Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TERAPI REALITAS (REALITY THEORY)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu;
Risatur Rofi’ah,S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:
Didik Kurniawan
Putri Alimatul Afifah

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN
2021-2022
KATA PENGANTAR

Pertama dan yang paling utama adalah untaian rasa syukur kehadirat Allah SWT.,
yang telah melimpahkan segala nikmat dan karuni-Nya kepada manusia. Kedua
kalinya Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.
Makalah yang berjudul “Terapi Realitas” adalah tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling Alhamdulillah dapat diselesaikan, maka dengan itu kami ucapkan
terima kasih kami kepada:
1. Risatur Rofi’ah,S.Pd.,M.Pd.selaku dosen pengampu.
2. Teman-teman prodi bimbingan dan konseling islam semester VI yang
selalu membantu dalam memberikan informasi.
Namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, disebabakan keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan.
Tiada gading yang tak retak, justru rataknya gading itu menunjukkan keasliannya.
Akhirnya kami hanya dapat berharap dan berdo’a semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca, Amin.

Lamongan, 10 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4

1.1. Latar Belakang..........................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

2.1. BIOGRAFI WILLIAM GLASSER..........................................................6

2.2. KONSEP DASAR TERAPI REALITAS.................................................7

2.3. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA........................................................8

2.4. HAKEKAT TERAPI REALITAS..........................................................10

2.5. KARAKTERISTIK TERAPI REALITAS..............................................10

2.6. TUJUAN TERAPI REALITAS..............................................................12

2.7. FUNGSI DAN PERAN TERAPIS.........................................................13

2.8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI TERAPI REALITAS.....14

2.8.1 Kelebihan.........................................................................................14

2.8.2 Kekurangan......................................................................................14

2.9. KEUNIKAN TERAPI REALITAS........................................................14

2.9.1 Keunikan Aliran Konseling Realitas...............................................14

2.9.2 Keunikan Terapi Realitas.................................................................15

2.10. TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI REALITAS...............................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

3.1. KESIMPULAN.......................................................................................16

3.2. SARAN...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reality therapy adalah pendekatan kombinasi psikoterapi dan konseling.
Dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1960, reality therapy dianggap
variasi dari Cognitive Behavioral Therapy (Seligman L &Reichenberg, 2010).
Reality therapy berbeda dengan psikiatri konvensional dan psikoanalisis dimana
fokus pada apa yang disebut Glasser dengan tiga R yaitu Realisme, Responsibility
dan Right atau Wrong, tidak melulu fokus pada gejala-gejala dari gangguan
mental (Glasser, 1990).
Reality therapy yang dicetuskan oleh William Glasser ini didasarkan pada
teori yang menekankan bahwa manusia merupakan makhluk sosial dan setiap
perilaku yang dikerjakan ada tujuannya. Oleh karena itu manusia tergantung dari
perilaku mereka sendiri dan bukan karena keluarga mereka, lingkungan mereka
atau konflik saat usia anak-anak. Sebaliknya perilaku dipandang sebagai pilihan,
dan penggunaan secara luas untuk terapi konseling, evaluasi serta pendidikan
dimana reality therapy berusaha untuk menghindari pemaksaan dan hukuman
serta mengajarkan tanggung jawab (Wubbolding, 2002).

1.2. Rumusan Masalah


1. Siapakah William Glasser ?
2. Bagaimanakah Konsep Dasar Terapi Realitas?
3. Apa Itu Kebutuhan Dasar Manusia?
4. Apa Hakekat Terapi Realitas?
5. Bagaimanakah Karakteristik Terapi Realitas?
6. Apakah Tujuan Terapi Realitas?
7. Bagaimanakah Fungsi Dan Peran Terapis?
8. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Dari Terapi Realitas?
9. Apa Keunikan Terapi Realitas?
10. Bagaimanakah Teknik Dan Prosedur Terapi Realitas?

