Anda di halaman 1dari 8

Media Litbang Sulteng 2 (2) : 86 ± 93 , Desember 2009 ISSN : 1979 - 5971

PENGARUH NARKOBA TERHADAP KENAKALAN REMAJA


DI SULAWESI TENGAH

Oleh :
Ahmad Syafii, bekerjasama dengan Balitbangda Prop. Sulteng dan Tim Peneliti Universitas
Tadulako Palu1)

Abstract
The youth in the modern era was exceedly beyond the normal situation. There were many chindren under teens has already
exposured with narcotic and psychotropic. Narcotic and psychotropic is the substance if intake by body it will effect
particularly to the central nerve so if there were abuse it will couse the physical disturbance, physic and social function. There
for the government issued the regulation of drug abuse namely UU No.5 year 1997 about Psychotropic and UU No.22 year
1997 about Narcotic. In the Central Sulawesi, the drug abuse has been used widely in the community particularly to the youth
that curious to know and just want to try as the modern life style. Narcotic and psychotropic is the critical and complicated
issue that can not be completed only by one part. Because the narcotic and psychotropic was not only the individual problem
but also involved old part both in the government, non alignment organization and local community. The prevention of drug
abusement is the effort conducted towards some influential factor both directly and indirectly to change the belief, manner and
the behavior of youth towards the use of narcotic and psychotropic.

Keywords:

I. PENDAHULUAN Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika


dan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997
Kenakalan remaja muncul ke tentang Narkotika. Dengan demikian
permukaan dengan sosok yang lebih variatif undang-undang ini diharapkan dapat
dan memprihatinkan semua pihak. menekan sekecil-kecilnya tindak kejahatan
Kenakalan remaja yang sering terjadi penyalahgunaan dan peredaran gelap
dewasa ini tampaknya sudah kehilangan ciri narkoba di Indonesia, karena itulah di dalam
nakalnya dan sudah menjurus pada tindakan ketentuan peraturan perundang-undangan
kriminal yang dapat membahayakan tersebut sanksi pidana sangat berat
keselamatan dan ketenteraman hidup dibandingkan dengan sanksi dalam undang-
masyarakat. Salah satu bentuk kenakalan undang tindak pidana lainnya.
remaja adalah keterlibatan remaja dalam Pembentukan Undang-undang
melakukan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan Undang-undang Psikotropika
narkoba. tidak dapat dilepaskan dari beberapa
Masalah penyalahgunaan narkoba konvensi, sebagai berikut:
mempunyai dimensi yang luas dan a. The Single Convention on Narcotic
kompleks, baik dari sudut medik, psikiatri, Drugs, 1961 (Konvensi Tunggal
kesehatan jiwa, maupun psikososial. Narkotika, 1961)
Pengguna narkoba dapat merusak tatanan b. Convention on Psychotropic
kehidupan keluarga, lingkungan masyarakat Subtances,1971 (Konvensi Psikotropika
dan lingkungan sekolahnya, bahkan 1971).
langsung atau tidak langsung merupakan c. Convention Against Illicit Traffic in
ancaman bagi kelangsungan pembangunan Narcotic Drugs and Psychotropic
serta masa depan bangsa dan negara Subtances, 1988 (Konvensi
Indonesia. Pemberantasan Peredaran Gelap
Menghadapi permasalahan Narkotika dan Psikotropika 1988) (Gatot
penyalahgunaan dan peredaran gelap Supramono, 2004:16).
narkoba mengharuskan pemerintah Indonesia dalam hubungannya dengan
memikirkan bagaimana cara menanggulangi dunia internasional telah mengambil
masalah tersebut, akhirnya pemerintah langkah-langkah untuk mengawasi
mengeluarkan Undang-Undang psikotropika dan narkotika dengan
1)
Staf pengajar pada STAIN Datokarama bekerjasama
meratifikasi kedua konvensi berdasarkan
Balitbangda Prop. Sulteng dan Tim Peneliti Untad Palu.

86
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1996 seluruh potensi yang ada mulai dari unsur
tentang Pengesahan Convention on aparat penegak hukum, birokrasi serta
Psychotropic Subtances 1971 dan Undang- anggota masyarakat bahu membahu dalam
undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang sinergi yang berkesinambungan, sehingga
Pengesahan United Nation Convention generasi muda dapat terhindar dari bujuk
Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and rayu untuk mengkonsumsi narkoba.
Psychotropic Subtances 1988.
Secara subjek induvidual, II. BAHAN DAN METODE
penyalahgunaan narkoba oleh kaum remaja
sebagai salah satu akselerasi upaya individu Obyek dalam penelitian ini adalah anak
agar dapat mengungkap dan menangkap remaja yang melakukan tindak pidana
kepuasan yang belum pernah dirasakan penyalahgunaan narkoba sebagai salah satu
dalam kehidupan keluarga yang hakikatnya bentuk kenakalan remaja atau juveline
menjadi kebutuhan primer dan fundamental deliquncy. Kenakalan remaja adalah salah
bagi setiap individu, terutama bagi anak satu problem yang senantiasa muncul di
remaja yang sedang tumbuh dan tengah-tengah masyarakat. Masalah tersebut
berkembang dalam segala aspek hidup, berkembang dan membawa akibat
kehidupannya. Secara objektif tersendiri sepanjang masa seusia kelompok
penyalahgunaan narkoba merupakan masyarakat manusia terbentuk. Delinquency
visualisasi dari proses isolasi yang pasti itu selalu mempunyai konotasi kejahatan,
membebani fisik dan mental sehingga dapat pelanggaran dan keganasan yang dilakukan
menghambat pertumbuhan manusia. oleh anak remaja pada usia antara 13 - 21
Banyak kasus kenakalan remaja dan tahun. Pengaruh sosial dan kultural
kejahatan yang disebabkan perilaku memainkan peranan yang sangat besar
menyimpang remaja, mulai dari kasus bolos dalam pembentukan perilaku kriminal anak-
sekolah, pulang malam, keluyuran di jalan- anak remaja.
jalan, mabuk-mabukan atau mengkonsumsi
obat-obatan terlarang, mengganggu om-om, 2.1. Lokasi Penelitian
free sex, membuat keonaran, pemerasan, Lokasi atau daerah penelitian yang
pencurian, perkosaan dan sebagainya. dipilih adalah Provinsi Sulawesi Tengah,
Fenomena semacam itu terjadi di mana- yakni Kota Palu, Kabupaten Tolitoli,
mana, khususnya kota-kota besar di Kabupaten Banggai dan Kabupaten
Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Morowali. Pemilihan dan penentuan lokasi
Bandung, Denpasar, Makassar dan imbasnya penelitian Kabupaten/Kota tersebut
mulai merambah ke kota-kota lainnya, dilakukan berdasarkan intensitas tingkat
seperti Kota Palu, dan bahkan sampai ke kenakalan remaja sebagai akibat
pelosok desa di Kebupaten/kota se Sulawesi mengkomsumsi narkoba lebih tinggi
Tengah. Indikator ini menunjukkan suatu dibandingkan dengan daerah-daerah Kota/
kenyataan adanya dekadensi moral, Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi
hilangnya tata krama serta mengendornya Tengah.
nilai-nilai budi pekerti di kalangan remaja.
Pelanggaran hukum dan penyelewengan 2.2. Pendekatan Penelitian
norma yang mereka lakukan dapat menjadi Penelitian sosial yang nondoktrinal dan
preseden buruk bagi perilaku generasi muda. empirik sifatnya itu mengikuti pola
Mencermati perkembangan peredaran penelitian sosial menurut Leon Mayhew
dan pemakaian narkoba di kalangan remaja yang dikutip oleh Soetandyo
di Sulawesi Tengah sungguh sangat Wignjosoebroto, bahwa: hukum tidak
mengkhawatirkan, karena narkoba jelas dikonsepsikan sebagai suatu gejala normatif
mengancam langsung masa depan anak-anak yang otonom, akan tetapi suatu institusi
bangsa. Untuk itu, diperlukan suatu sosial yang secara rill berkaitan dengan
kesadaran sosial dalam memerangi variabel-variabel sosial lainnya (Bambang
peredaran narkoba dengan melibatkan Sunggono, 1993:101). Penelitian hukum

