Anda di halaman 1dari 11

Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba

Remaja dan Perkembangannya.


Usia muda (remaja) merupakan usia produktif yang membutuhkan perhatian khusus, karena
pada posisi ini, taraf pencarian jatidiri dan cenderung masih bersifat labil. Pola pikir kaum
muda kadang kala hanya bersifat instan, dan mencari yang temudah mana kala menghadapi
sesuatu yang sulit. Ada beberapa faktor sebagai penyebab atau yang mempengaruhi perilaku
seorang remaja, diantaranya :
a. Faktor Pertemanan
b. Perkembangan Teknologi Informasi
c. Pengaruh Budaya
d. Gaya Hidup Hedonism
Beberapa faktor itulah sebagai pemicu dalam setiap pola hidup maupun dasar pemikiran
seseorang, termasuk dalam hal penyalahgunaan narkoba. seringkali seorang anak muda
terjebak kedalam lembah hitam narkoba hanya karena faktor pertemanan sehingga
memunculkan keinginan coba-coba. Kalau kita analisa pengaruh teman sebaya menjadi
metode paling ampuh untuk urusan peredaran gelap narkoba.
Seseorang begitu mudah terpengaruh oleh teman yang dianggap selevel. Selain itu
perkembangan teknologi yang semakin canggih, dari sisi negatifnya juga memunculkan
potensi-potensi negatif pula. Pada masa seperti saat ini adalah boleh dibilang The Nations
Without State, arus informasi begitu deras masuk tanpa melalui filter sehingga batas
pergaulan boleh di bilang bebas tanpa batas.