4
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Siapakah Tokoh William Glasser.
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Konsep Dasar Dari Terapi Realitas.
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Kebutuhan Dasar Manusia menurut Terapi
Realitas.
4. Untuk Mengetahui Apa Hakekat Dari Terapi Realitas.
5. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Karakteristik Terapi Realitas.
6. Untuk Mengetahui Apakah Tujuan Terapi Realitas.
7. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Fungsi Dan Peran Terapis.
8. Untuk Mengetahui Apa Kelebihan Dan Kekurangan Dari Terapi Realitas.
9. Untuk Mengetahui Apa Keunikan Terapi Realitas.
10. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Teknik Dan Prosedur Terapi Realitas.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. BIOGRAFI WILLIAM GLASSER


William Glasser lahir tahun 1925, dididik di Case Western Reserve
University in Cleveland, Ohio. Awalnya seorang insinyur kimia, ia beralih ke
psikologi (MA, Psikologi Klinis, 1948) dan kemudian ke psikiatri, masuk sekolah
kedokteran (MD, 1953) dengan tujuan menjadi psikiater. Pada tahun 1957 ia telah
menyelesaikan pelatihan psikiatrisnya di Administrasi Veterans dan UCLA di Los
Angeles dan pada tahun 1961 ia mendapatkan sertifikasi dewan di bidang
psikiatri.
Glasser menikah dengan Naomi Glasser (m. 1946–1992) kemudian
Carleen Glasser (m. 1995–2013),Glasser sangat awal menolak model Freudian,
sebagian karena pengamatannya terhadap terapis terlatih secara psikoanalisis yang
tampaknya tidak menerapkan prinsip-prinsip Freudian. Sebaliknya, mereka
cenderung meminta pertanggungjawaban orang atas perilaku mereka. Di awal
karirnya, Glasser adalah seorang psikiater di Sekolah Ventura, sebuah penjara dan
sekolah untuk anak perempuan yang dioperasikan oleh Otoritas Pemuda
California. Dia menjadi yakin bahwa pelatihan psikoanalitiknya memiliki
kegunaan terbatas dalam menasihati orang-orang muda ini. Dari pengamatan ini,
Glasser berpikir yang terbaik adalah berbicara dengan bagian klien yang waras,
bukan pihak mereka yang terganggu.Glasser juga dipengaruhi oleh GL
Harrington, seorang psikiater dan mentor. Harrington percaya agar pasiennya
terlibat dalam proyek di dunia nyata,
Pada tahun 1962, Glasser mulai memberikan kuliah umum tentang
"psikiatri realitas", tetapi beberapa psikiater ikut penonton. Sebagian besar yang
hadir adalah pendidik, pekerja sosial,konselor, dan petugas pemasyarakatan, jadi
Glasser mengubah nama sistemnya menjadi "terapi realitas", yang menjadi judul
bukunya yang inovatif yang diterbitkan pada tahun 1965. Para pendidik
menemukan bahwa prinsip terapi realitas sangat membantu, dan dia diminta untuk
menerapkannya di kelas dan sekolah sebagai sebuah organisasi. Sebagai hasil dari
pengalaman ini, dia menulis Sekolah Tanpa Kegagalan pada tahun 1968, yang

