Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM PSIKOLOGI LANJUT LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKOLOGI KOGNITIF (Feature Detection)

DISUSUN OLEH :

Nama : Kartika Suci

NPM : 13518603

Kelas : 3PA08

Tutor : Puteri Saleha Rahmatillah

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2021
I. TUJUAN

Tujuan dari praktikum feature detection adalah untuk mengenali


serta mengalisis karakteristik dari suatu stimulus diantara stimulus lainnya
dengan rangsang visual.

II. POINT OF VIEW

Praktikum ini penting karena dalam praktikum ini praktikan


diperkenalkan dengan bagaimana cara pemrosesan secara visual atau
analisis fitur dari serangakaian stimulus dengan itu praktikan dapat
mengerti bagaimana jalannya sebulah stimulus hingga informasi yang
ditangkap indera dapat dikenali otak.

III. TEORI (MATERI PRAKTIKUM)

A. Landasan Teori

Menurut Solso, Maclin dan Maclin (2008), feature detection


adalah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring
informasi dari stimuli rumit. Teori ini menyatakan bahwa pengenalan
objek merupakan pemorosesan informasi tingkat tinggi yang didahului
oleh pengindentifikasian stimuli kompleks ynag masuk ke retina sesuai
dengan fitur-fitur yang lebih sederhana. Dengan demikian, menurut
pendekatan ini, sebelum kita memahami keseluruhan pola informasi
visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen-komponen
informasi visual.

Menurut Friedenberg (2006), feature detection adalah model


pendeteksian fitur yang disebut pandemonium. Hal itu didapat dari
mental kecil yang mewakili unit pemrosesan. “Demons” ini akan
berteriak selama proses pengenalan suatu stimulus, misalnya saat
mengidentifikasi huruf “R”. Stimulus berupa huruf R tersebut akan
diwakili oleh gambar demon (image demons) tersebut yang
mempertahankan tampilan keseluruhan dari seluruh stimulus itu.
Langkah selanjutnya adalah feature demons untuk setiap fitur stimulus
yang memungkinkan. Kemudian cognitive demons akan berteriak jika
dia melihat ciri khas didalam gambar. Huruf R yang tegak memiliki
garis diagonal, vertikal dan lingkaran maka terdapat tiga fitur demon
dalam huruf R. Demon dalam fitur ini akan berteriak kemudian langkah
berikutnya cognitive demons akan berteriak paling keras sehingga tahap
terakhir decision demons akan mendengar teriakan paling kerasa dari
cognitive demons sebagai huruf yang dikenali.

Menurut Goldstein (2011), feature detection adalah neuron yang


menangkap fitur-fitur (gambar) kemudian diterima reseptor diretina dan
dianalisis kemudian direpresentasikan dengan mengetahui apa yang
dilihat misalnya melihat sebatang pohon kemudian diterima reseptor di
retina mengubah gambar menjadi sinyal listrik yang kemudian berjalan
melalui retina, meninggalkan saraf optik dan akhirnya mencapai area
penerimaan visual di otak.

Jadi, feature detector adalah penyeleksian dan analisis tertentu dari


sebuah fitur yang berasal dari stimulus yang ditangkap oleh mata
(visual) agar dapat dikenali otak.

Dalam Eyemeren (2014), faktor-faktor struktural yaitu stimulus


yang bersifat fisik di kesadaran lahir manusia yang dapat menimbulkan
efek-efek terhadap sistem syaraf inderawi seperti ukuran, posisi,
kontras, warna, bau, rasa, suara, dan cahaya. Ketika seseorang terpapar
oleh rangsang, maka pertama-tama terjadi kontak fisik yang disebut
momen yang bersifat fisik, atau momen fisis. Kemudian orang tersebut
mengalami momen fisiologis, yaitu ketika tubuh dan kesadaran
batinnya mulai siaga, atau bereaksi karena momen fisis tersebut.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses berpikir visual. Roam
(2011), menjelaskan bahwa proses berpikir visual dapat tidak linear
karena proses berpikir visual dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti:
materi, individu, maupun interaksi. Beberapa materi tidak perlu
visualisasi karena lebih menekankan pada keahlian operasionalnya,
namun beberapa materi lain sangat memerlukan visualisasi, seperti:
untuk memahami konsep- konsep pada bangun ruang, bangun datar,
dan grafik fungsi. Psikologi, pengetahuan, dan kebiasaan individu
mempengaruhi cara berpikir. Beberapa tugas atau interaksi tidak
menuntut penggunaan visualisasi, namun beberapa interaksi lain
menuntut penggunaan visualisasi karena digunakan sebagai tugas
menjelaskan atau menyelesaikan dengan gambar/grafik.

Maka disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi feature


detector adalah faktor struktural dari sistem saraf indera manusia dan
dapat juga dipengaruhi oleh materi (pemahaman konsep), individu,
maupun interaksi dam juga kebiasaan inividu tersebut.

B. Jurnal Terkait

Attentional effects on sensory tuning for single feature detection


and double feature conjunction

Penjelasan dalam jurnal ini di jelaskan bahwa setiap manusia itu


memindai linkungannya dengan visualnya. Dalam korteks visual awal,
fitur yang berbeda dianalisis, sampai batas tertentu, secara terpisah. Hal
ini mengharuskan sistem visual untuk menggabungkannya kembali di
tahap selanjutnya yaitu, untuk memecahkan masalah yang mengikat.
Apabila terjadi kegagalan untuk menyelesaikan, dalam integrasi fitur,
misalnya, perhatian tugas ini menghasilkan konjungsi ilusi dari fitur
yang terpisah memungkinkan representasi fitur terpisah secara fisik
pada pengamat normal. Dijelaskan bahwa kesalahan persepsi kronis
yaitu karena sindrom Balint. Percobaan dalam jurnal ini dirancang
untuk memperkirakan bentuk filter sensorik yang digunakan oleh
pengamat manusia untuk memproses fitur individu (warna, orientasi)
serta hubungannya, dengan ada dan tidak adanya isyarat perhatian.
Searah dengan literatur elektrofisiologis, eksprimen yang dilakukan
dalam penelitian menunjukkan bahwa isyarat perhatian tidak dapat
memengaruhi pengaturan sensorik untuk memsisahkan fitur berupa
orientasi dan warna. Tetapi isyarat perhatian dapat memengaruhi cara
fitur diproses untuk diikat oleh subjek. Contohnya pemandangan visual
berisi objek vertikal kuning (Pisang dari pohon) bercampur dengan
objek horizontal hijau (Dedaunan), bagian pemandangan yang berwarna
kuning lebih cenderung vertikal daripada horizontal (tampak mencolok
atau dominan), sedangkan yang hijau lebih cenderung horizontal
(padam). Hasil yang disajikan di sini menunjukkan bahwa perhatian
(attention) mungkin memainkan peran penting dalam menerapkan
strategi serupa pada tingkat pengikatan fitur.

IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PERCOBAAN

A. Langkah-langkah

1. Masuk ke dalam web http://cogscidemos.swarthmore.edu/


2. Lalu, akan muncul tampilan web dengan beberapa pilihan disisi kiri
tabel, kemudian pilih menu Vision Search.
3. Setelah itu akan muncul sebuah tabel contoh dan bacalah instruksi
pada sisi kiri tabel.
4. Kemudian, setelah memahami instruksi klik Try it!
5. Lalu, akan muncul tabel parameters .Klik Full Experiment dan
isilah tabel parameters tersebut. Tuliskan angka 2 pada kolom how
many types of distractor lalu, tuliskan huruf q untuk distractor 1
lalu, huruf b untuk distractor 2 dan huruf p untuk target.
6. Kemudian, klik Start Experiment.
7. Setelah itu, akan akan muncul tabel berisi instruksi. Bacalah dan
pahami instruksi tersebut.
8. Tekan spasi untuk memulai lalu, apabila melihat target (p) diantara
distraktor (b dan q) makan tekan huruf “F” pada keyboard.
Sebaliknya, apabila target tidak terlihat tekan huruf “J” pada
keyboard.
9. Kemudian, karena target tampak maka klik “F” pada keyboard.
10. Lalu, akan muncul tanda “+” di dalam kotak setelah itu, klik spasi
untuk lanjut ke soal berikutnya.
11. Lakukan begitu seterusnya hingga soal selesai.
12. Saat praktikum selesai akan muncul grafik dan sebuah tabel
kemudian screen capture grafik dan tabel tersebut.
13. Praktikum selesai.

B. Hasil

Berdasarkan praktikum psikologi lanjut yang dilaksanakan pada


hari kamis 08 April 2021 berikut lamprian hasil yang didapatkan pada
saat praktikum berlangsung ada sebagai berikut.
C. Pembahasan

Berdasarkan teori feature detection dikaitkan dengan hasil


praktikum dinyatakan bahwa feacture detection adalah pemrosesan
sebuah fitur dari stimulus yang ada agar dapat di kenali otak. pada
praktikum kali ini praktikan melakukan suatu eksperimen pengenalan
atau analisis pada sebuah huruf dengan distraktornya yaitu dua huruf
yang mirip dengan fitur hruf target. Sesuai dengan teori diatas bahwa
fitur pada stimulus berupa huruf tadi bakan dianalisis oleh demons
kemudian setelah image demon mengenangkap fitur huruf tersebut
feature demons akan memunculkan fitur yang memungkinkan hingga
cognitive demons berteriak menyatakan bahwa objek yang dilihat
adalah huruf tertentu maka decision demons akan memutuskan teriakan
dari cognitive demons tersebut bahwa target ada huruf “P”. Hal ini juga
sesuai dengan teori dari Goldstein bahwa neuron yang menangkap fitur
( berupa huruf pada praktikum) kemudian mengubah gambar menjadi
sinyal listrik yang kemudian berjalan melalui retina, diterima reseptor
diretina dan dianalisis kemudian direpresentasikan meninggalkan saraf
optik dan akhirnya mencapai area penerimaan visual diotak hingga
objek dikenali.

Kemudian berdasarkan jurnal terkait praktikum ini adalah dasar


proses pemindaian dan penganalisaan suatu objek. Praktikum ini
memiliki prinsip dasar sama dengan jurnal terkait bahwa saat melihat
sesuatu manusia menerim stimulus dan menganalisa stimulus tersebut.
Seperti huruf target dan distraktor nya dilihat saat mengerjakan
praktikum sama halnya dengan penelitian jurnal ini yaitu memindai
menganalisa suatu stimulus yang berupa warna, akan terlihat satu warna
yang paling menonjol diantara warna lainnya (distraktor) seperti akan
terlihat huruf “P” sebagai target diantara huruf distraktor. Sama hal nya
kerja demons juga berlaku saat melihat objek seperti warna.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan praktikkan dan landasan teori


diatas serta jurnal terkait dapat disimpulkan bahwa pemorosesan visual dari
stimulus yang ditangkap oleh indera kemudian diproses hingga dikenali diotak
memiliki 4 tahap yaitu mulai dari dari menangkap fitur stimulus pada target
diantara distraktor kemudian memunculkan fitur yang memungkinkan hingga
memtuskan objek apa yang lihat kemudian dikenali otak.

Daftar Pustaka

Darmadi. (2016). Model Memori Mahasiswa Calon Guru Matematika


Dalam Memahami Definisi Formal Barisan Konvergen. Jurnal Math
Educator Nusantara, 2(2), 105.

Eyemeren, M. M. V. (2014). Memahami Persepsi Visual: Sumbangan


Psikologi Kognitif Dalam Seni Dan Desain. 5(1), 49.
Friedenberg, Jay., & Silverman, Gordon. (2012). Cognitive Science an
introduction to the study of mind. London : Sage Publications, Inc.

Goldstein, E. Bruce. (2011). Cognitive Psychology Connecting Mind,


Research, and Everyday Experience. Belmont, CA : Wadsworth.

Neri, Peter. (2004). Attentional Effects On Sensory Tuning For Single


Feature Detection And Double Feature Conjunction. Vision Research,
44, 3054-3064.

Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2008). Psikologi kognitif:


Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai