Anda di halaman 1dari 134

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN

MOTIVASI SEMBUH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI


PUSKESMAS KECAMATAN CAKUNG TAHUN 2023

SKRIPSI

Disusun Oleh:
AFIFAH INDAH SARI
NPM : 20.156.01.11.043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2024
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN
MOTIVASI SEMBUH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI
PUSKESMAS KECAMATAN CAKUNG TAHUN 2023

SKRIPSI
Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Medistra Indonesia

AFIFAH INDAH SARI


NPM : 20.156.01.11.043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2024
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN KOMUNKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN
MOTIVASI SEMBUH DAPA PASIEN DIABETES MELITUS DI
PUSKESMAS KECAMATAN CAKUNG TAHUN 2023

SKRIPSI

Disusun Oleh :
AFIFAH INDAH SARI
NPM: 20.156.01.11.043

Skripsi ini Telah Disetujui


Tanggal 06 Bulan Februari Tahun 2024

Pembimbing,

Rotua Suriany Simamora, SKM., M.Kes


NIDN.0315018401

Mengetahui :
Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia

Kiki Deniati S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0316028302

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Afifah Indah Sari
NPM : 20.156.01.11.043
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Motivasi
Sembuh Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Cakung

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan (S1), Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia

DEWAN PENGUJI

Ketua Tim Penguji : Rotua Suriany Simamora,SKM.,M.Kes (................)


NIDN. 0315018401
Pembimbing : Rotua Suriany Simamora,SKM.,M.Kes (................)
NIDN. 0315018401
Anggota Tim Penguji : Dinda Nur Fajri Hidayati, S.Kep,Ns.,M.Kep (................)
NIDN. 0301105302

Mengetahui

Wakil Ketua I Bidang Akademi Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
STIKes Medistra Indonesia STIKesn Medistra Indonesia

Puri Kresnawati, SST.,M.KM Kiki Deniati, S.Kep,Ns.,M.Kep


NIDN. 0309049001 NIDN. 0316028302

Disahkan,
Ketua STIKes Medistra Indonesia

Dr. Lenny Irmawaty SST, M.Kes


NIDN. 0319017902

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Afifah Indah Sari
NPM : 20.156.01.11.043
Program studi : S1 Keperawatan
Judulu Skripsi : Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Motivasi
Sembuh Pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kecamatan
Cakung

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar – benar hasil
karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bekasi, 06 Februari 2024


Penulis

Afifah Indah Sari


Npm. 201560111043

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena

berkat Taufik, rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan

judul “Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada

Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Cakung” tepat pada waktunya.

Solawat beserta salam tidak lupa tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi

Wasalam, keluarganya dan sahabat - sahabat beliau.

Skripsi adalah tugas akhir bagi mahasiswa di jenjang pendidikan reguler.

Mahasiswa wajib mengerjakan tugas proposal skripsi sampai dengan tuntas karena ini

merupakan bagian dari syarat wajib bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana

pada program Studi Keperawatan di STIKes Medistra Indonesia.

Selesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah

membantu baik dari segi moril ataupun materil dengan secara langsung maupun tidak

langsung, terutama kepada yang saya hormati:

1. Saver Mangandar Ompusunggu, SE, selaku ketua yayasan Medistra Indonesia.

2. Vermona Marbun, MKM, Selaku Ketua BPH Yayasan Medistra Indonesia.

3. Dr. Lenny Irmawaty Sirait, SST., M.Kes Selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia

4. Puri Kresnawati, SST., M.Kes Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes Medistra

Indonesia.

5. Sinda Ompusunggu S.H Selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan

Kepegawaian STIKes Medistra Indonesia.

v
6. Hainun Nisa, SST., M.Kes Selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan

Alumni STIKes Medistra Indionesia.

7. Kiki Deniati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan

(S1) dan Pendidikan Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia.

8. Rotua Suyani S, SKM., M.Kes Selaku Koordinator Skripsi dan dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

9. Dinda Nur Fajri Hidayati Bunga, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai anggota penguji

skripsi

10. Lisna Agustina, S.Kep, NS., M. Kep selaku dosen pembimbing akademik

11. Arabta Malem P, S.Kep, Ns., M.Kep selaku wali kelas atas arahan dan bimbingan

yang diberikan selama masa kuliah.

12. Seluruh Jajaran dosen dan staff STIKes Medistra indonesia ang turut membantu

memberikan bannyak ilmu, masukan dan arahan selama proses pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak agar kedepannya bisa semakin lebih baik lagi. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umunya bagi pembaca.

Bekasi, 20 Juli 2023

Afifah Indah Sari

vi
ABSTRAK
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Cakung
Peneliti1, Pembimbing2
Afifah Indah Sari1, Rotua Suriany Simamora2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia2
afifahindah10595@gmail.com, rotuasuriany12@gmail.com

Latar Belakang: Motivasi sembuh merupakan dorongan yang timbul pada diri sendiri untuk kembali
keadaan semula. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi sembuh yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinstik yaitu kepatuhan minum obat, pola makan, dan aktivitas fisik. Sedangkan faktor
ektrisnsik yaitu dukungan petugas kesehatan berupa komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi antara perawat dengan pasien sangatlah berperan penting untuk proses kesehatan
pasien.
Tujuan Penelitian: Menganalisis hubungan komunikasi traupeutik perawat dengan motivasi sembuh
pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Cakung
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional analitik kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional study yaitu jenis variabel bebas (independen) maupun variabel terikat (dependen) merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan pada saat bersamaan. Teknik sampling yang
digunakan purposive sampling dengan jenis sampling yaitu simple random sampling. Populasi pada
pasien diabetes melitus sebanyak 84 responden.
Hasil penelitian: Didapatkan hasil teridentifikasinya perawat menggunakan komunikasi terapeutik yang
baik dengan motivasi sembuh tinggi sebanyak 38 responden (70,4%). Terdapat hasil uji chi- squre dengan
tingkat signifikan 95% atau nilai α (0,05) diperolah p value (0,000) < nilai α (0,05) sehingga dapat
disimpulkan dari hasil H0 ditolak artinya terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
motivasi sembuh pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Cakung.
Kesimpulan: Terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan motivasi sembuh pada pasien
diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Cakung

Kata kunci: Komunikasi Terapeutik, Motivasi, Diabetes

vii
ABSTRACT
The relationship between nurses' therapeutic communication and recovery motivation in diabetes
melitus patients at the Cakung District Health Center
Researcher1, Counselor2
Afifah Indah Sari 1, Rotua Suriany Simamora2
College of Health Sciences Medistra Indonesia 1
College of Health Sciences Medistra Indonesia2
afifahindah10595@gmail.com, rotuasuriany12@gmail.com

Background: Healing motivation is an impulse that arises in oneself to return to its original state. The
factors that influence the motivation to heal are intrinsic and extrinsic. Intrinsic factors represent drives
within the individual, while extrinsic drives from outside the individual. Intrinsic factors are adherence to
taking medication, diet, and physical activity. The external factor is the support of health workers in the
form of therapeutic communication. Therapeutic communication is communication between nurses and
patients that is very important for the patient's health process.
Research Objective: Analyze the relationship between nurses' therapeutic communication with recovery
motivation in diabetes Mellitus patients at the Cakung District Health Center
Research Method: This research is quantitative analytical observational with a cross-sectional study
approach, namely the types of independent variables (independent) and dependent variables (dependent)
is a research design by making observations at the same time. The sampling technique used is purposive
sampling with a type of sampling, namely simple random sampling. The population of diabetes mellitus
patients was 84 respondents
Results of the study: Nurses identified using good therapeutic communication with high recovery
motivation as many as 38 respondents (70.4%). There are chi-square test results with a significant level of
95% or α value (0.05) obtained p-value (0.000) < α value (0.05) so that it can be concluded from the
results Ha rejected means that there is a relationship between nurse therapeutic communication and
recovery motivation in diabetes Mellitus patients at the Cakung District Health Center.
Conclusio: There is a relationship between nurses' therapeutic communication and recovery motivation in
diabetes Mellitus patients at the Cakung District Health Center

Keywords: Therapeutic Communication, Motivation, Diabetes

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..........................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................................v
ABSTRAK......................................................................................................................vii
ABSTRACT...................................................................................................................viii
DAFTAR ISI....................................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................6
1. Tujuan Umum.....................................................................................................6
2. Tujuan Khusus....................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................7
1. Manfaat Teoris....................................................................................................7
2. Manfaat Praktisi..................................................................................................7
E. Keaslian Penelitian.................................................................................................8
BAB II TINJUAN PUSTAKA........................................................................................10
A. Tinjuan Teori........................................................................................................10
1. Konsep Komuniksi Terapeutik.........................................................................10
2. Konsep Motivasi Sembuh.................................................................................20
3. Konsep Diabetes Melitus..................................................................................25
4. Indikator Motivasi Sembuh Pada Pasien Diabetes Melitus..............................32
B. Kerangka Teori.....................................................................................................41
C. Kerangka Konsep.................................................................................................42
D. Hipotesis...............................................................................................................43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................44
A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................................44
B. Populasi dan Sampel.............................................................................................44
1. Populasi.............................................................................................................44
2. Sampel..............................................................................................................44
3. Teknik Sampling...............................................................................................45
C. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................................46
1. Lokasi Penelitian...............................................................................................46
2. Waktu Penelitian...............................................................................................47
D. Variabel Penelitian...............................................................................................33
E. Definisi Operasional.............................................................................................33
F. Jenis Data..............................................................................................................35
1. Data Primer.......................................................................................................35
2. Data Sekunder...................................................................................................35
G. Teknik Pengumpulan Data................................................................................35

ix
H. Instrumen Penelitian.........................................................................................36
1. Instrumen Data Demografi...............................................................................37
2. Instrumen Komunikasi Terapeutik...................................................................37
3. Instrumen Motivasi Sembuh.............................................................................37
I. Uji Validitas dan Reabilitas..................................................................................38
J. Pengolaan Data.....................................................................................................39
1. Pengecekan Data (editing)................................................................................40
2. Pemberian Code Data (coding).........................................................................40
3. Tabulasi Data....................................................................................................41
4. Pengolahaan (processing).................................................................................41
5. Pemberian Nilai (scoring).................................................................................41
6. Pembersihan (cleaning)....................................................................................43
K. Analisis Data.....................................................................................................43
1. Analisis Univariat.............................................................................................43
2. Analisis Bivariat...............................................................................................43
L. Etika Penelitian.....................................................................................................44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................................46
B. Interprestasi Hasil Penelitian................................................................................46
C. Pembahasan..........................................................................................................51
D. Keterbatasan.........................................................................................................62
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................63
A. Simpulan...............................................................................................................63
B. Saran.....................................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................65
LAMPIRAN....................................................................................................................69
LEMBAR PERSEMBAHAN........................................................................................102

x
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Kerangka Teori....................................................................................41
Bagan 2. 2 Kerangka Konsep.................................................................................42

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian..................................................................................8

Tabel 2. 1 Aktivitas Fisik 40

Tabel 3. 1 Krtiteria Insklusi dan Kriteria Ekslusi 46


Tabel 3. 2 Waktu Penelitian...................................................................................32
Tabel 3. 3 Definisi Operasional.............................................................................34
Tabel 3. 4 Coding Jenis Kelamin...........................................................................40
Tabel 3. 5 Coding Usia..........................................................................................40
Tabel 3. 6 Coding Pendidikan................................................................................40
Tabel 3. 7 Coding Pekerjaan..................................................................................40
Tabel 3. 8 Coding Komunikasi Terapeutik............................................................41
Tabel 3. 9 Coding Motivasi Sembuh.....................................................................41

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bukti Bimbingan Skripsi..............................................................................70
Lampiran 2 Surat Pengantar permohonan Studi Pendahuluan Suku Dinas Kesehatan...73
Lampiran 3 Permohonan Menggunakan Kuesioner Penelitian Sebelumnya..................74
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian.....................................................................................75
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian.......................................................................76
Lampiran 6 Bukti Seminar Proposal...............................................................................77
Lampiran 7 Bukti Ujian Skripsi......................................................................................78
Lampiran 8 Dokumentasi Pengambilan Data..................................................................79
Lampiran 9 Lembar Persetujuan.....................................................................................80
Lampiran 10 Karateristik Responden..............................................................................81
Lampiran 11 Kuesioner Komunikasi Terapeutik............................................................82
Lampiran 12 Kuesioner Motivasi Sembuh......................................................................84
Lampiran 13 Uji Validitas Kuesioner Motivasi Sembuh................................................86
Lampiran 14 Hasil Uji Reliabelitas Motivasi Sembuh....................................................87
Lampiran 15 Master Tabel..............................................................................................88
Lampiran 16. Analisis Univariat.....................................................................................98
Lampiran 17 Lampiran Analisis Brivariat.....................................................................100

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi sembuh merupakan dorongan yang timbul pada diri sendiri

untuk kembali keadaan semula, jika tidak didukung adanya motivasi untuk

sembuh dari diri dipastikan akan menghambat proses kesembuhan. Upaya yang

dilakukan dalam motivasi sembuh pada penyakit DM adalah pengontrolan kadar

gula darah. Keberhasilan pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan

kepatuhan minum obat, mengatur pola makan dan aktivitas fisik untuk

mengendalikan gejala dan menghindari terjadinya komplikasi DM


(Rahmadanti et al., 2020)
.

Kepatuhan menjadi suatu permasalahan yang perlu diberikan perhatian

khusus untuk pasien yang terkena penyakit DM. Motivasi yang tinggi dapat

mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien DM dan memiliki kebiasaan

minum obat yang baik terutama untuk pola makan dan pemeriksaan kadar gula
(Syaftriani, Afina Muharani, et al., 2023)
darah . Sedangkan aktivitas fisik

merupakan setiap pergerakan tubuh yang didapatkan oleh otot kerangka yang

membutuhkan tenaga.

Kurangnya motivasi aktivitas fisik mengakibatkan kadar gula dalam

darah berkurang penyebab jarang berolahraga. Berdasarkan penelitian


(Rizki Romadhon et al., 2020)
sebesar (40,6%) mempunyai tingkat kepatuhan sedang

dalam memakai obat antidiabetes. Alasan utama ketidakpatuhan responden

adalah bosan (43,6%). Berdasarkan data hasil penelitian sebelumnya

1
2

(Eltrikanawati T et al., 2020) pola makan tidak seimbang dengan kadar gula

darah yang tinggi pada pasien diabetes melitus tipe 2 sebesar (92,7%) dan pola

aktivitas fisik ringan dengan kadar gula darah yang tinggi sebesar (91,4%).

Ketidakpatuhan penderita dalam pengontrolan kadar gula darah berupa minum

obat, mengatur pola makan dan aktivitas fisik kurang akan berdampak

menimbulkan komplikasi pada DM meningkat.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan

bahwa jumlah orang yang menderita diabetes di Indonesia akan terus bertambah

dan mencapai peringkat keempat di dunia pada tahun 2030. Pada tahun 2021

International Diabetes Federation (IDF) mencatat bahwa sebesar 537 juta orang

(usia 20-79 tahun) di seluruh dunia menderita DM dan mengakibatkan kematian

sebanyak 6,7 juta orang. Tiongkok menjadi negara dengan jumlah yang

menderita dm terbanyak di dunia mencapai 140,87 juta pada tahun 2021. India

memiliki jumlah penderita diabetes sebanyak 74,19 juta orang.

Pakistan memiliki populasi sebanyak 32,96 juta orang, sementara

Amerika Serikat memiliki populasi sebanyak 32,22 juta orang. Indonesia berada

pada peringkat kelima dengan jumlah penderita DM sebanyak 19,47 juta orang

pada populasi sebesar 179,72 juta jiwa. Hal, ini menunjukkan prevalensi DM di

Indonesia adalah sebesar 10,6%. Berdasarkan data dari Riskesdas 2018,

prevelensi dm berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk semua umur menurut

provinsi tertinggi berada di DKI Jakarta sebanyak 14%


(Kementerian Kesehatan RI & Riskesdes 2018, 2019)
.
3

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes

melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolisme yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin,
(P2PTM & Kemenkes RI, 2020)
atau keduanya. Menurut DM merupakan suatu

kondisi kronis yang ditandai oleh meningkatnya kadar gula darah yang melebihi
(Widiasari et al., 2021)
nilai normal. Menurut faktor penyebab penderita DM

bisa terjadi karena obesitas, usia, faktor genetik, pola makan yang salah dan

kurangnya aktivitas fisik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

sembuh yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan

dorongan dalam diri dan kemauan, faktor ekstrinsik yaitu dorongan dari luar.

Salah satu faktor ekstrinsik berupa tenaga kesehatan yang sering di kunjungi

pasien dm terutama di puskesmas.

Puskesmas adalah suatu bentuk pelayanan dan sarana kesehatan yang

dapat dijangkau bagi seluruh kalangan masyarakat dengan mudah. Fenomena

yang umum terjadi di beberapa puskesmas khususnya tenaga kesehatan yaitu

dalam pelayanan kesehatan. ketidaksesuaian kualitas terhadap pelayanan

kesehatan, salah satunya kualitas perawat terhadap pasien dalam pelayanan


(Asri Riyashatul Ulya et al., 2023)
komunikasi . Komunikasi merupakan sarana

yang efektif dalam memudahkan perawat berinteraksi menjalankan tugas dan

fungsinya dengan baik. Komunikasi yang dapat meningkatkan rangsangan

kesehatan kepada pasien adalah komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara

sadar bertujuan untuk kegiatan dilakukan pada kesembuhan pasien dan


4

merupakan komunikasi profesional yang dilakukan oleh perawat atau tenaga


(Putri Kristyaningsih, 2021)
kesehatan lainnya . Komunikasi terapeutik

merupakan titik awal saling pengertian antara perawat dan pasien. Perawat yang

mempunyai kemampuan berkomunikasi terapeutik akan dengan mudah

membangun hubungan rasa saling percaya dengan pasien. Dalam komunikasi

terapeutik diharapkan perawat mampu memberikan pelayanan yang terbaik agar

pengobatan yang diberikan perawat bisa sembuh. Faktor-faktor yang

mempengaruhi komunikasi yaitu persepsi, nilai, emosi, latar belakang, sosial

budaya, pengetahuan, peran hubungan dan kondisi lingkungan.

Keahlian komunikasi terapeutik yang efektik menjadi salah satu alat

yang penting bagi tenaga kesehatan meningkatkan kepercayaan diri dalam

merawat pasien. Sebalik, jika komunikasi tidak efektif menyebabkan

penghabatan dalam merawat pasien dan menurunkan kualitas perawatan pasien.


(Arya Ramadia et al., 2022)
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan

komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Rawat

Inap RSUD Teluk Kuantan. Sebagian besar interkasi komunikasi terapeutik

perawat dan pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Teluk Kuantan dalam kategori

baik. Artinya adanya komunikasi terapeutik yang baik dilakukan perawat kepada

pasien di ruang rawat inap.