6
berdampak besar pada penyelenggaraan sekolah, pelatihan guru, dan cara
pembelajaran dilakukan di sekolah.
Glasser mengambil posisi bahwa sekolah perlu disusun dengan cara
membantu siswa mencapai a identitas sukses sebagai lawan dari a identitas
kegagalan. Dia menganjurkan kurikulum yang disesuaikan dengan kehidupan
pelajar. Glasser memberikan kontribusi yang signifikan melalui lokakarya dalam
layanan untuk guru dan administrator. Sejak akhir 1960-an, terapi realitas telah
diterapkan lebih lanjut untuk pendidikan dan hampir semua hubungan manusia
lainnya, terutama hubungan intim. Glasser menjadi yakin bahwa itu dari sangat
penting bahwa klien menerima tanggung jawab pribadi atas perilaku mereka.
Pada awal 1980-an, Glasser sedang mencari teori yang bisa menjelaskan
semua karyanya. Glasser belajar tentang teori kontrol dari William Powers, dan
dia yakin teori ini memiliki potensi besar. Dia menghabiskan 10 tahun berikutnya
mengembangkan, merevisi, dan mengklarifikasi apa yang awalnya dia ajarkan.
Pada tahun 1996, Glasser telah menjadi yakin bahwa revisi ini telah begitu
mengubah teori sehingga menyesatkan untuk terus menyebutnya teori kontrol, dan
dia mengubah namanya menjadi teori pilihan untuk mencerminkan semua yang
telah dia kembangkan. Inti dari terapi realitas, yang sekarang diajarkan di seluruh
dunia, adalah bahwa kita semua bertanggung jawab atas apa yang kita pilih untuk
dilakukan. Kami secara internal termotivasi oleh kebutuhan dan keinginan saat
ini, dan kami mengontrol pilihan perilaku kami saat ini.1

2.2. KONSEP DASAR TERAPI REALITAS


Teori yang mendasari terapi realitas, disebut “teori pilihan”. Teori pilihan
merupakan salah satu teori yang menjelaskan tidak hanya kita berfungsi sebagai
individu, secara psikologis dan fisiologis namun juga bagaimana kita berfungsi
sebagai kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam teori pilihan menegaskan
bahwa pengendalian mengacu pada perasaan ‘control batin’ seseorang dan bahwa
kebanyakan perilaku kita termotivasi secara internal.

1
Gerald Corey, “Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi” (2016): 341.

7
Karena pada dasarnya motivasi dan perilaku manusia dihasilkan atau dipilih
sebagai upaya untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan universal.
Dari sini kita dapat merumuskan lima prinsip utama teori pilihan, antara lain:2
1. Kebutuhan-kebutuhan dasar kita, karena motivasi dan perilaku manusia
dirancang untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan dasar yang
dibangun dalam susunan genetis kita yaitu : kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai, kebutuhan untuk merasa mampu dan berprestasi, kebutuhan untuk
memperoleh kesenangan, kebutuhan untuk memperoleh kebebasan dan
kemandirian, kebutuhan untuk hidup.
2. Dunia berkualitas, kita bangun dengan cara mengisinya dengan gambar-
gambar, simbol-simbol orang, tempat, benda, keyakinan, ide, nilai yang
penting atau spesial dan memiliki kualitas untuk kita. Yang dimaksudkan disini
adalah berisi keinginan-keinginan atau hasrat-hasrat spesifik dan unik
mengenai bagaimana kita sangat ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.
3. Frustasi (ketidakpuasan)
4. Perilaku total (thinking,feeling,acting,fisiologis)
5. Persepsi dan realitas terkini, bagaimana orang-orang mempersepsikan diri,
tentu saja membentuk realitas mereka mengenal dunia dan diri mereka pada
titik tertentu. Memahami persepsi klien mengenai realitas terkini dan
mebantunya mengevaluasi kembali persepsi tersebut dipahami oleh terapis
realitas sebagai aspek yang sangat penting dalam proses konseling.

2.3. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan membawa kebutuhan dasarnya
yang mana hal itu membuat manusia tumbuh dan mengembangkan kualitas
kepribadian yang berbeda . Lima dasar kebutuhan itu adalah: 3
1. kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan untuk berinteraksi atau
berhubungan dengan orang lain (Love and belonging)

2
Stephen Palmer, “Konseling Dan Psikoterapi” (2010): 525.

3
Isabella Hasiana, “PENGARUH TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU
MEMBOLOS SEKOLAH (STUDI KASUS),” Bikotetik (2020): 64–65,
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jbk/article/view/10878.

8
2. Kebutuhan untuk merasa berhasil dan kompeten, berharga, serta dapat
mengendalikan atau mengontrol kehidupan sendiri, (Power or achievemen )
3. Kebutuhan untuk bisa menikmati hidup (Fun)
4. Kebutuhan untuk mampu membuat pilihan dan memiliki hidup sesuai dengan
batasan kemampuan yang dimiliki, (Freedom or independence)
5. Kebutuhan untuk dapat hidup, antara lain mendapatkan kesehatan, makanan,
udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan fisik. (Freedom of life )
Namun bisa saja dalam pemenuhan kebutuhan tersebut juga terjadi konflik.
Misalnya, orang yang berhasil dalam segi ekonomi dan memiliki prestasi yang
cemerlang kemungkinan mengalami kesulitan dalam menjalin interaksi dengan
orang lain. Terapi realita ini menggunakan system WDEP untuk menolong
konselor dan konseli untuk membuat suatu perubahan.
1. W (wants) adalah keinginan, merupakan awal dari proses konseling dimana
konselor mencari tahu apa yang diinginkan oleh konseli, kebutuhan dan
persepsi konseli dan perubahan yang ingin mereka lakukan.
2. D (direction) adalah melibatkan konseli untuk lebih lanjut menggali secara
langsung hidup mereka.
3. E (evaluation) merupakan prosedur untuk melakukan evaluasi dan
merupakan batu penjuru dari konseling realita.
Dalam proses evaluasi konseli dibantu untuk mengevaluasi perilaku mereka
dan bagaimana mereka merespon perilaku-perilaku yang lain. Jika konseli
mengenal perilaku yang tidak produktif, mereka dapat merubah motivasinya. Jika
mereka tidak dapat mengenali maka konseling dapat dirincikan, oleh karena itu
merupakan hal yang penting sekali bagi klien untuk melakukan evaluasi.
4. P (plan) adalah perencanaan. WDEP adalah sebuah sistem yang focus,
dimana konseli diajak untuk berkonsentrasi dalam merencanakan hal-hal
untuk merubah perilakunya dan memiliki komitmen untuk melakukan
rencananya tersebut.
Dalam menerapkan WDEP ini, konseli juga harus dikontrol oleh konselor
dan kadang-kadang perlu dilakukan penulisan kontrak untuk tindakan alternative
yang bertanggung jawab dan terinci. Konseli diminta untuk membuat komitmen
dalam merencanakan suatu tindakan.

9
2.4. HAKEKAT TERAPI REALITAS
Terapi realitas menekankan pada masalah moral antara benar dan salah
yang harus diperhadapkan kepada konseli sebagai kenyataan atau realitas. Terapi
realitas menekankan pertimbangan menyangkut nilai-nilai. la menekankan bahwa
perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat
beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya. Dengan
kata lain terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang. Meskipun tidak
menganggap perasaan dan sikap tidak penting, tetapi terapi realitas menekankan
kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas adalah proses pengajaran
(teaching process) dan bukan proses penyembuhan (healing process).
Itu sebabnya terapi realitas sering menggunakan pula pendekatan kognitif
dengan maksud agar konseli dapat meneyesuaikan diri terhadap realitas yang
dihadapinya. Terapis bisa menjadi orang yang membantu para klien dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sekarang dengan membangun suatu
hubungan yang personal dan tulus.4

2.5. KARAKTERISTIK TERAPI REALITAS


Terapis realitas tidak mendengarkan keluhan-keluhan yang panjang,
menyalahkan dan mengkritisi karena itu merupakan perilaku paling tidak efektif
dalam daftar tata perilaku kita. Terapis realitas akan fokus pada beberapa hal yang
menjadi karaktertistik dari reality therapy.5
1. Penekanan pada pilihan dan tanggung jawab
Jika kita memilih sesuatu untuk kita kerjakan, kita harus bertanggung
jawab terhadap apa yang kita pilih. Bukan artinya kita harus menyalahkan
atau menghukum kecuali kita melanggar hukum tetapi ini artinya terapis
jangan sampai kehilangan pandangan terhadap kenyataan bahwa klien
bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.
2. Menolak Transference
Glasser berpendapat transferensi merupakan cara bagi terapis dan klien
menghindari untuk menjadi diri mereka sendiri dan rasa memiliki terhadap
4
Jon Efendi, “Penggunaan Terapi Realitas (Reality Therapy) Bagi Tunanetra” (2009): 9.

5
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, 7th ed. (California:
Thomson Brooks/Cole, 2005).

10
apa yang mereka kerjakan saat ini adalah benar. Terapis menempuh cara
beradanya yang sejati bahwa mereka menjadi diri sendiri tidak memainkan
peran sebagai ayah, ibu atau siapapun bagi klien..
3. Menjaga Terapi untuk saat ini
Pendapat Glasser apapun kesalahan yang kita buat di masa lalu tidak
berhubungan untuk saat ini karena masa lalu itu telah tetap dan tidak bisa
diubah. Kita hanya dapat memenuhi kebutuhan kita saat ini.Terapis realita
tidak sepenuhnya menolak masa lalu.
4. Menghindari fokus pada gejala
Glasser (2003) berpendapat orang-orang yang memiliki gejala, mereka
hanya akan bebas dari gejala tersebut bila mereka menemukan
kebahagiaan. Apakah orang-orang yang tertekan dan menderita mereka
cenderung berfikir apakah mereka merasakan kebahagiaan. Mereka segan
menerima kenyataan atas penderitaan dan ini haknya atas keseluruhan
perilaku yang dipilih. Mendapatkan dua kisaran rintangan diatas pada
terapi dan focus masalah saat ini dapat memperpendek proses sebagian
besar terapi.
5. Tantangan gambaran sakit mental tradisional
Choice theory menolak pikiran tradisional bahwa orang dengan
problem gejala fisik dan psikologis dikatakan sakit mental. Glasser
melukiskan gambaran psikiater sebagai seorang yang mendiagnosa
individu secara luas dengan sakit mental dan psikiater berusaha
meyakinkan pasien-pasien bahwa patologi dari otak merupakan penyebab
masalah mereka. Kemudian psikiater mengobati pasienpasien tersebut
dengan memberi resep obat-obat psikiatri. Glasser mengkritik psikiatri
tradisional yang cenderung mengecilkan arti terhadap psikoterapi dan
gagasan tentang sesuatu dimana pasien dengan gejala dapat melakukan
untuk mereka sendiri agar gejala-gejala tersebut berkurang dan menjadi
tidak aktif.

11
2.6 . TUJUAN TERAPI REALITAS
Tujuan umum terapi realitas adalah membantu seseorang untuk mencapai
otonomi. Pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi
kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan
internal. Kematangan ini menyiratkan bahwa orang-orang mampu bertanggung
jawab atas siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka serta mengembangkan
rencana-rencana yang bertanggung jawab dan realistis guna mencapai tujuan-
tujuan mereka.Terapi realitas membantu orang-orang dalam menentukan dan
memperjelas tujuan-tujuan mereka. Selanjutnya, ia membantu mereka dalam
menjelaskan cara-cara mereka menghambat kemajuan ke arah tujuan-tujuan yang
ditentukan oleh mereka sendiri.6
Gladding (2012) menjelaskan bahwa pada pendekatan terapi realitas
menggunakan system WDEP (Wants, Direction, Evaluation, Planning) sebagai
metode dalam membantu konselor dan klien membuat kemajuan dan menerapkan
teknik..7