87
non-doktrinal dapat juga disebut sebagai III. HASIL DAN PEMBAHASAN
³SHQHOLWLDQ KXNXP VRVLRORJLV´ 2OHK NDUHQD
itulah, pendekatan penelitian ini lebih 3.1. Jaringan Peredaran Narkoba di
difokuskan pada penelitian non-doktrinal Provinsi Sulawesi Tengah
dengan menggunakan tipologi penelitian Jalur peredaran gelap narkoba berasal
bersifat empiris yang akan diperoleh di dari Belanda, Cina lewat Hongkong,
lapangan. Bangkok, Malaysia dan Singapura masuk ke
Indonesia dan bahkan sudah menjadi
produsen narkoba jenis sabu-sabu dan
2.3. Teknik Pengambilan Sampel ekstasi. Selanjutnya narkoba
Proses penelitian kualitatif tidak diperdagangkan ke kota-kota besar, seperti
PHQJHQDO NRQVHS ³NHWHUZDNLODQ´ VDPSHO Jakarta, Surabaya, Denpasar, Bandung,
dalam rangka mencapai generalisasi suatu Medan, dan Batam. Namun dalam
populasi. Prosedur yang digunakan adalah perkembangannya sindikat peredaran
dengan menyebarkan kuesioner kepada 400 narkoba telah memasuki wilayah Kota Palu
responden dan memburu informasi dari para dan kota kabupaten lainnya yang ada di
informan yang sesuai dengan elemen- Propinsi Sulawesi Tengah.
elemen pokok permasalahan. Dalam AKBP Suhirman, SIK, M.Si Kasat II
penelitian ini, pengambilan sampel Direktorat Narkoba Polda Sulawesi Tengah
menggunakan teknik nonrandom sampling (wawancara, 7 Nopember 2008) bahwa:
berupa purposive-sampling. Karena teknik ³-DULQJDQ peredaran gelap narkoba di
pengambilan sampel tersebut dengan mudah Sulawesi Tengah dikendalikan oleh
dapat disesuaikan dengan tujuan penelitian. jaringan yang dikoordinir oleh bandar
utama, pengedar lokal, kurir dan pemakai
sehingga diantara mereka tidak saling
2.4. Analisa Data mengenal satu sama lain. Jaringan ini
Dalam tahap ini, bahan-bahan yang dikenal dengan istilah cell and cut
telah diperoleh dikumpulkan selanjutnya (jaringan terputus) berasal dari Medan,
diinventarisasi secara sistimatis kemudian Jakarta dan Makassar. Para pengedar
dianalisis materi muatannya dengan biasanya bertransaksi via telpon seluler
menggunakan pendekatan empiris. Titik dan penyerahan barang dilakukan di
berat analisis dilaksanakan secara deskriptif- pusat-pusat perbelanjaan atau di tempat
kualitatif dari keseluruhan bahan dan data lain yang dianggap aman untuk
yang menjadi pusat perhatian penelitian bertransaksi, terkadang pula
yang dilakukan. Bogdan dan Taylor (Lexy J. menggunakan infrastruktur bisnis
Moleong, 1989:3), berpendapat bahwa: hiburan, seperti, bar, café, karaoke, salon
³3HQHOLWLDQ NXDOLWDWLI VHEDJDL SURVHGXU kecantikan, dan hotel sebagai sarana
penelitian yang menghasilkan data dari transaksi jual beli narkoba. Dalam
orang-RUDQJ GDQ SHULODNX \DQJ GLDPDWL´ mengungkap jaringan mereka, Polda
Data kualitatif dianalisis dengan Sulteng mengalami kendala teknis yakni
memaparkan atau mendeskripsikan melalui belum memiliki alat pendeteksi narkoba
interpretasi dalam bentuk tabel frekuensi pada barang-barang bawaan penumpang
secara induktif dengan rumus, sebagai bus, penumpang kapal laut, dan
berikut: SHQXPSDQJ SHVDZDW XGDUD´
f Dengan demikian, dapat disimpulkan
P = --------- x 100% bahwa Propinsi Sulawesi Tengah telah
n menjadi salah satu daerah rawan terhadap
Keterangan: peredaran gelap narkoba, karena para pelaku
P = Prosentase menggunakan jalur darat, laut dan udara
f = Frekuensi jawan responden untuk memasok sabu-sabu, ekstasi, ganja
n = Jumlah responden dan zat adiktif lainnya. Kejahatan narkoba
adalah kejahatan Multi Dimensional yang

