Tujuan dari praktikum feature detection adalah untuk mengenali
serta mengalisis karakteristik dari suatu stimulus diantara stimulus lainnya dengan rangsang visual.
II. POINT OF VIEW
Praktikum ini penting karena dalam praktikum ini praktikan
diperkenalkan dengan bagaimana cara pemrosesan secara visual atau analisis fitur dari serangakaian stimulus dengan itu praktikan dapat mengerti bagaimana jalannya sebulah stimulus hingga informasi yang ditangkap indera dapat dikenali otak.
III. TEORI (MATERI PRAKTIKUM)
A. Landasan Teori
Menurut Solso, Maclin dan Maclin (2008), feature detection
adalah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit. Teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemorosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengindentifikasian stimuli kompleks ynag masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, sebelum kita memahami keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen-komponen informasi visual.
Menurut Friedenberg (2006), feature detection adalah model
pendeteksian fitur yang disebut pandemonium. Hal itu didapat dari mental kecil yang mewakili unit pemrosesan. “Demons” ini akan berteriak selama proses pengenalan suatu stimulus, misalnya saat mengidentifikasi huruf “R”. Stimulus berupa huruf R tersebut akan diwakili oleh gambar demon (image demons) tersebut yang mempertahankan tampilan keseluruhan dari seluruh stimulus itu. Langkah selanjutnya adalah feature demons untuk setiap fitur stimulus yang memungkinkan. Kemudian cognitive demons akan berteriak jika dia melihat ciri khas didalam gambar. Huruf R yang tegak memiliki garis diagonal, vertikal dan lingkaran maka terdapat tiga fitur demon dalam huruf R. Demon dalam fitur ini akan berteriak kemudian langkah berikutnya cognitive demons akan berteriak paling keras sehingga tahap terakhir decision demons akan mendengar teriakan paling kerasa dari cognitive demons sebagai huruf yang dikenali.
Menurut Goldstein (2011), feature detection adalah neuron yang
menangkap fitur-fitur (gambar) kemudian diterima reseptor diretina dan dianalisis kemudian direpresentasikan dengan mengetahui apa yang dilihat misalnya melihat sebatang pohon kemudian diterima reseptor di retina mengubah gambar menjadi sinyal listrik yang kemudian berjalan melalui retina, meninggalkan saraf optik dan akhirnya mencapai area penerimaan visual di otak.
Jadi, feature detector adalah penyeleksian dan analisis tertentu dari
sebuah fitur yang berasal dari stimulus yang ditangkap oleh mata (visual) agar dapat dikenali otak.
Dalam Eyemeren (2014), faktor-faktor struktural yaitu stimulus
yang bersifat fisik di kesadaran lahir manusia yang dapat menimbulkan efek-efek terhadap sistem syaraf inderawi seperti ukuran, posisi, kontras, warna, bau, rasa, suara, dan cahaya. Ketika seseorang terpapar oleh rangsang, maka pertama-tama terjadi kontak fisik yang disebut momen yang bersifat fisik, atau momen fisis. Kemudian orang tersebut mengalami momen fisiologis, yaitu ketika tubuh dan kesadaran batinnya mulai siaga, atau bereaksi karena momen fisis tersebut. Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses berpikir visual. Roam (2011), menjelaskan bahwa proses berpikir visual dapat tidak linear karena proses berpikir visual dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: materi, individu, maupun interaksi. Beberapa materi tidak perlu visualisasi karena lebih menekankan pada keahlian operasionalnya, namun beberapa materi lain sangat memerlukan visualisasi, seperti: untuk memahami konsep- konsep pada bangun ruang, bangun datar, dan grafik fungsi. Psikologi, pengetahuan, dan kebiasaan individu mempengaruhi cara berpikir. Beberapa tugas atau interaksi tidak menuntut penggunaan visualisasi, namun beberapa interaksi lain menuntut penggunaan visualisasi karena digunakan sebagai tugas menjelaskan atau menyelesaikan dengan gambar/grafik.
Maka disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi feature
detector adalah faktor struktural dari sistem saraf indera manusia dan dapat juga dipengaruhi oleh materi (pemahaman konsep), individu, maupun interaksi dam juga kebiasaan inividu tersebut.
B. Jurnal Terkait
Attentional effects on sensory tuning for single feature detection
and double feature conjunction
Penjelasan dalam jurnal ini di jelaskan bahwa setiap manusia itu
memindai linkungannya dengan visualnya. Dalam korteks visual awal, fitur yang berbeda dianalisis, sampai batas tertentu, secara terpisah. Hal ini mengharuskan sistem visual untuk menggabungkannya kembali di tahap selanjutnya yaitu, untuk memecahkan masalah yang mengikat. Apabila terjadi kegagalan untuk menyelesaikan, dalam integrasi fitur, misalnya, perhatian tugas ini menghasilkan konjungsi ilusi dari fitur yang terpisah memungkinkan representasi fitur terpisah secara fisik pada pengamat normal. Dijelaskan bahwa kesalahan persepsi kronis yaitu karena sindrom Balint. Percobaan dalam jurnal ini dirancang untuk memperkirakan bentuk filter sensorik yang digunakan oleh pengamat manusia untuk memproses fitur individu (warna, orientasi) serta hubungannya, dengan ada dan tidak adanya isyarat perhatian. Searah dengan literatur elektrofisiologis, eksprimen yang dilakukan dalam penelitian menunjukkan bahwa isyarat perhatian tidak dapat memengaruhi pengaturan sensorik untuk memsisahkan fitur berupa orientasi dan warna. Tetapi isyarat perhatian dapat memengaruhi cara fitur diproses untuk diikat oleh subjek. Contohnya pemandangan visual berisi objek vertikal kuning (Pisang dari pohon) bercampur dengan objek horizontal hijau (Dedaunan), bagian pemandangan yang berwarna kuning lebih cenderung vertikal daripada horizontal (tampak mencolok atau dominan), sedangkan yang hijau lebih cenderung horizontal (padam). Hasil yang disajikan di sini menunjukkan bahwa perhatian (attention) mungkin memainkan peran penting dalam menerapkan strategi serupa pada tingkat pengikatan fitur.
IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PERCOBAAN
A. Langkah-langkah
1. Masuk ke dalam web http://cogscidemos.swarthmore.edu/
2. Lalu, akan muncul tampilan web dengan beberapa pilihan disisi kiri tabel, kemudian pilih menu Vision Search. 3. Setelah itu akan muncul sebuah tabel contoh dan bacalah instruksi pada sisi kiri tabel. 4. Kemudian, setelah memahami instruksi klik Try it! 5. Lalu, akan muncul tabel parameters .Klik Full Experiment dan isilah tabel parameters tersebut. Tuliskan angka 2 pada kolom how many types of distractor lalu, tuliskan huruf q untuk distractor 1 lalu, huruf b untuk distractor 2 dan huruf p untuk target. 6. Kemudian, klik Start Experiment. 7. Setelah itu, akan akan muncul tabel berisi instruksi. Bacalah dan pahami instruksi tersebut. 8. Tekan spasi untuk memulai lalu, apabila melihat target (p) diantara distraktor (b dan q) makan tekan huruf “F” pada keyboard. Sebaliknya, apabila target tidak terlihat tekan huruf “J” pada keyboard. 9. Kemudian, karena target tampak maka klik “F” pada keyboard. 10. Lalu, akan muncul tanda “+” di dalam kotak setelah itu, klik spasi untuk lanjut ke soal berikutnya. 11. Lakukan begitu seterusnya hingga soal selesai. 12. Saat praktikum selesai akan muncul grafik dan sebuah tabel kemudian screen capture grafik dan tabel tersebut. 13. Praktikum selesai.
B. Hasil
Berdasarkan praktikum psikologi lanjut yang dilaksanakan pada
hari kamis 08 April 2021 berikut lamprian hasil yang didapatkan pada saat praktikum berlangsung ada sebagai berikut. C. Pembahasan
Berdasarkan teori feature detection dikaitkan dengan hasil
praktikum dinyatakan bahwa feacture detection adalah pemrosesan sebuah fitur dari stimulus yang ada agar dapat di kenali otak. pada praktikum kali ini praktikan melakukan suatu eksperimen pengenalan atau analisis pada sebuah huruf dengan distraktornya yaitu dua huruf yang mirip dengan fitur hruf target. Sesuai dengan teori diatas bahwa fitur pada stimulus berupa huruf tadi bakan dianalisis oleh demons kemudian setelah image demon mengenangkap fitur huruf tersebut feature demons akan memunculkan fitur yang memungkinkan hingga cognitive demons berteriak menyatakan bahwa objek yang dilihat adalah huruf tertentu maka decision demons akan memutuskan teriakan dari cognitive demons tersebut bahwa target ada huruf “P”. Hal ini juga sesuai dengan teori dari Goldstein bahwa neuron yang menangkap fitur ( berupa huruf pada praktikum) kemudian mengubah gambar menjadi sinyal listrik yang kemudian berjalan melalui retina, diterima reseptor diretina dan dianalisis kemudian direpresentasikan meninggalkan saraf optik dan akhirnya mencapai area penerimaan visual diotak hingga objek dikenali.
Kemudian berdasarkan jurnal terkait praktikum ini adalah dasar
proses pemindaian dan penganalisaan suatu objek. Praktikum ini memiliki prinsip dasar sama dengan jurnal terkait bahwa saat melihat sesuatu manusia menerim stimulus dan menganalisa stimulus tersebut. Seperti huruf target dan distraktor nya dilihat saat mengerjakan praktikum sama halnya dengan penelitian jurnal ini yaitu memindai menganalisa suatu stimulus yang berupa warna, akan terlihat satu warna yang paling menonjol diantara warna lainnya (distraktor) seperti akan terlihat huruf “P” sebagai target diantara huruf distraktor. Sama hal nya kerja demons juga berlaku saat melihat objek seperti warna.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan praktikkan dan landasan teori
diatas serta jurnal terkait dapat disimpulkan bahwa pemorosesan visual dari stimulus yang ditangkap oleh indera kemudian diproses hingga dikenali diotak memiliki 4 tahap yaitu mulai dari dari menangkap fitur stimulus pada target diantara distraktor kemudian memunculkan fitur yang memungkinkan hingga memtuskan objek apa yang lihat kemudian dikenali otak.
Daftar Pustaka
Darmadi. (2016). Model Memori Mahasiswa Calon Guru Matematika
Dalam Memahami Definisi Formal Barisan Konvergen. Jurnal Math Educator Nusantara, 2(2), 105.
Eyemeren, M. M. V. (2014). Memahami Persepsi Visual: Sumbangan
Psikologi Kognitif Dalam Seni Dan Desain. 5(1), 49. Friedenberg, Jay., & Silverman, Gordon. (2012). Cognitive Science an introduction to the study of mind. London : Sage Publications, Inc.
Goldstein, E. Bruce. (2011). Cognitive Psychology Connecting Mind,
Research, and Everyday Experience. Belmont, CA : Wadsworth.
Neri, Peter. (2004). Attentional Effects On Sensory Tuning For Single
Feature Detection And Double Feature Conjunction. Vision Research, 44, 3054-3064.
Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2008). Psikologi kognitif: