindakan preventif dan kuratif sama-sama dilakukan dengan tujuan

pengendalian sosial. Perbedaannya, tindakan kuratif dilakukan ketika

pelanggaran atau penyimpangan sosial telah terjadi.

Mengutip Mulat Wigati Abdullah dalam buku Sosiologi untuk SMP

dan MTs VIII, tindakan kuratif bertujuan memulihkan keadaan seperti


38
ibid
47

sebelum terjadinya penyimpangan. Secara sederhana, tindakan kuratif

dilakukan untuk memberikan efek jera.

Contoh tindakan kuratif adalah memberi hukuman atau sanksi kepada

siswa yang merusak sarana dan prasarana sekolah. Sanksi diberikan dengan

tujuan agar perusakan sarana dan prasarana sekolah tidak terjadi lagi di lain

waktu.39

BAB III

39
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6240696/preventif-adalah-arti-upaya-dan-contoh-
tindakannya Diakses pada tanggal 19 maret 2023
48

PEMBAHASAN

A. Peranan Badan Nasional Narkotika (BNN) Jambi dalam mencegah dan

menanggulangi peredaran Narkotika di Kota Jambi

Permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan

kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa

permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa

Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis. Pandangan ini

ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap

ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak

dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997,

pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya,

berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970

secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba. Mulai tahun

2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Dengan alokasi

anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya

bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur

kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat

koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat

bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba

yang terus meningkat dan makin serius. Oleh karena itu pemegang otoritas

dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007

tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan

Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan


49

operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas,

yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat

nasional, Provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung

jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-

masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-

vertikal dengan BNN.40

Selama berdiri sendiri BNN Kota Jambi telah melakukan beberapa

upaya dalam memberantas narkoba tersebut seperti :

1. Sosialisasi

Sebagai bentuk kepedulian BNN terhadap tingkat peredaran narkoba ,

BNN Kota Jambi, maka seringkali BNN melakukan sosialisasi diberbagai

daerah maupuu dengan cara langsung ataupun melalui media seperti Salah

satu contohnya ketika BNN Kota Jambi Gelorakan “Gema Anti

Narkotika” di SMA N 10 Kota Jambi, menyampaikan materi bahaya

penyalahgunaan narkoba bagi generasi muda khususnya anak-anak diusia

sekolah.

2. Kerjasama berbagai pihak

a. TNI

Jika Polri dan BNN lebih pada penegakan pelanggaran hukum

melalui alat bukti, TNI lebih menempatkan pelaku narkoba, khususnya

bandar sebagai musuh negara. "Pemberantasan dikaitkan dengan tugas

TNI, maka bandar narkotika itu tidak pada posisi melanggar hukum,

tapi musuh negara. Ancaman terhadap negara," ungkapnya. Tidak


40
https://jambi.bnn.go.id/sejarah/ diakses tanggal 17 maret 2023.
50

hanya itu, Bintara Bina Desa atau Babinsa yang dimiliki TNI juga

dapat mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya narkoba

dan ancamannya terhadap negara.

b. POLRI

Peran dan fungsi Polri dalam pencegahan narkoba tidak hanya

dititik beratkan kepada penegakan hukum tetapi juga kepada

pencegahan penyalahgunaan narkoba. Pencegahan penyalahgunaan

narkoba adalah seluruh usaha yang ditujukan untuk mengurangi

permintaan dan kebutuhan gelap narkoba. Berdasarkan prinsip dasar

ekonomi tentang permintaan (demand) dan persediaan (supply),

selama permintaan itu masih ada,persediaan akan selalu ada, dan

apabila permintaan itu berhenti atau berkurang, persediaan akan

berkurang, termasuk pasarnya. Dalam konsep penegakan hukum oleh

Polri tentunya tidak terlepas dari terwujudnya keamanan dan ketertiban

masyarakat. Seperti tercantum dalam UU No. 2 tahun 2002 tentang

Polri.

