Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Pesatnya perubahan zaman dan kemajuan teknologi membawa


perubahan dan pergeseran tatanan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan,salah
satunya berupa kemerosotan nilai-nilai moral yang melanda masyarakat. Hal
tersebut tidak lepas dari ketidak efektifan penanaman nilai-nilai moral baik di
lingkungan sekolah maupun di masyarakat secara keseluruhan. Salah satu
indikasi gejala kemerosotan moral diantaranya adalah semakin maraknya
penyalahgunaan narkoba di masyarakat terutama pada kalangan remaja.
Maraknya penyalahgunaan narkoba tidak hanya di kota-kota besar saja,
tapi sudah sampai ke kota-kota kecil di wilayah Republik Indonesia, mulai dari
tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas.
Dari data yang ada, penyalahgunaan narkoba paling banyak berumur antara 15-
24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdaganganh
gelap narkoba. Oleh karena itu, kita semua perlu mewaspadai bahaya dan
pengarunya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda.
Penyalahgunaan gunaan narkotika dewasa ini telah mencapai situasi yang
mengkhawatirkan sehingga menjadi masalah nasional maupun internasional
yang mendesak. Indonesia saat ini bukan hanya merupakan daerah transit tetapi
sudah menjadi daerah pemasaran. Dapat dikatak bahwa pada saat ini Indonesia
sedang dilanda penyalahgunaan narkoba yang sangat serius karena mengancam
generasi muda. Remaja merupakan golongan yang rentan terhadap
penyalahgunaan narkotika karena selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu
ingin mencoba mereka juga mudah tergoda dan mudah putus asa sehingga
mudah jatuh pada masalah penyalahgunaan narkotika.
Penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan. Saat ini penyalahgunaan narkoba
melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan
anak-anak. Penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang akhirnya merugikan kader-kader penerus bangsa.

Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif
lainnya. Narkoba adalah obat, bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan jika
diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada
kerja otak (susunan syaraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan.
Akibatnya kerja otak berubah (meningkat atau menurun), demikian juga fungsi
vital organ tubuh lain ( jantung, peredaran darah, pernapasan dan lainnya).
Narkoba merupakan salah satu jenis obat penghilang rasa sakit yang sering
disalahgunakan oleh manusia. Narkoba awalnya digunakan untuk obat bius saat
operasi. Namun, sekarang seiring perkembangan zaman banyak digunakan untuk
menenangkan pikiran dan mendapat kesenangan dengan dosis yang besar.
Penggunaan narkotika selain untuk tujuan pengobatan, dikatakan sebagai
penyalahgunaan. Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kejahatan yang
mengancam keselamatan, baik fisik maupun jiwa si pemakai dan juga terhadap
masyarakat di sekitar secara sosial. Selain itu, penyalahgunaan bersifat patologik,
berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan menimbulkan gangguan fungsi
sosial dan okupasional atau dapat dikatakan sebagai pemakai/ pengguna
narkotika. Istilah narkotik atau narkotika sendiri berasal dari bahasa Yunani yang
artinya klenger (teler).
Sesuai dengan Undang-Undang Narkoba Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif lainnya.
1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo (1986) bahwa pengertian narkotika adalah
“Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya
dengan memasukkan kedalam tubuh.” Pengaruh tersebut bisa berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau
timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan
ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan
kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan
lain-lain. Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Narkotika golongan I, adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu
pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b. Narkotika golongan II, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin,
benzetidin, dan betametadol.
c. Narkotika golongan III, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
kodein dan turunannya.
2. Psikotropika
Pengertian Psikotopika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah :
a. Psikotropika golongan I, adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.
b. Psikotropika golongan II, adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin,
metamfetamin, dan metakualon.
c. Psikotropika golongan III,adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal,
buprenorsina, dan fleenitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif
ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
nitrazepam (BK, mogadon, dumolid) dan diazepam.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
a. Rokok
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat,
bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan.

