Anda di halaman 1dari 15

MATERI UNIT 6

Pengertian Bintang

Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Apabila dilihat
dari dekat, bintang berbentuk seperti bola besar yang terdiri dari berbagai macam gas yang
memiliki panas dan memancarkan cahaya. Karena letak bintang sangat jauh dari bumi tempat
manusia melihat, maka bintang akan terlihat seperti titik cahaya. Oleh karena itu, untuk melihat
bintang yang sangat jauh itu, maka digunakan alat yang dinamakan teleskop.

Bintang tersusun oleh beberapa gas, seperti gas hidrogen (H2) sekitar 94%, helium (He)
5%, serta unsur lainnya 1%. Temperatur bintang bervariasi mulai dari 22730C sampai 52730C.
Sebagian besar bintang-bintang mempunyai massa antara 0,1 sampai 5 kali massa matahari.
Sebagian besar bintang nampak sebagai bintang ganda (system biner), dan system dengan tiga
bintang. Akan tetapi system dua bintang lebih banyak dibandingkan system tiga bintang. Bintang
di angkasa banyak yang terlihat redup, dan tiba-tiba bertambah menjadi terang dengan faktor
ratusan hingga jutaan kali dalam beberapa jam. Bintang semacam ini dinamakan bintang baru
atau nova. Adakalanya suatu bintang dapat meledak dan melepaskan material yang besar
sehingga bintang tersebut menjadi hancur. Ledakan bintang semacam ini dinamakan supernova.
Seperti halnya benda-benda lain yang ada di alam, bintang juga dapat mengalami siklus. Siklus
bintang dimulai dari lahirnya bintang, kemudian bintang memancarkan energi, selanjutnya
bintang tersebut mengembang, dan kemudian suatu saat meledak, bahkan mati. Banyak teori
yang menjelaskan mengenai kelahiran bintang, namun yang sampai saat ini paling banyak
diterima oleh para ahli adalah diawali dari proses pemampatan materi antar bintang yang
sebagian besar berupa gas hidrogen (H2).

Pengertian Galaksi

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jarak bintang sudah
dapat ditentukan. Matahari, planet, satelit, komet, meteor, steroid, dan asteroid, hanyalah satu
dari jutaan bintang-bintang yang bergabung dalam kelompok bintang yang disebut galaksi.
Dengan demikian, galaksi merupakan kumpulan dari bintang-bintang. Galaksi kita dengan
matahari sebagai salah satu anggotanya dinamakan galaksi bima sakti (Milky Way).
Galaksi bima sakti merupakan galaksi yang sangat besar, dengan diameter sekitar 80.000
tahun cahaya (satu tahun cahaya = 9,46.1012 km). Galaksi bima sakti merupakan system
kumpulan bintang-bintang yang sekarang dikenal sebagai tipe utama struktur alam semesta.
Bintang-bintang yang menyusun galaksi bimasakti berjumlah sekitar 100 milyar. Galaksi bima
sakti berputar berlawanan arah dengan jarum jam. Galaksi bima sakti tersusun oleh atom-atom
dan bintang-bintang, dengan bintang terdekatnya adalah Alpha Centauri yang berada pada jarak
sekitar 4,3 tahun cahaya. Dalam galaksi bima sakti terdapat sekelompok kecil galaksi yang
dikenal dengan nama kelompok lokal. Kelompok lokal ini Nampak bergerak dengan arah
gerakan yang acak.

Pada tahun 1926, Edwin Hubble membuat klasifikasi galaksi menurut bentuknya, yaitu
berbentuk spiral, elips, dan tidak beraturan.

1. Galaksi berbentuk spiral

Galaksi bentuk spiral merupakan bentuk umum galaksi yang dikenal manusia. Oleh
karena itu, bila kita mendengar kata galaksi, maka pikiran kita akan langsung tertuju pada galaksi
berbentuk spiral. Kira-kira 75% galaksi yang terang mempunyai bentuk spiral, seperti galaksi
bimasakti dan galaksi andromeda. Galaksi berbentuk spiral berotasi dengan kecepatan yang lebih
besar dibandingkan galaksi bentuk lainnya. Kecepatan berotasi galaksi inilah yang menyebabkan
galaksi spiral berbentuk pipih. Besar kecilnya kecepatan rotasi galaksi berantung pada massa
galaksi tersebut. Galaksi bentuk spiral mempunyai kecepatan berotasi yang berbeda-beda.
Semakin kearah pusat galaksi, kecepatan rotasinya semakin besar.

2. Galaksi berbentuk elips

Sesuai dengan namanya galaksi ini terlihat seperti elips, meskipun sebenarnya manusia
sulit untuk menentukan bentuk galaksi secara pasti. Galaksi bertipe elips ada yang berbentuk
bundar dan ada pula yang berbentuk bola pepat. Galaksi yang berbentuk elips adalah galaksi
yang terdapat pada rasi bintang virgo.

3. Galaksi berbentuk tak beraturan

Galaksi bentuk ini adalah galaksi yang tidak simetri dan tidak mempunyai bentuk khusus.
Materi yang terkandung dalam galaksi jenis ini adalah gas dan debu-debu. Galaksi yang tak
beraturan bentuknya adalah galaksi awan Magellan besar dan awan Magellan kecil yang
merupakan galaksi terdekat dengan galaksi bima sakti.

Teori pembentukan alam semesta

1. Teori Big Bang

Teori big bang dikemukakan oleh ilmuwan Belgia Abb Georges Lemaitre pada tahun 1927.
Menurut teori Big Bang, alam semesta berasal dari keadaan panas dan padat yang mengalami
ledakan dahsyat dan mengembang. Semua galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi
pusat ledakan. Pada model big bang, alam semesta berasal dari ledakan sebuah konsentrasi
materi tunggal milyaran tahun yang lalu secara terus menerus berkembang sehingga lama
kelamaan menjadi lebih dingin seperti sekarang. Mengenai teori big bang orang-orang banyak
yang bertanya, dimana dentuman besar (big bang) itu terjadi? Pertanyaan ini muncul karena pada
saat terjadi ledakan, susunan big bang merupakan seluruh alam semesta. Ledakan tersebut tidak
melemparkan materi ke ruangan. Ruangan mengembang dengan waktu tertentu dan terbentuklah
alam semesta. Pemahaman mengenai teori big bag ini dapat di analogikan dengan
mengembangnya permukaan balon mainan yang ditiup. Apabila pada balon mainan tersebut
diberi beberapa titik yang menggambarkan galaksi, kemudian balon itu ditiup, maka anda akan
mengamati letak titik-titik yang menjauhi anda. Anda tidak peduli mengamati titik yang mana,
namun hasilnya akan sama. Titik-titik pada balon tersebut tidak ada pusatnya. Demikian pula
pada galaksi tidak ada bagian pusat dalam alam semesta. Anda dapat memperhatikan pula bahwa
permukaan balon tersebut tidak mempunyai tepi. Ini juga menjelaskan bahwa alam semesta juga
tidak mempunyai tepi. Fakta menjauhnya bintang-bintang dapat digambarkan sebagai suatu
balon karet yang ditiup, dimana setiap titik pada permukaan balon karet akan saling menjauh .

2. Teori Keadaan Tunak

Meskipun teori big bang merupakan salah satu teori yang paling mungkin dalam menjelaskan
terbentuknya alam semesta, namun muncul pula teori lain yaitu teori keadaan tunak. Teori ini
dikemukakan oleh ilmuwan dari universitas Cambridge pada tahun 1948, yaitu H. Bondi, T.
Gold, dan F. Hoyle. Menurut teori keadaan tunak, alam semesta tidak ada awalnya dan tidak ada
akhirnya. Alam semesta selalu tetap seperti sekarang. Materi yang ada selalu terus menerus
datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa yang membentuk galaksi baru dan
menggantikan galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam ekspansinya.

3. Teori Osilasi

Teori osilasi hampir sama dengan teori keadaan tunak. Menurut teori osilasi, alam semesta tidak
ada awalnya dan tidak ada akhirnya. Menurut teori osilasi, sekarang alam semesta tidak konstan,
melainkan berekspansi dimulai dengan adanya dentuman besar (big bang). Alam semesta
mungkin telah memulai dalam sebuah dentuman besar atau mungkin berada dalam keadaan tetap
dalam keadaan berosilasi.

Pengertian Kosmologi

Ilmu yang mempelajari mengenai sifat, evolusi dan asal alam semesta (universe) disebut
kosmologi.

Pengertian tata surya

Tata surya (Solar System) terdiri dari matahari, planet, serta benda-benda langit lainnya seperti
satelit, komet, meteor, dan asteroid. Tata surya dipercaya terbentuk sejak 4.600 juta tahun yang
lalu, yang merupakan hasil penggumpalan gas debu di angkasa yang membentuk matahari dan
kemudian planet-planet yang mengelilingi matahari. Matahari mengandung sekitar 99,87%
bahan pembentuk seluruh tata surya. Ada dua paham yang berhubungan dengan tata surya, yaitu
paham geosentris dan paham heliosentris. Paham geosentris dikembangkan oleh Claudius
Ptolemaeus (Ptolemy) sekitar tahun 150 T.M. Menurut paham geosentris, bumi merupakan pusat
dari jagad raya. Bulan berputar mengelilingi bumi dengan orbit yang paling dekat, sementara
bintang-bintang terletak pada bulatan angkasa yang besar dan berputar pada orbit yang paling
jauh.

Paham geosentris bertahan hingga abad ke-16. Baru pada sekitar tahun 1543 terjadi revolusi
ilmiah besar-besaran yang dilakukan oleh Copernicus. Copernicus menggantikan paham
geosentris dengan paham baru yang disebut paham heliosentris. Menurut paham heliosentris,
yang menjadi pusat jagat raya bukanlah bumi, melainkan matahari. Matahari berada pada pusat
alam semesta, sedangkan bumi beserta planet-planet yang lainnya bergerak mengelilingi
matahari pada orbitnya masing-masing. Paham heliosentris mendapat dukungan dari Kepler.

Pada tahun 1609 Kepler mendukung gagasan tersebut dengan mengemukakan tiga hukumnya
yang selain menyebutkan bahwa matahari sebagai pusat dari tata surya, juga memperbaiki orbit
planet menjadi elips. Pada tahun yang sama Galileo menemukan teleskop. Melalui pengamatan
dengan teleskop Ia menarik kesimpulan bahwa yang menjadi pusat tata surya bukan bumi,
melainkan matahari. Penemuan teleskop oleh Galileo tidak hanya menguatkan paham
heliosentris dari Cpernicus, tetapi membuka lembaran baru dalam perkembangan ilmu
astronomi.

Terbentuknya tata surya

Menurut paham heliosentris, matahari dikelilingi oleh planet-planet dengan bentuk orbit hampir
menyerupai lingkaran. Arah peredaran semua planet sama, yaitu berlawanan dengan arah jarum
jam. Beberapa teori yang menjelaskan terbentuknya tata surya antara lain teori nebulae, teori
planetesimal, serta teori pasang surut. Teori nebulae disebut pula teori kondensasi merupakan
salah satu teori pembentukan tata surya yang paling terkenal. Menurut teori nebulae (teori
kondensasi), planet-planet dan matahari berasal dari kabut pijar yang terpilin dalam jagad raya.
Karena perputaran, maka sebagian massa kabut terlepas dan membentuk gelang-gelang di
sekeliling bagian utama gumpalan kabut tersebut. Suhu gelang-gelang tersebut lambat laun akan
turun, sehingga akan membeku membentuk gumpalan yang lama-kelamaan akan memadat
menjadi planet. Bagian dalam gelang-gelang tersebut ternyata masih berupa gas pijar dan disebut
matahari. Teori nebulae dikemukakan oleh salah seorang filusuf Yunani yaitu Immanuel Kant,
dan dalam waktu yang hampir bersamaan fisikawan Perancis Pierre Simon de Laplace juga
mengemukakan hal yang hampir sama. Oleh karena itu, teori nebule atau teori kondensasi sering
disebut dengan teori Kant-Laplace. Teori nebula menceritakan kejadian tersebut dalam tiga
tahap, yaitu:

a. Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.

b. Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, di msns pemadatan terjadi pada pusat
lingkaran yang kemudian membenntuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lain juga
terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut planet.
c. Materi-materi tersebut tumbuh semakin besar dan terus melakukan gerakan-gerakan secara
teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk susunan keluarga
matahari.

Teori lain yang menjelaskan proses terbentuknya tata surya adalah teori planetesimal yang
dikemukakan oleh dua orang ilmuwan Amerika, yaitu Thomas C. Chamberlin dan Forest R.
Moulton. Teori ini disebut teori planetesimal (planet-planet kecil) karena planet-planet terbentuk
dari benda padat yang telah ada sebelumnya. Menurut teori planetesimal, matahari telah ada
sebagai salah satu dari bintang-bintang yang sangat banyak. Pada suatu ketika ada bintang yang
berpapasan pada jarak dekat, sehingga terjadi pasang surut pada permukaan matahari maupun
bintang tersebut. Ada sebagian dari massa matahari yang tertarik ke arah bintang. Pada waktu
bintang menjauh, sebagian dari massa matahari ada yang jatuh ke permukaan matahari dan
sebagian yang lainnya berhamburan ke ruang angkasa. Teori pembentukan tata surya yang
hampir sama dengan teori planetesimal adalah teori pasang surut. Teori pasang surut
dikemukakan oleh dua orang ilmuwan Inggris yaitu Sir James Jeans dan Harold Jefreys. Mereka
melukiskan bahwa setelah bintang yang berpapasan berlalu, massa matahari yang lepas akan
membentuk cerutu yang menjolok ke arah bintang. Akibat bintang menjauh, maka massa cerutu
terlepas dan akan membentuk gumpalan gas di sekitar matahari. Gumpalan-gumpalan inilah
yang selanjutnya akan membentuk planet-planet.

MATERI TEORI KEJADIAN ALAM SEMESTA DAN KELAHIRAN ALAM SEMESTA

Teori-teori pembentukan tata surya:

- Teori monistik
- Teori dualistik
- Teori pusaran Descartes
- Teori Laplace
Dikemukakan oleh Laplace (1796).
Tatasurya terbentuk dari kondensasi awan panas atau kabut gas panas.
Pada saat kondensasi ada sebagian yang memisah dan merupakan cincin yang
mengelilingi pusat.
Pusat menjadi matahari, bagian yang memisah pada saat yang sama terjadi kondensasi
dan menjadi planet dan satelit
Keberatan hipotesis ini adalah adanya dua bulan Jupiter dan 1 bulan Saturnus yang
bergerak berlawanan arah dengan rotasi planetnya. Ini menunjukkan bahwa satelit
tersebut bukan merupakan satelit planet yang bersangkutan berdasarkan teori ini.
- Teori nebula
Di alam sudah ada kabut gas yang berputar dan mendingin sehingga gerak putar makin
cepat.
Terjadi penimbunan materi di sisi katulistiwa dan pendataran pada sisi kutub.
Pada sisi katulistiwa tidak stabil sehingga terlepas satu persatu dari putaran dan
terbentuklah planet termasuk bumi, massa awal membentuk matahari.
- Teori planetesimal
Dikemukakan pertama kali oleh Chamberlin dan Moulton (1905).
Titik tolaknya sama dengan teori nebular.
Planet terbentuk bukan hanya dari satu materi, tetapi bisa dari bintang lain yang
mempengaruhi gaya tarik matahari kita. Kemudian mendingin dan terbentuklah planet.
Teori ini dapat menjawab keberatan pada teori nebular
- Teori pasang surut
Alam semesta memiliki bintang yang jauh lebih besar dari matahari.
Bintang besar menarik massa matahari sehingga ada juluran lidah api dari matahari.
Juluran tersebut mengalami pemadatan dan terpecah-pecah maka terbentuklah planet-
planet yang tetap berputar dalam garis edarnya mengelilingi matahari.
Proses pendinginan masing-masing planet tidaklah sama.
Bulan terbentuk karena adanya bagian bumi yang terlepas ketika bumi masih dalam
bentuk padatan gas panas (stadium bintang)
Ada teori yang mengatakan bulan terbentuk setelah bumi memiliki kerak, samudra
pasifik terbentuk karena bagian bumi tersebut terlepas membentuk bulan sehingga kerak-
kerak bumi labil: gempa dll.
- Teori awan debu
- Teori tidal
Dikemukakan oleh James jean dan Harold Yupiter (1919)
Planet terbentuk karena percikan (tidal) matahari.
Tidal yang besar terjadi karena ada 2 matahari yang bergerak saling mendekat, maka
jadilah planet.

MATERI COSMIC EVOLUTION

Cosmology is the study of the evolution of the universe from its first moments to the present. In
cosmology the most fundamental question we can ask is: Does our universe have intelligible
regularities that we can understandis it ordered? This question lies at the heart of the scientific
revolution beginning in the sixteenth century. That revolution began with the discoveries by
Copernicus, Galileo, and Newton of order in our world. Today our scientific understanding of
natures order has reached a critical threshold. Only now can we begin to piece together a
coherent picture of the whole. Only now can we begin to see the deep order of our universe.

The evolution of the world can be compared to a display of fireworks that has just ended; some
few red wisps, ashes and smoke. Standing on a cooled cinder, we see the slow fading of the suns,
and we try to recall the vanishing brilliance of the origin of the worlds. Abb Georges
Lematre

We now understand the order in our world by using the standard Hot Big Bang model of the
evolution of the universe. The four key observational successes of the model are:

The Expansion of the Universe

Nucleosynthesis of the light elements

Origin of the cosmic background radiation

Formation of galaxies and large-scale structure

The Big Bang model makes accurate and scientifically testable hypotheses in each of these areas,
and the remarkable agreement with the observational data gives us considerable confidence in
the model.

Abb Georges Edouard Lematre (1894 -1966) was a Belgian astrophysicist and Priest who
developed an evolving cosmological model which indicated that the universe had begun in a
"Big Bang." Einstein's theory of general relativity, announced in 1916, had led to various
cosmological models, including Einstein's own model of a static universe. Lematre in 1927
(and, independently, Alexander Friedmann in 1922) discovered a family of solutions to Einstein's
field equations of relativity that described not a static but an expanding universe. This idea of an
expanding universe was demonstrated experimentally in 1929 by Edwin Hubble who was
unaware of the work of Lematre and Friedmann. Lematre's model of the universe received little
notice until Eddington arranged for it to be translated and reprinted in 1931. It was not only the
idea of an expanding universe which was so important in Lematre's work, on which others were
soon working, but also his attempt to think of the cause and beginning of the expansion. If matter
is everywhere receding, it would seem natural to suppose that in the distant past it was closer
together. If we go far enough back, argued Lematre, we reach the "primal atom", a time at which
the entire universe was in an extremely compact and compressed state. He spoke of some
instability being produced by radioactive decay of the primal atom that was sufficient to cause an
immense explosion that initiated the expansion.

Lematre's Big-Bang model did not fit well with the available time scales of the 1930s. Nor did
he provide enough mathematical detail to attract serious cosmologists. Its importance today is
due more to the revival and revision it received at the hands of George Gamow and Ralph Alpher
in 1948.

The best estimate of the age of the universe as of 2013 is 13.798 0.037 billion years but due to
the expansion of space humans are observing objects that were originally much closer but are
now considerably farther away (as defined in terms of cosmological proper distance, which is
equal to the co-moving distance at the present time) than a static 13.8 billion light-years distance.
The diameter of the observable universe is estimated at about 93 billion light-years (28 billion
parsecs), putting the edge of the observable universe at about 4647 billion light-years away.

WMAP data from 2008 revealed that the universe's contents include ~ 4.6% atoms, the building
blocks of stars and planets. Dark matter comprised ~ 23% of the universe. This matter, different
from atoms, does not emit or absorb light. It has only been detected indirectly by its gravity. And
that ~ 72% of the universe is composed of "dark energy" that acts as a sort of anti-gravity. This
energy, distinct from dark matter, is responsible for the present-day acceleration of the universal
expansion. WMAP data is accurate to two digits, so the total of these numbers is not 100%. This
reflects the limit of WMAP's ability to define Dark Matter and Dark Energy.

MATERI ORIGIN SLIDES

The Big Bang (10-35 seconds)

The universe begins with a cataclysm that generates space and time, as well as all the matter and
energy the universe will ever hold. For an incomprehensibly small fraction of a second, the
universe is an infinitely dense, hot fireball. The prevailing theory describes a peculiar form of
energy that can suddenly push out the fabric of space.
The Universe Takes Shape (10-6 seconds)

After inflation, one millionth of a second after the Big Bang, the universe continues to expand
but not nearly so quickly. As it expands, it becomes less dense and cools. The most basic forces
in nature become distinct: first gravity, then the strong force, which holds nuclei of atoms
together, followed by the weak and electromagnetic forces. By the first second, the universe is
made up of fundamental particles and energy: quarks, electrons, photons, neutrinos and less
familiar types. These particles smash together to form protons and neutrons.

Formation of Basic Elements (3 seconds)

Protons and neutrons come together to form the nuclei of simple elements: hydrogen, helium and
lithium. It will take another 300,000 years for electrons to be captured into orbits around these
nuclei to form stable atoms.

The Radiation Era (10,000 years)

The first major era in the history of the universe is one in which most of the energy is in the form
of radiation different wavelengths of light, X rays, radio waves and ultraviolet rays. This
energy is the remnant of the primordial fireball, and as the universe expands, the waves of
radiation are stretched and diluted until today, they take up the faint glow of microwaves which
bathe the entire universe.

Beginning the Era of Matter Domination (300,000 years)

At this moment, the energy in matter and the energy in radiation are equal. But as the relentless
expansion continues, the waves of light are stretched to lower and lower energy, while the matter
travels onward largely unaffected. At about this time, neutral atoms are formed as electrons link
up with hydrogen and helium nuclei.

Birth of Stars and Galaxies (300 million years)

Gravity amplifies slight irregularities in the density of the primordial gas. Even as the universe
continues to expand rapidly, pockets of gas become more and more dense. Stars ignite within
these pockets, and groups of stars become the earliest galaxies. This point is still perhaps 12 to
15 billion years before the present. The Hubble Space Telescope recently captured some of the
earliest galaxies ever viewed. They appear as tiny blue dots in the Hubble Deep Field.

Birth of the Sun (5 Billion Years BP)

The sun forms within a cloud of gas in a spiral arm of the Milky Way Galaxy. A vast disk of gas
and debris that swirls around this new star gives birth to planets, moons, and asteroids. Earth is
the third planet out. The image on the below, from the Hubble Space Telescope, shows a
newborn star in the Orion Nebula surrounded by a disk of dust and gas that may one day collapse
into planets, moons and asteroids. A Hubble Space Telescope view of a small portion of the
Orion Nebula reveals five young stars. Four of the stars are surrounded by gas and dust trapped
as the stars formed, but were left in orbit about the star. These are possibly protoplanetary disks
that might evolve on to agglomerate planets.

Conceptual diagrams of stages in the Earths early history.

(A) Growth of the planet by the aggregation of particles and meteorites that accreted and
bombarded its surface. At this time, the Earth was composed of a homogeneous mixture of
materials.

