Anda di halaman 1dari 102

PRAKTIKUM PSIKODIAGNOSTIKA 3: WAWANCARA

KECEMASAN TERHADAP PANDEMI COVID-19

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
LABORATORIUM DASAR PSIKOLOGI

Disusun oleh:
Kelompok 2

TANDA
NO NAMA NPM
TANGAN
1 Farhan Hilmi Naufal 12518524
2 Kartika Suci 13518603
3 Putrie Nurul Aulia H 15518680
4 Shohaibatul A 16518705
5 Teresa Kiseki 17518030
6 Tyana Cintya 17518168

DEPOK
JANUARI 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I. WAWANCARA AWAL...............................................................................1
A. Verbatim Wawancara Awal ..................................................................1
B. Kesimpulan Wawancara Awal ............................................................13
II. RUMUSAN MASALAH ............................................................................15
III. LANDASAN TEORI ..................................................................................15
A. Kecemasan terhadap Coronavirus ......................................................16
1. Definisi Kecemasan terhadap Coronavirus (Coronavirus Anxiety) .16
2. Aspek-Aspek dalam Kecemasan terhadap Covid-19 (Coronavirus
Anxiety) .............................................................................................16
B. Dewasa Madya (Middlehood) ……………………………………….. 19
1. Definisi Dewasa Madya (Middlehood) .............................................19
2. Aspek-Aspek pada Masa Dewasa Madya (Middlehood)..................20
IV. PEDOMAN WAWANCARA ....................................................................23
V. PELAKSANAAN WAWANCARA ...........................................................26
A. Setting Fisik .........................................................................................26
B. Setting Psikis .......................................................................................26
C. Tahap Pelaksanaan ............................................................................26
VI. HASIL WAWANCARA.............................................................................28
VII. REDUKSI DATA ........................................................................................59
VIII. CODING ......................................................................................................76
IX. PEMBAHASAN ..........................................................................................96
X. KESIMPULAN ...........................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................98

ii
I. WAWANCARA AWAL

A. Verbatim Wawancara Awal


Interviewer 6 : “Selamat sore Tante.”
Interviewee : “Sore, udah tiga kali lho hahah.”
Interviewer 6 : “Oh iya bener, kami disini ingin bertanya-tanya sama
Tante, saya T.”
Interviewee : “Ok.”
Interviewer 4 : “Saya SA.”
Interviewer 1 : “Saya FHN.”
Interviewee : “Okee.”
Interviewer 2 : “Saya KS.”
Interviewee : “Ya.”
Interviewer 3 : “Saya PNAH, bisa dipanggil H, Tante.”
Interviewee : “Hmm…”
Interviewer 5 : “Saya TK biasa dipanggil T.”
Interviewee : “Oke.”
Interviewer 6 : “Jadi kita mulai ya Tante pertanyaanya?”
Interviewee : “Tentang apa nih? aku ngga dikasih tau dulu?”
Interviewer 6 : “Jadi kami disini mau mewawacara Tante untuk
menjadi narasumber.”
Interviewee : “Mata kuliah?”
Interviewer 6 : “Psikodiagnostik, Tante.”
Interviewee : “Okay.”
Interviewer 1 : “Jadi Psikodiagnostik ini tuh kaya untuk nyari
identifikasi apa yang Tante alamin dari sisi
psikologisnya, nanti pas wawancara ini nanti kita tanya-
tanya terkait apasih masalah psikologis yang dialamin
sama Tante.”

1
2

Interviewee : “Okay.”
Interviewer 5 : “Kita akan memulai wawancaranya silahkan yang mau
bertanya.”
Interviewee : “Ada berapa pertanyaan?”
Interviewer 6 : “Enam Tante, mungkin akan nambah Tante.”
Interviewee : “Tergantung, kita mau rapat di DPR.”
Semua : “Hahaha.”
Interviewer 6 : “F, ayo silakan.”
Interviewer 3 : “Dari saya dulu Tante, perkenalkan nama saya H, kita
disini dari Universitass Gunadarma, kami juga teman-
temannya T, sebelumnya saya mau bertanya Tante
bersedia kan?”
Interviewee : “Lho udah duduk disini ya bersedia doing.”
Semua : “Hahahaha.”
Interviewer 3 : “Gini sih Tante kita ngobrol-ngobrol biasa dulu aja
ngga langsung ke pertanyaan yang gimana-gimana, aku
mau nanya kabar Tante dulunih, gimana Tante
kabarnya?”
Interviewee : “Hmm… not so good.”
Interviewer 6 : “Waahh kenapa itu Tante?”
Interviewee : “Yaa…”
Interviewer 6 : “Apa karena pandemi di rumah aja, atau bagaimana
Tante?”
Interviewee : ”Iyalah itu dampaknya, soalnya saya dari bulan Maret
ngga kerja.”
Interviewer 3 : “Jadi Tante itu biasanya kerja keluar rumah Tante atau
bagaimana?”
Interviewee : “Oh iyaaa.”
Interviewer 6 : “Jadi sekarang Tante Work From Home?”
Interviewee : “Ngga, soalnya saya part-timer. Saya soalnya part-time
di J.I.S. Jadi kita tuh, ehh, tiap hari kerja, tiap hari
3

keluar, yaa kerjanya itu beberapa kali gitu. Tapi kita


harus stay di ruangan, ya. Sekarang kan sekolah on-line,
kan? Jadi saya mulai Maret ngga berkegiatan,
kegiatannya di rumah. Mungkin, mungkin ya itu
makanya saya ngga terlalu feel okay gitu.”
Interviewer 6 : “Hmm… Jadi gini, jadi gini, Tan. Kan aku tadi udah
denger dari Tante tuh bilang karena korona gitu ya,
kayak not so good karena korona. Berarti, kalo menurut
aku, sebelum korona tuh kaya gimana sih gitu
kegiatannya? Atau mungkin perasaan Tante sebelum
korona gitu? Jadi biar kita tau perubahan Tante setelah
korona.”
Interviewee : “Oh… hmm… saya itu, ya saya suka sekali beraktivitas.
Jadi pagi ya, setelah rumah beres, saya pergi. Saya kerja
itu jam dua belas sampai jam empat lah efektifnya. Tapi
kan saya menuju ke tempat kerja saya, saya kan jauh
kan di Senayan sana kan di Kebayoran, yaitu antara
perjalanan berangkat sampai pulang tuh ya, dari rumah
jam 10, pulang sampai rumah kalau situasi wajar ya jam
empat jam lima udah sampai di rumah gitu, setiap hari
gitu. Nah kan saya orangnya enerjik, dari muda saya
kerja, dari muda kerja, ya sampai… sampai sekarang
pun senangnya kerja, gitu lho. Kerja apa di luar, kerjaan
saya dan kerjakan di rumah. Saya senang berkebun,
berkebun anggrek, gitu. Jadi saya mau selalu
beraktivitas… gitu. Sekarang, dengan adanya bulan
Maret itu saya tidak kerja lagi, aktivitas saya di rumah
mungkin oke ya. Tapi saya itu, tidak bisa kemana-
mananya itu yang sangat mengganggu. Tidak bisa
kemana-mana, ya jadi saya tidak bisa… eh… pergi, ke
mall taro lah itu sebagian kecil dari kegiatan ya tuh.
4

Tapi maksudnya, tidak bisa beraktivitas keluarnya itu


yang mengganggu saya lho. Korona itu sangat
mengganggu bagi saya, secara psikologi, itu gitu. Tapi
saya tidak bisa melakukan banyak hal di luar rumah.
Kalau di dalam rumah kan masih bisa, kan? Saya paling
bisa keluar hanya jalan pagi aja, gitu. Gitu…”
Interviewer 5 : “Sebenarnya saya mau nanya dulu nih Tante.
Sebenarnya, menurut Tante itu gimana sih pendapat
tentang korona ini yang bisa mempersulit banyak
kegiatan orang-orang yang untuk bekerja maupun hal-
hal lain.”
Interviewee : “Pertama, korona adalah virus pandemi, ya. Jadi dia
menular, kan? Dan kita tidak bisa melihat apa yang...
yang akan datang gitu karena dia tidak keliatan, kan?
Nah itu membuat kita insecure, kan? Kita ngga bebas
kemana-mana karna kita takut dia akan, kena ke kita…
mela, apalagi setelah ada penelitian pada bulan apasih
tuh yang bilang… Juli ya? Yang dia mulai dari droplet
bisa, karna dari udara, kan itu lebih membatasi lagi.
Awalnya kan hanya… kalau kita terkena, bertatapan
apa atau touching, apa, megang… Tapi setelah dia bisa
hidup di air, di udara mungkin lebih membatasi lagi. Itu
yang paling sangat amat menakutkan buat saya dan buat
banyak orang sebetulnya…gitu.”
Interviewer 2 : “Kalau dari Tante sendiri menyikapinya bagaimana
dengan… bersama keluarga atau bagaimana gitu…dari
kasus pandemi ini.”
Interviewee : “Kalau saya sih berprinsip eh… kita jaga dengan baik
ya mungkin eh… mengurangi sebanyak mungkin
keluar, itu udah pasti terus kalau kita menjaganya
dengan eh… apa yang sudah di iniin pemerintah, ya
5

pake masker, jaga jarak, cuci tangan, tidak berkumpul,


itu sih sebenarnya sudah baik ya… sudah baik secara
umum, tapi setiap orang kan punya tanggapan berbeda
dari pribadinya masing-masing… kan… secara inner,
secara di dalam kan… Ya mungkin aku, saya orang
yang… tadinya itu saya orang yang sangat amat… ah
gapapa kali ah kalo ikut protokol kesehatan aja gitu.
Tapi kan, saya tidak hidup sendiri… saya ada keluarga
saya, ada suami saya kan. Jadi banyak faktor yang
dipertimbangkan untuk pergi keluar - keluar… untuk
apa aja… akhirnya, akhirnya sekarang kita kalau pergi
kadang - kadang kita naik mobil keliling-keliling
Jakarta tapi ngga keluar… gitu… Itu kan satu, satu hal
yang… sangat amat… eh… dibuat untuk menjadi suatu
terobosan untuk menghilangkan…kejenuhan kan.
Ngapain sih, masa keliling Jakarta ngga keluar? Kan
enaknya kalo keliling Jakarta ya ke Ancol, kemana,
keluar dong dari mobil kan. Cuma karna seperti ini, kita
terbatas ya… itu mungkin baik juga untuk releasing
stress nya… Terus terang saya corona ini sangat
membatasi saya… gitu lho.”
Interviewer 2 : “Eh… kan karna… lagi korona gini Tante ngerasa…
banyak kegiatan Tante yang apasih dibatasi gitu…
sama…”
Interviewee : “Oh iyaa...iya…iya…”
Interviewer 2 : “Sama peraturannya, sama keadaannya, terus…”
Interviewee : “Sama kondisinya kita omongin.”
Interviewer 2 : “Iya kondisinya... terus eh…”
Interviewee : “Yang uncertainty… tidak pasti…”
6

Interviewer 2 : “Eh… apasih Tante yang… Tante rasain ini begitu,


Tante kan orangnya suka bersosialisasi berarti kan
dengan eh…“
Interviewee : “Hmm… hmm…”
Interviewer 2 : “Tadi kan yang Tante bilang suka banget beraktivitas di
luar ruangan.”
Interviewee : “He-uh”
Interviewer 2 : “Tapi sekarang terbatas berinteraksi sama orang diluar.
Tante tuh ngerasanya gimana sih Tante?”
Interviewer 6 : “Apa ada stress atau gimana?”
Interviewee : “Euh… ya… sedih… kesel, sedih. Ekspresi inner kan?
Dari dalem kan?”
Interviewer 2 :
“Iya iya.”
Interviewee :
“Iya saya kesel, saya sedih terus kadang - kadang ya
bertanya-tanya kok mesti begini… Itu tapi ya di
samping itu kita kan orang-orang yang mencoba
untuk kembali lagi ke apa ya ke faith atau ke
keimanan kita, kan mungkin Tuhan ini kasih kita
kondisi seperti ini supaya kita lebih introspeksi gitu
kan... Kalau lagi positif kan.”
Interviewer 2 :
“Iya”
Interviewee :
“Tapi kan orang kan ada negatifnya kan.”
Interviewer 2 :
“Iya.”
Interviewee :
“Pasti dia agak depresi pasti pernah “duh kok kaya
gini, lama banget nih kapan ininya” pasti kan ada
gitu pertanyaan-pertanyaan timbul gitu lho.... Itu
yang keluar dari saya juga sebagai manusia.”
Interviewer 2 :
“Kalau tadi Tante bilang ngerasa pasti ada rasa
depresi nya atau stressnya di rumah karena tadi ngga
7

bisa berinteraksi sosial di luar sana, ketemu sama


orang - orang, waktu Tante lagi ngerasa ngga bisa
nih kok kayak gini banget lama banget... Yang Tante
lakuin itu apa Tante? Terus ada ngga gejala fisik
yang Tante rasain mungkin atau pusing atau atau
mood-nya ngga bagus banget. Terus kalau misalkan
kebawa pas lagi ngobrol sama sama keluarga Tante
di rumah jadi kebawa kesal atau gimana, ada ngga
Tante?”
Interviewee :
“Oh iya iya iya, kadang - kadang iya kadang -
kadang iya... Terus saya jadi, dari dari Maret sampai
sekarang ternyata saya makin kurus karena saya
banyak aktivitas, terus saya makan memang saya
sedikit ya… tapi ternyata saya sakit lho… Dua
minggu kemarin saya menemukan diri saya sakit,
sekarang saya lagi lagi lagi istirahat nih saya
sebenernya saya lagi sakit saya, mungkin sakit saya
ini ya itu karena itu salah satu.”
Interviewer 6 :
“Mungkin karena kepikiran ya Tanya?”
Interviewee :
“Hmm… bener… Dan itu dokter juga bilang ‘ibu-
ibu sejauh ini yang saya tahu Ibu kayanya baik-baik
saja. Ibu apa energik orangnya sangat energik…’
Nah yang saya kerjakan ternyata overwork gitu jadi
badan saya mungkin terlalu giat bekerja, giat
beraktivitas tapi, karena saya tidak kemana - mana
ya akhirnya saya mungkin mengabaikan asupan
gizinya, jadi saya kayak orang kurang gizi
sekarang… Kaya orang kurang gizi gitu lho, tapi
cuma karena ngga item aja kali, kalau item kayak
orang Ethiopia… hahahaha”
8

Interviewer 6 :
“Sebelumnya cepet sembuh Tante.”
Interviewee :
“Iya makasih”
Interviewer 3 :
“Kan tadi Tante bilang, kalau Tante mengurus
badannya dari bulan Maret itu, kalau boleh tau ini
signifikannya Tante bisa turun berapa kilo sih Tante
dari bulan Maret sampe sekarang?”
Interviewee :
“Ohh pasti kaget, tadinya 73 kg sekarang 58-57 kg”
Interviewer 6 :
“Wow… Jauh banget”
Interviewer 2 :
“Wow, jauh banget ya Tante merosotnya…”
Interviewee : “Tadinya tujuh puluh tiga, sekarang lima puluh delapan,
lima puluh tujuh.”
Interviewer 3 : “Heeh, Wah.”
Interviewer 6 : “Wah jauh banget Tante”
Interviewer 2 : “Wah jauh banget ya Tante merosotnya.”
Interviewee : “Tapikan saya jadi ada ininya disease-nya, ada sakitnya
saya, gula darah saya naik. Saya padahal, saya padahal
tidak orang tidak keturunan diabet, wah buka rahasia
nih jadi saya nih. Iya saya tidak keturunan diabet, saaya
tidak pernah selama lima belas tahun kerja di JIS saya
di ukur terus itu, bagus terus, tapi ternyata kemaren ini
tiga minggu inilah, saya kok lemes-lemes gitu, ternyata
ya itu kena saya. Jadi sekarang saya dalam proses
penaikan itu apa, berat badan, terus ehh makanan-
makanan heeh tambah tambah ini makanan-makanan
yang bergizi seimbang, susu, telur, dan penurunan gula
darah. Supaya saya mau, ehh balance lagi, karna dokter
bilang, ibu kayaknya karna ibu ngga ada keturunan,
ngga ada apa-apa mungkin ibu kebanyakan dari
innernya dari dalamnya gitolah, karna kondisi seperti
9

ini banyak sekali orang seperti ini katanya gitu. Karna


kondisi inner-nya yang mungkin lebih ini jadi dia spirit,
ehh pokoknya bahagianya kurang dah gitu ceritanya,
yakan kurang happy gitu lho.”
Interviewer 6 : “Kalau boleh saya tahu Tante, ehh Tante selama maret
sampai sekarang inikan Tante bilang Tante banyak
kegiatan gini gini gitukan apa mungkin Tante
kegiatannya bener-bener di dalam rumah, jadi ehh
Tante tuh cape cuman Tante kurang terkena paparan
sinar matahari atau seperti apa Tante?”
Interviewee : “Ohh ngga ngga, tanya T ehh kok T kok T hehehehe
ngga saya orangnya rajin berkebun saya di luar,
matahari pagi saya udah pasti dapetlah, saya orangnya
ngga pemalas hahahaha.”
Interviewer 6 : “Berarti benar - benar dari inner ya Tante sakitnya?”
Interviewee : “Bener - bener.”
Interviewer 6 : “Karna cape pikiran gitu ya Tante jadi kebawa gitu ya
Tante, ohh okk.”
Interviewee : “Heeh heeh heeh, anak saya bandel lagi itu yang kecil
hahahahaha.”
Semua : “Hahahahaha.”
Interviewer 3 : “Tambah pikiran ya Tante anaknya?
Astagfirullahaladzim berdosa banget anaknya Tante.”
Semua : Hahahahahahaha.”
Interviewee : “Ngga deng baik kok dia, rajin memasak, iya gitu deh,
terus apalagi?”
Interviewer 6 : “Hmm... apalagi ya?”
Interviewee : “F belum tanya…”
Interviewer 1 : “Heheheheeh iya bu, eee jadi eee apa yaa… hehehehe
ee sebentar ya bu”
10

Interviewer 2 : “Masih awal-awal Tante jadi kaya masih mau awal aja
dulu gitu jangan terlalu jauh - jauh banget gitu.”
Interviewee : “Jangan terlalu detail yaa.”
Interviewer 1 : “Iya sebenernya pengen nanya yang lebih mendalam
lagi, Cuma eee nanti ada sesi lanjutnya lagi Tante.”
Interviewee : “Ohh.”
Interviewer 1 : “Iya ada sesi wawancara, ee selanjutnya.”
Interviewer 2 : “Inti - inti.”
Interviewer 1 : “Yang benar - benar intinya itu kita gali - gali tentang
yang sebenernya yang tentang apa yang Tante alami,
nanti kita kaitkan juga dengan apa teorinya gitu Tante
gitu.”
Interviewee : “Ok ok ok.”
Interviewer 1 “Eee… nanti kita kaitkan dengan em… apa teorinya
gitu Tante gitu.”
Interviewee : “Okay… okay. Jadi? udah ni?”
Interviewer 6 : “Jadi, jadi kita awal - awal hehe kayak tanya seputar
yang Tante alami dulu hmm… apa yang tentang corona
ini dulu yang menghalangi Tante, kayak kegiatan Tante
e… ngadepin kebosanan pas corona gitu ngadepin pas
e… kalo Tante ngalamin kayak agak stress nah kegiatan
apa aja gitu.”
Interviewee : “Hmm... he em... iya tadi saya sudah ceritakan saya
banyak hmm… saya suka berkebun saya bongkar
pasang pot saya nanem baru beli baru bunga - bungaan
segala macem deh itu udah saya kerjakan semua di luar
rumah gitu lho tapi ternyata ya mungkin karena saya
biasa berpuluh tahun beraktivitas kerja segala kan itu
ternyata mungkin ngga cukup yakali ya? Apa saya yang
terlalu banyak mau? Saya juga ngga tau.”
Interviewer 6 : “Tapi sisi senengnya apa nih Tante di rumah?”
11

Interviewee : “Seneng nya apa ya...? Ya bunga - bunga saya tambah


bagus gitu ya semakin ke urus.“
Interviewer 6 : “Hmm... atau mungkin lebih banyak waktu sama
keluarga gitu perbedaannya pas Tante kerja sama
sekarang gitu.”
Interviewee : “Kebetulan, kebetulan waktu... waktu pandemi ini kan
juga si om kan kerja di rumah work from home kan. ya
anak saya juga di rumah jadi ya kita tiga - tigaan tapi itu
udah kelamaan gitu lho dari Maret ke bulan Oktober
tujuh bulan bayangin .”
Interviewer 6 : “Sampai bosen ya Tante?”
Interviewee : “Kelamaan. HE EH! Gitu.”
Interviewer 6 : “Butuh muka yang lain.”
Interviewee : “Iya waktu itu kan pernah sempet em… sempet mall di
buka kita pergi ke Giant, ke mall gitu ya kemana
Margonda Margo City, eh mall nya di tutup Giant-nya
dulu di tutup aaah… gitu - gitu terus akhirnya sekarang
kita udah sama sekali paranoid ke mall ngga ke mall ke
mall abis males. Gitu lho dari pada cari perkara?
Gitu…”
Interviewee : “Okay...”
Interviewer 5 : “Okay... ini kayaknya wawancara awalnya udah semua
dulu ni selesai dulu.”
Interviewee : “Iyaa awaalnya udah panjang.”
Interviewer 2 : “Udah cukup buat secara umunya dulu Tante.”
Interviewee : “Okay.”
Interviewer 2 : “Nanti mendetail nya buat next-nya lagi.”
Interviewer 5 : “Kita undang untuk ikut wawancara selanjutnya Tante.”
Interviewee : “Kapan tuh?”
Interviewer 5 : “Setelah di persilahkan oleh dosennya.”
Interviewee : “Oh gitu?”
12

Interviewer 6 : “Iya Tante.”


Interviewer 2 : “Kita tunggu acc dosennya dulu.”
Interviewee : “Oke oke oke.”
Semua : “Terima kasih Tanteee.”
Interviewer 6 : “Cepet sembuh Tanteee.”
Interviewer 3 : “Saranghae Tantee.”
Interviewee : “Terimakasih terimakasih.”