Pembahasan
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia beberapa tahun terakhir ini
menjadi masalah yang cukup memprihatinkan, sehingga permasalahan narkoba
menjadi masalah nasional. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia
menjadi sasaran yang sangat potensial sebagai tempat pengedaran narkoba
secara ilegal. Penyalahgunaan narkoba masih menjadi masalah kronis yang
menimpa Indonesia, kasus peredaran sabu, ganja dan banyak tertangkapnya
bandar-bandar narkoba internasional dalam beberapa tahun terakhir menjadi
bukti bahwa Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat narkoba.
Tantangan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar juga begitu
besar. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian
narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2014 berjumlah
112.305. Para pencandu narkoba di Indonesia pada umumnya berusia antara 11
sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.
Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus
narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran
HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi
makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih
sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja
maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang
terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah
penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga,
sekolah dan masyarakat.

Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh
hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun
masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan
besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Bekerja bersama dalam rangka
melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang
bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya
narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima merupakan kegiatan
yang sangat penting.
Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk
mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari
bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam
penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang
menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented).
Sejauh ini kampanye yang dilakukan berpedoman pada satu konsep dasar
say no to drugs tanpa didukung oleh alasan yang jelas dan menyeluruh mengapa
narkoba dijauhi. Apalagi untuk kalangan siswa sekolah menengah dimana kondisi
psikologis mereka yang masih suka mencoba-coba akan cenderung melanggar
larangan say no to drugs karenakebanyakan kampanye (poster) hanya berkutat
pada konsep tanpa mengemukan alasan yang riil mengenai bahaya yang
ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Selain itu,
kampanye yang dilakukan juga masih belum begitu mengena dengan baik dari
segi pesan maupun dari segi visual.
Kampanye yang dilakukan sebaiknya tidak lagi berkutat pada konsep say
no to drugs yang lama. Dimana hanya muncul larangan tanpa ada penjelasan
atau apa yang didapat dari tidak menggunakan narkotika dan obat-obatan
terlarang. Saat ini kampanye harus dilakukan pada tingkat yang mendasar yaitu
pada sekolah menengah dan lebih bersifat pencegahan. Karena dengan
menjelaskan efek-efek negatif yang ditimbulkan narkoba pada sebuah media,
maka diharapkan akan dapat memberikan gambaran yang jelas pada
khalayaknya yang memiliki rasa ingin tahu besar dan kebanyakan sudah
dipengaruhioleh budaya barat yang masuk melalui media-media informasi baik
itu dari televisi atau internet.
Jadi kita membutuhkan kampanye anti narkoba dan obat-obatan
terlarangdalam bentuk preventif-persuasif. Dimana pada kampanye yang
dilakukan selain mengajak khalayak untuk menjauhi narkoba juga memberikan
penjelasan yang selengkap mungkinmengenai mengapa narkoba harus dijauhi.
Selain itu, memperbaiki bentuk visual yang sudah ada menjadi lebih menarik dan
sesuai dengan kondisi pada saat ini yang lebih menyukai sesuatu yang bersifat
tidak formal.