Berdasarkan teori yang mendukung salah satu faktor yang

mempengaruhi komunikasi terapeutik perawat yaitu pengetahuan dan motivasi.

Pengatahuan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan intrapersonal


5

sedangkan motivasi sangat berperan karena sangat mempengaruhi seseorang


(Marcelina Somba et al., 2022)
berbuat dalam mencapai suatu tujuan .

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kecamatan Cakung

di dapat prevelensi penyakit DM di tahun 2022 sebanyak 1602 orang. Hal ini

terus meningkat dimana pada bulan januari-april 2022 sebesar 490 orang

sedangkan di bulan januari-april 2023 sebesar 553 orang. Hasil wawancara

perawat yang melakukan penjagaan di ruang nurse station mengatakan dampak

penderita DM terus meningkat tiap bulan dikarenakan pasien jarang berkunjung

ke puskesmas, lupa minum obat, makan sembarangan, dan tidak mengecek gula

darah. Sedangkan, setiap pengontrolan gula darah perawat memberikan motivasi

kepada pasien untuk selalu minum obat teratur, menjaga pola makan,

mengontrol gula darah dan rutin berkunjung ke puskesmas setiap 1 bulan sekali.

Komunikasi yang dilakukan perawat baik dengan selalu menanyakan

kabar pasien, gejala atau penyakit lain yang diderita, kepatuhan minum obat, dan

pola makannya. Hasil dari wawancara oleh pengunjung Puskesmas yang ingin

melakukan pengontrolan gula darah rutin tiap bulan di dapatkan komunikasi

yang di lakukan oleh perawat baik dengan selalu menanyakan keadaan, adakah

gejala atau penyakit lainnya, menanyakan obat habis atau tidak. Motivasi yang

diberikan oleh perawat berupa patuh minum obat, jaga pola makan, dan akrivitas

fisik.

Berdasarkan permasalahan di atas komunikasi terapeutik sangatlah

penting dalam pelayanan kesehatan terutama di fasilitas kesehatan puskesmas.

Puskesmas banyak dikunjungi oleh penderita DM diharapkan komunikasi


6

terapeutik yang dilakukan perawat kepada pasien baik. Komunikasi terapeutik

baik di lakukan perawat sehingga muncul motivasi sembuh dalam diri pasien

berupa kepatuhan minum obat, kepatuhan pola makan dan aktivitas fisik agar

mencapai tujuan yaitu kadar gula darah stabil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan komunikasi terapeutik perawat

dengan motivasi sembuh pada pasien Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas

Kecamatan Cakung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan komunikasi terupetik perawat

dengan motivasi sembuh pada penderita DM di wilayah Puskesmas

Kecamatan Cakung

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan di Puskesmas Kecamatan Cakung

2. Mengetahui distribusi frekuensi komunikasi terapeutik pada perawat di

Puskesmas Kecamatan Cakung

3. Mengetahui distribusi frekuensi motivas sembuh pada penderita DM di

Puskesmas Kecamatan Cakung

4. Menganalisis hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan motivasi

sembuh pada penderita DM di Puskesmas Kecamatan Cakung


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoris

a. Bagi peneliti

Dengan dilakukan penelitian hubungan komunikasi terapeutik perawat

dengan motivasi sembuh pada penderita DM diharapkan dapat memberikan

informasi kepada tenaga kesehatan khususnya perawat dalam melaksanakan

komunikasi terapeutik perawat dengan pasien penderita DM sehingga dapat

memberikan motivasi sembuh.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan kepada mahasiswa

keperawatan STIKes Medistra Indonesia mengenali ruang lingkup

komunikasi dalam bidang pengetahuan mengenai komunikasi terapeutik

perawat berhubungan terhadap motivasi sembuh pasien pada penderita DM.

Selain itu juga sebagai tambahan referensi atau acuan bagi peneliti yang

ingin melakukan penelitian sejenis dengan beda variabel.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Responden

1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan atau

informasi kepada responden agar tetap menjaga gula darah dan

mendengarkan informasi perawat agar terkontrol gula darah.

2) Hasil penelitian ini sebagai dasar pentingnya komunikasi terapeutik

perawat kepada pasien agar pasien dm bisa termotivasi sembuh

b. Bagi Tempat Penelitian


8

1) Sebagai gambaran keadaan komunikasi terapeutik perawat di wilayah

kerja di Puskesmas Kecamatan Cakung

2) Membantu analisa masalah di wilayah kerja pelayanan kesehatan di

komunikasi terapeutik perawat mendapatkan hasil agar meningkatkan

komunikasi terapeutik dalam motivasi sembuh pasien DM.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
No Nama Penelitian Judul Tahun Hasil
1. Rizki Romadhon, Kepatuhan 2020 Berdasarkan hasil penelitian
Yardi Saibi, Terhadap terdapat 71 responden memiliki
Narila Mutia Pengobatan tingkat kepatuhan sedang dalam
Nasir Pasien Diabetes menggunakan obat antidiabetes.
Melitus Tipe 2 di Alasan utama ketidakpatuhan
Puskesmas responden adalah bosan. Ada
Jakarta Timur hubungan bermakna antara tingkat
kepatuhan dan kadar gula darah.

2 Marcelina Somba Hubungan 2022 Hasil penelitian menunjukan


Narmi Pengetahuan dan hampir setengahnya responden
Mien Motivasi dalam memiliki pengetahuan baik dan
Pelaksanaan memiliki komunikasi terapeutik
Komunikasi baik yakni sebanyak 21 orang.
Terapeutik
Perawat.

3. Arya Ramadia Hubungan 2021 Berdasarkan hasil penelitian dapat


Rahmaniza Afzal Komunikasi disimpulkan bahwa komunikasi
Maulidi Terapeutik terapeutik Perawat di Ruang Rawat
Perawat Dengan Inap RSUD Teluk Kuantan dalam
Tingkat Kepuasan kategori baik dan tingkat kepuasan
Pasien Di Ruang pasien di Ruang Rawat Inap RSUD
Rawat Inap Teluk Kuantan dalam kategori
tinggi.

4. T. Eltrikanawati Hubungan Pola 2020 Berdasarkan hasil penelitian ada


Nurlaila Makan Dan Pola hubungan yang signifikan antara
Masitoh Aktivitas Fisik pola makan dan pola aktivitas fisik
Tampubolon Terhadap Kadar terhadap kadar gula darah sewaktu
Gula Darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
Sewaktu Pada dengan nilai p value 0,000 (⍺=0,05)
Pasien Diabetes untuk masing-masing variabel.
Melitus Tipe 2
5. Afina Muharani Hubungan 2023 Berdasarkan hasil penelitian adanya
Syaftriani Motivasi Diri hubungan antara motivasi diri
Ani Rahmadhani Dengan dengan kepatuhan minum obat pada
9

Kaban kepatuhan Minum pasien diabetes millitus tipe II di


Maya Ardilla Obat Pada Pasien Rumah Sakit Umum Mitra Medika
Siregar Diabetes Melitus Medan.
Maria Haryanti Tipe II
Butar-Butar
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori

1. Konsep Komuniksi Terapeutik

a. Definisi Komunikasi Terapeutik

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare – communicatio

dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem

penyampaian dan penerimaan informasi seperti telepon, telegraf, radio dan

sebagainya. Secara sederhana, komunikasi dapat dipahami sebagai suatu proses

pertukaran, pengiriman, dan penerimaan berita, gagasan, atau informasi dari satu
(Rika Sarfika et al., 2018)
orang ke orang lain . Menurut Efendy dalam

Saefullah (2007), komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang berarti

membagi. Membagi disini merupakan berbagi dalam gagasan, ide, atau pikiran

antara satu individu dengan individu lain.

Menurut Stuart & Sundeen (1998) dalam buku komunikasi dalam

keperawatan oleh Nurmah Rachman dikutip dari Keliat (2006) mengakatakan

bahwa komunikasi terapeutik adalah cara untuk membina hubungan terapeutik

yang diperlukan untuk pertukaran informasi, perasaan dan ide guna untuk
(Hanafi et al., 2022)
membentuk kedekatan yang terapeutik . Pendapat lain

menurut Foundamental of Nursing komunikasi terapeutik merupakan sebagai

seperangkat teknik yang memprioritaskan kesejahteraan fisik, mental, dan

emosional pasien. Perawat memberikan dukungan dan informasi kepada pasien

dengan mempertahankan tingkat jarak dan objektivitas profesional.

10
11

Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai bentuk komunikasi yang

dilakukan oleh perawat dan pasien yang mendorong mereka untuk mencapai

tujuan keperawatan melalui suatu hubungan yang erat


(Dandy Maslow Panungkunan, 2014a)
. Komunikasi terapeutik melibatkan interaksi antara

perawat dan pasien yang dimulai dengan saling memahami. Fokus dari jenis

komunikasi ini adalah kebutuhan yang saling tercipta antara perawat dan pasien.

Hal ini dapat digolongkan sebagai bentuk komunikasi personal antara perawat

dan pasien, di mana perawat memberikan bantuan dan pasien menerima bantuan
(Aniharyati, 2011)
tersebut . Berdasarkan definisi disimpulkan komunikasi

terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien

ketika melakukan interaksi / tindakan yang bertujuan untuk kesembuhan pasien.

b. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik menurut (Hanafi et al., 2022) adalah

1. Membantu pasien menjelaskan masalah kesehatannya sehingga dapat

mengurangi beban emosional dan mentalnya serta dapat mengambil tindakan

untuk mengubah situasi saat ini jika pasien merasa perlu

2. Mengurangi keraguan, membantu bertindak secara efektif dan

mempertahankan kekuatan ego.

3. Mental fisik dapat dipengaruhi oleh orang lain, lingkungan dan diri sendiri.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam komunikasi


(Dandy Maslow Panungkunan, 2014b)
terapeutik , yaitu:

a. Kemampuan
12

Komunikator memiliki kemampuan untuk berbicara, mendengar dan

melihat.

b. Persepsi

Merupakan pendapat individu tentang apa yang diharapkan.

c. Peranan dan hubungan

Peranan dan hubungan antara membuat pesan dan penerima pesan juga

mempengaruhi komunikasi, misalnya peranan dan hubungan perawat –

pasien, dokter – perawat, dan seterusnya.

d. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang berbeda antara perawat dan pasien dapat

menyebabkan komunikasi menjadi sulit

e. Nilai

Nilai adalah norma yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi

perawat untuk menyadari nilai seseorang.

f. Latar belakang budaya

Budaya membentuk individu yang unik, sehingga komunikasi juga akan

berbeda antara satu dengan yang lainnya.

g. Emosi

Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa seperti marah, sedih,

senang dapat mempengaruhi komunikasi dengan orang lain

h. Sikap

Sikap perhatian, kehangatan, menghargai dan menerima dapat memperlancar

komunikasi.
13

i. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi komunikasi efektif seperti lingkungan

yang tenang, bebas dari kebisingan, ventilasi yang baik, suhu kamar yang

tidak terlalu panas/dingin, serta adanya privacy.

j. Waktu

Komunikasi dengan pasien yang mengharuskan pasien menunggu dan

kemudian perawat muncul akan bereaksi berbeda dengan pasien yang tidak

menunggu lama.

d. Teknik Komunikasi Terapeutik

Menurut (Hanafi et al., 2022) dalam buku Komunikasi terapeutik oleh Lamria

Situmeang seorang perawat yang memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien

di dalam berkomunikasi harus memperhatikan beberapa teknik komunikasi

terapeutik, yaitu:

1. Mendengarkan

Dalam berkomunikasi dengan pasien mendengar yang di maksud adalah

perawat saat berkomunikasi harus jadi pendengar yang baik, mendengarkan

pasien disaat menyampaikan keluhan atau berbicara, berusaha untuk

menghindari pergerakkan tubuh yang bisa menjadi gangguan disaat

berbicara, menjawab atau merespon pasien yang dapat ditunjukkan dengan

gerakkan tubuh seperti menganggukkan kepala dan memberikan sentuhan

yang tepat. Ada beberapa yang perlu di perhatikan saat berkomunikasi

dengan teknik mendengarkan dan harus ada Keterampilan yang harus


14

dimiliki seseorang dengan teknik mendengarkan dengan penuh perhatian

bisa menunjukkan sikap berikut.

a) Mempertahankan kontak mata saat berbicara dengan orang lain

b) Memandang lawan bicara ketika intraksi bicara berlangsung.

c) Mencegah gerakan yang bukan perlu

d) Memberikan tanggapan dalam menanggapi pertanyaan lawan bicara

dengan menggunakan bahasa tubuh menggangukkan kepala.

e) Usahakan posisi tubuh condong terhadap lawan bicara

2. Menunjukkan penerimaan (accepting)

Menerima tidak berarti menyetujui. Penerimaan berarti bersedia

mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau keberatan.

Sikap penerimaan perawat dapat diidentifikasi seperti berikut:

a) Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

b) Memberikan umpan balik verbal yang menunjukkan pemahaman

c) Memastikan isyarat nonverbal sesuai dengan komunikasi verbal.

d) Menghindarkan untuk berdebat, hindari keraguan atau hindari untuk

mengubah pendapat pikiran klien.

e) Perawat dapat mengangguk atau mengatakan "ya" atau "Saya

mengerti apa yang Anda inginkan".

3. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan

Tujuan dari perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang

spesifik tentang klien. Sebaiknya pertanyaan terkait dengan topik yang

dibahas dan menggunakan kata-kata dari konteks sosial budaya.


15

4. Mengulang (restating/repeating)

Tujuan dari mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien

dalam bahasa perawat. Teknik ini dapat diartikan bahwa perawat

memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui pesan yang telah

dipahami dan mengharapkan komunikasi berlanjut.

5. Klarifikasi (clarification)

Teknik ini digunakan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan

klien. Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti atau tidak

mendengar apa yang dikatakan klien. Perawat membutuhkan klarifikasi

untuk menyamakan persepsi dengan klien. Contoh, “Ceritakan lagi apa arti

kegagalan dalam hidup anda? ”

6. Memfokuskan (focusing)

Metode ini dilakukan untuk tujuan membatasi topik agar lebih spesifik dan

mudah dipahami Perawat tidak boleh memutus pembicaraan klien ketika

masalah penting sedang disampaikan, kecuali percakapan berlanjut tanpa

informasi yang baru. Perawat membantu klien membicarakan topik yang

penting dan telah dipilih.

7. Merefleksikan (reflecting/feedback)

Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan

mengungkapkan pengamatan mereka untuk melihat apakah pesan itu

diterima dengan benar. Perawat menggambarkan kesan yang diciptakan oleh

syarat nonverbal klien. Mengkomunikasikan pengamatan perawat sering


16

membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah

memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

8. Memberi informasi (informing)

Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan untuk

menyampaikan informasi penting melalui pendidikan kesehatan. Jika ada

informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi

alasannya. Setelah informasi disampaikan, perawat membantu klien untuk

membuat keputusan.

9. Diam (silence)

Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan diri mereka sendiri,

mengatur pemikiran mereka, dan memproses informasi. Bagi perawat, diam

berarti memberikan ruang bagi klien untuk berpikir dan berdebat/berbicara.

10. Identifikasi tema (theme identification)

Identifikasi topik yang meringkas gagasan utama/poin utama yang telah

dikomunikasikan secara ringkas. Cara ini berguna untuk membantu topik

yang sudah dibahas sebelum lanjut ke pembicaraan berikutnya. Teknik ini

sangat penting sebelum melanjutkan percakapan dengan topik terkait.

11. Memberikan penghargaan (reward)

Menunjukkan perubahan yang terjadi pada pelanggan merupakan upaya

untuk menghargai pelanggan. Harga seharusnya tidak menjadi beban

pelanggan, membuat pelanggan berusaha sebaik mungkin untuk

mendapatkan banyak pujian.

12. Menawarkan diri


17

Klien mungkin tidak siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang

lain atau klien mungkin tidak dapat memahami dirinya sendiri. Biasanya

perawat hanya perlu memberikan kehadiran, minat dan teknik komunikasi

ini harus dilakukan tanpa paksaan.

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan

Memberi kesempatan untuk berinisiatif memilih topik pembicaraan.

Perawat dapat berperan dalam mendorong klien untuk mememulai

percakapan

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Hal ini merupakan teknik mendengarkn aktif dimana perawat mendorong

atau mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini menunjukkan

bahwa perawat melakukan apa yang pasien ceritakan

15. Refleksi

Refleksi mendorong klien untuk mengekspresikan dan menerima ide,

perasaannya sebagai bagian dari dirinya.

16. Humor

Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan

untuk menemukan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat

harus berhati-hati saat menggunakan teknik ini, karena penggunaan waktu

yang tidak tepat dapat mengganggu klien dan menyebabkan

ketidakpercayaan klien kepada perawat


18

e. Tahapan Komunikasi Terapeutik

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam buku Komunikasi Dalam


(Hanafi et al., 2022)
keperawatan oleh Suryani . Tahapan-tahapan dalam

pelaksanaan komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut:

a. Fase Prainteraksi

Fase Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Fase

ini merupakan fase persiapan bagi perawat sebelum bertemu dan

berkomunikasi dengan pasien. Perawat perlu melakukan evaluasi diri

tentang kemampuan yang dimiliki. Perawat dapat menganalisa kelebihan

dan kekurangan diri sendiri dengan analisa diri perawat akan

memaksimalkan diri untuk memiliki nilai terapeutik saat bertemu dan

berkomunikasi dengan pasien. Perawat mengumpulkan data tentang

klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan membuat

rencana pertemuan dengan klien.

b. Fase Orientasi

Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk pertama

kalinya. Hal utama yang perlu dikaji oleh seorang perawat adalah alasan

klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan

perawat klien. Dalam memulai hubungan dengan pasien, tugas pertama

adalah membangun kepercayaan, penerimaan dan pemahaman tentang

komunikasi terbuka dan membangun kontrak dengan klien.

Untuk dapat menjalin hubungan saling percaya dengan pasien,

seorang perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menghormati


19

pasien, menghargai pasien dan mampu menepati janji kepada pasien.

Selain itu, perawat harus membuat kontrak bersama dengan pasien.

Kontrak yang harus dibuat dan disepakati bersama yaitu kontrak tempat,

waktu dan topik pertemuan. Pada fase orientasi perawat melakukan

kegiatan sebagai berikut :

 Memberi salam dan senyum pada klien

 Memperkenalkan nama perawat

 Menanyakan nama kesukaan klien

 Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif)

 Menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan

waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, serta tempat

dilakukan kegiatan. Perawat harus dapat menjaga kerahasiaan

pasien. Tujuan akhir pada fase ini adalah membangun hubungan

saling percaya dengan pasien

c. Fase Kerja

Tahap kerja ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi

terapeutik (Stuart, G.W, 1998). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja

sama untuk menyelesaikan masalah yang dialami klien. Perawat juga

harus menunjukkan kepekaan dan analisis yang tinggi untuk perubahan

dalam proses verbal dan non verbal klien

d. Fase Terminasi

Tugas perawat pada tahap ini antara lain: Mengevaluasi pencapaian

tujuan dari interaksi yang telah dilakukan, melakukan evaluasi subjektif,


20

menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi telah dilakukan, dan

membuat kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya. Fase Terminasi

dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Terminasi Sementara.