c. Masyarakat

Partisipasi dan kolaborasi segenap masyarakat adalah strategi

yang sangat diperlukan untuk merespon secara multi disiplin pada

permasalahan penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleks. Dengan

kenyataan ini, sepertinya tidak ada satu sistem atau kelompok pun

yang bisa memberantas dan mencegah sendiri penyalahgunaan

narkoba di lingkunganya. Pemerintah saja tidak bisa sendirian dalam


51

mengatasi masalah narkoba. Persoalan penyalahgunaan narkoba yang

sangat kompleks menuntut penanganan secara komprehensif dan

terpadu, dengan partisipasi aktif dari masyarakat baik secara individu

maupun kelompok yang mempunyai potensi membantu generasi muda

mencegah penyalahgunaan narkoba.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh BNN Kota Jambi

untuk menanggulangi narkoba yang terjadi di masyarakat:

1) P4GN

Menyelenggarakan sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan,

Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Kegiatan

ini adalah upaya menyelaraskan pemahaman mengenai obat-obatan

terlarang dan cara mencegahnya kepada masyarakat.

2) P2M

Peran penyuluh P2M adalah suatu proses atau cara yang dilakukan

oleh penyuluh untuk memberikan penerangan atau informasi

kepada orang lain dari semula tidak tahu menjadi tahu dan yang

tahu menjadi lebih tahu yang diberikan oleh penyuluh pencegahan

dan pemberdayaan masyarakat (P2M). Peran penyuluh P2M

memiliki peran yang penting di masyarakat untuk memberikan

informasi mengenai narkoba.

Berikut data yang diambil dari beberapa tahun lalu jumlah barang

berupa sabu yang di dapatkan pihak BNN


52

TAHUN JUMLAH BARANG


BUKTI

2018 18,469 GRAM

2019 23,331 GRAM

2020 48,692 GRAM

2021 76,816 GRAM

2022 90,878 GRAM

Jika kita lihat dari data pertahun yang kita peroleh tentang barang

bukti yang didapat oleh pihak BNN dalam pemberantasan narkotika dari

tahun 2018 ada 18,469 gram dan pada tahun 2022 meningkat menjadi

90,878 gram

Faktor Pendukung kuatnya peran BNN yaitu:

a. Alat untuk meninda lanjuti sudah lengkap

b. Rehabilitasi

c. Pegawai BNN

d. Kerjasama dengan pihak kepolisian

e. Adanya program penyuluhan

f. Harus ada laporan yang falid per tahun


53

B. Kendala BNN dalam Menjalankan Tugas

Adapun yang dapat menjadi faktor penyebab meningkatnya

terjadinya pemakaian narkoba di wilayah kota Jambi dapat dilihat dari

hasil kutipan wawancara yang peneliti lakukan.

a. Faktor Masyarakat

Dari hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Ica Apriana

S.H selaku AIPDA disebutkan bahwa:

Kurangnya kesadaran atau kerja sama masyarakat diwilayah

tersebut dikarenakan masyarakat tidak mau membantu pihak BNN

untuk memberantas penyalahgunaan narkotika walaupun pihak BNN

sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tersebut dan sudah

mengajak masyarakat setempat untuk bekerja sama untuk

memberantas penyalahgunaan narkotika.41

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa beberapa

masyarakat di wilayah tertentu belum mau atau tidak bisa membantu

pihak BNN untuk memberantas penyalahgunaa narkotika di daerah

meraka masing-masing.

b. Faktor Wilayah

Selain dari pada itu,Faktor penyebab meningkatnya pemakaian

narkoba bisa disebabkan oleh faktor wilayah itu sendiri, hasil

wawancara yang saya lakukan dengan Bias Dian Wibowo S.H selaku

BRIGPOL menyebutkan bahwa:


