Anda di halaman 1dari 4

PART 5

2. Sebaran Penduduk yang Tidak Merata

Persebaran penduduk mengacu pada merata tidaknya penduduk yang mendiami suatu
wilayah berdasarkan luas wilayah yang tersedia dengan jumlah penduduk yang menempati
wilayah tersebut. Persebaran penduduk menurut wilayah geografis digunakan untuk mengetahui
tingkat pemerataan, kepadatan dan daya dukung penduduk terhadap suatu wilayah.

Untuk mengatasi masalah persebaran penduduk yang tidak merata, pemerintah


melaksankan beberapa program sebagai berikut.

a. Transmigrasi ke wilayah yang jarang penduduknya.


b. Pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri di luar pulau jawa.
c. Pengendalian jumlah penduduk dengan program Keluarga Berencana dan penundaan usia
menikah.

F. Sumber Data Kependudukan

1. Sensus Penduduk

Sensus penduduk merupakan perhitungan jumlah penduduk di suatu Negara dengan


mengumpulkan, menghitung, dan menyusun data penduduk, baik penduduk asli maupun
pendatang, pada waktu tertentu dan di wilayah tertentu. Di Indonesia, sensus penduduk
dilakukan setiap sepuluh tahun sekali.

Sensus penduduk dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut.

a. Sensus penduduk dengan cara de facto dilakukan terhadap setiap orang yang berada dalam
wilayah sensus.
b. Sensus penduduk dengan cara de jure dilakukan pada penduduk yang benar-benar bertempat
tinggal dalam wilayah sensus.

Ada dua metode yang biasa dilakukan dalam sensus penduduk. Kedua metode itu ada;ah
sebagai berikut.

a. Metode house holder. Dengan metode ini sensus dilakukan dengan mengirim daftar
pertanyaan yang harus di isi sendiri oleh setiap kepala keluarga.
b. Metode canvasse atau metode wawancara langsung. Dengan metode ini, petugas sensus
langsung datang ke rumah penduduk, mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat
jawabannya.

2. Regitrasi Penduduk
Registrasi penduduk merupakan kumpulan berbagai keterangan tertulis dari kejadian
penting yang dialami oleh penduduk, seperti data perkawinan, perceraian, perpindahan
penduduk, dan kejadian-kejadian penring lainnya.

3. Survei

Survey adalah pencacahan penduduk di daerah-daerah tertentu yang dianggap dapat


menjadi sampel atau mewakili seluruh wilayah Negara. Beberapa survei telah dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Contohnya, Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) dan
Survei Penduduk Antar-Sensus (Supas).

G. Pengolahan dan Analisis Data Kependudukan

1. Pengolahan Data Kependudukan

Tujuan utama pengolahan data kependudukan adalah menghasilkan table statistik yang
berisi hasil registrasi penduduk, sensus, dan survey kependudukan. Tahap pengolahan data
sangat menentukan seberapa jauh tingkat keakuratan dan ketepatan data statistik yang dihasilkan.

Ada dua tahapan kegiatan pengolahan data kependudukan. Kedua tahapan itu adalah
sebagai berikut.

a) Proses pengolahan prakomputer yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut.


1) Penerimaan dokumen merupakan proses penerima dan memeriksa kelengkapan hasil
pencacahan.
2) Penyimpanan dokumen merupakan proses menyimpan dan mengelola dokumen agar
mudah diambil apabila diperlukan dalam tahap editing/coding, data entry, dan validasi
serta mudah pula dikembalikan ketempat penyimpanan semula.
3) Pengelompokkan dokumen.
4) Penyuntingan/penyandian.
b) Proses pengolahan data dengan computer yang meliputi langkah-langkah berikut.
1) Intalasi program pengolahan.
2) Entri data atau perekaman data.
3) Validasi data untuk memastikan semua data sudah memenuhi syarat.
4) Back up data adalah proses duplikasi file komputer pada berbagai macam media
penyimpanan untuk pengamanan data.
5) Restore digunakan untuk melakukan proses pergantian pangkalan data yang rusak yang
digantikan dari pangkalan data hasil back up terakhir.
6) Gabungan data untuk menggabung pangkalan data kabupaten/kot.
7) Pencetakan laporan.

2. Analisis Data Kependudukan


Analisis data kependudukan merupakan tindkan mengola data menjadi informasi yang
bermanfaat tentang dinamika kependudukan untuk perencanaan pembangunan. Ada dua
pendekatan yang digunakan dalam menganalis data keoendudukan.

a) Pendekatan kohor atau kelompok. Analisis dengan pendekatan kohor berkaitan dengan
kuantitas dan waktu terjadinya peristiwa demografis untuk anggota kohor, yang sangat
berguna untuk mempelajari kehidupan individu dan implikasinya bagi masyarakat.
b) Pendekatan waktu. Analisi dengan pendekatan waktu menyelidiki dan secara jelas
menunjukkan kejadian demografis dan perubahannya dalam satu atau beberapa periode waktu
tertentu, yang menjadi kepentingan pembuat kebijakan, dan masyarakat. Analisis dengan
pendekatan waktu menaruh perhatian terhadap data kependudukan.

3. Komposisi Penduduk sebagai Subjek Penting Analisis

Data Kependudukan

Komposisi penduduk merupakan pengelompokan penduduk atas dasar kriteria tertentu.


Komposisi atau karakteristik penduduk dapat disajikan dalam banyak cara. Ada banyak jenis
komposisi penduduk. Secara luas, koposisi penduduk dapat diklasifikasikan atas komposisi
biologis, komposisi budaya dan komposisi ekonomi.

Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin menjadi bagian karakteristik
dasar kependudukan. Semua aspek kehidupan individu atau masyarakat, sikap sosail, aktivitas
ekonomi, kecenderungan politik dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Komposisi menurut
umur dapar di klasifikasikan menjadi tiga kelompok berikut.

a. Usia belum produktif (kelompok umur <14 tahun)


b. Usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun)
c. Usia tidak produktif (kelompok umur >64 tahun)

Komposisi penduduk menurut umur menjadi dasar untuk menghitung rasio ketergantungan
(dependency ratio). Rasio ketergantungan merupakan perbandingan jumlah penduduk umur 0-14
tahun, yang ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas (keduanya disebut dengan bukan
angkatan kerja) dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).

Semakin tinggi presentase rasio ketergantungan, semakin tinggi pula beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif
dan tidak produktif lagi. Berikut rumus untuk menghitung rasio ketergantungan.

RK =P(0−14 ) + P¿¿ ¿

Keterangan:

RK : rasio ketergantungan
P(0-14) : usia belum produktif (kelompok umur <14 tahun)

P(+65) : usia tidak produktif (kelompok umur >64 tahun)

P(15-64) : usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun)

Selain komposisi penduduk berdasarkan usia, ada juga komposisi penduduk berdasarkan
jenis kelamin. Rasio jenis kelamin adalah jumlah perempuan perseribu laki-laki di suatu wilayah.
Studi tentang rasio jenis kelamin dalam suata populasi penting karena hal-hal berikut.

a. Analisis rasio jenis kelamin dapat membantu dalam menarik beberapa kesimpulan tentang
pertumbuhan penduduk.
b. Analisis rasio jenis kelamin dapat memproyeksikan persediaan tenaga kerja dan tingkat
natalitas.
Untuk menghitung rasio jenis kelamin, rumus berikut dapat digunakan.
L
RJK = ×100
P

Keterangan:

RJK : rasio jenis kelamin

L : jumlah penduduk laki-laki

P : jumlah penduduk perempuan

4. Piramida Penduduk

Piramida penduduk adalah grafik khusus yang digunakan untuk menampilkan komposisi
jenis kelamin dan umur dari suatu populasi atau kelompok. Ada di bagian piramida, yakni bagian
disebelah kiri menyajikan data laki-laki. Bagian disebelah kanan menyajikan data perempuan.
Sumbu vertical menunjukkan interval umur 5 tahunan, ditampilkan dari yang termuda di bawah
berurutan hungga yang lebih tua diatasnya.

Komposisi penduduk muda (ekspansif) membentuk piramida penduduk seperti kerucut.


Dasar piramida ini luas. Bagian tengah piramida cembung. Bagian atasnya cenderung meruncing
ke satu titik. Piramida ini berbentuk segitiga (limas). Keadaan ini menggambarkan angka
kematian menurun. Bentuk piramida bentuktipe ekspansif berbeda dengan bentuk piramida tipe
stasioner dan konstruktif. Pada piramida penduduk bertipe konstruktif, terjadi distribusi transisi
yang disebabkan menurunnya tingkat kesuburan dan kematian, meningkatnya harapan hidup, dan
perlambatan pertumbuhan penduduk. Piramida ini berbentuk sarang tawon atau batu nisan (guci
terbalik). Piramida ini dapat meggambarkan bonus demografis jika penduduk usia kerjanya
berpendidikan dan produktif bekerja.

Sementara itu, piramida penduduk tipe stasioner menggambarkan angka natalitas yang
hampir sama dengan angka mortalitas. Dinamika penduduknya cenderung tetap dimana jumlah
penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama. Pertumbuhan penduduknya kecil. Piramida ini
berbentuk gunung atau segi empat. Pyramid stasioner mirip dengan piramida konstruktif. Pada
piramida stasioner, semua kohor kira kira berukuran sama, kecuali yang tertua.

Anda mungkin juga menyukai