2.7. FUNGSI DAN PERAN TERAPIS


Peran terapis realitas bukanlah membuat evaluasi untuk klien tetapi untuk
menantang klien untuk memeriksa apa yang mereka lakukan. Terapis realitas
membantu klien dalam mengevaluasi arah perilaku mereka sendiri, tindakan
spesifik, keinginan, persepsi, tingkat komitmen, kemungkinan arah baru, dan
rencana tindakan. Klien kemudian memutuskan apa yang akan diubah dan
merumuskan rencana untuk memfasilitasi perubahan yang diinginkan. Hasilnya
adalah hubungan yang lebih baik, peningkatan kebahagiaan, dan rasa kendali
batin atas hidup mereka (Wubbolding, 2011b).
Adalah tugas terapis untuk menyampaikan gagasan bahwa betapapun
buruknya hal itu tetap ada harapan. Jika terapis mampu menanamkan harapan ini,
klien merasa bahwa mereka tidak lagi sendiri dan perubahan itu mungkin terjadi.
Fungsi terapis sebagai advokat, atau seseorang yang berada di pihak klien.
6
Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, 7th ed. (bandung: PT refika
aditama, 2013).
7
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang) Solichah, Novia (Fakultas Psikologi, “Konseling
Pendekatan Terapi Realitas Untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik,” Penelitian Psikologi 11,
no. 1 (2020): 10, http://jurnalfpk.uinsby.ac.id/index.php/JPP/index.

12
Bersama-sama mereka dapat secara kreatif menangani berbagai masalah dan
pilihan.8
Konselor juga mengajar klien bagaimana caranya mereka bisa
menciptakan identitas sukses dengan jalan mengenali dan menerima tanggung
jawab atas pilihan perilaku mereka sendiri (Glasser, 1986c). Peranan ini menuntut
konselor untuk melakukan beberapa fungsi :
1. Menyediakan sebuah model dari perilaku bertanggung jawab dan model
dari hidup yang didasarkan pada identitas sukses
2. Menciptakan iklim saling mempercayai yang didasarkan pada saling
memperdulikan dan respek
3. Memfokuskan pada kekuatan dan potensi individual yang bisa membawa
ke sukses
4. Secara aktif mempromosikan diskusi tentang perilaku klien sekarang dan
tidak membiarkan dalih-dalih mengapa sampai dilakukan perilaku tidak
bertanggung jawab dan tidak efektif
5. Memperkenalkan dan mendorong proses evaluasi secara realistis keinginan
yang bisa dipenuhi
6. Mengajar klien memformulasikan dan melaksanakan rencana untuk
mengubah perilaku mereka
7. Menegakkan struktur dan batas-batas suatu sesi
8. Menolong klien menemukan jalan untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka
dan menolak untuk menyerah begitu saja, bahkan pada saat klien menjadi
kehilangan semangat.9

2.8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI TERAPI


REALITAS
2.8.1 Kelebihan
a. Jangka waktu terapi relatif pendek
b. Klien diharuskan dapat mengevaluasi tingkah lakunya sendiri
c. Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien ditunutut untuk
melakukan tindakan atas komitmen yang telah ia buat

8
Corey, “Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi.”
9
Gerald Corey, “Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi,” Pacific Grove (n.d.): 529.

13
2.8.2 Kekurangan
a. Tidak memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia
b. Di satu sisi terapi ini juga memandang peristiwa masa lalu sebagai
penyebab dari peristiwa sekarang

2.9. KEUNIKAN TERAPI REALITAS


2.9.1 Keunikan Aliran Konseling Realitas
William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini.
Menurutnya, hakikat manusia adalah:10
1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di
seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan
dalam kepribadiannnya.
2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan
berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual.
Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.
3. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas
berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya
menentukan nasibnya sendiri.
2.9.2 Keunikan Terapi Realitas
1. Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis
menerima bantuan dari terapis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan
siapapun.
2. Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan
bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya.
Sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat
memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.

2.10. TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI REALITAS


Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi
10
“Teori, Tahapan, Kelebihan Dan Kelemahan Pendekatan Konseling Realitas,”
Initentangpsikologi.Com, last modified 2020, accessed June 9, 2021,
https://www.initentangpsikologi.com/2020/12/pendekatan-konseling-realitas.html.

14
klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk
mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan
identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai
berikut:11
1) Terlibat dalam permainan peran dengan klien
2) Menggunakan humor
3) Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun
4) Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bag
tindakan
5) Bertindak sebagai model dan guru
6) Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
7) Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk
mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
8) Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang
lebih efektif
Contoh Implementasi Kasus : Ilustrasi Kasus, Erika adalah seorang siswa SMA
swasta di lamongan kelas 3 yang dalam waktu dekat ini akan menghadapi UN.
Layaknya siswa pada umumnya, Erika juga menginginkan lulus dengan nilai
terbaik serta diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Namun perilaku Erika tidak
menunjukkan indicator adanya usaha untuk meraih itu semua.ia sering mengikuti
les yang diadakan disekolahnya tapi sering keluar pada jam mata pelajaran.
Tentunya hal itu akan berakibat pada proses belajar dan prestasi Erika disekolah.
Bimbingan bagi Erika sangat diperlukan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan tersebut sehingga Erika dapat mengikuti proses belajar dengan
baik.

11
Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Reality therapy adalah pendekatan kombinasi psikoterapi dan konseling.
Dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1960, reality therapy dianggap
variasi dari Cognitive Behavioral Therapy.
Teori yang mendasari terapi realitas, disebut “teori pilihan”. Teori pilihan
merupakan salah satu teori yang menjelaskan tidak hanya kita berfungsi sebagai
individu, secara psikologis dan fisiologis namun juga bagaimana kita berfungsi
sebagai kelompok dan bahkan masyarakat.
Terapi Realitas Menggunakan system WDEP (Wants, Direction,
Evaluation, Planning) Ada Lima Kebutuhan Dasar Manusia yaitu ; (1)kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai (2) Kebutuhan untuk merasa berhasil dan kompeten
(3) Kebutuhan untuk bisa menikmati hidup. (4) Kebutuhan untuk mampu
membuat pilihan (5) Kebutuhan untuk dapat hidup secara layak
Karakteristik Terapi Realitas Yaitu ; (1)Penekanan pada pilihan dan
tanggung jawab (2) Menolak Transference (3) Menjaga Terapi untuk saat ini (4)
Menghindari fokus pada gejala (5) Tantangan gambaran sakit mental tradisional.
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi
dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai
keberhasilan dalam hidup.

3.2. SARAN
Saran yang bisa penulis berikan yaitu jangan hanya punya satu prepektif
tunggal mengenai theory yang diklaim paling benar karena kalau dilihat dari
geneologi nya beberapa theory memang tercipta karena konfrontasi dari theory
sebelumnya,dan theory sebelumnya juga menjadi landasarn theory saat ini.
Tentunya disetiap theory konseling dan psikoterapi ada sisi kelebihan dan
kekurangannya masing.tak ada theory yang mutlak benar begitupun tak ada theory
yang sepenuhnya salah. Theory realitas ini bisa dijadikan salah satu pertimbangan
untuk diimplementasikan dalam penangganan masalah individu atau kelompok.

16
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. 7th ed. bandung:
PT refika aditama, 2013.
———. “Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi” (2016): 341.
———. “Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi.” Pacific Grove (n.d.):
529.
———. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. 7th ed.
California: Thomson Brooks/Cole, 2005.
Efendi, Jon. “Penggunaan Terapi Realitas (Reality Therapy) Bagi Tunanetra”
(2009): 9.
Isabella Hasiana. “PENGARUH TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI
PERILAKU MEMBOLOS SEKOLAH (STUDI KASUS).” Bikotetik (2020):
64–65. https://journal.unesa.ac.id/index.php/jbk/article/view/10878.
Solichah, Novia (Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang).
“Konseling Pendekatan Terapi Realitas Untuk Mengatasi Prokrastinasi
Akademik.” Penelitian Psikologi 11, no. 1 (2020): 10.
http://jurnalfpk.uinsby.ac.id/index.php/JPP/index.
Stephen Palmer. “Konseling Dan Psikoterapi” (2010): 525.
“Teori, Tahapan, Kelebihan Dan Kelemahan Pendekatan Konseling Realitas.”
Initentangpsikologi.Com. Last modified 2020. Accessed June 9, 2021.
https://www.initentangpsikologi.com/2020/12/pendekatan-konseling-
realitas.html.

17

Anda mungkin juga menyukai