Anda di halaman 1dari 29

LAMPIRAN 1

BAHAN AJAR
DINAMIKA DAN MASALAH KEPENDUDUKAN

A. PENGERTIAN PENDUDUK
Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu wilayah atau orang yang secara
hukum berhak tinggal di sautu wilayah. Penduduk juga dapat diartikan sebagai
setiap orang atau kumpulan orang yang berada di suatu wilayah dan terikat oleh
aturan-aturan yang berlaku serta saling berinteraksi.
Kajian tentang penduduk dipelajari dalam disipln ilmu demografi dan ilmu
kependudukan. Demografi adalah ilmu yang mempelajari analisis statistik terhadap
jumlah, distribusi, komposisi penduduk, dan komponen perubahannya. Sedangkan
ilmu kependudukan mengkaji antar variabel demografi dengan ilmu lainnya yang
menunjang.
Sebagai salah satu unsur dari sebuah negara, penduduk menjadi modal utama
bagi pembangunan suatu negara. Oleh karena itu perlu diketahui jumlah,
komposisi, dan sebaran penduduk yang bersumber dari data kependudukan.

B. SUMBER DATA KEPENDUDUKAN


1. Sensus penduduk
Sensus penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan, penyusunan,
pengolahan, dan penerbitan data yang bersifat demografis, ekonomis, dan sosial
dari suatu wilayah atau negara tertentu dan dalam waktu tertentu. Di Indonesia,
sensus penduduk dilakukan setiap 10 tahun. Sensus memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang, artinya semua orang
yang tinggal di suatu wilayah atau negara wajib dicatat dan didata tanpa
terkecuali.
b. Dilaksanakan pada jangka waktu tertentu, artinya sensus hanya dilaksanakan
pada suatu waktu tertentu, dan pada umumnya dilaksanakan setiap 10 tahun
sekali.
c. Mencakup suatu wilayah tertentu, artinya ruang lingkup sensus harus meliputi
suatu wilayah administratif tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggungakan
batasan administratif negara.
Berdasarkan tempat tinggal penduduk, sensus dibedakan menjadi:
a. Sensus de jure, yaitu pencacahan jiwa yang dilakukan di tempat penduduk
tersebut tinggal secara resmi.
b. Sensus de facto, yaitu pencacahan jiwa di tempat mereka ditemukan oleh
petugas lapangan.
Berdasarkan metode pengisiannya, sensus dibedakan menjadi:
a. Metode Canvasser, yaitu pelaksanaan sensus di mana petugas mendatangi
tempat tinggal penduduk dan mengisi daftar pertanyaan. Keunggulan metode
ini, data yang diperoleh lebih terjamin kelengkapannya dan penduduk sulit
untuk memalsukan data. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang
diperlukan lebih lama karena jumlah petugas yang terbatas dan wilayah yang
luas.
b. Metode Householder, yaitu pelaksanaan sensus di mana pengisian daftar
pertanyaan dilakukan oleh penduduk sendiri. Kelebihan cara ini adalah waktu
yang diperlukan lebih cepat karena petugas tidak harus mendata satu per satu
penduduk. Daftar pertanyaan dapat dikirimkan atau dititipkan pada aparat
desa. Sedangkan kekurangannya adalah data yang diperoleh kurang terjamin
kebenarannya karena ada kemungkinan penduduk tidak mengisi data sesuai
dengan kondisi sebenarnya.
Sensus penduduk sangat berguna untuk:
a. Mengetahui keseluruhan jumlah penduduk
b. Mengetahui persebaran penduduk
c. Memperoleh informasi mengenai migrasi penduduk
d. Mengetahui karakteristik penduduk, seperti tingkat pendidikan, agama, jenis
kelamin, dan umur.
Sensus penduduk memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
a. Bersifat individu, artinya informasi demografi dan sosial ekonomi yang
dikumpulkan berasal dari individu penduduk
b. Bersifat universal atau menyeluruh
c. Pencacahan diselenggarakan serentak di seluruh wilayah negara
d. Sensus penduduk dilaksanakan secara periodik
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan informasi yang harus ada
dalam sensus penduduk adalah sebagai berikut:
a. Geografi dan migrasi penduduk. Informasi ini meliputi lokasi daerah
pencacahan, jumlah penduduk secara de jure dan de facto.
b. Kondisi rumah tangga. Informasi yang harus diperoleh meliputi hubungan
anggota keluarga dengan kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis
kelamin anggota keluarga.
c. Kelahiran dan kematian. Berisi informasi mengenai jumlah anak yang lahir
maupun jumlah anggota keluarga yang meninggal.
d. Karakteristik pendidikan. Dalam bagian ini, informasi yang harus diperoleh
adalah tingkat pendidikan tiap penduduk yang ada di suatu wilayah.
e. Karakteristik ekonomi. Informasi yang harus diperoleh adalah jenis mata
pencaharian penduduk yang ada di suatu wilayah, serta tingkat pendapatan
penduduk yang diperoleh di wilayah tersebut
Ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan kualitas hasil sensus
penduduk, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pencacahan di lapangan,
yaitu sebagai berikut.
a. Kerja sama atau partisipasi dari masyarakat
Penduduk harus diyakinkan bahwa hasil sensus penduduk berguna untuk
perencanaan pembangunan ekonomi, sosial, dan politik.
b. Kondisi geografis dan topografis
Mudah dan sulitnya situasi geografis dan topografis wilayah sensus
mempengaruhi kelengkapan cakupan sensus penduduk.
c. Kualitas petugas
Petugas harus berkualitas dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap
pekerjaannya. Hal ini dapat dibentuk dengan persiapan, perencanaan, dan
pelatihan yang sempurna.
d. Kualitas penduduk sebagai responden sensus
Responden perlu mengetahui dengan benar maksud dari pertanyaan yang
diajukan dan diharapkan dapat menjawab dengan jujur.
e. Perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaan di lapangan sesuai dengan rencana dan ketentuan, serta ditunjang
dengan peralatan yang dibutuhkan.
Dalam melakukan sensus dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit, besar
kemungkinan terjadi kesalahan. Hal ini disebut kesalahan sensus. Penjelasan
untuk jenis-jenis kesalahan sensus adalah sebagai berikut.
a. Kesalahan cakupan. Kesalahan ini terjadi ketika tidak seluruh penduduk
tercacah, atau ada sebagian penduduk yang tercacah dua kali. Hal ini biasanya
terjadi pada negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar.
b. Kesalahan isi pelapor. Kesalahan ini terjadi akibat adanya kesalahan
pelaporan oleh responden. Contohnya adalah penduduk yang tidak tahu usia
sebenarnya, atau penduduk yang menutupi kondisi sebenarnya.
c. Kesalahan ketepatan pelaporan. Kesalahan ini terjadi akibat adanya kelalaian
petugas sensus atau penduduk yang disensus.

2. Registrasi penduduk
Registrasi penduduk berkaitan dengan komponen penduduk yang dinamis,
seperti kelahiran, kematian, migrasi penduduk, perkawinan dan perceraian.
Komponen-komponen ini cepat berubah, sehingga diperlukan registrasi
penduduk yang dapat diperbarui setiap saat.
Berbeda dengan sensus penduduk, registrasi penduduk lebih bersifat pasif.
Registrasi penduduk dianggap pasif karena dilakukan oleh perwakilan keluarga
dari kepala keluarga yang tengah mengalami peristiwa tertentu, seperti kelahiran
atau kematian. Pelaporan dengan sistem pasif ini menimbulkan beberapa
permasalahan, terutama ketidaklengkapan data pelaporan. Beberapa contoh
ketidaklengkapan pelaporan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Seorang bayi lahir beberapa menit, kemudian meninggal dunia. Seharusnya
hal tersebut dicatatkan sebagai peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi orang
tua bayi tersebut tidak melapor.
b. Jarak kantor desa terlalu jauh dari rumah penduduk yang melahirkan,
sehingga tidak dilaporkan.
Dalam registrasi penduduk, penduduk yang boleh mencatatkan peristiwa-
peristiwa demografi adalah penduduk de jure. Untuk memperoleh data registrasi
yang baik dan benar, PBB mensyaratkan beberapa aturan, yaitu sebagai berikut.
a. Ada peraturan yang memaksa penduduk untuk melapor (compulsory of
registration).
Dalam pelaksanaan registrasi ini harus dilandaskan atas dasar hukum,
sehingga memaksa penduduk untuk selalu melaporkan setiap kejadian yang
dialami keluarganya, baik peristiwa kelahiran, kematian, atau lainnya.
b. Dilaksanakan oleh badan pemeritah.
Pelaksanaan registrasi penduduk serta penyajian data statistiknya harus
dilakukan oleh lembaga pemerintah. Dengan demikian, hasil yang disajikan
akan menghasilkan data yang konsisten dan berkesinambungan.
c. Ada sanksi hukum.
Pelaksanaan registrasi penduduk harus memiliki sanksi hukum. Hal ini
dilakukan untuk menjamin bahwa setiap orang mau mendaftarkan diri untuk
didata. Begitu juga agar terhindar dari kelalaian dan pelanggaran pendaftaran.
d. Ada petugas yang melaksanakan pendaftaran.
Tugas dan tanggung jawab petugas harus ditulis dengan jelas untuk
menghindari kesalahan dan untuk menjamin keseragaman dalam pelaksanaan
registrasi penduduk.
e. Keterangan yang dilaporkan.
Informasi dasar yang harus dilaporkan meliputi identitas penduduk, seperti
nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain.
f. Khusus untuk pelaporan kelahiran dan kematian.
Tanggal kejadian dan tanggal pelaporan, begitu juga tempat kejadian serta
tempat pelaporan sangat diperlukan untuk dapat disajikan ke dalam hasil
catatan dan tabulasi data statisitik.
g. Proses tabulasi dan penyajian data
Proses pemindahan laporan menjadi suatu data tabulasi adalah hal yang
sangat penting, terutama dalam hal keakuratannya. Oleh karena itu, harus ada
peraturan mengenai prosedur pelaporan dan penyajian data statistik.
3. Survei penduduk
Survei adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
pencacahan sampel atau hanya mencacah sebagian penduduk. Survei dapat
dilaksanakan kapan saja sesuai kebutuhan. Contoh survei yang dilaksanakan
oleh BPS adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
Setiap metode pengumpulan data kependudukan tentunya memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kelemahan metode survei adalah
tidak dapat mewakili semua penduduk karena hanya diambil berdasarkan
sampel. Sedangkan kelebihan dari metode survei akan diuraikan sebagai berikut.
a. Dapat dilakukan kapan saja.
b. Data yang diambil sesuai kebutuhan survei.
c. Data yang dikumpulkan lebih lengkap dan rinci.
d. Penghematan terhadap waktu, biaya, dan tenaga.

C. KUANTITAS PENDUDUK DAN ANALISIS DEMOGRAFI


1. Kuantitas Penduduk
a. Komposisi penduduk.
Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas dasar kriteria
tertentu. Misalnya, secara geografis, biologis, sosial, atau ekonomi.
Komposisi penduduk sangat penting untuk diketahui karena dari berbagai
susunan dan perubahannya dari masa ke masa dapat ditarik suatu kesimpulan
serta dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kebijakan suatu negara terkait
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Umur penduduk dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
1) Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
2) Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif.
3) Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tidak produktif/usia jompo.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat disajikan
dalam bentuk tabel atau dalam bentuk grafik. Grafik susunan penduduk
menurut umur dan jenis kelamin pada saat tertentu yang berbentuk piramida
disebut piramida penduduk.
Piramida penduduk dapat dimanfaatkan untuk mengetahui perbandingan
antara jumlah laki-laki dan perempuan, jumlah tenaga kerja, jumlah penduduk
menurut kelompok umur tertentu dan struktur penduduk suatu negara secara
cepat. Piramida penduduk dapat digolongkan ke dalam 3 macam, yaitu
piramida penduduk muda, stasioner dan tua.
1) Piramida penduduk muda.
Menunjukkan usia penduduk muda lebih banyak daripada penduduk
dewasa, jumlah penduduk bertambah dengan cepat. Contoh: Indonesia,
Mesir, Filipina dan negara-negara berkembang lainnya.
2) Piramida penduduk stasioner.
Yaitu jumlah penduduk muda hampir sama jumlahnya dengan penduduk
dewasa. Pertambahan penduduknya kecil. Contoh: Inggris, Denmark,
Belanda, dan negara-negara di Eropa.
3) Piramida penduduk tua.
Menunjukkan penduduk usia muda lebih sedikit dibanding dengan usia
dewasa, jumlah penduduk mengalami penurunan, contohnya: Jerman,
Rusia, Swedia, Hongaria.