88
merupakan Kejahatan terorganisasi 1. Lingkungan Keluarga
(Organizet Crime) yang melibatkan jaringan Untuk kategori lingkungan keluarga
Nasional maupun Internasional dengan responden, dapat dilihat dalam tabel 4
sistem jaringan terputus (cell and cut). berikut ini.
Tabel 4: Lingkungan Keluarga Responden
Lingkungan Keluarga n (%)
3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orang tua kurang perhatian dan 175 43,75
Remaja dalam Melakukan kasih sayang
Penyalahgunaan Narkoba Orang tua terlalu keras dalam 137 34,25
mendidik
a. Faktor Internal Orang tua sering bertengkar 52 13
1). Motivasi pengguna narkoba Kedua orang tua telah 36 9
Ada beberapa macam penyebab nercerai/meninggal
Jumlah 400 100
kejiwaan yang dapat mendorong anak
remaja terjerumus ke dalam pemakaian Sumber: Data Primer, 2008
narkoba, penyebab internal itu antara lain
dapat dilihat dalam Tabel 1 sebagai berikut: 2. Lingkungan Sosial
Tabel 1 : Motivasi Pengguna Narkoba a. Kurangnya penyaluran bakat dan
Motivasi Pengguna Narkoba n (%) tenaga para remaja
Sekedar mencoba-coba 123 30,75
Untuk kategori penyaluran bakat dan
Untuk memperoleh 66 16,5 tenaga para remaja, dapat diperhatikan tabel
kenikmatan berikut:
Kehendak ingin bebas 97 24,25 Tabel 5: Kegiatan Waktu Luang Responden
Menghilangkan stress, 114 28,5 Kegiatan waktu luang n (%)
frustrasi dan kegelisahan
Mengikuti kursus/les 9 2,25
Jumlah 400 100
Mengikuti olah raga/kesenian 27 6,75
Sumber: Data Primer, 2008 Pergi kekaraoke/tempat-tempat 121 30,25
hiburan malam lainnya
Nongkron sama teman 243 60,75
2). Pembawaan Pengguna Narkoba Jumlah 400 100
Pada kategori pembawaan remaja Sumber: Data Primer, 2008
dalam menggunakan narkoba, dapat dilihat
dalam Tabel 2 di bawah ini: b.Adanya gank-gank remaja
Untuk kategori pengetahuan dan
Tabel 2: Pembawaan Responden pengenalan anak remaja terhadap narkoba,
Pembawaan Pengguna n (%) sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6 di
Yang ingin mengalami 175 47,75
Yang ingin menjauhi 103 25,75
bawah ini.
Tabel 6: Responden Mengenal Narkoba Melalui
kenyataan
Narkoba dikenal n (%)
Yang ingin merubah 122 30,5
Teman-teman sebaya 157 39,25
kepribadian
Pengedar gelap 103 25,75
Jumlah 400 100
Pedagang rokok/kios/tokoh 81 20,25
Sumber: Data Primer, 2008
Media massa 19 4,75
Apotik 40 10
3). Minimnya Pendidikan Agama Jumlah 400 100
Untuk lebih jelasnya ketaatan beragama Sumber: Data Primer, 2008
bagi responden tersebut disajikan dalam
tabel 3 sebagai berikut: c. Pengaruh Budaya Asing
Pengaruh budaya asing sangat kental
Tabel 3: Ketaatan dalam Menjalankan Ajaran Agama sebagai alasan pembenaran para remaja
Ketaatan menjalankan ajaran n (%) untuk melakukan penyalahgunaan narkoba.
agama
Taat menjalankan ajaran 0 0 Hal itu dapat dilihat tabel berikut:
agama Tabel 7: Alasan Responden Menggunakan Narkoba
Jarang/Kurang melaksanakan 219 54,75 Alasan menggunakan n (%)
ajaran agama Sebagai gaya hidup 147 36,75
Tidak pernah melaksanakan 181 45,25 Mengikuti kebiasaan anak 129 32,25
ajaran agama muda
Jumlah 400 100 Menjaga gengsi 71 17,75
Sumber: Data Primer, 2008 Meramaikan pesta 53 13,25
Jumlah 400 100
b. Faktor Eksternal
Sumber: Data Primer, 2008

89
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat Kesadaran remaja terhadap
dianalisis sebagai berikut: Pada table 1 keberagamaannya, dapat menghindarkan
terlihat bahwa motif pelaku dalam dirinya dari perbuatan yang dilarang agama,
melakukan penyalahgunaan narkoba pada termasuk narkotika, psikotropika, alkohol
awalnya sekedar mencoba-caba zat/barang dan zat adiktif lainnya. Agama merupakan
tersebut. Hal itu disebabkan, karena motivator penting dalam memberikan
sebagian besar responden kurang informasi pengarahan dan upaya pencegahan dari zat-
mengenai dampak yang ditimbulkan zat/obat zat terlarang tersebut, oleh karena itu para
narkoba terhadap fisik dan psikis. remaja dan generasi muda penerus bangsa
Menurut Direktur Lembaga Psikologi yang taat beragama dan dengan disiplin
Pusat Pengembangan Kualitas Manusia melaksanakan ajaran agama dapat terhindar
33.0 ³&DKD\D +DWL´ ,GULV < 0LQ¶XQ dari penyalahgunaan narkoba.
S.Psi.Psikologi (wawancara, 2 Desember Sementara orang tua yang terlalu sibuk
2008) bahwa: dengan aktifitas diluar dan memiliki
³3DGD GDVDUQ\D anak-anak remaja sudah kecenderungan mengabaikan anak-anaknya,
mengetahui narkoba itu dilarang atau kemudian semua urusan rumah tangga
bertentangan dengan norma hukum, diserahkan sama pembantu rumah tangga
norma agama dan norma sosial, namun untuk menyelesaikannya, sehingga banyak
rasa penasaran untuk mencoba-coba anak-anak mencari perhatian dari orang lain
narkoba dengan sensasi penuh risiko sebagai tempat curhat. Begitu juga, anak-
untuk mencari identitas dan kepribadian. anak yang terdidik terlalu keras, mereka
Disamping itu juga remaja yang masuk bosan dengan sikap orang tuanya tersebut,
ke dunia narkoba sebagai pelarian dari sehingga dia mencari perlindungan di luar.
kenyataan. Anak remaja seperti ini tidak Oleh karena itu, anak-anak yang hidupnya
mampu mengatasi problemnya yang dalam tekanan sebagian menempuh jalan
dirasa rumit, kompleks dan berat; lalu yang salah dengan mengkonsumsi narkoba
larilah dia dari kenyataan menuju dunia sebagai tempat pelariannya.
narkoba. Remaja ini, kepribadiannya Di dalam mekanisme terjadinya
sangat labil tidak mandiri, emosi sangat penyalahgunaan zat, teman kelompok
tinggi, terkadang menjadi orang anti sebaya (peer group) seperti dalam tabel 6;
sosial, enggan bergaul dengan gank-gank pemuda mempunyai pengaruh
masyarakat, cenderung hasrat untuk besar yang dapat mendorong anak-anak
bunuh diri. Keterlibatan anak-anak remaja memakai narkoba. Perkenalan
remaja dalam dunia narkoba tersebut pertama dengan zat justru datangnya dari
tidak terlepas dari pola asuh dalam teman kelompok. Pengaruh teman kelompok
keluarga, karena dilihat dari tahapan ini dapat menciptakan keterikatan dan
perkembangan usia remaja yang rentang kebersamaan, sehingga yang bersangkutan
dengan pengaruh-pengaruh negatif dari sukar melepaskan diri. Pengaruh teman
luar yang berdampak pada gangguan kelompok ini tidak hanya pada saat
kejiwaan mereka. Remaja yang demikian perkenalan pertama dengan zat, melainkan
tidak berkembang secara maksimal juga yang menyebabkan remaja tetap
VHKLQJJD WHUDNWXDOLVDVL VHWHODK GHZDVD ´ memakai zat dan yang menyebabkan
kekambuhan.
Pada tabel 3 tersebut dapat Dalam perubahan masyarakat ini, anak-
dikemukakan bahwa responden umumnya anak remaja lebih suka liberal dan senang
dalam menjalankan agamanya hanya sebatas kepada hal-hal yang baru, sedangkan orang
pada perayaan hari-hari besar keagamaan tua lebih konservatif, dan lebih suka kepada
saja, sementara yang lainnya tidak nilai-nilai yang telah mereka peroleh setelah
menghiraukan perintah agamanya. Hal itu dewasa dan sifatnya lebih mereka kenal.
disebabkan karena minimnya pendidikan Konflik antara generasi muda dengan
agama yang diterima baik dari lingkungan generasi tua tidak terelakkan karena generasi
keluarga maupun dari lingkungan sekolah. tua beridentifikasi kepada kebudayaan

90
mayoritas. Dalam keadaan demikian, anak menyendiri, bahkan remaja yang sudah
remaja lebih erat kepada teman-teman ketagihan segala macam cara dilakukan
sebayanya daripada ibu-bapaknya di rumah, untuk mendapatkan uang membeli
sehingga ada yang menyatakan bahwa narkoba. Untuk mengantisipasi hal
menghisap ganja atau zat adiktif merupakan tersebut orangtua dan guru memiliki
kebudayaan super modern. peran penting dalam melakukan tindakan
Apabila dihubungkan uraian di atas dini terhadap anak-anaknya agar
dengan data yang dikumpulkan pada tabel 7, terhindar dari pHQJDUXK EXUXN QDUNRED´
maka jelaslah bahwa pengaruh budaya asing
sangat kental sebagai alasan pembenaran Untuk itu, ada beberapa cara yang
para remaja untuk melakukan cukup efektif bagi anggota keluarga,
penyalahgunaan narkoba. Selain itu perlu terutama pada keluarga yang memiliki anak
disadari bahwa memakai narkoba sebagai remaja agar terhindar dari penyalahgunaan
gaya hidup super modern dan adanya narkoba. Cara atau upaya yang dapat
kemajuan di bidang industri kimia dan obat- dijalankan antara lain:
obatan juga menambah satu masalah dalam 1). Pelajari fakta dan gejala dini
masyarakat yaitu beredarnya narkoba penyalahgunaan narkoba
sebagai hasil kemajuan dalam bidang 2). Orang tua sebagai teladan
kebudayaan dewasa ini. 3). Kembangkan kemampuan anak untuk
menolak narkoba
3.3. Upaya Penanggulangan Kenakalan 4). Atasi masalah keluarga
Remaja sebagai Akibat Pengaruh 5). Dukung kegiatan anak yang sehat dan
Mengkonsumsi Narkoba di Sulawesi kreatif
Tengah 6). Buat kesepakatan tentang norma dan
1. Preventif aturan
a. Melalui keluarga/orang tua Dengan melakukan kegiatan positif,
Orang yang dikenal pertama kali oleh bergaul dengan teman-teman yang bebas dan
individu adalah orangtua dan anggota bersih dari pemakaian narkoba, menjauhi
keluarga lain. Keberadaan orangtua teman yang memakai narkoba dan
merupakan pendidik utama bagi putra- menghindari tempat-tempat yang sering
putrinya sekaligus menjadi figur untuk dijadikan transaksi atau memakai narkoba.
menjadi panutan, teladan dan yang Sebagai kata kunci bagi para remaja harus
dihormati. Agar anak remaja tidak EHUDQL XQWXN PHQJDWDNDQ ³say no to
terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, narkoba´
maka pihak keluarga terutama kedua
orangtua harus mewaspadai setiap anggota b. Melalui Pendidikan
keluarga yang menunjukkan perubahan- Banyak faktor yang sangat mendukung
perubahan, seperti perubahan fisik, sikap apabila pendidikan penanggulangan
dan perilaku. penyalahgunaan obat dapat disalurkan
Gejala-gejala tersebut, menurut melalui jalur pendidikan baik formal
pandangan Drs. Eddy Siswanto Wakasek maupun nonformal.
Urusan Khusus KLH SMA Negeri 2 Palu Mengingat anak remaja rentang dengan
(Wawancara, 26 Nopember 2008) bahwa: pemakaian narkoba, pakar pendidikan FKIP
³6HEHQDUQ\D UHPDMD VXGDK WDKX QDUNRED UNTAD Palu Prof. Dr. H. Tjatjo Thaha,
dilarang, tetapi mereka juga M.Si, (wawancara, 22 Nopember 2008)
memakainya. Penyalahgunaan narkoba mengatakatakan bahwa:
dikalangan anak remaja atau anak ³$QDN UHPDMD \DQJ NHWHUJDQWXQJDQ
sekolah banyak menimbulkan dampak narkoba sudah tidak terhitung jumlahnya,
negatif terutama dalam proses akibatnya banyak anak-anak remaja
pembelajaran, seperti remaja sering mengalami penderitaan baik fisik
bolos, malas, pelajaran mundur, sering maupun psikis. Namun, hal ini tidak juga
berbohong, sering minta uang dan sering menimbulkan efek jera bagi mereka.

91
Salah satu alasannya adalah kurangnya Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
pendidikan moral (agama) terhadap (wawancara, 7 Nopember 2008) bahwa:
anak-anak remaja. Faktor utama lainnya ³%HUGDVDUNDQ NHZHQDQJDQ NHSROLVLDQ
adalah banyak orangtua kurang dalam upaya pemberantasan pelaku
menyadari ketersediaan zat/barang kejahatan narkoba, maka diperlukan
narkoba dilingkungan masyarakat yang langkah-langkah secara tepat dan akurat
berdampak pada menurunnya perhatian sebagai berikut: Pertama; melakukan
anak remaja dalam pembelajaran, sikap tindakan pencegahan, bimbingan,
daya saing rendah, daya ingatan rendah, penyuluhan dan sosialisasi masalah
timbulnya sikap ego, kepribadian yang narkoba; Kedua; penegakan hukum
labil yang sewaktu-waktu dapat merusak terhadap para pelaku penyalahgunaan
masa depan anak-anak remaja. Oleh narkoba. Selanjutnya tindakan represif
karena itu, sekolah adalah lembaga yang yang dilakukan oleh aparat kepolisian
sangat penting dalam upaya mencegah diarahkan pada upaya pemberantasan
penyalahgunaan narkoba, mengingat peredaran gelap narkoba terhadap para
pemakainya sebagian besar adalah pelaku dengan menggelar operasi Sinar
remaja usia sekolah dan mahasiswa Maleo. Adapun kegiatan penyelidikan
perguruan tinggi. yang dilakukan oleh petugas terkadang
Di sekolah pencegahan penyalahgunaan mengalami kendala, karena anggota yang
narkoba tidak seharusnya bergantung pada melakukan penyergapan kurang
bimbingan dan konseling (BK). Kenyataan menguasai betul jaringan-jaringan serta
yang terjadi di lapangan, tidak semua modus operandi kejahatan narkoba. Oleh
sekolah mempunyai guru pembimbing, sebab itu, kepolisian dalam
sedangkan peredaran narkoba dan melaksanakan tugasnya, sangat terbantu
korbannya tidak pandang bulu. Untuk itulah dengan adanya peran serta masyarakat
perlu dibuat sistem baru yang sesuai dengan dalam mengungkap sindikat narkoba di
kondisi yang ada, kurikulum, dan tuntutan Sulawesi Tengah ini.
zaman. Adapun sistem yang bisa diandalkan Penegakan hukum terhadap para pelaku
sebagai salah satu problem solver yang tindak pidana narkoba dengan modus
efektif dalam penanggulangan narkoba di operandi mempergunakan teknologi canggih
lembaga pendidikan formal adalah sistem harus diantisipasi dengan peningkatan
Plug In, yaitu memasukkan materi yang kualitas penegak hukum dan kelengkapan
berkaitan dengan narkoba kedalam mata perangkat hukum serta tatanan hukum yang
pelajaran. Melalui jalur pendidikan formal dapat melindungi kepentingan masyarakat.
ini siklus tindakan preventif penanggulangan
narkoba tidak dibatasi oleh kegiatan tertentu
melainkan dapat berjalan bertahap sehingga
proses ini benar-benar mujarab. IV. KESIMPULAN

