Anda di halaman 1dari 32

TUGAS AGAMA ISLAM

NARKOBA DALAM PANDANGAN


ISLAM

KELOMPOK 7:
AYU NUR HIDAYATI (1403123019)
DESI PITALOKA (1403122909)
NELDA IPKAWATI (1403123454)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2015
KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih, lagi maha penyayang.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan hidayah-Nya
kepada seluruh umat manusia untuk dijadikan pedoman dan acuan dalam meraih keselamatan
dunia dan akhirat.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyyah ke jaman islamiyyah, yang telah
membawa rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Tidak lupa kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan sampailah kepada kita selaku umatnya semoga kita mendapat sapaat darinya
di yaumil jaza amin allahumma amin...
Alhamulillah kami ucapkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat iradah-Nya kelompok
kami diberikan kemudahan sehingga penulis mampu melalui hambatan-hambatan yang
datang selama penyusunan makalah ini, tentunya dengan ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala,
terwujudlah makalah yang berjudul
Narkoba Dalam Pandangan Islam.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya.
Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum seperti polisi (termasuk
didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain
narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi
kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut
tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.

Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian Narkotika


adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)


atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan
Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan
upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian
besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih
bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut
indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal,
akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya
generasi muda.

Dari segi kependudukan indonesia adalah negara yang banyak pengangguran dan
sebagian besar dari mereka adalah anak muda yang masih dalam masa produktif. Hal ini
adalah potensi pasar besar untuk peredaran gelap narkotika dan psikotropika dan mendorong
timbulnya rasa ingin cepat kaya dengan bekerja yang minimal.
Derasnya informasi dari pertumbuhan globalisasi yang semakin maju membuat pola
hidup antara individu satu dengan individu yang lain menjadi berbeda selera dan gaya hidup
merekapun menjadi lebih berorientasi pada masalah individualisme (egoisme ), keangkuhan
dan nilai konsumtif. Hal ini lah yang menjadikan mereka untuk meniru gaya hidup yang
penuh tawaran, pilihan, peluang dan tantanggan sehingga dapat dengan mudah mengalami
frustasi dalam menghadapi persaingan tersebut. Untuk menghadapi persaingan tersebut
mereka lebih cenderung melakukan pelampiasan kepada obat obat yang dapat
menghilangkan stres, kejenuhan dan ketengangan jiwa mereka dalam narkotika dan
psikotropika.

Jenis narkotika yang paling dominan dalam penyalahgunaan dan perdagangan gelap
adalah ganja, putaw dan heroin. Sehingga barang haram ini dapat sampai ketangan
mahasiswa atau remaja yang lain. Dan hal inilah yang dapat merusak generasi muda bangsa
terutama mahasiswa karena didalam pergaulan mahasiswa terdapat banyak golongan dan
teman yang berbeda latar belakang yang dapat mempengaruhi hal tersebut. Dari data yang
ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 1524 tahun. Tampaknya
generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Tidak hanya anak
muda maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat
sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Oleh karena itu
kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan
pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan, maayarakat, dan mahasiswa memegang
peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digunakan dalam dunia kedokteran, namun dewasa
ini Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak sedikit yang menggunakan
narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba dengan alasan untuk kesenangan
batin. Narkoba merupakan daya perusak terhadap sendi-sendi kehidupan,sehingga menyita
perhatian banyak kalangan. Lebih-lebih ketika sekian banyak penelitian menyatakan bahwa
korban narkoba saat ini telah merambah ke segenap lapisan masyarakat mulai dari anak yang
baru dilahirkan hingga orang tua, mulai dari rakyat jelata sampai konglomeratnya. Bahkan,
tidak sedikit dari anak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, yang ikut menjadi korban
keganasannya. Yang sangat memprihatinkan lagi, bahwa perilaku orang tua sudah biasa
mempengaruhi sejak si kecil masih berada dalam kandungan. Bila waktu hamil sang ibu
terbiasa minum alkohol, maka resiko sikecil berkembang menjadi pecandu alkohol pun juga
besar.

Bagi seorang muslim wajib mengetahui bagaimana hukum menggunakan sesuatu yang
dapat mengandung mudarat. Diperlukan berbagai informasi untuk dapat menyimpulkan
hukum-hukum Islam mengenai narkoba.Dilihat dari uraian singkat di atas, jelas sangat telihat
bahwa penting bagi kita untuk menganalisa hukum tentang narkoba dalam Islam. Melalui
analisa ini,dapat dipahami apa saja bahaya narkoba baik di dunia maupun di akhirat.
BAB 2
PEMBAHASAN

Dari aspek stabilitas keamanan, misalnya, baik nasional maupun internasional,


persoalan narkoba saat ini sangat memperihatinkan. Dalam skala nasional banyaknya
kejahatan-kejahatan di tanah air erat sekali hubunganya dengan masalah narkoba. Bahkan
yang sangat mengerikan bahwa jaringan pengedar narkotika di Bali, Surabaya, dan Jakarta,
selama lebih dari dua tahun ini dikendalikan oleh seorang narapidana (napi) laki-laki dewasa
kelas I di Tangerang. Napi yang menjadi otak peredaran heroin dan putau tersebut adalah
Innocent Iwuofor, seorang warga Negara Nigeria.

Dalam skala internasional, ternyata kegiatan terorisme sering terkait dan erat
hubunganya dengan kegiatan perdagangan narkotika ilegal lintas batas negara sehingga
kepustakaan mengenai narkotika mengenal dan mengakui kedekatan kegiatan tersebut
sebagai narco-terorism. Pasangan dua kegiatan yang berbeda latar belakang tampaknya
semakin serasi sejalan dengan perkembangan pasca perang dingin karena kontrol dari negara
kuat semakin berkurang terutama setelah hancur leburnya Negeri Unisoviet danYugoslavia.
Kegiatan mafia kejahatan yang dimotori oleh bekas agen-agen KGB semakin merajalela dan
menghalalkan segala cara untuk mengeruk keuntungan berlipatganda yang tidak pernah akan
diperoleh selama rezim Unisoviet masih berdiri utuh.Kegiatan perdagangan ilegal narkotika
menjadi salah satu alternative sumber pendanaan bagi kegiatan terorisme dan kejahatan
transnasional lainya, seperti perdagangan wanitadan anak-anak serta penyelundupan migran
ke beberapa negara.

Paparan di atas menunjukkan bahwa minuman keras, narkotika, dan obat berbahaya
merupakan hal yang sangat menarik sekali untuk dikaji secara intensif, guna memberikan
sumbangan pemikiran untuk mengatasi minuman keras, narkotika, dan obat berbahaya yang
menjadi permasalahan serius, baik dalam skala nasional maupun internasional.
2.1 Tinjauan Umum Tentang Narkoba

2.1.1 Pengertian Narkoba


Narkotika dan obat-obat berbahaya yang seringkali disingkat narkoba adalah dua jenis
yang berbeda. Pertama, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kedua,
psikotropika dan obat-obat berbahaya adalah zat atau obat, baik alami maupun sintesis, bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Lebih sering
digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa.
Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika
yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan. [UU No.22
Tahun 1997 tentang Narkotika] bahan ini bisa mengarahkan atau sebagai jalan adiksi
terhadap narkotika.
Dalam istilah para ulama, narkoba ini masuk dalam pembahasan mufattirot (pembuat
lemah) atau mukhoddirot (pembuat mati rasa).

2.1.2 Jenis-jenis Narkotika


Narkotika atau obat bius yang dalam bahasa Inggris disebut narcotic adalah semua bahan
obat yang mempunyai efek kerja yang pada umumnya bersifat:
1. Membius (menurunkan kesadaran)
2. Merangsang (meningkatkan semangat kegiatan atau aktivitas)
3. Ketagihan (ketergantungan , mengikat, dependence)
4. Menimbulkan daya berkhayal (halusinasi)

Zat ini secara garis besar digolongkan menjadi dua macam: narkotikadalam arti
sempit dan narkotika dalam arti luas. Narkotika dalam arti sempit, bersifat alami. Yaitu
semua bahan obat opiatin, cocaine, dan ganja. Sedangkannarkotika dalam arti luas, bersifat
alami dan syntetic. Yaitu semua bahan obat-obatan yang berasal dari:
a. Papaver Somniferum (opium atau candu, morphine, heroin dan sebagainya)
b. Eryth Roxylon Coca (cocaine)
c. Cannabis Sativa (ganja, hasyisy)
d. Golongan obat-obatan depressant (obat-obat penenang)
e. Golongan obat-obatan stimulant (obat-obat perangsang)
f. Golongan obat-obatan hallucinogen( obat pemicu khayal)
g. Semua obat bisa berbahaya ( insulin, penselin, adrenalin )

h. Yang digunakan tidak hanya obat, melainkan ganja, acztasy, heroin, kokain, tidak
digunakan sebagai obat lagi.

i. Psikotropika, yamg mempunyai UU tersendiri yang tercemin pada akronim itu.

Zat psikotropika yang sering digunakan ( menurut WHO ) adalah:

1. Alkohol ( semua minuman beralkohol )

2. Opioida ( heroin, morfin, pethidin, candu )

3. Kanabionoida ( ganja = mariyuana, hashish )

4. Sedativa / hipnotika ( obat penenang / tidur )

5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, creck

6. Stimulansia lain, termasuk kafein, ecstasy, dan shabu- shabu

7. Halusinogenika : Isd, mushroom, mescalin

8. Tembakau ( mengandung nikotin )

9. Pelarut yang mudah menguap seperti : aseton, glue atau lem.

10. Multipel ( kombinasi ) dan lain lain, misalnya : kombinasi heroin dan shabu shabu,
alkohol dan obat tidur.

NAPZA adalah kependekan dari narkotika alkohol pisktropika dan zat adaktif
lainnya. Menurut undang undang no. 22 tahun 1997 yang dimadsud dengan
narkotika meliputi :

1. Golongan Opiat : Heroin, Morfin, Madat, dan lain lain.

2. Golongan Kanabis : Ganja, Hashish

3. Golongan Koka : Kokain, Crack

Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol ( Etilalkohol ).


Psikotropika adalah barang yang meliputi ecxtasy, shabu- shabu, Isd, obat penenang/
obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis.
Zaat adaktif lain termasuk inhalansi ( aseton, thinner, cat lem atau glue ), nikotin (
tembakau ), kafein ( kopi ).

Dr.Shaleh bin Ghonim as Sadlan membagi obat-obat terlarang ini menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Narkotika Natural (Alami)
Yaitu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ganja, opium, koka, alkot(cathaedulis) dan
lain-lain.

b. Narkotika Semi Sintesis

Yaitu yang dimodifikasi dari bahan-bahan alami (biasanya dari zat kimia yang terdapat dalam
opium) kemudian diproses secara kimiawi supaya memberikan pengaruh lebih kuat, seperti
morfin, heroin, kokain dan lain-lain

c. Narkotika Sintesis
Yaitu pil-pil yang terbuat dari bahan kimia murni. Pengaruh dan efek yangditimbulkannya
sama dengan narkotika natural atau semi sintesis. Dikemasdalam bentuk kapsul, pil, tablet,
cairan injeksi, minuman, serbuk dan berbagai bentuk lainya. Di antaranya adalah berbagai
jenis obat tidur seperti kapsulSignal, atau pil perangsang (stimulantia) seperti Kiptagon atau
Amphetamine,atau tablet penenang seperti Valium 5 dan derivate-derivatnya yang
lain.Termasuk diantaranya pil hallusinogent (pembangkit halusinasi) sepert L.S.D(Lysegic
Acid Diethlamide).

Sejalan dengan itu Abu Ghifari membagi narkotika menjadi dua bagian yaitu :

a. Narkotika alam. Jenis natur dari dedaunan dan getah, yang tehnik penggunaanyasangat
praktis yang terdiri dari :
1. Bentuk daun, misalnya ganja, wujudnya mirip daun teh kering, warnanya hijaukecoklatan,
dan
2. Bentuk getah, misalnya cannabis dan hasyis, wujudnya cairankental, warnanya coklat tua.
b. Narkotika sintetik jenis yang diolah secara kimiawi, terdiri dari:
1. Bentuk cairan, misalnya morfin (ampul), wujudnya mirip cairan alkohol murni, warnanya
bening.
2.Bentuk tablet atau kapsul, misalnya: tablet cosadon, warnanyamerah muda,magadon
(nitrazwpam 5 mg), warnanya putih, rohipnool warnanya putih,kapsul nembutal, warnanya
kuning, trandene 10, warnanya kuning tua.

2.1.3 Klasifikasi Narkoba

2.1.3.1 Narkotika
Menurut UU No. 22 Th. 1997 tentang narkotika, pasal 2 ayat 1 ditinjau dariruang
lingkup dan tujuanya, narkotika bisa diklasifikasikan menjadi tiga golongan,yaitu narkotika
golongan I, golongan II, dan narkotika golongan III.Yang dimaksud dengan narkotika
golongan I adalah narkotika yang hanyadapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkanketergantungan. Dan yang dimaksud dengan narkotika golongan II, adalah
yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakandalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Adapun yangdimaksudkan dengan narkotika golongan
III, adalah narkotika ynag berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.

2.1.3.2 Psikotropika
Sebagaimana narkotika, psikotropika pun juga digolong-golongkan
ataudiklasifikasikan menurut jenisnya. Psikotropika yang mempunyai potensimengakibatkan
sindroma ketergantungan, digolongkan menjadi empat golongan ,yaitu psikotropika golongan
I, golongan II, golongan III, dan psikotropikagolongan IV.Dalam penjelasan atas Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun1997 tentang psikotropika dijelaskan, bahwa
psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkansindrom ketergantungan.
Sedangkan psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Psikotropika golongan III adalah
psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan sertammempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Sekalipun pengaturan
psikotropika dalam undang-undang ini hanya meliputi psikotropika golongan I, golongan II,
golongan III, dan psikotropika golongan IV,masih terdapat psikotropika lainya yang tidak
mempunyai potensi mengakibatkan sindrom ketergantungan, tetapi digolongkan sebagai obat
keras. Oleh Karena itu, pengaturan, pembinaan, dan pengawasannya tunduk kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku dibidang obat keras.

2.1.4 Pengaruh atau gejala yang ditimbulkan oleh narkoba

2.1.4.1 Psikologi
Meskipun efek narkotika dan psikotropika sering berlainan, namun secara umum
benda itu menyerang sistem dan fungsi neotransmitter pada susunan syaraf pusat atau otak.
Akibatnya fungsi berfikir, berperasaan dan berperilaku dari si pemakai atau pecandu akan
terganggu. Misalnya semangat berlebihan, gelisah,dan tidak bisa diam, tidak bisa tidur, dan
tidak bisa makan. Dalam jangka panjang, penggunaan obat ini dapat menimbulkan fungsi
otak terganggu dan bisa berakhir dengan kegilaan.Bila si pemakai sudah sampai pada tingkat
pecandu, kemudian ia tidak memakainya, maka pengaruh yang dapat dirasakan, antara lain
cepat marah, tidak tenang, cepat lelah, tidak bersemangat, dan ingin tidur terus.

2.1.4.2 Fisiologis
Efek yang ditimbulkan oleh narkotika dan psikotropika terhadap fisik,antara lain
menurunya kekebalan tubuh dan rusaknya beberapa fungsi organ tubuh, baik organ dalam
seperti jantung, paru-paru, liver, hati dan lain sebagainya, juga organ luar seperti pupil mata
mengecil , bicara cadel, mulut kering, dan alat-alat indera lainya.Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa narkoba adalah racun yang bukan saja merusak seseorang secara fisik
tapi juga merusak jiwa dan masa depan penggunanya. Secara fisik, kekebalan tubuh semakin
lama semakinambruk, sementara mentalitasnya sudah terlanjur ketergantungan dan
membutuhkan pemenuhan narkoba dalam dosis yang semakin tinggi.

