Anda di halaman 1dari 21

OLEH

I NYOMAN TRIPAYANA
Profesi konselor mungkin akan menemui
beberapa masalah dalam melaksanakan
tugasnya, diantaranya :
Cavanagh dalam J.M Lesmana (2013:71-73)
menjelaskan bahwa konselor pemula jarang
mengalami kebosanan karena sifat baru dari
pekerjaan mereka. Konselor pemula akan
dipertemukan dengan berbagai masalah yang
beragam yang menuntut cara penyelesaian yang
bervariasi pula.
Masalaah yang mungkin timbul karena adanya
kebosanan:
1. Konselor mengambil jarak dari konseli,
sehingga konseli kehilangan rasa aman dan
rasa diterima padahal hal ini penting untuk
proses konseling.
2. Konselor terkadang mengambil carra
negtif untuk menyelesaikan kebosanannya,
misalnya saja dengan day dreaming. Konselor
juga setelah mengalami kebosana banyak
yang seolah mendengar dengan “sebelah
telinga” saja. Ia memberikan impresi yang
menunjukan atentif namun kebanyakan tidak
alami, bahkan ada yang seolah “menyerang
konseli” supaya konseling berlangsung
menyenangkan.
3. Konselor dapat kehilangan informasi
penting (kehilangan esensi) dari proses
konseling serta dari masalah yang akan
dientaskan. Hal ini karena konselor kurang
perhatian, kurang konsentrasi dan mungkin
malah memikirkan masalahnya sendiri.
J.P. Chaplin (2011: 230) menjelakan mengenai
makna hostilitas (hostility) dalam Bahasa
Indonesia hostilitas dimaknai dengan
permusuhan, namun makna yang mendalam
dari hostilitas adalah kecenderungan ingin
menimbulkan kerugian, kejahatan, gangguan
atau kerusakan pada orang-orang lain,
kecenderungan melontarkan rasa kemarahan
pada orang lain.
Dari pemaknaan diatas kita dapat
menyimpulkan bahwa yang dimaksud hostilitas
adalah keadaan diaman si konselor atau konseli
menyerang, merepleksikan permasalahan yang
dihadapinya (baik kejiwaan atau lain
sebagainya), atau yang dihadapi orang lain
kepada orang yang tidak tepat.
Konselor banyak sekali yang menjadi korban
hostilitas dari konseli. Proses konseling yang
kadang mengakibatkan munculnya inside
(tilikan) mendalam mengakibatkan konseli
menganggap bahwa konselorlah yang
membawanya kembali ke masalah yang ia tidak
sukai.
Konselor harus berusaha memahami berbagai
kemungkinan yang mengakibatkan ia menjadi
sasaran hostilitas. Konselor juga harus
mewaspadai berbagai kemungkinan yang
menyebabkan ia menumpahkan hostalitas
kepada konselinya.
Nuansa pekerjaan konselor yang
menghadapkan ia pada berbagai analisis
pribadi yang beragam yang sulit diukur
dengan tepat, dan sulit dipahami dengan
tepat sangat rentan menebaak konselor
dalam suatu kekeliruan atau kesalahan.
Kesalahan penafsiran, kesalahan dalam
menetukan arahan, kesalahan dalam memahami
berbagai perasaan klien merupakan beberapa
kesalahan yang mungkin terjadi.
Langkah yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kesalahan:
Salah satu kesalahan konselor adalah lemah
dan tidak tegas. Konselor yang tidak tegas
dan terlalu menuruti konselinya dapat
menyebabkan permasalahan menjadi
berlarut-larut dan tidak cepat terentaskan.
Kesalahan lain yang biasa ditemui dalam diri
konselor adalah konselor tidak mengakui
kesalahan yang telah diperbuatnya.
Manipulasi atau pengelabuan dan pencurangan
merupakan kesalahn yang juga sering terjadi
dalam konseling. Manipulasi ini dapat terjadi
dari konselor terhadap konseli dan atau
sebaliknya. Konseli banyak yang memanipulasi
masalahnya, seolah-olah masalah yang sedang
dihadapi adalah masalah rumit, terlalu sulit
dipecahkan dan sebagainya, manipulasi juga
bisa diadakan dalam keadaan berbalikan tadi.
Konseli memanipulasi konselor dengan dua
alaSAn yaitu
(1)Untuk memenuhi kebutuhan, dan bukan
upaya unttuk mengentaskan masalah yang
dihadapi;
(2)Untuk menetralisasi ancaman, hal ini
dilakukan karena konseli tidak berminat dan
atau ketakutan terhadap proses konseling.
Ada dua hubungan yang tidak membantu
dalam konseling yaitu:
1. Distansi Emosi yaitu keadaan dimana
konselor tidak mampu berempati secara
baik kepada konseli. Konselor
memposisikan diri sebagai tutor, director
atau mentor.
2. Kelekatan Emosi yaitu keadaan dimana
konselor dan konseli terlaluu bergantung
satu sama lain unituk memenuhi kebutuhan
dasar mereka seperti rasa aman, cinta dan
sebagainya
Adapun satu-satunya hubungan yang
membantu adalah keterlibatan emosi.
Keterlibatan emosi yang dibangun adalah
emosi wajar bukan kelekatan atau distansi
emsosi. Emosi dilibatkan dalam konseling guna
menibulkan suatu siakp empati dan
kesungguhan untuk mengentaskan masalah.
Emosi yang hadir dikontrol dan dikendalikan
sehingga dapat menumbuhkan proses
konseling yang positif.
Terminasi atau proses penghentian/pemutusan
konselingk adalah suatu upaya yang dilakukan
oleh konselor dan atau konseli untuk
menetapkan diri bahwa proses konseling yang
telah dibangun ingin diakhiri. Terminasi ini
sering menibulkan maslah, karena anatar
konselor dan konseli kadang tidak mengetaahui
kapan waktu yang tepat untuk mengakiri
konseling.
Konseli atau konselor banyaak yang berusaha
memutuskan sepihak untuk mengakhiri proses
konseling, padahal masalah yang dihadapi
belum terentaskan. Hal ini menuntut komitmen
bersama diantara konseli dan konselor agar
proses konseling tidak menimbulkan suatu
ketidakjelasan dan ketidaknyamanan baik pada
diri konselor dan konseli
Burnout adalah keadaan dimana proses
konseling yang dibangun kehilangan esensinya
dan seolah menjadi hubungan tanpa makna.
Burnout ini dapat dipicu karena terlalu lama,
sering, panjang suatu proses konseling dan
atau kekecewaan yang timbul dari pihak yang
terlibat dalam konseling. Burnot ini dapat
diatasi dengaan upaya menjalin hubungan yang
harmonis, selaras dan seimbang diantara
konselor dan konseli.

Anda mungkin juga menyukai