Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MIKROTECAHING

KONSTRUKSI TES

DISUSUN OLEH
KELOMPOK VIII
1. RITA ASMARIANY
NIM : 20.1302.035
2. KARDIANA
NIM : 20.1302.037
3. HUSNI
NIM : 20.1302.046

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Penilaian memerlukan data yang baik dan salah satu sumber data itu adalah

dengan melakukan pengukuran. Pengukuran merupakan seperangkat langkah dalam

rangka pemberian nilai terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Kegiatan pengukuran

atau penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian

berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang

sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik

(Permendiknas, 2007).

Menurut Idrakusumah (dalam Suherman, E, 1993), tes adalah suatu alat

atau prosedur yang sistematika dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan

tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Tes sebagai

alat ukur, perlu dirancang secara khusus sesuai dengan tujuan peruntukkannya, dan

perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah

penyusunannya.

Secara garis besar tes dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu kategori tes

yang mengukur abilitas termasuk jenis-jenis ketrampilan spesifik dan diberi nama

kategori maximal performance test, serta kategori tes yang mengukur sifat atau

kecenderungan kepribadian dan diberi nama kategori typical performance test.

Jenis kemampuan yang lazim menjadi objek pengukuran maximal

performance test bisa dibedakan menjadi dua kategori :achievement atau prestasi

atau hasil belajar,aptitude atau bakat


B. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan konstruksi tes bagi mahasiswa agar mahasiswa mampu memahami

prinsip umum penyusunan alat ukur (tes) psikologis, mengetahui ciri-ciri alat ukur

psikologis yang memenuhi syarat, dan mampu mempraktekan penyusunan alat ukur

psikologis, khususnya tes prestasi dan kemampuan seseorang.

Manfaat mahasiswa mempelajari konstruksi tes agar mahasiswa psikologi yang

akan menjadi sarjana psikologi, bisa membuat alat tes yang efektif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tes Dan Pengukuran

Dilihat dari wujud fisiknya, tes merupakan sekumpulan pertanyaan yang harus

dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi

mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan atau cara dan hasil subjek dalam melakukan tugas-tugas tersebut.

Batasan dari definisi ini masih sangat sederhana karena pada kenyataannya tidak

semua kumpulan pertanyaan cukup berharga untuk dinamakan tes. Terdapat banyak

syarat kualitas yang harus dipenuhi oleh rangkaian pertanyaan agar dapat disebut

sebagai tes.

Terdapat beberapa definisi mengenai tes, antara lain:

1. Suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku (Anastasi,

1976).

2. Prosedur yang sistematik guna mengukur sampel perilaku seseorang (Brown,

1976).

Dari berbagai macam batasan mengenai tes, dapat ditarik beberapa kesimpulan

pengertian, antara lain:

1. Tes adalah prosedur yang sistematik, artinya:

a. Aitem disusun menurut cara dan aturan tertentu.

b. Administrasi dan skoring harus jelas dan terperinci.

c. Setiap orang yang menjalani tes harus menerima aitem yang sama dengan

kondisi sebanding (terstandarisasi)


2. Berisi sampel perilaku, artinya:

a. Tetap tidak dapat mencakup seluruh perilaku, hanya sampel perilakunya

saja.

b. Kelayakan suatu tes tergantung pada sejauhmana aitem-aitem dalam tes

mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur.

3. Tes mengukur perilaku, artinya aitem-aitem dalam tes menghendaki agar subjek

menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang telah dipelajari subjek dengan

cara menjawab pertanyaanpertanyaan atau mengerjakan tugas-tugas yang

dikehendaki oleh tes.

Sedangkan terdapat beberapa hal yang tidak tercakup dalam pengertian tes,

yaitu:

1. Definisi tes tidak memberikan spesifikasi mengenai formatnya, artinya tes dapat

disusun dalam berbagai bentuk dan tipe sesuai dengan tujuan dan maksud

penyusunan tes.