41
Wawancara dengan Ica Apriana S.H, Kantor Badan Narkotika Nasional Kota Jambi,
tanggal 1 januari 2023.
54

Ada beberapa wilayah di jambi yang kami awasi karena angka

kejadian kasus pemakaian narkotika atau penyalahgunaan narkotika

sering terjadi di wilayah tersebut dan kami menyebut wilayah wilayah

tersebut dengan sebutan daerah bersinar.42

Berikut beberapa wilayah yang kami sebutkan sebagai wilayah

bersinar di Kota Jambi

KELURAHAN KECAMATAN
KELURAHAN LEGOK KEC.DANAU
SIPIN
KELURAHAN EKA JAYA KEC. PAAL
MERAH
KELURAHAN PENYENGAT KEC.
RENDAH TELANAIPURA
KELURAHAN KENALI ASAM KEC. KOTA
BAWAH BARU
KELURAHAN TANJUNG SARI KEC. JAMBI
TIMUR
KELURAHAN SUNGAI PUTRI KEC. DANAU
SIPIN
KELURAHAN SUNGAI ASAM KEC. PASAR
JAMBI
KELURAHAN MUDUNG LAUT KEC.
PELAYANGAN
KELURAHAN OLAK KEMANG KEC. DANAU
TELUK
KELURAHAN LEBAK BANDUNG KEC. JELUTUNG
KELURAHAN LINGKAR KEC. PAAL
SELATAN MERAH
KELURAHAN PAAL V KEC. KOTA
BARU
KELURAHAN BULURAN KENALI KEC.
TELANAIPURA

42
Wawancara dengan Bias dian wibowo S.H, Kantor Badan Narkotika Nasional Kota
Jambi, tanggal 1 januari 2023.
55

KELURAHAN PASIR PUTIH KEC. JAMBI


SELATAN
KELURAHAN BUDIMAN KEC. JAMBI
TIMUR
KELURAHAN BAGAN PETE KEC. ALAM
BARAJO

Berdasarkan hasil wawancara dan data beberapa wilayah yang

disebutkan sebagai wlayah bersinar di jambi dapat disimpulkan bahwa

ada beberapa wilayah di jambi yang masih menonjol sering terjadi nya

kasus penyalgunaan narkotika.

c. Faktor Fasilitas

Ada faktor lain yaitu faktor fasilitas yang menghambat dalam

pemeriksaan barang bukti yang di dapat atau yang diperoleh

daritersangka pemakaian narkotika atau penyalahgunaan

narkotika.Dan saya wawancara Sena selaku Anggota bagian penyidik

BNN bahwa:

BNN Kota Jambi belum mempunyai fasilitas yang memadai

untuk memeriksa barang bukti yang didapat hanya bermodalkan klinik

kecil dengan alat yang seadanya dan sering bekerjasama dengan

BPOM untuk memeriksa barang bukti yang diperoleh oleh pihak

BNN.43

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BNN perlu

meningkatkan fasilitas labotorium yang ada supaya tidak menjadi

kendala dalam melakukan pemeriksaan barang bukti yang diperoleh

43
Wawancara dengan Sena S.H, Kantor Badan Narkotika Nasional Kota Jambi, tanggal 1
januari 2023.
56

oleh pihak BNN.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pihak BNN ke

masyarakat untuk menanggulangi atau memberi arahan kepada

masyarakat tentang narkotika.berikut beberapa kegiatan tersebut:

1) Nama kegiatan

Pelatihan fasilitator ketahanan keluarga anti narkoba kerja sama

UNODC dengan BNN hari ke-2

a) Waktu pelaksanaan

Rabu,8 Februari 2023

b) Tempat

Aryaduta Hotel Medan

c) Sasaran Kegiatan

Sub coordinator,Penyuluhan narkoba terdiri dari 24 peserta yang

berasal dari BNN Kabupaten/Kota

2) Nama Kegiatan

Sosialisasi bahaya narkoba kepada pelajar dan menggemakan mars

BNN dan War On Drugs anti narkoba melalui menyanyikan lagu

MARS BNN dalam pemecahan rekor MURI

a) Waktu pelaksanaan

Senin,13 Februari 2023

b) Tempat

Lapangan SMP Xaverius

c) Sasaran kegiatan
57

Pelajar dan guru SMP Xaverius 1 Kota Jambi

3) Nama kegiatan

Gema War On Drugs menyanyikan lagu MARS BNN dalam

rangka memecahkan rekor MURI

a) Waktu Pelaksanaan

Selasa,14 Februari 2023

b) Tempat

Lapangan SMP Negeri 2 Kota Jambi

c) Sasaran kegiatan

Guru dan siswa/I SMP Negeri 2 Kota Jambi


58

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis diatas dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Tugas BNN dan penanggulangan yang dilakukan oleh BNN mengalami

beberapa hambatan yang membuat proses atau kegiatan yang dilakukan

oleh BNN jadi tidak berjalan dengan optimal.

2. Kurangnya komunikasi atau kerja sama yang dilakukan masyarakat

dengan pihak BNN dalam menjaga lingkungan nya agar tetap aman atau

bersih dari narkoba.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran:

1. Pihak BNN harus cepat mengatasi hambatan yang mengganggu proses

atau kegiatan yang dilakukan oleh BNN supaya bisa berjalan dengan

optimal.