Gambar 1. Piramida penduduk


Sumber : rizkyfz.wordpress.com
Menurut umur dan jenis kelamin, ada beberapa konsep dan ukuran yang
bisa kita pelajari, antara lain:
1) Sex ratio (Rasio Jenis kelamin)
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki
dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah pada waktu
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per
100 perempuan.
Rumus:
𝑀
𝑆𝑅 = xk
𝐹
Keterangan :
SR = rasio jenis kelamin
M = jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada waktu tertentu
F = jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu
tertentu
k = konstanta, nilainya 100
Contoh :
Pada tahun 2000 di Indonesia jumlah penduduk laki-laki sebesar
109.613.519, dan jumlah penduduk perempuan sebesar 108.472.769.
Hitung sex ratio penduduk Jawa Barat pada tahun tersebut!
Jawaban:
109.613.519
SR = x 100 = 101,05
108.472.769
Jadi pada tahun 2000 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia sebesar 101,
berarti tiap 100 penduduk perempuan ada 101 penduduk laki-laki.
Besar kecilnya Rasio Jenis Kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh:
a) Rasio Jenis Kelamin pada saat Kelahiran (Sex Ratio at Birth)
Dibeberapa negara besarnya sex ratio at birth umumnya berkisar antara
103 – 105 bagi laki-laki per 100 perempuan.
b) Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan
c) Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan.
2) Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Angka beban tanggungan atau angka ketergantungan adalah angka yang
menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak
produktif dengan banyaknya penduduk yang produktif.
Secara kasar angka ini dapat digunakan sebagai indikator ekonomi suatu
negara.
Rumus :
Jumlah penduduk tidak produktif
DR = xk
Jumlah penduduk produktif
Keterangan:
DR = Angka beban tanggungan
Penduduk tidak produktif = penduduk umur 0 – 14 th dan 65 th ke atas
Penduduk produktif = penduduk umur 15 – 64 tahun
k = konstanta, nilainya 100
Contoh :
Diketahui jumlah penduduk kecamatan Suka Makmur yang berumur
kurang dari 15 tahun sebesar 40.560 jiwa, yang berumur antara 15 – 64
tahun sebesar 53.370 jiwa, dan berumur 65 tahun ke atas sebesar 2.390
jiwa. Berapa angka beban tanggungan di Kecamatan Suka Makmur
tersebut?
Jawaban:
𝑃 (0−14)+𝑃 (65+)
DR = x 100
𝑃 (15−64)
40.560+2.390
= x 100 = 80,47
53.370
DR sebesar 80 berarti di Kecamatan Suka Makmur tiap 100 penduduk
kelompok produktif harus menanggung 80 penduduk kelompok yang tidak
produktif.
b. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara faktor-
faktor yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran,
kematian, dan migrasi. Faktor pertumbuhan penduduk, kelahiran, kematian
tergolong faktor alami, sedangkan migrasi tergolong faktor nonalami.
Pertumbuhan penduduk dapat dibedakan menjadi pertumbuhan penduduk
alami dan pertumbuhan penduduk total.
1) Pertumbuhan penduduk alami.
Pertumbuhan penduduk alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dan
jumlah kematian. Dalam pertumbuhan alami, jumlah imigran dan emigran
tidak diperhitungkan karena jumlahnya dianggap tidak signifikan. Rumus
untuk menghitung pertumbuhan penduduk alami adalah sebagai berikut.
T = (L –M)
Keterangan :
T = pertumbuhan penduduk
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
Contoh soal:
Misalkan pada tahun 2013 angka kelahiran kasar penduduk di Pulau Jawa
sebesar 50.000 jiwa dan jumlah penduduk yang meninggal sebesar 20.000
jiwa. Berapakah pertumbahan penduduk alami di Pulau Jawa?
T=L–M
= 50.000 – 20.000 = 30.000
Jadi, pertumbuhan penduduk alami Pulau Jawa tahun 2011 adalah 30.000
jiwa.
2) Pertumbuhan penduduk awal.
Berbeda dengan pertumbuhan penduduk alami, pertumbuhan penduduk
total memperhitungkan jumlah penduduk yang melakukan migrasi
(imigrasi dan emigrasi), dengan rumus sebagai berikut.
Ttotal = (L – M) + (I – E)
Keterangan :
Ttotal = pertumbuhan penduduk total
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
I = jumlah imigrasi
E = jumlah emigrasi
Contoh soal:
Misalkan, jumlah kelahiran kasar penduduk di Pulau Jawa pada tahun
2011 adalah 50.000 jiwa dan jumlah kematian kasar sebanyak 20.000 jiwa.
Diketahui pula jumlah penduduk yang melakukan imigrasi sebanyak
15.000 jiwa dan penduduk yang melakukan emigrasi sebanyak 7.000 jiwa.
Hitunglah pertumbuhan penduduk total di Pulau Jawa pada tahun 2011.
Ttotal = (L – M) + (I – E)
= (50.000 – 20.000) + (15.000 – 7.000)
= 30.000 + 8.000 = 38.000
Jadi, pertumbuhan penduduk total Pulau Jawa tahun 2011 adalah 38.000
jiwa.
Pertumbuhan penduduk dapat digolongkan menjadi tinggi, sedang, rendah.
Pertumbuhan penduduk dikatakan rendah jika presentase nilai Ttotal
terhadap jumlah penduduk tahun awal perhitungan kurang dari 1%,
pertumbuhan penduduk dikatakan sedang jika persentase nilai Ttotal
antara 1 – 2 %, dan pertumbuhan penduduk dikatakan tinggi jika
persentase nilai Ttotal di atas 2%.
c. Poyeksi penduduk
Jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat diperkirakan atau
diproyeksikan. Informasi mengenai perkiraan jumlah penduduk di masa yang
akan datang sangat penting dalam perencanaan pembangunan. Misalnya,
untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan,
dan perumahan.
Rumus proyeksi penduduk adalah sebagai berikut.
Pn = Po (1 + r)n
Keterangan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = jumlah penduduk pada tahun ke-0 atau tahun dasar
n = jumlah tahun antara ke-0 hingga ke-n
r = tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (dalam persen)
Contoh soal:
Misalkan pada tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia tercatat 205 juta jiwa.
Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun adalah 1,5%. Berapakah proyeksi
penduduk Indonesia untuk tahun 2016?
Pn = Po (1 + r)n
= 205 (1 + 1,5%)15
= 205 (1 + 0,015)15
= 205 (1,015)15
= 205 (15,225)
= 3.121
Jadi, proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2016 dengan tingkat
pertumbuhan penduduk 1,5% per tahun adalah 3.121 juta jiwa.
Pada masa dahulu, pemerintah tertatik pada population promotion
terutama untuk keperluan pajak atau keperluan mengetahui besarnya
kekuatan negaranya. Pada dekade akhir-akhir ini, pemerintah memerlukan
proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggung jawabnya untuk
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan
yang terencana. Mengingat semua rencana-rencana pembangunan, baik
ekonomi maupun sosial, menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta
karakteristik daripada penduduk dimasa mendatang, proyeksi mengenai
jumlah serta struktur penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum untuk
proses perencanaan pembangunan. Adapun manfaat dari proyeksi penduduk
adalah sebagai berikut:
1. Bidang Pangan : menentukan kebutuhan akan bahan pangan sesuai dengan
gizi serta susunan penduduk menurut umur.
2. Bidang Kesehatan : menentukan jumlah medis, dokter, obat-obatan,
jumlah tempat tidur di rumah-rumah sakit yang diperlukan selama periode
proyeksi.
3. Bidang Pendidikan : proyeksi penduduk dipakai sebagai dasar untuk
memperkirakan jumlah penduduk usia sekolah, jumlah murid, jumlah
guru, gedung-gedung sekolah, pendidikan pada masa yang akan datang.
4. Bidang Tenaga Kerja : menentukan jumlah angkatan kerja, penyediaan
lapangan kerja yang erat hubungannya dengan proyeksi tentang
memungkinkan perencanaan untuk memperhitungkan perubahan tingkat
pendidikan, “skilled” dan pengalaman dari tenaga kerja.
5. Bidang Produksi Barang dan Jasa ; dengan proyeksi angkatan kerja dalam
hubungannya dengan data mengenai produktivitas merupakan dasar
estimasi produksi barang-barang dan jasa di masa mendatang.
d. Kelahiran (Natalitas)
Kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat
menambah jumlah penduduk. Tingkat kelahiran bergantung pada jumlah
pasangan usia subur dan jumlah bayi yang dilahirkan. Kelahiran bayi dapat
dibedakan menjadi bayi lahir hidup apabila mempunyai tanda-tanda
kehidupan sewaktu lahir, misalnya bernapas, ada gerakan otot, dan ada
denyut jantung.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung kelahiran (pronatalitas) dan
menghambat kelahiran (antinatalitas), antara lain sebagai berikut.
1) Faktor-faktor pronatalitas
a) Kawin usia muda
Apabila seorang perempuan kawin pada usia muda maka masa
reproduksi perempuan tersebut menjadi lebih lama. Artinya,
kesempatan bagi perempuan itu untuk mempunyai anak akan lebih
besar dibandingkan dengan perempuan yang kawin pada usia dewasa.
b) Tingkat kesehatan
Banyaknya bayi yang meninggal menyebabkan orang tua cenderung
memilih mempunyai banyak anak. Hal ini bertujuan apabila ada satu
anak yang meninggal masih ada anak yang lain.
c) Anggapan banyak anak banayak rezeki
Pada kehidupan masyarakat agraris kuno, semboyan banyak anak
banyak rezeki memang beralasan kuat. Masyarakat agraris kuno bekerja
dengan lebih baik banyak mengandalkan tenaga manusia dan hewan.
2) Faktor-faktor antinatalitas
a) Pembatasan usia menikah
Di Indonesia, batas usia menikah bagi perempuan minimal 16 tahun,
sedangkan bagi laki-laki minimal 19 tahun.
b) Program keluarga berencana
Pemerintah membatasi jumlah kelahiran dengan memasyarakatkan
program keluarga berencana dan menyediakan berbagai peralatan
kontrasepsi.
c) Pembatasan tunjangan anak
Pada pegawai negeri dan karyawan perusahaan tertentu, diberlakukan
pembatasan tunjangan anak. Pembatasan tunjangan ini akan mendorong
para pegawai untuk memiliki jumlah anak sesuai syarat untuk
mendapatkan tunjangan.
d) Anak merupakan beban
Pada kehidupan masyarakat modern, muncul anggapan sebagian orang
tua bahwa anak merupakan beban bagi orang tua. Orang tua harus
menyiapkan berbagai fasilitas kesehatan, sosial, dan pendidikan bagi
anak-anaknya.
Pengukuran kelahiran dapat dilakukan melalui beberapa cara.
1) Angka kelahiran kasar
Angka kelahiran kasar (crude birth rate atau CBR) menunjukkan jumlah
kelahiran tiap 1.000 penduduk setiap tahun, dengan rumus sebagai berikut.
B
CBR = P x k
Keterangan:
B = jumlah anak yang lahir (birth) pada tahun tertentu
P = jumlah penduduk (population) pada pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Pada suatu daerah terdapat penduduk sejumlah 25 juta orang dan jumlah
bayi yang lahir dalam setahun sebanyak 500.000 orang. Berapakah nilai
CBR untuk daerah tersebut?
B
CBR = P x k
500.000
= 25.000.000 x 1.000
= 20 bayi/1.000 wanita
Jadi, nilai CBR daerah tersebut adalah 20 bayi/1.000 wanita. Angka
kelahiran kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai
berikut.
a) Tinggi, jika angka kelahiran kasar suatu daerah lebih dari 30 tiap 1.000
orang.
b) Sedang, jika angka kelahiran kasar suatu daerah berkisar antara 20-30
tiap 1.000 orang.
c) Rendah, jika angka kelahiran kasar suatu daerah kurang dari 20 tiap
1.000 orang.
2) Angka kelahiran menurut umur
Cara pengukuran kelahiran menggunakan metode CBR seringkali kurang
memuaskan karena tidak memperhatikan pembagian menurut jenis
kelamin dan golongan umur. Oleh karena itu. Digunakanlah cara
pengukuran kelahiran dengan mempertimbangkan umur. Cara ini dikenal
dengan istilah age specific birth rate (ASBR). ASBR adalah angka yang
menunjukkan jumlah kelahiran setiap 1.000 wanita golongan umur tertentu
setiap tahun. Nilai ASBR dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Bx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = xk
Px
Keterangan :
Bx = jumlah anak yang lahir dari wanita kelompok umur x
Px = jumlah wanita pada kelompok umur x
k = konstanta (1.000)
Penduduk bisa digolongkan dalam kelompok umur tertentu, misalnya
kelompok umur lima tahunan, yaitu 20 – 24 tahun, 25 – 29 tahun, 30 – 34
tahun, dan seterusnya.
Contoh soal:
Pada suatu wilayah terdapat 100.000 wanita yang berumur antara 25 – 29
tahun, dan jumlah kelahiran dari wanita dalam kelompok umur tersebut
sebanyak 20.000 orang. Berapakah nilai ASBR wilayah tersebut?
Bx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = xk
Px
20.000
𝐴𝑆𝐵𝑅 = x 1.000
100.000
= 200 bayi/1.000 wanita
Jadi, ASBR daerah tersebut adalah 200 bayi dari setiap 1.000 wanita pada
kelompok umur 25 – 29 tahun.
e. Kematian (Mortalitas)
Pertumbuhan jumlah penduduk dipengaruhi oleh tingginya tingkat
kematian. Tingkat kematian adalah jumlah kematian per 1.000 penduduk
setiap tahun. Tingkat kematian pada suatu kelompok penduduk berbeda
dengan tingkat kematian penduduk pada kelompok lainnya. Biasanya tingkat
kematian penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
perempuan.
Negara maju umumnya mempunyai tingkat kematian yang lebih rendah
dibandingkan dengan negara berkembang. Tingkat kematian penduduk
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial, ekonomi, pekerjaan,
tempat tinggal, pendidikan, dan jenis kelamin. Semua faktor tersebut,
menurut sifatnya, dapat dibedakan menjadi faktor pendukung kematian
(promortalitas) dan faktor penghambat kematian (antimortalitas) sebagai
berikut.
1) Faktor-faktor anti mortalitas
a) Fasilitas kesehatan yang memadai.
b) Lingkungan yang bersih dan teratur.
c) Ajaran agama yang melarang bunuh diri.
d) Tingkat kesehatan yang tinggi.
2) Faktor-faktor promortalitas
a) Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
b) Kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, seperti rumah sakit,
peralatan kesehatan, dan obat-obatan.
c) Sering terjadi kecelakaan lalu lintas
d) Terjadi bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa
e) Terjadi peperangan
Pengukuran tingkat kematian dapat dilakukan melalui beberapa cara.
1) Angka kematian kasar
Angka kematian kasar (crude death rate atau CDR) adalah angka yang
menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1.000 penduduk per tahun,
dengan rumus sebagi berikut.
D
CDR = xk
P
Keterangan:
D = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Jumlah penduduk suatu negara pada pertengahan tahun adalah 25 juta
jiwa. Pada tahun tersebut terdapat 50.000 orang yang meninggal dunia.
Berapakah tingkat kematian pada negara tersebut?
D
CDR = xk
P
50.000
= x 1.000
25.000.000
= 2 orang
Jadi, besar CDR untuk negara tersebut adalah 2 orang dari setiap 1.000
penduduk.
Angka kematian kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu
sebagai berikut.
a. Tinggi, jika angka kematian kasar suatu daerah lebih dari 20 orang dari
setiap 1.000 penduduk.
b. Sedang, jika angka kematian kasar suatu daerah berkisar antara 10 – 20
orang dari setiap 1.000 penduduk.
c. Rendah, jika angka kematian kasar suatu daerah kurang dari 10 orang
dari setiap 1.000 penduduk.
2) Angka kematian menurut umur
Angka kematian menurut umur (age specific death rate atau ASDR)
adalah angka yang menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur
tertentu dari setiap 1.000 penduduk dalam kelompok umur yang sama. Bila
dibandingkan dengan CDR, hasil perhitungan ASDR lebih teliti karena
didasarkan pada kelompok umur. Rumus untuk menghitung angka
kematian menurut umur adalah sebagai berikut.
Dx
𝐴𝑆𝐷𝑅 = xk
Px
Keterangan
Dx = jumlah kematian dalam kelompok umur x
Px = jumlah penduduk pada kelompok umur x
k = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Pada suatu daerah terdapat penduduk berusia antara 50 – 55 tahun
sebanyak 1.000.000 orang. Pada golongan umur tersebut terjadi 10.000
kematian dalam setahun. Berapakah besar ASDR untuk daerah tersebut?
Dx
𝐴𝑆𝐵𝑅 = xk
Px
10.000
𝐴𝑆𝐵𝑅 = x 1.000 = 10 orang
1.000.000
Jadi, besar ASDR daerah tersebut adalah 10 orang dari tiap 1.000
penduduk golongan usia 50 – 55 tahun.
f. Persebaran dan kepadatan penduduk
Persebaran atau distribusi penduduk adalah hasil dari penyebaran
penduduk di suatu wilayah atau negara. Kepadatan penduduk adalah angka
yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk untuk tiap satuan luas pada
suatu wilayah atau negara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk
pada tiap daerah atau negara adalah sebagai berikut.
1) Faktor fisiografis
Penduduk selalu memilih tempat tinggal pada lokasi yang baik, strategis,
terdapat tanah yang subur, berelief halus, cukup air, dan aman.
2) Faktor biologis
Tingkat pertumbuhan penduduk di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan
jumlah perkawinan.
3) Faktor kebudayaan dan teknologi
Daerah dengan masyarakat yang memiliki pola pikir modern dan
pembangunan fisik yang pesat akan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan daerah lain.
Ketidakmerataan persebaran penduduk di Indonesia menyebabkan
kepadatan penduduk berbeda-beda pada setiap daerah. Ada daerah dengan
kepadatan penduduk tinggi dan ada pula daerah dengan kepadatan penduduk
rendah. Kepadatan penduduk dapat dibedakan atas dua macam, yaitu sebagai
berikut.
1) Kepadatan penduduk aritmatik, yaitu jumlah rata-rata penduduk per luas
wilayah. Kepadatan penduduk aritmatik dapat dihitung dengan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
Kepadatan penduduk aritmatik = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝐾𝑚 2 )
Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dihitung. Data kepadatan
penduduk aritmatik sangat bermanfaat dalam bidang perencanaan wilayah.
Contohnya, dengan mengetahui tingkat kepadatan penduduk di suatu
wilayah, pemerintah daerah dapat membuat perencanaan pembangunan
fasilitas sosial. Jika suatu daerah memiliki kepadatan penduduk aritmatik
rendah, pembangunan masalah kesehatan, seperti puskesmas, dapat
digabung dengan daerah lain yang berdekatan. Perencanaan pembangunan
wilayah permukiman juga memerlukan data kepadatan penduduk
aritmatik.
2) Kepadatan penduduk agraris, yaitu jumlah rata-rata penduduk petani per
luas lahan pertanian. Kepadatan penduduk agraris dapat dihitung dengan
rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
Kepadatan penduduk agraris = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 (𝐾𝑚 2)
Kepadatan penduduk di Indonesia antara pulau yang satu dan pulau yang
lain tidak seimbang. Selain itu, kepadatan penduduk antara provinsi yang satu
dengan provinsi yang lain juga tidak seimbang. Hal ini disebabkan persebaran
penduduk yang tidak merata. Sebagaian besar penduduk Indonesia
terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Madura. Padahal luas wilayah pulau Jawa
hanya sebagian kecil dari luas wilayah Indonesia. Akibatnya, pulau Jawa dan
Madura memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Provinsi dengan
kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta.
Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam
mendukung kehidupan penduduk. Daya dukung lingkungan pada berbagai
daerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan di Pulau Jawa lebih
tinggi dibandingkan pulau-pulau lain. Setiap satuan luas wilayah di Pulau
Jawa dapat mendukung kehidupan lebih banyak dibandingkan dengan pulau
Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatera.
Daya dukung lingkungan pada suatu wilayah bersifat terbatas. Apabila
kemampuan daya dukung lingkungan terlampaui, dapat terjadi tekanan
penduduk. Jadi, meskipun daya dukung lingkungan di Pulau Jawa tinggi,
batas kemampuan wilayah tersebut dalam mendukung kehidupan perlu
diperhatikan.
Konsep daya dukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak.
Daya dukung lingkungan menunjukkan kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah hewan per
satuan luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung bergantung pada
kemampuan lingkungan untuk menyediakan makanan bagi hewan tersebut.
Apabila kemampuan lingkungan dalam menyediakan makanan rendah,
jumlah hewan yang dapat didukung sedikit. Apabila jumlah hewan pada
lingkungan tersebut terlalu banyak, kebutuhan makan mereka tidak dapat
terpenuhi. Akibatnya, hewan menjadi kurus dan mudah terserang penyakit.
Lingkungan pun menjadi rusak.
Berdasarkan gambaran di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan setiap
wilayah dalam mendukung kehidupan berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam
upaya pemerataan persebaran penduduk, pemerintah harus berpedoman pada
konsep daya dukung lingkungan.

2. Analisis Demografi
Analisis demografi adalah teknik yang digunakan untuk mengukur
dinamika penduduk sepanjang waktu yang berkaitan dengan jumlah, distribusi,
komposisi penduduk, dan komonen perubahannya melalui dasar demografi
berupa kelahiran, kematian, dan migrasi. Analisis demografi sangat diperlukan
dalam membuat kebijakan oleh pemerintah maupun nonpemerintah serta
menjadi acuan untuk menjawab berbagai permsalahan yang berhubungan
dengan kependudukan. Beberapa manfaat analisis demografi adalah sebagai
berikut.
a. Dapat digunakan oleh pemerintah dalam pembuatan kebijakan pembangunan.
b. Dapat digunakan untuk referensi merancang strategi pemasaran oleh
pengusaha dan industri.
c. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan persebaran penduduk pada
suatu wilayah dari waktu ke waktu.
d. Dapat digunakan untuk merancang dan memperkirakan proyeksi penduduk
serta kondisi di masa depan.
e. Dapat digunakan untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan kaitannya
terhadap populasi penduduk.
Contoh kebijakan pemerintah yang menggunakan analisis demografi
adalah sebagai berikut:
a. Analisis demografi jumlah penduduk usia sekolah di suatu wilayah
diperlukan untuk perencanaan pembangunan gedung sekolah baru atau
penambahan jumlah tenaga pengajar.
b. Analisis demografi persebaran penduduk di suatu wilayah diperlukan untuk
perencanaan pembangunan sarana dan prasarana umum seperti jalan,
pemerintah, pasar, terminal, dan lainnya.
c. Analisis demografi dari angka beban ketergantungan penduduk dapat
dijadikan asumsi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam pembukaan
lapangan kerja baru atau program wirausaha.
Contoh kebijakan pemerintah yang menggunakan analisis demografi
adalah sebagai berikut:
a. Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendapatan dan
mata pencaharian dapat dijadikan dasar bagi perusahaan restoran cepat saji
untuk membuka cabang baru di wilayah tertentu.
b. Analisis demografi mobilitas penduduk di suatu wilayah dapat menjadi
asumsi dasar perusahaan jasa transportasi menyediakan trayek baru.
Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin
di suatu wilayah apat menjadi acuan bagi perusahaan konveksi untuk
memproduksi jenis pakaian sesuai umur dan jenis kelamin yang dominan di
wilayah tersebut.

