FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
NIM. 17C10149
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN
A.A.A
Yuliati
Darmini, S.Kep. Ns., MNS
NS. Ni Putu J. Sastamidhayani, S. Kep., M. Kep
NIDN. 0821076701
NIDN. 0319067701
ii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji Skripsi pada
Nomor: DL.02.02.1784.TU.IX.20
Anggota :
1. A.A.A Yuliati Darmini, S.Kep. Ns., MNS
NIDN. 0821076701
iii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Hubungan Perilaku Olahraga Terhadap Tingkat Hipertensi
Lansia di Puskesmas Klungkung I” telah disajikan di depan dewan penguji pada
tanggal 08 Juni 2021 dan telah diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi
dan Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
Disahkan Oleh:
Mengetahui
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Dibuat di : Denpasar
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
NIM : 17C10149
Dengan Hak Bebas Royalty Nonekslusif ini ITEKES Bali berhak menyimpan,
mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Perilaku Olahraga Terhadap Tingkat Hipertensi Lansia”.
2. Ibu Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep. Selaku Wakil Rektor (Werek) I
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S. Kep., MNS Selaku Wakil Rektor (Werek) II
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS Selaku Dekan Fakultas Kesehatan yang
memberikan dukungan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu A.A.A Yuliati Darmini, S.Kep. Ns., MNS Selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Pembimbing I yang memberikan dukungan moral dan perhatian
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
7. Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes Selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
8. Bapak I Wayan Gunawan dan Ibu Ni Nyoman Ariani sebagai orangtua yang
banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materil hingga selesainya
skripsi ini.
9. Seluruh keluarga terutama kakak yang telah banyak mendukung dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman semester VII Program Studi Sarjana Keperawatan ITEKES BALI
serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu
dengan hati yang terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif
untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
viii
Hubungan Perilaku Olahraga Terhadap Tingkat Hipertensi Lansia
Di Puskesmas Klungkung I
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................ix
ABSTRAC ................................................................................................................x
DAFTAR ISI.............................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xv
DAFTAR SINGKATANxvii
x
A. Konsep Dasar Usia Lanjut ................................................................5
B. Konsep Dasar Perilaku Olahraga ......................................................10
C. Konsep Dasar Hipertensi ...................................................................12
PENELITIAN ............................................................................................24
xi
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................62
A. Simpulan............................................................................................62
B. Saran ..................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional Hubungan Perilaku Olah Raga Terhadap Tingkat
Hipertensi Lansia di Puskesmas 1 Klungkung........................................27
Tabel 5.1. Frekuensi (f) dan persentase (%) karakteristik umum responden pada
Puskesmas Klungkung I..........................................................................48
Tabel 5.2. Distribusi domain perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia di
Puskesmas Klungkung I (n=100)............................................................50
Tabel 5.6. Hasil uji normalitas perilaku olahraga dan tingkat hipertensi menurut
MAP (n=100)..........................................................................................54
Tabel 5.7. Hasil korelasi spearman (rho) perilaku olahraga dengan tingkat hipertensi
menurut MAP (n=100)............................................................................55
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
ACE : Angiotensin-Converting Enzyme atau inhibitor atau penghambat
enzim pengubah angiotensin
ACE-I : Angioestin – Converting – Enzyme atau inhibitor
ADH : Anti-Deuretik Hormon
ARB : Angiotensin II Receptor Blockers atau golongan obat untuk
menurunkan tekanan darah pada kondisi hipertensi
DepKes-RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
LDL : Low-Density Lipoprotein atau lipoprotein densitas rendah
MAP : Mean Arterial Pressure atau tekanan darah rata-rata
NaCl : Natrium Klorida atau garam
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
WHO-ISH : World Health Organization-International Society Of Hypertension
WSH-ES : European Society Of Hypertension-European Society Of Cardiology
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO, 1999), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria yaitu : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh indonesia menjadi 15,1juta jiwa
pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup
64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun
dan jumlah dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada
tahun 2020 akan menjadi 29 juta atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu
(Riskesdas,2013 dalam Asnuddin, 2017).
Kejadian hipertensi banyak di temukan pada lansia. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Berdasarkan data dari Depertemen Kesehatan, kasus tertinggi penyakit tidak
menular tahun 2011 adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah,
salah satunya adalah penyakit hipertensi sebesar 67.101 kasus (19,56%)
dibanding dengan jumlah keseluruhan hipertensi yang ada di Indonesia
(Depkes RI, 2011). Dari data profil kesehatan bali (2017), Di provinsi Bali
diketahui memiliki penduduk sebanyak 2.624.778, didapatkan hasil penduduk
laki-laki dan perempuan yang mengalami hipertensi sebanyak 132.444 dengan
persentase 13,71% (Dinkes Bali, 2017). Dari data profil Kabupaten
Klungkung pada tahun (2018), bahwa sebanyak 16.584 mengalami hipertensi
dan lebih banyak di alami oleh usia lanjut di daerah Klungkung (Dinkes
Klungkung, 2018)
Lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh
penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Proses penuaan merupakan
proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan
sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun luar
tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia
adalah pada sistem kardiovaskuler (Teguh, 2009). Secara alamiah lansia akan
1
mengalami penurunan fungsi organ dan mengalami labilitas tekanan darah
(Mubarak dkk, 2006). Oleh sebab itu, lansia dianjurkan untuk selalu
memeriksakan tekanan darah secara teratur agar dapat mencegah penyakit
kardiovaskuler khususnya hipertensi (Martono & Pranaka, 2009).
Olahraga merupakan upaya dalam menurunkan Hipertensi pada lansia,
tetapi olahraga secara berlebihan akan memicu peningkatan tekanan darah
sehingga semakin mendongkrak tekanan darah yang sudah tinggi ke level
yang bertambah tinggi dan beresiko terjadinya serangan jantung (Triangto,
2012). Olahraga sangat mempengaruhi terjadinya Hipertensi, di mana pada
orang yang kurang aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung lebih tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada
tiap kontraksi. Jika otot jantung semakin di pompa maka semakin besar
tekanan yang di berikan kepada arteri (Harianto, 2010). Perilaku olahraga
merupakan pergerakan anggota tubuh yang dapat menyebabkan pengeluaran
tenaga untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Perilaku olahraga
sangat penting peranannya terutama bagi lanjut usia (lansia). Olahraga secara
rutin mampu mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya lansia
(Fatmah, 2013). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan waktu
olahraga untuk lansia intensitas sedang minimal 150 menit dalam seminggu,
atau intensitas berat 75 menit dalam seminggu, olahraga keseimbangan paling
sedikit 3 kali seminggu dan olahraga kekuatan/ketahanan otot minimal 2 kali
seminggu (WHO, 2015 dalam Eko Kuswandono, 2019).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Eko Kuswandono (2019),
didapatkan hasil yang menunjukkan nilai chi-square test sebesar 0,004
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
prilaku olahraga terhadap hipertensi. Demikian hasil penelitian ini
menunjukan ada hubungan secara signifikan antara prilaku olahraga terhadap
Hipertensi pada lansia di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru dengan nilai Chi-
Square= 0.004, pada responden dengan penyait Hipertensi derajat 1 yang
melakukan aktivitas fisik olahraga dengan efektif terdapat 35 orang,
2
sedangkan responden dengan perilaku tidk efektif terdapat 21 orang. Pada
responden dengan Hipertensi derajat 2 terdapat perilaku efektif sebanyak 9
orang, sedangkan dengan perilaku tidak efektif sebanyak 21 orang. Pada uji
chi square, didapatkan nilai P sebesar 0,004.