(B) The Earth has shrunk because of gravitational compression. Temperatures in the interior have
reached a level at which differentiation has begun. Iron (red drops) sinks toward the interior to
form the core, whereas lighter silicates move upward.

(C) The result of the differentiation of the planet is evident by the formation of core, mantle, and
crust.

Origin of the Solar System

Planets formed near time of suns formation 4.6 billion years ago

Planets far from sun are formed from volatile elements

Planets close to sun are rocky

Solar Nebula Hypothesis or Cold Accretion Model (Secondary Differentiation)


Earth formed by accretion of dust and larger particles of metals and silicates.

Earth was originally homogeneous throughout a random mixture of space debris.

Origin of layering requires a process of differentiation.

Differentiation is the result of heating and at least partial melting.

Differentiation after Accretion

Iron and nickel sink to form core.

Less dense material (silicon and oxygen combined with remaining iron and other metals) forms
mantle and lighter crust (dominated by silicon and oxygen).

Presence of volatile gases on Earth indicates that complete melting did not occur.

Earth was repeatedly partly melted by great impacts, such as the Moon-forming impact.

An alternative model: Hot Accretion (Primary Differentiation)

Internal zonation of planets is a result of hot heterogeneous accretion.

Hot solar nebula (over 1000 oC).

Initial crystallization of iron-rich materials forms planets core.

With continued cooling, lower density silicate materials crystallized.

Cold accretion model - Earth was initially unsorted material; but now layered.

Requires a process of differentiation . Heating and at least partial melting. Iron and nickel sink to
form core. Less dense material forms mantle and lighter crust. Source(s) of heat for melting?
Accretionary heat from bombardment Heat from gravitational compression Radioactive decay

Hot accretion model Internal zonation of planets is a result of hot heterogeneous accretion .
Hot solar nebula (over 1000 C). Initial crystallization of iron-rich materials forms planet cores.
With continued cooling, lower density silicate materials crystallized.

The Oceans
The first theory is that the earth has always contained the basic elements that make up water -
hydrogen and oxygen, and that most of the water that later formed oceans was trapped separately
as hydrogen (in hydrocarbons) and oxygen (in iron oxides) below the crust. A variation of this
theory says that liquid water could have been trapped in clays. The trapped water was released
later, as the earth cooled, as steam from volcanoes. Once the steam entered the cooler
atmosphere, it condensed and filled the lower basins, which became oceans.

The next theory is that the earth collected the water over a long period of time as a result of ice-
bearing comets or meteorites that impacted the surface. Some scientists who favor the hot
accretion model suspect that there could not have been enough water at the high temperature of
early earth to account for all of the water present in the oceans of earth.

The last theory is a combination of the first two. One of the reasons that there has been so much
interest in studying comets is to measure the amount of water contained in them, in hopes of
validating or disproving the cometary hypothesis.

MATERI 14042

MATERI ORIGINSPHYSICALPROCESS

MATERI LECT1

How did the Earth originate?

We start at the beginning of the Universe, when, about 13.6 billion years ago, the Big Bang
created the universe from a point source.

During this process, light elements, like H, He, Li, B, and Be formed. From this point in time,
the universe began to expand and has been expanding ever since.

Concentrations of gas and dust within the universe eventually became galaxies consisting of
millions of stars.

Within the larger stars, nuclear fusion processes eventually created heavier elements, like C,
Si, Ca, Mg, K, and Fe.

Stars eventually collapse and explode during an event called a supernova. During a supernova,
heavier elements, from Fe to U, are formed. (See figure 1.9 in your text).

Throughout galaxies clusters of gas attracted by gravity start to rotate and accrete to form stars
and solar systems. For our solar system this occurred about 4.6 billion years ago.

The ball at the center grows dense and hot, eventually nuclear fusion reactions start and a star
is born (in our case, the sun).
Rings of gas and dust orbiting around the sun eventually condenses into small particles. These
particles are attracted to one another and larger bodies called planetismals begin to form.

.Planetesimals accumulate into a larger mass. An irregularly-shaped proto-Earth develops.

The interior heats and becomes soft. Gravity shapes the Earth into a sphere. The interior
differentiates into a nickel-iron core, and a stony (silicate) mantle.

Soon, a small planetoid collides with Earth. Debris forms a ring around the Earth.The debris
coalesces and forms the Moon.

The atmosphere develops from volcanic gases. When the Earth becomes cool enough,
moisture condenses and accumulates, and the oceans are born.

MATERI EARTH

MATERI AST

Earth differentiation:

Early Earth heats up due to radioactive decay, compression, and impacts. Over time the
temperature of the planet interior rises towards the Fe melting line.

The iron "drops" follow gravity and accumulate towards the core. Lighter materials, such as
silicate minerals, migrate upwards in exchange. These silicate-rich materials may well have risen
to the surface in molten form, giving rise to an initial magma ocean

After the initial segregation into a central iron (+nickel) core and an outer silicate shell, further
differentiation occurred into an inner (solid) and outer (liquid) core (a pressure effect: solid iron
is more densely packed than liquid iron), the mantel (Fe+Mg silicates) and the crust (K+Na
silicates). Initially large portions of the crust might have been molten - the so called magma
ocean. The latter would have cooled to form a layer of basaltic crust (such as is present beneath
the oceans today). Continental crust would have formed later. It is probable that the Earths
initial crust was remelted several times due to impacts with large asteroids.

MATERI TERBENTUKNYA CEKUNGAN SAMUDERA

Asal Mula Air di Bumi

Kehidupan di bumi membutuhkan kepada air.Manusia menggunakan air untuk minum, irigasi,
perikanan, industri, transportasi, dan lain-lain. Air juga merupakan bagian penting dari siklus
geologi.Diperkirakan 80% air di bumi berada dilautan, 19% berada dipori-pori batuan di bawah
permukaan bumi, 1% dalam bentuk es, 0,002% berada di sungai dan danau, dan 0,0008% pada
atmosfer

Pendinginan Bumi
Pendinginan dari bumi awal sampai atmosfer mempunyai tekanan yang cukup dan stabil untuk
menahan komponen-komponen volatil dan air dalam bentuk cair. Ketika bumi perlahan
membeku, atmosfer mulai terbentuk.Permukaan yang cairmembeku menjadi kerak, dan gas-gas
yang terlarut di dalam batuan yang cair dilepaskan.Proses ini tetap berlangsung sekarang dalam
bentuk gunung berapi.

Protoplanet

Komet atau asteroid kaya air (protoplanet) menabrak bumi pra sejarah mungkin memberikan air
ke bumi.Berdasarkan penelitian terhadap komet Halley, Hyatutake, dan Hale-Bopp menunjukkan
rasio deuterium terhadap protium (D/H) mencapaidua kali lipat airlaut. Hal ini menunjukkan air
pada komet berbeda dari kondisi air laut di bumi pada umumnya sehingga yang mungkin cocok
dengan air di bumi adalahyang berasal dari asteroid. Tetapi sampai saat ini air dari asteroid
belum dapat dianalisis karena telah hilang atau tersimpan di dalam.

Mineral Hidroksi

Pengeluaran perlahan air yang terdapat dari mineral-mineral hidrous (actinolite, borax, epsomite,
serpentinite, tremolite, gypsum, dll) di kerak bumi.Pemanasan atau metamorfisme mineral yang
mengandung air menghasilkan ekstraksi air. Air ini telah terperangkap di dalam batuan dalam
waktu jutaan tahun.Kehilangan zat volatil, H2O, CO2, dan sejenisnya adalah proses yang
dominan ketika batuan mengalami perubahan tekanan dan temperatur dan proses metamorfisme

Magma

Magma mengandung berbagai unsur, oksida, dan komponen volatil. Ketika magma membeku
sangat cepat dan tekanannya menurun menjadi tekanan normal dan komponen volatilnya
terpisahkan temasuk air. Pengeluaran air ke atmosfer dari pendinginan magma terjadi dari jutaan
tahun lalu.

Anda mungkin juga menyukai