Terminasi sementara merupakan berakhirnya pertemuan perawat

dengan pasien, namun masih ada pertemuan lain yang akan

berlangsung pada waktu yang telah disepakati bersama.

2. Terminasi Akhir.

Pada terminasi akhir perawat telah menyelesaikan seluruh proses

keperawatan.

2. Konsep Motivasi Sembuh

a. Definisi Motivasi Sembuh

Menurut Novia Sandra Dewi dalam Buku Pengantar Manajemen (teori

dan konsep) mengatakan, motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movore yang

berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Dalam bahasa Inggris, motivasi

berasal dari kata motive, yaitu daya gerak atau alasan, sedangkan dalam Bahasa

Indonesia, motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti kekuatan dalam diri
(Saryanto et al., 2021)
individu yang mendorong untuk melakukan sesuatu .

Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi internal yang dapat membuat seseorang

untuk bertindak, mendorong untuk mencapai tujuan tertentu dan tertarik dalam
(Ridho, 2020)
kegiatan tertentu

Kesembuhan berasal dari kata sembuh, dalam Kamus Besar Bahasa


(KBBI, 2023)
Indonesia kata sembuh berarti pulih menjadi sehat kembali.
21

Sembuh merupakan kondisi dimana fungsi didalam tubuh menjadi pulih atau

kembali dalam keadaan semula, yang dartikan meskipun sudah merasa sembuh

akan masih ada bibit penyakit yang suatu saat nanti akan menimbulkan penyakit
(P2PTM Kemenkes RI, 2022)
lagi. Sedangkan, menurut sehat merupakan

kondisi dimana sehat baik secara fisisk, mental,spritual, maupun sosial yang

memungkinkan tiap individu hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.

Berdasarkan pengertian tentang motivasi dan sembuh dapat disimpulkan bahwa

motivasi sembuh adalah suatu kekuatan yang mendorong diri pasien untuk

mencapai tujuan dan keinginan untuk sembuh.

b. Teori Motivasi Menurut Ahli

Berikut ini beberapa teori tentang motivasi menurut (Kadji, 2012) sebagai

berikut:

1. Teori Hierarki Keperluan Maslow

Maslow ini mengutarakan keperluan-keperluan motivasi yang berbeda

yang terdapat dalam satu hierarki dan sebelum keperluan-keperluan yang

lebih tinggi diperoleh, sehingga keperluan-keperluan primer mesti

dipenuhi terlebih dahulu. Teori diterangkan dalam bentuk piramid, dimana

keperluan asas terletak dibawah dan keperluan lebih tinggi terletak

dibagian atas.

2. Teori McClelland

McClelland (Sudrajat, 2008) Dalam teori ini menyatakan bahwa motivasi

berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi,

menurut McClelland orang berprestasi tinggi memliki 3 ciri umum yaitu :


22

a) Memiliki catatan menyelesaikan tugas pada tingkat kesulitan

sedang.

b) Keadaan dimana pencapaiannya adalah karena usaha sendiri dan

bukan karena faktor lain.

c) Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan

mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3. Teori Motivasi Herzberg (teori dua faktor)

Teori Herzberg, ada 2 jenis faktor yang mendorong seseorang untuk

berusaha lebih keras demi kepuasan dan jarak. Dua faktor itu disebut

faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor instrinsik).

4. Teori Motivasi VROOM

Teori Vroom (Prihartanta, 2015) berkaitan dengan teori motivasi kognitif

yang menjelaskan bahwa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang dia

yakini tidak dapat dia lakukan, bahkan jika dia benar-benar menginginkan

hasil pekerjaannya. Menurut vroom tinggi rendahnya suatu motivasi

ditentukan dari tiga komponen yaitu:

a) Ekspetasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.

b) Instrumen, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika

pelaksanaan tugas berhasil (jika berhasil akan diperoleh hasil

tertentu).

c) Valenci, merupakan suatu respon terhadap outcome seperti

perasaan positif, netral ataupun negatif. Jadi motivasi akan tinggi

jika usaha menghasilkan lebih dari yang diharapkan, sebaliknya


23

motivasi akan rendah jika usaha menghasilkan lebih sedikit dari

yang diharapkan.

c. Unsur-Unsur Pada Motivasi

Menurut Conger dalam (Chrismawati, 2008), terdapat beberapa unsur-unsur

pada motivasi, yaitu :

1. Kebutuhan

Kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkatan menurut Maslow (1984)

yaitu:

1) Kebutuhan fisiologis yang berhubungan dengan kebutuhan pokok

manusia seperti sandang, pangan dan perumahan.

2) Kebutuhan rasa aman yang berhubungan dengan keamanan dari berbagai

aspek baik fisiologis maupun psikologis.

3) Kebutuhan rasa cinta memiliki dan dimiliki berkenaan dengan memberi

dan penerimaan kasih sayang

4) Kebutuhan harga diri berhubungan dengan penghargaan dari diri sendiri

dan penghargaan dari orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi diri berhubungan dengan keinginan untuk

memperoleh kepuasan atas apa yang menjadi potensinya.

2. Tingkah laku

Berupa nasihat dapat memberikan kekuatan internal untuk memperoleh

tujuan yang diinginkannya

3. Tujuan
24

Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dikejar dan dicapai untuk memenuhi

kebutuhan yang diinginkannya. Tujuan ini memiliki fungsi memotivasi

untuk tingkah laku.

e. Faktor-Faktor Mempengaruhi Motivasi

Menurut Muhammad Fadlul (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi

kesembuhan dapat dibagi menjadi dua, yakni:

a. Faktor Intrinsik

Faktor dorongan yang timbul didalam diri sendiri. Faktor-faktor yang secara

medik langsung berpengaruh terhadap kesembuhan penderita misalnya

meminum obat diwajibkan dokter, pola makan dan aktivitas fisik

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor dorongan yang timbul dari luar. Faktor-faktor yang secara tidak

langsung berpengaruh terhadap kesembuhan, misalnya tenaga kesehatan.

f. Aspek-Aspek Motivasi Sembuh

Menurut Conger dalam (Chrisgawati, 2008) menyatakan bahwa ada

beberapa aspek motivasi untuk sembuh yang harus ada pada diri

seseorang. Aspek tersebut antara lain :

a) Memiliki sikap positif, yaitu dimana pada diri orang tersebut memiliki

kepercayaan diri dan perencanaan diri yang tinggi serta selalu optimis.

b) Berorientasi pada pencapaian tujuan yang hendak akan dicapai.

c) Kekuatan yang mendorong individu, Yaitu suatu dorongan yang timbul

dalam diri, lingkungan dan keyakinan akan adanya kekuatan yang akan

medorong tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.


25

Berdasarkan aspek-aspek motivasi diatas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi kesembuhan dapat muncul jika seseorang memiliki sikap positif,

berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai yaitu kesembuhan dan memiliki

dorongan dari dalam diri, lingkungan, keluarga serta keyakinan untuk sembuh.

3. Konsep Diabetes Melitus

a. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) dari kata Yunani diabainein, “’tembus’ atau

“pancuran air”, dan kata Latin melitus, “rasa manis” yang umum dikenal sebagai

kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan

kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan.

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus

adalah suatu kelompok penyakit metabolisme yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
(P2PTM & Kemenkes RI, 2020)
Menurut DM merupakan suatu kondisi kronis

yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah yang melebihi nilai

normal. Dimana tingkat normal glukosa darah sewaktu (GDS) / tanpa puasa

adalah < 200 mg/dl sementara tingkat glukosa darah puasa (GDP) < 126 mg/dl.

DM dipicu oleh kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar

pankreas untuk menurunkan tingkat glukosa darah. Maka disimpulkan dibates

melitus umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai

dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

bervariasi, terutama setelah makan.


26

b. Penyebab Diabetes Melitus

Ada beberapa penyebab diabetes menurut (Widiasari et al., 2021) diantaranya :

a) Obesitas

Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target di seluruh tubuh,

insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek

metabolik.

b) Usia

Usia sangat mempengaruhi terjadinya DM terutama usia diatas 40 tahun

banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan

terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah mengalami menopause

punya kecendrungan untuk lebih tidak peka terhadap insulin

c) Faktor Genetik

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resistensi insulin. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)

penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan

kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya

tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin

mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel

tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan transport

glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat

kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini disebabkan oleh

berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran

sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor


27

insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi

insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai

untuk mempertahankan euglikemia

d) Pola Makan Yang Salah

Kebiasaan makan yang buruk dan tidak terkontrol akan berpengaruh pada

kerja organ pankreas. Resistensi insulin dapat terjadi karena gangguan

kinerja insulin atau kerusakan insulin akibat dari tubuh yang mengalami

malnutrisi.

e) Kurangnya aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang

mengalami kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti

jantung, liver, ginjal dan juga pankreas.

c. Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus

Diabetes sering berkembang tanpa gejala. Namun, ada beberapa gejala yang

harus diwaspadai sebagai kemungkinan tanda-tanda diabetes. Gejala khas yang

sering dialami oleh penderita diabetes adalah poliuria (sering buang air kecil),

polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/cepat lapar)


(Widiasari et al., 2021)
. Selain itu sering muncul disregulasi gerakan tubuh, kesemutan pada

tangan dan kaki, gatal (gatal), yang seringkali sangat mengganggu, dan

penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas adalah keluhan umum. Tanda
(P2PTM & Kemenkes RI, 2020)
atau gejala penyakit Diabetes Melitus (DM)

sebagai berikut:
28

1. Diabetes Melitus Tipe I

Gejala khas yang sering muncul adalah poliuria, polidipsia, polifagia,

penurunan berat badan, kelelahan, hipersensitivitas, dan pruritus (gatal).

2. Diabetes Melitus Tipe 2

Gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. Diabetes Melitus Tipe 2

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai ketika

penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita diabetes

tipe 2 seringkali lebih rentan terhadap infeksi, luka yang sulit disembuhkan,

penglihatan yang lebih buruk, dan sering menderita penyakit tekanan darah

tinggi, obesitas, hiperlipidemia, dan komplikasi pembuluh darah, darah dan

saraf.

d. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut Badan profesional American Diabetes Association (ADA),

mengklasifikasikan jenis diabetes berdasarkan penyebabnya. Organisasi

Indonesia, PERKENI dan IDAI, menggunakan klasifikasi berdasarkan kriteria

yang sama dengan klasifikasi organisasi lain. Klasifikasi Diabetes Melitus


(P2PTM & Kemenkes RI, 2020)
berdasarkan etiologi menurut adalah sebagai

berikut :

1. Diabetes melitus (DM) tipe 1

Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di

pancreas sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali. Penyebab

kerusakan sel beta termasuk autoimun & idiopatik. Penderita DM tipe 1 ini

yang dimana membutuhkan asupan insulin dari luar tubuhnya


29

2. Diabetes melitus (DM) tipe 2

Diabetes yang disebabkan kenaikan gula darah karena penurunan sekresi

insulin yang rendah oleh kelenjar insulin. Defisiensi insulin juga relatif

mungkin terjadi pada penderita diabetes tipe/1 dan sangat mungkin terjadi

defisiensi insulin absolut.

3. Diabetes melitus Gestasional

Diabetes tipe ini ditandai dengan peningkatan kadar gula darah selama

kehamilan. Keadaan ini terjadi karena ibu hamil membentuk beberapa

hormon yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin

e. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

DM tipe 2 pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien. Penatalaksanaan DM tipe 2 meliputi tatalaksana jangka pendek dan

tatalaksana jangka panjang. Tujuan manajemen jangka pendek adalah untuk

menghi langkan tanda dan gejala diabetes tipe/1 menjaga kesehatan mental, dan

mencapai tujuan pengendalian gula darah. Penatalaksanaan jangka panjang

bertujuan untuk mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi neuropati

makrovaskular, mikrovaskular, dan diabetik. Tujuan akhir dari manajemen

diabetes tipe 2 adalah untuk mengurangi insiden dan mortalitas diabetes tipe 2.

Kontrol gula darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid harus dicapai

untuk mencapai tujuan ini, melalui manajemen pasien yang komprehensif

dengan mengajarkan perawatan diri dan perubahan perilaku. Menurut


(Perkeni, 2021)
. Terdapat 4 pilar dalam pengelolaan DM yaitu edukasi, terapi nutrisi

medik, olahraga, dan intervensi farmakologis.


30

1. Edukasi

Edukasi memegang peranan yang sangat penting dalam pengelolaan diabetes

tipe/1 karena edukasi pasien secara mandiri dapat mengubah perilakunya

dalam mengelola diabetes. Pendidikan pasien harus dilakukan dengan

mempertimbangkan latar belakang pasien, ras, etnis, budaya, psikopatologi,

dan penerimaan pasien terhadap pendidikan. Pendidikan manajemen diri

diabetes harus diberikan. Bahan ajar meliputi bahan ajar tingkat pemula dan

lanjutan. Materi edukasi tingkat dini meliputi perjalanan penyakit DM,

perlunya pengendalian DM, komplikasi DM dan risikonya, terapi

farmakologi dan nonfarmakologi, makanan, aktivitas, dan interaksi obat,

pemantauan mandiri gula darah, pentingnya olahraga, perawatan kaki dan

cara mengatasi hipoglikemia. Sedangkan materi edukasi lainnya meliputi

pengenalan dan pencegahan komplikasi diabetes akut, penanganan diabetes

dengan penyakit lain, makan di luar, rencana kegiatan khusus, temuan

penelitian baru dan teknologi canggih.

2. Terapi nutrisi medis (TNM)

Terapi nutrisi medis (TNM) atau diet adalah bagian dari pengelolaan

diabetes tipe 2. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan penuh dari staf

medis (dokter, spesialis), ahli gizi, petugas kesehatan lainnya serta pasien

dan keluarganya) . Prinsip penyesuaian gizi pada penderita DM tipe 2 adalah

pola makan seimbang yang memenuhi kebutuhan kalori dan gizi setiap

individu. Penentuan waktu, jenis dan jumlah makanan merupakan aspek

yang sangat penting untuk diperhatikan terutama pada pasien yang menjalani
31

terapi insulin. Untuk pasien obesitas, penurunan berat badan adalah kunci

untuk manajemen DM. Secara keseluruhan, penurunan berat badan pada

orang gemuk merupakan faktor kunci dalam pencegahan diabetes. Obesitas

berhubungan dengan peningkatan insulin dan merupakan salah satu faktor

etiologi yang berhubungan dengan diabetes tipe 2. Kebutuhan kalori

dihitung menurut rumus Brocca, yaitu: Berat badan ideal (BBI) = (TB-100)-

10% Status gizi: BB kurang (BB < 90% BBI), BB normal (BB = 90-110%

BBI), BB lebih (BB = 110-120% BBI), BB gemuk (BB >120% BBI).

3. Latihan Jasmani

Latihan yang dilakukan secara rutin 3-4 kali seminggu, sekitar 30 menit

adalah CRIPE (Continuity, Rhythm, Distance, Incremental, Endurance

Training). Prinsip CRIPE merupakan dasar dari pembuatan peralatan DSME,

artinya latihan fisik dilakukan secara terus menerus tanpa henti, otot sering

berkontraksi dan relaks, gerakan cepat dan lambat bergantian, peningkatan

latihan secara bertahap.Lakukan latihan ringan hingga latihan yang lebih

berat secara bertahap dan sambil peregangan. Olahraga ditujukan untuk

menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitivitas

insulin. Latihan yang dianjurkan meliputi bentuk-bentuk latihan aerobik

seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan fisik

harus sesuai dengan usia dan tingkat kebugaran Anda. Penderita diabetes

tipe 2 yang relatif sehat dapat meningkatkan intensitas olahraga, sedangkan

penderita diabetes tipe 2 dengan komplikasi dapat mengurangi intensitas

olahraga.
32

4. Intervensi Farmakologi

Intervensi farmakologis Intervensi farmakologis meliputi pemberian obat-

obatan kepada pasien DM tipe 2 yaitu obat oral dan obat suntik. Obat dalam

bentuk suntik antara lain peningkatan pemberian insulin dan agonis/stimulan

GLP-1. Berdasarkan cara kerjanya, agen hipoglikemik oral (OHOS) dibagi

menjadi 5 kelompok, yaitu aktivator sekresi insulin (misalnya sulfonilurea

dan glinida), aktivator sensitivitas insulin terhadap insulin (misalnya

metformin dan thiazolidinediones), inhibitor glukoneogenesis (misalnya,

metformin dan thiazolidinediones). misalnya, metformin), penghambat

penyerapan glukosa. (misalnya, glukosidase) penghambat alfa) dan

penghambat DPP-IV.

4. Indikator Motivasi Sembuh Pada Pasien Diabetes Melitus

1. Kepatuhan minum obat

a. Definisi

Kepatuhan merupakan perilaku seseorang dalam melakukan pengobatannya

selama terkena penyakit. Kepatuhan menjadi suatu permasalahan yang perlu

diberikan perhatian khusus untuk pasien yang terkena penyakit DM.

Kepatuhan adalah faktor yang penting terhadap keberhasilan pengobatan

seorang pasien dengan penyakit DM. Kepatuhan dalam pengobatan adalah

perilaku pasien yang dapat mentaati semua nasehat dan petunjuk yang

dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker

mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan minum obat, kepatuhan minum


33

obat adalah sejauh mana perilaku seseorang sesuai ketentuan yang diberikan
(Syaftriani, Afina Muharani, et al., 2023)
professional kesehatan .

b. Aspek dan Cara Pengukuran Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan minum obat terdiri atas beberapa aspek. Berdasarkan teori

kepatuhan yang dikemukakan oleh Morisky dan Muntner (2009) di

antaranya:

1) Lupa (forgetting)

Menilai sejauh mana pasien lupa untuk meminum obat. Kepatuhan

minum obat yang tinggi dapat dinilai dari rendahnya frekuensi kelupaan

minum obat. Perencanaan pengobatan terdiri dari jadwal minum obat dan

jadwal cek up. Tujuan dari diadakannya perencanaan pengobatan yaitu

untuk mencapai kesembuhan.

2) Kecerobohan atau mengabaikan (carelessness)

Merupakan sikap abai atau mengabaikan yang dilakukan pasien dalam

masa pengobatan, yaitu dengan melewatkan jadwal meminum obat selain

karena alasan lupa. Kepatuhan minum obat yang tinggi dapat dilihat dari

mampunya seseorang bersikap hatihati atau dengan penuh perhatian

mengontrol dirinya untuk tetap mengkonsumsi obat.

3) Menghentikan obat atau memulai obat

Merupakan penghentian pengobatan tanpa sepengetahuan dokter atau

penyedia kesehatan lainnya. Hal ini dilakukan saat pasien merasa tidak

perlu lagi meminum obat karena kondisi tubuh yang terasa sudah

membaik atau saat obat yang dikonsumsi membuat kondisi tubuh


34

menjadi lebih buruk. Kepatuhan minum obat yang tinggi akan

menunjukkan tidak adanya kesengajaan untuk mencoba menghentikan

pengobatan tanpa sepengetahuan dokter atau penyedia layanan kesehatan

lainnya. Ketika pasien merasa kondisinya lebih baik atau buruk, pasien

tetap bersedia melanjutkan pengobatan apabila tidak ada instruksi dari

dokter untuk mengakhiri pengobatan.

Untuk mengukur kepatuhan dapat dilakukan dengan 2 cara:

1) Metode langsung yaitu melakukan pengamatan secara langsung

dengan mengukur metabolit obat dalam darah atau urin, dan

mengukur aspek biologis dalam darah.

2) Metode tidak langsung Dapat dilakukan dengan menanyakan cara

pasien menggunakan obat, menilai respon klinis, menanyakan

kepatuhan minum obat pada orang tuanya apabila pasien anak,

melakukan perhitungan obat, dan dengan kuesioner.

2. Pola Makan

a. Definisi

Menurut (Depkes RI, 2019) pola makan merupakan cara atau upaya

dalam mengatur jumlah dan jenis makanan dengan penjelasan gambaran yang

mencakup menjaga kesehatan, keadaan gizi, mencegah atau memfasilitasi

penyembuhan penyakit. Pengertian pola makan menurut Handajani adalah

tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi makanan yang

meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan.


35

Menurut sulistyoningsih 2011, pola makan sangat erat kaitannya dengan

kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi

terbentuknya pola makan yaitu faktor ekonomi, faktor sosial budaya, agama,
(Rajagukguk, 2022)
pendidikan dan lingkungan . Pola makan yang tepat

mengonsumsi banyak sayuran, mengonsumsi buah dengan jumlah yang cukup,

tidak mengonsumsi karbohidrat kompleks secara berlebihan, mengonsumsi

protein alami, mengonsumsi makanan yang mengandung lemak sehat,

mengonsumsi banyak
(Rajagukguk, air putih, dan makan 3 kali dalam sehari
2022)

b. Komponen Pola Makan

Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yang terdiri dari jenis

makan, frekuensi makan dan jumlah makanan.

1) Jenis makan

Jenis makanan adalah makanan yang dimakan pada setiap hari. Jenis

makanan meliputi makanan utama, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan

buah-buahan. Di Indonesia makanan pokok atau makanan yang sering

dikonsumsi bagi masyarakat atau perorangan adalah karbohidrat seperti

beras, jagung, umbi-umbian, sorgum dan tepung (Sulistyoningsih, 2011).

2) Jumlah makan

Jumlah makan merupakan berapa kali seorang individu makan pada pagi,

siang, sore ataupun makanan selingan (Depkes, 2013). Menurut Oetoro

(2018) frekuensi makan adalah jumlah makan per hari. Dalam proses

alamiah, makanan yang dikonsumsi manusia dimetabolisme dalam tubuh


36

oleh sistem pencernaan dari mulut sampai usus halus. Lama makan dalam

lambung tergantung sifat dan jenis makanan dan rata-rata labumg kosong 3-

4 jam.

Pola makan yang dan benar mengandung karbohidrat, lemak, protein,

vitamin dan mineral. Pola makan dalam sehari berupa makan pagi, makan

siang, makan malam dan cemilan. (Fandinata & Ernawati, 2020). Menurut

Suryanti, 2021 jadwal makan penderita dalam harus teratur agar hasil

pemeriksaan glukosa darah stabil. Beberapa jadwal makan penderita DM

sebagai berikut :

1. Makan pagi atau sarapan = pukul 07.30

2. Makan cemilan atau kudapan = pukul 10.00

3. Makan siang = pukul 12.30

4. Makan selingan atau kudapan = pukul 15.00

5. Makan malam = pukul 18.00

6. Makan selingan atau kudapan = pukul 21.00

3) Jumlah makan

Jumlah makan adalah Jumlah porsi makanan yang dikonsumsi oleh

individu atau kelompok. Jumlah dan jenis makanan sehari-hari seseorang

makan dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung jumlah gizi.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Menurut (Sulistyoningsih, 2011) pola makan yang terbentuk gambaran sama

dengan kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi


37

terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama,


(Rajagukguk, 2022)
pendidikan dan lingkungan

a) Faktor ekonomi

Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang untuk daya beli

pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan menurunan daya

beli pangan secara kualitas maupun kuantitas masyarakat. Pendapatan yang

tinggidapat mencakup kurangnya daya beli denganh kurangnya pola makan

masysrakat sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih di dasarkan

dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk

mengkonsumsi makanan impor.(Sulistyoningsih, 2011).

b) Faktor Sosial Budaya

Pantangan terhadap jenis makanan ini dapat dipengaruhi oleh faktor sosial

budaya dalam kebiasaan, praktik, kepercayaan, dan budaya daerah yang

menjadi kebiasaan dan kebiasaan. Budaya dalam suatu masyarakat

memiliki cara tersendiri dalam mengkonsumsi makanan. Dalam budaya ada

metode berbagai bentuk kebiasaan makan seperti:

konsumsi, penyiapan, penyiapan dan penyajian (Sulistyoningsih, 2011).

c) Agama

Dalam agama, pola makan adalah suatu cara makan diawali dengan berdoa

sebelum makan, dan makan mengunakan tangan kanan (Depkes RI, 2008).

Dalam pendidikan pola makan salah satu ilmu yang mempelajari terhadap

pemilihan bahan makanan dan penentuan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih,

2011).
38

d) Lingkungan

Di lingkungan kebiasaan pola makan dapat mempengaruhi pembentukan

perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui iklan, media

elektronik, dan media cetak. (Sulistyoningsih, 2011).

e) Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan merupakan suatu cara seseorang yang terbiasa makan

dalam jumlah tiga kali dengan frekuensi dan jenis makanan yang dimakan.

(Depkes,2009). Menurut Willy (2011), mengatakan penduduk yang

memiliki kebiasaan makan dalam tiga kali sehari adalah kebiasaan makan

dalam sepanjang waktu.

3. Aktivitas Fisik

a. Pengertian

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan badan yang dihasilkan oleh otot

kerangka yang memerlukan energi. Manfaat aktivitas fisik diantaranya dapat

menurunkan risiko penyakit jantung coroner, kanker kolon, hipertensi, diabetes


(Sari & Purnama, 2019)
melitus, dan kanker payudara

b. Aktivitas fisik pada diabetes

Aktivitas fisik merupakan salah satu dari empat pilar dalam pengelolaan

diabetes melitus yang berperan untuk meningkatkan respons insulin dan juga

menjaga kebugaran tubuh. Aktivitas fisik dapat membantu mengangkut glukosa

ke dalam sel tanpa bergantung pada insulin, selain itu aktivitas fisik juga dapat

membantu menurunkan berat badan pada penderita diabetes yang mengalami

obesitas serta mencegah perkembangan gangguan toleransi glukosa menjadi


39

diabetes melitus. Ketika tubuh bergerak akan terjadi peningkatan kebutuhan

energi tubuh oleh otot yang aktif, juga terjadi reaksi tubuh yang kompleks

termasuk fungsi sirkulasi metabolisme, pelepasan dan pengaturan hormon dan

sistem saraf otonom. Pada saat beristirahat, metabolisme otot hanya sedikit

menggunakan glukosa sebagai sumber energi, sedangkan saat berolahraga,

glukosa dan lemak akan digunakan sebagai sumber energi utama. Diharapkan

dengan menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama, kadar gula darah
(Azitha et al., 2018) (Sari & Purnama, 2019)
akan menurun . Menurut prinsip

latihan fisik bagi diabetes adalah:

1. Jenis : latihan aerobic untuk meningkatkan kemampuan kardio respirasi

seperti jogging, berenang, jalan kaki, bersepeda santai, dan lain-lain

2. Frekuensi jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-

4 kali perminggu

3. Durasi : 30-45 menit

4. Intensitas : sedang

c. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Menurut RISKESDAS (dalam Erwinanto, 2017) ada dua klasifikasi

aktivitas fisik yaitu aktif dan tidak aktif. Klasifikasi aktif dikatakan apabila

seseorang melakukan dari aktivitas berat, sedang atau melakukan kombinasi

antara keduanya. Sedangkan dikatakan tidak aktif apabila seseorang tidak

melakukan salah satu dari aktivitas berat ataupun sedang. Menurut

Kemenkes (2018) berdasarkan tingkat kegiatan dan jumlah kalori, aktivitas

fisik dikelompokkan menjadi tiga kategoti yaitu :


40

1) Aktivitas Fisik Ringan

Aktivitas ini hanya membutuhkan sedikit tenaga dan biasanya tidak

terlalu menimbulkan perubahan dalam pernafasan. Ketika seseorang

melakukan aktivitas fisik ringan masih dapat berbicara hingga bernyanyi

dengan baik. Energi yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas fisik

ringan ini sekitar 7 Kcal/ menit dikeluarkan selama melakukan aktivitas

fisik ringan ini sekitar <3,5 Kcal/ menit.

2) Aktivitas Fisik Sedang

Saat seseorang melakukan aktivitas fisik sedang tubuh akan sedikit

berkeringat, frekuensi pernapasan meningkat dan detak jantung

meningkat. Pengeluaran energi selama melakukan aktivitas fisik sedang

adalah 3,5 hingga 7 Kcal/menit.

3) Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik dapat dikatakan berat apabila selama aktivitas tersebut

tubuh mengeluarkan banyak keringat, laju frekuensi bernafas meningkat

dan detak jantung meningkat sehingga menyebabkan nafas tersengal-

sengal. Energi yang dikeluarkan selama beraktivitas fisik berat yaitu >7

Kcal/ menit

Tabel 2. 1 Aktivitas Fisik


Aktivitas Fisik Ringan Aktivitas Fisik Sedang Aktivitas Fisik Berat
Berdiri melakukan pekerjaan Aktivitas rumah tangga Aktivitas rumah tangga
rumah seperti menyapu, seperti memindahkan barang seperti memindahkan barang
mengepel, memasak, mencuci yang ringan, menanam pohon yang berat, bermain atau
piring, setrika. atau kegiatan berkebun, menggendong anak
mencuci mobil
Duduk bekerja di depan Memotong rumput Memindahkan batu bata,
komputer, membaca, menulis, menggunakan mesin, menyekop pasir, mencangkul,
menyetir pekerjaan seperti tukang menggali selokan, pekerjaan
kayu, mengangkat dan seperti mengangkut beban
menyusun balok kayu berat
41

Berjalan santai di rumah, Jalan cepat (kecepatan 5 Berjalan sangat cepat


kantor, taman, pusat km/jam) pada permukaan rata (kecepatan lebih dari 5 km/
Perbelanjaan didalam atau diluar ruangan jam), menggendong beban
untuk menuju suatu tempat berat di punggung, mendaki
gunung, jogging (kecepatan 8
km/ jam), berlari
Latihan peregangan dan Bulutangkis rekreasional, Bersepeda lebih dari 15 km/
pemanasan. Bermain video dansa, bermain tenis meja, jam dengan lintasan mendaki,
game, melukis, menggambar, bersepeda pada lintasan yang badminton kompetitif, tenis,
bermain musik, bermain datar, bermain skate board, voli kompetitif, sepak bola,
billyard, memanah, bowling, berlayar, ski air. tinju.
memancing, golf, latihan
menembak, naik kuda
Sumber : Kemenkes (2018)
42

B. Kerangka Teori
Bagan 2. 1
Kerangka Teori

Diabetes Melitus

Penyebab berupa:
Obesitas, usia, faktor genetik, pola
makan yang salah, dan kurangya
aktivitas fisik.

Motivasi Sembuh

2. Faktor Ekstrinsik
1. Faktor Intristik
yang mempengaruhi
Fisik
luar dari diri individu
Proses mental
Keinginan dalam didi
sendiri
Kemampuan Komunikasi
Terapeutik Perawat

Indikator meliputi :
1.Kepatuhan minum obat
2.Pola makan
3.Aktivitas fisik Komunikasi Terapeutik
mempengaruhi:
1. Fase Prainteraksi
2. Fase Orientasi
Baik Kurang 3. Fase Kerja
4. Fase Terminasi

Tinggi Sedang Rendah

Sumber (Chrismawati, 2008), (Dandy Maslow Panungkunan, 2014a), (P2PTM & Kemenkes RI, 2020)
,
(Hanafi et al., 2022)
43

Keterangan :
= Tidak Diteliti
= Diteliti

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah bagian dari penelitian yang menyajikan konsep atau

teori bentuk kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep merupakan abstraksi

dari suatu realistis agar dapat didokumentasikan dan membetuk suatu variabel

yang akan diteliti. Dalam kerangka konsep terdapat 2 variabel yaitu variabel

independen dan variabel dependen.

a. Variabel Independen

Variabel ini disebut variabel bebas. Variabel bebas dapat mempengaruhi atau

memprediksi perubahan atau timbulnya variabel dependen. Dalam hubungan

sebab-akibat, variabel bebas berperan sebagai stimulus atau prediktor yang

mempengaruhi variabel dependen.

b. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel hasil, syarat dan tetap. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi hasil, karena adanya variabel

bebas.

Bagan 2. 2 Kerangka Konsep

Komunikasi Terapeutik
Motivasi Sembuh
Perawat
44

Keterangan :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Penghubung

Dalam penelitian ini variabel independen adalah komunikasi terapeutik

dan variabel dependen adalah motivasi sembuh. Variabel independen akan

mempengaruhi variabel dependen dimana komunikasi terapeutik perawat akan

mempengaruhi motivasi sembuh pada pasien DM

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis

adalah pernyataan yang diterima sementara sebagai kebenaran yang merupakan


(Rifa’i Abubakar, 2021)
dasar serta panduan kerja dalam verifikasi . Hipotesis

merupakan suatu pendapat peneliti yang berdasarkan teori namun masih perlu

untuk dibuktikan dengan data atau fakta sesuai penelitian. Dalam statistika

hipotesis dibedakan menjadi dua yaitu hipotesis Nol (Ho) yang menyatakan

tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan antar variabel dan hipotesis

Alternatif (Ha) yang menyatakan adanya hubungan perbedaan antar variabel.

H0 = Tidak Ada Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Motivasi Sembuh

Pada Pasien DM di Puskesmas Kecamatan Cakung

Ha = Ada Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Motivasi Sembuh Pada

Pasien DM di Puskesmas Kecamatan Cakung


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dijadikan pedoman dalam merencanakan dan

melaksanakan penelitian guna mencapai tujuan dan menjawab pertanyaan

penelitian. Peneliti menggunakan desain Analitik Observasional dengan

pendekatan Cross Sectional karena penelitian memiliki tujuan yaitu mencari

hubungan antar variable dan menekankan waktu pengukuran data hanya satu

kali pertemuan pada saat itu. Jenis pendekatan cross-sectional yang mana

diambil dalam satu waktu berupa komunikasi terapeutik dengan motivasi

sembuh pada pasien DM di Puskesmas Kecamatan Cakung.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitan adalah sekelompok individu, objek, atau hal yang

dijadikan sebagai objek pengambilan sampel atau sebuah himpunan yang

memenuhi kriteria -krteria spesifik yang terkait dengan pertanyaan

penelitian. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian baik dari individu


(Rifa’i Abubakar, 2021)
maupun wilayah itu . Populasi dalam penelitian ini

adalah sebanyak 107 pasien dengan penyakit DM di Puskesmas Kecamatan

Cakung.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau perwakilan populasi yang sedang diteliti.

Sampel merupakan sebagian dari populasi studi atau contoh dari seluruh

45
46

populasi penelitian (Rifa’i Abubakar, 2021) . Sampel dalam penelitian ini

adalah pasien yang menderita DM di Puskesmas Kecamatan Cakung. Besar

sempel yang dijadikan responden oleh peneliti yaitu sebanyak 84 orang.

Dalam menentukan besar sampel dalam penelitian menggunakan rumus

Slovin. Berikut besar sampel pada penelitian ini, yaitu:

N
n= 2
1+ N . e

Keterangan:

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang dapat ditolerir, dalam hal ini sebesar 5%.

Sehingga didapatkan sampel :

N
n=
1+ N . e ²

107
n=
1+107.(0.5)²

107
n=
1+107.(0.0025)

107
n=
1,2675

n=84 , 41 atau 84

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses penyelesaian sejumlah sampel yang akan

diteliti dan mewakili dari populasi tempat penelitian. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Probability sampling dengan jenis


47

data Simpel Random Sampling. Pengambilan sempel secara probability

sampling adalah merupakan metode pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama kepada setiap individu dalam populasi untuk dipilih

sebagai anggota sampel. Sampel random sampling pengambilan simpel

secara acak atau tanpa memilih-milih. Dalam metode ini, peneliti

memberikan kesempatan yang sama kepada semua individu dalam populasi,

baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dipilih menjadi anggota

sampel.. Penentuan sampel ini didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin
(Rifa’i Abubakar, 2021)
dicapai

Tabel 3. 1 Krtiteria Insklusi dan Kriteria Ekslusi


Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi
1 Pasien yang menderita penyakit 1 Pasien yang tidak menjadi
Diabetes Melitus responden.
2 Pasien dapat berkomunikasi
dengan baik dan jelas
3 Pasien dengan umur 35 tahun
sampai 60 tahun
4 Pasien bersedia untuk menjadi
responden
5 Pasien yang menderia penyakit
lain seperti hipertensi, kolestrol,dll
C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan lokasi yang merujuk di mana penelitian

dilakukan. Lokasi penelitian merupakan tahap penting dalam penelitian karena

dengan menentukan tempat penelitian berarti menetapkan objek dan tujuan

penelitian yang memudahkan pelaksanaan kegiatan penelitian. Lokasi penelitian

dilakukan pada lembaga atau daerah tertentu dalam masyarakat. Lokasi

penelitian yang akan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cakung.


48

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 1 bulan,

1 bulan pengumpulan data dan 5 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian

dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung. Berikut tabel waktu

penelitian.
32

Tabel 3. 2 Waktu Penelitian

1. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
judul
penelitian
2 Studi
pendahuluan
3 Penyusunan
proposal
4 Sidang
proposal
6 Penelitian
7 Bimbingan
hasil
penelitian
8 Sidang hasil
Penelitian
9 Sidang
Skripsi
10 Pembuatan
Jurnal
penelitian
33

D. Variabel Penelitian

Menurur Kerlinger dalam buku Pengantar Metedologi Penelitian,

variabel adalah sebuah ide atau konsep seperti laki-laki berbentuk dalam jenis

kelamin dan insyaf dalam bentuk konsep kesadaran. Selain itu, Kerlinger

menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu yang akan diteliti, seperti

penghasilan, pendidikan, posisi sosial, jenis kelamin, efektivitas kerja, dan lain

sebagainya. Sedangkan menurut Kidder, variabel merupakan sebuah

karakteristik yang diinginkan oleh peneliti untuk dipelajari untuk mengambil


(Rifa’i Abubakar, 2021)
kesimpulan dari variabel tersebut . Berdasarkan

pengertian di atas, dapat disimpulkan variabel penelitian adalah sebuah

karakteristik atau ciri dari individu atau objek yang memiliki variasi yang

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan menarik kesimpulan dari data

tersebut. Melalui variabel peneliti akan mempelajari informasi atau data yang

didapatkan dan kemudian akan di tarik sebuah kesimpulan. Variabel independen

yang akan diteliti adalah komunikasi terapeutik, sedangkan variabel dependen

yang diteliti adalah motivasi sembuh pada pasein DM di Puskesmas Kecamatan

Cakung

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi mengenai variabel secara

operasional sesuai dengan karakteristik yang diamati, sehingga membantu

peneliti dalam melakukan suatu observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap objek atau fenomena. Definisi operasional merupakan definisi

mengenai variabel secara operasional sesuai dengan karakteristiik yang diamati.


34

Tabel 3. 3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
1 Jenis Kelamin Perbedaan antara laki- Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
laki dan perempuan 2. Perempuan
2. Usia Rentang kehidupan Kuesioner 1. 35-45 Ordinal
yang diukur dengan 2. 46-50
tahun dimana 3. 51-55
menururt WHO 4. 56-60
mengkategorikan usia
lanjut menjadi 4
(empat) yaitu usia
pertengahan (45-59
tahun), usia lanjut (60-
74 tahun), usia tua
(75-90 tahun), dan
usia sangat tua (diatas
90 tahun).
3. Pendidikan Proses belajar Kuesioner 1. SD Ordinal
menuntut ilmu, dan 2. SMP
keahlian dalam sebuah 3. SMA/SMK
institusi resmi atau 4. Perguruan
nonresmi. Tinggi
5. Tidak
Sekolah
4. Pekerjaan Suatu aktivitas yang Kuesioner 1. Wiraswasta Nominal
harus dilakukan oleh 2. Wirausaha
setiap individu untuk 3. IRT
mempertahankan 4.Tidak Bekerja
hidupnya atau untuk 5.Dan lain-lain
memenuhi beragam
kebutuhan hidupnya.
5. Komunikasi Komunikasi adalah Kuesioner 1.Baik Ordinal
terapeutik proses pertukaran (Jika Scor 45-
informasi dari 72)
seseorang ke orang 2. Kurang
lain. (Jika Scor 18-
Terapeutik adalah 44)
suatu hal yang
diarahkan kepada
proses dalam
memfasilitasi
penyembuhan pasien.
6. Motivasi Motivasi sembuh Kuesioner 1.Tinggi Ordinal
Sembuh adalah suatu kekuatan Jika Scor (60-
yang mendorong diri 80)
pasien untuk mencapai 2.Sedang
tujuan dan keinginan Jika Scor (40-
untuk sembuh 59)
3.Rendah
35

Jika Scor
(20-39)

F. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah jenis data utama atau data yang langsung

memberikan data kepada penelitian. Proses pemerolehan data ini didapatkan

langsung dari tangan pertama atau sumber utama dari fenomena yang sedang

dikaji tanpa perantara. Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh langsung

dari responden berupa karakteristik responden, data varibel komunikasi

terapeutik dan data variabel motivasi sembuh di Puskesmas Kecamatan Cakung

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang tidak langsung memberikan data

kepada peneliti atau yang sudah dikumpulkan oleh orang lain. Data sekunder

biasanya berupa dari orang lain, dokumen, buku, situs atau laporan historis yang

tersimpan dalam arsip. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa rekam

medik dan dari informasi orang lain yang terkait dengan komunikasi terapeutik

dengan motivasi sembuh pada pasien DM.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang dipakai oleh peneliti untuk

mengumpulkan data yang diperlukan guna menyelesaikan permasalahan dalam

penelitian. Cara pengumpulan data yang relevan menggunakan kuesioner untuk

mengumpulkan data dari responden pasien DM di Puskesmas Kecamatan

Cakung . Langkah – Langkah Pengumpulan Data :


36

1) Langkah pertama diawali dengan proses perizinan dalam melakukan

penelitian, peneliti mengajukan surat rujukan penelitian dari pihak

STIKes Medistra Indonesia, setelah lulus uji proposal.

2) Menyerahkan surat dari pihak STIkes Medistra Indonesia ke Suku Dinas

Kesehatan

3) Menyerahkan surat balasan permohonan izin dari Suku Dinas Kesehatan

kepada pihak Puskesmas Kecamatan Cakung

4) Peneliti mendapat izin dari pihak Puskesmas Kecamatan Cakung

5) Peneliti menentukan populasi dan sampel yang dijadikan responden

untuk pengambilan data.

6) Setelah sampel dipilih peneliti melakukan sosialisasi tentang penelitian

dan tujuannya terhadap calon responden, jika calon responden setuju

maka calon responden dapat dijadikan sampel dan melakukan Inform

Concent.

7) Peneliti menyebarkan kuesioner secara offline menggunakan kertas

berisi pertanyaan

8) Peneliti memberikan arahan mengenai cara pengisian kuesioner dengan

cara didampingin saat pengisiian kuesioner

9) Setelah data terkumpul selanjutnya data diolah dan dianalisis oleh

peneliti

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan perangkat atau sarana yang dimanfaatkan

oleh peneliti agar pelaksanaan, pengumpulan informasi lebih praktis dan


37

hasilnya lebih optimal. Instrumen yang dipakai untuk mengukur variabel dalam

ilmu pengetahuan telah banyak tersertifikasi secara internasional dan telah

terbukti keakuratan dan keandalannya. Dalam penelitian ini menggunakan

instrumen kuesioner. Kuesioner adalah formulir yang memuat serangkaian

pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden dengan tujuan mendapatkan


(Rifa’i Abubakar, 2021)
respons yang dibutuhkan dalam riset .

1. Instrumen Data Demografi

Pada isntrumen data demografi responden terdiri dari nama (inisial nama),

jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan.

2. Instrumen Komunikasi Terapeutik

Komunikasi teraupetik merupakan Komunikasi yang dilakukan oleh perawat

kepada pasien ketika melakukan interaksi / tindakan yang bertujuan untuk

kesembuhan pasien. Kuesioner komunikasi terapeutik dalam penelitian ini

terdiri dari (18) dan mencakup 4 item pra-orientasi, 5 item fase orientasi, 5 item

fase kerja, dan 2 item fase terminasi dengan pertanyaan obsion 4 jawaban, antara

lain : 1 Tidak Sering, 2.Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering

Kriteria Hasil Scor : Baik = 45-72, Kurang = 18 - 44

3. Instrumen Motivasi Sembuh

Motivasi sembuh merupakan suatu kekuatan yang mendorong diri pasien

untuk mencapai tujuan dan keinginan untuk sembuh . Kuesioner motivasi

sembuh dalam penelitian ini terdiri dari (20) pertanyaan dengan obsion 4

jawaban, antara lain : 1 Tidak Sering, 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering

Kriteia Hasil Scor : Tinggi = 60-80, Sedang = 40-59, rendah = 20-39


38

I. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas merupakan sebuah pengukuran yang menunjukkan seberapa valid

atau sahih sebuah alat penelitian. Instrumen yang valid atau sahih memiliki

keabsahan yang tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid memiliki

keabsahan yang rendah. Instrumen yang valid dapat mengukur apa yang

diinginkan, sehingga dapat menghasilkan data dari variabel yang diteliti dengan

akurat. Tinggi atau rendahnya keabsahan alat menunjukkan sejauh mana data

yang terkumpul sesuai dengan gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Reabilitas merupakan kemampuan suatu instrumen yang dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut

memiliki kualitas yang baik. Instrumen yang berkualitas baik tidak memiliki

kecenderungan untuk mempengaruhi responden untuk memilih jawaban tertentu.

Instrumen yang dapat dipercaya, atau reliabel, akan menghasilkan data yang

dapat dipercaya, yang berarti bahwa data tersebut akurat sesuai dengan

kenyataan, bahkan jika dikumpulkan berulang kali. Oleh karena itu, keandalan

menunjukkan tingkat kepercayaan pada suatu instrumen. Keandalan dapat

diandalkan dan dapat dipercaya.

1. Kuesioner Komunikasi Terapeutik

Kuesioner komunikais terapeutik yang akan digunakan dalam penelitian ini

diadopsi dari penelitian sebelumnya. Penelitian dalam melakukan uji

validitas dan reliabilitas peneliti menggunakan kuesioner berjumlah 18


(Vene Aulia Wulandari, 2021)
pertanyaan diambil dari penelitian yang

dilakukan di DPM Dr. Andre Sidoarjo. Didapatkan hasil uji validitas


39

keseluruhan dengan nilai r > 0,468 sehingga keseluruhan item soal

dinyatakan valid, sedangkan Uji reabilitasnya didapatkan hasil Cronbach

Alpha sebesar 0,915 sehingga dapat dikatakan reliable.

2. Kuesioner Motivasi Sembuh

Kuesioner motivasi sembuh yang akan digunakan dalam penelitian ini

melakukan uji validitas dan reliabilitas peneliti menggunakan kuesioner

berjumlah 20 pertanyaan dimana hasil uji validitas keseluruhan dengan nilai

r > 0,05 sehingga keseluruhan item soal dinyatakan valid sedangkan Uji

reabilitasnya didapatkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,938 sehingga

dapat dikatakan reliable.

J. Pengolaan Data

Pengolahan data merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan oleh peneliti

setelah data terkumpul, yang bertujuan untuk mencari kesimpulan. Pengolahan

data adalah proses yang terstruktur untuk menyusun data yang diperoleh dari

wawancara, catatan lapangan, dan sumber lainnya, agar dapat dipahami dan

hasilnya dapat disampaikan kepada orang lain. Pengolahan data dilakukan

dengan mengatur data, menjabarkan ke dalam analisis, melakukan

penggabungan, membentuk pola, memilih dan memilah antara yang signifikan


(Rifa’i Abubakar, 2021)
yang akan dipelajari dan membuat simpulan . Peneliti

melakukan beberapa tahap dalam pengelolahan data meliputi pengecekan data

(editing), pemberian code data (coding), pemberian nilai (scoring), tabulasi data,

processing, cleaning.
40

1. Pengecekan Data (editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data

terkumpul.

2. Pemberian Code Data (coding)

Pengodean adalah proses pemberian numerik atau angka pada data yang terdiri

dari beberapa kategori. Dalam proses pengodean data, data tersebut diubah

menjadi angka agar dapat dipahami oleh sistem (Bahasa Komputer).

Tabel 3. 4 Coding Jenis Kelamin


Kode Jenis Kelamin
1 Laki-Laki
2 Perempuan
Tabel 3. 5 Coding Usia
Kode Usia
1 35-45
2 46-50
3 51-55
4 56-60
Tabel 3. 6 Coding Pendidikan
Kode Pendidikan
1 SD
2 SMP
3 SMA/SMK
4 Perguruan Tinggi
5 Tidak Sekolah
6 Dan lain-lain

Tabel 3. 7 Coding Pekerjaan


Kode Pekerjaan
1 Wiraswasta
2 Wirausaha
3 IRT
4 Tidak Bekerja
5 Dan Lain-lain
41

Tabel 3. 8 Coding Komunikasi Terapeutik

Kode Komunikasi Teraupetik


1 Baik
2 Kurang

Tabel 3. 9 Coding Motivasi Sembuh


Kode Motivasi Sembuh
1 Tinggi
2 Sedang
3 Rendah
3. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan penyusunan dan penggolongan data dalam format tabel

untuk mempermudah pemahaman data dan analisis data penelitian. Tabulasi data

dilakukan setelah proses penggolongan atau pengklasifikasi data penelitian.

Tujuan tabulasi data untuk mempermudah dalam proses analisis penelitian.

4. Pengolahaan (processing)

Pengolahaan merupakan rangkaian tindakan atau proses yang dilakukan untuk

mengubah, menganalisis, dan mengelompokkan data agar menjadi informasi

yang signifikan dan bermanfaat. Dalam penelitian ini, kuesioner yang

dikumpulkan dan telah dirubah dalam bentuk pengkodean maka data perlu

diproses atau diolah ke dalam program pengolahan data di komputer. Peneliti

menggunakan SPSS (Statistical Program For Social Science Versi 26) sebagai

media yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian tersebut.

5. Pemberian Nilai (scoring)

Scoring adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi skor berdasarkan

jawaban responden pada tiap variabel yang diteliti sehingga mendapatkan

interpretasi kuesioner atau kriteria ynag diinginkan.


42

1) Variabel Komunikasi Terapeutik Perawat oleh pasien (Independent)

Scoring untuk komunikasi terapeutik perawat yaitu, 1= Tidak Sering. 2 =

Jarang. 3 = Kadang-kadang 4 = Setuju. Menentukan interpretasi komunikasi

terapeutik diperlukan hal-hal berikut, yaitu :

1. Menetapkan nilai tertinggi dan terendah

1) jumlah pertanyaan x nilai jawaban tertinggi yaitu 18 x 4 = 72

2) jumlah pertanyaan x nilai jawaban terendah yaitu 18 x 1 = 18

2. Menentukan range

Nilai tertinggi – nilai terendah : 2 yaitu 72 – 18 : 2 = 27

3. Nilai Scor
1) Baik = 45 – 72
2) Rendah = 18 – 44
2) Variabel Motivasi Sembuh (Dependent)
Scoring untuk motivasi sembuh yaitu, 1= Tidak Sering 2 = Jarang 3 =
Kadang-kadang 4 = Setuju. Menentukan interpretasi komunikasi terapeutik
diperlukan hal-hal berikut yaitu :
1. Menetapkan nilai tertinggi dan terendah
1) jumlah pertanyaan x nilai jawaban tertinggi yaitu 20 x 4 = 80
2) jumlah pertanyaan x nilai jawaban terendah yaitu 20 x 1 = 20
2. Menentukan range
Nilai tertinggi – nilai terendah : 3 yaitu 80-20 : 3 = 20
3. Nilai Scor
1) Tinggi = 60 – 80
2) Sedang = 40 – 59
3) Rendah = 20 - 39
43

6. Pembersihan (cleaning)

Pembersihan adalah pemeriksaan kembali pada data yang telah dimasukkan,

apakah sudah benar atau belum. Diperlukan pemeriksaan tambahan untuk

mengurangi kemungkinan kesalahan kode, kekurangan pengisian, dan kesalahan

lainnya sebelum dilakukan perbaikan atau koreksi.

K. Analisis Data

Analisis data merupakan rangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti

setelah data terhimpun, diproses dengan cermat hingga ditemukan suatu

kesimpulan. Analisis data merupakan upaya sistematis dalam mencari dan

menyusun informasi dari hasil wawancara, pencatatan lapangan, serta sumber

data lainnya, agar dapat dipahami dan disampaikan kepada orang lain. Proses

analisis data dilakukan melalui pengorganisasian data, membaginya ke dalam

satuan analisis, melakukan sintesis, mengatur dalam pola tertentu, memilih dan

memilah data yang signifikan untuk dipelajari, serta menarik kesimpulan dari
(Rifa’i Abubakar, 2021)
hasil analisis tersebut . Dalam analisis data ini

menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat

1. Analisis Univariat

Variabel yang diuji menggunakan analisa univariat antara lain : data

demografi (karakteristik responden), komunikasi terapeutik, dan motivasi

sembuh

2. Analisis Bivariat

Variabel yang diuji menggunakan analisa bivariat adalah hubungan

komunikasi terapeutik dan motivasi kesembuhan. Pada penelitian ini


44

menggunakan uji statistic Chi-Square dengan tujuan untuk mengetahui adanya

hubungan dari kedua variabel tersebut. Cara pengambilan keputusan dinyatakan

berhubungan jika p value < nilai a (0,05)

L. Etika Penelitian

a. Kerahasiaan (confidentialy)

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa identitas mereka kerahasiaan

dijamin dengan menggunakan enkripsi alih-alih identitas peserta. Selain itu, para

peneliti menyimpan semua dokumen yang dikumpulkan dari pengumpulan data

dalam bentuk lembar persetujuan partisipasi studi, data biografi, rekaman audio

dan transkrip wawancara di tempat khusus hanya untuk peneliti. Semua formulir

data hanya digunakan untuk tujuan analisis sampai menyiapkan laporan

penelitian agar responden tidak perlu takut data rahasia dan pribadi yang

diketahui orang lain.

b. Kesempatan (justice)

Peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi responden memenuhi kriteria

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Dengan itu, peneliti memberikan

kesempatan yang sama dengan partisipan mengungkapkan perasaan suka dan

duka semua pengalamannya terkait permasalahan dm dan perawatan luka dm

c. Tidak Merugikan (Nonmaleficence)

Penelitian ini tidak merugikan responden dan peneliti dengan mencoba untuk

melindungi peserta dari bahaya ketidaknyamanan (perlindungan terhadap

ketidaknyamanan). Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, penggunaan alat

perekam dan penggunaan data penelitian untuk dapat dialami oleh peserta dan
45

bersedia menandatangani surat ketersediaan responden atau informed consent.

Selama wawancara berlangsung, peneliti memperhatikan beberapa hal dapat

mempengaruhi peserta, termasuk status hemodinamik, kenyamanan serta

perubahan perasaan. Jika kondisi ini membahayakan kondisi peserta, peneliti

berhenti wawancara dulu dan mulai lagi ketika persyaratan terpenuhi, stabil dan

peserta siap untuk melakukan wawancara.


46

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kecamatan Cakung berdiri tahun 1973, berlokasi di Jl. Raya

Bekasi KM 18 Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta

Timur. Sejak berdiri sampai dengan sekarang, Puskesmas Kecamatan Cakung

sudah mengalami 2 kali renovasi yaitu tahun 2003 dan telah memenuhi standar

pada awal tahun 2015. Puskesmas Kecamatan Cakung memliki luas wilayah

4.247,98 Ha, yang dimana memiliki 7 kelurahan, 85 Rw, dan 1.015 RT.

Puskesmas Kecamatan Cakung merupakan Badan Layanan Umum

Daerah yang diberi wewenang mengelola sendiri penerimaan keuangannya

untuk keperluan operasional secara langsung dan mengoptimalkan mobilisasi

potensi pembiayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan. Visi Puskesmas Kecamtan Cakung yaitu “ Menjadi Puskesmas yang

melaksanakan pelayanan kesehatan prima, berorientasi kepada kepuasaan

pelayanan.

B. Interprestasi Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian variabel. Analisis ini dilkaukan

terhadap deskriptuf dengan menggunakan statistik deskriptif. Penelitian ini

disajikan dalma bentuk tabel distribusi frekuensi yang diolah menggunakan

aplikasi Statistical Program For Social Science Versi 26 dengan tujuan

mengetahui ditribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia,


47

pendidikan, dan pekerjaan, diatribusi komunikasi terapeutik, distribusi motivasi

sembuh di Puskesmas Kecamatan Cakung tahun 2023.

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Kecamatan

Cakung

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Kecamatan
Cakung

Kategori Jumlah Presentase (%)


Laki-laki 24 28,6
Perempuan 60 71,4
Total 84 100,0
(Sumber : hasil pengolahan data dan komputerisasi dilakukan oleh Afifah Indah

Sari ; Desember 2023)

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin sebanyak 84 reskponden (100%) menunjukkan

jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 60 responden (71,4%)

dan laki-laki sebanyak 24 responden (28,4%).

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia di Puskesmas Kecamatan Cakung

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia di Puskesmas Kecamatan Cakung
Kategori Jumlah Presentase (%)
35-45 7 8.3
46-50 21 25.0
51-55 39 46.4
56-60 17 20.2
Total 84 100.0
(Sumber : hasil pengolahan data dan komputerisasi dilakukan oleh Afifah Indah

Sari; Desember 2023)

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan usia sebanyak 84 reskponden (100%) menunjukkan usia 35-45


48

sebanyak 7 responden (8,3%), usia 46-50 sebanyak 21 responden (25%),

usia 51-55 sebanyak 39 responden (46,4%), dan usia 56-60 sebanyak17

responden (20,2%)

c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Kecamatan

Cakung

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Kecamatan
Cakung
Kategori Jumlah Presentase (%)
SD 38 45.2
SMP 22 26.2
SMA/SMK 20 23.8
Perguruan Tinggi 3 3.6
Tidak Sekolah 1 1.2
Total 84 100.0

(Sumber : hasil pengolahan data dan komputerisasi dilakukan oleh Afifah Indah

Sari; Desember 2023)

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan Pendidikan sebanyak 84 reskponden (100%) menunjukkan SD

sebanyak 38 responden (45.2%), SMP sebanyak 22 responden (26.2%),

SMA/SMK sebanyak 20 responden (23.8%), perguruan Tinggi sebanyak 3

responden (3.6%) dan Tidak Sekolah sebanyak 1 sebesar (1.2%).

d. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Kecamatan

Cakung

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Kecamatan
Cakung
Kategori Jumlah Presentase (%)
Wirausaha 11 13.1
Wiraswasta 9 10.7
Ibu Rumah Tangga 46 54.8
Tidak Bekerja 18 21.4
49

Dan lain-lain 0 0
Total 84 100.0
(Sumber : hasil pengolahan data dan komputerisasi dilakukan oleh Afifah Indah Sari;

Desember 2023)

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan Pekerjaan sebanyak 84 reskponden (100%) menunjukkan

wirausaha sebanyak 11 responden (13.1%), wiraswasta sebanyak 9

responden (10.7%), ibu rumah tangga sebanyak 46 responden (54.8%), tidak

bekerja sebanyak 18 responden (21.4%) dan lain-lain 0 (tidak ada).

e. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komunikasi Terapeutik Perawat di

Puskesmas Kecamatan Cakung

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komunikasi Terapeutik di Puskesmas
Kecamatan Cakung
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Baik 54 64.3
Kurang 30 35.7
Total 84 100.0
(Sumber : hasil pengolahan data dan komputerisasi dilakukan oleh Afifah Indah Sari ;

Desember 2023)

Berdasarkan tabel 4.5 sebanyak 84 responden (100%) di Puskesmas

Kecamatan menunjukan bahwa distribusi frekuensi komunikasi terapeutik

perawat baik sebanyak 54 responden (64.3%), sebanyak 30 responden

(35.7%) mengatakan komunikasi terapeutik perawat kurang.

f. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Sembuh di Puskesmas

Kecamatan Cakung

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Sembuh di Puskesmas
Kecamatan Cakung
50

Kategori Frekuensi Presentase (%)


Tinggi 49 58.3
Sedang 18 21.4
Rendah 17 20.2
Total 84 100.0
(Sumber : hasil pengolahan data dan komputerisasi dilakukan oleh Afifah Indah

Sari; Desember 2023)

Berdasarkan tabel 4.6 sebanyak 84 responden (100%) di Puskesmas

Kecamatan menunjukan bahwa distribusi frekuensi motivasi sembuh tinggi

pada pasien dm sebanyak 49 responden (58.3%), motivasi sembuh rendah

sebanyak 18 responden (21.4%), dan motivasi sembuh cukup sebanyak 17

responden (20.2%).

2. Analisis Brivariat

Tabel 4. 7
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Cakung

Komunikasi Motivasi Sembuh


Terapeutik Tinggi Sedang Rendah Jumlah % P
Perawat F % F % F % Value
Baik 38 45.2 11 13. 5 6.0 54 64.3 0,002
Kurang 11 13.1 7 1 12 14.3 30 35.7
8.3
Total 49 58.3 18 21. 17 20.3 84 100.0
4
(Sumber : hasil pengolahan data dan komputerisasi dilakukan oleh Afifah Indah

Sari; Desember 2023)

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden dengan komunikasi

terapeutik perawat baik dengan motivasi sembuh tinggi sebanyak 38 (45.2%)

responden, komunikasi terapeutik perawat baik dengan motivasi sembuh sedang

sebanyak 11 (13.1%) responden, dan komunikasi terapeutik perawat baik

dengan motivasi sembuh rendah sebanyak 5 (6.0%) responden. Sedangkan,


51

komunikasi terapeutik perawat kurang dengan motivasi sembuh tinggi sebanyak

11 (13.1%) responden, komunikasi terapeutik perawat kurang dengan motivasi

sembuh sedang sebanyak 7 (8.3%) responden, dan komuniikasi terapeutik

kurang dengan motivasi sembuh rendah sebanyak 12 (14.3%) responden.

Berdasarkan uji statistik Chi- square dengan tingkat signifikan 95% atau α

5% (0,05) ditemukan p valvue (0,002) < nilai α (0,05), sehingga dapat

disimpulkan hasil tersebut H0 ditolak artinya terdapat Hubungan Komunikasi

Terapeutik Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada Pasien Diabetes Melitus Di

Puskesmas Kecamatan Cakung.

C. Pembahasan

a. Komunikasi Terapeutik Perawat di Puskesmas Kecamatan Cakung

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 komunikasi terapeutik

yang dilakukan perawat mayoritas dengan kategori baik. Komunikasi

terapeutik perawat merupakan kemampuan atau keterampilan perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien untuk membantu

beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan berinteraksi

dengan orang lain mencapai kesembuhan.

Hal ini sesuai dengan teori Sarfika & Maisa (2018) yang

mengatakan bahwa perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi

secara terapeutik dengan baik akan mudah melakukan komunikasi dengan


(Syarif Hidayatullah et al., 2020)
pasien. Hasil ini sejalan dengan sebagian

besar responden menyatakan bahwa perawat telah menerapkan komunikasi


52

terapeutik dengan baik dan sebagian besar pasien menyatakan telah puas

dengan komunikasi yang diberikan oleh perawat.

Komunikasi terapeutik ada empat tahapan yang perlu diperhatikan

dalam melaksanakan komunikasi terapeutik yaitu fase prainteraksi, fase

orieteraksi, fase kerja, dan fase terminasi. Fase orientasi dilakukan pada

pertemuan pertama dengan cara perawat menyapa pasien dengan senyuman,

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, dan perawat juga menjelaskan


(Riadi, 2020)
tujuan kegiatan .

Hasil dari penelitian dengan kuesioner terbanyak mayoritas perawat

pada fase orientasi menunjukkan perawat selalu tersenyum saat bertemu

dengan pasien, memberikan salam, mengetahui keadaan atau keluhan

pasien, bersikap tenang dan dapat mengontrol perasaan saat bertemu dengan

pasien, memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga pasien,

menjelaskan setiap tindakan apapun yang dilakukan pada pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Novita et al., 2020) mayoritas

perawat sudah melakukan tahapan fase orientasi yang ditandai dengan

perawat memberikan layanan sesuai kebutuhan klien, memberikan

penjelasan dengan bahasa yang sederhana, dan perawat selalu

memperhatikan keadaan klien. Sedangkan, hasil penelitian ini pada tahap

kerja yang dilakukan mayoritas perawat menyampaikan pesan dengan jelas

dan mudah dipahami, tersenyum dan ramah saat melakukan tindakan. Dan

tahap terminasi dimana perawat menanyakan keadaan/perasaan pasien

setelah dilakukan tindakan, perawat mempu memberitahukan tindakan


53

selanjutnya, memberikan motivasi kepada pasen, dan mengakhiri dengan

mengucapkan salam kepada pasien dan kelurga ketika perawat

meninggalkan ruangan.

Penelitian ini sejalan (Novita et al., 2020) mengatakan hal ini terjadi

karena pada fase kerja, perawat dan pasien memiliki waktu tatap muka yang

lebih lama dan perawat aktif mendengarkan dengan segala perhatian yang

diperlukan untuk dapat membantu pasien mengidentifikasi masalah

kesehatan kesehatannya. Proses komunikasi berlangsung sejak pasien

datang hingga memasuki proses pencatatan riwayat kesehatan. Pasien

sering mengungkapkan keluhan dan ketakutannya terhadap penyakit yang

dideritanya, begitu pula dengan keluarga pasien.

b. Motivasi Sembuh Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan

Cakung

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.6 distribusi frekuensi motivasi

sembuh mayoritas responden dalam kategori tinggi. Motivasi merupakan

dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan

seseorang melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Muhammad Fadlul (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi

kesembuhan dapat dibagi menjadi dua faktor intrinsik dan faktor ekstrinstik.

Faktor intrinsik merupakan faktor dorongan dalam diri individu

terhadap kesembuhan. Faktor intrinsik yang timbul dalam diri pasien

diabetes meliputi beberapa indikator yaitu kepatuhan minum obat, pola


54

makan, dan aktivitas fisik. Tujuannya untuk mengendalikan gejala dan

menghindari terjadinya komplikasi DM.

Kepatuhan minum obat merupakan perilaku seseorang dalam

melakukan minum obat selama terkena penyakit. Kepatuhan pasien dalam

minum obat merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi dalam

meningkatkan kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi.

Motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi dalam diri sendiri dengan

adanya dorongan, keinginan untuk berobat atau melakukan sesuatu yang

lebih baik dan petugas kesehatan dalam menangani kasus penyakit DM

tersebut melalui pendidikan kesehatan, memberi support, dorongan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil informasi responden bahwa perawat telah

memberikan informasi tentang DM berupa kepatuhan minum obat.

Kepatuhan minum obat yang sering diingatkan perawat berupa minum obat

sesuai anjuran petugas kesehatan, membawa obat antidiabetik ketika

berpergian jauh dari rumah, dan minum obat secara tepat waktu. dalam hal

tersebut responden patuh dengan minum obat agar mengontrol kadar gula

darah, menurunkan kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan (Kurniyawati Ningrum, 2020)

terdapat ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan

kepatuhan minum obat. Menurut Notoatmodjo (2012), faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan adalah faktor yang mendorong berupa


55

dukungan petugas kesehatan kepada pasien DM untuk patuh terhadap

pengobatan minum obat.

Selain itu, penelitian menurut (Syaftriani, Kaban, et al., 2023)

mengatakan motivasi diri kurang sebanyak 45 responden (60,0%)

dikarenakan perilaku akan sulit diubah kearah yang positif jika individu

memiliki motivasi dari luar saja, bukan dari keinginan individu itu sendiri.

Beberapa alasan lain responden tidak patuh minum obat karena

bosen minum obat setiap hari. Awal kebosanan yang dirasakan responden

merupakan kejenuh minum obat seumur hidup. Selain itu, responden sering

lupa minum obat dikarenakan sibuk dalam bekerja atau beraktivitas yang

biasanya dilakukan setiap hari, dan jika kondisi tubuh merasakan membaik
(Mokolomban et al., 2018)
maka tidak minum obat. Penelitian ini sejalan

responden tidak patuh karena pasien diabetes merasa kadar gula yang ada

pada dirinya telah normal, padahal kenormalan atau stabilitas kadar gula

pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh obat yang mereka minum.

Responden dengan motivasi yang tinggi tentunya akan patuh dalam

minum obat. Pasien akan memiliki dorongan yang tinggi untuk menjaga

gula darah sehingga mematuhi program pengobatan yang sedang dilakukan

dan tidak terputus. Pengobatan yang panjang dapat berisiko pada

ketidakpatuhan menjalankan minum obat. Selain menjaga kepatuhan

minum obat, menjaga pola makan yang baik sangat penting dilakukan bagi

penderita diabetes.
56

Kunci utama dalam mengatur pola makan diabetes melitus adalah

mengkonsumsi makanan sehat dari kelompok yang berbeda. Pola makan

merupakan gambaran perencanaan 3J meliputi jumlah makan, jenis makan,

dan jadwal makan yang teratur. Perencanaan pola makan bertujuan untuk

membantu penderita diabetes memperbaiki kebiasaan makannya sehingga

dapat mengontrol kadar gula darah, lemak, dan tekanan darah. Perencanaan

makan pada penderita diabetes sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan

untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap

harinya.

Keberhasilan dalam menjalankan pola makan tergantung pada

penderita diabetes dalam kepatuhan pola makan yang telah ditentukan oleh
(Dafriani, 2018)
dokter. Penelitian yang dilakukan oleh menjelaskan bahwa

adanya hubungan pada pola makan dengan kontrol glukosa darah pada

penderita DM. Pola makan yang sehat dan seimbang harus diperhatikan

setiap hari untuk menjaga berat badan ideal, dengan pola makan seimbang

membantu mencegah berbagai penyakit, termasuk memperlambat

timbulnya diabetes.

Porsi makan yang sedikit dalam waktu tertentu akan membantu

mengontrol kadar gula darah, sedangkan porsi makan yang besar akan

menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara tiba-tiba dan jika

diulangi dalam jangka waktu yang lama, kondisi ini dapat memicu

komplikasi diabetes. Oleh karena itu, makan sebelum lapar, karena makan

saat lapar seringkali tidak terjadwal dan berlebihan.


57

Hasil penelitian ini sejalan dengan (Nur Alianatasya, 2020)

menyatakan dengan terjaganya pola makan yang baik maka kadar gula

dalam darah menjadi lebih stabil. Pola makan yang dijalankan responden

baik, hal ini dimana timbul motivasi dalam diri untuk menjaga pola makan.
(Purnama & Bertalina, 2016)
Penilitian menurut mengatakan motivasi

tinggi dalam mematuhi diet, sebanyak 17 responden patuh terhadap diet

DM yang dianjurkana oleh tenaga kesehatan. Hal ini sejalan dengan


(Marlina Manalu et al., 2020)
mengatakan motivasi yang tinggi serta patuh

terhadap menjalani diet tubuh akan merasa lebih baik karena gula darah

terus terkontrol.

Hasil wawancara mayoritas responden menjaga pola makan dengan

baik, hal ini dilihat dari hasil data kuesioner terbanyak responden konsistem

menjaga pola makan dengan mengkonsumsi makanan sesuai anjuran dari

dokter berupa makanan yang mengandung vitamin, protein, mineral dan

tentunya buah-buahan, jumlah porsi makan yang sedikit dengan menjaga

jarak makan sekarang dengan berikutnya dan diselengi dengan makan

cemilan yang mengandung rendah gula.

Pola makan yang tidak sehat menyebabkan ketidakseimbangan

antara karbohidrat dan komponen lain yang dibutuhkan tubuh. Hal ini

menyebabkan kadar gula dalam tubuh meningkat melebihi kapasitas

pankreas sehingga menyebabkan diabetes. Hal tersebut menunjukkan

sebagian responden dalam mengkonsumsi makananan tidak memiliki gula


58

pengganti, dan responden masih banyak tidak mengurangi konsumsi

makanan kecil atau ngemil.

Berdasarkan diatas peneliti menyimpulkan bahwa motivasi

responden dalam mengkonsumsi pola makan sudah baik menjaga kadar

glukosa darah sebaliknya ketidakpatuhan pola makan akan menyebabkan

kadar glukosa darah meningkat. Motivasi yang dilakukan responden sudah

bagus dengan mendengarkan arahan dokter dalam menjaga pola makan.

Selain pola makan yang sehat, aktivitas fisik juga menjadi faktor

predisposisi penderita diabetes. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh

yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan energi. Aktivitas fisik

penting bagi penderita diabetes karena dapat menurunkan gula darah dan

mengurangi faktor risiko kardiovaskular. Aktivitas fisik dapat menurunkan

gula darah dengan meningkatkan penyerapan glukosa otot dan

meningkatkan insulin. Sirkulasi darah dan kekencangan otot juga

ditingkatkan dengan olahraga.

Penelitian menurut (Karwati, 2022) aktivitas fisik lansia sangat

mempengaruhi kadar gula darah penderita diabetes tipe 2. Semakin kurang

aktivitas fisik lansia maka semakin tinggi pula risiko peningkatan gula

darah hingga 3,217 kali, dibandingkan lansia yang aktivitas fisiknya teratur.
(Nasution & Azwar Siregar, 2021)
Hal ini sejalan dengan penelitian bahwa

responden yang tidak malakukan aktivitas fisik yang cukup akan

memperbesar resiko mengalami kejadian DM.


59

Aktivitas fisik yang sering dilakukan responden yaitu melakukan

aktivitas sedang seperti menonton tv, memasak, mencuci dan mengemudi

kendaraan, sedangkan aktivitas tinggi jarang dilakukan responden yaitu

olahraga 1 minggu sekali. Dengan melakukan aktivitas fisik sangat berguna

bagi pasien DM dapat memicu pengaturan dan pengendalian kadar gula

darah dalam tubuh karena pengguna glukosa dalam otot sebagai mediator

pengguna glukosa kedalam sel otot sehingga kadar gula menurun.

c. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada

Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kecmatan Cakung

Berdasarkan Analisa statistic dengan tingkat signifikan 95% atau

nilai α 5% (0,05) diperoleh p value (0,000) < nilai α (0,05) sehingga dapat

disimpulkan dari hasil tersebut H0 ditolak artinya terdapat hubungan

komunikasi terapeutik perawat dengan motivasi sembuh pada pasien

diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil penelitian ini

menunjukkan sebagian mayoritas perawat sudah melakukan komunikasi

terapeutik perawat dengan kategori baik sehingga pasien dapat

meningkatkan motivasi sembuh.

Didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


(Vene Aulia Wulandari, 2021)
bahwa komunikasi terapeutik yang baik dengan memiliki

motivasi sembuh yang tinggi terdapat hubungan cukup searah dengan nilai

r 0.752 p-value 0.001, dimana p< α 0.05.

Komunikasi terapeutik ini sendiri berperan penting dalam

membantu pasien memecahkan masalah yang dihadapinya bertujuan untuk


60

memberikan asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan faktor-faktor

motivasi sembuh yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik

merupakan dorongan dari luar. Salah satu faktor ekstrinsik berupa

dukungan tenaga kesehatan yang dimana melakukan komunikasi terapeutik

pada pasien diabetes.