Hasil data-data dan studi yang telah dilakukan, diketahui perilaku olah
raga memiliki hubungan yang signifikan pada tingkat hipertensi lansia.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap lansia penderita hipertensi disekitar lingkungan rumah dengan judul
“Hubungan Perilaku Olah Raga Terhadap Tingkat Hipertensi Lansia di
Puskesmas Klungkung 1”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, didapatkan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Perilaku Olah
Raga Terhadap Tingkat Hipertensi Lansia?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan antara perilaku olah raga
terhadap tingkat hipertensi lansia
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi perilaku olah raga
b) Mengidentifikasi tingkat hipertensi lansia
c) Menganalisis hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat
hipertensi lansia
3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan bisa digunakan sebagai
acuan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku
olah raga terhadap tingkat hipertensi lansia.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan agar bermanfaat bagi :
a. Bagi Masyarakat/Lansia
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
bayangan kepada lansia bahwa perilaku olahraga memiliki
hubungan terhadap tingkat hipertensi.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan bias digunakan sebagai acuan untuk
perawatan lansia (gerontik) bahwa perilaku olah raga memiliki
hubungan terhadap tingkat hipertensi pada lansia.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini membantu peneliti mengetahui bahwa adanya
hubungan perilaku olah raga terhadap tingkat hipertensi lansia.
Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sarana dalam
menerapkan ilmu dan teori di bangku kuliah dan dalam
melakukan perawatan lansia (gerontik).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Klasifikasi umur menurut World Health Organization (WHO, 1999),
usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria yaitu :
a. usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun
b. lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun
c. lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun
d. usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun (Nugroho, 2008
dalam Asnuddin, 2017).
5
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit yang mengalami atropi,
kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan
cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
2) Sistem Muskuloskeletal:
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia yaitu jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin): Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
tertaur.
b) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan
terhadap gesekan. Tulang: kepadatan tulang setelah diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
c) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan,
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
6
d) Sendi: pada lansia jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
3) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah
massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi
sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat perubahan ini disebabkan oleh penumpukan
lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
4) Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas totalparu tetap teteapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
5) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun
(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
6) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya: laju
filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal.
7) Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
7
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
8) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadinya atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif adalah:
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambar
diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2) Duka Cita (Bereavement)
Meninggalnya psangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan
dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan Cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panic, gangguan cemas
umum, gangguan stres setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari
9
dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urinenya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
2. Manfaat Berolahraga
Manfaat berolahraga untuk lansia menurut Angga (2010: 2) adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kekuatan otot jantung, memperkecil resiko
serangan jantung.
10
b. Melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh, sehingga
menurunkan tekanan darah dan menghindari penyakit tekanan
darah tinggi.
c. Menurunkan kadar lemak dalam tubuh, sehingga membantu
mengurangi berat badan yang berlebih dan terhindar dari
obesitas.
d. Menguatkan otot-otot tubuh, sehingga otot tubuh menjadi
lentur dan terhindar dari penyakit rematik.
e. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terhindar dari
penyakit-penyakit yang menyerang kaum lansia.
f. Mengurangi stress dan ketegangan pikiran.
g. Latihan atau olahraga dengan intensitas sedang dapat
memberikan keunmngan bagi para lansia melalui berbagai hal,
antara lain status kardiovaskuler, resiko fraktur, abilitas
fungsional dan proses mental.
h. Latihan menahan beban (might bearing exerase) yang intensif,
misainya berjalan adalah yang paling aman, murah dan paling
mudah serta sangat bermanfaat bagi sebagian besar lansia.
3. Durasi Berolahraga
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan waktu olahraga
untuk lansia intensitas sedang minimal 150 menit dalam seminggu,
atau intensitas berat 75 menit dalam seminggu, olahraga keseimbangan
paling sedikit 3 kali seminggu dan olahraga kekuatan/ketahanan otot
minimal 2 kali seminggu (WHO, 2015 dalam Eko Kuswandono,
2019).
4. Jenis-jenis Olahraga
Menurut Kementerian Kesehatan (2018), ada banyak pilihan
jenis olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan
11
dengan kebutuhan. Untuk intensitas sedang, misalnya, jalan kaki jarak
dekat, membersihkan rumah, bersepeda santai, naik tangga, hingga
berkebun. Sementara itu, aktivitas berat meliputi berenang, tai chi,
yoga, joging, jalan cepat, menggendong anak, sampai bulu tangkis.
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC – VII 2003 (dalam Klasifikasi
Hipertensi Kementerian Kesehatan Indonesia, 2018)
12
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC – VII 2003
3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
13
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
dihati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek
sadrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah.
14
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darahtidak teratur.
5. Komplikasi Hipertensi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) dalam AB Dewi (2019) komplikasi
dari hipertensi adalah :
a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak.
Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan
pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut
berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat
melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
15
b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami
arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke
miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena
terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka
kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada
kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat
darah mengalir ke unti fungsionl ginjal, neuron terganggu, dan
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan
terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga
terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna
(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).
Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya
neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
16
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang
diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-
2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu (misalnya pil KB).
17
Bahkan setelah usia 65 tahun, hipertensi pada
perempuan lebih tinggi disbanding dengan pria, akibat
faktor hormonal.
3) Keturunan (Genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi
(faktor keturunan) juga meningkatkan risiko hipertensi,
terutama hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor
lingkungan lain ikut berperan. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan
renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang
tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan
turun ke anak-anaknya, dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun
ke anak-anaknya.
18
sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan
tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih
besar. Risiko relative untuk menderita hipertensi pada
orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan,
pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%
memiliki berat badan lebih (overweight).
2) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok akan memasuki
sirkulasi darah dan merusak lapisan dan merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut
mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan
darah tinggi. Pada studi autopsy, dibuktikan adanya
kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan proses
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah.
Merokok juga meningkatkan denyut jantung, sehingga
kebutuhan oksigen otot-otot jantung bertambah.
Merokok pada penderita tekanan darah tinggi akan
semakin meningkatkan risiko kerusakan pembuluh
darah arteri.
3) Olah Raga
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan
tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi
ringan. Dengan melakukan olahraga yang teratur
tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan belum
turun.
4) Konsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh
karena menarik cairan di luar sel agar tidak
19
dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi
primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan
darah dengan mengurangi asupan garam. Pada
masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang, ditemukan tekanan darah rerata yang rendah,
sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8
gram tekanan darah rerata lebih tinggi.
5) Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida,
kolesterol LDL dan atau penurunan kadar kolesterol
HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor
penting dalam terjadinya aterosklerosis, yang kemudian
mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh
darah sehingga tekanan darah meningkat.
6) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alcohol terhadap kenaikan tekanan darah
telah dibuktikan, namun mekanismenya masih belum
jelas. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan
volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan
darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.
Beberapa studi menunjukan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alcohol. Dikatakan bahwa,
efek terhadap tekanan darah baru Nampak apabila
mengkonsumsi alcohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar
setiap harinya.
7) Psikososial dan stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
marah, dendan, rasa takut, rasa bersalah) dapat
20
merangang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul
dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
8. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat
menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat
1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola
hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus
dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka
waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah
yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular
yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologi. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh
banyak guidelines adalah :
1) Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak
asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,
seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam.
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan
21
daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan
kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang,
diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien
hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam
tidak melebihi 2 gr/ hari
3) Olah raga
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –
60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat
menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien
yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara
khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan
kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alkohol.
Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup
yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol
semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di
kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari
pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok.
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek
langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi
merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
22
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya
dianjurkan untuk berhenti merokok.
b. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila
pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami
penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola
hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi
efek samping, yaitu :
1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
2) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat
mengurangi biaya
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80
tahun ) seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan
memperhatikan faktor komorbid
4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting
enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II
receptor blockers (ARBs)
5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien
mengenai terapi farmakologi
6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan
berbagai guidelines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah
ini adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara umum, yang
disadur dari A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension
2013 (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia,
2015).
23
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan kerangka konsep, hipotesis penelitian,
variable penelitian dan definisi operasional.
A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun
berdasarkan hasil-hasil studi empiris terdahulu sebagai pedoman dalam melakukan
penelitian (Moudy, 2016).
Keterangan:
: Variabel yang tidak diteliti
24
: Variabel yang diteliti
: Alur penelitian
Penjelasan Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau tuduhan bahwa sementara masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu benar) sehingga
harus diuji secara empiris (Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih
Sulistyastuti (2007:137)). Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya, dibagi
menjadi dua bagian yaitu hipotesis nihil yang biasa disingkat dengan (Ho) dan
hipotesis alternatif biasanya disebut hipotesis kerja atau disingkat (Ha).
Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya
atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Sedangkan hipotesis
alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau
pengaruh antara variabel dengan variabel lain (Khaerul Muslim, 2013).
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, hipotesis dari
penelitian ini adalah Hipotesis alternatif (Ha) yaitu adanya hubungan perilaku
olah raga terhadap tingkat hipertensi lansia di Puskesmas Klungkung I.
25
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah karakter yang dapat diobservasi dari
unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau atribut dari
sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut adalah terjadinya
variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam
kelompok tertentu (Sugiarto, 2017 dalam Muchlisin Riadi 2020).
Variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variable Terikat
Variabel terikat (dependent variable) adalah
variabel respon atau output. Variabel terikat atau
dependen atau disebut variabel output, kriteria,
konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Winarno, 2013 Muchlisin Riadi 2020). Variabel terikat
pada penelitian ini adalah hipertensi pada lansia.
b. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel
yang diduga sebagai sebab munculnya variabel variabel
terikat (Winarno, 2013 Muchlisin Riadi 2020). Variable
bebas pada penelitian ini adalah olah raga.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono
(2015) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau
kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut.
26
Table 3.1. Definisi Operasional Hubungan Perilaku Olah Raga Terhadap Tingkat
Hipertensi Lansia di Puskesmas 1 Klungkung.
27
peningkatan tekanan adalah dengan satuan
darah sistolik, mengumpulkan mmHg.
28
Penelitian Terkait
29
Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 18-44 Tahun” bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara perilaku merokok dan kebiasaan olahraga dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 18-44 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Besar Kecamatan Banjarbaru Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan
observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian
sebanyak 9.854 orang dan besar sampel diambil dengan rumus slovin
sebanyak 109 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar isian dan
tensimeter. Variabel bebas yaitu perilaku merokok dan kebiasaan olahraga,
sedangkan variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji chi– square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan antara perilaku merokok (p- value=0,0001 dan or=15,471) dan
kebiasaan olahraga (p-value=0,0001 dan or=11,147) dengan kejadian
hipertensi pada usia 18-44 tahun. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara perilaku merokok dan kebiasaan olahraga dengan
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 18-44 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Besar Kecamatan Banjarbaru Selatan.
4. Pada penelitian Rizqia Risnawati, dkk (2020) dengan judul “Hubungan Pola
Makan, Tingkat Stres Dan Perilaku Olahraga Dengan Penyakit Hipertensi
Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2020“
bertujuan mengetahui hubungan pola makan, tingkat stres dan perilaku
olahraga dengan penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Karang Intan 2 tahun 2020. Metode penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi lansia penderita hipertensi yang
berkunjung pada bulan januari sampai februari tahun 2020 di puskesmas
karang intan 2 kabupaten banjar sebanyak 103 orang dengan sampel sebanyak
51 responden menggunakan teknik simple random sampling. Uji statistik
menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
responden mengalami penyakit hipertensi ringan sebanyak 20 orang (39,2%).
Pola makan baik sebanyak 32 orang (62,7%). Tingkat stres mengalami stres
sedang sebanyak 32 orang (62,7%). Perilaku olahraga lansia ringan sebanyak
30
33 orang (64,7%). Ada hubungan pola makan dengan penyakit hipertensi pada
lansia (p-value = 0,000). Ada hubungan tingkat stres dengan penyakit
hipertensi pada lansia (p-value = 0,004). Ada hubungan perilaku olahraga
dengan penyakit hipertensi pada lansia (p-value = 0,029). Diharapkan
memperbaiki pola makan mengurangi kebiasaan mengkonsumsi makanan asin
dan berlemak, menghindari stres, dan melakukan olahraga secara teratur.
5. Pada penelitian Dwi Wahyuningsih, dkk (2015) dengan judul “Hubungan
Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo” bertujuan
penelitian ini ialah untuk menganalisis hubungan antara perilaku olahraga dan
merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain
penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah sampel 137 orang.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sedangkan
teknik uji statistik menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku olahraga dengan
kejadian hipertensi (p=0,048>α=0,05; rp=1,425; 95% ci: 0,987-2,058). Ada
hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,048>α=0,05;
rp=1,477; 95% ci: 1,016-2,148) di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
Kabupaten Sukoharjo.
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan tentang desain penelitian, waktu dan tempat penelitian,
populasi dan sampel, alat dan tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data serta etika
dalam penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan
serta menganalisa data. Pemilihan desain penelitian merefleksikan tentang
prioritas dalam proses penelitian, termasuk menggambarkan hubungan sebab
akibat diantara variabel-variabel penelitian (Swarjana, 2015). Desain penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik korelasi dengan metode
pendekatan cross-sectional. Desain penelitian analitik korelasi merupakan
penelitian yang menghubungkan variabel satu dan variabel lainnya, selanjutnya
diuji secara statistic (uji hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi yang
menghasilkan koefisien korelasi (Swarjana, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia di
Puskesmas Klungkung I.
32
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari
sampai dengan Maret 2021.
N
n=
1+ N (e)2
Keterangan :
N = Ukuran populasi
33
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :
N
n=
1+ N (e)2
663
n= 2
1+663 (0,1)
663
n=
1+663 (0,01)
663
n=
7,63
n=86,8
b. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karateristik umum subjek penelitian
dalam suatu populasi yang akan diteliti (Nursalam, 2017 dalam,
34
KANL Ariandini 2019). Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Lansia yang mengunjungi Puskesmas I Klungkung
b) Lansia yang rajin mengikuti kegiatan olahraga
c) Lansia yang berumur 60-69 tahun
d) Lansia yang memiliki riwayat hipertensi
e) Lansia yang memiliki dan mampu menggunakan
gadget
f) Lansia yang bersedia menjadi responden dan yang
menandatangani informed consent.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subjek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena dapat
mengganggu pengukuran maupun interprestasi hasil
(Nursalam, 2017 dalam KANL Ariandini 2019). Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Lansia yang dengan penyakit komplikasi.
b) Lansia yang sedang sakit atau tidak bisa mengikuti
kegiatan
c) Lansia yang berumur 70 tahun keatas
3. Sampling
Teknik sampling adalah merupakan pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai Teknik sampling yang digunakan (Sugiyono, 2015 dalam R.
Rizaldi 2017). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Metode purposive sampling dilakukan yangmana pengambilan sampel
dengan menetapkan ciri-ciri khusus sesuai tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab masalah penelitian (Swarjana, 2015).
35
1. Metode Pengumpulan Data
36
di dalam kuesioner merupakan pertanyaan bersifat tertutup (closed
ended item/ restricted items) (Swarjana, 2015). Kuesioner perilaku
olahraga merupakan pertanyaan tertutup yang menggunakan skala
ordinal dengan menggunakan skala likert yang memiliki 10
pernyataan. Pernyataan positif no 1,2,3,7,10 diberi kode 5 sangat
setuju (SS), kode 4 setuju (S), kode 3 kurang setuju (KS), kode 2
tidak setuju (TS), kode 1 sangat tidak setuju (STS). Penyataan
negatif no 4,5,6,8,9 diberi kode 1 sangat setuju (SS), kode 2 setuju
(S), kode 3 kurang setuju (KS), kode 4 tidak setuju (TS), kode 5
sangat tidak setuju (STS). Adapun kategori rentang skor perilaku
olahraga, yaitu : 10-22 : kurang baik, 23-36 : cukup baik, 37-50 :
baik
c. Uji Validitas
Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan sebuah data.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengujikan alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid atau
tidak melalui uji validitas (Nursalam, 2020). Uji validitas dilakukan
untuk menguji apakah kuesioner dianggap valid atau tidak, maka
perlu dilakukan uji coba dan analisa. Pada penelitian ini, uji
validitas yang digunakan adalah face validity. Face validity
dilakukan untuk menguji apakah sudah baku dan pengujiannya
dapat dilakukan oleh seseorang yang ahli atau expert dalam
bidangnya (Swarjana, 2015). Pada face falidity akan diuji oleh dua
expert yang ahli dalam bidangnya. Uji validitas kuesioner ini
dilakukan di ITEKES Bali menggunakan uji validitas yaitu face
validity. Uji face validity ini dilakukan oleh dua orang dosen yang
expert (expert I dan expert II). Selama uji validitas peneliti
mendapatkan masukan dan arahan terhadap kuesioner yang
diajukan, seperti memperjelas petunjuk pengisian kuesioner dan
37
memperhatikan pertanyaan yang memiliki makna serupa. Hasil
pertanyaan dalam kuesioner tersebut akan dinyatakan valid jika
memenuhi syarat yaitu instruksi yang diberikan dalam kuesioner
jelas, tidak ada kata/ kalimat/ istilah yang tidak dimengerti oleh
responden, item atau pertanyaan yang ditanya jelas dan kategori
pilihan jawaban jelas. Pembimbing expert I dan II menyatakan
kuesioner memenuhi kriteria atau alat pengumpulan data dalam
lembar pernyataan face validity dengan menandatangani surat
keterangan uji validitas tersebut yang mana dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian.
38
rekomendasi ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Klungkung.
6) Peneliti mendapatkan surat izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Klungkung dengan nomor surat
503/031/RP/DPMPTSP/2020.
7) Peneliti membawa surat rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Klungkung ke Penanaman Modal dan Pelayanan
Satu Pintu, Dinas Kesehatan Klungkung, Dinas Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga Klungkung, Kapolsek Klungkung,
Danramil Klungkung, Camat Klungkung, dan Puskesmas Klungkung I.
8) Peneliti telah menyerahkan surat tembusan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Klungkung kepada Kepala UPTD Puskesmas Klungkung I.
9) Peneliti telah mempersiapkan lembar persetujuan (informend consent)
yaitu permohonan menjadi responden dan persetujuan menjadi
responden, dan mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam
penelitian, yaitu berupa kuesioner online.
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah izin penelitian diperoleh, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan
1) Peneliti bekerjasama dengan Kepala UPTD dan kader lansia
Puskesmas Klungkung I, untuk menginformasikan kepada lansia
maupun keluarga lansia terkait pelaksanaan penelitian secara online.
2) Proses seleksi responden dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi dengan melakukan tehnik purposive sampling. Peneliti
memberikan surat persetujuan (inform concent) pada responden
sebelum pengumpulan data dilakukan.
3) Selanjutnya peneliti meminta nomor telepon lansia atau anggota
keluarga lansia yang ditemui saat melakukan pemeriksaan di poli
maupun saat bertemu di posyandu lansia yang akan dimasukkan ke
group whatsapp.
39
4) Ketika responden mengisi kuesioner online pada lembar pertama berisi
biodata peneliti secara lengkap, tujuan, manfaat penelitian dan
persetujuan menjadi responden yang disetujui oleh ibu hamil.
Pengisian kuesioner diharuskan mengisi sesuai dengan keadaan yang
dialami oleh responden tanpa campur tangan orang karena tidak akan
mempengaruhi pelayanan yang akan diperoleh terhadap lansia di
puskesmas
5) Jika responden mengalami masalah saat pengisian kuesioner,
responden dapat menghubingi peneliti ke nomor yang telah disediakan
atau bisa bertanya langsung kepada peneliti melalui Whatsapp group.
6) Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden karena telah
meluangkan waktu mengisi kuesioner dan bersedia menjadi responden.
7) Setelah selesai melakukan pengumpulan data, peneliti mengatakan
kepada Kepala UPTD dan kader lansia Puskesmas Klungkung I bahwa
pengumpulan data sudah selesai dilakukan dan mengucapkan
terimakasih.
8) Kemudian peneliti menginput data melalui google form dengan kolom
respon yang telah tersedia pada google form.
9) Selanjutnya peneliti telah melakukan pengolahan data dan analisa data
40
peneliti memeriksa lembar inform consent responden. Pada lembar inform
consent, semua responden sudah mengisi tanda tangan yang berarti bersedia
menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya peneliti memeriksa
kejelasan jawaban, kesesuaian jawaban responden dengan kunci jawaban,
kelengkapan jawaban dan memberikan total skor.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan coding untuk memudahkan proses pengelolaan data. Pemberian
kode yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pada data demografi responden
a) Berdasarkan nama, ditulis dengan inisial
b) Berdasarkan jenis kelamin, kode (1) untuk laki-laki, kode (2)
untuk perempuan.
c) Berdasarkan pendidikan terakhir, kode (1) SD, kode (2) SMP,
kode (3) SMA), kode (4) Perguruan Tinggi, kode (5) Tidak
Sekolah.
d) Berdasarkan status perkawinan, kode (1) Menikah, kode (2) Tidak
Menikah, kode (3) Duda/Janda.
e) Berdasarkan pekerjaan terakhir, kode (1) PNS, kode (2) Pegawai
Swasta, kode (3) Wiraswata, kode (4) Tidak Bekerja, kode (5)
Lainnya.
2) Pada pernyataan dalam kuesioner
Pada penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner perilaku olahraga.
Pada kuesioner perilaku olahraga ini menggunakan skala likert yang
pernyataan positif diberi kode 5 sangat setuju (SS), kode 4 setuju (S),
kode 3 kurang setuju (KS), kode 2 tidak setuju (TS), kode 1 sangat tidak
setuju (STS) dan penyataan negatif no 4,5,6,8,9 diberi kode 1 sangat
setuju (SS), kode 2 setuju (S), kode 3 kurang setuju (KS), kode 4 tidak
setuju (TS), kode 5 sangat tidak setuju (STS).
41
c. Entry Data
Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
dalam database komputer. Peneliti akan memasukkan semua data yang
diperoleh dari responden dengan menggunakan Statistical Program for
Social Science (SPSS). Dalam entry data, peneliti harus teliti dalam
memastikan agar tidak ada data yang tertinggal.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dimasukkan ke
dalam computer, tahap selanjutnya peneliti akan melakukan pemeriksaan
dan memastikan bahwa data yang telah dimasukkan bebas dari kesalahan
pada pengkodean maupun pembacaan kode, sehingga diharapkan data benar-
benar siap untuk dilakukan analisa data dan tidak ada missing data, peneliti
melanjutkan dengan analisis data.
42
5 sangat setuju (SS), kode 4 setuju (S), kode 3 kurang setuju (KS),
kode 2 tidak setuju (TS), kode 1 sangat tidak setuju (STS).
Penyataan negatif no 4,5,6,8,9 diberi kode 1 sangat setuju (SS),
kode 2 setuju (S), kode 3 kurang setuju (KS), kode 4 tidak setuju
(TS), kode 5 sangat tidak setuju (STS). Hasil skor terendah adalah
10 dan skor tertinggi adalah 50. Dari hasil jawaban kuesioner
perilaku olahraga, skor yang didapatkan dijumlahkan dan hasilnya
digolongkan dalam kategori yang sudah ditentukan. Semakin
rendah skor yang didapat oleh responden makan perilaku olahraga
responden semakin kurang dan sebaliknya apabila responden
mendapat skor semakin tinggi, maka perilaku olahraga responden
semakin baik. Adapun kategori rentang skor perilaku olahraga,
yaitu : 10-22 : kurang baik, 23-36 : cukup baik, 37-50 : baik
2) Analisa data untuk Hipertensi
a) Hipertensi Derajat I (akumulasi sistol 140-159 mmHg dan diastol 90-
99 mmHg)
b) Hipertensi Derajat II (akumulasi sistol 160-179 mmHg dan diastol
100-109 mmHg)
c) Hipertensi Derajat III (akumulasi sistol ≥ 180 mmHg dan diastol ≥
110 mmHg)
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa data yang terkait dengan pengukuran
dua variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016). Analisa bivariat dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependent. Variabel independent dalam
penelitian ini adalah perilaku olahraga sedangkan variabel dependent dalam
penelitian ini adalah hipertensi. Pada penelitian ini menggunakan analisa
bivariat, data yang dianalisa adalah hubungan perilaku olahraga terhadap
tingkat hipertensi lansia menggunakan uji Spearman Rank (Rho), dimana uji
ini digunakan untuk menguji data yang ordinal level atau masalah dengan
43
small data sets (Swarjana, 2016). Penelitian ini menggunakan uji asumsi
Kolmogorov-smirnov. Uji Kolmogorov-smirnov digunakan karena jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah lebih dari 50. Dengan demikian
hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia di Puskesmas
Klungkung I dapat diketahui. Data selanjutnya diolah dengan komputer
menggunakan program Microsoft Excel dan dianalisa dengan program
Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows versi 25. Setelah
mendapatkan hasil pengolahan data, kemudian bandingkan nilai korelasi
berdasarkan tabel Spearman, sehingga dapat disimpulkan uji hipotesis yang
didapatkan. Interpretasi hasil uji hipotesis yang dibuat berdasarkan kekuatan
korelasi, nilai signifikan dan arah korelasi. Dari uji statistik tersebut hasil
yang bisa didapatkan yaitu:
1) Nilai signifikansi hipotesis
Nilai signifikansi hipotesis menurut Swarjana (2016), yaitu:
a) Jika nilai signifikansi (sig) <α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan
atau hubungan diantara dua variabel.
b) Jika nilai signifikansi (sig) >α (0,05), maka Ho diterima dan Ha
ditolak merupakan hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan antara perbedaan atau hubungan diantara dua variabel.
2) Arah kolerasi
Arah korelasi menurut Swarjana (2016), yaitu:
a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y juga akan mengalami kenaikan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel X
juga akan mengalami kenaikan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y akan mengalami penurunan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel X
akan mengalami penurunan.
44
3) Pedoman untuk menginterpretasikan hubungan atau koefisien kolerasi
menurut Sugiyono (2016), yaitu:
a) 0,00 – 0,199 : korelasi memiliki hubungan sangat rendah.
b) 0,20 – 0,399 : korelasi memiliki keeratan rendah.
c) 0,40 – 0,599 : korelasi memiliki keeratan sedang.
d) 0,60 – 0,799 : korelasi memiliki keeratan kuat.
e) 0,80 – 1,000 : korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat begitu penting dan seriusnya aspek etika dalam penelitian,
seorang peneliti harus betul-betul berpegang teguh terhadap beberapa prinsip etika
dalam penelitian (Swarjana, 2015). Masalah etika yang harus diperhatikan antara
lain sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan adalah suatu lembaran yang berisikan tentang permintaan
persetujuan kepada calon responden dengan membutuhkan tanda tangan pada
lembaran informed consent tersebut. Informed consent diberikan sebelum
responden mengisi lembar kuesioner dengan tujuan agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampak dari penelitian tersebut.
Beberapa informasi yang ada dalam informed consent tersebut antara lain
meliputi partisipasi, responden, tujuan dilakukannya pengumpulan data,
potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, biaya dan lain-lain.
Apabila responden menerima atau setuju dilakukan penelitian, maka responden
menandatangani lembar persetujuan terlebih dahulu. Apabila saat penelitian ada
responden yang tidak bersedia menjadi responden penelitian, maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden untuk menolak menjadi
responden penelitian.
45
2. Tanpa nama (anonimity)
Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden dalam alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data (kuesioner)
tersebut sehingga kerahasiaan data responden akan tetap terjaga.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian penelitian.
4. Beneficence
Beneficence adalah salah satu prinsip etika yang dilakukan dalam penelitian,
bertujuan untuk memberikan manfaat bagi partisipan yang didapatkan dari
penelitian yang dilakukan.
5. Menghormati Martabat Manusia (Respect for Human Dignity)
a. The right to selft- determination
Prinsip ini adalah prospective participant yang memiliki hak untuk
menentukan secara sukarela apakah ingin berpartisipasi dalam penelitian
ataupun menolaknya.
b. The right to full disclosure
Full disclosure berarti peneliti sudah menjelaskan secara detail tentang
sifat dari penelitian.
6. Keadilan (Justice)
Partisipan berhak diperlakukan secara adil selama berpartisipasi dalam
penelitian dan peneliti tidak melakukan diskriminasi pada saat memilih
responden.
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan ditampilkan hasil penelitian yang dikelompokkan menjadi
gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden yang meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan status perkawinan serta hasil penelitian
tentang hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia.
47
hipertensi lansia. Analisa bivariat meliputi hubungan perilaku olahraga terhadap
tingkat hipertensi lansia.
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden di Puskesmas Klungkung I diuraikan
berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan
status perkawinan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100
responden.
Pada Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa dari 100 responden, karakteristik
responden berdasarkan umur yang terbanyak pada umur 60-65 tahun yaitu sebanyak
53 Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur
60-65 tahun 53 53,0
66-69 tahun 47 47,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 40,0
Perempuan 60 60,0
Pendidikan Terakhir
SD 3 3,0
SMP 17 17,0
SMA 61 61,0
Perguruan Tinggi 18 18,0
Tidak Sekolah 1 1,0
Perkawinan
Menikah 68 68,0
Tidak Menikah 2 2,0
Janda/duda 30 30,0
Pekerjaan
PNS 25 25,0
Pegawai Swasta 9 9.0
Wiraswasta 14 14,0
48
Tidak Bekerja 19 19,0
Lainnya… 33 33,0
responden (53,0%). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 60 responden (60,0%). Berdasarkan
pendidikan terkahir yang terbanyak adalah SMA sebanyak 61 responden (61,0%).
Berdasarkan perkawinan yang terbanyak adalah menikah sebanyak 68 responden
(68%). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah lainnya (seperti buruh, tukang
bersih dll) sebanyak 33 responden (33,0%).
b. Perilaku Olahraga
49
Tabel 5.2. Distribusi domain perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi
lansia di Puskesmas Klungkung I (n=100)
No Pernyataan SS S KS TS STS
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
1 Saya melakukan olahraga 22 (22%) 51 (51%) 22 (22%) 6 (6%) 0 (0%)
minimal 3 kali seminggu
50
maupun dibanjar sangat banyak memiliki manfaat untuk tubuh seperti
meningkatkan kekuatan otot jantung, memperkecil resiko serangan
jantung, melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh, sehingga
menurunkan tekanan darah dan menghindari penyakit tekanan darah
tinggi, menurunkan kadar lemak dalam tubuh, sehingga membantu
mengurangi berat badan yang berlebih dan terhindar dari obesitas, dll.
51
Untuk pernyataan perilaku olahraga no 7 sebanyak 80%
memilih SS (sangat setuju). Setelah berolahraga, lansia mengatakan
merasa badan terasa lebih ringan dan segar dibandingkan tidak
melakukan pergerakan atau olahraga. Yang mana berolahraga mampu
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya pada lansia.
52
Pada tingkat (derajat) hipertensi menggunakan Mean Arterial
Pressure (MAP) yang mana MAP adalah hasil rata-rata tekanan darah
arteri yang dibutuhkan untuk sirkulasi darah sampai ke otak.
sistol+2(diastol)
Rumus menghitung MAP : MAP =
3
53
Hipertensi Stage 0%
133 atau >133 0
Krisis
Berdasarkan Tabel 5.5. menunjukan bahwa sebanyak 57%
responden memiliki nilai MAP 93-105 yang termasuk dalam kategori
pre-hipertensi.
2. Analisa Bivariat
Pada analisa bivariat merupakan hasil penelitian berupa hubungan
antara perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia yang disajikan
dalam bentuk tabel. Setelah dilakukan uji normalitas data menggunakan
Kolmogorov Smirnov, hasil menunjukkan data tidak berdistribusi normal.
Oleh karena itu, uji korelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non
parametric yaitu Spearman (rho) dengan hasil sebagai berikut :
a. Uji Normalitas data
Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas data untuk menentukan
parameter uji univariat dan sekaligus sebagai uji asumsi untuk analisa
bivariat. Sampel pada penelitian ini >50 0rang, maka untuk menguji
normalitas data digunakan Kolmogorov Smirnov.
Berdasarkan Tabel 5.6. Hasil uji normalitas perilaku olahraga
dan tingkat hipertensi menurut MAP (n=100)
54
Most Extreme Positive .102 .193
Differences Negative -.119 -.094
Kolmogorov-Smirnov Z 1.193 1.930
Asymp. Sig. (2-tailed) .116 .001
Berdasarkan Tabel 5.6. hasil test normality dengan
Kolmogorov Smirnov yaitu nilai signifikan untuk variable perilaku
olahraga adalah 0,116 dan tingkat hipertensi menurut MAP adalah
0.001 dapat disimpulkan bahwa nilai kedua variable baik perilaku
olahraga maupun tingkat hipertensi menurut MAP adalah tidak
berdistribusi normal.
Correlation
Kategori Skor 1.000 .091
Coefficient
Perilaku Olah
Sig. (2-tailed) . .368
Raga
Spearman's N 100 100
rho Correlation
.091 1.000
Kategori MAP Coefficient
N 100 100
55
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara kedua variable, yaitu
tidak ada hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia.
56
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu
tentang hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia. Pada bab ini
juga akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian.
A. Perilaku Olahraga
Sesuai dengan tujuan pertama penelitian ini yaitu mengidentifikasi
perilaku olahraga lansia. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Klungkung I
yang melibatkan 100 responden lansia. Hasil pada penelitian perilaku
olahraga didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki perilaku
olahraga yang baik. Pihak puskesmas maupun kader mengingatkan responden
maupun lansia yang ada di wilayah kerja untuk berolahraga yang baik dan
benar sesuai anjuran.
Perilaku olahraga memperoleh hasil lebih tinggi karena lansia
mengikuti anjuran kader puskesmas untuk rutin melakukan olahraga guna
membantu menurunkan tekanan darah dan menyehatkan tubuh. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan waktu olahraga untuk lansia
intensitas sedang minimal 150 menit dalam seminggu, atau intensitas berat 75
menit dalam seminggu (WHO, 2015 dalam Eko Kuswandono, 2019).
Perilaku olahraga merupakan pergerakan anggota tubuh yang dapat
menyebabkan pengeluaran tenaga untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan
mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari. Perilaku olahraga baik sangat penting peranannya untuk
kesehatan tubuh terutama bagi lanjut usia (lansia). Olahraga secara rutin
mampu mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya lansia
(Fatmah, 2013 dalam, Eko Kuswandono, 2019). Secara alamiah lansia akan
mengalami penurunan fungsi organ dan mengalami labilitas tekanan darah.
Oleh sebab itu, lansia dianjurkan untuk selalu memeriksakan tekanan darah
57
secara teratur agar dapat mencegah penyakit kardiovaskuler khususnya
hipertensi
Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini sebanyak 73% dari 100
responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I memiliki
perilaku olahraga yang masuk dalam kategori baik.
58
kurangnya aktivitas fisik melainkan bisa juga karena stress dan pola makan
tidak sehat atau konsumsi garam berlebih.
C. Hubungan Perilaku Olahraga terhadap Tingkat Hipertensi pada Lansia
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ketiga yaitu menganalisa
hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Klungkung I yang melibatkan 100 responden.
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan analisa bivariat dengan
menggunakan uji non parametrik Spearman (Rho) didapatkan hasil bahwa
tidak ada hubungan antara perilaku olahraga dengan tingkat hipertensi lansia
dengan nilai p-value (0.368) > 0,05.
Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan perilaku olahraga
terhadap tekanan darah pada lansia karena masih banyak faktor penyebab
meningkatnya tekanan darah pada lansia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang
melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan
faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-
lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara
bersama - sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor
risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI,
2003). Pada penelitian ini, responden sebagian besar memiliki perilaku
olahraga yang baik dan terjadi penurunan tekanan darah namun tekanan darah
responden masih termasuk dalam kategori pre-hipertensi yang mana bisa
dikatakan tingkat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I masih
tinggi. Terjadinya tingkat hipertensi tetap tinggi pada responden walaupun
perilaku olahraga baik bisa dikarenakan responden tidak menerapkan hidup
sehat dalam pola makan maupun responden sedang mengalami stres akibat
sesuatu hal.
Menurut Yundini (2006), menyatakan saat ini terdapat kecenderungan
pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya
59
hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti
stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan
makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti
perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung
banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan,
membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit
degeneratif seperti hipertensi.
Pada penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Perilaku Olahraga
Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kartasura Kabupaten Sukoharjo” menyatakan bahwa hasil analisis bivariat
dengan uji Chi-square diketahui bahwa hampir sepauh responden yang
melakukan olahraga tidak teratur dengan kejadian hipertensi sebanyak 46
responden (57,5%) dan responden yang melakukan olahraga teratur tidak
terkena hipertensi sebanyak 34 responden (59,6%). Hasil uji Chi-square
didapatkan nilai p=0,048>α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Diketahui nilai Ratio
Prevalens (RP) sebesar 1,425 (95% CI: 0,987- 2,058)artinya responden yang
melakukan olahraga tidak teratur mempunyai risiko sebesar 1,425 kali terkena
hipertensi dibanding seseorang yang melakukan olahraga teratur.
Sejalan dengan penelitian ini Hasil ini sejalan dengan penelitian Jufri
(2012) menyimpulkan bahwa perilaku olahraga tidak ada hubungan
bermakana dengan kejadian hipertensi p=0,510 α=0,05. Diketahui bahwa
lebih separuh responden sebanyak (82,3%) kurang olahraga atau aktivitas
fisik dengan kejadian hipertensi (48,4%) dan (33,9%) tidak hipertensi,
sedangkan responden yang melakukan olahraga atau aktifitas fisik sebanyak
(17,7%), responden dengan kejadian hipertensi sebanyak (8,1%) dan (9,7%)
tidak hipertensi. Tidak ada hubungan hubungan olahraga dengan kejadian
hipertensi dalam penelitian karena tidak ditanyakan durasi perilaku olahraga,
untuk mencegah terjadinya hipertensi perilaku olahraga yang teratur dalam
60
mengontrol tekanan darah sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali
dalam seminggu dengan durasi 20-60 menit.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan yang dialami oleh peneliti
dalam melakukan suatu penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini
antara lain :
1. Peneliti tidak dapat mengawasi responden selama pengisian kuesioner
dikarenakan proses pengumpulan data dilakukan secara online.
2. Keakuratan hasil kuesioner tidak 100% valid.
3. Peneliti sedikit mengalami kendala dan kesulitan saat melakukan
pengumpulan data dikarenakan sebagian lansia ada yang tidak memiliki
handphone maupun keterbatasan pengelihatan sehigga harus menunggu
bantuan saudara yang ada dirumah untuk mengisi kuesioner.
61
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang hubungan perilaku olahraga terhadap tingkat hipertensi lansia di
Puskesmas Klungkung I.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan, adapun simpulan dalam penelitian
ini adalah :
1. Perilaku olahraga dari 100 responden terdapat sebanyak 73%
responden memiliki perilaku olahraga baik dan 27% memiliki
perilaku olahraga cukup baik.
2. Tingkat hipertensi dari 100 responden terdapat 57% responden
memiliki tekanan darah masuk dalam kategori pre-hipertensi
dan 36% responden memiliki tekanan darah normal.
3. Hasil uji korelasi dengan Spearman (rho) didapatkan hasil
bahwa tidak ada hubungan perilaku olahraga terhadap
penurunan tingkat kejadian hipertensi lansia (p-value 0.368 >
0,05) yang mana perilaku olahraga responden tidak
mempengaruhi tingkat kejadian hipertensi lansia di Puskesmas
Klungkung I.
B. Saran
1. Lansia
Sebagai bahan masukan agar lansia tetap rajin berolahraga karena
mengingat pentingnya berolahraga untuk kesehatan lansia tidak hanya
untuk melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh, sehingga menurunkan
tekanan darah dan menghindari penyakit tekanan darah tinggi namun
untuk meningkatkan kekuatan otot jantung, memperkecil resiko
serangan jantung. Lansia juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain
yang bisa menyebabkan hipertensi dikarenakan dari hasil kuesioner
62
perilaku olahraga terdapat 73% memiliki perilaku olahraga yang baik
namun tingkat hipertensi terdapat 57% responden masih termasuk
dalam katergori pre-hipertensi yang mana artinya tingkat hipertensi
masih tinggi dan memungkinkan akan meningkat lagi.
2. Keluarga
Sebagai bahan masukkan untuk keluarga, membantu mengawasi dan
mengingatkan lansia agar tetap rutin berolahraga dan juga
memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi pada lansia.
3. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan metode
pengumpulan data yang berbeda dan dengan menambahkan variable
dari faktor-faktor penyebab hipertensi pada lansia dan selanjutnya
dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dalam
melakukan penelitian sejenis.
63
Daftar Pustaka
Bali, D. K. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bali 2017. Diakses pada tanggal 20
September 2020. Retrieved from https://diskes.baliprov.go.id/wp-
content/uploads/2019/06/Bali_Profil_2017_ds.pdf
Djami, M. (2016). Bahan Ajar Metlit : Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Kerangka
Konsep dan Hipotesis. Diakses pada tanggal 19 Januari 2021. Retrieved from
http://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/105-bahan-ajar-metlid-tinjauan-
pustaka-kerangka-teori-kerangka-konsep-dan-hipotesis
Klungkung, D. K. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung. Diakses pada
tanggal 19 Januari 2021 Retrieved from
https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_
2018/5105_Bali_Kab_Klungkung_2018.pdf
64
Kurniawan, I., & Sulaiman , S. (2019). Hubungan Olahraga, Stress dan Pola Makan
dengan Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan Sudirejo I
Kecamatan Medan Kota. Journal of Health Science and Physiotherapy Vol 1
No 1, 10-17. Diakses pada tanggal 24 Januari 2021. http://jurnal.stikes-
sitihajar.ac.id/index.php/jhsp/article/view/4
Kuswandono , E. (2019). Hubungan Perilaku Olahraga Terhadap Hipertensi pada
Lansia di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Ensiklopedia of Journal Vol 1 No
4. Diakses pada tanggal 24 Januari 2021.
http://jurnal.ensiklopediaku.org/ojs-2.4.8-
3/index.php/ensiklopedia/article/view/197
Muslim, K. (2013). Jenis-Jenis Hipotesis. Diakses pada tanggal 21 Januari 2021.
Retrieved from https://prabugomong.wordpress.com/2013/11/30/jenis-jenis-
hipotesis/
Nuraini, B. (2015). RISK FACTORS OF HYPERTENSION. Diakses pada tanggal 18
Januari 2021. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/602
Pendidikan 2, D. (2021). Hipotesis adalah . Diakses pada tanggal 21 Januari 2021.
Retrieved from https://www.dosenpendidikan.co.id/hipotesis-adalah/
Pratiwi, A. (2017). PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN
DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA WARGATAMA OGAN ILIR TAHUN 2016. Masker
Medika Vol 5 No 1, 271-289. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2021.
https://jmm.ikestmp.ac.id/index.php/maskermedika/article/view/166/140
Ramdhani, T. (2019). PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, NON
PERFORMING FINANCING (NPF) DAN ISLAMICITY PERFORMANCE
INDEX TERHADAP NILAI PERUSAHAAN UNIT USAHA SYARIAH DI
INDONESIA (Survey pada Unit Usaha Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI. Sarjana thesis, Universitas
Siliwangi, 68-85.
Riadi, M. (2020). Pengertian dan Jenis-Jenis Variabel Penelitian. Diakses pada
tanggal 21 Januari 2021 Retrieved from
https://www.kajianpustaka.com/2020/09/pengertian-dan-jenis-variabel-
penelitian.html
Risnawati, R. (2020). HUBUNGAN POLA MAKAN, TINGKAT STRES DAN
PERILAKU OLAHRAGA DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG INTAN 2
TAHUN 2020. Doctoral dissertation, Universitas Islam Kalimantan MAB.
Diakses pada tanggal 24 Januari 2021. http://eprints.uniska-bjm.ac.id/2301/
65
Sriani, K. I., Fakhriadi, R., & Rosadi, D. (2016). Hubungan antara Perilaku Merokok
dan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Usia 18-
44 Tahun. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol 3 No 1.
Diakses pada tanggal 24 Januari 2021.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JPKMI/article/view/2729
Swarjana, I. K. (2015). Metodelogi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Swarjana, I. K. (2016). Statistik Kesehatan . Yogyakarta: CV Andi Offset.
Tulak, G. T. (2017). Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan Tekanan Darah
Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas Wara Palopo. Perspektif: Jurnal
Pengembangan Sumber Daya Insani Vol 2 No 1, 169-172. Diakses pada
tanggal 07 Oktober 2020.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/Perspektif/article/view/432
Wahyuningsih, D. (2015). Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok
Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura
Kabupaten Sukoharjo. Doctoral dissertation, Universitas Muhammaiyah
Surakarta. Diakses pada tanggal 24 Januari 2021.
http://eprints.ums.ac.id/39426/16/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
WP, I. I., Andayani, N. L., & Sugiritama, I. W. (2019). THE EFFECTS OF EDERLY
GYMNASTICS ON THE BLOOD PRESSURE OF EDERLY WITH
HYPERTENSION IN THE ELDERLY GYMNASTICS GROUP IN PIKAT
VILLAGE KLUNGKUNG. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Vol 7 No
3, 32-34. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020.
https://ocs.unud.ac.id/index.php/mifi/article/view/54733/32404
66
Lampiran 1
67
Lampiran 2
Kuesioner
Tanggal :
a. SS : Sangat Setuju
b. S : Setuju
c. KS : Kurang Setuju
d. TS : Tidak Setuju
e. STS : Sangat Tidak Setuju
B. Data Demografi
Nama (inisial) :
68
Umur : (1) 60-65 tahun
(3) SMA)
(3) Duda/Janda.
(3) Wiraswata,
Berikan tanda centang (√) pada salah satu pertanyaan yang sesuai dengan
keadaan anda dengan tepat.
No Pernyataan SS S KS TS STS
1 Saya melakukan olahraga minimal 3 kali
seminggu
2 Sebelum olahraga, saya melakukan
pemanasan
3 Saya melakukan olahraga selama 30-60
menit setiap berolahraga
69
mengurangi tanda dan gejala
akibat penyakit hipertensi
5 Setelah berolahraga, tidak perlu
melakukan pendinginan
70
Lampiran 2
KISI-KISI KUESIONER
NO NAMA KETERANGAN
1. Pernyataan Pernyataan positif : no 1,2,3,7,10
diberi kode 5 sangat setuju (SS), kode 4 setuju
(S), kode 3 kurang setuju (KS), kode 2 tidak
setuju (TS), kode 1 sangat tidak setuju (STS)
71
Lampiran 3
Kepada :
Yth. Seluruh Lansia Hipertensi di Puskesmas Klungkung I
Di Semarapura
Dengan hormat,
Peneliti
72
Lampiran 4
Nama :……………………………………………………………
Umur :……………………………………………………………
Pekerjaan :……………………………………………………………
Alamat :……………………………………………………………
Denpasar,...........................2021
Responden
(……………………)
73
Lampiran 5
LEMBAR PERNYATAAN FACE VALIDITY
74
Lampiran 5
LEMBAR PERNYATAAN FACE VALIDITY
75
Lampiran 6
76
Lampiran 7
77
Lampiran 8
78
79
Lampiran 9
80
Lampiran 10
81
Lampiran 11
LEMBAR PERNYATAAN ANALISA DATA
82
Lampiran 12
Frequency Table
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
P1
P2
84
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
P4
P5
85
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
P6
P7
P8
86
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
P9
P10
87
36.00 12 12.0 12.0 27.0
Frequency Table
88
MAP Post Olga
89
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N 100 100
Mean 38.7500 94.1400
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 2.85464 6.19224
Absolute .119 .193
Most Extreme Differences Positive .102 .193
Negative -.119 -.094
Kolmogorov-Smirnov Z 1.193 1.930
Asymp. Sig. (2-tailed) .116 .001
NONPAR CORR
/VARIABLES=Skorolga MAPpost
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
90
Sig. (2-tailed) . .216
N 100 100
Correlation
-.125 1.000
Coefficient
MAP Post Olga
Sig. (2-tailed) .216 .
N 100 100
NONPAR CORR
/VARIABLES=KategoriSkorolga KatMAPpost
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
91
Lampiran 13
DAFTAR REVISI PROPOSAL
Nim : 17C10149
92
93
Mahasiswa
Lampiran 14
FORMAT BUKU BIMBINGAN PROPOSAL
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
ITEKES BALI TAHUN AKADEMIK 2020/2021
94
III
8 Senin/ 11 Januari 2021 Bimbingan Perbaiki
Bab III Definisi
Operasional
9 Jumat/ 15 Januari 2021 Revisi Bab III Lanjutkan Bab
IV
10 Rabu/ 19 Januari 2021 Bimbingan Perbaiki pada
Bab IV sampling dan
Analisa data
11 Kamis/ 21 Januari 2021 Bimbingan Perbaiki
Bab I-IV pengutipan
dan tulisan
12 Minggu/ 24 Januari 2021 Kumpul Bab Acc ujian
I-IV proposal
95
Lampiran 14
FORMAT BUKU BIMBINGAN PROPOSAL
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
ITEKES BALI TAHUN AKADEMIK 2020/2021
96
5 Kamis/ 14 Bimbingan Bab III Perbaiki di
Januari 2021 bagian kerangka
konsep
97
Lampiran 15
(Pembimbing II)
Disetujui:
Tanda Tangan: ……………………Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
(A.A.A Yuliati Darmini., S.Kep.Ns.,MNS)
Tanggal: 05/06/2021
98
Lampiran 16
FORMAT ISIAN
PERSYARATAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
ITEKES BALI TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Catatan :
Bukti point diatas harus dilampirkan berupa foto copy dan menunjukan aslinya
Wali kelas Mahasiswa
100
April 2021 coding pembuatan
revisi coding
8. Jumat/17 Bimbingan hasil Lanjut membuat
April 2021 analisa data bab
101
Lampiran 17
FORMAT BUKU BIMBINGAN SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
ITEKES BALI TAHUN AKADEMIK 2020/2021
102
7. Rabu/12 Mei Bimbingan BAB I Perbaiki daftar
2021 – VII isi
103