D. Kualitas Penduduk
1. Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut tingkat pendidikannya, penduduk dapat dikelompokkan menjadi
penduduk buta huruf dan penduduk melek huruf. Penduduk melek huruf dapat
dikelompokkan lagi menurut tingkat pendidikannya, seperti kelompok tidak
bersekolah, tidak tamat sekolah dasar, tamat sekolah dasar, tamat sekolah
menengah pertama, tamat sekolah menengah atas, dan tamat akademi atau
perguruan tinggi.
Tingkat pendidikan berkaitan serta dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan penduduk
mengolah mengolah sumber daya alam dengan baik. Di samping itu, penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan penduduk dalam memenuhi
berbagai kebutuhan hidup sehingga taraf hidupnya meningkat. Sebaliknya,
tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan lambannya kenaikan taraf
hidup dan menghambat proses pembangunan.
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di
Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan,
sebagian penduduk masih menganggap bahwa bersekolah tidak penting.
Untuk bekal hidup, seorang anak cukup melanjutkan pekerjaan orang tuanya
secara turun temurun.
b. Pendapatan penduduk yang rendah menyebabkan anak tidak dapat
melanjutkan pendidikan karena tidak mempunyai biaya.
c. Tidak meratanya ketersediaan sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang
dimaksud, misalnya gedung sekolah, ruang kelas, buku-buku pelajaran, alat-
alat praktikum, dan guru yang berkualitas. Persebaran gedung sekolah yang
tidak merata turut menyebabkan jangkauan pendidikan tidak merata.
Kurangnya buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, dan guru yang
berkualitas akan menyebabkan proses belajar mengajar tidak berjalan dengan
optimal.
Untuk menaikkan tingat pendidikan penduduk, pemerintah Indonesia
mengambil langkah-langkah, antara lain sebagai berikut.
a. Membangun sekolah-sekolah baru di daerah terpencil.
b. Memperbaiki dan menambah jumlah alat-alat praktikum, laboratorium,
perpustakaan, dan buku-buku pelajaran.
c. Menambah jumlah dan meningkatkan kualitas guru.
d. Mencanangkan program wajib belajar dan gerakan nasional orang tua asuh.
e. Memberikan beasiswa kepada murid-murid kurang mampu yang berprestasi.
f. Mengimplementasikan Undang-Undang Dasar, khususnya pasal 31 tentang
pendidikan yang berisi:
1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarkan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
Undang-Undang.
4) Negara memprioritaskan anggran pendidikan sejurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
perubahan serta kesejahteraan umat manusia.
2. Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Kesehatan
Salah satu tolok ukur untuk menilai kualitas penduduk suatu negara adalah
tingkat kesehatan. Penduduk suatu negara dikatakan berkualitas tinggi apabila
tingkat kesehatannya juga tinggi. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa
tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya
tingkat kesehatan penduduk antara lain dipengaruhi oeh faktor kualitas makanan,
lingkungan, pola hidup, fasilitas kesehatan, dan ketersediaan tenaga medis.
Tingkat kesehatan penduduk suatu negara dapat dinilai dari angka
kematian kasar, angka kematian bayi, dan usia harapan hidup. Tingkat kesehatan
penduduk dikatakan tinggi apabila angka kematian kasar dan angka kematian
bayi rendah, tetapi usia harapan hidup tinggi. Angka kematian kasar adalah
jumlah kematian tiap 1.000 penduduk yang lahir hidup dalam satu tahun.
Usia harapan hidup adalah usia seseorang diharapkan hidup berdasarkan
hitungan statistik. Usia harapan hidup dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas
kesehatan dan fasilitas sosial lainnya. Rendahnya layanan fasilitas kesehatan dan
sosial menurunkan usia harapan hidup.
Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, langkah-langkah yang
harus diambil oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut.
a. Memperbanyak jumlah dan meningkatkan fungsi rumah sakit, puskesmas,
dan sarana kesehatan lainnya.
b. Menambah jumlah serta menaikkan kualitas tenaga medis.
c. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi, dan kebersihan lingkungan.
d. Mengadakan program imunisasi massal secara murah atau gratis.
3. Kualitas Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Semakin tinggi tingkat pendidikan, kualitas tenaga kerjapun semakin
meningkat sehingga lapangan kerja dapat terisi oleh tenaga kerja berkualitas
baik. Lapangan pekerjaan meliputi berbagai bidang usaha. Misalnya bidang
pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, perdagangan,
pariwisata, kontruksi, transportasi, dan komunikasi. Peningkatan kualitas tenaga
kerja membuat ketergantungan pada tenaga kerja asing dapat berkurang,
sehingga sumber daya alam yang kita miliki dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk meningkatkan taraf hidup penduduk.
Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan masalah yang
harus ditangani secara serius karena sangat berpengaruh terhadap ketahanan
nasional. Pertumbuhan angkatan kerja cukup tinggi akibat pesatnya
pertumbuhan penduduk. Di lain pihak, tenaga kerja usia muda umumnya kurang
atau belum terampil. Pertumbuhan ekonomi saat ini belum mampu menciptakan
lapangan kerja yang dapat menyerap seluruh angkatan kerja. Konsentrasi
penduduk di pulau Jawa menambah rumit masalah distribusi tenaga kerja.
Keadaan ini merugikan pencari kerja karena mereka terpaksa menerima syarat
kerja dengan kondisi dan upah kerja yang kurang layak.
Pemerintah mempunyai empat kebijakan umum di bidang perluasan
kesempatan kerja, sesuai dengan asas pemerataan yang diterapkan sebagai
kebijakan umum pembangunan nasional. Kebijakan tersebut antara lain sebagai
berikut.
a. Kebijakan di bidang ekonomi dan sosial
Kebijakan di bidang ekonomi diterapkan melalui kebijakan fiskal, moneter,
dan investasi yang dapat menumbuhkan kesempatan kerja. Sementara pada
bidang sosial diterapkan kebijakan kependudukan untuk mewujudkan
keluarga sehat dan sejahtera.
b. Kebijakan sektor produksi
Kebijakan pada berbagai sektor produksi diusahakan melalui perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan kapasitas produksi industri.
c. Kebijakan regional (daerah)
Contoh kebijakan di tingkat daerah adalah pengerahan tenaga kerja dari
daerah yang berkelebihan ke daerah yang membutuhkan. Misalnya,
pengiriman tenaga kerja melalui program AKAD (Antar-Kerja Antar-
Daerah), AKL (Antar Kerja Lokal), dan AKAN (Antar-Kerja Antar-Negara).
d. Kebijakan khusus
Pemerintah secara khusus menyediakan lapangan kerja bagi kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, terutama masyarakat pedesaan.
Disamping kebijakan umum yang telah diuraikan sebelumnya, pemerintah
juga menjalankan berbagai kebijakan khusus, yaitu sebagai berikut.
a. Mengurangi pengangguran di daerah-daerah berpenduduk padat, miskin dan
rawan bencana alam melalui berbagai program pembangunan.
b. Meningkatkan penyaluran, penyebaran, dan pemanfaatan tenaga kerja melalui
Program Pembangunan dan Penyebaran Tenaga Kerja (PPTK) dan bursa
tenaga kerja.
c. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja yang berpengaruh pada peningkatan
produktivitas melalui program pelatihan keterampilan tenaga kerja.
d. Meningkatkan hubungan ketenagakerjaan yang mantap dan dinamis, serta
membina kesejahteraan buruh dalam kegiatan pembangunan melalui program
perlindungan tenaga kerja.
4. Kualitas Penduduk Menurut Pendapatan
Setiap manusia memerlukan sandang dan pangan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sandang dan pangan dapat diperoleh melalui bekerja atau
berusaha. Ketika seseorang bekerja, dia akan mendapat imbalan berupa upah
atau gaji. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai
petani. Contoh mata pencaharian lainnya adalah berdagang, berkebun, buruh
industri, pegawai negeri, perwira TNI, dan polisi. Semua jenis mata pencaharian
perlu dijalani dengan sikap profesionalisme yang tinggi.
Besar penghasilan dapat mempengaruhi taraf hidup seseorang. Makin
tinggi penghasilan, makin tinggi pula taraf hidup seseorang. Taraf hidup suatu
negara dipengaruhi oleh pendapatan rata-rata per kapita negara tersebut.
Pendapatan per kapita dipengaruhi oleh besarnya pendapatan ekonomi nasional
dalam satu tahun yang disebut GNP (gross national product atau produk
domestik bruto) dan perkembangan jumlah penduduk. Untuk mengetahui nilai
pendapatan perkapita rata-rata di suatu negara, dapat digunakan rumus sebagai
berikut.
𝐺𝑁𝑃
Pendapatan per kapita = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah
indeks yang menggambarkan tingkat kemakmuran suatau negara. Indeks GNP
adalah jumlah nilai atau harga seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Ketika nilai GNP dibagi dengan
jumlah penduduk, hasilnya menggambarkan pendapatan per kapita, atau
kekayaan rata-rata setiap orang di suatu negara.

E. Mobilitas Penduduk dan Pengendaliannya


1. Pengertian Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk atau migrasi adalah pergerakan atau perpindahan
penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, dan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pertambahan penduduk di suatu daerah atau suatu negara.
Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian. Migrasi secara regional
dan lokal sangat penting, berkaitan dengan densitas atau kepadatan dan
distribusi penduduk yang tidak merata. Ketidakmerataan inilah yang menjadi
salah satu pendorong dan penarik orang-orang dalam melakukan migrasi.
Pada umumnya, orang melakukan migrasi karena keinginan untuk
meningkatkan taraf hidup. Alasan lain adalah karena adanya faktor-faktor yang
memaksa dirinya untuk berimigrasi dari daerah asalnya ke daerah yang baru.
Contohya adalah bencana alam, konflik sosial, peperangan, atau tingginya
frekuensi tindak kejahatan di suatu wilayah.
2. Macam-macam Migrasi
a. Mobilitas Permanen (Migrasi)
Mobilitas permanen atau relative permanen merupakan perpindahan
penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan tujuan menetap,
seseorang dapat dikatakan sebagai migran apabila melintasi batas wilayah
administrasi dan lamanya bertempat tinggal di tempat tujuan lebih dari enam
bulan (Mantra, 2003:145 dalam Jurnal Aris Agusta).
1) Migrasi Lokal
Migrasi lokal merupakan perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke
wilayah lain yang berada dalam satu negara.
a) Urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa menuju
perkotaan. Urbanisasi biasanya terjadi akibat ketimpangan
pembangunan antara desa dan kota sehingga banyak yang tertarik untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kota yang memiliki fasilitas
lengkap. Urbanisasi menimbulkan berbagai dampak, baik positif
maupun negatif. Dampak-dampak tersebut antara lain:
(1) Dampak Positif:
(a) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di kota.
(b) Meningkatkan taraf hidup penduduk di desa karena sebagian
pendapatannya kembali ke desa.
(c) Mengurangi jumlah pengangguran di desa .
(d) Semakin berkembangnya aktivitas perekonomian di kota .
(2) Dampak Negatif
(a) Kekurangan tenaga ahli dan terampil di desa.
(b) Perilaku yang tidak sesuai dengan norma setempat karena
terpengaruh gaya hidup di perkotaan sering ditularkan ke
pedesaan.
(c) Meningkatnya pengangguran di perkotaan.
(d) Munculnya tuna wisma, tuna sosial, dan gubuk-gubuk liar
yang menyebabkan wilayah perkotaan menjadi kumuh.
(e) Meningkatkan kemacetan lalu lintas.
(f) Meningkatnya kejahatan.
(g) Rawan terjadi degradasi lingkungan.
b) Ruralisasi
Ruralisasi berasal dari kata rural yang berarti pedesaan. Ruralisasi
merupakan kebalikan dari urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari
kota ke desa. Ruralisasi biasanya terjadi karena jumlah penduduk di
wilayah perkotaan sudah terlalu padat. Ketika wilayah perkotaan
mengalami kepadatan penduduk, maka keseimbangan populasi akan
terganggu. Sehingga ruralisasi dapat menjadi salah satu solusi untuk
mengurangi jumlah penduduk di perkotaan. Faktor yang mendorong
terjadinya ruralisasi antara lain:
(1) Harga tanah di wilayah perkotaan semakin hari semakin mahal
karena sedikitnya lahan yang tersisa.
(2) Tingkat stress dan kejenuhan di perkotaan.
(3) Sudah tidak mampu untuk hidup bersaing di perkotaan.
(4) Ingin memajukan desa agar setara dengan perkotaan.

Sedangkan faktor penarik terjadinya ruralisasi di antaranya,


(1) Harga tanah di pedesaan yang relatif murah dan kondisi udara
masih bagus
(2) Suasana pedesaan yang lebih damai dapat mengurangi tingkat
stress
(3) Masyarakat masih memegang rasa kekeluargaan dan norma
kesopanan
c) Transmigrasi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no. 29 tahun 2009 pasal
1, transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasi yang
diselenggarakan oeh pemerintah. Transmigran adalah WNI yang
berpindah secara sukarela ke kawasan transmigrasi. Wilayah
pengembangan transmigrasi adalah wilayah potensial yang ditetapkan
sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas
beberapa satuan kawasan pengembangan yang salah satu di antaranya
direncanakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah baru
sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah (RTRW). Penetapan kawasan transmigrasi ini perlu di analisis
terlebih dulu, salah satu cara analisis tersebut adalah menggunakan
Pendekatan Kompleks Wilayah.
Berdasarkan undang-undang tersebut juga dibedakan beberapa jenis
berdasarkan penyelenggaranya, yaitu transmigrasi umum, swakarsa
berbantuan, dan swakarsa mandiri.
(1) Transmigrasi Umum, adalah jenis transmigrasi yang dilaksanakan
oleh pemerintah dan/ atau pemerintah daerah bagi penduduk yang
mengalami keterbatasan dalam mendapatkan peluang kerja dan
usaha. Transmigran mendapatkan bantuan dari pemerintah.
(2) Transmigran Swakarsa Berbantuan, adalah jenis transmigrasi yang
dirancang oleh pemerintah dan/ atau pemerintah daerah dengan
mengikutsertakan badan usaha sebagai mitra usaha transmigran
bagi penduduk yang berpotensi berkembang untuk maju
(3) Transmigrasi Swakarsa Mandiri, adalah jenis transmigrasi yang
merupakan prakarsa transmigran yang bersangkutan atas arahan,
layanan, dan bantuan pemerintah dan/atau pemerintah daerah bagi
penduduk yang telah memiliki kemampuan. Transmigrasi ini dapat
dilakukan secara perorangan maupun berkelompok, baik bekerja
sama maupun tidak bekerja sama dengan badan usaha atas arahan,
layanan, dan bantuan pemerintah dan/ atau pemerintah daerah.
Tujuan diadakannya transmigrasi di antaranya adalah:
(1) Pemerataan pembangunan dan persebaran penduduk
(2) Pemerataan pemerolehan pendapatan yang akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan penduduk
(3) Peningkatan produksi yang mengolah sumber daya alam yang
tersedia di daerah yang baru
(4) Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
(5) Meningkatkan pertahanan dan keamanan
2) Migrasi Internasional
Migrasi internasional merupakan perpindahan penduduk dari suatu
wilayah ke wilayah lain dalam lingkup internasional atau antar negara.
a) Imigrasi
Imigrasi adalah masuknya penduduk dari negara lain ke dalam suatu
negara. Orang yang melakukan imigrasi disebut Imigran
b) Emigrasi
Emigrasi adalah keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain.
Orang yang melakukan emigrasi disebut Emigran. Contoh emigrasi
adalah para TKI.
c) Remigrasi (Repatriasi)
Remigrasi merupakan kembalinya penduduk ke negaranya sendiri
setelah sekian lama berada di luar negeri. Remigrasi sering disebut
dengan kembali ke tanah air.
b. Mobilitas Non-Permanen (Sirkulasi)
1) Osilasi
Osilasi merupakan perpindahan penduduk untuk sementara waktu, tidak
untuk menetap, tetapi lebih dari satu hari (mondok/ menginap) dan kurang
dari enam bulan. Contohnya adalah seorang pegawai yang mendapat tugas
luar kota, dalam satu hari tugasnya dapat terselesaikan, namun karena
jarak yang cukup jauh, maka dia harus menginap satu malam sebelum
pulang ke kota nya.
2) Komutasi
Komutasi merupakan perpindahan penduduk untuk sementara dan tidak
menginap (hanya satu hari). Komutasi juga disebut ulang alik atau nglaju.
Orang yang melakukan komutasi disebut komuter. Contoh komutasi
adalah seseorang yang bekerja di luar kota, namun karena jarak nya yang
masih terjangkau dan transportasinya yang mudah sehingga dia pergi pada
pagi hari dan kembali ke rumah pada petang hari.
3. Faktor yang Memengaruhi Mobilitas Penduduk
a. Faktor dari daerah asal atau faktor pendorong seperti adanya bencana, gagal
panen, lapangan kerja terbatas, keamanan terganggu, fasilitas pendidikan
kurang memadai,
b. Faktor yang ada di daerah tujuan atau faktor penarik seperti tersedianya
lapangan kerja, kemanan terjamin, upah yang tinggi, tersedianya sarana
pendidikan yang memadai, fasilitas kesehatan yang lengkap.
c. Faktor penghalang, misalnya jenis, jarak, dan biaya transportasi. Transportasi
yang terjangkau mendorong terjadinya mobilitas penduduk.
d. Faktor individu, merupakan faktor yang berasal dari keinginan diri sendiri,
misalnya usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dapat memengaruhi
keinginan seseorang untuk melakukan mobilitas atau tidak.