2. Definisi tes tidak membatasi materi yang dapat dicakupnya, artinya tes dapat

dirancang untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar, terhadap

kemampuan atau abilitas, terhadap kemampuan khusus atau bakat, inteligensi,

dan sebagainya.

3. Subjek yang dikenai tes tidak selalu perlu dan tidak selalu pula harus tahu kalau

ia sedang dikenai tes, dan subjek tidak perlu tahu aspek psikologis apa yang

sedang diungkap dalam dirinya.

Pengukuran memiliki arti yang sering dipertukarkan dengan pengertian tes.

Sebagian ahli psikometri membatasi tes sebagai suatu prosedur khusus yang
merupakan bagian dari pengukuran secara keseluruhan. Pemberian angka seperti

dilakukan dalam tes memang merupakan suatu bentuk pengukuran.

Ciri pokok pengukuran adalah:

1. Adanya pembandingan atribut dengan alat ukur secara deskriptif.

2. Deskriptif artinya menyatakan hasl ukur secara kuantitatif hanya dengan satuan

atau besar ukurnya saja tanpa memberikan penilaian kualitatif. Karena tes

merupakan alat pengukuran, maka istilah pengetesan sering diganti dengan

istilah pengukuran.

Yang terpenting dalam hal ini adalah penggunaan kedua istilah tersebut dapat

dipertukarkan atau saling menggantikan dan kapan kedua istilah tersebut harus

dibedakan agar tidak menimbulkan salah pengertian.

B. Klasifikasi Tes

Cronbach (1970) membagi tes menjadi dua kelompok besar, yaitu tes yang

mengukur performansi maksimal dan tes yang mengukur performansi tipikal.

1. Tes yang mengukur Performansi Maksimal.

a. Tes ini dirancang untuk mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh

seseorang dan seberapa baik ia mampu melakukannya.

b. Stimulus yang disajikan harus jelas struktur dan tujuannya, sehingga subjek

tahu arah jawaban yang dikehendaki.

c. Jawaban dipilah salah – benar.

d. Petunjuk pengerjaan harus dibuat sederhana dan jelas.

e. Cara skoring diberitahukan kepada subjek, termasuk waktu pengerjaannya.


f. Hanya pendekatan dan strategi penyelesaian saja yang tidak diinformasikan

kepada subjek.

g. Dalam penyajian tes ini, individu yang dites selalu didorong untuk berusaha

sebaik-baiknya agar memperoleh skor setinggi mungkin. Kesiapan, motivasi,

keinginan berusaha, dan bahkan kondisi subjek sangat menentukan

keberhasilan dalam menghadapi tes jenis ini.

h. Contoh tes ini adalah tes bakat, tes prestasi belajar, dan berbagai tes

kemampuan lainnya

2. Tes yang mengukur Performansi Tipikal.

a. Tes ini dirancang untuk mengukur kecenderungan reaksi dan perilaku

individu ketika berada dalam situasi-situasi tertentu.

b. Stimulus berstruktur ambigu dan memungkinakan untuk diinterpretasikan

secara subjektif.

c. Jawaban tidak dipilah benar-salah, melainkan didiagnosis menurut norma-

norma tertentu.

d. Subjek tidak mengetahui hal yang diharapkan darinya, sehingga akan terjadi

reaksi projektif dari diri subjek yang dikenai tes kedalam bentuk respons

(jawaban) yang diberikannya.

e. Yang tergolong dalam kelompok tes yang mengukur performansi tipikal

adalah tes yang mengungkap minat, sikap, dan berbagai bentuk skala

kepribadian.

Ditinjau dari cara klasifikasi lain, tes dapat pula dikelompokkan sebagai tes

yang mengungkap atribut kognitif dan tes yang mengungkap atribut non-

kognitif. Diagramnya adalah sebagai berikut:


TES

KOGNITIF NON KOGNITIF (KEPRIBADIAN)

ABILITAS POTENSIONAL ABILITAS AKTUAL (PRESTASI)

ABILITAS POTENSIONAL UMUM (INTELEGENSI)


ABILITAS POTENSIONAL KHUSUS (BAKAT)

Berdasarkan bagan diatas, dapat dilihat bahwa tes kognitif dapat mengukur

abilitas potensial dan abilitas aktual

a. Abilitas potensial merupakan atribut yang diasumsikan sebagai suatu bentuk

kemampuan bawaan yang belum tampak dalam performansi. Atribut bawaan

ini terdapat dalam diri individu dengan kadar yang berbeda-beda. Abilitas

potensial yang berupa kemampuan menghadap persoalan yang bersifat

umum, yaitu menghendaki pengerahan strategi pemecahan masalah secara

umum, atau dikenal dengan nama inteligensi. Abilitas potensial yang

dimiliki manusia juga ada yang bersifat sangat khusus, artinya merupakan

kemampuan yang dapat dikembangkan pada bidang-bidang tertentu, yang

biasanya disebut dengan bakat

b. Abilitas kognitif meliputi pula abilitas aktual, yaitu abilitas yang telah

diterjemahkan dalam bentuk performansi nyata. Performansi nyata yang


disebut dengan prestasi ini merupakan fungsi dari abilitas potensial dan hasil

belajar.

C. Tes Prestasi Belajar

Benyamin S. Bloom dkk. membagi kawasan belajar menjadi tiga bagian, yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun

secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam

menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Tes prestasi belajar

dalam kegiatan pendidikan formal di kelas dapat berbentuk ulangan-ulangan

harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan

tinggi. Seorang tenaga pengajar haruslah mengetahui dasar-dasar penyusuan tes

prestasi belajar yang baik agar dapat memperoleh hasil ukur yang akurat (valid)

dan reliabel (dapat dipercaya).

D. Tes Prestasi Dalam Sistem Pendidikan

Dalam proses pendidikan dan pengajaran setiap saat akan selalu ada situasi yang

memerlukan pengambilan keputusan. Setiap orang yang terlibat dalam proses

pendidikan pada suatu ketika akan harus mengambil suatu bentuk keputusan

pendidikan, yaitu keputusan-keputusan yang menyangkut berbagai hal dalam

pendidikan sebagai suatu sistem. Keputusan-keputusan tersebut dapat berupa

keputusan didaktik yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan pengajaran, seperti

keputusan yang menyangkut ketepatan kurikulum yang berlaku.

Keputusan pendidikan dapat berupa keputusan administratif guna memenuhi

kebutuhan administrasi seperti misalnya keputusan mengenai nilai yang hendak

diberikan pada subjek atau keputusan mengenai kelulusan. Keputusan pendidikan


juga dapat berupa keputusan bimbingan penyuluhan guna memberikan bimbingan

dalam penjurusan dan penentuan karir.

Berbagai macam keputusan pendidikan tersebut menempatkan tes prestasi

belajar dalam beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi penempatan; merupakan penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk

klasifikasi individu ke dalam bidang atau jurusan yang sesuai dengan

kemampuan yang telah diperlihatkan pada hasil belajar sebelumnya.

2. Fungsi formatif; merupakan penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk melihat

sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu

program pelajaran. Dalam hal ini, hasil tes prestasi belajar merupakan hasil

feedback dan biasanya diselenggarakan di tengah jangka waktu suatu program

sedang berjalan.

3. Fungsi diagnostik; tes yang bersangkutan digunakan untuk mendiagnosis

kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa

yang dapat diperbaiki dengan segera, dan sebagainya.

4. Fungsi sumatif; merupakan penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh

informasi megenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya

dalam suatu program pembelajaran. Tes ini merupakan pengukuran akhir dalam

suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat

dinyatakan lulus dari program tersebut, atau apakah siswa dinyatakan dapat

melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi. Contohnya adalah ujian

nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2015). Tes prestasi: Fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar,

Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/e245b32905ba6b25b29282327

721a26c.pdf

Anda mungkin juga menyukai