“Penyalahgunaan Narkoba”
Nim : 10221188
Kelas : G1 Akuntansi
STIE STEMBI
BANDUNG
2021
Penyalahgunaan Narkoba
Narkoba. Kata yang kerap kali ditemui di tengah warga, baik tua atau muda,
siswa atau karyawan. Banyak orang coba menghindariinya.Pemerintahan memutuskan
banyak kebijakan tertentu untuk hentikan peredaran narkoba. Aparatur penegak hukum
telah tangkap bandar, pengedar, dan pengguna narkoba yang paling bermacam
umurnya.
Berdasar prediksi BNN untuk tahun 2016, ada lebih dari 1,dua juta jiwa pemakai
narkoba yang berumur siswa (12-21 tahun). Selain itu, tiap tahunnya, diprediksi ada
12.000 jiwa yang jiwanya melayang-layang karena overdosis narkoba. Pikirkan saja,
dalam 6-7 tahun beberapa siswa ini semestinya bisa lulus kuliah sebagai sarjana, tapi
mereka justru mati karena narkoba. Secara penghitungan, jiwa-jiwa yang mati karena
narkoba sepanjang kurun waktu capai angka 84.000 jiwa. Hal itu telah sepantasnya jadi
suatu hal yang mendapatkan perhatian khusus, karena mereka menggenggam kunci ke
arah masa datang Indonesia.
Mereka yang bakal jadi penerus bangsa Indonesia. Siapa tahu jika 10 dari 84.000
jiwa itu ialah calon doktor Indonesia? Kita tidak tahu. Tapi yang jelas, tanpa
penangkalan narkoba, masa datang mereka akan remuk. Begitupun bangsa Indonesia,
yang bakal tenggelam dalam arus keruntuhan yang diusung oleh narkoba.
Artikel ini akan mengulas mengenai penyalahgunaan narkoba, tapi saat sebelum
mengambil langkah lebih jauh, akan diartikan lebih dulu apakah itu penyalahgunaan
narkoba. Di tulisan ini, penyalahgunaan narkoba, merujuk pada UU no.35/2009 pasal 1,
ialah perlakuan yang sudah dilakukan beberapa orang terkait dengan konsumsi narkoba
tanpa hak atau mungkin dengan menantang hukum. Dalam pasal 7 dari undang-undang
yang serupa, tercatat jika pemakaian narkoba yang legal ialah pemakaian narkoba
“untuk servis kesehatan dan/atau peningkatan ilmu dan pengetahuan dan tehnologi”.
Pemakaian narkoba di Indonesia benar-benar dikendalikan karena imbas yang
dikarenakannya, dan pemakaian untuk maksud wisata bisa disebutkan menantang
undang-undang yang berjalan di Indonesia, hingga bisa disebutkan jika pemakaian
semacam itu menantang hukum yang berjalan dan bisa dikelompokkan sebagai
penyimpangan.
Penyalahgunaan narkoba memiliki imbas yang paling luas. Dalam cakupan yang
paling kecil saja, yakni diri kita, telah dijumpai jika narkoba akan mengakibatkan
beragam masalah beberapa mekanisme badan. Masalah itu akan mempengaruhi
kesehatan badan beberapa pemakainya. Bila masalah kesehatan telah ditemui pada
siswa SMA yang berumur belia dan memiliki masa datang yang ceria untuk berbakti
pada negara dan jadi masyarakat negara yang bagus, bagaimana jadi Indonesia di masa
datang? Negara ini akan dipenuhi oleh beberapa orang yang sakit karena salah gunakan
narkoba.
Pada umumnya, narkoba bisa mengganti hidup seorang siswa SMA dan
mengantarnya pada terburukan. Seorang siswa SMA telah sepantasnya melakukan
pekerjaan sebagai seorang siswa dengan belajar sebisanya dan aktif dalam beragam
aktivitas kepemudaan yang lain. Tapi, kenyataannya, pelajar-pelajar yang salah gunakan
narkoba untuk beberapa hal wisataonal tidak bisa jalani hidup seperti seharusnya.
Salah satunya narasi riil datang dari seorang berinisial R. R (33) akui pernah
memakai narkoba. Saat
duduk di kelas 2 SMP, R mulai mencicip barang haram ini. Karena sangat parahnya,
seiring waktu berjalan, R akui pernah coba semua tipe narkoba.
Pemakaian narkoba olehnya sampai di suatu waktu saat dia berimajinasi benar-
benar kronis sampai dianya ketakutan dan tidak berani menyaksikan seseorang. Dari
narasi R ini, bisa disaksikan jika beberapa orang yang konsumsi narkoba akan jalani
hidup yang paling percuma, cuman habiskan waktu untuk berimajinasi, tidak untuk
bergaul dan berperan ke warga. Narkoba jadi sumber kepuasan yang pada akhirannya
bisa menjadi senjata makan tuan.
