Kesetaraan Gender
Dalam Keluarga
Berencana
Disusun
Oleh:
SULDANIANTI
Indonesia masih sangat rendah yaitu masih dibawah 2 persen, disamping masih
terutama dalam hal kehamilan dan kelahiran. Dimasa lalu, persoalan pengaturan
dengan pula dengan keterbatasan teknik kontrasepsi yang tersedia bagi pria,
dan global, maka kesetaraan gender dalam mengatur kelahiran adalah menjadi
di Kairo, kesetaraan dan keadilan dalam keluarga berencana telah menjadi salah
masalah kesetaraan dan keadilan gender memperoleh prioritas yang lebih tinggi
karena menjadi salah satu sasaran dalam MDGs tersebut. Walaupun secara
kesertaan pria ber KB saat ini masih belum sesuai yang diharapkan. Dalam
A. Pengertian Gender
menjadi gender.
peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan prilaku yang dibentuk oleh tata nilai
Gender adalah peran dan tanggung jawab perempuan dan laki laki
pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki- laki
Istilah gender sering disalah artikan sebagai seks atau jenis kelamin.
antara lain terlihat pada budaya distribusi makanan yang selalu berpihak
pada laki-laki. Tak heran jika angka prevalensi kekurangan gizi pada
perempuan tetap saja tinggi. Data menunjukan kejadian anemia gizi pada
ibu hamil sebanyak 57 persen setelah terjadi krisis ekonomi. Hal ini tentu
reproduksi, termasuk penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang pada
dan psikologis.
reproduksi pria secara biologis lebih sulit dilaksanakan sebab pria selalu
Sedangkan suami yang ikut andil dalam proses reproduksi tidak ikut berbagi
dan jarak kelahiran akan memperkuat ikatan batin yang lebih kuat antara
3. Pria secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peran
istrinya;.
perempuan.
yang diperoleh melalui focus Group Discussion (FGD) oleh Saparinah Sadli
(1997) yang menyebutkan bahwa Pasangan Usia Subur (PUS) yang terdiri dari
para suami merasa bahwa mereka tidak diikut sertakan dalam program KB, dan
dan cerita istri bukan dari petugas. Temuan ini mengindikasikan bahwa Petugas
Sejahtera dalam bab penjelasan tertulis hal-hal sebagai berikut : “ suami dan istri
harus sepakat mengenai pengaturan kelahiran dan cara yang akan dipakai agar
disebutkan “ kewajiban yang sama antara keduanya berarti juga bahwa apabila
istri tidak dapat memakai alat, obat dan cara pengaturan kehamilan, misalnya
karena alasan kesehatan, maka suami mempergunakan alat, obat, dan cara
kesehatan reproduksi.
politis, sosial dan budaya terhadap penerimaan partisipasi pria dalam KB,
meningkatnya pengetahuan dan sikap positif tentang peran suami dalam KB dan
bagi pria dan meningkatnya jumlah, tempat, dan fasilitas pelayanan KB bagi pria
dapat dicapai dengan melakukan pendekatan atau kegiatan advokasi dan KIE
kepada perusahaan, instansi dan LSOM dalam bentuk privatisasi atau waralaba.
dan Kesehatan Reproduksi saat ini masih bias gender. Hal ini ditandai dengan
masih tingginya angka kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan dan nifas;
Kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan dan Nifas. Saat ini angka
Tingginya kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan, nifas dan aborsi
pada saat hamil dan melahirkan tetapi sejak perempuan itu masih kecil dan
remaja. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor sosial budaya yang membedakan
nilai anak laki-laki dan perempuan, termasuk dalam hal pemberian gizi.
Gambar 1. Ilustrasi
Kesemua resiko aborsi ini (rasa malu, ketakutan, kematian) lebih berat
sosial budaya yang beranggapan bahwa tingkah laku dan tindak kekerasan
suami dianggap hanya sementara dan wajar; juga karena Isteri dianggap
adalah milik suami, sehingga isteri harus patuh dan menuruti apa yang
dikehendaki suami.
Gambar 3. Ilustrasi
panggul. Akibat perilaku seksual yang tidak sehat yang dilakukan oleh
tercatat sampai dengan 30 Juni 2001 sejumlah 1572 kasus infeksi HIV dan
578 kasus AIDS. Dari 671 kasus HIV/AIDS wanita 21% dan pria 79%.
Gambar 4. Ilustrasi
Mereka dipaksa oleh orang tua karena orang tua ingin segera terbebas dari
beban ekonomi, khawatir anaknya tidak dapat jodoh, segera ingin mendapat
memaksakan hal ini kepada anak laki-lakinya. Akibat dari pernikahan usia
seperti resiko kematian ibu dan bayinya. Faktor sosial budaya yang
dalam sektor publik. Hal ini men-dorong terjadinya pernikahan usia muda
pada perempuan.
Gambar 5. Ilustrasi
medis, isteri selalu diminta untuk memeriksakan diri terlebih dahulu, dan
infertil. Kedudukan suami yang dipandang lebih tinggi dibanding isteri oleh
suami dan istri, faktor suami 40 persen, faktor istri 45 persen. Sedangkan
ditinjau dari sisi biaya, pemeriksaan awal terhadap suami jauh lebih
Gambar 6. Ilustrasi
(unmet need).
perempuan.
tersebut.
membangun keluarga
kesenjangan gender yang dampaknya lebih banyak menimpa dan dirasakan oleh
kaum perempuan. Kesenjangan ini dijumpai pada kematian dan kesakitan ibu
hamil, melahirkan dan nifas (kesehatan maternal), infeksi saluran reproduksi dan
Kesetaraan dan keadilan gender dapat diwujudkan dalam bentuk peran
dan tanggung jawab bersama suami dan isteri dalam menangani masalah
berkualitas.
Reproduksi.
tenaga, program ini masih mengalami banyak hambatan yang perlu mendapat
tentang kondom sebesar 76,3 persen dan prianya sebesar 82,3 persen.
Dilain pihak sikap pria dan wanita pun dalam hal KB sangat bertolak
2. Pilihan cara KB pria Cuma dua yang satu mempunyai stigma negatif
terhadap kontrasepsi baru pria (suntik KB pria) sampai saat ini belum
menunjukkan hasil.
E. Upaya kedepan
pasangan. Menyadari posisi BP4 dan KUA yang sangat strategis baik dalam
anak pertama. Untuk itu calon pengantin, yang dalam waktu singkat, menjadi
perencanaan keluarga.
kontrasepsi maka sekitar 85 persen dari mereka akan segera hamil pada tahun
pertama pasca menikah. Dibanding dengan negara-negara lain, angka ini relatif
Kerjasama ini sangat strategis dan akan menjadi suatu kekuatan yang besar
daerah.
mudah kondom diperoleh maka makin tinggi kemungkinan pria untuk ber-KB
tersebut, transportasi yang mudah dan harga yang murah. Sekitar 50% pria
menyukai tempat pelayanan yang dekat dari rumah atau tempat mereka bekerja.
Dari 25 vending machine yang sudah dipasang, ditempatkan di tempat kerja dan
Condom)
dikembangkan antara lain yaitu menggunakan peserta KB Pria yang puas atas
setempat (lokal). Atas hal tersebut diperlukan suatu kegiatan untuk menjangkau
4. Motivator Vasektomi
dimana keinginan atau kesadaran pria akan hal tersebut sangat rendah. Untuk
itu salah satu upaya meningkatkan kesertaan pria dalam penggunaan vasektomi
yang ada didalam masyarakat dan di tempat kerja. Kelompok ini mempunyai
yang puas seringkali dapat mengajak klien baru untuk mengikuti metode
Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur (2002) dikemukakan
vasektomi, hanya 4 persen yang melayani vasektomi. Untuk itu diperlukan suatu
pelayanan yang mobile (Tim Mobil Kontap) agar dapat menjangkau dan
Daftar Pustaka
Bappenas, 1996. Kependudukan dan Keluarga Berencana
Http://www.bappenas.go.id/files/6713/5027/3331/bab-19-19-pj-1993-
BKKBN. 2005. Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB & KR. BKKBN. Jakarta.
Gema