Jika dia tidak berhasil menemukan narkoba, maka tubuh akan mengadakan reaksi
yang menyakitkan, diantaranya sembelit, muntah-muntah, kejang-kejang, dan badan
menggigil yang dikenal dengan sakau. Untuk itu para pecandu narkoba tidak bias lepas dari
ketergantungan, hingga memerlukan terapi cukup lama.Penyalah gunaan narkoba dapat
mengakibatkan gangguan mental atau jiwa yang dalam istilah kedokteran jiwa (psikiatri)
disebut gangguan mentalorganic. Disebut organic karena narkoba ini bila masuk ke dalam
tubuh langsung bereaksi dengan sel-sel saraf pusat (otak) dan menimbulkan gangguan dalam
alam pikir, perasaan dan perilaku. Kondisi demikian dapat dikonseptualisasikan sebagai
gangguan jiwa karena narkoba.

2.2 Tinjauan Hukum Islam terhadap Narkoba


Sejalan dengan madorot yang di timbulkan oleh barang yang jahanam yaitu
memabukkan, kehilangan kesadaran, berubahnya perilaku, perasaan , persepsi dan kesadaran,
maka para ulama menyatakan bahwa NAPZA, atau lebih tepatnya yang disebut dalam bahasa
arap al- mukhaddirat, baik yang padat maupun yang cair termasuk benda- benda yang
diharamkan meminum oleh syarak. Dalil yang menujukkan keharaman barang jahanam ini
adalah

hadits yang dikemukakan oleh Umar bin al- khaththab yang menyatakan : Khamr adalah
benda yang menyebabkan hilang akal / kesadaran.( HR al bukhari dan muslim )

Larangan meminum khamr telah ditegaskan dalam al- Quran dan hadist Nabi

Seandaianya Napza tidak dikategorikan kedalam khamr atau memabukkan, ia tetap haram
karena adanya unsur dapat melemahkan phisik, sebagaimana ditegaskan dalam hadist Nabi :

Dari Ummi Salamat, ia berkata, Rosululloh saw melarang hal yang memabukkan dan
melemahkan ( menjadikan lemah ).

Menurut Ibn al- Atsir, yang dimadsudkan dengan melemahkan sebagaiamana dimadsud
dalam hadist disini jika minuman tersebut diminum, maka adan akan menjadi panas,
membuat lemas, malas, dan sedih. Sedangkana menurut al- Khaththabi, adalah semua jenis
minuman yang menjadikan badan loyo, dan lemas.

Disamping itu, Napza dapat dikategorikan ke dalam al- Khabait dan membahayakan. Ajaran
islam mengharamkan hal tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam surat asl Araf (7): 157:

...dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baiak dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk... (Q.s.al-Araf ( 7 ): 157)

Juga disebutkan dalam hadist Nabi :


Dari ibnAbbas, ia berkata, Rosulullah saw bersabda : tidak boleh membahayakan diri
sendiri dan tidak boleh memberi bahaya ( mudarat ) kepada orang lain. ( HR Ibn Majah dan
Ahmad ).

Bila di kategorikan dalam hukum Khamr dengan zat zat yang memabukan yang lain dam
konteks dewasa ini, sejenis Napza, Narkotika, dan zat adiktif lainya, menurut Imam Syafii,
ada empat element :

1. Ash ( pokok ), yakni suatu peristiwa yang sudah ada ketentuan hukamnya dalam nash
yang dijadikan patokan dalam mengqiyaskan hukam suatu masalah, atau bisa di
sebutmaqisalaih, yang dalam hal ini adalah Khamr.

2. Far ( cabang ), yakni suatu peristiwa kontemporer yang belum ada hukmnya, atau biasa
yang disebut maqis, dalam kaitan ini segala zat adiktif seperti ekstasi dan sejenisnya.

3. Hukum ashl, yakni hukm syara yang ditetapkan oleh nash, yang dalam hal ini hukum
minum khamr yang jelas haram.

4. Illat, yakni kesesuaian sifat yang terdapat dalam hukum ashl itu sama dengan sifat yang
terdapat dalam peristiwa baru ( cabang ), dalam hal ini adalah sifat yang memabukkan.

Di samping itu, setiap umat muslim tidak diperkenankan mengkonsumsi atau meminum
minuman yang dapat mengakibatkan mati, lambat atau cepat. Sebab, seorang muslim bukan
menjadi milik dirinya sendiri, tetapi dia milik agam dan umat, seperti terkansung dalam
kandungan ayat yang umum surat An Nisa ( 4 ): 29 :

... Dana jaganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. ( Q. S. An- Nisa (4 ) : 29 )

Dalam ayat ini disebutkan dalam surat al- Baqarah ( 2 ) : 195 dinyatakan :

... dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,... ( Q. s. Al-
Baqarah ( 2 ): 195 )

Juga dalam hadist Rosulullah saw juga dinyatakan :

Siapa yang meminum racun yang mengakibatkan ia mati, maka dia akam meminumnya
pula di dalam neraka kekal selamanya. ( HR al- Bukhari, al- Nasai, Abu Dawud, Ibn Majah,
dan Ahmad ).

Dari hadist yang disebutkan di atas bahwa pengkonsumsian Napza atau sejenisnya
adalah haram.

Sekalipun narkoba memiliki kesamaan sifat iskar dengan miras, namun secara
definitive menunjukkan adanya perbedaan. Karena miras berupa zat cair sedangkan narkoba
tidak. Dari sini muncul pertanyaan apakah narkoba yang memiliki dasar kesamaan iskar
dengan miras, juga memiliki potensi muatan hukumyang sama? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, harus diketahui dahulu sumber hukum yang dipergunakan di dalam hukum Islam
yang sudah menjadi kesepakatan para yuris (dalam hal ini ulama Syafiiyah), yaitu: al-
Quran, al-Hadis, dan Qiyas.Sebagaimana mereka telah sepakat bahwa dalil -dalil tersebut
adalah sebagai alat istidlal (menetapkan dalil suatu peristiwa) juga telah sepakat tentang tertib
atau jenjang dalam beristidlal dari dalil-dalil tersebut. Diatas telah dijelaskan bahwa baik al-
Quran maupun Al-Hadis , tidak pernah menjelaskan secara langsung persoalan narkoba.
Begitu juga halnya dengan ijma, baik dari para sahabat nabi maupun ulama mujtahid.
Karena pada masa itunarkoba memang belum dikenal. Oleh karena itu alternative terakhir
dalam memutuskan hukumnya narkoba adalah melalui jalan qiyas.Secara etimologis kata
qiyas berarti qadara, artinya mengukur, membandingkansesuatu dengan yang semisalnya.
Sedangkan menurut terminology hukum Islam, Al-Imam Al-Ghozali mendefinisikan qiyas
sebagai berikut:

Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui dalam


halmenetapkan hukum pada keduanya disebabkan ada hal yang sama antara keduanya,dalam
penetapan hukum atau peniadaan hukum.

Karena sifat Iskar yang berpengaruh di dalam penggunaan narkoba sangat


ditentukan oleh besar kecilnya kadar yang dikonsumsi, maka hasil penetapan besar kecilnya
muatan hukum narkoba tersebut harus disesuaikan dengan qiyas yang dipergunakan. Apakah
qiyas awlawi (yaitu qiyas yang berlkunya hukum furu lebihkuat dari pemberlakuan hukum
pada asal karena kekuatan illat pada furu). Atau dengan menggunakan qiyas musawi (qiyas
yang berlakunya hukum furu sama keadaanya dengan berlakunya hukum asal karena
kekuatan illatnya sama). Ataukah menggunakan qiyas adwan (qiyas yang berlakunya hukum
pada furu lebih lemah dibandingkan dengan berlakunya hukum pada asal meskipun qiyas
tersebut memenuhi persyaratan.

2.2.3 Pertimbangan hukum Islam terhadap Narkoba


Pada pasal miras menurut hukum Islam telah dijelaskan bahwa seperti epium dan
sebagainya, tidak diberlakukan hukuman had. Karena pada kenyataanya narkoba bukanlah
miras. Untuk itu diperlukan qiyas sebagai alat beristidlal. Dengan maksud untuk menentukan
hukuman bagi pelaku penyalahgunaan narkoba secara pasti dan adil. Oleh karena itu
mekanisme penetapanya diserahkan kepada yang berwewenang atau hakim. Kalau menurut
pandangan hakim, penyalahgunaan narkoba itu kadarnya di bawah standar miras, maka
hakim menggunakan qiyasadwan.