Disamping itu, narkoba merusak seorang dari sisi ekonomi, tidak perduli
umurnya. Ongkos untuk beli narkoba tidak murah, dan saat seorang siswa telah hidup
dengan keterikatan akan narkoba, dia ikhlas lakukan apa saja, halal atau tidak, untuk
menghasilkan uang hingga bisa beli narkoba. Contoh riil terjadi di Medan pada seorang
pelajar berinisial MI. Untuk menjaga keterikatannya akan sabu-sabu, MI mengambil
sepeda motor sekitar 7 biji bila dikumpulkan yang selanjutnya dijualnya untuk beli
narkoba. Terang, beberapa kasus perampokan motor semacam ini bawa beberapa siswa
jadi kriminal-kriminal dengan mentalitas yang jelek.
Bila terus-terusan semacam ini, masa datang bangsa Indonesia akan dipenuhi
oleh pencuri-pencuri ulung yang tentu saja menyalahi hukum. Bahkan juga, di tingkat
paling tinggi, beberapa orang semacam itu bisa merusak masa datang bangsa dengan
mengambil uang rakyat
Jalan keluar pertama kali yang bisa diaplikasikan dan bisa dengan cepat
diaplikasikan untuk khalayak luas ialah iklan service warga di beberapa media, seperti
bioskop dan sosial media. Argumen diputuskannya bioskop dan sosial media sebagai
fasilitas penebaran pesan untuk menahan narkoba ialah karena ke-2 media ini ialah
beberapa media yang, pada era ke-21 ini, banyak disukai oleh beberapa siswa seusia
SMA.
Berdasar data dari We Are Social yang diambil di tahun 2016, dari warga di
Indonesia yang sejumlah 259 juta, 30% dari warga itu memakai sosial media. 30% dari
keseluruhan pemakai sosial media itu sebagai anak-anak remaja yang berumur 13-19
tahun. Dengan anggapan jika pembagian dari pemakai sosial media remaja untuk tiap
usia sama, karena itu bisa disebutkan jika sosial media lumayan banyak dipakai di
kelompok siswa.
Disamping itu, apa saja yang ditempatkan di sosial media akan cepat menebar ke
semua pemakainya, hingga info bisa menebar dengan cepat di kelompok siswa. Oleh
karena itu, sosial media benar-benar bagus untuk menebarkan pesan penangkalan
penyalahgunaan narkoba.
Iklan yang ditebarkan di media itu, entahlah di sosial media atau di bioskop,
harus datang dari anak muda sendiri. Argumen dari hal itu ialah hanya karena anak
muda yang mengetahui bagaimana berbicara dengan sesamanya. Beberapa siswa SMA
sangat inovatif dan akan munculkan beberapa ide baru terkait dengan menebarkan pesan
supaya beberapa siswa SMA menghindar penyalahgunaan narkoba.
Saat ini, beberapa siswa SMA kerap kali bersahabat dalam kelompok-kelompok
persahabatan yang “terbatas”. Oleh karena itu, kerap kali sulit untuk mempengaruhi
beberapa orang semacam itu, karena mereka lebih yakin ke rekan mereka sendiri
dibanding beberapa pakar. Mereka lebih yakin pemikiran rekan dibanding hukum yang
berjalan dengan cara resmi.
Oleh karena itu, memerlukan perwakilan-perwakilan dari tiap barisan itu yang
diundang menjadi perwakilan aktivis anti-NAPZA dalam barisan persahabatan mereka.
Penyediaan program semacam ini bisa dilaksanakan pada tingkat propinsi. Tiap
propinsi akan diberi ketuanya masing-masing, lalu tiap propinsi akan panggil
perwakilan siswa dari tiap kabupaten/kotamadya untuk dikasih penerangan mengenai
penangkalan narkoba. Pelajar-pelajar ini bisa melangsungkan beragam acara dan
lombanya masing-masing, sesuai kekuatan dari wilayah mereka, dengan arah cukup
kelompok-kelompok persahabatan lokal yang berada di sekolah atau di lingkungan
warga bisa sama-sama mengingati untuk menghindar penyalahgunaan narkoba.
Keinginannya, kesadaran diri akan ada pada diri masing-masing siswa hingga mereka
bisa menghindar narkoba dan tidak menyalahgunakannya.
Karena ada beberapa langkah di atas, yakni pembikinan iklan service warga dan
penebaran aktivis anti-NAPZA ke tiap propinsi di Indonesia, dipercaya jika siswa di
Indonesia akan terdorong hatinya tidak untuk terperosok dalam pemakaian narkoba.
Catatan penting untuk penerapan beberapa program yang sudah dicatat di atas ialah jika
program itu harus dikerjakan secara stabil.
https://www.tribunnews.com/kesehatan/2021/06/16/narkoba-penjelasan-
dama-dan-bahaya-penyalahgunaan-narkoba-bagi-kesehatan
https://bnm.go.id/mencari-jalan-keluar-pecandu-narkoba/
https://m.merdeka.com/jabar/10-macam-macam-narkoba-beserta-efek-
sampingnya-yang-mengerikan-kln.html