Bentuk-bentuk kegiatan preventif yang dapat dilakukakan di sekolah


antara lain sebagai berikut:
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
Program ini berupa pemberian informasi satu arah (monolog) dari pembicara
kepada siswa tentang bahaya pemakaian narkoba. Informasi tersebut
disampaikan oleh tokoh masyarakat (bukan tenaga profesional), seperti
ulama, pejabat, seniman, dan sebagainya. Penyampaian kampanye oleh
ulama, pejabat, dan para tokoh masyarakat diharapkan dapat meberikan
pesan yang lebih mengena kepada siswa, sehingga pesan tersebut dapat
tertanam pada diri para siswa.
b. Penyuluhan seluk beluk narkoba
Berbeda dengan kampanye yang monolog, penyuluhan bersifat dialog dan
tanya jawab. Bentuk penyuluhan dapat berupa seminar, ceramah, dan lain-
lain. Tujuannya adalah mendalami berbagai masalah tentang narkoba
sehingga siswa benar-benar tahu dan karenanya tidak tertarik untuk
menyalahgunakan narkoba. Pada penyuluhan ada dialog atau tanya jawab
tentang narkoba yang lebih mendalam. Materi disampaikan oleh tenaga
profesional, dokter, psikolog, polisi, ahli hukum, sosiolog sesuai dengan tema
penyuluhan. Penyuluhan tentang narkoba ditinjau lebih mendalam dari
masing-masing aspek sehingga diharapkan akan lebih menarik dari
kampanye.
c. Membentuk konselor sekolah
Konselor sekolah yang dimaksud terdiri dari para guru yang diltih secara
khusus untuk pencegahan penyalahgunan narkoba. Konselor sekolah dalam
konteks ini tidak semata-mata hanya guru BP, tetapi guru pada umumnya
yang memenuhi kriteria sebagai konselor sekolah. Kualifikasi konselor
sekolah antara lain mempunyai minat yang sungguh-sungguh terhadap
orang lain, mampu mengadakan empati dan sensitif terhadap
kebutuhan/keadaan orang lain, mempunyai daya observasi yang tajam, dan
terbuka untuk pendapat dari luar. Selain itu, konselor sekolah harus mampu
untuk mengidentifikasi kendala-kendala psikologis, sosial kultural dan
spiritual. Tugas konselor sekolah antara lain mengenal secara dini siswa
yang telah menggunakan narkoba maupun siswa yang berpotensi
menggunakan narkoba, melakukan pelatihan konselor sebaya, dan membina
para konselor sebaya untuk secara aktif melakukan konseling bagi siswa
pengguna maupun yang berpotensi sebagai pengguna. Selanjutnya,
bersama konselor sebaya berinisiatif melakukan berbagai kegiatan sekolah
untuk mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba. Bersama konselor
sebaya menyelenggarakan aktivitas pelatihan sebagai wahana sosialisasi
awal tentang bahaya penyalahgunaan narkoba bagi siswa baru setiap awal
tahun ajran. Dan yang terakhir melakukan tugas konseling kepada para
siswa pengguna maupun yang berpotensi sebagai pengguna.
d. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya (peer group )
Selain pemberian informasi melalui kampanye dan penyuluhan, kegiatan
preventif lain yang dapat dilakukan adalah pembentukan kelompok sebaya.
Anggota dalam kelompok sebaya ini terdiri dari beberapa siswa yang dipilih.
Pada program ini, pengenalan materi narkoba lebih mendalam lagi, disertai
simulasi penanggulangan, termasuk latihan pidato, latihan diskusi, latihan
menolong penderita, dan lain-lain. Program ini dilakukan di sekolah dalam
beberapa kurun waktu tertentu dan melibatkan beberapa orang narasumber
dan pelatih, yaitu tenaga profesional sesuai programnya. Dari program ini
akan terbentuk konselor sebaya yang terdiri dari siswa terpilih dan terlatih
yang bertugas khusus sebagai konselor untuk pencegahan siswa dari
penyalahgunaan narkoba. Kualifikasi konselor sebaya antara lain:
mempunyai minat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, mampu
mengadakan empati dan sensitif terhadap kebutuhan/keadaan orang lain,
serta mempunyai daya observasi yang tajam. Selain itu, konselor sebaya
harus harus terbuka untuk pendapat dari luar, mampu untuk
mengidentifikasi kendala-kendala psikologis sosial, kulturan, dan spiritual
serta memiliki kehangatan dan kepedulian terhadap teman sebayanya.
Tugas konselor sebaya antara lain mengenal secara dini siswa yang telah
menggunakan narkoba maupun siswa yang berpotensi menggunakan
narkoba dengan dibimbing oleh konselor sekolah secara aktif melakukan
konseling bagi siswa pengguna maupunyang berpotensi menjadi pengguna.
Dengan dibimbing konselor sekolah, konselor sebaya berinisiatif melakukan
berbagai kegiatan sekolah untik mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan
narkoba. Selanjutnya bersama konselor sekolah, konselor sebaya
menyelenggarakan aktivitas pelatihan sebagai wahana sosialisasi awal
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba bagi para siswa baru setiap awal
tahun.

Anda mungkin juga menyukai