Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif
lainnya. Narkoba adalah obat, bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan jika
diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada
kerja otak (susunan syaraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan.
Akibatnya kerja otak berubah (meningkat atau menurun), demikian juga fungsi
vital organ tubuh lain ( jantung, peredaran darah, pernapasan dan lainnya).
Narkoba merupakan salah satu jenis obat penghilang rasa sakit yang sering
disalahgunakan oleh manusia. Narkoba awalnya digunakan untuk obat bius saat
operasi. Namun, sekarang seiring perkembangan zaman banyak digunakan untuk
menenangkan pikiran dan mendapat kesenangan dengan dosis yang besar.
Penggunaan narkotika selain untuk tujuan pengobatan, dikatakan sebagai
penyalahgunaan. Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kejahatan yang
mengancam keselamatan, baik fisik maupun jiwa si pemakai dan juga terhadap
masyarakat di sekitar secara sosial. Selain itu, penyalahgunaan bersifat patologik,
berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan menimbulkan gangguan fungsi
sosial dan okupasional atau dapat dikatakan sebagai pemakai/ pengguna
narkotika. Istilah narkotik atau narkotika sendiri berasal dari bahasa Yunani yang
artinya klenger (teler).
Sesuai dengan Undang-Undang Narkoba Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif lainnya.
1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo (1986) bahwa pengertian narkotika adalah
“Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya
dengan memasukkan kedalam tubuh.” Pengaruh tersebut bisa berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau
timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan
ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan
kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan
lain-lain. Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Narkotika golongan I, adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu
pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b. Narkotika golongan II, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin,
benzetidin, dan betametadol.
c. Narkotika golongan III, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
kodein dan turunannya.
2. Psikotropika
Pengertian Psikotopika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah :
a. Psikotropika golongan I, adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.
b. Psikotropika golongan II, adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin,
metamfetamin, dan metakualon.
c. Psikotropika golongan III,adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal,
buprenorsina, dan fleenitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif
ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
nitrazepam (BK, mogadon, dumolid) dan diazepam.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
a. Rokok
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat,
bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan.
Pembahasan
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia beberapa tahun terakhir ini
menjadi masalah yang cukup memprihatinkan, sehingga permasalahan narkoba
menjadi masalah nasional. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia
menjadi sasaran yang sangat potensial sebagai tempat pengedaran narkoba
secara ilegal. Penyalahgunaan narkoba masih menjadi masalah kronis yang
menimpa Indonesia, kasus peredaran sabu, ganja dan banyak tertangkapnya
bandar-bandar narkoba internasional dalam beberapa tahun terakhir menjadi
bukti bahwa Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat narkoba.
Tantangan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar juga begitu
besar. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian
narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2014 berjumlah
112.305. Para pencandu narkoba di Indonesia pada umumnya berusia antara 11
sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.
Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus
narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran
HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi
makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih
sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja
maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang
terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah
penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh
hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun
masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan
besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Bekerja bersama dalam rangka
melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang
bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya
narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima merupakan kegiatan
yang sangat penting.
Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk
mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari
bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam
penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang
menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented).
Sejauh ini kampanye yang dilakukan berpedoman pada satu konsep dasar
say no to drugs tanpa didukung oleh alasan yang jelas dan menyeluruh mengapa
narkoba dijauhi. Apalagi untuk kalangan siswa sekolah menengah dimana kondisi
psikologis mereka yang masih suka mencoba-coba akan cenderung melanggar
larangan say no to drugs karenakebanyakan kampanye (poster) hanya berkutat
pada konsep tanpa mengemukan alasan yang riil mengenai bahaya yang
ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Selain itu,
kampanye yang dilakukan juga masih belum begitu mengena dengan baik dari
segi pesan maupun dari segi visual.
Kampanye yang dilakukan sebaiknya tidak lagi berkutat pada konsep say
no to drugs yang lama. Dimana hanya muncul larangan tanpa ada penjelasan
atau apa yang didapat dari tidak menggunakan narkotika dan obat-obatan
terlarang. Saat ini kampanye harus dilakukan pada tingkat yang mendasar yaitu
pada sekolah menengah dan lebih bersifat pencegahan. Karena dengan
menjelaskan efek-efek negatif yang ditimbulkan narkoba pada sebuah media,
maka diharapkan akan dapat memberikan gambaran yang jelas pada
khalayaknya yang memiliki rasa ingin tahu besar dan kebanyakan sudah
dipengaruhioleh budaya barat yang masuk melalui media-media informasi baik
itu dari televisi atau internet.
Jadi kita membutuhkan kampanye anti narkoba dan obat-obatan
terlarangdalam bentuk preventif-persuasif. Dimana pada kampanye yang
dilakukan selain mengajak khalayak untuk menjauhi narkoba juga memberikan
penjelasan yang selengkap mungkinmengenai mengapa narkoba harus dijauhi.
Selain itu, memperbaiki bentuk visual yang sudah ada menjadi lebih menarik dan
sesuai dengan kondisi pada saat ini yang lebih menyukai sesuatu yang bersifat
tidak formal.