Dalam hal ini perawat mengunakan komuniksi terapeutik untuk

menggali seluruh aspek kehidupan pasien dari masa sekarang dan masa

lalu. Selanjutnya perawat membantu meningkatkan dengan kemampuan diri

klien melalui komunikasi. Hal ini sesuai dengan teori Sarfika & Maisa

(2018) yang mengatakan bahwa perawat yang memiliki keterampilan

berkomunikasi secara terapeutik dengan baik akan mudah melakukan

komunikasi dengan pasien.

Interaksi yang dilakukan perawat dalam komunikasi terapeutik

terdapat empat tahapan meliputi fase prainteraksi, fase orieteraksi, fase


(Azhari et al., 2022)
kerja, dan fase terminasi. Berdasarkan penelitian

mengatakan gambaran pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat

berdasarkan fase-fase yaitu mayoritas pelaksanaan komunikasi terapeutik

pada fase pra-interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi

dalam kategori baik. Dari keempat tahapan komunikasi terapeutik ini

perawat dapat mempengaruhi pasien dalam meningkatkan motivasi didalam

diri.

Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri

seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas tertentu untuk


61

mencapai suatu tujuan. Faktor internal dorongan dalam diri atau kemauan

diri individu. Didalam faktor intrinsik motivasi yang dilakukan pada pasien

diabetes terdapat tiga indikator yaitu kepatuhan minum obat, mengaja pola
(Rahmadanti et al., 2020)
makan dan aktivitas fisik. Berdasarkan penelitian

keberhasilan pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan

kepatuhan minum obat, mengatur pola makan dan aktivitas fisik untuk

mengendalikan gejala dan menghindari terjadinya komplikasi DM.

Selain ketiga indikator diatas, karakteristik responden juga

mempengaruhi terjadinya motivasi pada diabetes yaitu jenis kelamin, usia,

pendidikan, dan pekerjaan. Pria dan wanita sama-sama berisiko terkena

diabetes saat memasuki usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun wanita

mempunyai risiko lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan pria karena

bentuk tubuhnya cenderung meningkatkan indeks massa tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa mayoritas responden perempuan. Hal

ini disebabkan karena perempuan memiliki kadar kolesterol yang lebih

tinggi dibandingkan laki-laki dan juga adanya perbedaan dalam menjalani

segala aktivitas dan gaya hidup sehari-hari sehingga sangat mempengaruhi

kejadian penyakit diabetes. Selain itu berat badan perempuan yang sering

tidak ideal sehingga dapat menyebabkan diabetes

Selain itu, usia juga berpengaruh dalam faktor. Beradasarkan hasil

penilitian mayoritas responden usia 51-55. Peningkatan risiko diabetes

seiring dengan umur khususnya pada usia lebih dari 40 tahun disebabkan

karena adanya proses penuaan yang menyebabkan berkurangnya


62

kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin. Hal ini didasari

bahwa usia dapat meningkatkan kejadian diabetes melitus tipe 2 karena

penuaan dapat menurunkan sensitivitas insulin sehingga dapat

mempengaruhi kadar glukosa dalam darah.

Tingkat pendidikan individu juga berpengaruh terhadap motivasi

sembuh dalam kemampuan berpikir. Tingkat pendidikan akan

mempengaruhi tingkat konsumsi pangan seseorang dalam memilih

makanan yang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pendidikan mayoritas responden SD. Hal ini karena

semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah berpikir

dalam menangkap informasi baru. Responden yang berpendidikan tinggi

akan mempunyai pengetahuan yang baik sehingga sadar akan perlunya

menjaga kesehatan.

Pekerjaan merupakan faktor yang juga terbukti memiliki pengaruh

signifikan terhadap kejadian diabetes, sebanyak 46 responden (54,8%)

mayoritas sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan juga termasuk aktivitas fisik

yang dilakukan responden dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil

penelitian berpendapat bahwa pekerjaan yang dilakukan ibu rumah tangga

justru melakukan berbagai aktivitas seperti menyapu, memasak dan

mencuci. Pekerjaan yang dilakukan menyebabkan aktivitas fisik sedang hal

ini baik dikarenakan banyaknya gerakan badan dapat meningkatkan energi

didalam tubuh. Sedangkan hal menyebabkan risiko ibu rumah tangga

terjadinya diabetes mellitus yaitu terjadi banyak pikiran.


63

Atas dasar ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi

terapeutik perawat berpengaruh pada tingkat motivasi pasien untuk sembuh.

Komunikasi terapeutik menjadi salah satu aspek penting dalam membangun

hubungan yang baik dan menjadi alat terapi yang dapat meningkatkan

pasien maupun keluarga pasien terhadap tindakan yang dilakukan oleh

perawat ataupun tenaga kesehatannya lainnya.

D. Keterbatasan

1. Waktu penelitian menentukan waktu lebih lama karena mengikuti jadwal

program prolanis tiap bulan

2. Pengkajian vaariabel ini terbatas dengan variabel yang lain padahal masih

banyak variabel yang lain.


64

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dilakukan berdasarkan judul “Hubungan

Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Motivasi Sembuh Pasien Diabetes

Melitus Di Puskesmas Kecamatan Cakung”, pada 84 responden maka diperoleh

hasil kesimpulan :

1. Karakteristik responden mayoritas perempuan dengan usia 51-55 tahun,

pendidikan SD dan pekerjaan terbanyak Ibu Rumah Tangga.

2. Komunikasi terapeutik perawat mayoritas dengan kategori baik di

Puskesmas Kecamatan Cakung.

3. Motivasi sembuh mayoritas responden di Puskesmas Kecamatan Cakung

dengan kategori tinggi

4. Terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan motivasi sembuh

pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Cakung dengan nilai

p value 0,002 < 0,05. Penerapan komunikasi terapeutik yang baik akan

meningkatkan motivasi sembuh.

B. Saran
1. Bagi Perawat

Diharapkan perawat menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik dalam

melaksanakan peranannya sebagai pemberi asuhan keperawatan demi

terciptanya hubungan terapeutik yang baik dengan pasien.

2. Bagi Responden
65

Diharapkan responden tetap meningkatkan motivasi diri untuk menerapkan

kepatuhan minum obat secara rutin, menjaga pola makan dengan baik dan

aktivitas fisik sesuai anjuran petugas kesehatan agar tidak menimbulkan

komplikasi lainnya dan tidak memperparah kondisi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian dengan

variabel lain dan mengembangkan teori-teori yang ada mengenai motivasi

sembuh dan penerapan komunikasi terapeutik pada perawat serta melakukan

observasi langsung yang akan dilakukan penelitian.


66

DAFTAR PUSTAKA
Aniharyati. (2011). Komunikasi Terapeutik Sebagai Sarana Efektif Bagi Terlaksananya Tindakan
Keperawatan Yang Optimal. Jurnal Kesehatan Prima, 5(Vol 5 No 02), 749–755.

Arya Ramadia, Rahmaniza, & Afzal Maulidi. (2022). Hubungan Komunikasi Teraupetik Perawat
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ),
Volume 10(Volume 10 No 2), 393–402.

Asri Riyashatul Ulya, Ani Anggraeni, & Arabta M.Peraten Pelawi. (2023). Hubungan Komunikasi
Teraupetik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan Pasien Rawat Jalan Di Poli
Umum Puskesmas Bojong Menteng Tahun 2022. Borneo Nursing Journal, Vol. 5, No. 1(Vol. 5,
No. 1, Januari 2023), 28–35.

Azhari, R., Matuty, A., & Suhamdani, H. (2022). Gambaran Komunikasi Terapeutik Perawat di
Ruang Rawat Inap Selama Masa Pandemi COVID-19 RSUD Awet Muda Narmada. Jurnal
Kesehatan Qamarul Huda, 10(2), 196–200. https://doi.org/10.37824/jkqh.v10i2.2022.394

Azitha, M., Aprilia, D., & Ilhami, Y. R. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa
Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus yang Datang ke Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah
Sakit M. Djamil Padang. In Jurnal Kesehatan Andalas (Vol. 7, Issue 3).
http://jurnal.fk.unand.ac.id

Dafriani, P. (2018). Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Diabetes Melitus
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang. NERS Jurnal Keperawatan, 13(2), 70.
https://doi.org/10.25077/njk.13.2.70-77.2017

Dandy Maslow Panungkunan. (2014a). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Perawat
Terhadap Komunikasi Terapeutik Di ruang Rawat Inap Rumah Sakit X tahun 2012. Jurnal
Inohim, 2(Vol 2 No 1, Juni 2014), 123–132.

Dandy Maslow Panungkunan. (2014b). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Perawat
Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 2012 .
Jurnal Inohim, 2(No 1), 123–132.

Eltrikanawati T, Nurlaila, & Tampubolon Masitoh. (2020). Hubungan Pola Makan Dan Pola
Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 6(2).
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN

Hanafi, W., Susanto, A., Rachman, N., Situmeang, L., Nurhikmah, S., Wa, P., Yunike, N., Laela, A.,
Wahyu, M., Agustin, R., Sulistiyani, S., Kusumawaty, I., & Saherna, J. (2022). Komunikasi
Dalam Keperawatan (S. Pd. , Ns. , M. Kes. Dr. Neila Sulung & S. Tr. K. Rantika Maida Sahara,
Eds.). PT GLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI Anggota IKAPI No. 033/SBA/2022.
www.globaleksekutifteknologi.co.id

Hanna, T., Nababan, B., Fajri, D. N., & Santosa, P. R. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Motivasi Penyembuhan Pada Pasien Tb Paru Sensitif Obat Di Puskesmas
Bakauheni Lamsel Tahun 2023. Jurnal Medicare, 2(3).
67

Kadji, Y. (2012). Tentang Teori Motivasi. Jurnal Inova, 9(No 1), 1–14.

Karwati. (2022). Hubungan Aktivitas Fisuk Dengan Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Situ. Jurnal Ilmu Keperawatan Sebelas
April, 4(1), 11–17. https://ejournal.unsap.ac.id/index.php/jiksa

KBBI. (2023). Pengertian Sembuh (KBBI). Kbbi.Web. https://kbbi.web.id/sembuh

Kementerian Kesehatan RI, & Riskesdes 2018. (2019). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2018.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
http://repository.bkpk.kemkes.go.id/id/eprint/3514

Kurniyawati Ningrum, D. (2020). Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II.
HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT.
https://doi.org/10.15294/higeia.v4iSpecial%203/36213

Marcelina Somba, Narmi, & Mien. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dalam Pelaksanaan
Komunikasi Teraupetik Perawat. . Jurnal Kesehatan Masyarakat Celebes, 3(Volume 3 No 2
Agustus |2022), 42–47.

Marlina Manalu, R., Manurung, T., & Manurung. (2020). Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan
Pelaksanaan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan Priority, 3(2).

Mokolomban, C., Wiyono, W. I., & Mpila, D. A. (2018). Kepatuhan Mimum Obat Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai Hipertensi Dengan Menggunakan Metode MMAS-8. In
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT (Vol. 7, Issue 4).

Nasution, F., & Azwar Siregar, A. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus (Risk Factors for
The Event of Diabetes Melitus). Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(2).

Novita, R., Nugroho, S. A., Handoko, Y. T., & Koesnadi Bondowoso, R. (2020). Hubungan
Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Baru di Ruang UGD Puskesmas
Tamanan Bondowoso. Jurnal Keperawatan Profesional (JKP), 8.

P2PTM, & Kemenkes RI. (2020). Infodatin 2020 Diabetes Melitus. P2PTM, Kemenkes RI.
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin
%202020%20Diabetes%20Melitus.pdf

P2PTM Kemenkes RI. (2022). Pengertian Sehat Kemenkes RI. P2PTM Kemenkes RI.

Perkeni. (2021). Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa Di
Indonesia-2021. In Tim Penyusun Bukupedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021 (Ed.), Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia Tipe 2. PB PERKENI.

Purnama, & Bertalina. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi Pasien Dan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan, VII(2), 329–340.

Putri Kristyaningsih. (2021). Penerapan Komunikasi Teraupetik Perawat Di Ruang Rawat Inap.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 10(https://ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/issue/view/19).
68

Rahmadanti, Mustika, Diani Noor, & Agianto. (2020). Motivasi dan Self Management Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 8(1), 87.
https://doi.org/10.20527/dk.v8i1.7359

Rajagukguk, M. (2022). Hubungan Pengetahuan Pola Asuh dan Pola Makan pada Balita. In Journal
of Social and Cultural Anthropology) (Vol. 7, Issue 2).
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos

Riadi, M. (2020). Komunikasi Terapeutik (Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Prinsip dan Teknik).
Kajianpustaka.Com.

Ridho, M. (2020). Teori Motivasi Mc Clelland Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran PAI. Jurnal
Studi Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 8(1), 2–16. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/palapa

Rifa’i Abubakar. (2021). Pengantar Metodologi Penelitian (M. A. Dr. Drs. H. Rifa’i Abubakar, Ed.).
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.

Rika Sarfika, Esthika Ariani Maisa, & Windy Freska. (2018). Buku Ajar Keperawatan Dasar 2
Komunikasi Terapeutik (Ikhsanul Anwar, Dyans Fahrezionaldo, & Safriyani, Eds.; Ikhsanul
Anwar). Andalas University Press.

Rizki Romadhon, Yardi Saibi, & Narila Mutia Nasir. (2020). Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Jakarta Timur. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika
Journal of Pharmacy, Vol 6 No 1, 94–103.

Sari, N., & Purnama, A. (2019). Aktivitas Fisik dan Hubungannya dengan Kejadian Diabetes Melitus.
Jurnal Kesehatan, 1(2).

Saryanto, Andria Ningsih, Mohammad Rudiyanto, Fitri Nasution, Nurhikmah, Yuan Badrianto,
Novia Sandra Dewi, Ria Kasanova, Aditya Wardhana, Hariyanto R. Djatola Djampagau, & Alfi
Rochmi. (2021). Teori Motivasi (M. M. Dr. Hartini. SE., Ed.). CV. MEDIA SAINS
INDONESIA.

Syaftriani, Afina Muharani, Kaban, Ani Rahmadhani, Siregar, Maya Ardilla, Haryanti Butar-Butar, &
Maria. (2023). Hubungan Motivasi Diri Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II. Journal Healthy Purpose, 2(1), 85–90. https://doi.org/10.56854/jhp.v2i1.178

Syarif Hidayatullah, M., Khotimah, H., & Adi Nugroho, S. (2020). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Puskesmas Tapen Kabupaten Bondowoso.
Jurnal Keperawatan Profesional (JKP), 8.
Vene Aulia Wulandari. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Peningkatan
motivasi Kesembuhan Pasien Di DPM Dr. Andre Sidoarjo. Skripsi.

Widiasari, K. R., Made, I., Wijaya, K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe 2: Faktor
Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicina Journal, 1, 114–120.
https://doi.org/https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006
69

LAMPIRAN
70

Lampiran 1 Bukti Bimbingan Skripsi


71
72
73

Lampiran 2 Surat Pengantar permohonan Studi Pendahuluan Suku Dinas Kesehatan


74

Lampiran 3 Permohonan Menggunakan Kuesioner Penelitian Sebelumnya


75

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian


76

Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian


77

Lampiran 6 Bukti Seminar Proposal


78

Lampiran 7 Bukti Ujian Skripsi


79

Lampiran 8 Dokumentasi Pengambilan Data


80

Lampiran 9 Lembar Persetujuan

INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan
mahasiswa STIKes Medistra Indonesia Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) atas
nama Afifah Indah Sari yang berjudul “Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Motivasi Sembuh Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan
Cakung.”
Saya memberikan persetujuan ini atas kehendak sendiri. Saya telah memahami bahwa
penelitian ini tidak merugikan saya, tidak memberi dampak buruk terhadap saya dan
segala informasi dan identitas saya akan dirahasiakan oleh peneliti sebagai responden.
Bekasi,........................2023
Responden

( )
81

Lampiran 10 Karateristik Responden

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada


Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Cakung

Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik


perawat dengan motivasi sembuh pada pasien diabetes melitus. Saya mengharapkan
ketersediaan anda sebagai responden untuk mengisi setiap pertayaan yang diajukan
dengan sejujur-jujurnya. Bacalah petunjuk kuesioner sebelum mengisi.

a. Data Responden
Petunjuk Pengisian :
1. Lembar di isi oleh responden.
2. Pilih jawaban yang sesuai dengan memberi tanda (√)
3. Apabila ada yang kurang jelas, bisa bertanya kepada peneliti.

Data Demografi Pasien

1. Nama (Insial Nama) :


2. Jenis Kelamin : ( ) Laki – laki
( ) Perempuan

3. Usia : ( ) 35-45
( ) 46-50
( ) 51-55
( ) 56-60

4. Pendidikan : ( ) SD
( ) SMP
( ) SMK
( ) Perguruan Tinggi
( ) Tidak Sekolah

5. Pekerjaan : ( ) Wiraswasta
( ) Wirausaha
( ) Ibu Rumah Tangga (IRT)
( ) Tidak Bekerja
( ) Dan lain lain
82

Lampiran 11 Kuesioner Komunikasi Terapeutik

b. Lembar Kuesioner Komunikasi Terapeuik Perawat


Petujunjuk pengisian:
Berikut terdapat sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku sehari-hari.
Dimohon untuk dibaca dan dipahami setiap pertanyaan sebelum menjawab, kemudian
pilih salah satu dari empat pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Dalam
pilihan jawaban tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Berilah tanda (√) pada
jawaban yang anda pilih.
Berikut pilihan jawaban, antara lain:
1. Jika pertanyaan Tidak Sering dengan kondisi anda
2. Jika pertanyaan Jarang dengan kondisi anda
3. Jika pertanyaan Kadang-kadang dengan kondisi anda
4. Jika pertanyaan Sering dengan kondisi anda

No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering


Serin kadang
g
Tahap Pra Orientasi
1. Perawat sudah mengetahui tentang
penyakit/keadaan anda sebelum
bertemu dengan anda
2. Perawat sudah mengetahui tindakan
yang akan dilakukan
3. Perawat bersikap tenang dan baik
saat bertemu dengan pasien
4. Perawat melengkapi alat yang akan
dilakukan tindakan
Tahap Orientasi
5. Perawat memberikan salam dan
memperkenalkan diri saat bertemu
dengan anda
6. Perawat menanyakan nama anda
7. Perawat menanyakan keluhan yang
dialami anda
8. Perawat menanyakan persetujuan
saat melakukan tindakan
9. Perawat menjaga privasi anda saat
melakukan tindakan
Tahap Kerja
10. Perawat menjelaskan tindakan yang
akan dilakukan kepada anda
11. Perawat menawarkan bantuan
kepada anda saat mengalami
kesulitan
12. Perawat selalu menjaga kontak mata
83

pada pasien saat melakukan tindakan


13. Perawat selalu terseyum atau ramah
saat melakukan tindakan
14. Perawat menjelaskan dan
mengajarkan tentang pendidikan
kesehatan kepada anda
Tahap Terminasi
15. Perawat menanyakan keadaan anda
setelah dilakukan tindakan
16. Perawat memberitahukan kepada
anda tindakan selanjutnya
17. Perawat memberikan motivasi
kepada anda setelah tindakan
18. Perawat selalu mengucapkan salam
kepada anda ketika mengakhiri
tindakan
84

Lampiran 12 Kuesioner Motivasi Sembuh

c. Lembar Kuesioner Motivasi Sembuh


Petujunjuk pengisian:
Berikut terdapat sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku sehari-hari.
Dimohon untuk dibaca dan dipahami setiap pertanyaan sebelum menjawab, kemudian
pilih salah satu dari empat pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Dalam
pilihan jawaban tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Berilah tanda (√) pada
jawaban yang anda pilih.
Berikut pilihan jawaban, antara lain:
1. Jika pertanyaan Tidak Sering dengan kondisi anda
2. Jika pertanyaan Jarang dengan kondisi anda
3. Jika pertanyaan Kadang-kadang dengan kondisi anda
4. Jika pertanyaan Sering dengan kondisi anda
Indikator Motivasi Sembuh No Pernyataan
Kepatuhan Minum Obat 1,2,3,4,5,6,7
Pola Makan 8,9,10,11,12,13,14,15,16,
Aktivitas Fisik 17,18,19,20

No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering


Sering kadang
1. Saya selalu minum obat
sesuai anjuran dari perawat
2. Saya ketika berpergian dari
rumah selalu membawa obat
3. Jika saya merasakan kondisi
tubuh baik, saya tidak minum
obat
4. Saya merasakan bosen setiap
hari harus minum obat
5. Saya dijelaskan oleh perawat
tentang cara minum obat
6. Saya pernah lupa minum obat
7. Saya selalu minum obat tepat
waktu
8. Saya setiap makan
mengkonsumsi sayur sesuai
anjuran dari perawat
9. Saya mengkonsumsi makanan
yang mengandung vitamin
dan proterin seperti telor, ikan
dan daging
10. Saya diingatkan oleh petugas
agar tidak makan berat di atas
jam 9 malam
11. Saya suka mengkonsumsi
85

makanan rebusan seperti


singkong, jagung dan lain-lain
12. Setiap hari saya makan 3 kali
13. Ketika saya makan selalu
menjaga jarak antara makan
sekarang dan berikutnya
14. Saya ketika lapar
mengkonsumsi cemilan yang
mengandung rendah gula
15. Saya selalu mengurangi
makanan yang manis secara
berlebihan
16. Saya makan dengan porsi
sedikit dan sesering mungkin
17. Saya diingatkan petugas
untuk berolahraga minimal 1
minggu sekali
18. Saya setiap pagi berjalan
santai selama 15 menit
19. Saya melakukan aktivitas
fisik ringan seperti menonton
tv, memasak, mencuci, dan
mengemudikan kendaraan.
20. Saya setiap 1 minggu sekali
selalu olahraga
86

Lampiran 13 Uji Validitas Kuesioner Motivasi Sembuh


87

Lampiran 14 Hasil Uji Reliabelitas Motivasi Sembuh


88

Lampiran 15 Master Tabel

1. Karateristik Responden

No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan


Kelamin
1 Ny. K 2 4 1 3
2 Ny. E 2 4 1 2
3 Ny. S 2 4 4 3
4 Ny. M 2 3 1 3
5 Ny. A 2 3 3 3
6 Ny. M 2 2 1 1
7 Ny. E 2 1 1 3
8 Ny. L 2 4 1 3
9 Ny. S 2 3 1 3
10 NY. E 2 3 1 3
11 Ny. D 2 1 2 3
12 Tn. S 1 4 3 4
13 Tn. S 1 4 1 4
14 Ny. M 2 3 3 4
15 Tn. S 1 3 1 1
16 Ny. B 2 3 3 4
17 Tn. K 1 3 3 4
18 Ny. S 2 2 1 4
19 Tn. H 1 3 2 3
20 Ny. R 2 4 3 2
21 Ny. J 2 3 3 3
22 Ny. R 2 2 1 3
23 Ny. I 2 4 2 3
24 Tn. S 1 3 1 2
25 TN. D 1 3 1 4
26 Ny. N 2 3 2 3
27 Ny. M 2 4 1 1
28 Tn. Z 1 3 2 4
29 Ny. A 2 3 1 3
30 Ny. B 2 2 2 3
31 Tn. A 1 4 1 4
32 Tn. T 1 4 1 4
33 Ny. S 2 3 3 4
34 Ny. S 2 2 3 3
35 Ny. S 2 3 2 3
36 Ny. R 2 1 3 3
37 Ny. Y 2 2 3 4
38 Ny. S 2 3 1 3
39 Ny. E 2 4 1 3
40 Ny. M 2 2 1 3
41 Ny. S 2 3 1 3
89

42 Tn. A 1 2 3 2
43 Ny. S 2 4 1 3
44 Tn. S 1 3 2 3
45 Ny. M 2 2 3 3
46 NY.R 2 2 4 2
47 Ny. N 2 3 2 3
48 Tn. M. 1 3 2 1
49 Ny.M 2 4 2 3
50 Ny. A 2 2 3 3
51 Ny. I 2 2 1 3
52 Tn. M. 1 3 3 4
53 Tn. K 1 2 2 2
54 Ny. T 2 4 1 3
55 Ny. K 2 4 2 3
56 Ny. L 2 3 4 3
57 Tn. D 1 4 2 4
58 Ny. E 2 3 1 3
59 Ny. H 2 3 1 3
60 Tn. E 1 2 3 1
61 Ny. S 2 3 2 3
62 Ny. S 2 2 1 3
63 Ny. E 2 3 3 3
64 Ny. P 2 3 1 3
65 Ny. N 2 3 5 2
66 Ny. R 2 3 1 3
67 Ny. S 2 2 2 3
68 Ny. M 2 1 3 3
69 Ny. K 2 3 1 3
70 Ny. T 2 3 1 1
71 Ny. S 2 1 1 3
72 Ny. W 2 2 2 3
73 Ny. T 2 3 3 2
74 Tn. U 1 3 1 4
75 Ny. A 2 2 1 4
76 Ny. A 2 3 2 1
77 Tn. M. 1 2 1 2
78 Ny. E 2 3 2 1
79 Tn. E 1 1 3 1
80 Tn. S 1 2 2 1
81 Tn. S 1 1 1 1
82 Tn. P 1 3 1 4
83 Ny. D 2 3 2 3
84 Tn. B 1 2 2 4
90

2. Variabel Independen

Jumlah
Responde P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 Total
n
1 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 67
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 69
3 4 3 4 2 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 3 2 3 4 42
4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 67
5 3 4 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62
6 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 66
7 4 4 1 2 2 4 1 2 4 2 3 1 1 1 2 3 2 3 42
8 4 4 1 2 2 3 3 1 4 1 2 4 3 2 2 2 3 1 44
9 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
10 2 1 1 3 2 4 2 3 2 4 3 1 2 3 1 4 2 3 43
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 70
12 2 4 1 1 2 2 4 1 4 2 1 1 4 3 4 3 4 1 44
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 70
14 3 3 1 2 3 2 2 3 1 4 1 1 2 4 3 2 3 4 44
15 1 4 4 1 2 4 2 1 1 4 2 4 2 1 3 2 4 2 44
16 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 67
17 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70
18 4 4 1 2 2 4 1 2 4 2 3 1 1 1 2 3 2 3 42
19 4 4 1 2 2 4 1 2 4 2 3 1 1 1 2 3 2 3 42
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 71
21 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 69
91

22 4 4 1 2 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 63
23 4 4 3 4 2 1 1 4 1 3 2 2 2 1 2 2 4 2 44
24 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70
25 4 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 2 1 3 2 1 4 2 42
26 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 67
27 4 4 4 4 2 3 2 2 1 3 2 3 1 1 2 2 1 3 44
28 4 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 67
29 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 1 1 3 2 1 2 1 2 43
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
32 4 4 4 4 1 2 1 2 4 2 2 2 1 1 3 1 3 1 42
33 2 1 3 4 1 2 1 3 4 1 4 2 2 2 4 2 4 2 44
34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
36 4 2 2 1 2 2 4 1 4 1 4 4 1 2 3 2 2 1 42
37 4 4 4 4 2 1 3 1 1 2 1 2 2 4 1 2 3 2 43
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
39 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
40 4 4 4 3 1 3 4 1 1 2 3 3 1 2 1 3 1 1 42
41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
42 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 71
45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
46 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
92

48 4 4 1 2 2 4 1 2 4 2 3 1 1 1 2 3 2 3 42
49 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 69
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
51 4 1 2 4 1 2 1 2 3 2 1 3 2 3 2 4 3 2 42
52 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
53 2 2 2 4 1 4 2 4 2 4 1 2 1 2 1 4 3 2 43
54 4 3 4 2 2 3 1 3 3 1 4 1 3 2 4 1 2 1 44
55 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70
56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
57 4 4 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 64
58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
59 2 3 2 4 1 2 4 1 3 1 3 2 3 2 4 2 3 1 43
60 3 3 2 1 2 3 2 4 2 3 1 1 2 3 1 4 1 3 41
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 66
62 3 4 1 3 2 3 2 1 2 1 2 1 4 1 3 4 4 2 43
63 2 1 3 3 4 2 4 3 2 2 1 2 2 3 1 3 1 4 43
64 4 3 2 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 64
65 3 4 4 3 4 1 4 3 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 61
66 2 4 1 1 3 1 2 4 1 3 3 1 4 2 3 3 2 1 41
67 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3 56
68 2 3 1 3 3 2 2 4 2 4 2 2 2 1 2 2 4 2 43
69 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 66
70 4 3 4 3 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 62
71 4 4 3 4 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 61
72 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 63
73 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 62
93

74 3 4 3 3 3 2 2 1 2 1 2 1 4 2 3 2 4 1 43
75 4 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 2 1 4 3 3 2 3 54
76 3 4 1 3 1 2 1 1 3 2 4 1 4 2 1 4 3 4 44
77 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 63
78 1 3 2 2 4 2 4 1 2 2 1 4 1 3 2 4 1 3 42
79 2 3 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 1 3 4 4 3 60
80 3 4 4 1 1 4 1 4 2 1 2 4 1 1 2 4 3 2 44
81 1 1 4 2 4 1 3 1 2 3 2 3 4 2 4 1 2 3 43
82 4 3 4 2 2 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 62
83 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 60
84 3 3 2 2 1 4 4 2 1 4 1 2 3 3 1 1 4 3 44
94

3. Variabel Dependent
Jumlah
Tota
Responde P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
l
n
1 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 2 2 4 4 4 3 4 71
2 4 4 3 4 2 2 1 2 2 4 3 3 4 3 4 2 4 2 3 2 58
3 1 3 1 1 2 3 2 4 2 1 1 4 1 1 2 2 2 2 3 1 39
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 77
5 4 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 68
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 76
7 4 4 3 4 2 2 1 2 2 4 3 3 4 3 4 2 4 2 3 2 58
8 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
9 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
10 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 74
11 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
12 4 4 3 4 2 2 1 2 2 4 3 2 4 3 4 2 4 2 3 2 57
13 1 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 70
14 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
15 4 4 3 4 2 2 1 2 2 4 3 2 4 3 4 2 4 2 3 2 57
16 3 2 2 1 2 4 2 4 1 4 1 2 2 4 1 2 2 4 3 2 48
17 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 73
18 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
19 4 4 3 4 2 2 1 2 2 4 3 2 3 3 4 2 4 2 3 2 56
20 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
21 1 3 1 4 1 4 4 4 1 2 2 3 4 4 2 4 4 2 3 1 54
22 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 72
95

23 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
24 1 4 4 4 3 4 3 4 1 2 2 1 2 4 2 4 2 4 3 3 57
25 4 4 4 4 1 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 73
26 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 75
27 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
28 4 4 3 4 2 2 1 2 2 4 3 2 3 3 4 2 4 2 3 2 56
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 3 4 75
30 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 73
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 76
32 1 2 4 4 4 4 1 2 1 1 4 1 2 1 4 4 4 4 3 4 55
33 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
34 2 3 4 4 4 4 3 4 2 3 2 3 1 3 4 4 4 4 1 4 63
35 4 2 1 4 3 1 1 4 4 2 2 1 1 2 4 4 1 3 4 4 52
36 4 1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 1 4 68
37 4 1 2 4 2 4 2 4 2 4 3 3 2 1 4 2 3 4 4 4 59
38 4 1 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 71
39 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 1 4 4 3 4 4 2 3 4 4 68
40 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
41 1 2 4 4 4 4 1 2 1 1 4 1 2 1 4 4 4 4 3 4 55
42 4 4 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 72
43 2 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 3 1 4 4 4 4 4 1 4 67
44 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 3 2 2 2 1 36
45 1 2 4 4 4 4 1 2 1 1 4 1 2 1 4 4 4 4 3 4 55
46 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 74
47 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 74
48 4 2 2 4 3 4 2 3 1 1 2 3 3 4 3 4 4 1 4 3 57
96

49 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 3 2 2 2 1 36
50 1 2 2 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69
51 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75
52 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 72
53 4 4 1 4 4 4 3 2 4 2 2 3 4 1 4 4 4 1 4 4 63
54 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 3 2 2 2 1 36
55 1 2 4 4 4 4 1 2 1 1 4 1 2 1 4 4 4 4 3 4 55
56 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 76
57 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 3 2 2 2 1 36
58 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 1 3 1 4 1 1 3 1 4 2 38
59 4 2 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 71
60 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 73
61 4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 4 2 2 2 1 37
62 2 1 1 2 4 2 1 1 4 1 3 1 3 2 1 1 4 2 2 1 39
63 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 1 3 1 4 1 1 3 1 4 2 38
64 1 4 2 4 4 4 2 4 1 4 1 3 4 1 4 4 1 4 2 4 58
65 3 4 4 4 2 4 2 2 3 2 1 1 1 3 3 4 4 4 3 3 57
66 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 69
67 3 1 2 2 3 2 2 1 2 1 2 1 3 1 2 2 4 1 1 1 37
68 2 1 2 3 1 1 3 4 2 3 1 3 1 4 3 3 1 1 1 2 42
69 3 4 2 4 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 1 2 2 4 59
70 1 4 4 2 2 3 3 1 1 4 3 3 4 2 1 1 2 4 3 2 50
71 1 3 1 2 3 1 3 2 1 3 1 1 1 1 3 4 2 1 2 1 37
72 1 4 4 2 3 4 1 3 1 2 1 3 2 3 2 3 1 3 3 3 49
73 3 3 1 3 2 1 1 1 3 3 1 1 4 4 3 2 3 3 3 3 48
74 3 3 2 3 1 4 2 2 3 4 1 1 2 3 3 3 3 3 4 2 52
97

75 1 4 1 1 2 3 2 3 1 1 2 2 1 1 1 4 2 3 3 3 41
76 1 1 1 3 3 2 2 1 1 3 3 3 1 3 1 2 4 4 3 3 45
77 1 3 3 4 3 3 1 2 1 3 1 2 1 1 2 4 3 1 4 3 46
78 4 4 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 1 4 3 61
79 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 72
80 1 4 3 4 2 3 2 3 1 1 2 3 1 1 4 2 2 3 1 1 44
81 3 1 1 4 3 2 3 2 3 1 1 1 1 2 1 1 3 4 4 3 44
82 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 70
83 4 4 2 3 3 4 2 4 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 68
84 1 3 1 3 2 1 4 1 3 4 2 3 1 1 2 1 2 1 2 1 39
98

Lampiran 16. Analisis Univariat

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 35-45 7 8.3 8.3 8.3
46-50 21 25.0 25.0 33.3
51-55 39 46.4 46.4 79.8
56-60 17 20.2 20.2 100.0
Total 84 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency 8Percent Valid Percent Percent
Valid SD 38 45.2 45.2 45.2
SMP 22 26.2 26.2 71.4
SMA/SMK 20 23.8 23.8 95.2
Perguruan Tinggi 3 3.6 3.6 98.8
Tidak sekolah 1 1.2 1.2 100.0
Total 84 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Wiraswasta 11 13.1 13.1 13.1
Wirausaha 9 10.7 10.7 23.8
IRT 46 54.8 54.8 78.6
Tidak Bekerja 18 21.4 21.4 100.0
Total 84 100.0 100.0
99

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Komunikasi Terapeutik * 84 100.0% 0 0.0% 84 100.0%
Motivasi Sembuh
100

Lampiran 17 Lampiran Analisis Brivariat


101

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Data Diri
Nama Lengkap : Afifah Indah Sari
Usia : 22 Tahun
TTL : Jakarta, 13 Juli 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kp. Buaran Rt 005/ Rw 002 Kel. Cakung Timur
Kec. Cakung. Jakarta Timur 13910
No. HandPhone : 0895703102868
Email : afifahindah10595@gmail.com

b. Riwayat Hidup
SD : SDN 06 CAKUNG BARAT
SMP : SMPN 193 Jakarta Timur
SMA : SMK Dinamika Pembangunan 2 Jakarta
Perguruan Tinggi : STIKes Medistra Indonesia Kota Bekasi
102

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, kita memuji-Nya, dan meminta

pertolongan, pengampunan serta petunjuk kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah

dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapatkan petunjuk

dari Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya dan barang siapa yang sesat

maka tidak ada pemberi petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain

Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Semoga doa,

shalawat tercurah pada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW,

keluarganya, dan sahabat serta siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Aamiin.

Persembahan tugas akhir ini dan terima kasih saya ucapkan untuk:

1. Terimakasih untuk diriku sendiri bisa bertahan sampai dititik sekarang, kamu

hebat dan luar bisa bisa lewati ini semua.

2. Terkhusus kepada ibu dan ayah tercinta yang dengan penuh keyakinan hati

banyak berkorban demi keberhasilan anaknya, terdengar atau pun tidak do’a nya

dan ucapan kalian anak mu tetap yakin bahwa segala urusan ini dipermudahkan

oleh Allah itu berkat andil dan keridaan kalian berdua.

3. Terimakasih untuk kakakku tersayang Amalia Nurhayati yang telah menemani

saat pengerjaan, dukungan, dan doa mu membuat adik mu dapat mengerjakan

dengan baik

4. Terimakasih kepada “kamu” yang telah memberikan support dan semangat dari

awal kuliah hingga di titik sekarang, menemani mengerjakan skrpsi di waktu


103

luang, dan menjadi tempat cerita keluh kisah saya selama awal kuliah hingga

sekarang.

5. Terimakasih kepada anabul saya yang memberikan mood saya selalu stabil dan

nemenin penyusunan skripsi ini.

6. Terimakasih kepada partner yang bernisisal R.A & D.A.N yang telah

memberikan support dan semangat selama mengerjakan skripsi ini

7. Terimakasih kepada temen ku khususnya dari awal masuk kuliah sampai selesai

kuliah yang telah sama-sama berjuang sampai di titik ini.

8. Terimakasih kepada teman-teman yang dibelakang layar selama proses

penelitian berlangsung menemi hingga penelitian selesai.

Anda mungkin juga menyukai