Dan hukuman yang dijatuhkan , potensinya berada di bawah hukuman had.Akan


tetapi kalau penyalahgunaan narkoba itu sama kadarnya dengan miras, maka qiyas yang
harus dipergunakan adalah qiyas musawi. Dan hukuman yangditetapkan dipersamakan
dengan hukuman had. Bergitu juga apabila penyalahgunaan narkoba itu kadarnya lebih besar
dari pada miras, maka yang dipergunakan adalah qiyas aulawi. Dan hukuman yang ditetapkan
harus lebih berat dari hukuman miras sesuai dengan muatan kadar narkoba yang dikonsumsi
atau disalahgunakan.Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sepanjang narkoba dipergunakan
di jalan benar, maka Islam masih memberikan toleransi. Artinya narkoba dalam hal-hal
tertentu boleh dipergunakan, khususnya pada kepentingan medis pada tingkat - tingkat
tertentu:
a. Pada tingkat darurat. Yaitu pada aktifitas pembedahan atau operasi besar, yaknioperasi
pada organ-organ tubuh yang vital seperti hati, jantung, dan lain-lain.Yang apabila
dilaksanakan tanpa diadakan pembiusan total, kemungkinan besar si pasien akan mengalami
kematian.

b. Pada tingkat kebutuhan atau hajat. Yaitu pada aktifitas pembedahan yang apabilatidak
menggunakan pembiusan, pasien akan merasakan sangat kesakitan, tetapi pada akhirnya akan
mengganggu jalanya pembedahan. Walaupun tidak sampai pada kekhawatiran matinya si
pasien.

c. Tingkatan bukan darurat dan bukan hajat. Yaitu tingkatan pada aktifitas pembedahan
ringan yakni pembedahan paada organ tubuh yang apabila tidak dilakukan pembiusan, tidak
apa-apa. Seperti pencabutan gigi, kuku, dansebagainya. Namun pasien akan merasakan
kesakitan juga.Setelah melalui proses diskusi dan perdebatan panjang, akhirnya para
ulamasampai pada kesepakatan bahwa narkoba adlaah haram, karena pada narkobaterdapat
illat (sifat) memabukkan sebagaimana pada khamer, sekalipun mekanismehukumanya
berbeda. Hal ini selaras dengan pernyataan Ibnu Taimiyah yang berbunyi :

Berkatalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah r.a. mengkonsumsi ganja hukumnyaadalah haram,
bahkan termasuk sejelek-jelek perkara, baik sedikit maupun banyak,hanya saja
mengkonsumsi secara banyak hukumnya haram berdasarkankesepakatan umat Islam.
Sejalan dengan itu Al-Imam Al-Qarafi juga berpendapat:

Tumbuh-tumbuhan yang terkenal dengan anam ganja yang dikonsumsi olehorang-orang


fasiq, telah disepakati keharamanya oleh para ulama, yaitu penggunaan dengan kadar banyak
sehingga menghilangkan (berpengaruh) pada akal.

Ulama yang lain memberikan ulasan agak luas. Artinya tidak terbatas pada ganjasaja. Mereka
sudah memasukkan opium , marihuana dan sebagainya. SebagaimanaSyekh Muhammad
Alauddin Al Hashkafi al-Hanafi, beliau mengatakan :

dan haram mengonsumsi ganja, marihuana dan epium , karena merusak akaldan
menghalangi ingatan (dzikir) pada Allah dan shalat.

Dari ulasan di atas bisadisimpulkan bahwa narkoba menurut Islam adalah:Segala sesuatu
yang memabukkan atau menghilangkan kesadaran, tetapi bukan minuman keras, baik berupa
tanaman maupun yang selainya. Selanjutnya istilah narkoba dalam terminology Islam disebut
mukhoddirot.

Hukum keharaman narkoba ditetapkan melalui jalan qiyas yang terdiridari: qiyas aulawi,
qiyas musawi dan qiyas adwan. Adapun sangsi hukumnya, bagi pengguna narkoba
sepenuhnya menjadi wewenang hakim. Selain itu, Islam memandang narkoba merupakan
barang yang sejak awal sudah diharamkan. Oleh karenanya pada kebutuhan medis,
penggunaan narkoba dianggap tingkat darura tatau toleransi.

2.2.4 Bahaya Narkoba


Pengaruh narkoba secara umum ada tiga:
1. Depresan
Menekan atau memperlambat fungsi sistem saraf pusat sehingga dapat mengurangi
aktivitas fungsional tubuh.
Dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, member
rasa bahagia dan bahkanmembuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri
2. Stimulan
Merangsang sistem saraf pusat danmeningkatkan kegairahan (segar dan bersemangat)
dan kesadaran.
Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan,
mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pernafasan.
3. Halusinogen
Dapat mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah perasaan dan pikiran
sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.
Seorang pakar kesehatan pernah mengatakan, Yang namanya narkoba pasti akan
mengantarkan pada hilangnya fungsi kelima hal yang islam benar-benar menjaganya, yaitu
merusak agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta.

Menurut Imam Adz-Dzahabi; bahwa semua benda yang dapat menghilangkan akal
(jika diminum atau dimakan atau dimasukkan ke badan), baik ia berupa benda padat, ataupun
cair, makanan atau minuman, adalah termasuk khamr, dan telah diharamkan Allah
Subhanahu wa Ta'ala sampai hari kiamat. Allah berfirman, artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk
berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan
setan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu beruntung. Sesungguhnya setan itu bermaksud
hendak menimbul-kan permusuhan dan kebencian di antaramu lantaran minum khamr dan
berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu
mengerjakan perbuatan itu". (Al-Maa'idah: 90-91).
Jikalau kita melihat kenyataan yang terjadi di sekitar kita akan tampak bahwa
pemakaian narkoba (narkotika, obat-obat terlarang dan alkohol) ini melahirkan tindak
kriminal yang banyak. Perbuatan jahat seperti mencopet, mencuri, merampok sampai
membunuh dan tindakan amoral seperti perzinaan, pemerkosaan serta pelecehan seksual
lainnya, tidak sedikit yang diakibatkan pemakaian benda terlaknat tersebut. Pantaslah jika
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jauhilah oleh kalian khamr, karena sesungguh-nya ia adalah induk segala kejahatan".(HR.
Al-Hakim, dari Ibnu Abbas).
Perbuatan setan adalah hal-hal yang mengarah pada keburukan, kegelapan, dan sisi-
sisi destruktif manusia. Ini semua bisa dipicu dari khamar (narkoba) dan judi karena bisa
membius nalar yang sehat dan jernih. Khamar (narkoba) dan judi sangat dekat dengan dunia
kejahatan dan kekerasan, maka menurut al-Qur'an khamar (narkoba) dan judi potensial
memicu permusuhan dan kebencian antar sesama manusia. Khamar dan judi juga bisa
memalingkan seseorang dari Allah dan shalat.
Selain dua ayat al-Qur'an di atas, juga ada hadits yang melarang khamar/minuman keras
(baca : narkoba), yaitu :
"Malaikat Jibril datang kepadaku, lalu berkata, 'Hai Muhammad, Allah melaknat minuman
keras, pembuatnya, orang-orang yang membantu membuatnya, peminumnya, penerima dan
penyimpannya, penjualnya, pembelinya, penyuguhnya, dan orang yang mau disuguhi". (HR.
Ahmad bin Hambal dari Ibnu Abbas)
Kemudian hadits yang kedua :
"Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamar,
dan setiap khamar haram". (HR. Abdullah bin Umar).
Jelas dari hadits di atas, khamar (narkoba) bisa memerosokkan seseorang ke derajat yang
rendah dan hina karena dapat memabukkan dan melemahkan. Untuk itu, khamar (dalam
bentuk yang lebih luas adalah narkoba) dilarang dan diharamkan. Sementara itu, orang yang
terlibat dalam penyalahgunaan khamar (narkoba) dilaknat oleh Allah, entah itu pembuatnya,
pemakainya, penjualnya, pembelinya, penyuguhnya, dan orang yang mau disuguhi.
Bukan hanya agama Islam, beberapa agama lain juga mewanti-wanti (memberi peringatan
yang sungguh-sungguh) kepada para pemeluknya atau secara lebih umum umat manusia,
untuk menjauhi narkoba.

2.2.5 Dalil Pengharaman Narkoba


Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam keadaan
darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Narkoba sama halnya dengan zat yang
memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat
menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan (Majmu Al
Fatawa, 34: 204).
Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:
Pertama: Allah Taala berfirman,



Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk (QS. Al Arof: 157). Setiap yang khobitsterlarang dengan ayat ini. Di antara
makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.
Kedua: Allah Taala berfirman,

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS. Al Baqarah:
195).


Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu (QS. An Nisa: 29).
Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau membinasakan diri
sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan dan akal seseorang. Sehingga dari
ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu haram.
Ketiga: Dari Ummu Salamah, ia berkata,
- -


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan dan
mufattir (yang membuat lemah) (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini dhoif). Jika khomr itu haram, maka demikian pula
dengan mufattir atau narkoba.
Keempat: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
,


,

Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di
neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal
selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati maka racun itu
tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal
selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan
ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal
selama lamanya (HR Bukhari no. 5778 dan Muslim no. 109).
Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang menyebabkan
dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi sebab yang bisa mengantarkan
pada kebinasaan karena narkoba hampir sama halnya dengan racun. Sehingga hadits ini pun
bisa menjadi dalil haramnya narkoba.
Kelima: Dari Ibnu Abbas, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya (HR.
Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66. Kata Syaikh
Al Albani hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan jelas terlarang memberi mudhorot pada
orang lain dan narkoba termasuk dalam larangan ini.
Sebagaimana yang dijelaskan, bahwa NAPZA dan sejenisnya baik yang cair dan yang bentuk
padat, yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan akal, kesadaran, dan bahkan dapat
merugikan orang lain, maka setiap ulama memiliki pandangan yang berbeda tentang hal
tesebut yang mewakili pendapat ulama ulama yang lain yaitu

1. Syaikul Islam Ibnu Taimuiyah mennrturkan bahwa NAPZA dan sejenisnya adalah
haram baik memabukkan atau tidak. Beliau menambahkan, bahkan lebih haram dari khamer,
karena kadar bahayanya jauh lebih hebat dari pada khamer yaitu yang dapat merugikan orang
laian atau dirinya sendiri

2. Syeikh M. Bin Ibrahim Al-Syeikh menukil dari Ibnu Hajar Al-Haitami tentang
haramnya barang tersebut dari 4 imam mazhab. Demikian pula, seluruh ulama kerajaan Saudi
sepakat haramnya barang tersebut.

3. Mufti Mesir Syeikh Jaadul haq Ali Jaadul haq menuturkan: Para ulama mazhab telah
sepakat, bahwa haram hukumnya dalam menghasilkan, menanam, berdagang dan
mengkonsumsinya. Baik itu alami atau ciptaan dan orang yang melakukan hal-hal tersebut.

2.2.6. Seputar Hukum bagi Pecandu Narkoba


Jika jelas narkoba itu diharamkan, para ulama kemudian berselisih dalam tiga masalah:
(1) bolehkah mengkonsumsi narkoba dalam keadaan sedikit, (2) apakah narkoba itu najis, dan
(3) apa hukuman bagi orang yang mengkonsumsi narkoba.
Menurut jumhur- mayoritas ulama, narkoba itu suci (bukan termasuk najis), boleh
dikonsumsi dalam jumlah sedikit karena dampak muskir(memabukkan) yang ditimbulkan
oleh narkoba berbeda dengan yang ditimbulkan oleh narkoba. Bagi yang mengkonsumsi
narkoba dalam jumlah banyak, maka dikenai hukuman tazir (tidak ditentukan hukumannya),
bukan dikenai had (sudah ada ketentuannya seperti hukuman pada pezina). Kita dapat melihat
hal tersebut dalam penjelasan para ulama madzhab berikut:
Dari ulama Hanafiyah, Ibnu Abidin berkata, Al banj (obat bius) dan semacamnya dari
benda padat diharamkan jika dimaksudkan untuk mabuk-mabukkan dan itu ketika
dikonsumsi banyak. Dan beda halnya jika dikonsumsi sedikit seperti untuk pengobatan.
Dari ulama Malikiyah, Ibnu Farhun berkata, Adapun narkoba (ganja), maka hendaklah yang
mengkonsumsinya dikenai hukuman sesuai dengan keputusan hakim karena narkoba jelas
menutupi akal. Alisy salah seorang ulama Malikiyah- berkata, Had itu hanya berlaku
pada orang yang mengkonsumsi minuman yang memabukkan. Adapun untuk benda padat
(seperti narkoba) yang merusak akal namun jika masih sedikit tidak sampai merusak akal-,
maka orang yang mengkonsumsinya pantas diberi hukuman. Namun narkoba itu sendiri suci,
beda halnya dengan minuman yang memabukkan.
Dari ulama Syafiiyah, Ar Romli berkata, Selain dari minuman yang memabukkan
yang juga diharamkan yaitu benda padat seperti obat bius (al banj), opium, dan beberapa jenis
zafaron dan jawroh, juga ganja (hasyisy), maka tidak ada hukuman had (yang memiliki
ketentuan dalam syariat) walau benda tersebut dicairkan. Karena benda ini tidak membuat
mabuk (seperti pada minuman keras, pen). Begitu pula Abu Robi Sulaiman bin Muhammad
bin Umar yang terkenal dengan Al Bajiromi- berkata, Orang yang mengkonsumsi obat
bius dan ganja tidak dikenai hukuman had berbeda halnya dengan peminum miras. Karena
dampak mabuk pada narkoba tidak seperti miras. Dan tidak mengapa jika dikonsumsi sedikit.
Pecandu narkoba akan dikenai tazir (hukuman yang tidak ada ketentuan pastinya dalam
syariat).
Sedangkan ulama Hambali yang berbeda dengan jumhur dalam masalah ini. Mereka
berpendapat bahwa narkoba itu najis, tidak boleh dikonsumsi walau sedikit, dan pecandunya
dikenai hukuman hadd seperti ketentuan pada peminum miras-. Namun pendapat jumhur
yang kami anggap lebih kuat sebagaimana alasan yang telah dikemukakan di atas.

2.2.7. Mengkonsumsi Narkoba dalam Keadaan Darurat


Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau narkoba
dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk meredam rasa sakit. Ini adalah
keadaan darurat. Dan dalam keadaan tersebut masih dibolehkan mengingat kaedah yang
sering dikemukakan oleh para ulama,

Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang
Imam Nawawi rahimahullah berkata, Seandainya dibutuhkan untuk mengkonsumsi
sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika mengamputasi tangan, maka ada dua
pendapat di kalangan Syafiiyah. Yang tepat adalah dibolehkan.
Al Khotib Asy Syarbini dari kalangan Syafiiyah berkata, Boleh menggunakan sejenis napza
dalam pengobatan ketika tidak didapati obat lainnya walau nantinya menimbulkan efek
memabukkan karena .kondisi ini adalah kondisi darurat.

2.2.8. . Macam-macam Narkoba, Pengaruh dan Efek Penggunaannya.


1. Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid.
Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin)
dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam
hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan kecanduan.
2. Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC,
tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang
yang berkepanjangan tanpa sebab).
Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini
biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium
juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan
negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah
dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan
dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

3. Shabu-shabu (ubas, ss, mecin)


Nama aslinya methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap
masakan. Jenisnya antara lain gold river, coconut, dan kristal.
Efek yang ditimbulkan :Menjadi bersemangat, Paranoid, Gelisah, Tidak bisa diam, Tidak
ingin makan, Tidak bisa tidur, Otak sulit berfikir dan konsentrasi, Kesehatan terganggu
karena menyerang fungsi lever dan darah.