Narkoba dan Dampak Buruknya


Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (narkoba) merupaka extra ocdinary
crime (kejahatan luar biasa). Saat ini di Indonesia ada 3 kejahatan besar yang membutuhkan
perhatian intensif, di antaranya adalah Penyalahgunaan Naroba, Korupsi dan Terorisme.
Penyalahgunaan narkoba memang menjadi sesuatu yang menakutkan jika kalau tidak segera
ditangani, karena dampak yang dimunculkan adalah sangat mengerikan.
Akibat penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan atau memunculkan kejahatan baru,
seperti mencuri, merampok dan berbagai tindak kekerasan maupun seks bebas. Pada
dasarnya, sifat umum dari narkoba ada tiga, yaitu Depresan, Stimulan dan Halusinogen.
Depresan adalah bersifat menekan sistem syaraf hingga pengguna narkoba jenis ini bisa tidak
sadarkan diri, bahkan detak jantung semakin melemah. Sifat yang kedua
adalah Stimulan, yaitu bersifat memberikan rangsangan pada sistem syaraf sehingga
memunculkan kebugaran yang berlebih dan memiliki kecenderungan untuk selalu segar dan
fit pada saat menggunakan narkoba, misalnya penggunaan jenis shabu.
Yang ketiga adalah Halusinogen. Sifat dari narkoba ini adalah bersifat memunculkan angan-
angan yang dipaksakan seolah-olah sesuai dengan kenyataan walaupun hal itu tidak mungkin
terjadi, contohnya penggunaan ekstasi. Dari ketiga sifat tersebut yang menjadi sasaran utama
adalah sistem syaraf yang tentu akan merubah tingkat pemikiran maupun kesadaran
seseorang.
Dan yang lebih fatal lagi adalah mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh, mulai jantung,
paru, hati dan ginjal. Jadi pada dasarnya yang diserang adalah fisik maupun psikologis
seorang pengguna.
Dalam proses medis, pelaksana kegiatan kedokteran akan selalu menggunakan jenis
narkotika maupun psikotropika akan tetapi dalam dosis maupun takaran tertentu misalnya
dalam proses anestesi maupun pengobatan yang akan selalu membutuhkan jenis narkoba.
Taraf pengkonsumsian narkoba mengalami beberapa fase, diantaranya pengguna coba-coba,
pengguna tetap dan pengguna kecanduan.
Pengguna tetap maupun pengguna kecanduan akan selalu melewati fase coba-coba, dengan
mencoba walaupun sedikit lama kelamaan akan terjadi peningkatan dosis, hal inilah yang
bisa berakibat fatal jika kalau terjadi. Seorang pecandu narkoba, dalam kesehariannya akan
mengalami perubahan yang signifikan jika dibandingkan pada waktu belum menggunakan
narkoba. mulai dari sifat dalam pergaulan, cara berpakaian hingga pergaulan, seorang
pecandu hanya bergaul dengan sesama pecandu dan memiliki sifat tertutup.
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam setiap modus operandi peredaran narkoba.
pertama para pengedar akan memberikan tawaran secara gratis terhadap obyek sasarannya,
dan lama-kelamaan akan dijadikan pelanggan tetap dengan target memperoleh keuntungan.
Harapan Terhadap Aturan Perundangan yang Berlaku
Tindak pidana narkoba di Indonesia diatur dalam Undang-undang no 35 tahun 2009 tentang
narkotika. Dalam Undang-undang tersebut diatur secara rinci berkaitan sangsi pidana maupun
proses hukum dari para pelaku. Hal ini merupakan wujud penyempurnaan dari Undang-udang
tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-undang no 35 bukti keseriusan negara dalam upaya
pemberantasan narkoba. Tindak pidana narkoba merupakan Lect Specialist atau
pengkhususan jika dibanding dengan tindak pidana lainnya. Dalam Undang-undang tersebut
sangsi terberat adalah hukuman mati dengan berbagai pertimbangan tertentu. Yang menjadi
harapan besar adalah memberlakukan aturan perundangan dengan sebenarnya untuk mampu
menekan tingkat penyalahgunaan narkoba di Indonesia tercinta. Dalam pasal 54 Undang-
undang no 35 tahun 2009 dijelaskan bagi para pecandu/penguna wajib menjalani rehabilitasi
baik medis maupun sosial, tentunya dengan memperhatikan berbagai prasyarat yang ada.
Selain upaya penegakan hukum dan rehabilitasi, diperlukan partisipasi aktif dari segenap
lapisan masyarakat untuk turut mendukung upaya penangulangan narkoba, sebagaimana
diatur dalam pasal 104 Undang-undang no 35 tahun 2009. Dalam pasal tersebut dijamin
keterlibatan masyarakat dalam memberikan informasi untuk masalah tindak pidana narkotika.
Sebuah harapan besar termaksud dalam amanat Undang-undang ini dalam menghambat
peredaran gelap narkoba di bumi tercinta.
Pencegahan, Pemberantasan dan Peredaran Gelap Narkoba, adalah meupakan tanggung
jawab bagi kita semua. Untuk mewujudkan targed yang sudah dicanangkan, yakni menuju
Indonesia bebas Narkoba tahun 2015. Dibutuhkan peran bebagai pihak termasuk dalam hal
ini masyarakat, untuk mampu berperan sentral dalam kaitan tindak pidana narkotika. Disisi
lain sistem penegakan hukum harus berjalan secara fair dan penerapan aturan perundangan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kita sebagai generasi bangsa sudah selayaknya untuk
berfikir secara sistematis dan memiliki fisi kedepan yang lebih baik, agar dapat mewujudkan
sesuatu yang positif bagi bangsa dan negara tercinta.
PENGARUH NARKOBA DIKALANGAN REMAJA

NARKOBA telah menjadi masalah serius bagi bangsa ini. Barang haram ini tanpa
pandang bulu menggerogoti siapa saja. Para wakil rakyat, hakim, artis, pilot,
mahasiswa, buruh, bahkan ibu rumah tangga tak luput dari jeratan narkoba. Dari sisi
usia, narkoba juga tak pernah memilih korbannya, mulai dari anak-anak remaja,
dewasa, bahkan sampai dengan lanjut usia.
Indonesia merupakan ‘surga’ peredaran narkoba. Betapa tidak, jika ditilik dari
peringkat peredaran narkoba di dunia, negara kita menempati peringkat ketiga
sebagai pasar narkoba terbesar di dunia .
Lalu, jika ditilik lebih detail lagi ke ranah tingkat provinsi, Aceh menempati peringkat
pertama sebagai provinsi pengedar dan pengguna narkotika jenis ganja.
Penempatan peringkat seperti ini bagi Aceh tampaknya cukup beralasan karena di
Serambi Mekkah ini acap kali ditemukan ladang ganja.
Mengancam masa depan kenyataan seperti yang disebutkan di atas memang patut
menjadi alasan bagi kita untuk khawatir karena mengancam masa depan generasi
muda yang merupakan pemegang dan penerus estafet bangsa ini. Dikatakan
demikian karena dampak yang ditimbulkan oleh narkoba begitu tragis.
Menurut data yang dikutip dari Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi
Selatan, dampak narkoba meliputi dampak fisik, psikologis, sosial dan ekonomi.
Dampak fisik misalnya gangguan pada sistem saraf (neorologis): kejang-kejang,
halusinasi, dan gangguan kesadaran. Dampak psikologis berupa tidak normalnya
kemampuan berpikir, berperasaan cemas. ketergantungan/selalu membutuhkan
obat. Dampak sosial ekonomi misalnya selalu merugikan masyarakat, baik ekonomi,
sosial, kesehatan, maupun hukum.
Dampak-dampak yang disebutkan di atas, jelas jelas menjadi ancaman besar bagi
bangsa ini, khususnya Aceh. Bagaimana nasib bangsa ini jika generasi penerusnya
adalah generasi-generasi yang bermental narkoba, generasi yang cacat fisik,
psikologis, sosial dan ekonomi? Tentulah generasi-generasi ini tidak dapat
membangun bangsanya yang juga sedang ‘sakit’.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa narkoba tidak pandang bulu, menyerang siapa
saja. Meskipun demikian, yang menjadi target empuk narkoba umumnya adalah
generasi muda yang berusia 15-30 tahun. Dari rentang usia itu, usia remaja
merupakan usia yang sangat rentan terkena pengaruh narkoba.
Menurut data Mabes Polri yang dimuat dalam buku Kependudukan Prespektif Islam
karangan M Cholil Nafis, dari 2004 sampai Maret 2009 tercatat sebanyak 98.614
kasus (97% lebih) anak usia remaja adalah pengguna narkoba.
Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan
Remaja
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir
seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang
mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat
perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua,
ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit
kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa,
bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga
saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada
anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi
dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.
Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC)yang juga
disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi
kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik
maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan
kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang
mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah
memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari
beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset
BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh
pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini
begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba
(khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin
meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena
anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para
pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan)
ke dalam lintingan tembakaunya.
PEYALAHGUNAAN NARKOBA DILIHAT DARI KAPABILITAS RESPONSIF
Sesungguhnya tugas untuk pencegahan dan pemberantasan Narkoba itu bukan
hanya merupakan tugas pemerintah, polisi, aparatur negara atau lebih khususnya lembaga
Negara yaitu BNN saja, tetapi juga merupakan tugas segenap lapisan masyarakat Indonesia,
mulai dari komponen terkecil yaitu keluarga, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW),
agar dapat mensosialisasikan begitu berbahayanya Narkoba ini yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada jaringan sel tubuh manusia serta berdampak kepada menurunnya kualitas
sumber daya manusia Indonesia.

Disinilah kapabilitas Responsif pemerintah dan masyarakat masih sangat kurang


terhadap penyalahgunaan Narkoba ini. Masih terjadi kotak-kotak antara satu dan yang
lainnya. Apalagi dikota besar banyak yang hanya memikirkan diri mereka sendiri sehingga
kurang memperhatikan sekitar lingkungan dan keluarga. Kita tidak akan bakalan tahu jika
anggota keluarga kita kemungkinan adalah seorang pemakai atau pengedar Narkoba
sebelum ditangkap oleh pihak yang berwajib, dan baru akan terjadi penyesalan karena kita
tidak berusaha untuk memperhatikan lingkungan kita sendiri.
Responsif terhadap penyalahgunaan Narkoba sangat penting. Ini adalah salah satu kunci
untuk mengurangi terhadap penyalahgunaan Narkoba yang sekarang ini persentasenya
semakin meningkat kerjasama antara masyarakat dan pemerintah sangat diharapkan,
proses penegakan hukum harus benar-benar ditegakkan. Cari bandar besarnya, supaya
dapat mencegah peredaran Narkoba tersebut. Berlakukan hukum yang pantas kepada para
pengedar ataupun bandar Narkoba tersebut agar timbul rasa jera.

Peyalahgunaan Narkoba Dilihat Dari Kapabilitas Regulatif


Dilihat dari kapabilitas Regulatif, dalam penyalahgunaan Narkoba Hukum di
Indonesia masih lemah. Ini dapat dibuktikan dari meningkatnya jumlah kasus
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Penanganan hukum terhadap kasus penyalahgunaan
dan pengedaran Narkoba seringkali hanya menggunakan pasal minimalis. Contohnya status
mereka pengedar atau bandar, tapi akhirnya turun menjadi pemakai. Hal seperni inilah yang
menngakibatkan pertumbuhan jaringan Narkoba semakin meningkat. Contoh lainnya adalah
grasi yang diberikan terhadap kasus Narkoba yang membuat Indonesia akan sulit bebas dari
Narkoba.

Undang-Undang tentang Narkoba ini juga kurang update. Ini ditandai dengan tidak
adanya unsur turunan jenis narkoba yang mana pada negara lain sudah dilarang. Ini harus
segera disikapi oleh pemerintah agar tidak terjadi kerancuan dalam proses penegakan
hukum kasus penyalahgunaan Narkoba ini. Dan segera disosialisasikan kepada masyarakat
agar masyarakat dapat tahu tentang hal tersebut.

Permasalahan, penyalahgunaan dan peredaran Narkoba ini memangbukanlah masalah yang


sederhana. Masalahnya sangat kompleks dan bisa dikatakan rumit karena itu diperlukan
upaya yang nyata, upaya yang komprehensif yang berkesinambungan dalam memeranginya.
Ini merupakan masalah Nasional yang harus cepat di tanggulangi sebelum lebih banyak lagi
korban.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat selama ini
nampaknya belum menunjukkan hasil yang memuaskan, hal ini disebabkan oleh berbagai
kelemahan dan kendala terutama dalam koordinasi aplikasi program, evaluasi, monitoring,
lemahnya hukum dan masalah moral penegak hukum yang kurang baik.
Dalam rangka semangat untuk terus memerangi peyalahgunaan dan peredaran Narkoba
mari kita sama memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kita bulatkan tekat, pemerintah
dan masyarakat bersatu dalam membebaskan negara kita dari ancaman bahaya Narkoba.
PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Narkoba atau napza adalah obat/bahan/zat, yang bukan tergolong makanan. Jika
diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikam, berpengaruh terutama pada kerja
otak (susunan saraf pusat) san sering menyebabkan kertergantungan. Akibatnya,
kerja otak berubah (meningkat atau menurun). Demikian pula dengan fungsi vital
organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain)
Narkoba yang ditelan masuk kelambung, kemudian masuk ke pembuluh darah. Jika
diisap, atau dihirup, zat diserap masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran
hidung dan paru-paru. Jika zat disuntikan, langsung masuk ke aliran darah. Darah
membawa zat itu ke otak.