Keterangan:
Interviewer 1 : Farhan Hilmi Naufal
Interviewer 2 : Kartika Suci
Interviewer 3 : Putrie Nurul Aulia Hizny
Interviewer 4 : Shohaibatul Aslamiyah
Interviewer 5 : Teresa Kiseki
Interviewer 6 : Tyana Cintya
B. Kesimpulan Wawancara Awal
Subjek adalah seorang wanita berumur 55 tahun. Pada awal wawancara, saat
subjek ditanyakan mengenai kabarnya, subjek mengatakan bahwa dirinya tidak
merasa terlalu baik. Subjek mengatakan pandemi membuat subjek tidak bisa
bekerja dari bulan maret. Kebetulan subjek memiliki pekerjaan yang harus
dijalani di luar rumah (tidak bisa di kerjakan dari rumah). Subjek sendiri adalah
seorang part-timer di sekolah bernama Jakarta Interculture School. Karena
tidak bisa berangkat bekerja, subjek mengatakan bahwa sejak bulan maret dia
tidak memiliki kegiatan dan hanya mengerjakan aktivitas di rumah saja
membuat dia merasa tidak nyaman.
Subjek mengatakan bahwa dia kurang nyaman di rumah. Akhirnya, kami
pun bertanya mengenai kegiatan apa yang subjek lakukan sebelum pandemi
melanda. Subjek mengatakan bahwa dia adalah orang yang panjang kaki.
Subjek menikmati kegiatan di luar. Walaupun subjek memiliki letak kantor
yang jauh dari rumah, subjek tetap menyukai hal tersebut karena subjek sejak
muda juga sudah terbiasa untuk senang bekerja di luar. Subjek mengatakan dia
13

memang orang yang senang berkegiatan. Subjek suka berkebun bunga anggrek.
Maka itulah yang banyak subjek kerjakan selama subjek sedang di rumah selain
dia juga membereskan rumahnya. dia mengatakan untuk melakukan tugas
rumah tersebut tidak apa-apa, tetapi hal yang mengganggu subjek adalah tidak
bisa keluar dari rumah. Jika di rumah, subjek hanya bisa sekedar jalan pagi. Itu
pun tidak bisa subjek lakukan lagi saat ini. Subjek merasa pikirannya terganggu
karena pandemi ini.
Saat ditanya mengenai pendapatnya tentang kasus pandemi ini subjek
mengatakan korona itu adalah sebuah virus. Kita tidak bisa melihat virus itu
datang karena virus itu sendiri tidak bisa terlihat. Itulah yang membuat subjek
sendiri menjadi tidak aman. Subjek merasa tidak bebas pergi kemanapun
apalagi setelah subjek mendengarkan berita bahwa virus ini sudah bisa tersebar
melalui tetesan kecil (droplet) dari mulut, dan dari udara. Hal itu sangat
menakutkan untuk subjek itu sendiri dan juga orang lain.
Subjek juga kami tanyakan bagaimana cara subjek menyikapi pandemi ini
bersama dengan keluarga subjek. Subjek menjawab bahwa dia adalah orang
yang memiliki prinsip asal berhati-hati dan mengikuti protokol yang diberikan
pemerintah (memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan, tidak berkumpul,
dsb) itu sudah baik secara umum. Tetapi, subjek mengatakan bahwa setiap
orang memiliki tanggapan yang berbeda. Subjek juga mengatakan bahwa dia
juga tinggal bersama dengan suami dan keluarganya. Maka dari hal tersebut,
banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk pergi keluar. Akhirnya untuk
menghilangkan kejenuhan, subjek dan keluarga terkadang hanya bisa pergi
keliling Jakarta menggunakan mobil tetapi tidak keluar dari mobil tersebut.
Hanya sebatas itu yang bisa di lakukan subjek dan keluarga dalam mengurangi
stress setelah harus tinggal di dalam rumah dalam waktu yang panjang. Subjek
masih belum terlalu puas dengan hal tersebut.
Lalu, subjek ditanyai mengenai tentang apakah diri subjek sebagai orang
yang suka bersosialisasi itu stres saat terbatas interaksi dengan orang luar.
Subjek menjawab dengan menceritakan bahwa diri subjek merasa kesal dan
agak depresi. Lalu, subjek ditanyai tentang apa yang dirasa secara fisik saat
14

terbatas interaksi dengan dunia luar. Subjek lalu menjawab bahwa diri subjek
mengalami penurunan berat badan dan beban pikiran. Subjek juga mengatakan
bahwa diri subjek kurang makan dan mengalami kenaikan gula darah. Subjek
juga memberitahu bahwa dokter yang subjek konsulkan mengatakan bahwa asal
dari penyakit subjek berasal dari inner subjek, yaitu pikiran subjek.
Subjek juga ditanyai tentang hal yang menyenangkan dari permasalahan
terbatasnya untuk keluar rumah. Subjek mengatakan bahwa diri subjek dapat
berkebun sehingga bunga-bunga yang dimiliki subjek menjadi bagus. Subjek
juga mengatakan bahwa diri subjek bisa dekat dengan keluarga.
II. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengkaji gambaran


kecemasan terhadap pandemi covid-19 (atau yang disebut dengan coronavirus
anxiety) terhadap individu pada fase dewasa madya, serta mengetahui gejala-gejala
coronavirus anxiety, baik gejala fisik maupun gejala psikologis yang dialami oleh
individu tersebut.

15
III. LANDASAN TEORI

A. Kecemasan terhadap Coronavirus


1. Definisi Kecemasan terhadap Coronavirus (Coronavirus Anxiety)
Dalam penelitian oleh Lee (2020), coronavirus anxiety merupakan suatu
kecemasan yang meningkat secara klinis, di mana terdapat gejala-gejala
seperti, pusing, gangguan tidur, imobilitas tonik, kehilangan nafsu makan,
mual atau gangguan perut, mirip dengan pusing, stres perut dan perut juga
merupakan gejala utama serangan panik dan berhubungan dengan fitur
gangguan kecemasan umum. Coronavirus anxiety dikaitkan dengan
diagnosis virus korona, gangguan, penanganan alkohol/obat, koping agama
yang negatif, keputusasaan yang ekstrem, ide bunuh diri, serta sikap
terhadap Presiden Trump dan produk China.
Coronavirus Anxiety merupakan rasa cemas yang timbul saat terjadinya
pandemi global covid-19, di mana termasuk gangguan stres baru bagi
banyak orang (Horesh & Brown, 2020).
Menurut Asmundsona dkk (2020), coronavirus anxiety merupakan
gangguan kecemasan atau mood yang terpengaruh negatif oleh covid-19, di
mana seseorang memiliki ketakutan yang lebih besar tentang bahaya dan
kontaminasi, konsekuensi sosial ekonomi, xenophobia, dan gejala stres
traumatis dibandingkan dengan kelompok orang yang tidak memiliki
gangguan kesehatan mental.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
coronavirus anxiety adalah gangguan kecemasan yang timbul dan
meningkat secara klinis pada saat terjadinya pandemi global Covid-19.
Coronavirus anxiety juga mempengaruhi kondisi fisik dan juga
menyebabkan gejala stress traumatis bagi banyak orang karena takut akan
kontaminasi.
2. Aspek-Aspek dalam Kecemasan terhadap Coronavirus
a. Aspek Fisik

16
17

Berdasarkan dalam penelitian oleh Lee (2020), validitas isi CAS


(Corona-Anxiety Scale) ditunjukkan oleh beberapa poin, yang masing-
masing mewakili gejala- gejala fisiologis (symptoms) terkait dengan
ketakutan dan kecemasan yang meningkat secara klinis antara lain
adalah:
1) Pusing merupakan gejala pertama dari CAS, dan juga gejala utama
serangan panik dan fitur terkait gangguan kecemasan umum.
2) Gangguan tidur, merupakan gejala kedua dari CAS, dan juga
merupakan gejala umum dari gangguan kecemasan umum dan
gangguan stress pascatrauma.
3) Imobilitas tonik, yang merupakan gejala ketiga dari CAS, bukanlah
gejala utama dari kondisi kejiwaan apapun. Namun, hambatan
motorik adalah respons yang tidak disengaja terhadap ketakutan
ekstrim dan persepsi yang tidak terhindarkan dan biasanya dialami
oleh korban yang mengalami trauma sangat tinggi, seperti serangan
seksual.
4) Kehilangan nafsu makan, yang merupakan gejala keempat dari
CAS, merupakan gejala umum dari gangguan depresi mayor,
kondisi yang sering juga terjadi bersamaan dengan gangguan panik.
Kehilangan nafsu makan juga merupakan tanda ketakutan yang
terlihat karena mencerminkan proses biologis darah yang
meninggalkan saluran pencernaan ke area tubuh yang memobilisasi
orang untuk menghadapi ancaman yang akan segera terjadi.
5) Mual atau gangguan perut, yang merupakan gejela terakhir dari
CAS, juga menangkap perubahan pencernaan yang terkait dengan
respons rasa takut. Mirip dengan pusing, stres perut dan perut juga
merupakan gejala utama serangan panik dan berhubungan dengan
fitur gangguan kecemasan umum.
Berdasarkan Skala Kecemasan Coronavirus (Coronavirus Anxiety
Scale) yang dibuat dalam penelitian Lee dkk (2020) seseorang dapat
18

dianggap mengalami kecemasan terhadap pandemi covid-19 apabila


mengalami beberapa gejala berikut dalam dua minggu terakhir:
1) Mengalami pusing, atau ingin pingsan, saat membaca atau
mendengarkan berita terkait coronavirus.
2) Memiliki kesulitan untuk tidur karena memikirkan tentang
coronavirus.
3) Merasa tidak berdaya saat berpikir atau terpapar informasi tentang
coronavirus.
4) Kehilangan keinginan untuk makan saat berpikir atau terpapar
informasi tentang coronavirus.
5) Merasa mual atau mempunyai masalah perut saat berpikir atau
terpapar informasi tentang coronavirus.
b. Aspek Psikologis
Dalam penelitian Lee dkk (2020), hasil dari Coronavirus Anxiety Scale
dapat dihubungkan dengan adanya rasa khawatir akan coronavirus,
melakukan coping dengan alkohol atau obat-obatan, coping religius yang
negatif, rasa putus asa yang ekstrim, ide bunuh diri pasif, dan
kecenderungan untuk menghindari makan China dan produknya pada suatu
saat nanti.
19

B. Dewasa Madya (Middlehood)


1. Definisi Dewasa Madya (Middlehood)
Menurut Beck (dalam Santrock, 1995), usia tengah baya atau masa
dewasa tengah adalah antara usia 40 tahun hingga kira-kira 60 sampai 65
tahun dan dengan semakin banyaknya orang yang hidup lebih panjang, batas
atas 60 hingga 65 tahun mungkin akan terdorong ke atas.
Masa dewasa pertengahan (middle age) merupakan bagian rentang
kehidupan yang paling sedikit dipelajari. Tahun-tahun pertengahan
dianggap sebagai ruang kosong menjemukan di antara perubahan yang lebih
dramatis masa dewasa awal dan usia tua. Masa dewasa pertengahan (middle
age) dalam terminologi kronologis, yaitu tahun-tahun antara usia 45 tahun
sampai 65 tahun (Papalia, Sally, & Ruth, 2008).
Menurut Wethington (dalam Wade, 2008), usia paruh baya merupakan
masa puncak di mana kondisi kesejahteraan psikologis, kesehatan,
produktivitas, dan keterlibatan dalam masyarakat sangat optimal. Masa-
masa ini juga seringkali merupakan waktu untuk melakukan refleksi dan
peninjauan kembali. Orang melihat kembali hal-hal yang telah dicapai,
merinci hal-hal yang disesali atau yang tidak pernah dilakukan, dan berpikir
tentang apa yang hendak dilakukan dengan sisa hidup yang dimiliki. Saat
krisis terjadi, hal ini dikarenakan ada alasan yang tidak berhubungan dengan
bertambahnya usia, melainkan karena kejadian- kejadian spesifik yang
mengubah hidup seseorang, misalnya terjangkit penyakit atau kehilangan
pekerjaan atau pasangan. Periode Usia Madya (Middle Age) (40 tahun
sampai60 tahun). Periode ini di tanda i dengan munculnya perubahan-
perubahan jasmaniah / fisik dan mental, demikian pula di akhiri dengan hal-
hal tersebut. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan /
tenaga yang sering di ikuti dengan berkurangnya kewaspadaan mental.
Salah satu karakteristik dewasa madya atau middle adulthood ada time of
stress salah satu stress nya adalah stres somatik yang di sebabkan oleh
tanda-tanda ketuaan.
20

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa


dewasa madya atau masa dewasa tengah adalah waktu saat manusia berusia
antara 40 hingga 65 tahun, di mana manusia mencapai puncak kondisi
kesejahteraan, merefleksikan kehidupan dan melihat kembali hal-hal yang
telah dicapai. Masa ini juga di sebut sebagai ruang kosong di antara
perubahan dari masa dewasa awal ke usia tua. Saat krisis terjadi pada masa
ini bukan di pengaruhi karena usia melainkan kejadian-kejadian yang
mempengaruhi seperti terjangkit penyakit, kehilangan pekerjaan atau
pasangan.
2. Aspek-Aspek dalam Masa Dewasa Madya (Middelhood)
a. Aspek Fisik
Periode ini di tandai dengan munculnya perubahan-perubahan
jasmaniah/fisik dan mental, demikian pula di akhiri dengan hal-hal
tersebut. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan /
tenaga yang sering di ikuti dengan berkurangnya kewaspadaan mental
(Jannah, Yacob, & Julianto, 2017).
1) Periode Transisi
Transisi selalu mengandung makna penyesuain terhadap minat-
minat baru, dan pola-pola hidup baru. Pada usia dewasa madya,
individu harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik. Juga
menyesuaikan terhadap perubahan peran, yang umumnya lebih sulit.
2) Menderita stres (Time Of Stress).
Marmor membagi sumber-sumber utama suatu stres pada masa
ini yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan, ke dalam 4
katagori yaitu:
a) Stres Somatik, yang di sebabkan oleh tanda-tanda ketuaan.
b) Stres Budaya, yang di sebabkan oleh adanya penilaian
masyarakat yang tinggi terhadap kaum muda/masa muda,
kekuatan dan keberhasilan.
21

c) Stres Ekonomi, yang di sebabkan oleh beban pinansiil dalam


mendidik anakanak dan dalam memberikan status simbol untuk
seluruh anggota keluarga.
d) Stres Psikologik, yang di sebabkan oleh kematian suami / istri,
kepergian anak dari rumah, kebosanan terhadap perkawinan atau
perasaan kehilangan masa muda dan perasaan telah mendekati
ajal.
3) Usia yang membahayakan (Dangerous Age)
Gejala-gejala ini sering di sebut sebagai “middle age revolt”
(pemberontakan usia setengah baya) yang pada wanita datangnya
berasama dengan peristiwa menopause. Tidak heran bila sering
terjadi ketegangan-keteganggan dalam kehidupan suami-istri, yang
kadang-kadang menjuruus ke arahterjadinya perceraian atau
perpisahan. Selain itu juga dapat berakibat gangguan jiwa,
alkoholisme atau bunuh diri (pada masyarakat barat umumnya;
Indonesia belum diselidiki).
4) Penglihatan
Ketika lensa mengeras dan menipis, kemampuan untuk fokus
pada objek dekat menurun. Menguningnya lensa, melemahnya otot
yang mengendalikan pupil, dan redupnya vitreous (zat mirip agar-
agar yang memenuhi mata) mengurangi jangkauan cahaya retina dan
merusak kemampuan membedakan warna dan penglihatan di malam
hari.
5) Pengecap
Kepekaan pada empat rasa dasar—manis, asin, asam dan pahit—
berkurang. Hal ini mungkin dikarenakan faktor lain selain penuaan,
karena jumlah dan persebaran perasa pada lidah tidak berubah.
b. Aspek Psikologis
Berdasarkan tahap psikososial oleh Erik Erikson (dalam Santrock,
2002), orang dewasa paruh baya generatif berkomitmen untuk
kelanjutan dan perbaikan masyarakat secara keseluruhan melalui
22

koneksi mereka ke generasi berikutnya. Orang dewasa generatif


mengembangkan warisan positif dari diri dan kemudian
menawarkannya sebagai hadiah kepada generasi berikutnya.
Orang dewasa paruh baya mempromosikan dan membimbing
generasi berikutnya dengan mengasuh anak, mengajar, memimpin, dan
melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi komunitas.
Dalam Santrock (2002), seseorang dalam sedang dalam masa
middlehood, yang sedang dalam tahap generativitas, mengalami:
1) Merasa dibutuhkan oleh orang lain
2) Upaya untuk memastikan bahwa kaum muda mendapat kesempatan
untuk berkembang
3) Merasakan pengaruh di komunitas atau bidang minat
4) Tingkat produktivitas atau efektivitas baru. Penghargaan dan
kesadaran orang tua
5) Memiliki perspektif yang lebih luas Minat pada hal-hal di luar
keluarga
IV. PEDOMAN WAWANCARA

I. Subjek
A. Identitas Subjek
1. Nama (Inisial) :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
B. Latar Belakang Subjek
1. Apa pekerjaan Anda ?
2. Sudah berapa lama Anda bekerja?
3. Bagaimana bentuk pekerjaan Anda ?
4. Berapa lama Anda bekerja dalam sehari pada sebelum pandemi covid-
19?
5. Saat pandemi ini, jika ada perubahan, bagaimana cara Anda bekerja?
6. Selain bekerja, kegiatan sosial apa saja yang Anda ikuti?
7. Bagaimana hubungan sosial dengan keluarga dan teman-teman Anda ?
C. Daftar Pertanyaan
1. Aspek-Aspek dalam Kecemasan terhadap Coronavirus
a. Aspek Fisik
1) Apa saja yang Anda rasakan secara fisik saat menghadapi
pandemi covid-19 ini?
2) Apa gejala yang muncul dalam fisik Anda yang membuat
Anda berpikiran untuk berobat atau memeriksa ke dokter?
3) Setelah Anda diperiksa oleh dokter, apa saja yang di katakan
dokter mengenai kondisi tubuh Anda?
4) Sudah berapa lama kah Anda merasakan hal-hal tersebut
(gejala fisik yang subjek sebelumnya pada pertanyaan
sebelumnya)?
5) Menurut Anda, mengapa saat di rumahkan itu membuat Anda
merasakan:
a) Pusing

23
24

b) Gangguan tidur
c) Kehilangan nafsu makan
d) Gangguan perut
6) Di antara semua gejala fisik yang Anda rasakan, manakah
gejala fisik yang paling mengganggu Anda? Mengapa?
7) Pada saat kapan saja Anda merasakan hal-hal tersebut?
8) Pada saat itu, siapa saja orang lain yang mengetahui gejala
fisik yang Anda alami (gejala fisik yang subjek sebutkan pada
pertanyaan sebelumnya)?
9) Bagaimana cara Anda menghadapi hal-hal tersebut?
10) Setelah melakukan anjuran dokter, apa saja perubahan-
perubahan secara fisik yang Anda rasakan?
b. Aspek Psikologis
1) Jika berbicara mengenai psikologis, apa saja yang Anda
rasakan saat menghadapi pandemi covid-19 ini?
2) Setelah Anda pergi berobat ke dokter dan mendengar
diagnosis dari dokter tersebut, bagaimana perasaan Anda?
3) Di antara semua gejala psikis yang Anda rasakan, manakah
gejala psikis yang paling mengganggu Anda? Mengapa?
4) Bagaimana perasaan Anda saat tidak bisa bertemu teman dan
sanak saudara?
5) Pada saat kapan saja Anda merasa cemas/takut?
6) Siapa yang biasanya menenangkan Anda saat Anda merasa
cemas?
7) Bagaimana cara Anda menghadapi hal-hal tersebut?
8) Kegiatan apa saja yang Anda lakukan pada saat muncul gejala
kecemasan tersebut?
9) Di mana tempat Anda untuk menenangkan diri Anda di saat
gejala kecemasan tersebut terjadi?
10) Apa dukungan yang diberikan orang lain di sekitar Anda
dalam pemulihan Anda?
25

11) Setelah melakukan anjuran dokter, apa saja perubahan-


perubahan (psikis) yang Anda rasakan?
V. PELAKSANAAN WAWANCARA

A. Setting Fisik
Subjek memiliki rambut hitam yang panjang dan memiliki kulit wajah
berwarna putih cerah yang tampak agak berkerut. Subjek terlihat memakai
kacamata dan sebuah cincin di tangan kanan. Subjek juga memakai pakaian
baju berjenis kaus berwarna biru. Kondisi ruangan tidak cukup terlihat dengan
jelas karena hanya terlihat furnitur kayu yang berwarna coklat di belakang
subjek.
B. Setting Psikis
Subjek sering menunjukan banyak ekspresi, dari setengah tersenyum hingga
senyum lebar. Terkadang, subjek juga terlihat tidak senang dengan merenggut
atau cemberut. Kadang, subjek berbicara tanpa ekspresi atau menggunakan
wajah yang datar, sesekali subjek mengalihkan matanya ketika menjawab
pertanyaaan dan kadang subjek menaikan nada suaranya untuk menunjukan
kalau subjek sedang tidak senang atau sedang terlihat senang dengan
menurunkan nada suaranya.
C. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap Pelaksanaan Wawancara Awal:
a. Tahap Pertama
1) Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2020
2) Media : Line
3) Waktu : 19.30-19.50 WIB
a) Pukul 19.30 WIB : Menghubungi subjek untuk meminta
ketersediaan subjek untuk diwawancarai
b) Pukul 19.45 WIB : Ketersediaan subjek mengijinkan untuk
diwawancarai
b. Tahap Kedua
1) Hari/Tanggal : Senin, 12 Oktober 2020
2) Media : Line
3) Waktu : 07.25-07.30 WIB

26
27

a) Pukul 07.25 WIB : Merencanakan waktu pelaksanaan


wawancara awal
c. Tahap Ketiga
1) Hari/Tanggal : Rabu, 14 Oktober 2020
2) Media : Google Meet
3) Waktu : 14.20-15.50 WIB
a) Pukul 14.20 WIB : Menyiapkan persiapan sebelum melakukan
wawancara
b) Pukul 15.17 WIB : Subjek masuk ke dalam room Google Meet
c) Pukul 15.20 WIB : Memulai wawancara kepada subjek melalui
Google Meet
d) Pukul 15.50 WIB : Subjek keluar dari room Google Meet
2. Tahap Pengambilan Data:
a. Tahap Pertama
1) Hari/Tanggal : Senin, 23 November 2020
2) Media : Google Meet
3) Waktu : 13.40-15.00 WIB
a) Pukul 13.40 WIB : Membahas rencana pelaksanaan wawancara
pengambilan data dan membuat strategi saat
proses wawancara
b. Tahap Kedua
1) Hari/Tanggal : Senin, 25 November 2020
2) Media : Google Meet
3) Waktu : 09.00-11.30 WIB
a) Pukul 09.00 WIB : Melakukan latihan wawancara sebelum
melakukan wawancara pengambilan data
b) Pukul 10.35 WIB : Melakukan wawancara pengambilan data
kepada subjek
VI. HASIL WAWANCARA

I. Subjek
A. Identitas Subjek
1. Nama (Inisial) : SF
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 55 Tahun
B. Verbatim
Interviewer : “Selamat siang Tante...”
Interviewee : “Pagi, belum jam 12 itu pagi (sambil tertawa bersama
interviewer”
Interviewer 2 : “Oke pagi Tante… Gimana Tante kabarnya hari ini?”
Interviewee : “Hmm... Baik baik baik, kalian baik? Sehat?”
Interviewer : “Alhamdulillah, sehat Tante (sambil tertawa bersama
interviewee)”
Interviewee : “Hehehe terus?”
Interviewer 2 : “Iya, kami di sini ingin melanjutkan wawancara awal
yang beberapa waktu lalu sudah kita lakukan, kan
seperti yang Tante bilang, waktu itu Tante katanya
bekerja di JIS, kira-kira sudah berapa lama Tante
bekerja di JIS?”
Interviewee : “15 tahun”
Interviewer 2 : “Oh… selama 15 tahun”
Interviewee : “Tapi aku part-timer lho, aku bukan karyawan tetap”
Interviewer 2 : “Oh gitu”
Interviewee : “Tapi aku datang tiap hari.”
Interviewer 2 : “Oke. Nah, sebelum pandemi covid ini, biasanya berapa
lama Tante bekerja? Berapa jam gitu perharinya?”
Interviewee : “Ohh… berangkat jam sepuluh dari rumah, sekitar jam
sepuluh, sampai rumah lagi jam lima-an, lima atau
enam. Tapi Jakarta kan lama di jalan toh”