F. Permasalahan Kependudukan dan Solusinya


Masalah kependudukan di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan tiga
variabel kependudukan, yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Masalah
kependudukan Indonesia dari segi fertilitas adalah jumlah penduduk Indonesia yang
besar dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Di lain pihak, masalah kependudukan
dari segi mortalitas adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk Indonesia.
Selain itu, ada pula masalah kependudukan dari segi migrasi berupa persebaran
penduduk yang tidak merata dan urbanisasi di kota-kota besar Indonesia.
1. Permasalahan Kependudukan di Indonesia
a. Jumlah penduduk besar
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang
besar di dunia. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia mencapai 237,64 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar
merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Akan tetapi jika sumber
daya manusia yang berkualitas jumlahnya terbatas, penduduk berjumlah
banyak merupakan salah satu kendala dalam melaksanakan pembangunan.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun,
menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi. Beberapa
dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dari banyaknya jumlah penduduk,
antara lain sebagai berikut.
1) Meningkatnya permintaan barang-barang kebutuhan pokok
2) Meningkatnya persaingan dalam dunia kerja
3) Meningkatnya jumlah pengangguran
4) Meningkatnya kejadian kriminalitas
Beberapa kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia dalam upaya
mengatasi masalah jumlah penduduk, yang benar adalah sebagai berikut.
1) Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan
nasional.
2) Menetapkan Undang-Undang Perkawinan yang mengatur batas usia
menikah
3) Membatasi pemberian tunjangan anak bagi pegawai negeri dan perwira
TNI
Kondisi jumlah penduduk Indonesia yang besar terutama disebabkan
oleh pertambahan penduduk yang pesat dari waktu ke waktu. Indonesia
senantiasa mengalami peningkatan jumlah penduduk tiap tahun.
Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk, antara lain sebagai berikut.
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan kemudahan dalam
menjadi akseptor Keluarga Berencana
2) Meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan, sehingga keinginan
untuk segera menikah dapat dihambat.
3) Meningkatkan wajib belajar pendidikan dasar bagi masyarakat, dari 6
tahun menjadi 9 tahun.
b. Pertumbuhan penduduk cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat,
walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun1961 – 1971
pertumbuhan penduduk sebesar 2,1% pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar
2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1.98% pertahun, dan periode
1990 – 2000 sebesar 1,6 pertahun.
Penurunan pertumbuhan penduduk ini tentunya cukup menggembirakan,
hal ini didukung oleh pelaksanaan program keluarga berencana di seluruh
tanah air. Keluarga berencana merupakan suatu bentuk membatasi jumlah
anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga.
Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga
anak saja atau merupakan keluarga kecil. Dengan terbentuknya keluarga kecil
diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi
sehingga terbentuklah keluarga sejahtera. Program keluarga berencana
mempunyai dua tujuan pokok yaitu:
1) Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
2) Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera.
c. Persebaran penduduk tidak merata
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk di suatu wilayah
dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat.
Berdasarkan sensus penduduk dan survei penduduk, persebaran penduduk
Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lain tidak merata.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor fisiografis,
biologis, kebudayaan dan teknologi.
Di Indonesia konsentrasi kepadatan penduduk berpusat di Pulau Jawa.
Lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia mendiami Pulau Jawa. Hal ini
menjadi masalah apabila pusat pemerintahan, informasi, transportasi,
ekonomi, dan berbagai fasilitas hanya berada di satu wilayah. Penduduk akan
berusaha untuk melakukan migrasi dan akhirnya akan berdampak pada
permasalahan ketidakmerataan pembangunan. Hal ini seperti lingkaran setan
yang terus berputar, Pulau Jawa dengan konsentrasi kepadatan tinggi
membuat pembangunan semakin pesat, dan hal ini mengundang banyak
penduduk untuk pergi ke Pulau Jawa.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran penduduk, yaitu
sebagai berikut.
1) Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk,
karena dapat dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.
2) Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu
basah biasanya tidak disenangi sebagai tempat tinggal.
3) Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat
banyak bertempat tinggal di daerah datar.
4) Sumber air
5) Perhubungan atau transportasi
6) Fasilitas dan juga pusat-pusat ekonomi, pemerintah, dan lainnya.
Pemusatan penduduk pada wilayah-wilayah tertentu (terutama di wilayah
perkotaan dan pusat-pusat bisnis) akan menimbulkan berbagai permasalahan.
Contohnya adalah sebagai berikut.
1) Menurunnya kualitas lingkungan.
2) Stabilitas keamanan tergangu.
3) Munculnya pemukiman dengan rumah-rumah yang tidak layak huni.
4) Bertambahnya pekerjaan di sektor informal, seperti pedagang kaki lima
yang dapat mengganggu ketertiban.
Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam
mendukung kehidupan penduduknya. Daya dukung lingkungan dari berbagai
daerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan Pulau Jawa lebih
tinggi dibandingkan dengan pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di
Pulau Jawa dapat mendukung kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan di Pulau Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatra.
Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu ada
batasannya. Apabila kemampuan wilayah dalam mendukung lingkungan
terlampaui, maka akan dapat berakibat pada terjadinya tekanan penduduk.
Jadi, meskipun di Pulau Jawa daya dukung lingkungannya tinggi, namun
kemampuan wilayahnya terbatas.
2. Upaya penanggulangannya
Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi dampak
persebaran penduduk yang tidak merata meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Melaksanakan program transmigrasi
b. Melaksanakan program pemerataan pembangunan dengan cara mendirikan
industri di pinggir kota.
c. Menambah sarana dan prasarana umum, seperti trasportasi dan pendidikan.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat antara lain sebagai berikut.
a. Melaksanakan program peningkatan kualitas lingkungan, seperti perencanaan
tata ruang wilayah, penataan permukiman/kampung, serta pembangunan
rumah susun.
b. Menjalin kerja sama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam
mengadakan program kesehatan, seperti pelaksanaan Pekan Imunisasi
Nasional, standardisasi obat dan makanan, serta peningkatan gizi masyarakat.
c. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya melalui program
jaminan kesehatan masyarakat.
d. Melakukan pemerataan kesehatan sarana dan prasarana kesehatan yang
meliputi tenaga medis, obat-obatan, dan alat-alat kesehatan di berbagai
wilayah.
e. Memproduksi obat generik yang terjangkau bagi masyarakat.

G. Peta Jalan (road map) Pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia


1. Peta jalan
Peta jalan atau road map adalah sebuah arahan bagi usaha pengembangan
yang bersifat strategis, berskala besar, dan berdurasi panjang. Esensi sebuah peta
jalan adalah adanya jalur-jalur (paths) pengembangan yang bila diikuti akan
membawa pelakunya mencapai tujuan pengembangan tersebut. Jalur-jalur ini
disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan berbagai faktor yang melekat
pada konteks, situasi, dan linkungan pengembangan sehingga dapat
mengantarkan pada pencapaian tujuan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi
yang tinggi.
Efektivitas dan efisiensi dicapai melalui proses pengembangan yang
terukur dan sistematis. Ada tiga prinsip dasar yang digunakan dalam menyusun
langkah dan tahapan pengembangan, yaitu sebagai berikut.
a. Perencanaan yang realistis
Perencanaan yang realistis berarti sasaran pengembangan dan
langkah-langkah yang akan dilaksanakan terus bisa dicapai dari kondisi saat
ini. Pengembangan SDM dilakukan secara iteratif melalui beberapa tahapan,
dan tiap tahapan dijalankan berdasarkan kondisi saat itu. Memiliki target-
target tertentu, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan berusaha membawa
dari kondisi baseline ke pencapaian target-target tersebut.
Prinsip berpegang pada realitas menjamin setiap langkah didasarkan
pada kondisis yang sebenarnya sehingga setiap kegiatan yang dilakukan
selalu relevan. Implementasi prinsip ini mensyaratkan kemampuan untuk
“memotret” kondisi pada satu periode tertentu dan menyusun target-target
tersebut. Pengembangan yang bersifat iteratif juga mensyaratkan penahapan
yang optimum, dalam arti tahap-tahap yang ditetapkan mampu
menghadirkan efek peningkatan utilisasi SDM yang optimum. Artinya,
meskipun pengembangan SDM masih berlangsung, hasil-hasil yang
diperoleh saat itu telah dimanfaatkan secara maksimal.
b. Implementasi yang terukur
Implementasi yang terukur digunakan untuk keperluan pemantauan
dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pengembangan, kemajuan yang diperoleh
harus dapat diukur dan dibandingkan. Kepentingan ini terkait juga dengan
prinsip pertama di atas karena untuk bisa menjalankan tahapan berikutnya,
harus diketahui dahulu kemajuan yang dicapai dalam tahapan sebelumnya.
Keterukuran dicapai melalui identifikasi sasaran-sasaran dan indikator
pencapaiannya. Indikator-indikator ini bersifat kuantitatif dan digunakan
sebagai acuan (referensi) dalam pengukuran ketercapaian sasaran. Dengan
membandingkan antara kondisi baseline, kondisi yang harus dicapai
(sasaran yang ditetapkan), dan capaian yang sebenarnya dapat diketahui
seberapa jauh tingkat kemajuan pengembangan.
Pengetahuan tentang kemajuan ini sangat berguna untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya. Jika misalnya ada penyimpangan dari rencana
yang telah ditetapkan, hasil pemantauan (monitoring) dapat menjadi dasar
bagi usaha-usaha perbaikan dan akselerasi.

c. Kontinuitas antarkegiatan yang terjaga


Kontinuitas antarkegiatan, berfungsi menjalin suatu kegiatan dengan
kegiatan lain dalam membangun satu rangkaian program yang utuh.
Kontinuitas kegiatan dimulai sejak tahap perencanaan. Penyusun kegiatan
dilakukan dengan memperhatikan urutan dan persyaratan (prerequisite) dari
setiap kegiatan. Ada kegiatan yang baru dapat dimulai setelah kegiatan
prerequisite-nya diselesaikan.
Selanjutnya kontinuitas antarkegiatan harus dijaga saat implementasi
kegiatan-kegiatan pengembangan, terutama dari aspek ketersediaan sumber
daya dan anggaran. Kendala yang sering muncul adalah komitmen untuk
mengalokasikan dana dan sumber daya lainnya.
Langkah-langkah penyusunan road map, dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2: Langkah-langkah penyusunan road map


Sumber daya manusia adalah segala potensi yang bersumber pada
manusia, baik secara fisik maupun non-fisik untuk mewujudkan perannya
sebagai individu dan makhluk sosial. Potensi secara fisik berupa tenaga,
kesehatan, dan umur fisik lainnya, sedangkan secara non-fisik dapat berupa,
ide, ilmu pengetahuan, moral, dan sebagainya.
Pengembangan sumber daya manusia bertujuan mewujudkan manusia
yang terampil, mandiri, produktif, kreatif, inovatif, disiplin, dan berorientasi
ke masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia diselaraskan dengan persyaratan
keterampilan, keahlian, dan profesi yang dibutuhkan dalam semua sektor
pembangunan.
Indeks sumber daya manusia merupakan perangkat pengukuran untuk
menilai sejauh mana negara mengelola sumber daya manusianya
berdasarkan potensi kekuatan ekonomi jangka panjang pada sektor tenaga
kerja. Dalam pengukuran indeks sumber daya manusia berdasarkan pada
empat pilar sebagai berikut.
1) Pilar kesehatan dan kesejahteraan, indikator yang berhubungan dengan
populasi keehatan fisik dan mental, dari usia anak-anak hingga dewasa.
2) Pilar pendidikan yang merujuk pada hubungan aspek-aspek pendidikan
secara kuantitatif dan kualitatif dari pendidikan tingkat dasar, menengah
hingga tinggi, dan berisi informasi baik ketersediaan tenaga kerja saat ini
dan dimasa depan.
3) Pilar tenaga kerja dan lapangan kerja yang didesain untuk mengukur
tingkat pengalaman, bakat, pengetahuan, dan pelatihan dalam satu
Negara pada populasi usia tenaga kerja produktif.
4) Pilar dukungan lingkungan yang didukung oleh ketetapan hukum,
infrastruktur, dan lainnya sebagai modal pembangunan sumber daya
manusia.
2. Pengembangan SDM di Indonesia dari waktu ke waktu
Penduduk Indonesia yang berjumlah besar merupakan modal
pembangunan apabila diikuti oleh kualitas yang memadai. Hal ini mengacu pada
konsep bahwa manusia merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat
pembangunan.
Pengembangan sumber daya di Indonesia sejak era orde baru sampai era
globalisasi mengalami pasang surut. Kondisi ini dapat dijelaskan sebagi berikut.
a. Pengembangan SDM di Era orde baru
Pada orde baru, pemerintah melaksanakan pembangunan di segala
bidang kehidupan guna mengejar ketertinggalan dengan negara lain. Pada
masa ini perkembangan bangsa Indonesia maju pesat dan sempat menjadi
kekuatan yang diperhitungkan hingga mencapai puncaknya pada tahun 1996
sampai pertengahan 1997. Sejalan dengan pesatnya pembangunan maka
pengembangan SDM juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal
tersebut disebabkan pembangunan di segala bidang kehidupan membutuhkan
tenaga kerja yang terampil dan siap pakai.
b. Pengembangan SDM di Era krisis ekonomi
Pada saat krisis ekonomi akhir tahun 1997 yang melanda seluruh negara
Asia termasuk Indonesia, mengakibatkan perekonomian di segala bidang
menjadi hancur dan mengalami kemunduran yang terpuruk. Kondisi ini
menyebabkan banyaknya perusahaan di Indonesia mengalami gulung tikar
dan berakibat timbulnya pengangguran yang cukup besar dan terjadinya
ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Akibat
lebih lanjut terjadinya kemiskinan di sebagian masyarakat Indonesia.
Rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi, sedang
di pihak lain jumlah lulusan perguruan tinggi meningkat.
Kondisi keterpurukan ekonomi yang berlangsung cukup lama ini
mengindikasikan bahwa dasar perekonomian Indonesia beserta SDM tidak
kuat mengahadapi terpaan goncangan ekonomi dari luar dan juga terpaan
globalisasi yang semakin kuat masuk dalam tatanan moral bangsa Indonesia.
Hal ini disebabkan pembangunan perekonomian dan SDM Indonesia di Masa
Orde baru terlalu otoriter dan desentralisasi tanpa melibatkan daerah dan
lapisan masyarakat yang ada.
c. Pengembangan SDM di Era globalisasi
Globalisasi membawa sejumlah implikasi bagi pengembangan SDM di
Indonesia. Masalah utama dalam pengembangan SDM Indonesia adalah
terjadinya kesalahan penempatan sumber daya manusia. Pada era sebelum
reformasi, pasar tenaga kerja yang ada bercorak konglomerasi, yaitu mulai
dari sektor manufaktur sampai dengan perbankan. Hal tersebut
mengakibatkan dunia pendidikan masuk kemelut ekonomi politik yakni
terjadi kesenjangan ekonomi yang hanya sesuai struktur pasar yang tidak
sempurna. Dari fakta yang ada menunjukkan banyak lulusan terbaik masuk ke
sektor ekonomi, hal ini bukan memecahkan masalah ekonomi tetapi malah
memperkuat proses konglomerasi sehingga mempertajam kesenjangan
ekonomi. Kondisi ini terjadi karena visi SDM terbatas pada struktur pasar
yang sudah ada dan belum sanggup menciptakan pasar sendiri, karena kondisi
makro ekonomi yang memang belum kondusif.
Pada era reformasi, penempatan SDM masih belum mampu memenuhi
kegiatan ekonomi di segala bidang. Hal ini bisa dilihat dari masih kurangnya
tenaga yang ahli sesuai dengan tuntutan globalisasi.
Ketimpangan pengembangan SDM Indonesia dapat terlihat dari tingkat
kualitas pendidikan yang berbeda cukup besar antara satu daerah /provinsi
dengan daerah atau provinsi lainnya dan juga antara kota dengan desa dimana
pembangunan pendidikan dari yang paling dasar sampai tingkat atas sangat
berbeda. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya fasilitas pendidikan maupun
guru yang mengajar di desa yang mengakibatkan tingginya angka buta huruf
dan kadar penggunaan bahasa Indonesia yang masih rendah di pedesaan
maupun pelosok. dengan demikian, kondisi ini berakibat sulitnya bangsa
Indonesia untuk bisa meningkatkan kualitas hidup dan bersaing dengan
bangsa lain.
3. Masalah SDM di Indonesia dan pemecahannya
Ada beberapa masalah SDM di Indonesia yang dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Pendidikan dan ketrampilan yang rendah berkibat daya saing juga rendah.
Struktur pendidikan angkatan kerja di Indonesia masih didominasi pendidikan
dasar, yaitu berkisar 63,2%.
b. Banyaknya pengangguran karena jumlah tenaga kerja tidak dapat diimbangi
dengan keempatan kerja. Pada saat krisis ekonomi tahun 1998 jumlah
angkatan kerja sekitar 92,3 juta orang, sedangkan jumlah kesempatan kerja
yang ada hanya berkisar 87,67 juta orang. Ada sekitar 5 juta yang merupakan
pengangguran terbuka. Angka tersebut bertambah sampai 8 juta selama krisis
ekonomi.
c. Adanya kesenjangan pendidikan antara wilayah/provinsi/kota yang satu
dengan wilayah/povinsi/kota lainnya. Ada wilayah/provinsi/kota yang
kualitas pendidikannya sudah maju dan ada wilayah/provinsi/kota lainnya
masih rendah (terbelakang)
d. Ketidaksesuaian antara keahlian yang dimiliki dan pekerjaan yang ditekuni.
e. Kualitas SDM di Indonesia tergolong rendah. Menurut data Human
Development Index (HDI) pada tahun 2010, kualitas SDM Indonesia pada
tahun 2010 berada pada u rutan ke-18. Malaysia urutan ke-57, dan Thailand
urutan ke-92. Dari segi kualitas pendidikan, rata-rata lama orang Indonesia
menempuh pendidikan adalah 12,7 tahun. Jika diasumsikan dengan sistem
pendidikan wajib belajar, rata-rata orang Indonesia menempuh pendidikan
dari SD-SMA, setelah itu penduduk Indonesia memilih bekerja. Dibanding
dengan Norwegia, rata-rata orang Norwegia menempuh pendidikan selama 17
tahun.
f. Liberalisasi pendidikan berakibat tingginya biaya pendidikan masuk
perguruan tinggi dan akibat lebih lanjut banyak siswa yang putus sekolah
karena tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
g. Berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) 2000 –
2025, target pembangunan kualitas SDM di Indonesia belum maksimal dan
belum menjadi prioritas pembangunan nasional. Dibandingkan dengan negara
Malaysia sejak tahun 1990 – 2020 telah memprioritaskan pembangunan SDM
yang dituangkan dalam visi negara Malaysia sebagai Truly Asia.
4. Cara pemecahan masalah SDM tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam
menghadapi dinamika perkembangan dunia yang cepat. Ini berarti tingkat
pendidikan dan pelatihan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia harus ditingkatkan. Menurut Noeg Muhajir (1992)
dalam rangka Industrialisasi, masyarakat harus 100% tamat SD, 65% tamat
SMP/SMA, dan 35% berijazah perguruan tinggi dan dari 35% itu sebagian
besar di bidang keahlian ilmu dan teknologi. (sumber Faturochman et al:
masalah dan pengembangan SDM)
b. Menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk memanfaatkan
SDM secara maksimal.
c. Sumber daya manusia Indonesia perlu diarahkan untuk menguasai informasi,
teknologi, dan pasar internasional.
d. Meningkatkan kualitas pendidikan di daerah – daerah terpencil.
e. Memanfaatkan tenaga kerja sesuai dengan keahliannya.
f. Menyelenggarakan pendidikan yang murah yang dapat terjangkau masyarakat
kecil. Pemecahan masalah SDM itu perlu diprogramkan pemerintah, baik
dalam program jangka panjang, menegah, maupun jangka pendek.

Anda mungkin juga menyukai