Narkoba (narkotik, psikotropika, dan obat terlarang) adalah istilah penegak


hukum dan masyarakat. Narkoba disebut berbahaya, karena bahan yang tidak aman
digunakan atau membahayakan dan penggunaannya bertentangan dengan hukum
atau melanggar hukum. Oleh karena itu, penggunaan, pembuatan, dan
peredarannya diatur dalam undang-undang. Barang siapa yang menggunakan dan
mengedarkannya di luar ketentuan hukum, dikenai sanksi pidana penjara dan
hukuman denda. - See more at:
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk
maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah
berlebih secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya. Karena
pengaruh itulah narkoba disalahgunakan.
Sifat pengaruh itu sementara, sebab setelah itu timbul rasa tidak enak. Untuk
menghilangkan rasa tidak enak, ia menggunakan narkoba lagi. Karena itu, narkoba
mendorong seseorang memakainnya lagi. Terjadinya kecanduan atau
ketergantungan tidak berlangsung seketika, tetapi melalui rangkaian proses
penyalahgunaan, yaitu: pola coba-coba, pola pemakaian sosial, pola pemakaian
situasional, pola kebiasaan, dan yang terakhir pola ketergantungan.
Pada proses seseorang menjadi ketergantungan, pada tahap awal pemakaian ia
masih dapat menghentikannya. Namun, setelah terjadi ketergantungan, ia sulit
kembali ke pemakaian sosial, sekeras apapun ia berusaha, kecuali jika
menghentikan sama sekali pemakaiannya.
Saat ia mencoba untuk meghentikan pemakaian akan terjadi gejala putus zat. Gejala
putus zat adalah gejala yang timbul jika pemakaian zat dihentikan tiba-tiba atau
dikurangi dosisnya.
Berat ringannya gejala putus zat tergantung pada jenis zat narkoba, dosis yang
digunakan, serta lama pemakaiannya. Makin tinggi dosis yang digunakan dan makin
lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya.
Dampak Penggunaan Narkoba
Dampak penggunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis
narkoba yang
dipakai, kepribadian pengguna serta situasi dan kondisi pengguna.
Secara umum dampak ketergantungan/kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis,
maupun sosial seseorang/pengguna.
Dampak Fisik :
· Adanya gangguan pada sistem syaraf (neurologis) seperti; kejang-kejang,
halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi dan sebagainya.
· Terjadinya gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) sepert;
infeksi
akut otot jantung, gangguan peredaran darah dan sebagainya.
· Terjadinya gangguan pada kulit (dermatologis) seperti; penanahan (abses), alergi,
eksim dan sebagainya.
· Terjadinya gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti; penekanan fungsi
pernapas
an, kesulitan bernafas, pengerasan jaringan paru-paru dan sebagainya.
· Mengalami sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu badan
mening
kat, pengecilan hati dan sulit tidur.
· Gangguan terhadap kesehatan reproduksi berupa gangguan pada endokrin
seperti;
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogin, progesteron, testosteron) serta gang
guan fungsi seksual.
· Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada wanita usia subur seperti;
perubahan
siklus menstruasi/haid, menstruasi/haid yang tidak teratur dan aminorhoe (tidak ter
jadi haid).
· Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik dengan cara bergantian akan
beresiko ter
tular penyakit seperti; hepatitis B, C dan HIV/AIDS yang sampai saat ini belum ada
obat
nya.
· Bila terjadi melebihi dosis penggunaan narkoba maka akan berakibat fatal, yaitu
terja
dinya kematian.
· Terjadinya gangguan kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit
kelamin.

Dampak Psikis :
· Adanya perubahan pada kehidupan mental emosional berupa gangguan perilaku
yang
tidak wajar.
· Pecandu berat dan lamanya menggunakan narkoba akan menimbulkan sindrom
amoy
fasional. Bila putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi hingga
bunuh diri.
· Terhadap fungsi mental akan terjadi gangguan persepsi, daya pikir, kreasi dan
emosi.
· Bekerja lamban, ceroboh, syaraf tegang dan gelisah.
· Kepercayaan diri hilang, apatis, pengkhayal dan penuh curiga.
· Agitatif, bertindak ganas dan brutal diluar kesadaran.
· Kurang konsentrasi, perasaan tertekan dan kesal.
· Cenderung menyakiti diri, merasa tidak aman dan sebagainya.

Dampak Sosial :
· Terjadinya gangguan mental emosional akan mengganggu fungsinya sebagai
anggota
masyarakat, bekerja, sekolah maupun fungsi/tugas kemasyarakatan lainnya.
· Bertindak keliru, kemampuan prestasi menurun, dipecat/dikeluarkan dari
pekerjaan,
· Hubungan dengan keluarga, kawan dekat menjadi renggang.
· Terjadinya anti sosial, asusila dan dikucilkan oleh lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai