a. Hipotesis nebula
Hipotesis nebula atau hipotesis kabut mengemukakan bahwa tata surya terbentuk dari
Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat dan cincin-cincin gas serta es
terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan
menurunnya suhu dan membentuk planet dalam dan planet luar. Hipotesis nebula pertama kali
dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant
1775.
Hipotesis serupa juga dikemukakan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen
pada tahun 1796. Teori yang lebih dikenal dengan teori nebula Kant-Laplace ini menyebutkan
pada tahap awal, tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan
gas yang disebut nebula, serta unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang
dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut
memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (Matahari). Menurut Pierre Marquis de Place,
teori ini dibagi menjadi tiga proses tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas atau kabut yang begitu pekat dan
besar.
2. Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, kemudian pemadaman terjadi di pusat
lingkaran dan membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan, materi lain pun terbentuk
menjadi massa yang lebih kecil daripada Matahari yang disebut sebagai planet, planet-
planet tersebut bergerak mengelilingi Matahari.
3. Materi-materi tersebut tumbuh dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi
Matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk susunan kelaurga Matahari.
b. Hipotesis planetesimal
Hipotesis planetesimal adalah salah satu teori yang menjelaskan awal mula proses
terbentuknya tata surya. Hipotesis ini dicetuskan oleh seorang astronom bernama Forest Ray
Moulton dan geolog bernama Thomas C. Chamberlin. Hipotesis ini diawali dengan kondiri
Matahari yang telah ada sebagai salah satu bintang. Suatu ketika, Matahari berpapasan dengan
sebuah bintang dengan jarak yang tidak terlalu jauh sehingga terjadi peritiwa pasang naik pada
permukaan Matahari maupun bintang itu. Bagian dari massa Matahari tertarik kearah bintang.
Pada waktu bintang tersebut menjauh, sebagian dari massa Matahari jatuh kembali kepermukaan
Matahari dan sebagian lagi terhambur ke luar angkasa di sekitar Matahari. Hal inilah yang
dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet yang beredar mengelilingi
Matahari.
f. Hipotesis Kuiper
Menurut hipotesisi ini, jagat raya terdiri atas formasi bintang-bintang. Dalam formasi
tersebut ada dua pusat yang memadat dan berkembang dalam suatu awan anarbintang yang
terdiri dari gas hydrogen. Pusat yang lebih besar memadat menjadi bintang tunggal, yaitu
Matahari. Sementara itu, pusat yang lebih kecil diselimuti kabut karena gaya tarik dari massa
yang lebih besar. Gaya ini menyebabkan awan yang lebih kecil terpecah-pecah menjadi awan-
awan yang lebih kecil lagi. Awan ini disebut protoplanet yang kemudian menjadi planet-planet
sekarang ini. Jika kedua awan itu mempunyai ukuran yang sama, akan terbentuk bintang ganda
yang formasinya sering terbentuk dialam semesta. Dalam hipotesis Kuiper, dijelaskan pula
mengenai komposisi bintang dan planet, bahwa asal mula planet-planet dan Matahari muncul
secara bersamaan.