4. Putaw (PT, bedak, putih)


Putaw adalah sejenis heroin dengan kadar lebih rendah (heroin kelas lima atau enam). Zat ini
berasal dari sari bunga opium. Putaw terdiri dari beberapa jenis antara lain banan dan snow
whitee. Bentuknya seperti bedak dan dijual dalam bentuk paket gram atau paketan gauw.
Efek pemakaian putaw: Mata menjadi sayu - Menjadi pendiam, Mengantuk - Mata berair,
Pucat - Badan menjadi kurus / mual-mual, Bicara tidak jelas - Sulit berfikir, Tidak dapat,
konsentrasi - Pemarah dan temperamental, Cadel - Pandai berbohong, Hidung gatal - Plin-
plan, Menyebabkan kelumpuhan - Kematian bila overdosis, Terkena gangguan darah dan
darah Sakaw atau sakit karena putaw terjadi apabila si pecandu "putus" menggunakan putaw.
Sebenarnya sakaw salah satu bentuk detoksifikasi alamiah yaitu membiarkan si pecandu
melewati masa sakaw tanpa obat. Selain diberikan motivasi dan didampingi. Gejala yang
ditimbulkan : Mual-mual, Mata dan hidung berair, Sakit perut / diare, Tulang, terasa ngilu,
Badan berkeringat dan Selalu kedinginan
Umumnya pemakaian zat-zat tersebut seringkali mengakibatkan ketagihan (addiction),
bahkan sampai pada tataran ketergantungan (dependence). Zat atau bahan (obat) yang dapat
menimbulkan adiksi dan dependensi, adalah zat yang memiliki ciri sebagai berikut:
a. Keinginan yang tak tertahankan atau kebutuhan yang luar biasa untuk senantiasa
menggunakan zat tersebut. Keinginan itu mendorongnya untuk mendapatkan zat yang
dimaksud, dengan jalan apa pun akan ditempuhnya tanpa mempedulikan resikonya.

b. Kecenderungan untuk menaikkan dosis sesuai dengan toleransi tubuhnya

c. Ketergantungan psikis (psychological depedence) pada obat itu. Apabila pemakaiannya


dihentikan akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan gejala-gejala psikis
lainnya.

d. Ketergantungan fisik (physical depedence), apabila pemakaian zat ini dihentikan, akan
menimbulkan gejala fisik , yang dinamakan gejala putus NAZA (withdrawal symptom).

2.2.9.Narkoba dalam tinjauan kesehatan


Khamr dapat mengancam kehidupan manusia, karena dapat mengakibatkan bahaya
yang tidak kecil artinya, seperti penyakit paru-paru. Ia juga sangat membahayakan tubuh
karena dapat melemahkan daya imunitas (kekebalan tubuh) terhadap penyakit, dan
berpengaruh terhadap organ tubuh khususnya terhadap liver (hati), juga bisa melemahkan
intensitas kerja syaraf. Oleh karena itu tak ayal lagi khamr merupakan sebab utama dari
berbagai macam penyakit syaraf, juga merupakan faktor terpenting penyebab kegilaan,
kesengsaraan dan tindakan kriminal.

Di bawah ini adalah keterangan-keterangan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam


tentang celaan terhadap para pemakai narkoba:
1. Para pemakai narkoba seperti penyembah berhala
Dalam suatu riwayat disebutkan: "Barangsiapa minum khamr tidak sampai mabuk maka
Allah berpaling darinya selama empat puluh malam, dan barangsiapa minum sampai mabuk
tidak diterima sedekah dan perbuatannya, selama empat puluh malam, dan apabila ia mati
(dalam keadaan demikian maka ia mati) seperti (matinya) penyembah berhala, dan Allah
pasti memberikan minuman Thinatul Khabal ". Lalu para sahabat bertanya: "Apakah Thinatul
Khabal itu wahai Rasulullah ?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "(Yaitu air)
perahan tubuh penghuni neraka (yaitu) nanah dan darah".

2. Para pemakai narkoba apabila mati sebelum bertaubat tidak akan masuk surga.
Dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan masuk surga siapa yang durhaka kepada
kedua orang tua dan tidak pula para peminum khamr". (HR Nasa'i, Ahmad, Al-Bazar, Al-
Hakim dengan sanad yang shahih).
Dan dalam riwayat yang lain disebutkan, yang artinya: "Tiga golongan yang diharamkan
Allah atasnya surga, (yaitu) peminum khamr, yang durhaka kepada kedua orang tua, dan
dayyuts yaitu yang membiarkan kemungkaran pada keluarganya". (Musnad Al-Imam Ahmad
No.6059 dari Salim bin Ibnu Umar).

3. Barangsiapa yang mabuk tidak diterima shalatnya.


Dari Abdullah bin Umarzia berkata: Rasulullah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa minum khamar di dunia maka Allah tidak menerima shalatnya 40
hari (arba'iina shobaahan) , lalu apabila ia bertobat maka Allah menerima tobatnya. Lalu
apabila ia kembali (minum khamar) maka Allah tidak menerima shalatnya 40 hari. Lalu
apabila ia bertobat maka Allah menerima tobatnya, lalu apabila ia kembali (minum khamar)
maka Allah tidak menerima shalatnya 40 hari. Lalu apabila ia bertobat, Allah menerima
tobatnya. Lalu apabila ia kembali (minum khamr) yang keempat kalinya maka Allah tidak
menerima shalatnya 40 hari, lalu apabila ia bertobat maka Allah tidak menerima tobatnya,
dan memberinya minum dari sungai nanah dan darah. (HR At-Tirmidzi dan dihasankannya,
kemudian dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' 6312).

4. Para peminum khamr hilang kesempurnaan imannya.


"Tidaklah mencuri si pencuri sedang ia mukmin (dengan keimanan yang sempurna), dan
tidaklah berzina orang yang melakukan zina sedang ia mukmin (dengan keimanan yang
sempurna), dan tidaklah minum khamr si peminum sedang ia mukmin (dengan keimanan
yang sempurna)".(HR Bukhori, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa'i).
Di dalam riwayat dari Ibnu Umar radhiallaahu anhu ia berkata, Rasulullah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Setiap yang memabukkan itu adalah khamr,
dan setiap yang memabukkan itu adalah haram, dan barangsiapa minum khamr di dunia lalu
ia mati sedang dia membiasakannya dan tidak bertobat, maka ia tidak akan meminumnya di
akherat." (Dikeluarkan oleh Muslim 2003).

5. Orang-orang yang terlibat dalam khamr ini semuanya terlaknat.


Dari Ibnu Abbas radhiallaahu anhu bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jibril telah datang kepadaku dan berkata: "Wahai Muhammad sesungguhnya Allah telah
melaknat (dalam masalah khamr) ini adalah produsen (pembuatnya), distributor
(pengedarnya), penjual-nya, pembelinya, peminumnya, pemakan uang hasilnya,
pembawanya, yang dibawakan untuknya, penuangnya, (orang) yang dituangkan (khamr)
untuknya". (Diriwayatkan Imam Ahmad dengan sanad shahih, dan Ibnu Hibban dalam kitab
shahihnya, serta Al-Hakim, dan dikatakan shahih oleh Mundziri).

6. Dilarang berobat dengan menggunakan khamr.


Menurut para ulama tidak diperbolehkan pengobatan dengan menggunakan khamr,
berdasarkan riwayat dari Thariq bin Suwaid radhiallaahu anhu bahwasanya ia bertanya
kepada Nabi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang khamr, maka beliau
melarangnya, maka ia (Thariq) berkata: "Sesungguhnya aku membuatnya itu hanyalah untuk
obat." Maka beliau berkata:
"Sesungguhnya dia (khamar) itu bukanlah obat, tetapi penyakit." (Dikeluarkan oleh
Muslim;1948).
Begitulah Rasulullah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencela para peminum khomr
tersebut hingga berobat dengannya juga tidak boleh, dan seandainya ada sebagian orang
menganggap bahwa padanya ada kemanfaatan maka Allah telah menjelaskan dalam Al-
Qur'an bahwa bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Hanya orang yang bodoh sajalah
yang mengambil sesuatu yang kecil manfaatnya dengan resiko yang besar.
Dalam hal ini para sahabat Nabi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam begitu gigih
melarang minum khamr, sampai Umar bin Khatthab melipat gandakan hukuman cambuk bagi
peminum khamr ini, dan amat membenci para pelakunya setelah diharamkannya, bahkan
sebagian ulama (menurut Imam Adz-Dzahabi) melarang memberi salam kepadanya, tidak
menjenguknya tatkala mereka sakit, serta tidak mendatanginya (menyaksikan) jenazahnya
sewaktu mereka meninggal. Na'udzubilah min dzalik. (Diambil dari kitab Al-Kabair (Adz-
Dzahabi), Fiqhus Sunnah (Syaikh Sayyid Sabiq), dan Ad-Durus al-Yaumiyyah minas sunani
wal ahkamis syar'iyyah (Rasyid bin Husin al-Abd Al-Karim).
2.2.10. Bahaya dibidang Ekonomi
1. Kecanduan narkotika penyebab penghamburan harta. Padahal Allah menyuruh agar
dipelihara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

2. Menyebabkan tunakarya. Sebab pecandu narkotika tak mampu menjalankan aktivitas


dan tugasnya dengan baik.

3. Melemahkan SDM suatu negara.

4. Memperkuat musuh umat dan membantunya dalam pelaksanaan program-program


busuk mereka.

5. Menyebabkan kerugian besar bagi negara dalam menanggulanginya. Hal ini


merupakan beban ekonomi baru yang harus ditanggung permerintah.

6. Menyebabkan terkumpulnya kekayaan pada segelintir orang yang berdagang obat


terlaknat ini. Bahkan tak jarang mereka pergunakan untuk memukul perekonomian suatu
negara Islam.

2.2.4 Bahaya dibidang Sosial Masyarakat

`Di dalam lingkungan masyarakat NAPZA dapat menyebabakn banyak terjadinya


perceraian dan hancurnya mahligai rumah tangga. Penyebab timbulnya berbagai perselisihan
dan hilangnya keharmonisan antar anggota keluarga dan tak jarang anak-anak menjadi
korbannya. Karena pecandu NAPZA tidak akan mampu melaksanakan tugas-tugas rumah
tangganya dan tidak dapat memenuhi kebutuhan keluaganya. Oleh karena itu tidak jarang
seseorang mencampakkan keluarganya demi membeli racun jahat ini. Dan pencandu dapat
bebuat kriminal untuk mendapatkan barang haram ini jika barang tersebut tidak terpenuhi.
Hal inilah yang dapat menimbulkan berbagai tingkat kriminal di dalam masyarakat seperti
menipu mauapun mencopet barang orang lain.

Didalam pekerjaan pecandu tidak dapat bekerja dengan benar atau maksimal dan
dapat kehilanag kepercayaan diri karena mereka dapat berfikir dengan jernih dan pikiran
pecandu selalu ingin merasakan barang jahanam tesebut setiap waktu mereka.

Pemakai narkotika akan lemah daya ingatnya. Jika pemakainya adalah mahasiswa
maka akan melenyapkan prestasi belajarnya bahkan sampai ter D. O dari kampus dan gagal
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Didalam lalu lintas pencandu dapat merugikan orang lain karena pada saat mereka
berkendara mereka tidak akan berkonsentrasi dalam berkendara dan akibatnya dapat terjadi
kecelakaan yang menabrak orang yang tidak bersalah di jalan raya.
Begini Syariat Islam Memandang Hukuman Mati Bagi Gembong Narkoba

KIBLAT.NET, Pemerintah Indonesia Rabu dini hari (29/04/2015) kembali mengeksekusi


gembong narkoba di lembaga pemasyarakatan Nusakambangan. Setidaknya delapan
terpidana mati kasus narkoba dieksekusi pada tengah malam itu. Pro kontra hukuman ini
masih bergulir, khususnya di kalangan aktivis kemanusiaan. Namun, bagaimana syariat Islam
memandang hukuman ini. Berikut Kiblat.net sajikan tulisan Dr. Ahmad Zain An-Najah,
pakar syariat Islam, berjudul Hukuman Mati Bagi Produsen dan Pengedar Narkoba:

Akhir-akhir ini ramai dibicarakan di kalangan masyarakat tentang hukuman mati bagi para
produsen, bandar dan pengedar narkoba, apakah hal tersebut sesuai dengan ajaran Islam?
Apakah ada alternatif lain, selain hukuman mati. Tulisan di bawah ini menjelaskannya:

Para ulama membedakan antara hukuman kepada pengedar dan hukuman kepada pengguna
narkoba;

Pertama: Hukuman Bagi Pengguna Narkoba

Orang yang mengonsumsi narkoba disamakan dengan para peminum khomr, maka
hukumannya adalah tazir, yaitu hukuman yang belum ditetapkan batasannya oleh syariat dan
diserahkan kepada pemerintah setempat dengan mengacu kepada maslahat. Tazir ini bisa
berupa penjara, cambuk, sampai hukuman mati, tergantung pada kasus yang menimpanya dan
dampak kerusakan yang ditimbulkan.

Kedua: Hukuman Bagi Produsen dan Pengedar Narkoba

Para ulama menyatakan bahwa hukuman bagi para produsen dan pengedar narkoba yang
menyebabkan kerusakan besar bagi agama, bangsa dan negara, khususnya generasi muda
yang menjadi tulang punggung generasi adalah hukuman mati. Hal itu berdasarkan dalil-dalil
berikut:

Pertama: Firman Allah yang artinya, Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikianitu (sebagai) suatu penghinaan
untuk mereka di dunia, dan di akhiratmerekaberolehsiksaan yang besar. (Qs. Al-Maidah: 33)
Ayat di atas menunjukkan, yang memerangi Allah dan Rasul-Nya serta membuat kerusakan
di muka bumi salah satu hukumannya adalah dibunuh. Memproduksi dan mengedarkan
narkoba serta menyelendupkannya di suatu negara akan membuat kerusakan yang sangat
besar terhadap generasi bangsa tersebut. Perbuatan seperti ini merupakan salah satu bentuk
memerangi ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka hukumannya adalah dibunuh berdasarkan ayat
di atas.

Kedua: Hadist Urainiyin yang datang ke kota Madinah, Hal itu sebagaimana diceritakan
sahabat Anas bin Malik, Beberapa orang dari Ukl atau Urainah datang ke Madinah, namun
mereka tidak tahan dengan iklim Madinah hingga mereka pun sakit. Beliau lalu
memerintahkan mereka untuk mendatangi unta dan meminum air kencing dan susunya. Maka
mereka pun berangkat menuju kandang unta (zakat), ketika telah sembuh, mereka membunuh
pengembala unta Nabi shallallahu alaihi wasallam dan membawa unta-untanya. Kemudian
berita itu pun sampai kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam menjelang siang. Maka beliau
mengutus rombongan untuk mengikuti jejak mereka, ketika matahari telah tinggi, utusan
beliau datang dengan membawa mereka. Beliau lalu memerintahkan agar mereka dihukum,
maka tangan dan kaki mereka dipotong, mata mereka dicongkel, lalu mereka dibuang ke pada
pasir yang panas. Mereka minta minum namun tidak diberi. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist di atas menunjukkan bahwa rombongan yang datang ke kota Madinah membuat
kerusakan di muka bumi dengan membunuh dan merampok. Maka, hukuman baginya
dipotong kaki dan tangan serta dicongkel mata mereka. Tidak hanya itu, mereka dibuang di
padang pasir, yang pada akhirnya mereka akan mati. Produsen dan pengedar narkoba
termasuk yang membuat kerusakan, maka hukumannya adalah dibunuh jika dampak
kerusakannya sangat besar.