28
29

Interviewer 2 : “Iya macet, terus itukan seputar pekerjaannya, selain


bekerja itu ada kegiatan sosial lain yang Tante ikutin
ngga Tante?”
Interviewee : “Darmawanita”
Interviewer 2 : “Darmawanita, hmm… terus selama ini hubungan
sosial Tante sama keluarga, teman - teman, sebelum dan
sesudah covid ini, gimana Tante, ada perubahan atau
gimana?”
Interviewee : “Wow, berubah sekali berubah sekali, Darmawanita itu
tidak ada kegiatan dari mulai bulan Maret sampai
terakhir ketemuan itu pas hari sumpah pemuda 28
Oktober, berapa bulan tuh, sembilan bulan kurang ya,
lalu sama keluarga juga ya otomatis, semakin sangat
sedikit, gitu lho”
Interviewer 2 : “Berarti selama ini aktif ya Tante ya, betemu sama…
(Interviewee memotong)”
Interviewee : “Ohh aktif sekali (dengan menggebu-gebu) saya aktif
sekali orangnya, saya ngga pernah diem orangnya”
Interviewer 2 : “Terus, gimana perasaan Tante waktu gabisa ketemu
temen, sanak saudara, kerabat-kerabat Tante selama
ini?”
Interviewee : “Aduhh, campur aduk yang pasti ngga suka aja gitu”
Interviewer 2 : “Gak suka nya gimana nih Tante?”
Interviewee : “Ya ngga suka sayakan kesel jadi di rumah teruskan,
kesel gitulho, udah ngga bisa bekerja, terus karena saya
part-timer saya tidak harus datang ke JIS gitu lho, jadi
saya memang kegiatannya ya full di rumah, bayangkan
orang yang saya dari muda kerja, biasa kemana-mana,
terus di rumah saya dalam hati kecil saya, saya pikir
saya mungkin stres gitu, depressed.”
30

Interviewer 2 : “Berarti Tante ngerasa wah ngga bisa ketemu temen,


sanak saudara, kerabat, ngerasa ngga nyaman banget ya
Tante ya.”
Interviewee : “Banget banget.”
Interviewer 4 : “Nah selanjutnya Tante, apa aja sih Tan, yang Tante
rasakan secara fisik selama pandemi ini?”
Interviewee : “Secara fisik?”
Interviewer 4 : “Iya.”
Interviewee : “Secara fisik, apa ya, waktu dari Maret, April, Mei,
Juni, Juli, Hmm... itu kayaknya saya secara fisik saya
ngga terganggu ya, karena saya berusaha untuk tetap
berkebun, saya jalan pagi sama temen saya kebetulan
temen kuliah saya ada yang deket sini, saya jalan pagi
sama dia, keliling-keliling sampe ke UI gitu ya, saya
berusaha mengisi waktu saya ya, jadi saya pikir secara
fisik mungkin ngga terganggu secara fisik, tetapi di
dalem inner, kayanya saya ngga suka gitu sebetulnya
dengan kondisi seperti ini gitu lho, pikiran pastikan
kemana-mana gitu lho, begitu, secara fisik tidak
terganggu. Nah pas, setelah bulan September, ehh
September, iya September, berat badan saya turun
sangat drastis”
Interviewer 4 : “Terus kalau gejala - gejala pusing gitu - gitu Tante
ngerasain gak, Tan?”
Interviewee : “Hmm... Saya ngga pusing ya, saya lemes, ngga ada
tenaga, apalagi kalau laper, laperkan kita biasanya ya
laper laper aja, emang sih agak - agak pusing dikit, tapi
badan kan tetep ngga lemes toh, kalau waktu itu saya,
saya pikir saya lemes sekali dan ngga ada tenaga sama
sekali, dan lama - lama kok badan saya tambah kurus,
saya mikir - mikir, kenapa nih saya nih gitu, sebelum
31

saya cek ya, ternyata saya kan pas kemaren bulan


Oktober, ternyata gula darah saya tinggi, nah gula darah
itu salah satu penyebabnya adalah stres kan depresi,
dokternya bilang gitu, Ibu gejalanya kenapa? Gini gini
saya ceritain, saya turun badan sampai 15 kg ini dok 14
kilo lebih lah, sampai 57 bayangin dari 74. Oh gitu ya
ibu ya, emang kenapa? Nah yang saya lakukan mungkin
salah, jadi saya biasanya berkegiatan itu cape ya dari
luar gitu ya, saya pikir saya ngga kemana - mana
makanya memang saya kurangin gitu lho, jadi
asupannya kurang gitu. Makanya udah gitu pikiran ngga
tenang pikiran saya agak terganggu karna ngga kemana
- mana gitu, jadi mungkin itulah perpaduan itu yang
bikin saya seperti ini gitu lho.”
Interviewer 4 : “Selain berat badan berkurang, terus kalau misalkan
gejala tidur, nafsu makan kan udah pasti berkurang tuh
Tante.”
Interviewee : “Saya susah tidur, saya orang nya susah tidur.”
Interviewr 4 : “Jadi Tante susah tidur ini dari sebelum pandemi ini
berarti Tante sudah susah tidur ya?”
Interviewee : “Susah tidur sudah, selama pandemi tambah susah,
kalau tidurnya cepet jam 9/10 aku jam tiga udah
bangun.”
Interviewer 4 : “Terus kalau, jadi tuh Tante ngerasain ini kan pas
sebelum corona ya kalau gangguan tidur ini, terus kalau
misalkan gejala - gejala kaya turunnya berat badan,
kurangnya nafsu makan, Tante ngerasain pas sejak
kapan sih, Tan?”
Interviewee : “Mungkin eee… bulan-bulan September kali mulai,
terus turunkan drastis cettcettcettcett.”
32

Interviewer 4 : “Terus, kalau gejala - gejala yang lain ngga ada ya tan
selain turunnya berat badan?”
Interviewee : “Aaa… mungkin ya pusing kali agak sering, pusing,
sayakan orangnya jarang pusing sebenernya, kalau
sudah laper itu pokoknya trembelling, terus apasih
lemes kakinya kayak ngga bisa berdiri, ngantuk, terus
ya pasti agak pusing sedikit kalau udah kayak gitu kan,
pokoknya harus plek harus tidur, secara physically tuh
lemes”
Interviewer 4 : “Jadi gejala ini Tante rasain secara terus menerus atau
misalkan?”
Interviewee : “Kalau laper, atau kalo lagi cape, posisi cape gitu,
sebelum saya ke dokter, setelah saya ke dokter, baru
saya tau jawabannya kan. Saya harus minum obat, saya
harus ngga boleh laper, gitu”
Interviewer 5 : “Kan tadi, Tante bilang kalau misalnya setelah ke
dokter, kan. Berarti, ada ngga sih gejala di fisik Tante
yang membuat, ‘Oh ini saya harus dateng ke dokter nih
untuk tahu kenapa ada masalah dengan diri saya’, gitu?”
Interviewee : “(Nada bicara terdengar lebih tinggi) Ya itu, berat
badanku yang berkurang drastis, ya kan. Terbentuk
pertanyaan dong, ‘Wah, kok tambah kurus banget nih
tiba-tiba?’ gitu lho. Waktu dari awal Maret ke Agustus,
taro ya, kayanya biasa aja. Tapi saya sekarang kalo
capek sedikit kayak mau jatuh, gitu. Terus, saya kok
kurus banget. Kayaknya, aduh, ini banget deh beda,
gitu ya. Akhirnya, saya bilang, ‘Ah udah, saya harus ke
dokter’, gitu”
Interviewer 5 : “Kayak, lunglai gitu ya, Tante? Jadi, kayak tidur pun,
kayak mau berdiri pun, agak sempoyongan.
Bagaimana?”
33

Interviewee : “Hmm...”
Interviewer 5 : “Oke, siap-siap. Eh, setelah diperiksa nih sama dokter,
ternyata sebenarnya apa sih diagnosis, atau apa yang
dikatakan oleh dokter mengenai kondisi tubuh Tante?”
Interviewee : “Ya, itu. Pre-diabetes. Diabete mellitus (Interviewee
tampak minum setelah berbicara)”
Interviewer 5 : “Padahal, biasanya kalau dulu-dulu Tante ngga ada kan
konsumsi.. mengonsumsi gula berlebihan?”
Interviewee : “(Sambil menggelengkan kepala) ngga ngga ngga .
Jadi, menurut dokter kan saya kurang asupan..
istilahnya saya kurang gizi, lah. Kurang gizi tapi saya
tetap beraktivitas yang sangat banyak, terus pikiran
secara yang tidak kelihatan, stres karena ngga kerja,
ngga ini, ngga keluar rumah. Itu yang jadi getting
worse. Yang bikin.. bikin.. ee.. buruk, semakin buruk.
Nah, itu harus diatasi. Kalau tidak, saya bisa terkapar.
Mungkin bisa stroke. Bisa merembet ke jantung, gitu.
Itu harus diatasi”
Interviewer 5 : “Oke. (Interviewer tampak tersenyum) Bagaimana
tanggapan Tante setelah mendengar diagnosis
tersebut?”
Interviewee : “Ah, (Interviewee tertawa), lima belas tahun saya dites
terus. Setiap di JIS itu kan periodical kan selalu dites.
Tidak pernah ada kolesterol, tidak pernah ada gula
darah, boro-boro paru-paru juga sehat. Covid bikin
seperti ini kan saya kesel sekali”
Interviewer 5 : “Oh, jadi di tempat kerja Tante sendiri pun ada
pemeriksaan juga ya?”
Interviewee : “Oh, ada. JIS ya iyalah. Ada.”
Interviewer 5 : “Pasti sedih sekali ya, Tante pas mendengar diagnosis
itu?”
34

Interviewee : “Yang pertama, dokter perempuan. Tuh lihat, cara


berkomunikasi harus berhati-hati. Dokter saya yang
pertama dokter perempuan, saya tidak terlalu familiar
dengan dokter itu, ya. Dia bilang, ‘Bu, (sambil
menggerak-gerakkan tangan) ngga boleh makan nasi.
Ibu ngga boleh ini, ngga boleh-’. Hah? Saya langsung,
‘Gue makan apa biar hidup?’, gitu kan. Akhirnya, kasih
obat. Minggu depan, Ibu cek lagi lab-nya, before dan
after. Jadi, puasa, makan, cek gitu. Cek puasa, makan,
cek lagi. Baru, sorenya konsultasi dokter oke. Ya sudah,
saya tes, saya coba cari dokter yang laki-laki. Yang
memang udah lebih dikenal sama saya. Sorenya,
minggu depannya ya setelah makan obat itu, udah…
saya datang, ternyata masih tinggi juga walaupun udah
turun. Saya datang ke dokter, ‘(meniru gaya bicara
dokter) Ibu kenapa nih?!’, gitu. Dokternya pasti kaget
deh. Soalnya, saya kan biasanya orangnya kan memang
enerjik dan saya jarang sakit. Paling, saya ke sana
membawa anak-anak saya konsultasi atau mereka pas
sakit, ‘(meniru gaya bicara dokter lagi) Ibu kenapa nih
kok bisa gini?’. ‘(Interviewee mempraktikkan
percakapan diri dengan dokter saat itu) Aduh dokter,
ngga tahulah. Saya frustasi nih’, saya berkeluh kesah.
‘(Interviewee melanjutkan meniru gaya bicara dokter
tersebut) Ya udah, ngga usah panik. Makan ini boleh,
dikit. Makan ini boleh dikit’. Jadi saya diajarin supaya
hidupnya balancing, gitu. Saya me-maintenance diri
saya sendiri. Itu bagus jadi dokter kayak gitu.
‘(Interviewee menirukan gaya bicara dokter tersebut)
Ibu harus tahu diri Ibu... mangga yang manis udah ngga
boleh sebenarnya. Tapi kalau Ibu mau, Ibu bisa atur...
35

makan aja sepotong kecil dua. Gapapa’, katanya. Terus


kalau mau mangga, mangga yang ini… mangga yang
mengkel, gitu lho. Nah yang lain, ‘(Interviewee
menirukan perkataan yang diucapkan kepada dokter)
Yang lain, nasi gimana, Dok?’,’Oh, boleh kalau tiga
sampai empat sendok aja. Kenapa memang?’. Apalagi,
nasinya nasi merah, gitu. (Interviewee terdiam sejenak
dan terdengar suara anjing di sekitar tempat
Interviewee) Eh ada anjing. (Interviewee melanjutkan
perbincangan tadi) Gitu, jadi saya disuruh me-
maintenance kalau memang harus kena diabete,
‘(Interviewee menirukan gaya bicara dokter tersebut)
Ya sudah di-maintenance aja, Bu badannya’. Senang
saya kalau kayak gitu karena memang saya orangnya
biasa ngga jajan es krim, ngga minum soft drink.
Indomie, halah… saya belanja Indomie di rumah mie-
mie instan buat anak saya sama bapaknya”
Interviewer 5 : “Baik, Tante. Di antara gejala fisik… semua gejala fisik
yang Tante rasakan, berarti yang paling mengganggu
Tante adalah lemas itunya ya, Tante? Tiba-tiba, ya?”
Interviewee : “Iya, teler, he-eh. Teler… nguap-nguap gitu, langsung
bisa blek tidur”
Interviewer 5 : “Apakah aktivitas Tante jadi terganggu banget berarti
ya gara-gara ada lemasnya itu secara tiba-tiba, ya?”
Interviewee : “Hmm emm, kayaknya gitu. Karena sayanya juga salah.
Mungkin saya harus sarapan nasi, kali paginya. Jadi,
sarapannya itu yang agak berat. Tapi kan saya orangnya
ngga senang sarapan nasi. Kalau makan roti, saya
tertolong. Saya makan roti gandum, ya. Karena roti
yang putih kan dari flour, itu dari apa, dari terigu kan
36

ngga boleh lagi. Jadi, saya makannya roti gandum.


Lumayan makan telor, gitu”
Interviewer 5 : “Baik, pada saat itu, pada saat didiagnosis sama
dokternya, siapa saja orang lain yang mengetahui gejala
fisik yang Tante sudah sebutkan tadi, kayak lemas gitu?
Keluarga lah ya mungkin. Bisa dijelaskan Tante siapa
saja?”
Interviewee : “Suami dan anak saya, pasti”
Interviewer 5 : “(Interviewer sambil mengangguk) Baiklah. Bisa
dilanjutkan”.
Interviewer 6 : “Ya, Tante. Lalu ini ya, setelah Tante ke dokter nih,
setelah berobat untuk ke dokter, lalu Tante kena
diagnosis bahwa Tante tuh diabete gitu, ya? Apa pre-
diabete gitu, ya?”
Interviewee : “Hmm…”
Interviewer 6 : “Perasaan Tante benar langsung-… (ucapan
terinterupsi)”
Interviewee : “Shock”
Interviewer 6 : “Shock gitu ya, Tante? Tante menerima ngga Tante?”
Interviewee : “(Dengan volume suara yang meninggi sambil
tersenyum) Ya engga, lah”
Interviewer 6 : “Maksudnya tuh, kayak benar-benar menentang banget
gitu”
Interviewee : “Oh iya, sialan. Kalau bisa ngomel, saya ngomel deh”
Interviewer 6 : “(Sambil tertawa) Oke. Benar-benar marah banget ya,
Tante?”
Interviewee : “Hmm mm”
Interviewer 6 : “Lalu nih, Tante kan… Tante udah shock, mendengar
pre-diabete, gitu ya. Itu menghadapinya sekarang-
sekarang ini gimana ya? Makanan-… (ucapan
terinterupsi)”
37

Interviewee : “Ya itu”


Interviewer 6 : “Makanan-…”
Interviewee : “Oh, makanan”
Interviewer 6 : “Maksudnya, Tante tuh beli setiap hari, Tante harus
apa, harus makan apa, atau gimana-gimana gitu lho?”
Interviewee : “Gak-gak. Saya biasa makan... makan bikin sendiri
makanan kecuali saya pengen banget, ya. Dan saya juga
jarang banget makan junk food saya orangnya, gitu lho.
Jadi, (volume suara meningkat) makanya saya kan
bingung, saya kan orangnya sangat membatasi
junkfood-junkfood. Saya ngga pernah mie instan
sebulan sekali belum tentu. Lalu, pokoknya gitu deh.
Saya makanan... saya ini banget. Cabe, saya sambel
dikitlah paling. Terus, nasi juga dikit gitu. Nah,
akhirnya mungkin juga kejeblos gitu karena terlalu…
terlalu ngurusin banget. Jadinya gitu. Akhirnya
sekarang, saya nasi tetep nasi merah tapi saya makan
empat sendok. Emang dikit sih, kayaknya sekarang juga
masih kurang, gitu lho. Soalnya, saya baru naik dua kilo
dari yang kemarin itu, gitu. Nah, ya ngga terima waktu
awalnya, ‘(menirukan apa yang diucapkan diri
Interviewee) Aduh, sial. Gua mesti begini-begini’. Tapi
udahlah, kata dokternya mesti ber... bersahabat dengan
ini. Ya sudah, saya bersahabat aja”
Interviewer 6 : “Hmm... Jadi, Tante ada runtutan makanannya gak? List
makanan yang boleh, yang ngga”
Interviewee : “Oh, iya. Saya ngga boleh... buah tuh mangga, buah
yang terlalu manis tidak boleh. Mangga. Yang boleh
tuh, kiwi, terus semangka, lalu pepaya. Itu boleh.
Maksudnya, bolehnya tuh boleh dikonsumsi dengan
banyak, gitu lho, karena dia kadar gulanya rendah. Tapi
38

kalau kayak mangga, terus duren apalagi, nangka, gitu-


gitu tuh ngga boleh. ngga boleh sama sekali katanya.
Tapi kalau dokter saya nih orangnya baik. Mungkin,
sejauh gula darahnya itu balance, jadi gula darah itu kan
maximum 200, ya… jadi kalau saya masih 120, 130
gitu, saya boleh makan sedikit-sedikit. Kecuali pas
kamu pasang di atas gitu
Interviewer 6 : “Hehehe…”
Interviewee : “Tapi yang pasti, yang pasti covid ini membuat kita
sangat amat frustasi lah menurut saya. Gitu lho. Karna
dia kan merubah semuanya kan, aktivitas berubah, apa
berubah, ini berubah. Nongkrong sama temen gabisa,
ketemuan sama saudara susah. Gitu lho… Apalagi
keluarga saya juga sekarang, adek saya ngga enak
badan, agak sakit adek saya. Sedangkan saya seperti ini,
membatasi keluar kan. Waktu saya juga ngga begitu
baik kondisi kesehatannya. Jadi, saya banyak pikiran
deh begitu deh”
Interviewer 6 : “Hmm…”
Interviewee : “He-euh”
Interviewer 6 : “Lalu eh… Tante ini aja ya Tan, kayak eh…
bersosialisasi sama keluarga Tante yang ada di rumah
sebisa mungkin biar Tante tuh ngga terlalu overthinking
ya, Tan?”
Interviewee : “Heuh, heuh, ya itu sama temen saya. Saya ada temen
kuliah saya suka, yuk ke warung gitu, misalnya kan
warung yuk ke ATM. ATM aja dijadiin sarana untuk
ketemuan jadi…enak bener…”
Interviewer 6 : “Iya… ya ya betul. Refreshing keliatannya”
Interviewee : “He-uh. Jalan saya jalan gitu, kompleks. Sebelah rumah
kan kompleks. Dia rumahnya disitu, belakang situ
39

(Interviewee menunjuk ke arah belakangnya) Jadi, Eh


Sus, kamu di mana? Ayo ketemuan di mana? Cuma mau
ke ATM aja coba (Setelah itu Interviewee tertawa).
Kalau gapunya duit di rumah kan…”
Interviewer 6 : “Heuh”
Interviewee : “…ke ATM yuk, gitu”
Interviewer 6 : “Kalau ke pasar juga gitu ya, sambil jalan…”
Interviewee : “Ngga ke pasar dong… Pasar kan…”
Interviewer 6 : “Oiya… selalu…”
Interviewee : “…rawan”
Interviewer 6 : “…terlalu rame ya, berarti sekomplek aja gitu ya
tan…Jalan-jalan di dalam komplek aja gitu ya”
Interviewee : “Iya… Di komplek atau… ya di dalem lah. Di dalem
sana yang orang ngga terlalu rame… gitu. Ntar ada
taman kan. Setiap kelurahan kan sekarang ada taman,
kita duduk di taman gitu.”
Interviewer 6 : “Okay… F?”
Interviewer 1 : “Okay Tante, saya mau nanya hmm… nanya Tante.
Tadi kan Tante bilang ya, Tante pernah eh… Tante tuh
ngerasa , ngerasa overthinking, Tante pernah ngga sih
ngerasain, cemas sama kayak lebih ke virusnya gitu
Tante?”
Interviewee : “Hmm… kalau saya sendiri ngga terlalu”
Interviewer 1 : “Ga terlalu ya?”
Interviewee : “Ga terlalu. Karena saya pikir, eh kalo kita udah…jaga
sehebat mungkin dengan protokol kesehatan gitu-gitu.
Saya ya… oke oke aja lah. Kita misalkan protect, saya
protect, kita protect misalkan makanan dari luar. Kita
panasin dulu atau apa. Tapi saya gaterlalu overthinking.
Cuma saya harus menjaga gitu lho”
Interviewer 1 : “Okay. Berarti…”
40

Interviewee : “Misalnya tukang sayur gitu ya, tukang sayurnya juga


saya anjurin, mas pakai maskernya. Saya gamau kalau
gapakai masker. Gitu…”
Interviewer 1 : “Oh berarti, Tante ngga terlalu khawatir banget ya
Tante…”
Interviewee : “Terhadap covid ya? Terhadap covid”
Interviewer 1 : “Iya sama virusnya itu sendiri”
Interviewee : “Terhadap covid ya mau dibilang terlalu banget, gimana
ya, ya memang kita harus menghadapi dia gitu lho.
Kalau saya begitu”
Interviewer 1 : “Hmm…”
Interviewee : “Ya kita hadapin ya dengan selalu bawa alkohol, bawa
hand-sanitizer kemanapun, pake masker, pake
kacamata, face-shield, pake apa. Lengkap udah, abis
megang uang, ya kita kerjakan aja protokol kesehatan
gitu lho”
Interviewer 1 : “Okay”
Interviewee : “He-euh”
Interviewer 1 : “Berarti, eh…Tante nih, eh… yang paling bener-bener
ngeganggu itu gejala psikis Tante itu apa sih? Yang
bener-bener sampe ngeganggu Tante gitu”
Interviewee : “Gejala psikis itu? Itu saya tidak berkegiatan itu lho.
Saya tidak bisa kerja, tidak bisa pergi kemana-mana…”
Interviewer 1 : “Okay”
Interviewee : “…di mana semua harus stop, kan pernah kita kan
kondisinya memang kita gaboleh pergi-pergi pernah
kan. Ini aja udah agak longgar kan? Beberapa bulan
yang lalu kan kita harus di rumah se-sepenuh-penuhnya
di rumah. Kalo bisa gausah keluar, gausah keluar kan.
Pernah kan waktu awal dulu?”
Interviewer 1 : “Iya Tante… Berarti…”
41

Interviewee : “Itu yang bikin saya sebel”


Interviewer 1 : “…okay, berarti Tante eh… merasa”
Interviewee : “ Sosialnya terganggu”
Interviewer 1 : “Yang paling terganggu itu… sosialnya itu karena
terbat… terbatasnya…”
Interviewee : “He-euh, he-euh”
Interviewer 1 : “Okay…”
Interviewee : “Interaksi sosial… ya”
Interviewer 1 : “Nah Tante, eh…gimana sih, cara ngehadepin kayak,
ngerasa tekanan gitu, atau ngerasa overthinking yang
udah Tante lakukin gitu”
Interviewee : “Eh… saya orangnya sebenarnya easy-going gaterlalu
ini ya…Sa-saya gaterlalu, sebetulnya gaterlalu
overthinking juga gitu lho”
Interviewer 1 : “Okay…”
Interviewee : “Jadi, cuma karna ini batas waktunya yang tidak
tertentu dan panjang itu jadi membuat kita overthinking
kan. Artinya ya kalo emang gaboleh ya, kita lihat aja
deh nanti mungkin bulan depan udah baikan gitu,
ternyata ga. Bulan depan lagi engga, semakin bayak
semakin banyak, wah kita semakin ah…kalo kayak gini
caranya, ya emang musti di rumah aja kali. Karna
korban kan naik terus…”
Interviewer 1 : “Iya”
Interviewee : “Naik terus, naik terus. Di satu pihak kalo kita lihat,
saya sempet ga, males tuh nonton TV tuh kalo ada
laporan tentang Covid kan, karna naik terus naik terus.
Nah ini bikin gua puyeng nih kalo begini nih. Akhirnya
saya membatasi untuk tahu berita-berita yang
meninggal yang apa gara-gara Covid saya membatasi,
saya membatasi diri bener gitu lho, dengan hmm…
42

dengan berusaha untuk ya udahlah jalanin aja kali ya


gitu. Kalau misalkan tetap beraktivitas ya kita tutup
kepala kita lakukan apa yang harus kita kerjakan gitu
lho, gitu salah satu cara realistic nya kaya gitu padahal
terakhir ini malah justru saya yang kena sakit.”
Interviewer 1 : “Hmm…, kan tadi kan Tante cemas itu karena

terbatas karena itu ya tempat pergi ya Tante ya…”.


Interviewee : “He’euh”. (sambil menganggukan kepala)
Interviewer 1 : “Nah selain itu ada lagi ngga sih Tante saat-

saat Tante cemas dipandemi ini gitu, Tan?”.


Interviewee : “Apanya tuh?”.
Interviewer 1 : “Ngga maksudnya kan Tante kan kadang suka

ngerasa susah tidur kan Tante ya, pada bulan-bulan


akhir ini ada ngga sih yang Tante cemasin selama
pandemi ini selain ngga bisa keluar gitu. Tadi kan
Tante kan bilang sama virusnya ngga terlalu cemas
gitu kan Tante ya. Ada lagi ngga sih Tante?”.
Interviewee : “Yaitu tentang masa depan tentang habis ini, gua

masih ada kerjaan ngga nih gitu”.


Interviewer 1 : “Oh… oke berarti…”.
Interviewee : “Terus hmm…, itu tadi keluarga saya Adek saya ada

yang lagi sakit gitu kasihan kan dia gimana lanjutin


berobatnya gitu lho pokoknya semua semua keluar
deh di otak saya kalau malam”.
Interviewer 1 : “Oke berarti sekarang H”.
Interviewee : “Lho… kok ngga kedengeran?”.
Interviewer 1 : “H”.
43

Interviewer 3 : “Hmm… Iya maaf Tante belum di-unmute. Kan tadi

Tante sempat bilang juga ada susah tidur terus berat


badan turun, kira-kira saat Tante susah tidur ini
karena banyak pikiran kah atau banyak yang Tante
pikirin ngga saat susah tidur itu lho?”. (sambil
menginterupsi Interviewee)
Interviewee : “Banyak, ya itu banyak jadi saya masih bisa kerja

ngga nanti, hmm… Pikiran saya lagi anak saya satu


di Semarang kan, nah anak saya tuh sudah nunggu
mau sidang S2-nya. Ternyata semester kemarin
lewat gara-gara apa ngga ada jurnal yang terbit,
pikir saya juga dong. Harusnya kan semester
kemarin sudah wisuda dong nah semester ini lanjut
lagi, dosennya itu penuh banget ngga bisa ini. Nah
sekarang dia lagi nunggu waktu ujian, aduh kasihan
banget kalau dia sampai dua semester tergantung
gitu ya kasihan kan, saya pikiran juga saya pikirin
gitu, gitu-gitu deh numpuk-numpuk semua
karena, karena ya masalahnya satu ya Covid-19 ini
ya kan? Kan gitu lho, kalau seAnda inya saya masih
ngga ada C-19 saya masih kerja biasa ini
biasa, mungkin ngga kayak gitu gitu lho”.
Interviewer 3 : “Jadi seandainya Tante kan tadi bilang Tante susah

tidur, Tante tuh banyak pikiran gitu emang Tante tuh


udah jeda Tante dari berhenti main HP segala
macam akhirnya Tante bisa tidur berapa jam, atau
Tante terus aja deh main HP atau sambil baca-baca
atau apa sampai Tante bisa tidur gitu?”.
44

Interviewee : “Biasanya saya kalau udah frustasi saya taruh HP


saya, mau bisa tidur ah, saya diam-diam aja udah
ketiduran…”.
Interviewer 3 : “Oh…”. (sambil menganggukan kepala)

Interviewee : “… tapi cuman sebentar lho, sejam kemudian

bangun lagi”. (sambil tertawa)


Interviewer 3 : “Oh, oh gitu ya. jadi susah tidur, emang bangun

tidur bangun tidur gitu lho?”


Interviewee : “Hmm… nah sekarang, setelah ketahuan saya gula

darah, terus udah minum obat terus mungkin saya,


dari hati saya ya dari pikiran saya
mungkin terkoordinasi lu udah baikan sekarang, lu
udah tahu solusinya apa lu musti ini lu musti manage
diri lu sendiri lagi, sekarang kan saya sudah lumayan
walaupun saya kalau tidur jam 21.00 nanti jam 03.00
jam 03.30 udah kebangun, tapi tidurnya udah
lumayan lelap gitu lho”.
Interviewer 3 : “Ohh”. (sambil menganggukan kepala)

Interviewee : “He’eh… Jadi mungkin itu stresnya udah mulai

rada-rada release kali ya, lebih mengetahui diri


sendiri, lebih istilahnya apa, lebih ikhlas lebih pasrah
udah deh jalanin aja atau gimana lah pokoknya gue
harus cari solusi seperti apa, hidup gua berjalan
terus, hidup saya berjalan lagi gitu itu mungkin udah
karena kayak gitu, ya lumayan udah lumayan”.
Interviewer 3 : “Jadi karena Tante merasa udah lebih baik berdamai

dengan diri Tante”.


Interviewee : “He’eh”. (menanggukan kepala)
45

Interviewer 3 : “Oke oke, kan tadi Tante bilang Tante kalau Tante

itu kalau lagi stress itu nah Tante kalau saat itu Tante
lagi susah tidur atau kepikiran gitu, gimana tempat
Tante nenangin diri kayak cuma udah tiduran aja
dikamar atau Tante pindah ruangan?”.
Interviewee : “Nah saya itu ke itu hobi saya ke tanaman saya,

hmm… saya hobi tanaman”.


Interviewer 3 : “Ohh”.
Interviewee : “Jadi kadang-kadang saya ya membenamkan diri

saya di situ. Kalau ngga saya menulis, menulis


sesuatu bikin puisi bikin apa. Kadang-kadang saya
di tempat tidur juga kadang-kadang saya nonton
YouTube kadang nyanyi”. (sambil ketawa)
Interviewer 3 : “Jadi itu kegiatan-kegiatan yang Tante lakukan

untuk alihkan pikiran Tante?”.


Interviewee :
“Iya betul-betul. Untungnya, saya orangnya kayak
gitu lho, untungnya. Masa kita mendem di kamar
berjamur, ogah amat kan, ngapain. Adek-adek
jangan kayak gitu lho anak-anakku”. (ketawa sambil
merapihkan rambut)
Interviewer 3 : “Iya Tante”.

Interviewee : “Kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran, ya


ngobrol sama anaknya kadang-kadang, tapi kalua
anaknya lagi sibuk banget ya saya ngobrol sama
Anggrek saya”.
Interviewer 3 : “Hahaha asik ya Tante”.

Interviewee : “Ya gitu lumayan”.


46

Interviewer 3 : “Terus berarti tadikan Tante kayak ngobrol sama

anak-anak Tante gitu kan, berarti apa aja sih anak


Tante atau orang sekitar yang diberikan kan selamat
Tante menghadapi ini?”.
Interviewee : “Hmm…, apa ya? Saya dibantulah waktu saya teler-

telernya kemarin itu pas lagi lemas gitu-gitu, yang


masak saya ya, yang nyuci saya gitu-gitu”.
Interviewer 3 : “Berarti kegiatan Tante, maksudnya setelah secara

kegiatan nih, anak-anak Tante cover gitu, kaya biar


Tante ngga kecapean?”.
Interviewee : “Hmm… iya”. (sambil mengangguk)

Interviewer 3 : “Terus kaya agak stress gimana terus, pada dengerin

cerita Tante”.
Interviewee : “Kebanyakan sih saya memang tukang cerita juga

sih, jadi ya saya suka cerita orangnya. Jadi kadang-


kadang saya didengerin, kadang-kadang mereka
yang saya dengerin”.
Interviewer 3 : “Komunikasi lancar ya, Tante?”. (sambil tertawa)

Interviewee : “Iya kadang saya teleponan sama teman-teman,

eh gua gini lho gini lho gitu. Cuma ya ngga


ketemuan, saya memang menghindari juga untuk
ketemu, kan mereka udah mulai kaya hangout
makan bareng gitu udah ke restoran, saya ngga
pengen juga gitu ketemuan-ketemuan. Soalnya kita
ngga, ngga tahu sih ya, ini kan virus jadi ngga
kelihatan gitu lho”.
Interviewer 3 :
“Oke. berarti komunikasi lancar, Cuma ngga ketemu
di tempat aja gitu Tante, belum ikut gitu ya?”.
47

Interviewee : “He’eh hmm”. (sambil menganggukan kepal)

Interviewer 3 : “Nah terus biasanya kan tadi Tante bilang kan dokter

ini ngasih anjuran untuk tidak makan ini tidak


makan itu, biasanya keluarga Tante bantu kontrol
ngga sih Tante atau ngingetin Tante atau misalkan
gimana gitu?”.
Interviewee : “Ohiya iya. Kalau misalkan mangga kan saya suka

banget tuh, apalagi gedong gincu itu gitu ya. aduh…


(tertawa) gedong gincu ngga dulu deh gitu”.
Interviewer 3 : “Nah dan itu semuanya itu udah Tante lakuin gitu

secara diabetes biar gula daranya ngga naik gitu. ada


ngga sih anjuran-anjuran dari dokter itu secara
psikologis biar Tante tuh ngga kepikiran, ngga stress
kadang dokter tuh nyaranin apa?”.
Interviewee : “Iya dia bilang tenang, bu itu ber ber apa sih berdamai
dengan badan ibu dengan gulanya gitu. Jadi berdamai
itu dalam artian, ibu know your self ibu kan tau
batesannya ibu seperti apa, ini ngga boleh, ini ngga
boleh, makanya saya bilang saya senang sama dokter
yang laki-laki kan. Dokter laki-laki bilang, ‘Dok ini
emang ini saya ngga boleh banget makan mangga?’
saya tanyakan gitu, ‘Engga bu, jangan bilang ngga
boleh nanti malah pikiran ibu tuh ruwet gitu lho. Wah
ini ngga boleh ini ngga boleh. Kalo ada mangga mateng
nih pas keluarga makan mangga gitu, ibu ambil aja dua
potong gitu, dua potong kecil gitu dimakan. Terus kalo
ibu mau indramayu misalkan yang masih keras tuh asal
jangan jadiin sakit maag kan kalo keaseman malah sakit
maag kan. Ya udah cari yang mengkel, apa terus nanti
48

kasih bumbu rujak gitu biar agak-agak asem-asem


manis dikit gitu’ Jadi semua dia bolehin yang penting
know your body, know your self gitu lho. Tau diri aja
gitu, dan saya maunya kek gitu. Saya ngga mau sakit
migrain saya pun saya harus punya e… apa diabetes
gitu ya. Ya udah kalo lu memang ada di dalem gue ya
terserah, tapi gue ngga keganggu sama lo. Jadi temen
gue seumur hidup ngga papa gitu lho. Saya ngga akan
makan duren lagi sepuluh buletan gitu, ngga akan. Tapi
kalo misalkan saya kepingin juga kan ngga setaun sekali
makan duren gitu lho. Saya makan aja satu biji, dua biji
gitu lho. Saya maintenance sendiri, saya maunya gitu,
he’em Cuma yang belum e… pas banget banyaknya ya
antara mind saya dengan body saya itu ya mungkin
karna saya 15 tahun kerja di JIS ngga ada apa-apa. Terus
ini kok gara-gara ini aja 2 bulan ini gue jadi berubah
gitu, itu kayaknya saya belum e… kadang-kadang
masih suka aduh kok gini sih, makanya itu yang bikin
saya mungkin masih yang belum mikir banget, belum
dapet banget istilahnya makanan pokok gue musti
gimana ya biar gue ini, cuma yang sekarang ya saya
hindari, saya ngga boleh laper gitu aja, gitu.”
Interviewer 3 : “Berarti sebelum dan sesudah Tante ke dokter kan
Tante tau ya, oh jadi ngga boleh laper terus ngga boleh
gini gitu ya. Tadi kan kita udah nge bahas perubahan
fisik yang Tante rasakan, kalo secara psikologis gitu
Tante ada perubahan ngga sih? Ngerasa sebelum Tante
ke dokter sama setelah Tante ke dokter terus
melakukan… (Interviewee memotong)”
Interviewee : “Sekarang lebih tenang karna udah terus kemaren hasil
lab saya yang ketiga kan udah balance kan berarti saya
49

udah punya track nya. Gue harus begini, saya harus


begini supaya begini, soal covid soal apa saya ngga
harus terpaku sama dia gitu, even dia ada pun, even dia
ngga ada pun track saya harus kaya gini gitu. Jadi saya
punya set of mind sekarang, saya harus kek gini, gitu lho
supaya saya ngga kurus supaya badan saya tetep enak
saya harus kek gini, gitu. Saya harus belajar bahwa
meng-inikan inner saya secara psikologis saya harus
seperti apa tuh saya harus cari dong track nya kan gitu
lho.”
Interviewer 3 : “Jadi perubahannya tuh emang terasa ya Tante ya?”
Interviewee : “Hmm... terasa banget, terasa banget.”
Interviewer 5 : “Dari Tante sendiri nih buat kami para generasi-
generasi muda nih bagaimana cara menurut Tante
dalam posisi covid ini dalam penanganan bagi kami
sendiri gitu lho. Ada ngga saran-saran dari Tante?”
Interviewee : “Hmm... ya hidup sehat, olahraga terus kerjaan
dikerjakan, dan kalian kan mahasiswa, ya mahasiswa
kalo kerjaannya harus kuliah ya memang kuliah tapi,
kuliah, kuliah, kuliah, kerjain tugas, tapi harus siapin
waktu untuk olahraga gitu. Jadi positive thinking tetep,
tetep harus positive thinking gitu lho. Jadi takut-takut
boleh tapi ya kalo saya pikir kalo keluar jangan terlalu
banyak dulu deh. Karna memang belum begitu aman ya
apalagi daerah Depok ya, gitu.”
Interviewer 5 : “Karna itu ya Tante ya, karena dia itu tidak terlihat jadi
kita kayak takut sendiri gitu lho, sebenernya mau
keluar-keluar pun gitu.”
Interviewee : “He’em.”
50

Interviewer 5 : “Walaupun kita sudah mengikuti protokol juga eh ya


jadi kayak masih serba salah kalo misalnya mau keluar
pun karna dia, kita ngga tau dia itu ada di mana gitu ya.”
Interviewee : “Saya prinsipnya Anda tidak tau apakah temennya itu
yang Anda temui OTG atau bukan, ya kan? Dan OTG
atau bukan itu bisa gampang terdeteksi kalo dia tidak
serumah kan, kalo serumah kan kita udah biasa sama
dia. Iya udah biasa ini, mungkin kita tau wah kayaknya
ngga nih orang ini. Tapi kalo yang dari mana even itu
saudara, kita kan ngga tau dia bergaul sama siapa, dia
ketemu siapa gitu.”
Interviewer 5 : “Kalo dari Tante sendiri kayak menerima orang dari
luar seumpama masuk ke rumah Tante gitu gimana
Tante?”
Interviewee : “Ya saya mau aja sih sebernernya, dia mandi, tapi ya
saya jarang menerima orang. Kita kan bukan artis yang
setiap masuk rumah harus ada rapid test dulu, apa dulu
gitu. Ya udah ngga usah terima tamu dulu kalo gitu.”
Interviewer 5 : “Jadi kalo misalnya Tante ada, kan pasti ngga menutup
kemungkinan dong Tante harus terima paket atau
bagaimana itu bagaimana itu biasanya?”
Interviewee : “Ya pake masker, terus terima paket, paketnya
disemprot dulu atau diamkan di suatu tempat dulu terus
kita nya cuci tangan bersih-bersih, maskernya juga
dicuci. Udah, diemin aja tuh barang. Kalo udah berapa
jam lalu dipegang terus di-spray lagi baru kemasannya
dibuka di dalemnya di-spray lagi, kita cuci tangan lagi,
gitu.”
Interviewer 5 : “Ya Tante kalo misalnya akhir bulan itu tetep harus
belanja dong ya, kayak belanja yang banyak gitu ya
maksudnya.”
51

Interviewee : “Iya sering, sering.


Interviewer 5 : “Iya kayak gitu.”
Interviewee : “Iya belanja saya, jalan-jalan.”
Interviewer 5 : “Saat pergi ya saat itu untuk keluar jalan-jalan itu ya.”
Interviewee : “Anak saya suka males nemenin karna dia orangnya
seneng di rumah.”
Interviewer 5 : “Bagaimana dengan suami Tante? Ini juga…
(Interviewee memotong)”
Interviewee : “Rajin boleh cuma ya sangat amat protektif.”
Interviewer 6 : “Kalo Tante ke grocery itu Tante sama siapa?”
Interviewee “Apanya?”
Interviewer 6 : “Perginya gitu, ada yang nemenin atau?”
Interviewee : “Sama suami ya kadang anak saya ikut tapi dia suka
males .”
Interviewer 6 “Jadi bener-bener saat yang tepat untuk Tante.”
Interviewee “Wah seneng banget saya (Interviewee tertawa)
kadang-kadang misalkan ke mall kita tujuannya ke
supermarket nih, kita keliling aja dulu tapi terus terang
nih setelah Covid-19 ini kita baju-baju ngga pernah kita
pake, ya ngga? Saya ngeliat baju aja … ck perlu ngga
ya? Gitu, lah males lah. Lipstik apa masih ada yang
belum kepake ngapain beli baru lagi gitu. Jadi Cuma
keliling-keliling gitu. Yang paling berkurang itu apa?
Celana pendek (sambil tertawa bersama Interviewer)”
Interviewer 5 : “Karena di rumah terus ya Tante ya?”
Interviewee : “Jadi kepengen daster baru, di rumah terus celana
pendek dipake teru gitu haduhh.”
Interviewer 6 : “Buat tidur gitu ya Tante ya.”
Interviewee : “Mungkin sekarang setelan piyama laris kan online
shop, di online shop tuh laris banget. “
52

Interviewer 2 : “Jadi Tante justru malah ngerasa seneng ya Tante, ngga


cemas waktu keluar.”
Interviewee : “Oh iya, kan saya udah bilang dari awal saya tuh
orangnya seneng pergi emang karakternya tuh seneng
pergi kesana kemari. Maksudnya bukan pergi yang
buang-buang waktu gitu lho. Begini pergi ya pergi tapi
hangout sama teman kuliah tapi saya ngga terlalu yang
kelihatan banget gitu lho. Ngapain juga gue ketemu lo
dah jarang ketemu masa iya setiap bulan ketemu temen
kuliah kan ya engga, tapi saya seneng bepergian gitu lho
kemana, kemana, kemana, lihat taneman, naek motor
kadang-kadang sama suami. Eh kita ke ini yuk lihat
tukang taneman yuk, gitu. Seneng saya bepergian tu.
Yang paling ngga enak di covid ini ya ngga bisa
bepergian itu.”
: “Iya, itulah ya pokoknya covid ini sangat-sangat
Interviewer 5
mengganggu dari sosial Anda dari keluar Anda yang
Anda orang nya sangat suka yang namanya out
going keluar terus abis itu outdoor berjalan kemana
gitu jadi covid ini sangat merugikan Anda ya”
Interviewee : “Ooo iya itu yang membuat saya paling kepala saya

paling ngga kuat kayak itu, yang membuat saya


makanya saya depresi tuh itu. Kegatan sosial stop
‘jebreet’ gitu, saya harusnya bisa ke semarang ke
anak saya yang laki-laki harusnya udah dua kali. Ini
udah hampir sepuluh bulan kan? saya biasanya
kesana berapa hari sekali e… even itu 3 hari e… saya
bisa kesana naik kereta, me time, liat-liat keluar apa
hadeh… cape deh”
Interviewer 6 : “Sudah berubah semuanya ya Tan ya?”
53

Interviewee : “He em he em, itu yang bener-bener membuat e…

apasih inner saya tuh ngga terima tuh itu gitu lho
yang paling ngga bisa terima tuh itu gitu”
Interviewer 6 : “Okay Tante”

Interviewee : “Apalagi?”

Interviewer 5 : “E… sebenernya itu yang mau kita tanyakan pada

wawancara kali ini, berarti kita liat ya Tante ya


bagaimana e… secara fisik e… Tante tuh terganggu
sekali dari mulai ada diab-… apa prediabete itu terus
habis itu e… juga ada gangguan gangguan tidur nya
yang terganggu itu walaupun itu sudah terjadi dari
mulai sebelum covid juga tapi makin parah lagi
karena ada gangguan psikis Tante sendiri ya jadi
kayak ada pikiran yang bikin Tante tuh cemas setiap
hari gitu ya Tante ya? Bener kan?”
Interviewee :
“He em”
Interviewer 5 : “Ya dan juga e… bagaimana sosial Tante tergang-…

jadi nya sangat terganggu yang Tante sebenernya


bisa bertemu kepa… bertemu adik Tante yang
sedang sakit ya harusnya ya jadi bisa Tante jagain
jadi nya tidak kurang bisa karena kita sendiri takut
ya Tante ya untuk keluar dari rumah ya?”
Interviewee : “He em”

Interviewer 5 :
“Baiklah Tante. Mungkin ada tambahan dari temen-
temen lain?”
Interviewer 1 : “Ya mungkin sama kayak yang… apa yang T

katakan tadi e… ya saudari T katakan. Jadi, Tante


kan juga apa merasa e… cemas itu bukan karena itu
54

kan kan Tante ya virus virus itu sendiri ya Tante ya?


ta…tapi lebih e… apa terbatas waktu, tempat gitu
ya?”
Interviewee : “Lho mungkin gimana ya mau dibilang ngga cemas

karena virus kan salah”


Interviewer 1 : “Oh iya berarti…”

Interviewee : “Bener ngga? Tapi saya tidak terlalu over over

gimana gitu. Waktu awalnya kan kita takut banget ni


waktu pertama kali virus-virus corona uh uh begini
begini apa droplet bisa, apa bisa uh kita kan depress-
nya kan semua nya gara-gara covid kan? iya ngga?
Interviewer 5 : “Okay iya”

Interviewer 1 : “Iya jadinya gini ya Tante ya berarti e… tadinya tuh

emang cemas sama virus itu kan karena itu virus


baru ya?”
Interviewee : “Ya iya dong iya dong”

Interviewer 5 : “Jadinya kita bingung, bingung gimana cara ini nya

menghadapinya “
Interviewee : “He em”

Interviewer 5 : “Baru setelah itu menimbulkan kayak -…”

Interviewee : “Mungkin akses-aksesnya apa gitu kan”

Interviewer 5 : “Iya begitu baik-baik”

Interviewee :
“Iya jadi, setiap orang kalo kalian bikin penelitian
sekarang orang ini kenapa - kenapa awalnya ya teng
nya itu point nya itu pertama nya C-19. Gara-gara C-
19 ini gue gabisa ini gue gabisa ini planning gue
semua berubah gara-gara ini tapi kalau kita how to
55

manage the covid ini ya makin lama ya kita makin


lama kita bisa me-manage”
Interviewer 5 : “Terbiasa”

Interviewee : “Udah udah its work gitu lho karena kita kan ngga

liat dia. Tapi, kalo kita sesuai protokol kesehatan kita


kerjain ya mudah-mudahan kita ngga kena gitu lho
kita berdoa aja kan. Nah bagaimana releasing stress
karena C-19 ini itu yang harus dipelajari gitu “
Interviewer 5 : “Iya betul-betul”

Interviewer 1 : “Berarti, intinya Tante merasakan cemas itu pada

bulan bulan awal ya Tante ya?”


Interviewee : “Nah, gitu"

Interviewer 1 : “Nah”

Interviewee : “Dari mulai itu akhirnya, gue kesel gimana nih biar

aduh gabisa jalan-jalan duh gaada semua numpuk


deh di kepala. Gada kerjaan lagi gimana gitu ah gitu
semua numpuk akibat nya aku gula darah ku naik
pada terakhir-terkahir ini karena dia terlalu lama
waktu nya ini gitu lho. Dari maret sampe bulan
sepuluh 7 bulan coba gitu ternyata dia ngga solv-…
solve problem nya tuh ngga, ngga teratasi tetep ada
covid ini”
Interviewer 5 ; “Iya betul”

Interviewee : “Gitu”

Interviewer 1 : “Apalagi kayak suasana baru gitu ya Tante ya jadi

jadi, apa ada hal-hal yang ngga diketahui Tante bikin


Tante kepikiran gitu ya Tante”
56

Interviewee : “He eh lagian kan bandel-bandel orang Indonesia

kan?”
Interviewer 1 : “Iya”

Interviewee : “Disuruh pake masker tetep banyak yang keliling-

keliling ngga pake masker”


Interviewer 1 : “Pedagang-pedagang semua yang keluar harusnya

udah pake masker. Tapi ntar yang doi dagang bakso,


dagang mie ayam, dagang apa ngga pake masker”
Interviewer 5 : “Kena semua pedegang-pedangang nya”

Interviewee : “He em”

Interviewer 1 : “Jadi awal-awal itu yang bikin Tante cemas ya Tante

ya?”
Interviewee : “Iya jadi covid dulu covid ini ternyata kok lama ya

lama. Ngeliat, saya tuh seneng ke pasar orangnya


seneng banget ke pasar kalo udah ke pasar kan eh
mau beli ayam buat hari apa gue ma beli ikan buat
hari apa. Lama-lama suami saya bilang udah gausa
ke pasar deh pasar jadi cluster terus akhirnya apa
terakhir saya kepasar tuh kapan tuh ya saya beli ikan
cuma dari pintu karena tukang ikan di deket pintu
keluar ‘bang ini ini ini ini ni saya disini aja’ terus
bang bikin berapa udah ngga nawar lagi udah ngga
pake nawar lagi kasih duit nya jebret. Udah ambil
keluar ngga kesana-sana lagi kemana ngga ke tukang
ikan dari luar ampe begitu”
Interviewer 1 : “Oh sampe gitu ya?”
57

Interviewee : “He em padahal saya seneng banget ke pasar, wah

yang namanya ke pasar saya seneng banget, seneng


banget ngeliat ini ngeliat itu hmm… gitu lho”
Interviewer 2 : “Berarti kecemasan nya Tante udah mulai membaik

pas udah kondisi kesehatan sama hasil lab-nya bagus


ya?”
Interviewee : “He em, iya sejalan”

Interviewer 2 : “Hasil lab ketiga gitu ya Tante?”

Interviewee : “He eh cuma ya keprihatinan tetep ada karena kan

memang belum bisa keluar-keluar kan”


Interviewer 2 : “Iya”

Interviewee : “Itu tetep keprihatinan itu tetep ada gitu lho”

Interviewer 2 : “Yang penting bisa apa adpatasi sama lingkungan

nya sama yang sekarang kondisi nya gimana gitu


Tante”
Interviewee : “He em, Iya get along sama penyakit dengan ini gitu

lah maklum lah udah 55 getting older and older gitu”


Interviewer 2 : “Okay deh Tante”

Interviewer 6 : “Okay makasih”

Interviewer 2 : “Makasih Tante”

Interviewee : “Ada lagi?”

Interviewer 6 : “Udah cukup Tante wawancara nya”

Interviewee : “Ini masih ada yang ke-3 ngga nih?”

Interviewer : “Cukup Tante hehe”


2&6
Interviewee : “Udah?”
58

Interviewer 6 : “Sudah Tante”

Interviewer 1 : “Iya Tan”

Interviewer 5 : “Sangat sangat cukup dan sangat banyak info nya

Tante”
Interviewer : “Terimakasih banyak Tante
2&6
Interviewee : “Sama-sama”

Semua : “Terimakasih Tante”

Interviewee : “Jaga kesehatan dah”

Interviewer 3 : “Semangat”

Interviewer 6 : “Semoga cepat pulih”

Interviewer 1 : “Siang Tante”

Interviewer 5 : “Sehat selalu ya Tante ya”


VII. REDUKSI DATA
NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
1 Inter Selamat siang Tante..
2 Intee Pagi, belum jam 12 itu pagi (sambil tertawa bersama
3 interviewer
4 Inter 2 Oke pagi Tante… Gimana Tante kabarnya hari ini?”
5 Intee Hmm... Baik baik baik, kalian baik? Sehat?
6 Inter Alhamdulillah, sehat Tante (sambil tertawa bersama
7 interviewee)
8 Intee Hehehe terus?
9 Inter 2 Iya, kami di sini ingin melanjutkan wawancara awal
10 yang beberapa waktu lalu sudah kita lakukan, kan
11 seperti yang Tante bilang, waktu itu Tante katanya
12 bekerja di JIS, kira-kira sudah berapa lama Tante
13 bekerja di JIS?
14 Intee 15 tahun
15 Inter 2 Oh… selama 15 tahun
16 Intee Tapi aku part-timer lho, aku bukan karyawan tetap
17 Inter 2 Oh gitu
18 Intee Tapi aku datang tiap hari
19 Inter 2 Oke. Nah sebelum pandemi covid ini, biasanya
20 berapa lama Tante bekerja? Berapa jam gitu
21 perharinya?
22 Intee Ohh... berangkat jam sepuluh dari rumah, sekitar jam
23 sepuluh, sampai rumah lagi jam lima-an, lima atau
24 enam, tapi Jakarta kan lama di jalan toh
25 Inter 2 Iya macet, terus itukan seputar pekerjaannya, selain
26 bekerja itu ada kegiatan sosial lain yang Tante ikutin
27 ngga Tante?
28 Intee Darmawanita
29 Inter 2 Darmawanita, hmm... terus selama ini hubungan
30 sosial Tante sama keluarga, teman-teman, sebelum
31 dan sesudah covid ini, gimana Tante, ada perubahan
32 atau gimana?
33 Intee Wow, berubah sekali berubah sekali, Darmawanita
34 itu tidak ada kegiatan dari mulai bulan Maret sampai
35 terakhir ketemuan itu pas hari sumpah pemuda 28
36 Oktober, sembilan bulan kurang ya, lalu sama
37 keluarga juga ya otomatis, semakin sangat sedikit,
38 gitu lho
39 Inter 2 Berarti selama ini aktif ya Tante ya, betemu sama…
40 (interviewee memotong)
41 Intee Ohh aktif sekali (dengan menggebu-gebu) saya aktif
42 sekali orangnya, saya ngga pernah diem orangnya

59
60

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
43 Inter 2 Terus, gimana perasaan Tante waktu gabisa ketemu
44 temen, sanak saudara, kerabat-kerabat Tante selama
45 ini?
46 Intee Aduhh, campur aduk yang pasti ngga suka aja gitu
47 Inter 2 Gak suka nya gimana nih Tante?
48 Intee Ya ngga suka sayakan kesel jadi di rumah teruskan,
49 kesel gitu lho, udah gabisa bekerja, terus karena saya
50 part-timer saya tidak harus datang ke JIS gitu lho,
51 jadi saya memang kegiatannya ya full di rumah,
52 bayangkan orang yang saya dari muda kerja, biasa
53 kemana-mana, terus di rumah saya dalam hati kecil
54 saya, saya pikir saya mungkin stres gitu, depressed
55 Inter 2 Berarti Tante ngerasa wah gabisa ketemu temen,
56 sanak saudara, kerabat, ngerasa ngga nyaman banget
57 ya Tante ya
58 Intee Banget banget
59 Inter 4 Nah selanjutnya Tante, apa aja sih Tan, yang Tante
60 rasakan secara fisik selama pandemi ini?
61 Intee Secara fisik?
62 Inter 4 Iya
63 Intee Secara fisik, apa ya, waktu dari Maret, April, Mei,
64 Juni, Juli, Hmm... itu kayaknya saya secara fisik saya
65 ngga terganggu ya, karena saya berusaha untuk tetap
66 berkebun, saya jalan pagi sama temen saya kebetulan
67 temen kuliah saya ada yang deket sini, saya jalan
68 pagi sama dia, keliling-keliling sampe ke UI gitu ya,
69 saya berusaha mengisi waktu saya ya, jadi saya pikir
70 secara fisik mungkin ngga terganggu secara fisik,
71 tetapi di dalem inner, kayanya saya ngga suka gitu
72 sebetulnya dengan kondisi seperti ini gitulho, pikiran
73 pastikan kemana-mana gitulho, begitu, secara fisik
74 tidak terganggu. Nah pas, setelah bulan September,
75 ehh September, iya September, berat badan saya
76 turun sangat drastik
77 Inter 4 Terus kalau gejala-gejala pusing gitu-gitu Tante
78 ngerasain gak, Tan?
79 Intee Hmm... Saya ngga pusing ya, saya lemes, ngga ada
80 tenaga, apalagi kalau laper, laperkan kita biasanya ya
81 laper laper aja, emang sih agak-agak pusing dikit,
82 tapi badan kan tetep ngga lemes toh, kalau waktu itu
83 saya, saya pikir saya lemes sekali dan ngga ada
84 tenaga sama sekali, dan lama-lama kok badan saya
85 tambah kurus, saya mikir-mikir, kenapa nih saya nih
86 gitu, sebelum saya cek ya, ternyata saya kan pas
61

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
87 kemaren bulan Oktober, ternyata gula darah saya
88 tinggi, nah gula darah itu salah satu penyebabnya
89 adalah stres kan depresi, dokternya bilang gitu, Ibu
90 gejalanya kenapa? Gini gini saya ceritain, saya turun
91 badan sampai 15 kg ini dok 14 kilo lebih lah, sampai
92 57 bayangin dari 74. Oh gitu ya ibu ya, emang
93 kenapa? Nah yang saya lakukan mungkin salah, jadi
94 saya biasanya berkegiatan itu cape ya dari luar gitu
95 ya, saya pikir saya ngga kemana-mana makannya
96 memang saya kurangin gitulho, jadi asupannya
97 kurang gitu. Makanya udah gitu pikiran ngga tenang
98 pikiran saya agak terganggu karna ngga kemana-
99 mana gitu, jadi mungkin itulah perpaduan itu yang
100 bikin saya seperti ini gitu lho.
101 Inter 4 Selain berat badan berkurang, terus kalau misalkan
102 gejala tidur, nafsu makan kan udah pasti berkurang
103 tuh Tante
104 Intee Saya susah tidur, saya orang nya susah tidur
105 Inter 4 Jadi Tante susah tidur ini dari sebelum pandemi ini
106 berarti Tante sudah susah tidur ya?
107 Intee Susah tidur sudah, selama pandemi tambah susah,
108 kalau tidurnya cepet jam 9/10 aku jam tiga udah
109 bangun
110 Inter 4 Terus kalau, jadi tuh Tante ngerasain ini kan pas
111 sebelum corona ya kalau gangguan tidur ini, terus
112 kalau misalkan gejala-gejala kaya turunnya berat
113 badan, kurangnya nafsu makan, Tante ngerasain pas
114 sejak kapan sih, Tan?
115 Intee Mungkin eee... bulan-bulan September kali mulai,
116 terus turunkan drastis cettcettcettcett
117 Inter 4 Terus, kalau gejala-gejala yang lain ngga ada ya tan
118 selain turunnya berat badan?
119 Intee Aaa.. mungkin ya pusing kali agak sering, pusing,
120 sayakan orangnya jarang pusing sebenernya, kalau
121 sudah laper itu pokoknya trembelling, terus apasih
122 lemes kakinya kayak ngga bisa berdiri, ngantuk,
123 terus ya pasti agak pusing sedikit kalau udah kayak
124 gitu kan, pokoknya harus plek harus tidur, secara
125 physically tuh lemes.
126 Inter 4 Jadi gejala ini Tante rasain secara terus menerus atau
127 misalkan?
128 Intee Kalau laper, atau kalo lagi cape, posisi cape gitu,
129 sebelum saya ke dokter, setelah saya ke dokter ya
62

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
130 baru saya tau jawabannya kan saya harus minum
131 obat, saya harus ngga boleh laper gitu
132 Inter 5 Kan tadi, Tante bilang kalau misalnya setelah ke
133 dokter, kan. Berarti, ada ngga sih gejala di fisik
134 Tante yang membuat, ‘Oh ini saya harus dateng ke
135 dokter nih untuk tahu kenapa ada masalah dengan
136 diri saya’, gitu?”
137 Intee (Nada bicara terdengar lebih tinggi) Ya itu, berat
138 badanku yang berkurang drastis, ya kan. Terbentuk
139 pertanyaan dong, ‘Wah, kok tambah kurus banget
140 nih tiba-tiba?’ gitu lho. Waktu dari awal Maret ke
141 Agustus, taro ya, kayanya biasa aja. Tapi saya
142 sekarang kalo capek sedikit kayak mau jatuh, gitu.
143 Terus, saya kok kurus banget. Kayaknya, aduh, ini
144 banget deh beda, gitu ya. Akhirnya, saya bilang,
145 ‘Ah udah, saya harus ke dokter’, gitu
146 Intee Hmm mm
147 Inter 5 Oke, siap-siap. Eh, setelah diperiksa nih sama
148 dokter, ternyata sebenarnya apa sih diagnosis, atau
149 apa yang dikatakan oleh dokter mengenai kondisi
150 tubuh Tante?
151 Intee Ya, itu. Pre-diabetes. Diabete mellitus (Interviewee
152 tampak minum setelah berbicara)
153 Intee (Sambil menggelengkan kepala) ngga, ngga, ngga.
154 Jadi, menurut dokter kan saya kurang asupan...
155 istilahnya saya kurang gizi, lah. Kurang gizi tapi
156 saya tetap beraktivitas yang sangat banyak, terus
157 pikiran secara yang tidak kelihatan, stres karena
158 ngga kerja, ngga ini, ngga keluar rumah. Itu yang
159 jadi getting worse. Yang bikin…bikin.. ee.. buruk,
160 semakin buruk. Nah, itu harus diatasi. Kalau tidak,
161 saya bisa terkapar. Mungkin bisa stroke. Bisa
162 merembet ke jantung, gitu. Itu harus diatasi
163 Inter 5 “Oke. (Interviewer tampak tersenyum) Bagaimana
164 tanggapan Tante setelah mendengar diagnosis
165 tersebut?”
166 Intee Ah, hahahaha, lima belas tahun saya dites terus.
167 Setiap di JIS itu kan periodical kan selalu dites.
168 Tidak pernah ada kolesterol, tidak pernah ada gula
169 darah, boro-boro paru-paru juga sehat. Covid bikin
170 seperti ini kan saya kesel sekali
171 Intee Yang pertama, dokter perempuan. Tuh lihat, cara
172 berkomunikasi harus berhati-hati. Dokter saya yang
173 pertama dokter perempuan, saya tidak terlalu
63

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
174 familiar dengan dokter itu, ya. Dia bilang, ‘Bu,
175 (sambil menggerak-gerakkan tangan) ngga boleh
176 makan nasi. Ibu ngga boleh ini, ngga boleh-’. Hah?
177 Saya langsung, ‘Gue makan apa biar hidup?’, gitu
178 kan. Akhirnya, kasih obat. Minggu depan, Ibu cek
179 lagi lab-nya, before dan after. Jadi, puasa, makan,
180 cek gitu. Cek puasa, makan, cek lagi. Baru, sorenya
181 konsultasi dokter oke. Ya sudah, saya tes, saya coba
182 cari dokter yang laki-laki. Yang memang udah lebih
183 dikenal sama saya. Sorenya, minggu depannya ya
184 setelah makan obat itu, udah... saya datang, ternyata
185 masih tinggi juga walaupun udah turun. Saya datang
186 ke dokter, ‘(meniru gaya bicara dokter) Ibu kenapa
187 nih?!’, gitu. Dokternya pasti kaget deh. Soalnya,
188 saya kan biasanya orangnya kan memang enerjik dan
189 saya jarang sakit. Paling, saya ke sana membawa
190 anak-anak saya konsultasi atau mereka pas sakit,
191 ‘(meniru gaya bicara dokter lagi) Ibu kenapa nih kok
192 bisa gini?’. ‘(Interviewee mempraktikkan
193 percakapan diri dengan dokter saat itu) Aduh dokter,
194 ngga tahulah. Saya frustasi nih’, saya berkeluh
195 kesah. ‘(Interviewee melanjutkan meniru gaya bicara
196 dokter tersebut) Ya udah, ngga usah panik. Makan
197 ini boleh, dikit. Makan ini boleh dikit’. Jadi saya
198 diajarin supaya hidupnya balancing, gitu. Saya me-
199 maintenance diri saya sendiri. Itu bagus jadi dokter
200 kayak gitu. ‘(Interviewee menirukan gaya bicara
201 dokter tersebut) Ibu harus tahu diri. Ibu... mangga
202 yang manis udah ngga boleh sebenarnya. Tapi kalau
203 Ibu mau, Ibu bisa atur... makan aja sepotong kecil
204 dua. Gapapa’, katanya. Terus kalau mau mangga,
205 mangga yang ini... mangga yang mengkel, gitu lho.
206 Nah yang lain, ‘(Interviewee menirukan perkataan
207 yang diucapkan kepada dokter) Yang lain, nasi
208 gimana, Dok?’,’Oh, boleh kalau tiga sampai empat
209 sendok aja. Kenapa memang?’. Apalagi, nasinya
210 nasi merah, gitu. (Interviewee terdiam sejenak dan
211 terdengar suara anjing di sekitar tempat Interviewee)
212 Eh ada anjing. (Interviewee melanjutkan
213 perbincangan tadi) Gitu, jadi saya disuruh me-
214 maintenance kalau memang harus kena diabete,
215 ‘(Interviewee menirukan gaya bicara dokter
216 tersebut) Ya sudah di-maintenance aja, Bu
217 badannya’. Senang saya kalau kayak gitu karena
64

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
218 memang saya orangnya biasa ngga jajan es krim,
219 ngga minum soft drink. Indomie, halah... saya
220 belanja Indomie di rumah mie-mie instan buat anak
221 saya sama bapaknya
222 Intee Iya, teler, he-eh. Teler... nguap-nguap gitu, langsung
223 bisa blek tidur
224 Intee Hmm emm, kayaknya gitu. Karena sayanya juga
225 salah. Mungkin saya harus sarapan nasi, kali
226 paginya. Jadi, sarapannya itu yang agak berat. Tapi
227 kan saya orangnya ngga senang sarapan nasi. Kalau
228 makan roti, saya tertolong. Saya makan roti gandum,
229 ya. Karena roti yang putih kan dari flour, itu dari apa,
230 dari terigu kan ngga boleh lagi. Jadi, saya makannya
231 roti gandum. Lumayan makan telor, gitu
232 Inter 5 “(Interviewer sambil mengangguk) Baiklah. Bisa
233 dilanjutkan”.
234 Intee Oh iya, sialan. Kalau bisa ngomel, saya ngomel deh
235 Intee Hmm mm
236 Intee Ya itu
237 Inter 6 Makanan-…”
238 Inter 6 Maksudnya, Tante tuh beli setiap hari, Tante harus
239 apa, harus makan apa, atau gimana-gimana gitu lho?
240 Intee Gak-gak. Saya biasa makan… makan bikin sendiri
241 makanan kecuali saya pengen banget, ya. Dan saya
242 juga jarang banget makan junk food saya orangnya,
243 gitu lho. Jadi, (volume suara meningkat) makanya
244 saya kan bingung, saya kan orangnya sangat
245 membatasi junkfood-junkfood. Saya ngga pernah
246 mie instan sebulan sekali belum tentu. Lalu,
247 pokoknya gitu deh. Saya makanan.. saya ini banget.
248 Cabe, saya sambel dikitlah paling. Terus, nasi juga
249 dikit gitu. Nah, akhirnya mungkin juga kejeblos gitu
250 karena terlalu... terlalu ngurusin banget. Jadinya gitu.
251 Akhirnya sekarang, saya nasi tetep nasi merah tapi
252 saya makan empat sendok. Emang dikit sih,
253 kayaknya sekarang juga masih kurang, gitu lho.
254 Soalnya, saya baru naik dua kilo dari yang kemarin
255 itu, gitu. Nah, ya ngga terima waktu awalnya,
256 ‘(menirukan apa yang diucapkan diri interviewee)
257 Aduh, sial. Gua mesti begini-begini’. Tapi udahlah,
258 kata dokternya mesti ber... bersahabat dengan ini. Ya
259 sudah, saya bersahabat aja
260 Inter 6 Hmm... Jadi, Tante ada runtutan makanannya gak?
261 List makanan yang boleh, yang gak
65

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
262 Intee Oh, iya. Saya ngga boleh… buah tuh mangga, buah
263 yang terlalu manis tidak boleh. Mangga. Yang boleh
264 tuh, kiwi, terus semangka, lalu pepaya. Itu boleh.
265 Maksudnya, bolehnya tuh boleh dikonsumsi dengan
266 banyak, gitu lho, karena dia kadar gulanya rendah.
267 Tapi kalau kayak mangga, terus duren apalagi,
268 nangka, gitu-gitu tuh ngga boleh. ngga boleh sama
269 sekali katanya. Tapi kalau dokter saya nih orangnya
270 baik. Mungkin, sejauh gula darahnya itu balance,
271 jadi gula darah itu kan maximum 200, ya... jadi kalau
272 saya masih 120, 130 gitu, saya boleh makan sedikit-
273 sedikit. Kecuali pas kamu pasang di atas gitu
274 Inter 6 Hehehe…
275 Intee Tapi yang pasti, yang pasti covid ini membuat kita
276 sangat amat frustasi lah menurut saya. Gitu lho.
277 Karna dia kan merubah semuanya kan, aktivitas
278 berubah, apa berubah, ini berubah. Nongkrong sama
279 temen gabisa, ketemuan sama saudara susah. Gitu
280 lho…Apalagi keluarga saya juga sekarang, adek
281 saya ngga enak badan, agak sakit adek saya.
282 Sedangkan saya seperti ini, membatasi keluar kan.
283 Waktu saya juga ngga begitu baik kondisi
284 kesehatannya. Jadi, saya banyak pikiran deh begitu
285 deh.
286 Inter 6 Hmm…
287 Inter 6 Lalu eh… Tante ini aja ya tan, kayak
288 eh…bersosialisasi sama keluarga Tante yang ada di
289 rumah sebisa mungkin biar Tante tuh ngga terlalu
290 overthinking ya Tan?
291 Intee Heuh, heuh, ya itu sama temen saya. Saya ada temen
292 kuliah saya suka, yuk ke warung gitu, misalnya kan
293 warung yuk ke ATM. ATM aja dijadiin sarana untuk
294 ketemuan jadi… enak bener…
295 Inter 6 Iya…ya ya betul. Refreshing keliatannya
296 Intee He-uh. Jalan saya jalan gitu, kompleks. Sebelah
297 rumah kan kompleks. Dia rumahnya disitu, belakang
298 situ (interviewee menunjuk ke arah belakangnya)
299 Jadi, Eh Sus, kamu dimana? Ayo ketemuan dimana?
300 Cuma mau ke ATM aja coba (Setelah itu interviewee
301 tertawa). Kalau gapunya duit di rumah kan…
302 Intee …ke ATM yuk, gitu
303 Inter 6 Kalau ke pasar juga gitu ya, sambil jalan…
304 Inter 6 …terlalu rame ya,berarti sekomplek aja gitu ya
305 Tan… Jalan-jalan di dalam komplek aja gitu ya
66

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
306 Intee Iya… Di komplek atau… ya di dalem lah. Di dalem
307 sana yang orang ngga terlalu rame… gitu. Ntar ada
308 taman kan. Setiap kelurahan kan sekarang ada
309 taman, kita duduk di taman gitu.
310 Inter 6 Okay… F?
311 Inter 1 Okay Tante, saya mau nanya hmm… nanya Tante.
312 Tadi kan Tante bilang ya, Tante pernah eh… Tante
313 tuh ngerasa, ngerasa overthinking, Tante pernah
314 ngga sih ngerasain, cemas sama kayak lebih ke
315 virusnya gitu Tante?
316 Intee Hmm…kalau saya sendiri ngga terlalu
317 Intee Ga terlalu. Karena saya pikir, eh kalo kita
318 udah…jaga sehebat mungkin dengan protokol
319 kesehatan gitu-gitu. Saya ya…oke oke aja lah. Kita
320 misalkan protect, saya protect, kita protect misalkan
321 makanan dari luar. Kita panasin dulu atau apa. Tapi
322 saya gaterlalu overthinking. Cuma saya harus
323 menjaga gitu lho
324 Inter 1 Okay. Berarti…
325 Intee Misalnya tukang sayur gitu ya, tukang sayurnya juga
326 saya anjurin, mas pakai maskernya. Saya gamau
327 kalau gapakai masker. Gitu…
328 Inter 1 Oh berarti, Tante ngga terlalu khawatir banget ya
329 Tante…
330 Intee Terhadap covid ya? Terhadap covid
331 Intee Terhadap covid ya mau dibilang terlalu banget,
332 gimana ya, ya memang kita harus menghadapi dia
333 gitu lho. Kalau saya begitu
334 Inter 1 Hmm…
335 Intee Ya kita hadapin ya dengan selalu bawa alkohol,
336 bawa hand-sanitizer kemanapun, pake masker, pake
337 kacamata, face-shield, pake apa. Lengkap udah, abis
338 megang uang, ya kita kerjakan aja protokol
339 kesehatan gitu lho
340 Intee He-euh
341 Inter 1 Berarti, eh…Tante nih, eh… yang paling bener-
342 bener ngeganggu itu gejala psikis Tante itu apa sih?
343 Yang bener-bener sampe ngeganggu Tante gitu
344 Intee Gejala psikis itu? Itu saya tidak berkegiatan itu lho.
345 Saya tidak bisa kerja, tidak bisa pergi kemana-
346 mana…
347 Inter 1 Okay
348 Inter 1 Iya, Tante… Berarti…
349 Inter 1 …okay, berarti Tante eh… merasa
67

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
350 Inter 1 Yang paling terganggu itu… sosialnya itu karena
351 terbat… terbatasnya…
352 Intee He-euh, he-euh
353 Intee 1 Okay…
354 Inter 1 Nah Tante, eh… gimana sih, cara ngehadepin kayak,
355 ngerasa tekanan gitu, atau ngerasa overthinking yang
356 udah Tante lakukin?”
357 Intee Eh… saya orangnya sebenarnya easy-going
358 gaterlalu ini ya… Sa-saya gaterlalu, sebetulnya
359 gaterlalu overthinking juga gitu lho
360 Inter 1 Okay…
361 Intee Jadi, cuma karna ini batas waktunya yang tidak
362 tertentu dan panjang itu jadi membuat kita
363 overthinking kan. Artinya ya kalo emang gaboleh ya,
364 kita lihat aja deh nanti mungkin bulan depan udah
365 baikan gitu, ternyata ga. Bulan depan lagi engga,
366 semakin banyak semakin banyak, wah kita semakin
367 ah… kalo kayak gini caranya, ya emang musti di
368 rumah aja kali. Karna korban kan naik terus…
369 Intee Naik terus, naik terus. Di satu pihak kalo kita lihat,
370 saya sempet ngga , males tuh nonton TV tuh kalo ada
371 laporan tentang covid kan, karna naik terus naik
372 terus. Nah ini bikin gua puyeng nih kalo begini nih.
373 Akhirnya saya membatasi untuk tahu berita-berita
374 yang meninggal yang apa gara-gara covid saya
375 membatasi, saya membatasi diri bener gitu lho,
376 dengan hmm… dengan berusaha untuk ya udahlah
377 jalanin aja kali ya gitu. Kalau misalkan tetap
378 beraktivitas ya kita tutup kepala kita lakukan apa
379 yang harus kita kerjakan gitu lho, gitu salah satu cara
380 realistic nya kaya gitu padahal terakhir ini
381 malah justru saya yang kena sakit.
382 Intee Saya membatasi untuk tahu berita-berita yang
383 meninggal yang apa gara-gara covid saya
384 membatasi, saya membatasi diri bener gitu lho,
385 dengan hmm… dengan berusaha untuk ya udahlah
386 jalanin aja kali ya gitu. Kalau misalkan tetap
387 beraktivitas ya kita tutup kepala kita lakukan apa
388 yang harus kita kerjakan gitu lho, gitu salah satu cara
389 realistic nya kaya gitu padahal terakhir ini
390 malah justru saya yang kena sakit
391 Inter 1 Hmm…, kan tadi kan Tante cemas itu karena
392 terbatas karena itu ya tempat pergi ya Tante ya…
68

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
393 Inter 1 Nah selain itu, ada lagi ngga sih Tante saat-
394 saat Tante cemas di pandemi ini gitu Tan?
395 Inter 1 Oh… oke berarti
396 Intee Terus hmm…, itu tadi keluarga saya Adek saya ada
397 yang lagi sakit gitu kasihan kan dia gimana lanjutin
398 berobatnya gitu lho pokoknya semua semua keluar
399 deh di otak saya kalau malam
400 Inter 1 Oke berarti sekarang H
401 Intee Lho… kok ngga kedengeran?
402 Inter 1 H
403 Inter 3 Hmm… Iya maaf Tante belum di-unmute. Kan tadi
404 Tante sempat bilang juga ada susah tidur terus berat
405 badan turun, kira-kira saat Tante susah tidur ini
406 karena banyak pikiran kah atau banyak yang Tante
407 pikirin ngga saat susah tidur itu lho?
408 Intee Banyak, ya itu banyak jadi saya masih bisa kerja
409 ngga nanti, hmm… Pikiran saya lagi anak saya satu
410 di Semarang kan, nah anak saya tuh sudah nunggu
411 mau sidang S2-nya. Ternyata semester kemarin
412 lewat gara-gara apa ngga ada jurnal yang terbit,
413 pikir saya juga dong. Harusnya kan semester
414 kemarin sudah wisuda dong nah semester ini lanjut
415 lagi, dosennya itu penuh banget ngga bisa ini. Nah
416 sekarang dia lagi nunggu waktu ujian, aduh kasihan
417 banget kalau dia sampai dua semester tergantung
418 gitu ya kasihan kan, saya pikiran juga saya pikirin
419 gitu, gitu-gitu deh numpu-numpuk semua
420 karena, karena ya masalahnya satu ya covid-19 ini
421 ya kan? Kan gitu lho, kalau seAnda inya saya masih
422 ngga ada C-19 saya masih kerja biasa ini
423 biasa, mungkin ngga kayak gitu gitu lho
424 Inter 3 Oh…
425 Inter 3 Oh, oh gitu ya. jadi susah tidur, emang bangun tidur
426 bangun tidur gitu lho?
427 Intee Hmm… nah sekarang, setelah ketahuan saya gula
428 darah, terus udah minum obat terus mungkin saya,
429 dari hati saya ya dari pikiran saya
430 mungkin terkoordinasi lu udah baikan sekarang, lu
431 udah tahu solusinya apa lu musti ini lu musih
432 manage diri lu sendiri lagi, sekarang kan saya
433 sudah lumayan walaupun saya kalau tidur jam 21.00
434 nanti jam 03.00 jam 03.30 udah kebangun, tapi
435 tidurnya udah lumayan lelap gitu lho
436 Inter 3 Ohh
69

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
437 Intee He’eh… Jadi mungkin itu stresnya udah mulai rada-
438 rada release kali ya, lebih mengetahui diri sendiri,
439 lebih istilahnya apa, lebih ikhlas lebih pasrah udah
440 deh jalanin aja atau gimana lah pokoknya gue harus
441 cari solusi seperti apa, hidup gua berjalan
442 terus, hidup saya berjalan lagi gitu itu mungkin udah
443 karena kayak gitu, ya lumayan udah lumayan”.
444 Intee Nah saya itu ke itu hobi saya ke tanaman saya, hm…
445 saya hobi tanaman
446 Inter 3 Ohh
447 Intee Iya betul-betul. Untungnya, saya orangnya kayak
448 gitu lho, untungnya. Masa kita mendem di kamar
449 berjamur, ogah amat kan, ngapain. Adek-adek
450 jangan kayak gitu lho anak-anakku
451 Inter 3 Hahaha asik ya Tante
452 Intee Ya gitu lumayan
453 Intee Hmm, apa ya? Saya dibantulah waktu saya teler-
454 telernya kemarin itu pas lagi lemas gitu-gitu, yang
455 masak saya ya, yang nyuci saya gitu-gitu
456 Intee Hmm iya
457 Inter 3 Komunikasi lancar ya, Tante?
458 Intee Iya kadang saya teleponan sama teman-teman,
459 eh gua gini lho gini lho gitu. Cuma ya ngga
460 ketemuan, saya memang menghindari juga untuk
461 ketemu, kan mereka udah mulai kaya hangout
462 makan bareng gitu udah ke restoran, saya ngga
463 pengen juga gitu ketemuan-ketemuan. Soalnya kita
464 ngga, ngga tahu sih ya, ini kan virus jadi ngga
465 kelihatan gitu lho
466 Inter 3 Oke. berarti komunikasi lancar, Cuma ngga ketemu
467 di tempat aja gitu Tante, belum ikut gitu ya?
468 Intee He’eh hmm
469 Inter 3 Nah terus biasanya kan tadi Tante bilang kan dokter
470 ini ngasih anjuran untuk tidak makan ini tidak makan
471 itu, biasanya keluarga Tante bantu kontrol ngga sih
472 Tante atau ngingetin Tante atau misalkan gimana
473 gitu?
474 Intee Iya dia bilang tenang, bu itu ber ber apa sih berdamai
475 dengan badan ibu dengan gulanya gitu. Jadi
476 berdamai itu dalam artian, ibu know your self ibu kan
477 tau batesannya ibu seperti apa, ini ngga boleh, ini
478 ngga boleh, makanya saya bilang saya senang sama
479 dokter yang laki-laki kan. Dokter laki-laki bilang,
480 ‘Dok ini emang ini saya ngga boleh banget makan
70

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
481 mangga?’ saya tanyakan gitu, ‘Engga bu, jangan
482 bilang ngga boleh nanti malah pikiran ibu tuh ruwet
483 gitu lho. Wah ini ngga boleh ini ngga boleh. Kalo ada
484 mangga mateng nih pas keluarga makan mangga
485 gitu, ibu ambil aja dua potong gitu, dua potong kecil
486 gitu dimakan. Terus kalo ibu mau indramayu
487 misalkan yang masih keras tuh asal jangan jadiin
488 sakit maag kan kalo keaseman malah sakit maag
489 kan. Ya udah cari yang mengkel, apa terus nanti
490 kasih bumbu rujak gitu biar agak-agak asem-asem
491 manis dikit gitu’ Jadi semua dia bolehin yang
492 penting know your body, know your self gitu lho. Tau
493 diri aja gitu, dan saya maunya kek gitu. Saya ngga
494 mau sakit migrain saya pun saya harus punya e….
495 apa diabetes gitu ya. Ya udah kalo lu memang ada di
496 dalem gue ya terserah, tapi gue ngga keganggu sama
497 lo. Jadi temen gue seumur hidup ngga papa gitu lho.
498 Saya ngga akan makan duren lagi sepuluh buletan
499 gitu, ngga akan. Tapi kalo misalkan saya kepingin
500 juga kan ngga setaun sekali makan duren gitu lho.
501 Saya makan aja satu biji, dua biji gitu lho. Saya
502 maintenance sendiri, saya maunya gitu, he’em Cuma
503 yang belum e…. pas banget banyaknya ya antara
504 mind saya dengan body saya itu ya mungkin karna
505 saya 15 tahun kerja di JIS ngga ada apa-apa. Terus
506 ini kok gara-gara ini aja 2 bulan ini gue jadi berubah
507 gitu, itu kayaknya saya belum e…. kadang-kadang
508 masih suka aduh kok gini sih, makanya itu yang
509 bikin saya mungkin masih yang belum mikir banget,
510 belum dapet banget istilahnya makanan pokok gue
511 musti gimana ya biar gue ini, cuma yang sekarang ya
512 saya hindari, saya ngga boleh laper gitu aja, gitu.
513 Inter 3 Berarti sebelum dan sesudah Tante ke dokter kan
514 Tante tau ya, oh jadi ngga boleh laper terus ngga
515 boleh gini gitu ya. Tadi kan kita udah nge bahas
516 perubahan fisik yang Tante rasakan, kalo secara
517 psikologis gitu Tante ada perubahan ngga sih?
518 Ngerasa sebelum Tante ke dokter sama setelah Tante
519 ke dokter terus melakukan…
520 Intee Sekarang lebih tenang karna udah terus kemaren
521 hasil lab saya yang ketiga kan udah balance kan
522 berarti saya udah punya track nya. Gue harus begini,
523 saya harus begini supaya begini, soal covid soal apa
524 saya ngga harus terpaku sama dia gitu, even dia ada
71

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
525 pun, even dia ngga ada pun track saya harus kaya
526 gini gitu. Jadi saya punya set of mind sekarang, saya
527 harus kek gini, gitu lho supaya saya ngga kurus
528 supaya badan saya tetep enak saya harus kek gini,
529 gitu. Saya harus belajar bahwa meng-inikan inner
530 saya secara psikologis saya harus seperti apa tuh
531 saya harus cari dong track nya kan gitu lho.
532 Intee Hmm... terasa banget, terasa banget.
533 Inter 5 Dari Tante sendiri nih buat kami para generasi-
534 generasi muda nih bagaimana cara menurut Tante
535 dalam posisi Covid ini dalam penanganan bagi kami
536 sendiri gitu lho. Ada ngga saran-saran dari Tante?
537 Intee Hmm... ya hidup sehat, olahraga terus kerjaan
538 dikerjakan, dan kalian kan mahasiswa, ya mahasiswa
539 kalo kerjaannya harus kuliah ya memang kuliah tapi,
540 kuliah, kuliah, kuliah, kerjain tugas, tapi harus siapin
541 waktu untuk olahraga gitu. Jadi positive thinking
542 tetep, tetep harus positive thinking gitu lho. Jadi
543 takut-takut boleh tapi ya kalo saya pikir kalo keluar
544 jangan terlalu banyak dulu deh. Karna memang
545 belum begitu aman ya apalagi daerah Depok ya, gitu
546 Inter 5 Karna itu ya Tante ya, karena dia itu tidak terlihat
547 jadi kita kayak takut sendiri gitu lho, sebenernya mau
548 keluar-keluar pun gitu.
549 Intee He’em.
550 Intee Saya prinsipnya Anda tidak tau apakah temennya itu
551 yang Anda temui OTG atau bukan, ya kan? Dan
552 OTG atau bukan itu bisa gampang terdeteksi kalo dia
553 tidak serumah kan, kalo serumah kan kita udah biasa
554 sama dia. Iya udah biasa ini, mungkin kita tau wah
555 kayaknya ngga nih orang ini. Tapi kalo yang dari
556 mana even itu saudara, kita kan ngga tau dia bergaul
557 sama siapa, dia ketemu siapa gitu.
558 Intee Ya saya mau aja sih sebernernya, dia mandi, tapi ya
559 saya jarang menerima orang. Kita kan bukan artis
560 yang setiap masuk rumah harus ada rapid test dulu,
561 apa dulu gitu. Ya udah ngga usah terima tamu dulu
562 kalo gitu.
563 Intee Iya sering, sering.
564 Inter 5 Iya kayak gitu.
565 Inter 5 Saat pergi ya saat itu untuk keluar jalan-jalan itu ya.
566 Intee Anak saya suka males nemenin karna dia orangnya
567 seneng di rumah.
72

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
568 Inter 5 Bagaimana dengan suami Tante? Ini juga …
569 (Interviewee memotong).
570 Intee Rajin boleh cuma ya sangat amat protektif.
571 Intee Wah seneng banget saya kadang-kadang misalkan ke
572 mall kita tujuannya ke supermarket nih, kita keliling
573 aja dulu tapi terus terang nih setelah Covid-19 ini kita
574 baju-baju ngga pernah kita pake, ya ngga? Saya
575 ngeliat baju aja … ck perlu ngga ya? Gitu, lah males
576 lah. Lipstik apa masih ada yang belum kepake
577 ngapain beli baru lagi gitu. Jadi Cuma keliling-
578 keliling gitu. Yang paling berkurang itu apa? Celana
579 pendek (sambil tertawa bersama Interviewer).
580 Inter 5 Karena di rumah terus ya Tante ya?
581 Intee Jadi kepengen daster baru, di rumah terus celana
582 pendek dipake teru gitu haduhh.
583 Inter 6 Buat tidur gitu ya Tante ya.
584 Intee Mungkin sekarang setelan piyama laris kan online
585 shop, di online shop tuh laris banget.
586 Intee Oh iya, kan saya udah bilang dari awal saya tuh
587 orangnya seneng pergi emang karakternya tuh
588 seneng pergi kesana kemari. Maksudnya bukan pergi
589 yang buang-buang waktu gitu lho. Begini pergi ya
590 pergi tapi hangout sama teman kuliah tapi saya ngga
591 terlalu yang kelihatan banget gitu lho. Ngapain juga
592 gue ketemu lo dah jarang ketemu masa iya setiap
593 bulan ketemu temen kuliah kan ya engga, tapi saya
594 seneng bepergian gitu lho kemana, kemana, kemana,
595 lihat taneman, naek motor kadang-kadang sama
596 suami. Eh kita ke ini yuk lihat tukang taneman yuk,
597 gitu. Seneng saya bepergian tu. Yang paling ngga
598 enak di covid ini ya ngga bisa bepergian itu.
599 Inter 5 Iya, itulah ya pokoknya covid ini sangat-sangat
600 mengganggu dari sosial Anda dari keluar Anda yang
601 Anda orang nya sangat suka yang namanya out going
602 keluar terus abis itu outdoor berjalan kemana gitu
603 jadi covid ini sangat merugikan Anda ya
604 Intee Ooo iya itu yang membuat saya paling kepala saya
605 paling ngga kuat kayak itu, yang membuat saya
606 makanya saya depresi tuh itu. Kegatan sosial stop
607 ‘jebreet’ gitu, saya harusnya bisa ke semarang ke
608 anak saya yang laki-laki harusnya udah dua kali. Ini
609 udah hampir sepuluh bulan kan? saya biasanya
610 kesana berapa hari sekali e… even itu 3 hari e…
73

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
611 saya bisa kesana naik kereta, me time, liat-liat keluar
612 apa hadeh… cape deh”
613 Inter 6 Sudah berubah semuanya ya Tan ya?
614 Intee He em he em, itu yang bener-bener membuat e…
615 apasih inner saya tuh ngga terima tuh itu gitu lho
616 yang paling ngga bisa terima tuh itu gitu
617 Inter 6 “Okay tante”
618 Intee “Apalagi?”
619 Inter 5 E… sebenernya itu yang mau kita tanyakan pada
620 wawancara kali ini, berarti kita liat ya Tante ya
621 bagaimana e… secara fisik e… Tante tuh terganggu
622 sekali dari mulai ada diab-… apa prediabete itu terus
623 habis itu e… juga ada gangguan-gangguan tidur nya
624 yang terganggu itu walaupun itu sudah terjadi dari
625 mulai sebelum covid juga tapi makin parah lagi
626 karena ada gangguan psikis Tante sendiri ya jadi
627 kayak ada pikiran yang bikin Tante tuh cemas setiap
628 hari gitu ya Tante ya? Bener kan?
629 Inter 5 Ya dan juga e… bagaimana sosial Tante tergang-…
630 jadi nya sangat terganggu yang Tante sebenernya
631 bisa bertemu kepa… bertemu adik Tante yang
632 sedang sakit ya harusnya ya jadi bisa Tante jagain
633 jadi nya tidak kurang bisa karena kita sendiri takut
634 ya Tante ya untuk keluar dari rumah ya?
635 Inter 5 “Baiklah tante. Mungkin ada tambahan dari temen-
636 temen lain?”
637 Inter 1 Ya mungkin sama kayak yang… apa yang TK
638 katakan tadi e… ya saudari TK katakan. Jadi, Tante
639 kan juga apa merasa e… cemas itu bukan karena itu
640 kan kan Tante ya virus virus itu sendiri ya Tante ya?
641 ta…tapi lebih e… apa terbatas waktu, tempat gitu
642 ya?
643 Intee Lho mungkin gimana ya mau dibilang ngga cemas
644 karena virus kan salah
645 Inter 1 Oh iya berarti…
646 Intee Bener ngga? tapi saya tidak terlalu over over gimana
647 gitu. Waktu awalnya kan kita takut banget ni waktu
648 pertama kali virus-virus corona uh uh begini begini
649 apa droplet bisa, apa bisa uh kita kan depress-nya
650 kan semua nya gara-gara covid kan? iya ngga?
651 Inter 5 “Okay iya”
652 Inter 1 Iya jadinya gini ya Tante ya berarti e… tadinya tuh
653 emang cemas sama virus itu kan karena itu virus baru
654 ya
74

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
655 Intee Ya iya dong iya dong
656 Inter 5 Jadinya kita bingung, bingung gimana cara ini nya
657 menghadapinya
658 Inter 5 Baru setelah itu menimbulkan kayak…
659 Intee Mungkin akses-aksesnya apa gitu kan
660 Inter 5 Iya begitu baik-baik
661 Intee Iya jadi, setiap orang kalo kalian bikin penelitian
662 sekarang orang ini kenapa - kenapa awalnya ya teng
663 nya itu point-nya itu pertama nya C-19. Gara-gara C-
664 19 ini gue gabisa ini gue gabisa ini planning gue
665 semua berubah gara-gara ini tapi kalau kita how to
666 manage the covid ini ya makin lama ya kita makin
667 lama kita bisa me-manage
668 Inter 5 “Terbiasa”
669 Intee Udah udah its work gitu lho karena kita kan ngga liat
670 dia. Tapi, kalo kita sesuai protokol kesehatan kita
671 kerjain ya mudah-mudahan kita ngga kena gitu lho
672 kita berdoa aja kan. Nah bagaimana releasing stress
673 karena C-19 ini itu yang harus dipelajari gitu
674 Inter 5 “Iya betul-betul”
675 Inter 1 Berarti intinya Tante merasakan cemas itu pada
676 bulan bulan awal ya Tante ya?
677 Inter 1 Nah
678 Intee Dari mulai itu akhirnya, gue kesel gimana ni biar
679 aduh gabisa jalan-jalan duh gaada semua numpuk
680 deh di kepala. Gada kerjaan lagi gimana gitu ah gitu
681 semua numpuk akibat nya aku gula darah ku naik
682 pada terakhir-terkahir ini karena dia terlalu lama
683 waktu nya ini gitu lho. Dari maret sampe bulan
684 sepuluh 7 bulan coba gitu ternyata dia ngga solv-…
685 solve problem nya tuh ngga ngga teratasi tetep ada
686 covid ini
687 Intee Gitu
688 Inter 1 “Apalagi kayak suasana baru gitu ya Tante ya jadi
689 jadi, apa ada hal-hal yang ngga diketahui Tante bikin
690 Tante kepikiran gitu ya Tante
691 Intee He eh lagian kan bandel-bandel orang Indonesia
692 kan?
693 Intee Disuruh pake masker tetep banyak yang keliling-
694 keliling ngga pake masker
695 Intee Pedagang-pedagang semua yang keluar harusnya
696 udah pake masker. Tapi ntar yang doi dagang bakso,
697 dagang mie ayam, dagang apa ngga pake masker
698 Inter 5 Kena semua pedegang-pedangang nya
75

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
699 Intee He em
700 Inter 1 Jadi awal-awal itu yang bikin Tante cemas ya Tante
701 ya?
702 Intee Iya jadi covid dulu covid ini ternyata kok lama ya
703 lama. Ngeliat, saya tuh seneng ke pasar orangnya
704 seneng banget ke pasar kalo udah ke pasar kan eh
705 mau beli ayam buat hari apa gue mau beli ikan buat
706 hari apa. Lama-lama suami saya bilang udah gausa
707 ke pasar deh pasar jadi cluster terus akhirnya apa
708 terakhir saya ke pasar tuh kapan tuh ya saya beli ikan
709 cuma dari pintu karena tukang ikan di deket pintu
710 keluar “bang ini ini ini ini ni saya disini aja terus
711 bang bikin berapa udah ngga nawar lagi udah ngga
712 pake nawar lagi kasih duit nya jebret. Udah ambil
713 keluar ngga kesana-sana lagi kemana ngga ke tukang
714 ikan dari luar ampe begitu
715 Inter 1 “oh sampe gitu ya?”
716 Intee He em padahal saya seneng banget ke pasar, wah
717 yang namanya ke pasar saya seneng banget, seneng
718 banget ngeliat ini ngeliat itu hmm gitu lho
719 Intee He em iya sejalan
720 Inter 2 Hasil lab ketiga gitu ya Tante?
721 Intee He eh cuma ya keprihatinan tetep ada karena kan
722 memang belum bisa keluar-keluar kan
723 Intee Itu tetep keprihatinan itu tetep ada gitu lho
724 Inter 2 Yang penting bisa apa adapatasi sama lingkungan
725 nya sama yang sekarang kondisi nya gimana gitu
726 Tante
727 Intee He em, Iya get along sama penyakit dengan ini gitu
728 lah maklum lah udah 55 getting older and older gitu
729 Inter 2 Okay deh Tante
730 Inter 6 Okay makasih
731 Inter 2 Makasih Tante
732 Intee Ada lagi?
733 Inter 6 Udah cukup Tante wawancara nya
734 Intee Ini masih ada yang ke-3 ngga nih?
735 Inter 2&6 Cukup Tante hehe
736 Intee Udah?
737 Inter 6 Sudah Tante
738 Inter 1 Iya Tan
739 Inter 5 Sangat sangat cukup dan sangat banyak info nya
740 Tante
741 Inter 2&6 Terimakasih banyak Tante
742 Intee Sama-sama
76

NO.
HASIL WAWANCARA SUBJEK
BARIS
743 Semua Inter Terimakasih Tante
744 Intee Jaga kesehatan dah
745 Inter 3 Semangat
746 Inter 6 Semoga cepat pulih
747 Inter 1 Siang Tante
748 Inter 5 Sehat selalu ya Tante ya
VIII. CODING
NO. HASIL WAWANCARA
TEMA
BARIS SUBJEK
1 Inter 2 Sudah berapa lama Tante
2 bekerja di JIS?
3 Intee Lima belas tahun tapi aku part-
4 timer, aku bukan karyawan
5 tetap, aku datang tiap hari.
6 Inter 2 Sebelum pandemi covid ini,
Bekerja dari jam
7 biasanya berapa lama Tante
sepuluh sampai jam
8 bekerja? Berapa jam
lima atau jam enam
9 perharinya?
10 Intee Berangkat jam sepuluh dari
11 rumah, sekitar jam sepuluh,
12 sampai rumah lagi jam lima-an,
13 lima atau enam, tapi Jakarta kan
14 lama di jalan.
15 Inter 2 Selain bekerja itu ada kegiatan Darmawanita sebagai
16 sosial lain yang Tante ikutin? kegiatan sosial selain
17 Intee Darmawanita. bekerja
18 Inter 2 Selama ini hubungan sosial
19 Tante sama keluarga, teman-
20 teman, sebelum dan sesudah
21 covid ini, gimana Tante, ada
22 perubahan atau gimana?
23 Intee Berubah sekali, Darmawanita
24 itu tidak ada kegiatan dari mulai
25 bulan Maret sampai terakhir
26 ketemuan itu pas hari Sumpah
27 Pemuda 28 Oktober, sembilan Pendapat mengenai
28 bulan kurang, lalu sama keterbatasan kegiatan
29 keluarga juga ya otomatis, Darmawanita dan
30 semakin sangat sedikit. perasaan tidak suka
31 Inter 2 Gimana perasaan Tante waktu terhadap pembatasan
32 gabisa ketemu temen, sanak bekerja di JIS
33 saudara, kerabat-kerabat Tante
34 selama ini?
35 Intee Campur aduk yang pasti ngga
36 suka, sayakan kesel jadi di
37 rumah teruskan, udah gabisa
38 bekerja, terus karena saya part-
39 timer saya tidak harus datang ke
40 JIS, jadi saya memang
41 kegiatannya full di rumah,

77
78

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
42 bayangkan orang yang dari
43 muda kerja, biasa kemana-
44 mana, terus di rumah dalam hati
45 kecil saya, saya pikir saya
46 mungkin stres, depressed
47 Inter 4 Apa aja yang Tante rasakan
48 secara fisik selama pandemi ini?
49 Intee Secara fisik waktu dari Maret,
50 April, Mei, Juni, Juli, secara
51 fisik saya ngga terganggu,
52 karena saya berusaha untuk
53 tetap berkebun, saya jalan pagi
54 sama temen saya kebetulan
55 temen kuliah saya ada yang
Gejala fisik yang
56 deket sini, saya jalan pagi sama
dialami saat pandemi
57 dia, keliling-keliling sampe ke
seperti berat badan
58 UI, saya berusaha mengisi
turun
59 waktu saya, jadi saya pikir
60 secara fisik mungkin ngga
61 terganggu secara fisik, tetapi di
62 dalem inner, kayanya saya ngga
63 suka sebetulnya dengan kondisi
64 seperti ini, pikiran pastikan
65 kemana-mana setelah bulan
66 September, berat badan saya
67 turun sangat drastis.
68 Inter 4 Kalau gejala-gejala pusing,
69 Tante ngerasain gak, Tan?
70 Intee Saya ngga pusing, saya lemes,
71 ngga ada tenaga, apalagi kalau
72 laper, emang agak-agak pusing
73 dikit, tapi badan kan tetep ngga
74 lemes, kalau waktu itu saya,
75 saya pikir saya lemes sekali dan Rasa lemas dan gula
76 ngga ada tenaga sama sekali, darah yang tinggi
77 dan lama-lama badan saya yang dirasakan akibat
78 tambah kurus, saya mikir-mikir, stress
79 kenapa saya sebelum saya cek
80 bulan Oktober, ternyata gula
81 darah saya tinggi, gula darah itu
82 salah satu penyebabnya adalah
83 stres kan depresi, dokternya
84 bilang, Ibu gejalanya kenapa?
85 Saya turun badan sampai 15 kg
79

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
86 ini dok 14 kilo lebih, sampai 57
87 bayangin dari 74. Kenapa?
88 Yang saya lakukan mungkin
89 salah, jadi saya biasanya
90 berkegiatan itu cape dari luar,
91 saya pikir saya ngga kemana-
92 mana makannya memang saya
93 kurangin, jadi asupannya
94 kurang. Makanya udah pikiran
95 ngga tenang pikiran saya agak
96 terganggu karna ngga kemana-
97 mana, jadi mungkin itulah
98 perpaduan yang bikin saya
99 seperti ini.
100 Inter 4 Selain berat badan berkurang,
101 kalau misalkan gejala tidur,
102 nafsu makan kan udah pasti
103 berkurang Tante
104 Intee Saya susah tidur, saya orang nya
Kesulitan tidur yang
105 susah tidur
meningkat saat
106 Inter 4 Sebelum pandemi ini berarti
pandemic
107 Tante sudah susah tidur ya?
108 Intee Susah tidur sudah, selama
109 pandemi tambah susah, kalau
110 tidurnya cepet jam 9/10 aku jam
111 tiga udah bangun
112 Inter 4 Tante ngerasain ini sebelum
113 corona kalau gangguan tidur
114 ini, kalau misalkan gejala-gejala
Gejala fisik yang
115 turunnya berat badan,
mulai dirasakan
116 kurangnya nafsu makan, Tante
drastis saat bulan
117 ngerasain sejak kapan, Tan?
September
118 Intee Mungkin bulan-bulan
119 September mulai, terus
120 turunkan drastis.
121 Inter 4 Gejala-gejala yang lain ngga
122 ada selain turunnya berat
123 badan?
124 Intee Mungkin pusing sering, Rasa pusing yang
125 sayakan orangnya jarang pusing dialami saat lapar atau
126 sebenernya, kalau sudah laper merasa capai
127 itu pokoknya trembelling, terus
128 lemes kakinya kayak ngga bisa
129 berdiri, ngantuk, terus pasti
80

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
130 agak pusing sedikit kalau udah
131 kayak gitu kan, pokoknya harus
132 tidur, secara physically lemes.
133 Inter 4 Jadi gejala ini Tante rasain
134 secara terus menerus?
135 Intee Kalau laper, atau kalo lagi cape,
136 posisi cape gitu, sebelum saya
137 ke dokter, setelah saya ke dokter
138 baru saya tau jawabannya saya
139 harus minum obat, saya ngga
140 boleh laper.
141 Inter 5 Berarti, ada ngga gejala di fisik
142 Tante yang membuat, ‘Oh ini
143 saya harus dateng ke dokter nih
144 untuk tahu kenapa ada masalah
145 dengan diri saya?
146 Intee (Nada bicara terdengar lebih
147 tinggi) Ya itu, berat badanku
148 yang berkurang drastis, ya kan.
Berat badan yang
149 Terbentuk pertanyaan dong,
berkurang drastis dan
150 ‘Wah, kok tambah kurus banget
perasaan mau jatuh
151 nih tiba-tiba? Waktu dari awal
yang membuat harus
152 Maret ke Agustus, kayanya
ke dokter
153 biasa aja. Tapi saya sekarang
154 kalo capek sedikit kayak mau
155 jatuh, saya kok kurus banget.
156 Akhirnya, saya bilang, ‘Ah
157 udah, saya harus ke dokter’.
158 Inter 5 Kayak, lunglai gitu ya, Tante?
159 Jadi, kayak tidur pun, kayak
160 mau berdiri pun, agak
161 sempoyongan. Bagaimana?
162 Intee Hmm mm
163 Inter 5 Apa yang dikatakan oleh dokter
164 mengenai kondisi tubuh Tante? Kondisi pre-diabetes
165 Intee Ya, itu. Pre-diabetes. Diabete atau Diabete mellitus
166 mellitus.
167 Inter 5 Padahal, biasanya kalau dulu-
168 dulu Tante ngga ada kan
169 konsumsi… mengonsumsi gula
Kekurangan gizi
170 berlebihan?
tetapi banyak aktivitas
171 Intee (Sambil menggelengkan
172 kepala) ngga ngga ga. Jadi,
173 menurut dokter kan saya kurang
81

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
174 asupan… istilahnya saya
175 kurang gizi, lah. Kurang gizi
176 tapi saya tetap beraktivitas yang
177 sangat banyak, terus pikiran
178 secara yang tidak kelihatan,
179 stres karena ngga kerja, ngga
180 ini, ngga keluar rumah. Itu yang
181 jadi getting worse. Itu harus
182 diatasi. Kalau tidak, saya bisa
183 terkapar. Mungkin bisa stroke.
184 Bisa merembet ke jantung. Itu
185 harus diatasi”
186 Inter 5 Bagaimana tanggapan Tante
187 setelah mendengar diagnosis
188 tersebut?
189 Intee Lima belas tahun saya dites
Tanggapan kesal
190 terus. Setiap di JIS itu kan
terhadap covid karena
191 periodical kan selalu dites.
diagnosis yang
192 Tidak pernah ada kolesterol,
dialami
193 tidak pernah ada gula darah,
194 boro-boro paru-paru juga sehat.
195 Covid bikin seperti ini kan saya
196 kesel sekali
197 Inter 5 Oh, jadi di tempat kerja Tante
Masih ada
198 sendiri pun ada pemeriksaan
pemeriksaaan di
199 juga ya?
tempat kerja
200 Intee Oh, ada. JIS ya iyalah. Ada.
201 Inter 5 Pasti sedih sekali ya, Tante pas
202 mendengar diagnosis itu?
203 Intee Yang pertama, dokter
204 perempuan. Dokter saya yang
205 pertama dokter perempuan,
206 saya tidak terlalu familiar
dengan dokter itu, ya. Dia
207
bilang, ‘Bu, (sambil Perbedaan tanggapan
208 menggerak-gerakkan tangan) terhadap anjuran dua
209 ngga boleh makan nasi. Ibu dokter yang berbeda
210 ngga boleh ini, ngga boleh-’.
211 Hah? Saya langsung, ‘Gue
212 makan apa biar hidup?’, gitu
213 kan. Akhirnya, kasih obat.
Minggu depan, Ibu cek lagi lab-
214
nya, before dan after. Jadi,
215
82

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
216 puasa, makan, cek gitu. Cek
217 puasa, makan, cek lagi. Baru,
218 sorenya konsultasi dokter oke.
219 Ya sudah, saya tes, saya coba
cari dokter yang laki-laki. Yang
220 memang udah lebih dikenal
221 sama saya. Sorenya, minggu
222 depannya ya setelah makan obat
223 itu, udah... saya datang, ternyata
224 masih tinggi juga walaupun
225 udah turun. Saya datang ke
226 dokter, ‘(meniru gaya bicara
dokter) Ibu kenapa nih?!’, gitu.
227
Dokternya pasti kaget deh.
228 Soalnya, saya kan biasanya
229 orangnya kan memang enerjik
230 dan saya jarang sakit. Paling,
231 saya ke sana membawa anak-
232 anak saya konsultasi atau
233 mereka pas sakit, ‘(meniru gaya
bicara dokter lagi) Ibu kenapa
234
nih kok bisa gini?’.
235 ‘(Interviewee mempraktikkan
236 percakapan diri dengan dokter
237 saat itu) Aduh dokter, ngga
238 tahulah. Saya frustasi nih’, saya
239 berkeluh kesah. ‘(Interviewee
240 melanjutkan meniru gaya bicara
dokter tersebut) Ya udah, ngga
241
usah panik. Makan ini boleh,
242 dikit. Makan ini boleh dikit’.
243 Jadi saya diajarin supaya
244 hidupnya balancing, gitu. Saya
245 me-maintenance diri saya
246 sendiri. ‘(Interviewee
247 menirukan gaya bicara dokter
tersebut) Ibu harus tahu diri.
248
Ibu… mangga yang manis udah
249 ngga boleh sebenarnya. Tapi
250 kalau Ibu mau, Ibu bisa atur...
251 makan aja sepotong kecil dua.
252 Gapapa’, katanya. Terus kalau
253 mau mangga, mangga yang
83

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
254 ini... mangga yang mengkel,
255 gitu lho. Nah yang lain,
256 ‘(Interviewee menirukan
257 perkataan yang diucapkan
kepada dokter) Yang lain, nasi
258 gimana, Dok?’,’Oh, boleh kalau
259 tiga sampai empat sendok aja.
260 Kenapa memang?’. Apalagi,
261 nasinya nasi merah, gitu. Jadi
262 saya disuruh me-maintenance
263 kalau memang harus kena
264 diabete, ‘(Interviewee
menirukan gaya bicara dokter
265
tersebut) Ya sudah di-
266 maintenance aja, Bu badannya’.
267 Senang saya kalau kayak gitu
268 karena memang saya orangnya
269 biasa ngga jajan es krim, ngga
270 minum soft drink. Indomie,
271 halah... saya belanja Indomie di
272 rumah mie-mie instan buat anak
273 saya sama bapaknya
274 Inter 5 Baik, Tante. Di antara gejala
275 fisik… semua gejala fisik yang
276 Tante rasakan, berarti yang Rasa teler atau lemas
277 paling mengganggu Tante merupakan yang
278 adalah lemas itunya ya, Tante? paling mengganggu
279 Tiba-tiba, ya? secara fisik
280 Intee Iya, teler. Nguap-nguap gitu,
281 langsung bisa tidur
282 Inter 5 Apakah aktivitas Tante jadi
283 terganggu banget berarti ya
284 gara-gara ada lemasnya itu
285 secara tiba-tiba, ya?
286 Intee Kayaknya gitu. Karena sayanya
Kemungkinan tidak
287 juga salah. Mungkin saya harus
makan nasi di pagi
288 sarapan nasi, kali paginya. Jadi,
hari yang
289 sarapannya itu yang agak berat.
menyebabkan lemas
290 Tapi kan saya orangnya ngga
291 senang sarapan nasi. Kalau
292 makan roti, saya tertolong. Saya
293 makan roti gandum, ya. Karena
294 roti yang putih kan dari flour, itu
84

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
295 dari apa, dari terigu kan ngga
296 boleh lagi. Jadi, saya makannya
297 roti gandum. Lumayan makan
298 telor.
299 Inter 5 “Baik, pada saat itu, pada saat
300 didiagnosis sama dokternya,
301 siapa saja orang lain yang
302 mengetahui gejala fisik yang Suami dan anak
303 Tante sudah sebutkan tadi, mengetahui gejala
304 kayak lemas gitu? Keluarga lah fisik tersebut
305 ya mungkin. Bisa dijelaskan
306 Tante siapa saja?”
307 Intee “Suami dan anak saya, pasti”
308 Inter 6 “Ya, Tante. Lalu ini ya, setelah
309 Tante ke dokter nih, setelah
310 berobat untuk ke dokter, lalu
Didiagnosis diabetes
311 Tante kena diagnosis bahwa
oleh dokter
312 Tante tuh diabete gitu, ya? Apa
313 pre-diabete gitu, ya?”
314 Intee Hmm emm
315 Inter 6 Perasaan Tante benar langsung-
316 … (ucapan terinterupsi)
317 Intee Shock
318 Inter 6 Shock gitu ya, Tante? Tante
319 menerima ngga Tante?
320 Intee (Dengan volume suara yang
321 meninggi sambil tersenyum) Ya Perasaan shock dan
322 engga, lah tidak terima saat
323 Inter 6 Maksudnya tuh, kayak benar- mendengar diagnosis
324 benar menentang banget gitu
325 Intee Iya. Kalau bisa ngomel, saya
326 ngomel deh
327 Inter 6 (Sambil tertawa) Oke. Benar-
328 benar marah banget ya, Tante?
329 Intee Hmm mm.
330 Inter 6 Lalu nih, Tante kan... Tante
331 udah shock, mendengar pre-
332 diabete, gitu ya. Itu Membatasi junkfood
333 menghadapinya sekarang- dan memakan nasi
334 sekarang ini gimana ya? merah untuk
335 Makanan-… (ucapan menghadapi pre-
336 terinterupsi) diabete
337 Intee Oh, makanan
85

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
338 Inter 6 Maksudnya, Tante tuh beli
339 setiap hari, Tante harus apa,
340 harus makan apa?
341 Intee Gak-gak. Saya biasa makan...
342 makan bikin sendiri makanan
343 kecuali saya pengen banget.
344 Dan saya juga jarang banget
345 makan junk food saya orangnya.
346 Jadi, (volume suara meningkat)
347 makanya saya kan bingung,
348 saya kan orangnya sangat
349 membatasi junkfood-junkfood.
350 Saya ngga pernah mie instan
351 sebulan sekali belum tentu.
352 Cabe, saya sambel dikitlah
353 paling. Nasi juga dikit gitu.,
354 akhirnya mungkin juga kejeblos
355 karena terlalu… terlalu
356 ngurusin banget. Akhirnya
357 sekarang, saya nasi tetep nasi
358 merah tapi saya makan empat
359 sendok. Emang dikit, kayaknya
360 sekarang juga masih kurang.
361 Soalnya, saya baru naik dua kilo
362 dari yang kemarin itu. ngga
363 terima waktu awalnya,
364 ‘(menirukan apa yang
365 diucapkan diri interviewee) Gua
366 mesti begini-begini’. Tapi
367 udahlah, kata dokternya mesti
368 bersahabat dengan ini. Ya
369 sudah, saya bersahabat aja
370 Inter 6 Jadi, Tante ada runtutan
371 makanannya gak? List makanan
372 yang boleh, yang gak
373 Intee Oh, iya. Saya ngga boleh... buah
374 tuh mangga, buah yang terlalu
375 manis tidak boleh. Mangga. List makanan yang
376 Yang boleh tuh, kiwi, terus boleh dan yang tidak
377 semangka, lalu pepaya. Itu
378 boleh. Maksudnya, bolehnya
379 tuh boleh dikonsumsi dengan
380 banyak, karena dia kadar
381 gulanya rendah. Tapi kalau
86

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
382 kayak mangga, terus duren
383 apalagi, nangka, gitu-gitu tuh
384 ngga boleh. ngga boleh sama
385 sekali katanya. Tapi kalau
386 dokter saya nih orangnya baik.
387 Mungkin, sejauh gula darahnya
388 itu balance, jadi gula darah itu
389 kan maximum 200, ya... jadi
390 kalau saya masih 120, 130 gitu,
391 saya boleh makan sedikit-
392 sedikit. Kecuali pas kamu
393 pasang di atas gitu.
394 Intee Covid ini membuat kita sangat
395 amat frustasi menurut saya.
396 Karna dia kan merubah
397 semuanya kan, aktivitas
398 berubah, apa berubah, ini
399 berubah. Nongkrong sama
Covid membuat
400 temen gabisa, ketemuan sama
subjek frustasi karena
401 saudara susah. Apalagi keluarga
covid merubah
402 saya juga sekarang, adek saya
berbagai hal.
403 ngga enak badan. Sedangkan
404 saya seperti ini, membatasi
405 keluar kan. Waktu saya juga
406 ngga begitu baik kondisi
407 kesehatannya. Jadi, saya banyak
408 pikiran.
409 Inter 6 Tante ini aja ya Tan, kayak
410 bersosialisasi sama keluarga
411 Tante yang ada di rumah sebisa
412 mungkin biar Tante tuh ngga Subjek menjelaskan
413 terlalu overthinking ya, Tan? cara diri subjek
414 Intee Heuh, sama temen saya. Saya mengurangi
415 ada temen kuliah saya suka, yuk overthinking.
416 ke warung gitu, misalnya kan
417 warung yuk ke ATM. ATM aja
418 dijadiin sarana untuk ketemuan
419 Intee He-uh. Jalan saya jalan gitu,
420 kompleks. Sebelah rumah kan
421 kompleks. Jadi, Eh Sus, kamu di
422 mana? Ayo ketemuan di mana?
423 Cuma mau ke ATM aja coba
424 (Setelah itu Interviewee
425
87

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
426 tertawa). Kalau gapunya duit di
427 rumah kan…
428 Intee …ke ATM yuk
429 Inter 6 Kalau ke pasar juga, sambil
430 jalan…
431 Intee Gak ke pasar dong… Pasar
432 kan…
433 Inter 6 Oiya…selalu…
434 Intee …rawan.
435 Inter 6 …terlalu rame, berarti
436 sekomplek aja Tan… Jalan-
437 jalan di dalam komplek aja
438 Intee Iya… Di komplek atau… di
439 dalem lah. Di dalem sana yang
440 orang ngga terlalu rame… gitu.
441 Ntar ada taman kan.
442 Inter 1 Tante, saya mau nanya Tante.
443 Tadi kan Tante bilang ya, Tante
444 pernah Tante tuh ngerasa
445 overthinking, Tante pernah
446 ngga sih ngerasain, cemas sama
447 kayak lebih ke virusnya gitu
448 Tante?
449 Intee Kalau saya sendiri ngga terlalu
450 Inter 1 Ga terlalu ya?
451 Intee Ga terlalu. Karena saya pikir,
452 kalo kita udah… jaga sehebat
453 mungkin dengan protokol
Rasa cemas yang
454 kesehatan. Saya ya… oke oke
kurang terhadap virus
455 aja lah. Kita misalkan protect
karena bisa menjaga
456 makanan dari luar. Kita panasin
diri dan mengerjakan
457 dulu atau apa. Tapi saya
protokol
458 gaterlalu overthinking. Cuma
459 saya harus menjaga
460 Intee Misalnya tukang sayur gitu,
461 tukang sayurnya juga saya
462 anjurin, mas pakai maskernya.
463 Saya gamau kalau gapakai
464 masker.
465 Inter 1 “Oh berarti, Tante ngga terlalu
466 khawatir banget Tante…
467 Intee “Terhadap covid ya?”
468 Inter 1 “Iya sama virusnya itu sendiri”
88

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
469 Intee “Terhadap covid mau dibilang
470 terlalu banget, gimana memang
471 kita harus menghadapi dia.
472 Kalau saya begitu”
473 Intee Kita hadapin dengan selalu
474 bawa alkohol, bawa hand-
475 sanitizer kemanapun, pake
476 masker, pake kacamata, face-
477 shield, pake apa. Lengkap udah,
478 abis megang uang, ya kita
479 kerjakan aja protokol Kesehatan
480 Inter 1 Berarti, tante nih, yang paling
481 bener-bener ngeganggu gejala
482 psikis Tante itu apa sih?
483 Intee Gejala psikis itu? Itu saya tidak
484 berkegiatan itu. Saya tidak bisa
485 kerja, tidak bisa pergi kemana-
486 mana…
487 Intee …di mana semua harus stop,
488 kan pernah kita kan kondisinya
489 memang kita gaboleh pergi-
490 pergi pernah kan. Ini aja udah Terbatasnya interaksi
491 agak longgar kan? Beberapa sosial yang membuat
492 bulan yang lalu kan kita harus di sebal
493 rumah se-sepenuh-penuhnya di
494 rumah. Kalo bisa gausah keluar,
495 gausah keluar kan. Pernah kan
496 waktu awal dulu?
497 Intee Itu yang bikin saya sebel
498 Intee Sosialnya terganggu
499 Inter 1 Yang paling terganggu itu…
500 sosialnya itu karena
501 terbatasnya…
502 Intee Interaksi sosial… ya
503 Inter 1 Nah Tante, gimana sih, cara
504 ngehadepin kayak, ngerasa
505 tekanan gitu, atau ngerasa
Batas waktu yang
506 overthinking yang udah Tante
tidak tentu dan berita
507 lakukin gitu?
korban covid yang
508 Intee Saya orangnya sebenarnya
terus naik membuat
509 easy-going… Saya gaterlalu,
overthinking
510 sebetulnya gaterlalu
511 overthinking juga gitu lho
89

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
512 Intee “Jadi, cuma karna ini batas
513 waktunya yang tidak tertentu
514 dan panjang itu jadi membuat
515 kita overthinking kan. Artinya
516 kalo emang gaboleh, kita lihat
517 aja nanti mungkin bulan depan
518 udah baikan gitu, ternyata ga.
519 Bulan depan lagi engga,
520 semakin bayak semakin banyak,
521 kalo kayak gini caranya, emang
522 musti di rumah aja kali. Karna
523 korban kan naik terus…
524 Intee Naik terus. Di satu pihak kalo
525 kita lihat, saya sempet, males
526 tuh nonton TV tuh kalo ada
527 laporan tentang Covid kan,
528 karna naik terus naik terus. Nah
529 ini bikin gua puyeng nih kalo
530 begini nih. Akhirnya saya
531 membatasi untuk tahu berita-
532 berita yang meninggal yang apa
533 gara - gara Covid saya
534 membatasi, dengan berusaha
535 untuk ya udahlah jalanin aja
536 kali ya gitu. Kalau misalkan
537 tetap beraktivitas kita tutup
538 kepala kita lakukan apa yang
539 harus kita kerjakan gitu lho, gitu
540 salah satu cara realistic nya
541 kaya gitu padahal terakhir ini
542 malah justru saya yang kena
543 sakit.
544 Inter 1 Kan tadi kan Tante cemas itu
545 karena terbatas karena itu ya
546 tempat pergi ya Tante ya…
547 Inter 1 Selain itu, ada lagi ngga
548 sih Tante saat-saat Tante cemas Pikiran tentang
549 di pandemi ini gitu Tan? pekerjaan dan adik
550 Intee Yaitu tentang masa depan yang sedang sakit
551 tentang habis ini, gua masih ada yang membuat cemas
552 kerjaan ngga nih gitu
553 Intee Terus itu tadi keluarga
554 saya Adek saya ada yang lagi
555 sakit gitu kasihan kan dia
90

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
556 gimana lanjutin berobatnya
557 pokoknya semua semua keluar
558 deh di otak saya kalau malam
559 Inter 3 Kan tadi Tante sempat
560 bilang juga ada susah tidur terus
561 berat badan turun, kira-kira saat
562 Tante susah tidur ini karena
563 banyak pikiran atau banyak
564 yang Tante pikirin ngga saat
565 susah tidur itu?”
566 Intee Banyak, ya itu banyak jadi saya
567 masih bisa kerja ngga nanti.
568 Pikiran saya lagi anak saya satu
569 di Semarang kan anak saya tuh
570 sudah nunggu mau sidang S2-
571 nya. Ternyata semester kemarin
572 lewat gara-gara apa ngga ada
Pikiran tentang anak
573 jurnal yang terbit, pikir saya
di Semarang yang
574 juga dong. Harusnya kan
belum sidang S2 yang
575 semester kemarin sudah wisuda
membuat tidak bisa
576 dong nah semester ini lanjut
tidur
577 lagi, dosennya itu penuh banget
578 ngga bisa ini. Sekarang dia lagi
579 nunggu waktu ujian, aduh
580 kasihan banget kalau dia sampai
581 dua semester tergantung gitu ya
582 kasihan kan, saya pikiran juga
583 saya pikirin gitu, gitu-gitu deh
584 numpu-numpuk semua
585 karena, karena ya masalahnya
586 satu ya covid-19 ini ya kan?
587 Kan, kalau seandainya saya
588 masih ngga ada C-19 saya
589 masih kerja biasa ini
590 biasa, mungkin ngga kayak gitu
591 Inter 3 Gitu ya. jadi susah tidur, emang
592 bangun tidur bangun tidur?
593 Intee Sekarang, setelah ketahuan saya
Solusi untuk
594 gula darah, terus udah minum
menenangkan diri,
595 obat terus mungkin saya, dari
seperti hobi tanaman,
596 hati saya ya dari pikiran saya
menelepon teman
597 mungkin terkoordinasi lu udah
598 baikan sekarang, lu udah tahu
599 solusinya apa lu musti ini lu
91

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
600 musih manage diri lu sendiri
601 lagi, sekarang kan saya
602 sudah lumayan walaupun saya
603 kalau tidur jam 21.00 nanti jam
604 03.00 jam 03.30 udah
605 kebangun, tapi tidurnya udah
606 lumayan lelap
607 Intee Jadi mungkin itu stresnya udah
608 mulai rada-rada release kali ya,
609 lebih mengetahui diri sendiri,
610 lebih istilahnya apa, lebih ikhlas
611 lebih pasrah udah deh jalanin
612 aja atau gimana lah pokoknya
613 gue harus cari solusi seperti
614 apa, hidup gua berjalan
615 terus, hidup saya berjalan lagi
616 gitu itu mungkin udah karena
617 kayak gitu, ya lumayan udah
618 lumayan
619 Intee Saya itu ke itu hobi saya ke
620 tanaman saya, saya
621 hobi tanaman
622 Intee “Iya betul-betul. Untungnya,
623 saya orangnya kayak gitu.
624 Adek-adek jangan kayak gitu
625 lho anak-anakku
626 Intee “Saya dibantulah waktu saya
627 teler-telernya kemarin itu pas
628 lagi lemas, yang masak saya ya,
629 yang nyuci saya
630 Intee Iya
631 Intee Iya kadang saya teleponan sama
632 teman-teman. Cuma ya ngga
633 ketemuan, saya memang
634 menghindari juga untuk
635 ketemu, kan mereka udah mulai
636 kaya hangout makan bareng
637 gitu udah ke restoran, saya ngga
638 pengen juga gitu ketemuan-
639 ketemuan. Soalnya kita
640 ngga, ngga tahu sih ya, ini kan
641 virus jadi ngga kelihatan.
642 Inter 3 Terus biasanya kan tadi Tante Subjek lebih
643 bilang kan dokter ini ngasih mengenal diri sendiri
92

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
644 anjuran untuk tidak makan ini dan berdamai dengan
645 tidak makan itu, biasanya hal yang dihadapinya.
646 keluarga Tante bantu kontrol
647 ngga Tante atau ngingetin Tante
648 atau misalkan gimana?
649 Intee Iya dia bilang tenang, bu itu
650 berdamai dengan badan ibu
651 dengan gulanya gitu. Jadi
652 berdamai itu dalam artian, ibu
653 know your self ibu kan tau
654 batesannya ibu seperti apa, ini
655 ngga boleh, ini ngga boleh. Jadi
656 semua dia bolehin yang penting
657 know your body, know your self.
658 Tau diri aja gitu. Ya udah kalo
659 lu memang ada di dalem gue ya
660 terserah, tapi gue ngga
661 keganggu sama lo. Jadi temen
662 gue seumur hidup ngga papa
663 gitu lho. Saya maintenance
664 sendiri, saya maunya gitu, cuma
665 yang belum pas banget
666 banyaknya ya antara mind saya
667 dengan body saya itu ya
668 mungkin karna saya 15 tahun
669 kerja di JIS ngga ada apa-apa.
670 Terus ini kok gara-gara ini aja 2
671 bulan ini gue jadi berubah gitu,
672 kadang-kadang masih suka
673 aduh kok gini sih, belum dapet
674 banget istilahnya makanan
675 pokok gue musti gimana ya biar
676 gue ini, cuma yang sekarang ya
677 saya hindari, saya ngga boleh
678 laper gitu aja, gitu.
679 Inter 3 Berarti sebelum dan sesudah
680 Tante ke dokter kan Tante tau
681 ya, kalo secara psikologis gitu Berubahnya perasaan
682 Tante ada perubahan ngga sih? menjadi tenang
683 Ngerasa sebelum Tante ke setelah menerima
684 dokter sama setelah Tante ke hasil lab dan adanya
685 dokter (Intee memotong) set of mind.
686 Intee Sekarang lebih tenang karna
687 udah terus kemaren hasil lab
93

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
688 saya yang ketiga kan udah
689 balance kan berarti saya udah
690 punya track nya. Gue harus
691 begini, saya harus begini supaya
692 begini. Jadi saya punya set of
693 mind sekarang, saya harus kek
694 gini, supaya saya ngga kurus
695 supaya badan saya tetep enak
696 saya harus kek gini, gitu. Saya
697 harus belajar bahwa meng-
698 inikan inner saya secara
699 psikologis saya harus seperti
700 apa tuh saya harus cari dong
701 track nya kan.
702 Inter 3 Jadi perubahannya tuh emang
703 terasa ya Tante ya?
704 Intee Terasa banget.
705 Inter 5 Dari Tante buat kami para
706 generasi-generasi muda nih
707 bagaimana cara menurut Tante
708 dalam posisi covid ini dalam
709 penanganan bagi kami sendiri.
710 Ada ngga saran-saran dari
711 Tante?
712 Intee Hmm... ya hidup sehat, olahraga
713 terus kerjaan dikerjakan, dan
714 kalian kan mahasiswa, ya
Solusi yamg diberikan
715 mahasiswa kalo kerjaannya
subjek dalam
716 harus kuliah ya memang kuliah
menghadapi covid.
717 tapi, kuliah, kuliah, kuliah,
718 kerjain tugas, tapi harus siapin
719 waktu untuk olahraga gitu. Jadi
720 positive thinking tetep, tetep
721 harus positive thinking. Jadi
722 takut-takut boleh tapi ya kalo
723 saya pikir kalo keluar jangan
724 terlalu banyak dulu deh. Karna
725 memang belum begitu aman ya
726 apalagi daerah Depok ya, gitu.
727 Inter 5 Karna itu ya Tante ya, karena Prinsip berpikir
728 dia itu tidak terlihat jadi kita bahwa tidak tahu
729 kayak takut sendiri, sebenernya teman yang ditemui
730 mau keluar-keluar pun gitu. merupakan OTG atau
bukan
94

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
731 Inter 5 Walaupun kita sudah mengikuti
732 protokol juga jadi kayak masih
733 serba salah kalo misalnya mau
734 keluar pun karna dia, kita ngga
735 tau dia itu ada di mana gitu ya?
736 Intee Saya prinsipnya Anda tidak tau
737 apakah temennya itu yang Anda
738 temui OTG atau bukan, ya kan?
739 Dan OTG atau bukan itu bisa
740 gampang terdeteksi kalo dia
741 tidak serumah kan, kalo
742 serumah kan kita udah biasa
743 sama dia. Mungkin kita tau wah
744 kayaknya ngga nih orang ini.
745 Tapi kalo yang dari mana even
746 itu saudara, kita kan ngga tau
747 dia bergaul sama siapa, dia
748 ketemu siapa gitu.
749 Inter 5 Kalo dari Tante sendiri kayak
750 menerima orang dari luar
751 seumpama masuk ke rumah
752 Tante gitu gimana Tante?
753 Intee Ya saya mau aja sih
754 sebernernya, dia mandi, tapi ya
755 saya jarang menerima orang. Ya
756 udah ngga usah terima tamu
757 dulu kalo gitu
758 Inter 5 Jadi kalo misalnya Tante ada,
Cara menghadapi
759 kan pasti ngga menutup
orang luar, seperti
760 kemungkinan dong Tante harus
tidak terima tamu,
761 terima paket atau bagaimana itu
memakai masker, dan
762 bagaimana itu biasanya?
membersihkan barang
763 Intee Ya pake masker, terus terima
dan tangan
764 paket, paketnya disemprot dulu
765 atau diamkan di suatu tempat
766 dulu terus kita nya cuci tangan
767 bersih-bersih, maskernya juga
768 dicuci. Udah, diemin aja tuh
769 barang. Kalo udah berapa jam
770 lalu dipegang terus di-spray lagi
771 baru kemasannya dibuka di
772 dalemnya di-spray lagi, kita
773 cuci tangan lagi, gitu.
95

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
774 Inter 5 Ya Tante kalo misalnya akhir
775 bulan itu tetep harus belanja
776 dong ya, kayak belanja yang
777 banyak gitu ya maksudnya.
778 Intee Iya sering.
779 Intee Iya belanja saya, jalan-jalan.
780 Inter 6 Kalo Tante ke grocery itu Tante
781 sama siapa?
782 Intee Apanya?
783 Inter 6 Perginya gitu, ada yang
784 nemenin atau?
785 Intee Sama suami ya kadang anak
786 saya ikut tapi dia suka males.
787 Inter 6 Jadi bener-bener saat yang tepat
788 untuk Tante.
789 Intee Wah seneng banget saya (Intee
790 tertawa) kadang-kadang
791 misalkan ke mall kita tujuannya
792 ke supermarket nih, kita
Perasaan senang saat
793 keliling aja dulu
pergi ke mall untuk
794 Inter 2 Jadi Tante justru malah ngerasa
belanja.
795 seneng ya Tante, ngga cemas
796 waktu keluar.
797 Intee Oh iya, kan saya udah bilang
798 dari awal saya tuh orangnya
799 seneng pergi emang
800 karakternya tuh seneng pergi
801 kesana kemari. Maksudnya
802 bukan pergi yang buang-buang
803 waktu. Begini pergi ya pergi
804 tapi hangout sama teman kuliah
805 tapi saya ngga terlalu yang
806 kelihatan banget gitu lho. Tapi
807 saya seneng bepergian gitu lho
808 kemana, kemana, kemana, lihat
809 taneman, naek motor kadang-
810 kadang sama suami. Seneng
811 saya bepergian tu. Yang paling
812 ngga enak di covid ini ya ngga
813 bisa berpergian itu.
814 Inter 5 Pokoknya covid ini sangat-
Terganggunya
815 sangat mengganggu dari sosial
kegiatan sosial yang
816 Anda ya
membuat depresi
96

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
817 Intee Itu yang membuat kepala saya
818 paling ngga kuat yang membuat
819 saya makanya saya depresi itu.
820 Kegatan sosial stop saya
821 harusnya bisa ke semarang ke
822 anak saya yang laki-laki
823 harusnya udah dua kali. Ini udah
824 hampir sepuluh bulan saya
825 biasanya kesana berapa hari
826 sekali even itu 3 hari saya bisa
827 kesana naik kereta, me time,
828 liat-liat keluar
829 Inter 6 Sudah berubah semuanya ya
830 Tan?
831 Intee Itu yang bener-bener membuat
832 inner saya ngga terima
833 Inter 5 Sebenernya itu yang mau kita
834 tanyakan pada wawancara kali
835 ini, berarti kita liat ya Tante
836 bagaimana secara fisik Tante
837 terganggu sekali dari mulai
838 prediabete terus juga tidur nya
839 terganggu walaupun sudah Prediabete yang
840 terjadi dari sebelum covid tapi semakin parah saat
841 makin parah karena gangguan covid, gangguan tidur,
842 psikis Tante Bener kan? dan terganggunya
843 Intee He em kegiatan sosial yang
844 Inter 5 Bagaimana sosial Tante jadi menjadi gangguan
845 sangat terganggu yang yang dialami
846 sebenernya bisa bertemu
847 bertemu adik Tante yang sedang
848 sakit bisa Tante jagain jadi tidak
849 bisa karena kita sendiri takut
850 untuk keluar dari rumah ya?
851 Intee He em
852 Inter 1 Sama kayak yang TK katakan
853 Jadi, Tante merasa cemas bukan
854 karena virus itu sendiri ya Tante
Kecemasan terhadap
855 ya? tapi lebih terbatas waktu,
virus dialami pada
856 tempat?
waktu awal karena
857 Intee Gimana ya mau dibilang ngga
masih baru
858 cemas karena virus kan salah
859 Intee Tapi saya tidak terlalu over.
97

NO. HASIL WAWANCARA


TEMA
BARIS SUBJEK
860 Waktu awalnya kan kita takut
861 banget waktu pertama kali virus
862 corona droplet bisa, kita kan
863 depress-nya gara-gara covid
864 kan?
865 Inter 1 Jadinya gini ya Tante tadinya
866 emang cemas sama virus itu
867 karena itu virus baru ya
868 Intee Iya
869 Inter 1 Jadinya kita bingung, gimana
870 cara menghadapinya
871 Inter 5 Baru setelah itu menimbulkan
872 Intee Mungkin akses-aksesnya
IX. PEMBAHASAN

Dalam penelitian oleh Lee (2020), coronavirus anxiety merupakan suatu


kecemasan yang meningkat secara klinis, di mana terdapat gejala-gejala seperti,
pusing, gangguan tidur, imobilitas tonik, kehilangan nafsu makan, mual atau
gangguan perut, mirip dengan pusing, stres perut dan perut juga merupakan gejala
utama serangan panik dan berhubungan dengan fitur gangguan kecemasan umum.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bersama subjek, ciri-ciri
coronavirus anxiety yang muncul pada subjek salah satunya adalah dimana subjek
mengatakan bahwa tingkat kecemasannya meningkat saat menonton berita
mengenai laporan covid kemudian subjek merasa pusing dan menonton berita
mengenai laporan covid. Subjek juga mengatakan bahwa sejak bulan September
subjek mengalami penurunan berat badan secara drastis. Dokter mengatakan hal
tersebut dikarenakan subjek kurang makan makanan yang bergizi. Gejala lainnya
dialami subjek yang diakibatkan oleh covid yaitu gangguan tidur, karena pada
waktu sebelum tidur subjek rentan memikirkan keadaan pada saat pandemi ini yang
semakin parah dan dibatasinya aktivitas subjek. Subjek yang memiliki gangguan
tidur keadaannya semakin memburuk selama pandemi.
Subjek merasa keadaannya lebih baik dikarenakan subjek telah mengetahui
keadaan dirinya dan cara menghadapi gejala-gejala yang sedang dialami subjek
setelah konsultasi ke dokter dan mendapatkan hasil laboratorium yang ketiga.

98
X. KESIMPULAN

Kecemasan subjek terhadap pandemi covid-19 disebabkan karena


terbatasnya aktivitas dan setelah mengetahui berita-berita mengenai laporan covid-
19. Gangguan fisik dan psikis yang sesuai dengan kriteria coronavirus anxiety
dialami oleh subjek.

99
DAFTAR PUSTAKA

Asmundsona, G., dkk. (2020). Do pre-existing anxiety-related and mood disorders


differentially impact t covid-19 stress responses and coping?. Journal of
Anxiety Disorders, vol. 74, hlm. 1-6,
https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2020.102271.
Horesch, D. & Brown, A. (2020). Traumatic stress in the age of covid 19: a call to
close critical gaps and adapt to new realities. Psychological Trauma, vol.
12, no. 4, hlm. 331-335.
Jannah, M., Yacob, F. & Julianto. (2017). Rentang kehidupan manusia (life span
development) dalam islam: International Journal of Child and Gender
Studies, vol. 3(1), hlm. 108-109.
Lee, S.A. (2020). Coronavirus anxiety scale: A brief mental health screener for
covid-19 related anxiety. Death Studies, vol. 44, (7), hlm. 393–40.
Lee, S.A., dkk. (2020). Clinically significant fear and anxiety of covid-19: A
psychometric examination of the coronavirus anxiety scale. Psychiatry
Research, vol. 290, hlm. 1-7,
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113112.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup,
edisi 5, jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Wardani, D. P. & Septiningsih, D. S. (2016). Kesepian pada middle age yang
melajang: Studi fenomenologis tentang tipe kesepian. Psycho Idea, vol.
14(2), hlm. 28-29.

98

Anda mungkin juga menyukai