2. Pihak BNN dengan masyarakat atau aparat lain nya harus memperkuat

komunikasi untuk menuntaskan atau memusnahkan kasus narkoba yang

terjadi di masyarakat setempat.


59

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.


Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta 1997. BNN. Pencegahan Penyalahgunaan narkoba,
Jakarta:2009.
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra
Aditya Bakti Bandung, 2010.
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penengakan dan
Pengemnbangan Hukum Pidana, cet. Ke-2, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 2005.
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum
Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana, 2007.
Drs. H Sudirman Sommeng, Psikologi Sosial,Alauddin University Press,
2014.
Rahman Syamsddin dan ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia, Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2014.
Juliana lisa Fr dan Negah Sutrianah W, Narkoba Psikotropika dan Gangguan
Jiwa, cet. 1, Nuha Medika, Yogyakarta, 2013.
Kudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Uneviersitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2004.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penilitan Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2007.
M. Ali Zaidan, Kebijakan Kriminal, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Pidana Nasional, Jakarta, Raja Grafindo, 2008.
Monang Siahaan, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Grasindo, Jakarta,
2006.
Setiyawati, dkk,Bahaya Narkoba (ruang lingkup narkoba),Surakarta :
PT.Tirta Asih Jaya, 2015.

Setiyawati, dkk, Bahaya Narkoba (penggolongan dan jenis


narkoba),Surakarta : PT.Tirta Asih Jaya, 2015.
60

Soejono Soekanto, Sosiologi Sebagai Pengantar, Jakarta, PT, Raja Grafindo


Persada, 2001.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Raja Grafindo


Persada, 2002.

B. Jurnal/Artikel

Ey tri lak sono, “Upaya Penanggulanagn Peredaran dan Penyalahgunaan


Narkotika di Wilayah Pedesaan”, Universitas Brawijaya, 2015.

Fransiska Novita Eleanora,"Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha


Pencegahan dan Penanggulangannya",Jurnal Hukum, Vol XXV, NO.
1, 2011.

Jayadi, Ahkam. “Membuka Takbir Kesabaran Hukum”, Jurisprudentie:


Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum, 2017.

Rasdiana, “Jurisprudentie Volume 5, No 2 (20180”, Efektifias Pelaksanaan


Rehabilitasi Medis Terhadap Pecandu dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika di Provinsi Gorontalo,
http://Journal.uin.-alauddin.ac.id/index.php/Jurispudentie.

Rina Heningsih Gustina Tampubolon, “Peranan Badan Narkotika Nasional


(BNN) Dalam Penanggulangan Narkoba Di Kota Samarinda”,
Universitas Mulawarman, 2015.

Rudi Anto, “Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penegakan


Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika”, Universitas
Muhamadiyyah Surakarta, 2010.

Sri Rahayu, Yulia Monita, "Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perkara


Tindak Pidana Narkotika", Pampas: Journal Of Criminal, Volume 1
Nomor 3, 2020.

Syaron Brigette Lanteda, Florence Daicy J. Lengkong, Joorie M Ruru, “Peran


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Penyusunan RPJDM
Kota Tomohon”, Jurnal Admnistrasi Publik, Vol. 04 No. 048.

Winarno Surakhmad. 1998. Paper, Skripsi, Thesis, Desertasi. Bandung:


Tarsito.
61

http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/penyalahgunaan diakses pada tanggal 16


Agustus 2022.

https://eprints.umm.ac.id/69179/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 16


Agustus 2022.

http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/peredaran diakses pada tanggal 16


Agustus 2022.

http://Repository.Unand.Ac.Id/17167/l/ZeIni.pdf. Diakses pada tanggal 14


September 2022.

http://www.gresnews.com/beritatips/101739/=tugas-dan-fungsi-badan-
narkotika- nasional/ diakses pada tanggal 6 maret 2023.

http://setkab.go.id/inilah-rencana-aksi-nasional-pencegahan-dan-
pemberantasan- narkotika-2018-2019/ diakses pada tanggal 6 maret
2023.

https://jambi.bnn.go.id/sejarah/ diakses tanggal 7 maret 2023.

C. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika

Anda mungkin juga menyukai