2. Penegakan hukum 1. Peredaran narkoba di Sulawesi Tengah


Dalam melaksanakan fungsi penegakan dilakukan oleh suatu sindikat organizet
hukum (law enforcement) kepolisian crime yang melibatkan jaringan trans
bekerjasama dengan instansi-instansi terkait lokal, nasional dan bahkan internasional
yang mempunyai kewenangan sesuai dengan dengan sistem jaringan cell and cut.
ketentuan perundang-undangan. Para pengedar menggunakan
Dalam ruang lingkup penegakan hukum infrastruktur hiburan dan tempat-tempat
mencakup penyidikan, penuntutan, peradilan yang rawan lainnya untuk melakukan
dan pemasyarakatan yang dalam criminal transaksi jual beli narkoba.
justice system merupakan total system yang
masing-masing sangat erat kaitannya dan 2. Faktor-faktor penyebab remaja
saling mempengaruhi. Kombes Drs. Oneng melakukan penyalahgunaan narkoba
Subroto, SH, MH., Direktur Narkoba adalah faktor internal dan faktor

92
ekternal. Faktor internal, misalnya ingin perampasan, perampokan, dan bahkan
coba-coba, ingin bebas, menghilangkan pembunuhan.
stress, frustrasi, dan ingin merubah 3. Upaya penanggulangannya dilakukan
kepribadian. Sedangkan faktor eksternal dengan tindakan preventif; melalui
meliputi, orang tua yang kurang anggota keluarga, pendidikan formal
perhatian, orang tua terlalu keras maupun non-formal dan peran serta
mendidik, keluarga broken home, masyarakat. Sementara tindakan represif
pengaruh teman sebaya dan pengaruh dilakukan dengan penegakan hukum
budaya asing, sehingga berdampak pada guna memberikan efek jera terhadap
terjadinya kenakalan remaja yang para pengguna narkoba.
berimbas pada meningkatnya tindakan
kriminalitas seperti pencurian,

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, RajaGrafindo Persada Gatot Supramono, 2004, Hukum
Narkoba di Indonesia, Jakarta, Djambatan

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah
Narkoba, Bandung, Mandar Maju

Lexy J. Moleong, 1989, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Karta Karya

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,
Jakarta, Sinar Grafika, 2005

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Surabaya, Arkola, 2002

93

Anda mungkin juga menyukai