Ketiga: Hadist Dulaim al-Himyari radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata:Suatu ketika


saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, saya berkata : Wahai
Rasulullah, kami berada di suatu tempat yang cuacanya sangat dingin mengerjakan suatu
pekerjaan berat, kamipun membuat minuman dari gandum ini, untuk menguatkan kita dalam
bekerja, dan untuk melawan cuaca dingin di daerah kami. Beliau bertanya : Apakah
minuman tersebut memabukkan ? Saya jawab : Iya. Beliau berkata : Jauhi minuman
tersebut. Saya berkata : kemudian saya datang lagi dan bertanya seperti itu lagi, maka beliau
bertanya : Apakah minuman tersebut memabukkan ? Saya jawab : Iya. Beliau berkata :
Jauhi minuman tersebut. Saya jawab :Masyarakat tidak mau meninggalkannya. Beliau
bersabda :Jika mereka tidak mau meninggalkannya, maka bunuhlah mereka. (HR. Ahmad,
18035. Berkata Syuib al-Arnauth: Hadist Shahih )

Hadist di atas menunjukkan bahwa peminum khomr yang tidak jera boleh dibunuh, apalagi
produsen dan pengedarnya.

Keempat: Hadist Ibnu Umar radhiyallahu anhu tentang laknat Allah kepada pembuat,
pengedar dan peminum khomr, Allah melaknat khomr, peminumnya, penuangnya,
penjualnya, pembelinya, produsennya, pemesannya, pengedarnya, dan penadahnya. (HR.
Abu Daud, no: 3676, Ibnu Majah, 3380)

Segala sesuatu yang dilaknat oleh Allah jika hal itu sangat membahayakan bagi kehidupan
manusia, maka harus dihilangkan walaupun kadang harus menghilangkan nyawa pelakunya.

Kelima: Islam memerintahkan kepada umatnya menjaga lima hal pokok kehidupan manusia,
yaitu agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta. Pengedar narkoba menghancurkan lima sendi
pokok tersebut; menghancurkan agama, karena narkoba telah menjauhkan seseorang dari
ajaran agama; menghancurkan jiwa, karena banyak korban jiwa akibat mengonsumsi
narkoba; menghancurkan akal, karena banyak orang yang rusak otak dan akalnya setelah
mengonsumsi narkoba; menghancurkan harta, karena sudah terlalu banyak harta yang
terkuras dan dihambur-hamburkan hanya sekedar memburu dan membeli barang haram
tersebut.

Keenam: Keputusan Majlis Dewan Ulama Senior Saudi Arabia no: 138 pada sidang ke -29 di
kota Riyadh tanggal 9/6/ 1407 H 20/6/1407 H, yang di antara isinya adalah sebagai berikut:

Adapun bagi yang menyelundupkan narkoba, maka hukumannya adalah dibunuh, karena
penyelendupan narkoba dan memasukkannya ke negara-negara akan menyebabkan kerusakan
yang besar, ini tidak hanya menimpa penyelundup itu sendiri, tetapi juga akan menimpakan
kepada umat secara keseluruhan musibah yang sangat berbahaya. Hukuman ini juga berlaku
bagi pelaku yang mengimpor atau menadah narkoba dari luar negri yang darinya akan
dipasarkan ( kepada masyarakat ).

Ketujuh: Fatwa Majlis Ulama Indonesia, yang ditetapkan pada tanggal 12 Desember 2014
melalui rapat pleno Komisi Fatwa, yang berisikan menjatuhkan hukuman tazir sampai
hukuman mati kepada produsen, bandar, dan pengedar narkoba sesuai dengan kadar narkoba
yang dimiliki atau diproduksi atau telah beberapa kali terbukti menyalahgunakan narkoba
demi kepentingan kemashalatan yang lebih besar.

Kedelapan: Pendapat para ulama, antara lain Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah dan Syekh
Wahbah az-Zuhaili dalam alFiqh alIslami wa Adillatuhu ( 7/ 5595), disebutkan bahwa orang
yang kejahatannya di muka bumi tidak dapat dihentikan kecuali dengan dibunuh, maka ia
boleh dibunuh.

Kesembilan: Beberapa Negara juga telah menerapkan hukuman mati bagi para pengedar
Narkoba, diantaranya adalah Indonesia, Singapura Malaysia, Vietnam, Iran, Saudi Arabia
dan Cina. Hal ini menunjukkan bahwa pengedar narkoba telah meresahkan dan merusak
masyarakat dunia, oleh karena itu mereka menetapkan hukuman mati bagi pengedar narkoba.
Ini semua untuk menjaga jiwa dan akal manusia.

Kesepuluh: Indonesia dalam kondisi darurat narkoba, karena terdapat 5 juta pemakai
narkoba, dan 2 juta jiwa di antaranya dalam keadaan parah sehingga tak bisa lagi
direhabilitasi. Dan sekitar 40-50 orang tewas setiap harinya, jika dijumlah maka angka
kematian akibat narkoba di Indonesia sekitar 14.400-18.000 jiwa. Selain itu, Indonesia adalah
Negara ketiga pengguna narkoba terbesar di dunia. Oleh karena itu hukuman mati bagi
pengedar narkoba sangat tepat untuk menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran. Wallahu
Alam.
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Beberapa hal yang bisa disimpulkan dari tulisan ini, dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam hal mendefinisikan miras (khamer),
sebagai berikut:

a. Imam Abu HanifahMenurut al Imam Abu Hanifah, khamer (miras) adalah : Minuman
keras yangmemabukkan yang berasal dari perasaan anggur saja. Sedangkan yang terbuat
dariselain anggur, dinamakan nabidz. Oleh karena itu bagi peminumnya (nabidz) tidak
dikenakan hukuman had.

b. Jumhur ulama (Syafii, Maliki, dan Ahmad) Menurut mereka Khamer adalah:Nama
(sebutan) dari setiap minuman yang memabukkan. Oleh karenanya dari apapun minuman itu
dibuat, asalkanmemabukkan, maka minuman tersebut layak dinamakan khamer. Bagi
peminumnya dikenakan hukuman had.

c. Untuk memperoleh definisi yang kongkrit, dan sesuai dengan pendapat ulamaSyafiiyah
sebagai panutan mayoritas masyarakat hukum di Indonesia, diadakan penggabungan kedua
definisi di atas. Sehingga khamer didefinisikan sebagai: Zatcair atau zat padat yang berasal
dari zat cair yang disajikan untuk minuman, yangapabila diminum akan memabukkan.

2. Dari definisi di atas (definisi miras)

menunjukkan bahwa menurut pandangan HukumIslam, narkoba bukanlah miras (khamer).


Hanya saja pada narkoba terdapat illat yang sama dengan khamer. Illat tersebut adalah sifat
iskar (memabukkan). Oleh karena itu bagi pelaku penyalahgunaan narkoba tidak dikenakan
hukuman had, melainkandikenakan hukuman dengan jalan qiyas terhadap miras. Yaitu:

a. Apabila penyidikannya menunjukkan illat yang lebih rendah (ringan) dari padakhamer,
maka yang dipakai adalah qiyas adwan. Dalam arti derajat hukuman pidananya harus di
bawah hukuman had.

b. Apabila penyidikanya menunjukkan illat yang sama dengan khamer, maka yangdipakai
adalah qiyas musawi. Dalam arti derajat hukumanya dipersamakan denganhukuman had.
Akan tetapi apabila penyidikanya menunjukkan lebih berat dari padakhamer, maka yang
dipakai adalah qiyas aulawi. Artinya , derajat hukumanya lebih berat dari hukuman had.
Sedangkan muatan berat-ringanya (berat) hukuman sepenuhnya menjadi wewenang hakim.
DAFTAR PUSTAKA

Nazaruddin H. Nirwan dkk.,Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran 2,


(Jakarta :Depag RI.,2003)

An Nawazil fil Asyribah, Zainal Abidin bin Asy Syaikh bin Azwin Al Idrisi Asy Syinqithiy,
terbitan Dar Kunuz Isybiliya, cetakan pertama, tahun 1432 H, hal. 205-229.

Abudin Nata (Ed.), Masail Fiqhiyyah, Cet. II, ( Jakarta : Prenada, 2006).

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah pada Masalah Masalah Kontemporer


Hukum Islam, Cet. II, ( Jakarta : Grafindo, 1997).

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/narkoba-dalam-pandangan islam.html/comment-
page-1.

http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/26/pandangan-islam-tentang-hukum-merokok-
504321.html

Anda mungkin juga menyukai