Anda di halaman 1dari 12

A.

ASAL USUL NAMA GALAKSI


Kata galaksi berasal dari istilah bahasa Yunani untuk menyebut galaksi kita,
galaxias (γαλαξίας) atau kyklos galaktikos (κύκλος γαλακτικός). Masing-masing berarti
"sesuatu yang menyerupai susu" dan "lingkaran susu", sesuai dengan penampakannya di
angkasa berupa pita putih samar. Dalam mitologi Yunani, Zeus menempatkan anak laki-
lakinya yang dilahirkan oleh manusia biasa, bayi Heracles pada payudara Hera. Zeus
menempatkan Heracles pada saat Hera sedang tidur, sehingga bayi tersebut meminum
susunya dan karena itu menjadi manusia abadi. Hera terbangun ketika sedang menyusui
dan kemudian menyadari ia sedang menyusui bayi yang tak dikenalnya. Kemudian ia
mendorong bayi tersebut dan air susunya menyembur mewarnai langit malam,
menghasilkan pita cahaya tipis yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Milky Way
(jalan susu).
Ketika William Herschel menyusun katalog nebulanya pada tahun 1786, dia
menggunakan istilah "nebula spiral" untuk objek-objek tertentu seperti objek M31. Di
kemudian waktu akan disadari bahwa objek tersebut sebenarnya merupakan kumpulan
dari banyak bintang, dan dipakailah istilah "island universe" ("alam semesta pulau")
untuk merujuk pada objek yang demikian. Namun, kemudian disadari bahwa kata
"universe" (alam semesta) berarti keseluruhan jagad raya, sehingga istilah ini tidak
dipakai lagi dan objek yang demikian kemudian dikenal sebagai galaksi.

B. PENGERTIAN GALAKSI

Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas
bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang
hitam), gas dan debu medium antarbintang, dan materi gelap–komponen yang penting
namun belum begitu dimengerti. Kata galaksi berasal dari bahasa Yunani galaxias
(γαλαξίας), yang berarti "seperti susu," yang merujuk pada galaksi Bima Sakti (bahasa
Inggris: Milky Way [jalan susu]).

Galaksi yang ada berkisar dari galaksi katai dengan hanya sepuluh juta (107)
bintanghingga galaksi raksasa dengan seratus triliun (1014) bintang, yang semuanya
mengorbit pada pusat massa galaksi masing-masing. Matahari adalah salah satu bintang
dalam galaksi Bima Sakti, tata surya termasuk bumi dan semua benda yang mengorbit
Matahari.

Tiap galaksi memiliki jumlah sistem bintang dan gugus bintang yang beragam,
demikian juga jenis awan antar bintangnya. Diantara galaksi-galaksi ini tersebar medium
antar bintang berupa gas, debu, dan sinar kosmis. Lubang hitam supermasif terdapat di
pusat sebagian besar galaksi. Diperkirakan lubang hitam supermasif inilah penyebab
utama inti galaksi aktif yang ditemukan pada sebagian galaksi. Galaksi Bima Sakti
diketahui memiliki setidaknya satu lubang hitam supermasif.

Kemungkinan terdapat lebih dari 170 miliar (1,7 × 10 11) galaksi dalam alam
semesta teramati. Sebagian besar berdiameter 1000 hingga 100.000 parsec dan biasanya
dipisahkan oleh jarak beberapa juta parsec (atau megaparsec). Ruang antargalaksi diisi
oleh gas tipis dengan kerapatan massa kurang dari satu atom per meter kubik. Sebagian
besar galaksi diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki himpunan yang disebut kelompok
dan gugus, yang pada gilirannya membentuk himpunan yang lebih besar yang disebut
gugus raksasa. Dalam skala terbesar himpunan-himpunan ini umumnya tersusun dalam
lapisan dan untaian yang dikelilingi oleh kehampaan yang sangat luas.

Meskipun belum dipahami secara menyeluruh, materi gelap kemungkinan


menyusun sekitar 90% dari massa sebagian besar galaksi. Data pengamatan menunjukkan
lubang hitam supermasif kemungkinan ada di pusat dari banyak (kalau tidak semua)
galaksi.

C. HIPOTESA TERJADINYA GALAKSI

Untuk memperoleh persepektif lebih baik tentang galaksi-galaksi, terutama


tentang terjadinya atau galaksi yang paling awal lahir, perlu kembali kita memperhatikan
era dentuman besar yang mengambarkan asal-usul alam semesta. Pada mulanya memang
terdapat kesulitan dalam mempelajari periode awal, tetapi beberapa tahun terakhir setelah
dipelajari sebagian besar masalahnya, para ahli mulai mengembangkan hipotesis-
hipotesis dasar pemikiran bahwa :
1. Semua galaksi berumur hampir sama, setidak-tidaknya sedikit lebih kurang dari umur
alam semesta sendiri. Maka diperkirakan terbentuk dan berkembang dari materi yang
dihasilkan dari peristiwa dentuman besar yang mengawali terbentuknya alam
semesta.
2. Dari kenyataan hasil pengamatan bahwa galaksi-galaksi yang terbentuk,
mengarahkan kita pada dugaan (asumsi) dimana telah terjadi kondisi atau sifat
inhomogenitas di dalam ledakan itu atau setidak-tidaknya sifat inhomogenitas itu
berkembang segera setelah dentuman besar berlangsung.

Dalam hal ini ada 2 pendapat yang bertentangan, diantaranya :

a) Pendapat Kelompok Chaostic

Pendapat ini dikemukakan oleh kelompok sarjana kosmologi modern yakin


bahwa karena ledakan itu seluruhnya porak-poranda, hancur berantakan (chaos).
Tetapi secara perlahan-lahan menurut selama waktu periode yang lama sampai
menjadi satu alam yang homogen seperti keadaan sekarang.

Dasar teori kelompok sarjana kosmologi adalah karena dapat mengungkap


problema-problema terperinci terhadap peristiwa kekacauan turbelensi tertentu.
Menurut teori ini distribusi materi ini akan menghasilkan tipe alam yang kita
saksikan sekarang. Disamping keunggulan pada teori ini terdapat rintangan-
rintangan di dalamnya mengenai :

1) Diperlukan mekanisme yang menerangkan proses yang perlahan-lahan


menenangkan kekacuan ini.
2) Sebaliknya mekanisme ini memerlukan sejumlah energi, yang seharusnya
kita masih dapat menvaksinkan atau menemukan sebagian energi ini di
angkasa (langit) sekarang. Untuk itu sampai sebegitu jauh kita belum
mendeteksi adanya sinyal energi itu.
b) Pendapat Kelompok Quiescent

Pendapat ini dikemukakan oleh sekelompok sarjana kosmologi yang percaya


bahwa alam sebenarnya mempunyai suatu jumlah kecil kondisi yang inhomogenis
yang lambat laun berkembang membentuk galaksi-galaksi dalam suasana tidak
bergerak atau diam (quiescent). Dasar teori kelompok ini adalah kita harus dan
terpaksa menyebut fluktuasi (fluctuate = berubah-ubah) tentu yang sampai kinipun
tidak berhasil dan tidak dapat menemukannya. Para sarjana kosmologi umumnya
menanamkan flultuasi ini sebagai ketidakstabilan gravitasional.

Kita hanya berspekulasi apa yang menyebabkan hal itu terjadi, tetapi sejumlah
dugaan ilmiah menyebutkan diantaranya bahwa :

1) Black hole mini primordial telah tercipta pada periode ini dan hal itu
berperan menimbulkan fluktuasi-fluktuasi gravitasional hebat.
2) Black hole merupakan benih-benih dimana galaksi-galaksi terbentuk di
sekitarnya.
3) Para ahli astronomi berpendapat bahwa quasar-quasar berada pada pusat-
pusat galaksi yang kelihatan bercahaya terang.
4) Hipotesis yang paling baik tentang sifat alami quasar itu menunjukkan
bahwa energi massif quasar dapat dihasilkan oleh black hole.

Dari dugaan-dugaan itu sangat memungkinkan bahwa teori-teori itu mempunyai


dasar pegangan yang kuat.

D. PEMBENTUKAN DAN EVOLUSI GALAKSI


1) Pembentukan Galaksi
Gambar 2. Gambaran seniman tentang sebuah galaksi muda sedang menarik bahan
pembentuknya.

Model kosmologi yang ada saat ini mengenai alam semesta awal didasarkan
pada teori Dentuman Besar. Sekitar 300.000 tahun setelah peristiwa Dentuman
Besar, atom-atom hidrogen dan helium mulai terbentuk, dalam sebuah peristiwa
yang disebut rekombinasi. Hampir semua hidrogen adalah netral (tidak terionisasi)
dan dengan mudah menyerap cahaya, serta belum ada bintang yang terbentuk.
Akibatnya periode ini disebut "Zaman Kegelapan". Dari fluktuasi kepadatan (atau
ketidakseragaman anisotropi) dalam materi purba inilah struktur-struktur yang lebih
besar mulai muncul. Hasilnya, massa materi barionik mulai memadat dalam cincin
cahaya materi gelap dingin. Struktur-struktur primordial inilah yang akhirnya
menjadi galaksi yang kita lihat hari ini.
Bukti tentang kemunculan awal galaksi ditemukan pada tahun 2006, ketika
diketahui bahwa galaksi IOK-1 memiliki geseran merah yang luar biasa tinggi
sebesar 6,96, setara dengan jangka waktu hanya 750 juta tahun setelah Dentuman
Besar. Hal ini menjadikannya sebagai galaksi terjauh dan paling purba yang pernah
dilihat. Meskipun beberapa ilmuwan mengklaim objek lainlah (misalnya galaksi
Abell 1835 IR1916) yang memiliki geseran merah lebih tinggi (dan karena itu sudah
ada pada tahap yang lebih awal dalam evolusi alam semesta), namun usia dan
komposisi IOK-1 ditentukan dengan cara yang lebih dapat diandalkan. Adanya
protogalaksi yang seawal itu kemunculannya menunjukkan bahwa protogalaksi
tersebut pastilah berkembang dalam apa yang disebut "Zaman Kegelapan". Namun
demikian, pada bulan Desember 2012 para astronom melaporkan bahwa galaksi
UDFj-39546284 adalah galaksi terjauh yang diketahui dengan nilai geseran merah
11,9. Galaksi tersebut diperkirakan sudah ada sejak sekitar "380 juta tahun" setelah
Dentuman Besar (setara dengan sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu), dan berjarak
kira-kira 13,42 miliar tahun cahaya.
Bagaimana proses rinci terbentuknya galaksi seawal itu berlangsung masih
merupakan sebuah pertanyaan pokok yang belum terjawab dalam astronomi. Teori
yang ada dapat dibagi dalam dua kategori: dari atas ke bawah (top down) atau dari
bawah ke atas (bottom-up). Dalam teori top-down (seperti model Eggen-Lynden-
Bell-Sandage [ELS]), protogalaksi terbentuk dalam sebuah runtuhan serentak
berskala besar yang berlangsung selama kira-kira seratus juta tahun. Dalam teori
bottom-up (seperti model Searle-Zinn [SZ]), struktur kecil seperti gugus bola
terbentuk dahulu, lalu kemudian sejumlah struktur tersebut bergabung untuk
membentuk galaksi yang lebih besar.
Begitu protogalaksi mulai terbentuk dan mengerut, bintang-bintang halo
pertama pun (disebut bintang Populasi III) muncul di dalamnya. Bintang-bintang ini
tersusun hampir seluruhnya oleh hidrogen dan helium dan kemungkinan berukuran
masif. Jika memang benar demikian, maka bintang-bintang yang sangat besar ini
akan menghabiskan pasokan bahan bakarnya dengan cepat dan menjadi supernova,
melepaskan unsur-unsur berat ke medium antarbintang. Bintang-bintang generasi
pertama ini mengionisasi ulang hidrogen netral sekitarnya, menciptakan gelembung
ruang yang mengembang yang bisa dengan mudah dilalui cahaya.

2) Evolusi Galaksi
Dalam masa satu miliar tahun pembentukan galaksi, struktur-struktur kunci mulai
muncul: gugus-gugus bola, lubang hitam supermasif pusat, dan sebuah tonjolan
galaksi yang terdiri dari bintang Populasi II yang miskin logam sudah terbentuk.
Terciptanya sebuah lubang hitam supermasif tampaknya memainkan peranan penting
dalam mengatur pertumbuhan galaksi secara aktif, dengan membatasi jumlah materi
tambahan yang ditambahkan. Sepanjang epos awal ini, galaksi mengalami lonjakan
besar pembentukan bintang.
Selama dua miliar tahun berikutnya, akumulasi materi mengendap menjadi
piringan galaksi. Sepanjang hidupnya sebuah galaksi akan terus menyerap materi
yang tertarik dari awan kecepatan tinggi dan galaksi katai. Materi tersebut
kebanyakan adalah hidrogen dan helium. Siklus kelahiran dan kematian bintang
perlahan-lahan meningkatkan kelimpahan unsur-unsur berat yang akhirnya
memungkinkan pembentukan planet.
Evolusi galaksi dapat secara signifikan dipengaruhi oleh interaksi dan tabrakan.
Penggabungan galaksi merupakan hal yang biasa terjadi selama epos awal, dan
kebanyakan galaksi dalam masa ini memiliki bentuk yang aneh. Mengingat jarak
antara bintang-bintang yang berjauhan, sebagian besar sistem bintang pada galaksi
yang bertabrakan tidak akan terpengaruh. Namun demikian, pelucutan gravitasional
yang dialami gas dan debu antarbintang pada lengan spiral galaksi akan menghasilkan
deretan panjang bintang-bintang yang dikenal sebagai ekor tidal. Contoh formasi ini
dapat dilihat pada NGC 4676 atau Galaksi Antena.
Sebagai contoh untuk interaksi yang demikian adalah galaksi Bima Sakti dan
galaksi Andromeda di dekatnya. Keduanya saling bergerak menuju satu sama lain
dengan kecepatan kira-kira 130 km/s, dan tergantung pada pergerakan menyisinya,
keduanya dapat bertabrakan dalam waktu sekitar lima sampai enam juta tahun.
Meskipun Bima Sakti tidak pernah bertabrakan dengan galaksi sebesar Andromeda
sebelumnya, bukti akan tabrakan Bima Sakti dengan galaksi katai yang lebih kecil di
masa lalu semakin banyak.
Interaksi skala besar semacam itu jarang terjadi. Seiring dengan berjalannya
waktu, penggabungan dari dua sistem yang berukuran sama menjadi semakin jarang
terjadi. Kebanyakan galaksi terang secara fundamental tetap tidak berubah selama
beberapa miliar tahun terakhir, dan laju bersih pembentukan bintang mungkin
mencapai puncaknya juga pada kira-kira sepuluh miliar tahun yang lalu.

E. CIRI – CIRI GALAKSI


Beberapa pendapat mengatakan bahwa galaksi merupakan gabungan dari konstelasi-
konstelasi bintang. Konstelasi adalah kumpulan atau gabungan dari sejumlah tata surya,
dimana sebagai contoh bahwa tata surya kita berada di dalam galaksi Bima Sakti.
Galaksi-galaksi itu ada yang besar dan ada yang kecil, setiap galaksi mengandung rata-
rata satu milyar bintang lebih dan barang kali mengandung planet yang jumlahnya jauh
lebih banyak lagi.
Adapun ciri-ciri galaksi diperkirakan sebagai berikut :
1) Galaksi itu mempunyai cahaya sendiri, jadi bukan cahaya pantulan.
2) Galaksi-galaksi lainnya terlihat di luar jalur galaksi Bima Sakti, jauhnya jutaan tahun
cahaya.
3) Galaksi-galaksi itu mempunyai bentuk-bentuk tertentu.
4) Jarak antar galaksi jutaan tahun cahaya.

Dari pengetahuan gambar galaksi luar dapat segera dilihat bahwa sebuah galaksi
mempunyai komponen pusat yang terang dan piringan yang lemah cahaya tapi
berdimensi lebih luas dibanding dengan pusatnya. Namun juga sering ditemui bentuk
galaksi yang berbentuk tidak beraturan. Orientasi galaksi yang acak juga memberi
kesempatan manusia bisa memperoleh gambar bentuk galaksi dilihat dari berbagai sisi.

Gambar 3. Sistem Tata Bintang

Secara singkat, komponen sistem tata bintang dapat dibagi atas :

1. Pusat atau inti Galaksi ( Bulge )


Pusat galaksi diselubungi kawasan Bulge. Bulge terdiri dari bintang raksasa atau
bintang berevolusi lanjut terdistribusi hingga 3 kpc dari pusat galaksi. Bulge terbagi
menjadi Bulge dalam (< 1 kpc) dan Bulge luar (1 kpc < R < 3 kpc). Bulge dalam
dihuni dengan bintang raksasa merah pemancar radiasi infra merah kuat,
kemungkinan berasal dari bintang yang bermassa lebih besar. Distribusi bintang
pemancar IR kuat menunjukkan bintang distribusi dalam kawasan Bulge sekitar 1,3
kpc – 1,5 kpc dari pusat galaksi. Bulge luar terdiri dari bintang pemancar IR yang
relative lemah. Didaerah batas antara Disk Bulge terdapat kawasan expanding-arm 3
kpc dari pusat galaksi.

2. Piringan Galaksi (Galactic Disk)


Secara global materi yang terdistribusi dalam Disk atas terdiri dari bintang,
debu dan gas. Melalui distribusi bintang komponen bintang penghuni Disk dibagi
menjadi komponen Disk Dalam dan komponen Disk Luar. Lengan spiral galaksi
merupakan pola yang berada dalam piringan galaksi, bagian dari Disk Dalam.
Sekarang dikemukakan adanya komponen Spheroidal, merupakan komponen Disk
Luar. Gugus bintang bola juga merupakan komponen Disk Luar.

3. Halo Galaksi
Komponen Halo berada sekitar 50.000-100.000 tahun cahaya dari Pusat
Galaksi (atau sekitar 15 kpc). Keberadaan Halo Galaksi tidak bisa dikenali dengan
mata telanjang. Foto inframerah tidak menampakkan tanda-tanda adanya
pengelompokan bintang inframerah di sekitar kawasan Halo atau Korona Galaksi.
Komponen Halo dibagi menjadi komponen terang dan kelompok gelap.

4. Korona Galaksi
Stabilitas kurva Galaksi mengindikasikan adanya korona galaksi. Komponen
korona galaksi mungkin berupa bintang yang terlalu lemah cahayanya sehingga tidak
terdeteksi dengan teleskop optic maupun teleskop inframerah. Komponen korona
galaksi tersebut juga tidak terdeteksi dengan teleskop radio. Oleh karena itu timbul
spekulasi bahwa penghuni korona galaksi kemungkinan adalah partikel erlementer
berupa neutrino.

5. Lengan Spiral Galaksi


Sekarang telah diketahui banyak piringan Galaksi (bidang galaksi terletak di
dalamnya) yang mempunyai struktur lengan spiral. Secara alamiah piringan galaksi
Bima Sakti juga diyakini mempunyai struktur lengan spiral.

6. Ruang antar bintang (Instellar Medium)


Ruang antar bintang (instellar medium) tidaklah kosong, tapi diisi oleh materi
antar bintang yang memiliki kerapatan berbeda-beda. Awan gas dan debu yang
terlihat pada cahaya kasal mata disebut ‘nebula’. Nebula terbagi menjadi 3 jenis,
yaitu: nebula emisi, nebula refleksi, dan nebula gelap/absorbsi.

a. Nebula emisi (emission nebula)


Nebula emisi merupakan gas terionisasi oleh sinar UV dari bintang yang
sangat panas. Memancarkan radiasi pada gelombang optik. Berwarna merah
karena sesuai dengan teori atom Bohr, perpindahan tingkat energi/transisi
elektron yang paling umum akan menghasilkan warna merah. Namun warna
merah ini tidak menunjukan temperaturnya. Selalu terdapat pada bagian lengan
spiral.

Gambar 4. Contoh nebula emisi: nebula orion

b. Nebula refleksi (refflection nebula)


Cahaya pada nebula refleksi berasal dari pantulan dan hamburan cahaya
bintang di belakangnya. Berwarna biru karena sesuai teori hamburan Rayleigh
warna biru lebih banyak dihamburkan.

Gambar 5. Contoh nebula refleksi

c. Nebula absorbsi (dark Nebula)


Terdiri dari gas dan debu yang rapat sehingga menyerap dan
menghamburkan cahaya. Sehingga melemahkan cahaya bintang yang
melewatinya (ekstingsi). Terdapat pada bagian piringan galaksi. Debu juga
menghamburkan cahaya biru sehingga bintang terlihat lebih merah jadi
seharusnya.

Gambar 6. Contoh dark nebula

Anda mungkin juga menyukai