Anda di halaman 1dari 117

MINAT MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN INOVASI

JETAR BULIN DI UPT PUSKESMAS PADARINCANG


KABUPATEN SERANG TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh:

NOVIANA NUFUS
195401426566

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
MINAT MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN INOVASI
JETAR BULIN DI UPT PUSKESMAS PADARINCANG
KABUPATEN SERANG TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kebidanan pada


Program Studi Sarjana Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nasional
Jakarta

Oleh:
NOVIANA NUFUS
195401426566

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN SEBELUM SIDANG SKRIPSI

Judul Skripsi : Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Inovasi


Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2020
Nama Mahasiswa : Noviana Nufus
NPM : 195401426566

Menyetujui:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dewi Kurniati, S.Si.T, M.Keb Putri Azzahroh, S.ST,M.Kes

ii
HALAMAN PERSETUJUAN SETELAH SIDANG SKRIPSI

Judul Skripsi : Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Inovasi


Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2020
Nama Mahasiswa : Noviana Nufus
NPM : 195401426566

Menyetujui:
Penguji I : (……………………)

Penguji II : Dewi Kurniati, S.Si.T, M.Keb (……………………)

Penguji III : Putri Azzahroh,S.ST,M.Kes (……………………)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

MINAT MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN INOVASI


JETAR BULIN DI UPT PUSKESMAS PADARINCANG
KABUPATEN SERANG TAHUN 2020

Oleh:
NOVIANA NUFUS
195401426566

Telah dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nasional
Pada tanggal .. Februari 2021

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dewi Kurniati, S.Si.T, M.Keb Putri Azzahroh, S.ST,M.Kes

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Dr. Retno Widiowati, M.Si

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Noviana Nufus


NMP : 195401426566
Judul Penelitian : Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Inovasi Jetar Bulin
di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun
2020

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi lain.

Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Jakarta, Februari 2021

(Noviana Nufus)

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semua

umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi rahmat dan

karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Minat

Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas

Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020”.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu

pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang besar saya

mengucapkan „Alhamdulilahirobilalamin‟ beserta terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati, M.Si.

2. Ka. Program Studi Ilmu Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Nasional Dr. Vivi Silawati, S.ST,.M.KM

3. Dewi Kurniati, S.Si.T, M.Keb selaku pembimbing 1 yang telah memberi

dorongan, saran dan ilmu dalam proses pembuatan skripsi.

4. Putri Azzahroh, S.ST,M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah bersabar dan

memberikan dukungan penuh dalam pembuatan proposal skripsi saya.

5. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional

yang telah mendidik dan memfasilitasi proses pembelajaran di Kampus

vi
Akhirnya saya sebagai mahluk yang tadak sempurna memohon maaf apabila

ada kesalahan baik secara teknik, format ataupun isi dari skripsi saya. Harapan saya

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

Jakarta, Februari 2021

Penulis

vii
Abstrak

MINAT MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN INOVASI JETAR


BULIN DI UPT PUSKESMAS PADARINCANG KABUPATEN SERANG
TAHUN 2020

Noviana Nufus, Dewi Kurniati, Putri Azzahroh

Latar Belakang: AKI dan AKB masih tidak memenuhi capaian target, sehingga
diperlukan inovasi yang baru untuk menurunkannya. Puskesmas Padarincang
merupakan salah satu wilayah dengan angka kematian ibu dan bayi yang masih
tinggi, beberapa faktor diantaranya yaitu ketakutan biaya yang besar, status
demografis dan geografis yang sulit terjangkau, sehingga akses ke Fasyankes masih
sulit. Upaya yang diharapkan melalui program Jetar Bulin yaitu dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan cakupan Linfaskes dan menurunkan
menurunkan AKI dan AKB.
Tujuan: Mengetahui minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi jetar bulin di
UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020.
Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sampel dalam
penelitian ini adalah orang-orang yang berkaitan langsung dalam program Inovasi
Jetar Bulin dimulai dari tenaga Puskesmas dan ibu bersalin terdiri dari 1 informan inti
dan 5 informan pendukung dengan teknik snowball sampling. Instrumen penelitian
menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi dan observasi. Analisis data
menggunakan model interaktif Miles dan Huberman
Hasil Penelitian: Pelaksanaan inovasi Jetar Bulin dimulai dari adanya sosialisasi dari
tingkat Desa kemudian ke tingkat kecamatan selanjutnya ke lintas program, minat
masyarakat terhadap pelaksanaan inovasi meningkat, kendala yang dialami selama
pelaksanaan inovasi Jetar Bulin yaitu adanya kurangnya tenaga kesehatan khususnya
bidan, kondisi geografis yang sulit dijangkau, sulitnya sinyal dan ketersediaan listrik
yang terbatas.
Kesimpulan dan Saran: Minat masyarakat terhadap pelaksanaan inovasi Jetar bulin
tinggi. Diharapkan program Jetar Bulin dapat dijadikan sebagai contoh bagi
Puskesmas lainnya agar dapat menurunkan AKI dan AKB serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

Kata kunci : minat masyarakat, pemanfaatan inovasi jetar bulin.


Kepustakaan: 39 pustaka (2015 – 2020)

viii
Abstract

COMMUNITY INTEREST IN UTILIZING JETAR BULIN INNOVATIONS AT


THE UPT PADARINCANG PUSKESMAS SERANG REGENCY IN 2020

Noviana Nufus, Dewi Kurniati, Putri Azzahroh

Background: AKI and AKB still do not meet the target achievement, so new
innovations are needed to reduce them. Padarincang Puskesmas is one of the areas
with high maternal and infant mortality rates, several factors including the fear of
high costs, demographic and geographic status that is difficult to reach, so that access
to the health facilities is still difficult. The efforts that are expected through the Jetar
Bulin program are to improve the degree of public health, increase the coverage of
health services and reduce the decrease in MMR and IMR.
Objectives: Knowing the public's interest in the use of jetar bullin innovation at the
UPT Padarincang Puskesmas Serang Regency in 2020.
Methodology: This research is a qualitative descriptive study. The sample in this
study were people who were directly related to the Jetar Bulin Innovation program
starting from the Puskesmas staff and maternity mothers consisting of 1 core
informant and 5 supporting informants with snowball sampling technique. The
research instrument used in-depth interviews, documentation and observation. Data
analysis used an interactive model by Miles and Huberman.
Results: The implementation of the Jetar Bulin innovation started from the
socialization from the village level to the sub-district level to the next cross-program,
the community's interest in implementing the innovation increased, the obstacles
experienced during the implementation of the Jetar Bulin innovation were the lack of
health workers, especially midwives, difficult geographical conditions, difficulty
limited signal and electricity availability.
Conclusion and Suggestion: Public interest in the implementation of Jetar bulin
innovation is high. It is hoped that the Jetar Bulin program can be used as an example
for other Puskesmas in order to reduce MMR and IMR and improve community
health status.

Keywords : public interest, utilization of jetar bulin innovation.


Literature : 39 literature (2015 – 2020)0)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN SEBELUM SIDANG SKRIPSI..................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN SETELAH SIDANG SKRIPSI..................................iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iv
PERNYATAAN............................................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................................vi
ABSTRAK.................................................................................................................viii
ABSTRACT.................................................................................................................ix
DAFTAR ISI.................................................................................................................x
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xiii
DAFTAR SINGKAT..................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7
2.1 Kajian Teori..................................................................................................7
2.1.1 Minat....................................................................................................7
2.1.2 Inovasi...............................................................................................20
2.1.3 Jetar Bulin..........................................................................................33
2.2 Kerangka Teori...........................................................................................42
2.3 Kerangka Konsep........................................................................................42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................43
3.1 Desain Penelitian.........................................................................................43
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................44
3.3 Lokasi dan Waktu Peneltian Penelitian......................................................44
3.4 Instrumen Penelitian...................................................................................45
3.5 Metode Pengumpuan Data..........................................................................45

x
3.6 Analisis Data...............................................................................................46
3.7 Tehnik Pengambilan Data...........................................................................47
3.8 Etika Penelitian...........................................................................................48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................50
4.1 Karakteristik Responden.............................................................................50
4.2 Hasil Penelitian...........................................................................................50
4.3 Pembahasan.................................................................................................60
4.4 Keterbatasan Penelitian...............................................................................68

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rincian Kegiatan Sasaran Khusus dan Cara Melaksanakan Kegiatan Jemput
dan antar ibu bersalin (Jetar Bulin)............................................................35
Tabel 2.2 Rencana Aksi Inovasi Jetar Bulin................................................................37
Tabel 4.1 Karakteristik Informan................................................................................50

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................................42


Gambar 2.2 Kerangka Konsep.....................................................................................42
Gambar 3.1 Model Interaktif Menurut Miles and Hubermen.....................................46
Gambar 4.1 Pengorganisasian Program Jetar Bulin....................................................54

xiii
DAFTAR SINGKAT

AKB : Angka Kematian Bayi


AKI : Angka Kematian Ibu
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
ASI : Air Susu Ibu
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
EMAS : Expanding Maternal and Neo-natal Survival
KB : Keluarga Berencana
LAJU : Layanan Jemput Ibu
LINFASKES : Persalinan di Fasilitas Kesehatan
SAKINA : Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SOP : Standar Operasinal Prosedur
TI : Teknologi Informasi
UPT : Unit Pelayanan Teknis
USAID : United States Agency Development

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari Universitas Nasional

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Penelitian

Lampiran 4 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 6 Instrumen Penelitian

Lampiran 7 Hasil penelitian

Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 Lembar Konsultasi

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


AKI dan AKB menjadi indikator penting keberhasilan pencapaian derajat

kesehatan masyarakat yang optimal untuk suatu bangsa. Angka Kematian Ibu (AKI)

merupakan indikator pembangunan kesehatan dan indikator pemenuhan hak

reproduksi serta kualitas dalam pemanfaatan kesehatan secara umum. Kemampuan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa di ukur dengan tinggi rendahnya

angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan hidup (Lestari, et al.,

2016). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim di gunakan

sebagai indeks pembangunan ekonomi, indikator kualitas hidup dan komponen utama

penentu angka harapan hidup suatu masyarakat (Aeni, 2017).

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten dalam

laporannya tentang Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak (2019) Angka

kematian ibu di ASEAN 2015 menempati posisi kedua setelah Laos. Berdasarkan

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 Angka Kematian Ibu pada tahun 2018 sebesar

205 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu menurut provinsi tahun 2018-

2019 terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu (Kemenkes RI,

2020), sementara itu Provinsi Banten ditemukan 329 kematian ibu, adapun

Kabupaten Serang ditemukan 61 angka Kematian ibu (Dinkes Prov Banten, 2020).

Puskesmas Padarincang merupakan salah satu wilayah yang berada di Kabupaten

Serang ditemukan AKI sebanyak 5 ibu, ternyata tahun 2020 mengalami penurunan

1
menjadi 4 kematian ibu. Penyebab kematian ibu adalah karena perdarahan,

Preeklamsi dan eklampsi serta anemia pada kehamilan, dan komplikasi pada saat

persalinan. (Puskesmas Padarincang, 2020).

Selanjutnya melihat AKB berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2017 ditemukan 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,

2020). Provinsi Banten tahun 2019 ditemukan 523 kematian bayi, Kabupaten Serang

merupakan jumlah terbanyak kasus kematian bayi yaitu sebanyak 228 kematian bayi

(Dinkes Prov Banten, 2020). Sementara itu Puskesmas Padarincang pada tahun 2019

ditemukan 10 kasus kematian bayi dan tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 5

kasus kematian bayi (Puskesmas Padarincang, 2020).

Pemerintah telah berupaya menurunkan angka kematian bayi melalui

Program Expanding Maternal And Neo-natal Survival (EMAS). Program EMAS ini

merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes

RI) dengan United States Agency Develop-ment (USAID) untuk membantu Indonesia

dalam menurunkan AKI. Program ini dilaksanakan di 30 Kabupaten dari 6 Provinsi

di Indonesia yang mempunyai AKI tertinggi salah satunya Provinsi Banten. Melalui

program EMAS ini diharapkan AKI dapat diturunkan sebanyak 25% melalui

perbaikan penatalaksanaan kasus gawat darurat obstetrik. Adapun tujuan program

EMAS adalah meningkatkan kualitas pelayanan gawat darurat di rumah sakit dan

puskesmas serta memperkuat sistem rujukan antar puskesmas dan rumah sakit agar

lebih efisien dan efektif (Cibro, et al., 2016).

Meskipun demikian, ternyata AKI dan AKB masih tidak memenuhi capaian

target, sehingga diperlukan inovasi yang baru agar AKI dan AKB dapat ditekan

2
sehingga mengalami penurunan. Menurut West & Turner (2018) menyebutkan bahwa

ada beberapa faktor yang menjadi beberapa hambatan sekaligus yang menjadi

peluang dalam melakukan inovasi diantaranya komunikasi yang tidak lancar dan

anggaran yang tidak cukup. Sementara itu menurut Fontana dalam Larasati (2015)

menyebutkan bahwa ada beberapa faktor diantaranya organisasi, budaya dan manusia

itu sendiri. Beberapa strategi agar dapat meningkatakan inovasi tersebut menurut

Nurdin (2016) diantaranya yaitu memberikan layanan terintegrasi, pelibatan warga,

menjalin kerjasama, dan memanfaatkan teknologi informastika.

Hasil penelitian dilakukan oleh Sugiharto & Hariani (2016) penemuan ide

inovasi jemput bola dilatar belakangi oleh keprihatinan Bidan Puskesmas II

Punggelan karena tingginya angka kematian ibu. Permasalahan utama dari kasus di

Kecamatan Punggelan adalah terhambatnya pertolongan cepat ibu hamil beresiko

tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan sebagai rujukan oleh bidan

desa. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis Kecamatan Punggelan sebagaidaerah

pegunungan, menjadi hambatan para ibu hamil menuju Puskesmas untuk

mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada meningkatnya kasus kematian ibu di

Kecamatan Punggelan. Inovasi jemput bola ini berjalan melalui mekanisme

kemitraan (pra kelahiran) dan pengaduan (waktu kelahiran).

Puskesmas Padarincang merupakan salah satu wilayah dengan angka

kematian ibu dan bayi yang masih tinggi. Menurut informasi dari Puskesmas

Pandarincag faktor penyebabnya adalah status ekonomi masyarakat di wilayah

Kecamatan Padarincang masih berada di garis kemiskinan sehingga berobat ke

Fasyankes masih merupakan hambatan terbesar bagi masyarakat dengan ketakutan

3
biaya yang besar, status demografis dan geografis Kecamatan Padarincang yang

masih ada beberapa daerah yang sulit terjangkau, sehingga akses ke Fasyankes masih

sulit. Adanya permasalahan tersebut Puskesmas Pandarincang melakukan terobosan

baru berupa inovasi Program Jetar Bulin. Upaya yang diharapkan melalui program

Jetar Bulin yaitu dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan

cakupan Linfaskes dan menurunkan menurunkan AKI dan AKB (Puskesmas

Padarincang, 2020).

Proses pelaksanaannya dimulai adanya informasi dari bidan desa atau kader

yang berada di wilayah tersebut bahwa ada ibu yang akan melahirkan di Puskesmas,

selanjutnya dari Puskesmas akan memerintahkan sopir ambulan untuk

menjemputnya. Sebagai bukti maka dilakukan pendokumentasian. Apabila sudah

selesai proses melahirkannya, maka ibu diantarkan kembali ke rumahnya dengan

menggunakan ambulan yang nantinya dilakukan pendokumentasian kembali.

Setelah adanya program Jetar Bulin, ternyata tahun 2020 angka kematian ibu

dan bayi mengalami penurunan, begitu juga dengan minat masyarakat terhadap

program Jetar Bulin semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari data tahun 2019

dari 152 ibu yang melahirkan di Puskesmas Padarincang, 92 diantaranya

menggunakan program Jetar Bulin, tahun 2020 mengalami peningkatan dimana dari

165 ibu yang melahirkan di Puskesmas Padarincang 149 diantaranya menggunakan

Program Jetar Bulin. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa minat

masyarakat terhadap pemanfaatan Program Jetar Bulin mengalami peningkatan.

4
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Inovasi Jetar

Bulin di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah


Jumlah ibu bersalin yang menggunakan Program Jetar bulin tahun 2020

mengalami peningkatan, adapun kasus kematian ibu dan bayi mengalami penurunan.

Meskipun demikian masih ditemukan berbagai hambatan dalam pelaksanaan program

tersebut, hal ini dapat diketahui dari masih ditemukannya jumlah AKI dan AKB pada

tahun 2020.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah minat masyarakat terhadap

pemanfaatan inovasi jetar bulin di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang

Tahun 2020?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi jetar bulin di

UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pelaksanaan inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang

Kabupaten Serang Tahun 2020.

5
b. Mengetahui minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi jetar bulin di UPT

Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020.

c. Mengetahui kendala yang dilami selama pelaksanaan inovasi Jetar Bulin di UPT

Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Kepentingan Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat menambah acuan atau pengetahuan dalam

bidang kesehatan khususnya asuhan kebidanana pada ibu bersalin agar dapat

menurunkan angka kematian pada ibu bersalin.

b. Bagi Instansi Terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi tentang

minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi Jetar Bulin dan kendala yang

dilami selama pelaksanaan inovasi Jetar Bulin sehingga bisa ditemukan solusi

agar dapat meningkatkan kembali program tersebut sehingga AKI dan AKB

dapat menurun sehingga tidak ditemukan angka kematian ibu dan bayi di wilayah

tersebut.

c. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat pentingnya melaksanakan

pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan agar dapat meningkatkan

kesejahteraan ibu dan bayi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Minat
2.1.1.1 Pengertian Minat
Menurut Ikbal (2017) menyatakan minat adalah keinginan yang didorong oleh

suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta

mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. Sedangkan menurut

Suryabrata (2018) definisi minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya.

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.

Menurut Stiggins (1994) dalam Ikbal (2017) menyatakan bahwa minat

merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan dalam

kehidupan seseorang. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-

dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi

pikiran dan tindakan seseorang. Dimensi afektif ini mencakup tiga hal penting yaitu

(1) berhubungan dengan perasaan mengenai obyek yang berbeda; (2) perasaan-

perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke kubu yang

berlawanan, tidak positif dan tidak negatif; (3) berbagai perasaan yang memiliki

intensitas yang berbeda, dari kuat ke sedang ke lemah.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat adalah

sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang mereka

7
inginkan bila mereka bebas memilih. Minat juga merupakan suatu perangkat mental

yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka dan rasa

takut karena minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons yang

tertarik pada situasi atau obyek.

2.1.1.2 Ciri-Ciri Minat


Minat memiliki ciri-ciri dan karakteristik tertentu yang akan membedakan

dengan pengertian lain seperti motivasi,dan dorongan emosional lainnya. Menurut

Crow & Crow (2015) ciri-ciri minat antara lain:

a. Perhatian terhadap obyek yang diminati secara sadar dan spontan, wajar tanpa

paksaan. Faktor ini ditunjukkan dengan perilaku tidak goyah oleh orang lain

selama mencari barang yang disenangi. Artinya tidak mudah tebujuk untuk

berpindah ke selainnya.

b. Perasaan senang terhadap obyek yang menarik perhatian. Faktor ini ditunjukkan

dengan perasaan puas setelah mendapatkan barang yang diinginkan.

c. Konsistensi terhadap obyek yang diminati selama obyek tersebut efektif bagi

dirinya.

d. Pencarian obyek yang diminati, faktor ini ditunjukkan dengan perilaku tidak

putus asa untuk mengikuti model yang diinginkan.

e. Pengalaman yang didapat selama perkembangan individu dan bersifat bawaan,

yang dapat menjadi sebab atau akibat dari pengalaman yang lalu, individu

tertarik pada sesuatu yang diinginkan karena pengalaman yang dirasa

menguntungkan bagi dirinya.

8
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa minat diperoleh dari adanya

konsistensi terhadap obyek secara sendiri, spontan, wajar dan tanpa paksaan. Adanya

konsistensi tersebut diperoleh dari pengalaman yang diperoleh selama masa

perkembangan individu dan tidak bersifat bawaan.

Lebih lanjut Purwanto (2018) menyatakan bahwa proses terjadinya suatu

minat terdiri dari:

a. Motif (alasan, dasar, pendorong).

b. Perjuangan motif, sebelum mengambil pada batin terdapat beberapa motif yang

bersifat luhur dan disini harus dipilih.

c. Keputusan, inilah yang sangat penting berisi pemilihan antara motif yang ada,

meninggalkan kemungkinan yang lain sebab tidak mungkin seseorang

mempunyai macam keinginan pada waktu yang sama.

2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Minat


Crow & Crow (2015) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi

minat belajar peserta didik, yaitu:

a. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan

b. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat atau

lingkungan.

Sesuai dengan pendapat Miflen & Miflen (2017) yang menyatakan bahwa

faktor yang dapat mempengaruhi minat, baik dari individu maupun lingkungan

masyarakat, yaitu:

a. Faktor dorongan dari dalam (internal), merupakan faktor yang berhubungan

dengan dorongan fisik, motif, mempertahankan diri dari rasa lapar, rasa takut,

9
rasa sakit dan sebagainya. Menurut Muhibbin (2017) faktor internal tersebut

adalah pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

b. Faktor motif sosial, merupakan faktor yang membangkitkan minat untuk

melakukan aktifitas demi memenuhi kebutuhan sosial.

c. Faktor emosional atau perasaan. Faktor ini dapat memacu minat individu, apabila

menghasilkan emosi atau perasaan senang, perasaan ini akan membangkitkan

minat dan memperkuat minat yang sudah ada.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Ismani (2017) yaitu:

a. Faktor keluarga

Minat seorang anak sedikit banyak dipaengaruhi oleh orangtuanya, dalam

hal ini berkenaan dengan sifat-sifat yang berhubungan dengan kemampuan

menyerap pengetahuan atau sesuatu yang berwujud ketrampilan.

b. Meningkatkan pengetahuan

Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan,

keterampilan serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Sehingga

orang selalu ingin mengembangkan dirinya baik melalui pendidikan maupun

pelatihan.

c. Tuntutan pekerjaan

Pekerja yang melihat kemungkinan akan dipromosikan, merasa jauh lebih

puas dengan pekerjaannya dibandingkan pekerja yang tidak memiliki

kesempatan tersebut. Pekerja yang berorientasi pada karier mampu bekerja

sampai batas kemampuannya untuk meningkatkan ketrampilan dan

10
mengorbankan diri dalam waktu dan usaha dengan harapan mencapai

keberhasilan.

d. Mendapat legislasi

Legislasi adalah ketetapan hukum yang mengatur tentang hak-hak dan

kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan, legislasi

mengendalikan mutu pendidikan dan praktek. Sedangkan lisensi adalah kegiatan

administrasi yang dilakukan profesi atau Departemen Kesehatan berupa

penerbitan Surat Izin Praktek bagi profesional diberbagai tatanan layanan

kesehatan

e. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi seseorang untuk

mengambil keputusan termasuk dalam masalah pendidikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat bersifat

pribadi yang berkembang dimulai sejak kanak-kanak yang tertanam dalam diri

individu ataupun dari lingkungan masyarakat.

2.1.1.4 Karakteristik Minat


Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Terbentuknya

minat diawali oleh perasaan senang dan sikap positif. Hajah (2018) menjelaskan

bahwa terdapat tiga karakteristik minat, yaitu sebagai berikut:

a. Minat menimbulkan sikap positif daru suatu obyek.

b. Minat adalah sesuatu yang menyenangkan dan timbu dari suatu objek.

c. Minat mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan dan

kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.

11
2.1.1.5 Unsur-Unsur Minat
Menurut Nasir (2016) seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila

individu itu memiliki beberapa unsur antara lain:

a. Perhatian

Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian,

yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek, jadi

seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek yang pasti perhatiannya akan

memusat terhadap sesuatu obyek tersebut.

b. Kesenangan

Perasaan senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda akan

menimbulkan minat pada diri seseorang, orang merasa tertarik kemudian pada

gilirannya timbul keinginan yang dikehendaki agar obyek tersebut menjadi miliknya.

Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk

mempertahankan obyek tersebut.

c. Kemauan

Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan

yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu

perhatian terhadap suatu obyek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat

individu yang bersangkutan.

2.1.1.6 Cara Pembentukan Minat

12
Minat pada dasarnya dapat dibentuk dalam hubungannya dengan obyek. Hal

yang paling berperan dalam pembentukan minat selanjutnya dapat berasal dari orang

lain, meskipun minat dapat timbul dari dalam dirinya sendiri. Adapun pembentukan

minat menurut Elsa (2017) dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Memberikan informasi yang seluas-luasnya, baik keuntungan maupun kerugian

yang ditimbulkan oleh obyek yang dimaksud. Informasi yang diberikan dapat

berasal dari pengalaman, media cetak, media elektronik.

b. Memberikan rangsangan, dengan cara memberikan hadiah berupa barang atau

sanjungan yang dilakukan individu yang berkaitan dengan obyek

c. Mendekatkan individu terhadap obyek, dengan cara membawa individu kepada

obyek atau sebaliknya mengikutkan individu-individu pada kegiatan-kegiatan

yang diselenggarakan oleh obyek yang dimaksud.

d. Belajar dari pengalaman.

2.1.1.7 Cara Memunculkan Minat


Ernawati (2016) menjelaskan bahwa minat seseorang dapat dimunculkan

dengan cara-cara sebagai berikut.:

a. Membangkitkan suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau.

c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan yang lebih baik.

Menurut Friedman (2018) kebutuhan, pengalaman-pengalaman masa lampau

dan kesempatan mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kebutuhan

13
Manusia sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik.

Teori kebutuhan manusia memandang manusia memandang manusia sebagai

suatu keterpaduan, keseluruhan yang terorganisir yang mendorong untuk

memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar dipandang sebagai

tekanan internal sebagai hasil dari perubahan keadaan sistem dan tekanan

internal sebagai hasil dari perubahan keadaan sistem dan tekanan ini dinyatakan

dengan perilaku untuk mencapai tujuan sehingga terpenuhinya kebutuhan.

b. Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Pengalaman dapat diperoleh saat bekerja, sekolah dan

informasi pengalaman orang lain. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dengan memecahkan permasalahan yang

dialami pada masa lalu. Semua pengalaman pribadi merupakan pengalaman

pribadi merupakan sumber pengalaman kehidupan, namun tidak semua

pengalaman pribadi menuntut seseorang mencari kesimpulan dengan benar.

Untuk dapat menerima kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan

berpikir kritis dan logis.

c. Mendapat hasil yang lebih baik

Mendapat hasil yang lebih baik dalam hal ini adalah mendapat tambahan

pengetahuan dan keterampilan.

2.1.1.8 Cara Mengukur Minat

14
Menurut Friedman (2018) mengemukakan bahwa seseorang yang menemukan

suatu obyek dan dapat berhubungan maka ia menaruh minat terhadap obyek tersebut.

Adapun cara mengukur minat tersebut yaitu:

a. Menanyakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan yang paling disenangi baik yang

bersifat tugas maupun bukan tugas. Meskipun cara ini mengandung kelemahan

tetapi besar kegunaannya dalam lapangan pendidikan dan sangat bermanfaat

apabila digunakan dengan tepat dan disertai dengan pendekatan yang baik

kepada subyek yang bersangkutan.

b. Mengobservasi secara langsung atau dengan mengetahui hobi serta akttifitas-

aktifitas lain lain yang banyak dilakukan subyek (Manifest Interest).

c. Menyimpulkan dari tes obyektif. Nilai-nilai yang tinggi obyek atau masalah

biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut. Perlu

diperhatikan meskipun hal ini sering terjadi akan tetapi tidk selalu bersifat

demikian (Tested Interest).

d. Menggunakan alat yang distandarisir. Minat dengan menyatakan kepada subyek

yang bersangkutan, subyek senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktifitas

atau sesuatu yang dinyatakan (Inventoried Interest).

2.1.1.9 Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak

merasakan sakit sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakit

tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru

akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Menurut Notoadmodjo (2018)

respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:

15
a. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa. Alasannya adalah keadaan tersebut tidak

mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka

beranggapan bahwa tanpa bertindak apa pun gejala yang dideritanya akan lenyap

dengan sendirinya.

b. Tindakan mengobati sendiri, dengan alasan bahwa orang tersebut percaya kepada

diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasar pengalaman-pengalaman yang lalu

usaha pengobatan sendiri sudah mendatangkan kesembuhan.

c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Masyarakat

yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya daripada

gangguan-gangguan fisik. Sehingga pengobatan yang dilakukan lebih

berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat daripada hal-hal yang dianggapnya

masih asing. Pengobatan tradisional menduduki tempat teratas dibandingkan

pengobatan lainnya.

d. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obatan ke warung obat dan

sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan

pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk

dikontrol.

e. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan

pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke

dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit.

f. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh

dokter praktek.

16
Berdasarkan uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat

terhadap sehat-sakit berbeda-beda. Persepsi masyarakat berhubungan erat dengan

perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan memengaruhi atas

dipakai atau tidak dipakainya fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang didukung dengan

peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencarian

pengobatan, maka hasil tersebut telah dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan

kesehatan medis.

Perilaku merupakan tindakan dan kegiatan yang dilakukan seseorang dan

sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu

berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang

bersangkutan, tidak dapat disangkal bahwa faktor-faktor perilaku sangat besar

mempengaruhi kesehatan perorangan dan masyarakat (Kalangi, 2018). Secara lebih

terinci perilaku kesehatan mencakup:

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

berespon secara pasif (mengetahui, bersikap mempersepsikan penyakit dan rasa

sakit pada dirinya dan diluar dirinya), maupun aktif sehubungan dengan penyakit

dan sakit yang meliputi:

1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

2) Perilaku sehubungan dengan pencegahan penyakit.

3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan

4) Perilaku sehubungan dengan pemeliharaan kesehatan.

17
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap

sistem pelayanan kesehatan baik modern maupun tradisional. Perilaku ini

menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas

kesehatan dan obat-obatan

2.1.1.10 Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Wijayanti (2018) menjelaskan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan

adalah interaksi antara konsumen dan provider, yang dipengaruhi oleh faktor sosial

budaya, organisasi, faktor yang berkaitan dengan konsumen dan faktor yang

berkaitan dengan provider, mencakup:

a. Faktor sosial budaya menentukan pada pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Penggunaan pelayanan kesehatan juga ditentukan oleh budaya, etnik atau ras

tertentu, dan social network yaitu dimana keluarga, sanak famili, teman ikut

menentukan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dukungan keluarga dan

tokoh masyarakat dalam hal ini berhubungan dengan perilaku ibu dalam

pemafaatan pelayanan kesehatan.

b. Faktor organisasi yang didalamnya terkait dengan interaksi pengguna jasa

dengan provider yang berkaitan dengan jumlah dan jenis sumber daya dalam

memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

c. Lokasi fasilitas kesehatan dengan tempat tinggal konsumen berkaitan dengan

jarak, waktu tempuh, biaya transportasi dan keterbatasan waktu yang berkaitan

dengan akomodasi dan jam buka pelayanan kesehatan.

18
d. Faktor social accessibility berhubungan dengan karakteristik non spasial dan

non-temporal suatu sumber daya yang dapat mendukung dan menghambat

pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh :

1) Penerimaan pasien terhadap pelayanan kesehatan, yang dipengaruhi oleh

faktor psikologi, sosial budaya dan sikap pasien terhadap pemberi pelayanan

atau sebaliknya.

2) Cara memberikan pelayanan yang berdampak terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan misalnya bentuk pelayanan.

3) Faktor konsumennya sendiri, yaitu :

a) Faktor sosial demografi meliputi umur, sex, ras dan suku bangsa (etnik),

status perkawinan dan status sosial ekonomi yang meliputi pendidikan,

pekerjaan dan penghasilan

b) Faktor sosial psikologi yaitu persepsi seseorang terhadap sakit dan sikap

perilaku terhadap pelayanan medis dan penyakit yang

mempengaruhinya.

c) Minat, persepsi perilaku dan kepercayaan berpengaruh terhadap

pencarian pengobatan pertama pada seseorang.

Menurut Anderson (1968) dalan Suwarno (2018) faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yang menggambarkan model

sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan yaitu:

a. Karakeristik predisposing (predisposing characteristic). Karakteristik ini

menggambarkan bahwa setiap individu cenderung memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang berbeda-beda disebabkan karena adanya perbedaaan ciri

19
demografi (Umur, jenis kelamin, status perkawinan), serta keyakinan bahwa

pelayanan kesehatan tersebut dapat menolong menyembuhkan penyakit termasuk

didalamnya nilai-nilai terhadap kesehatan dan sakit, serta terhadap pelayanan

kesehatan dan pengetahuan tentang penyakit.

b. Karakteristik pendukung (enabling characteristic). Faktor ini menggambarkan

kemampuan individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan termasuk

didalamnya sumber daya keluarga (tingkat pendapatan asuransi kesehatan, dst)

sarta sumber daya masyarakat (ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan).

c. Karakteristik kebutuhan (need characteristic). Kebutuhan merupakan dasar dan

stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor

predisposing dan enabling ada. Komponen need dibagi menjadi dua kategori

yaitu perciev (persepsi seseorang terhadap kesehatan) dan evaluated (gejala dan

diagnosa penyakit).

2.1.2 Inovasi
2.1.2.1 Pengertian Inovasi
Kata inovasi berasal dari bahasa inggris innovation berarti perubahan. Inovasi

dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk

menemukan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan input, proses, dan output serta

dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Inovasi yang berkaitan dengan

input diartikan sebagai pola-pola pemikiran atau ide manusia yang disumbangkan

pada temuan baru. Adapun inovasi yang berkaitan dengan dengan proses banyak

20
berorientasi pada metode, teknik ataupun cara bekerja dalam rangka menghasilkan

sesuatu yang baru. Selanjutnya, inovasi yang berkaitan dengan output berdasarkan

definisi tersebut lebih ditujukan pada hasil yang telah dicapai terutama penggunaan

pola pemikiran dan metode atau teknik kerja yang dilakukan. Ketiga elemen dalam

inovasi tersebut sesungguhnya membentuk suatu kesatuan yang utuh (Makmur &

Rohana, 2015).

Secara umum inovasi seringkali diterjemahkan sebagai penemuan baru,

namun sebenarnya aspek kebaruan dalam inovasi sangat ditekankan untuk inovasi

sangat ditekankan untuk inovasi pada sektor swasta maupun indusstri. Sektor publik

lebih ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan dari kegiatan inobasi tersebut

yaitu pemerintah mampu memberikan pelayan publik secara lebih efektik efisien dan

berkualits, murah dan terjangkau (Wijayanti & Sari, 2018).

Definisi dari inovasi itu sendiri menurut Ancok & Suroso (2015) adalah

pengenalan dan penerapan dengan sengaja gagasan, proses, produk dan prosedur

yang baru pada unit yang menerapkannya dirancang untuk memberikan keuntungan

bagi individu, kelompok, organisasi maupun masyarakat luas. Suwarno (2018)

mendefinisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan , praktek atau objek/benda

yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau

kelompok untuk diadopsi.

Ada tiga kunci sukses organisasi untuk melakukan inovasi secara efektif yang

disebutkan oleh Anatan & Ellitan (2019) yaitu:

a. Enterprenueral strategi yaitu berani mengambil resiko, melakukan pendekatan

bisnis yang proaktif dan komitmen manajemen.

21
b. Struktur organisasi yaitu dengan struktur yang lebih fleksibel, adanya disiplin

interfungsional, dan orientasi pada tim kerja lintas fungsional.

c. Iklim organisasi, yaitu iklim yang promotif dan terbuka kekuasaan dalam

organisasi disebarkan tidak terpusat pada jenjang atas dan memberikan sistem

imbalan yang efektif.

2.1.2.2 Tujuan Inovasi


Coyne (1973) dalam Nurdin (2016) mengatakan bahwa inovasi dilakukan

dengan tujuan menurunkan tingkat biaya, meningkatkan efisiensi, menyampaikan

kualitas yang baik pada harga yang sesuai, kemungkinan memperoleh provit dan

pertumbuhan. Inovasi merupakan upaya mempertahankan keberadaan organisasi

dalam lingkungan. Adanya inovasi organisasi ini diharapkan dapat menanggapi

kompleksitas lingkungan terutama dalam persaingan yang ketat dan menciptakan

sumber-sumber bagi keunggulan bersaing. Hal tersebut dapat dicapai melalui 1)

pengenalan teknologi baru, 2) aplikasi baru dalam produk dan pelayanan, 3)

penyumbangan pasar baru, 4) pengenalan bentuk baru organisasi.

2.1.2.3 Sumber Inovasi


Menurut West dan Turner (2018), inovasi berasal dari kreatifitas ide-ide baru.

Inovasi adalah penerapan ide-ide tersebut secara actual dan praktek. Hal-hal yang

dapat merangsang inovasi adalah:

a. Tantangan dalam lingkungan organisasi

b. Tekanan yang kuat pada kualitas baik dalam maupun akhir suatu layanan

c. Perusahaan yang telah memperkenalkan dan mengembangkan kerja tim yang

efektif lebih besar kemungkinan untuk berinovasi.

22
d. Adanya tuntutan kebutuhan prosedur yang dirancang secara cermat untuk

memastikan kerja gabungan yang efektif.

e. Adanya komunikasi dan koordinasi antar departemen

f. Dukungan manajerial berupa keinginan personil untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan ide-ide mulai cara-cara baru yang baik.

g. Adanya asumsi-asumsi dasar organisasi yang terbuka untuk dikritisi

h. Partisipasi dan hubungan antar anggota organisasi

Menurut Nurdin (2016) sumber- sumber inovasi dapat diciptakan melalui:

a. Penciptaan iklim yang kondusif, apabila ide karyawan disambut, kontribusinya

dihargai, maka hal ini akan memicu organisasi untuk kreatif

b. Menerima kesalahan, apabila ide kreatif dan pemikiran yang berani merupakan

elemen yang penuh resiko, jangan menghukum sebuah kesalahan dari ide kreatif.

c. Komunikasikan seluruh komitmen personil

d. Menyusun tujuan, mematuhinya.

2.1.2.4 Jenis Inovasi dalam Sektor Publik


Menciptakan inovasi harus bisa menentukan inovasi seperti apa yang

seharusnya dilakukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan agar inovasi tersebut

dapat berguna dan bertahan lama. Jenis-jenis inovasi menurut Robertso ndalam

Nugroho (2017) diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam

menciptakan inovasi layanan kesehatan, jenis-jenis inovasi tersebut antara lain:

23
a. Incremental innovation to radical innovation (ditandai oleh tingkat perubahan,

perbaikan incremental terhadap produk, proses layanan yang sudah ada).

b. Topdown innovation to bottom-up innovation (ditandai oleh mereka yang

mengawali proses dan mengarah kepada perubahan perilaku dari top manajemen

atau organisasi atau institusi didalam hirarkhi, bermakna dari para pekerja

ditingkat bawah seperti pegawai negeri, pelayan masyarakat, dan pembuat

kebijakan di level menengah).

c. Need led innovations anda efficiency-led innovation (ditandai apakah inovasi

proses telah diawali untuk menyelesaikan masalah spesifik atau agar produk,

layanan atau prosedur yang sudah ada lebih efisien).

2.1.2.5 Karakteristik Inovasi


Secara umun inovasi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian. Menurut

Suwarno (2018) inovasi organisasi sebagai gagasan atau perilaku baru dalam

organisasi dapat berupa produk atau jasa yang baru,teknologi yang baru,teknologi

proses,sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota

organisasi. Penerapan inovasi memiliki atribut yang melekat didalam inovasi tersebut.

Atribut inovasi antara lain sebagai berikut:

a. Keuntungan relatif, sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih

dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada nilai kebaruan yang

melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang

lain;

b. Kesusaian, inovasi juga mempunyai sifat kompatibel dan sesuai dengan inovasi

yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta

24
dibuang begitu saja,selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit,namun

juga inovasi yang lama menjadi bagian proses transisi ke inovasi terbaru.selain

itu juga dapat memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap

inovasi itu secara lebih cepat.

c. Kerumitan dengan sifatnya yang baru,maka inovasi mempunyai tingkat

kerumitan yang boleh menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi

sebelumnya. Namun demikian,karena sebuah inovasi menawarkan cara yang

lebih baru dan lebih baik,maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak

menjadi masalah penting.

d. Kemungkinan dicoba, inovasi hanya bisa diterima apabila telah terujidan terbukti

mempunyai keuntungan atau nilai lebih dibandingkan dengan inovasi

lama.sehingga sebuah produk inovasi harus melewati fase “uji coba”,dimana

setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari

sebuah inovasi.

e. Kemudahan diamati, sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi

bagaimana sebuah inovasibekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

f. Aspek penting lainnya dalam kajian inovasi adalah berkenaan dengan level

inovasi yang mencerminkan variasi besarnya dampak yang ditimbulkan oleh

inovasi yang berlangsung.

2.1.2.6 Proses Inovasi


Menurut Rogers dalam Suwarno (2018), proses inovasi bagi organisasi

berbeda dengan proses yang terjadi secara individu. Sebagai sebuah organisasi, sektor

publik dalam mengadopsi produk inovasi akan melalui tahapan sebagai berikut :

25
a. Initiation (Perintisan)

Tahapan perintisan terdiri atas fase agenda setting dan matching. Ini

merupakan tahapan awal pengenalan situasi dan pemahaman permasalahan yang

terjadi dalam organisasi. Pada tahapan agenda setting ini dilakukan proses

identifikasi dan penetapan prioritas kebutuhan dan masalah. Fase selanjutnya

adalah matching atau penyesuaian. Pada tahapan ini permasalahan telah

teridentifikasi dan dilakukan penyesuaian atau penyetaraan dengan inovasi yang

hendak diadopsi.

b. Implementation (Pelaksanaan)

Tahapan ini, perintisan telah menghasilkan keputusan untuk mencari dan

menerima inovasi yang dianggap dapat menyelesaikan permasalahan organisasi.

Tahapan implemenasi ini terdiri atas fase redefinisi, klarifikasi dan rutinisasi.

Pada fase redefinisi, baik inovasi maupun organisasi meredefinisi masing-masing

dan mengalami proses perubahan untuk saling menyesuaikan. Fase klarifikasi

terjadi ketika inovasi sudah digunakan secara meluas dalam organisasi dan

mempengaruhi seluruh elemen organisasi dalam keseharian kerjanya. Fase

rutinisasi adalah fase di mana inovasi sudah diangap sebagai bagian dari

organisasi.

2.1.2.7 Dimensi Inovasi


Wijayanti & Sari (2018) dimensi inovasi yang dikembangkan dalam sektor

public terdiri dari:

26
a. Inovasi yang melibatkan perubahan karakteristik dan rancangan (desain) produk-

produk jasa dan proses-proses produksi termasuk pembangunan, penggunaan dan

adaptasi teknologi yang relevan.

b. Inovasi delivery termasuk cara-cara baru atau cara yang diubah dalam

menyelesaikan masalah, memberikan layanan atau berinteraksi dengan klien

untuk tujuan pemberian layanan khusus.

c. Inovasi administrative dan organisasional- termasuk cara-cara baru atau cara

yang diubah dalam mengorganisasi kegiatan dalam organisasi supplier.

d. Inovasi konseptual dalam pengertian memperkenalkan misi baru, pandangan,

tujuan strategi dan rationale baru.

e. Inovasi interaksi sistem cara-cara baru atau yang diubah dalam berinteraksi

dengan organisasi lain.

2.1.2.8 Peluang dan Hambatan Inovasi


Menurut West & Turner (2018), inovasi berasal dari kreatifitas ide-ide baru.

Inovasi adalah penerapan ide-ide tersebut secara actual dan praktek. Hal-hal yang

dapat merangsang inovasi adalah:

a. Tantangan dalam lingkungan organisasi.

b. Tekanan yang kuat pada kualitas baik dalam proses maupun akhir suatu layanan.

c. Perusahaan yang telah memperkenalkan dan mengembangkan kerja tim yang

efektif lebih besar kemungkinan untuk berinovasi.

27
d. Adanya tuntutan kebutuhan prosedur yang dirancang secara cermat untuk

memastikan kerja gabungan yang efektif.

e. Adanya komunikasi dan koordinasi antar departemen.

f. Dukungan manajerial yang berupa keinginan personil untuk mengembangkan

dan mengimplementasikan ide-ide mulai cara-cara baru yang lebih baik.

g. Adanya asumsi-asumsi dasar organisasi yang terbuka untuk dikritisi.

h. Partisipasi dan hubungan antar anggota organisasi.

Disamping faktor pendukung menurut Nurdin (2016) dalam praktek inovasi

program, juga terdapat faktor-faktor menjadi kendala yaitu:

a. Inovasi program sebagai hal baru.

b. Partisipasi masyarakat belum maksimal.

c. Kolaborasi belum efektif.

d. Pemberdayaan warga belum maksimal.

e. Keterbatasan potensi

Adapun beberapa hambatan sekaligus yang menjadi peluang dalam

melakukan inovasi menurut West & Turner (2018) adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi yang tidak lancar

Saluran-saluran komunikasi yang tersumbat, tidak mengalir secara utuh

menyebabkan interpretasi atau penafsiran ganda. Apabila kondisi seperti ini

berlangsung dalam sebuah organisasi atau masyarakat dapat dipastikan akan

menghambat perkembangan inovasi yang dilakukan oleh manusia sebagai

anggota organisasi atau anggota masyarakat. Begitupun sebaliknya, apabila

saluran komunikasi mengalir dengan lancar tanpa mengalami sumbatan menjadi

28
peluang emas bagi manusia dalam melakukan aktivitas mengembangkan inovasi

yang dapat melahirkan kebanggaan terhadap dirinya sendiri dan sanjungan dari

orang lain.

b. Anggaran yang tidak cukup

Sudah menjadi pendapat umum, bahwa keberhasilan merupakan segala

kegiatan manusia, baik sebagai anggota masyarakat maupun anggota organisasi

pemerintahan ataupun swasta yang menjadi keluhan adalah terbatasnya anggaran.

Keberhasilan kegiatan untuk menciptakan inovasi tidak datang begitu saja,

melainkan harus dikerjakan melalui proses kegiatan yang memakan waktu lama

dan perlu keseriusan yang sungguh-sungguh dalam rangka pencapaian suatu

inovasi yang telah direncanakan.

Kedua faktor penghambat tersebut sekaligus menjadi faktor peluang dalam

rangka menciptakan inovasi setiap anggota masyarakat pada umumnya dan anggota

organisasi pada khususnya.

Selanjutnya menurut Fontana dalam Larasati (2015) menyebutkan bahwa ada

beberapa faktor yang dapat merangsang inovasi dalam organisasi.

a. Organisasi membutuhkan orang-orang dan kelompok-kelompok yang kreatif

dalam organisasi.

b. Faktor budaya, dimana budaya berperan penting dalam merangsang dan

memelihara inovasi.

c. Faktor manusia, dimana organisasi perlu melakukan investasi dalam

pengembangan sumber daya manusia yang ada pada organisasi melalui pelatihan

dan pengembangan, pendamping coaching.

29
Meninjau pentingnya inovasi organisasi dalam mempertahankan keberadaan

dan meningkatkan kemajuan organisasi maka organisasi diharapkan dapat

menciptakan lingkungan kerja yang dapat mendorong terjadinya inovasi. Mekanisme

terkait pengambilan keputusan inovasi menurut Saud, et al (2017) terdiri atas lima

tahap, yaitu: pengetahuan (knowledge), persuasi (persuasion), keputusan (decision),

pelaksanaan (implementation), dan konfirmasi (confirmation).

a. Tahap pengetahuan.

Tahap ini, seseorang belum memiliki informasi yang lengkap mengenai

inovasi. Oleh karena itu, inovasi perlu disampaikan melalui berbagai saluran

komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak, maupun

komunikasi interpersonal diantara masyarakat.hal ini diharapkan para calon

adaptor mengetahui informasi yang lengkap terkait inovasi tersebut.

b. Tahap persuasi.

Tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi

secara detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam

tingkat pemikiran calon pengguna/adaptor. Tahap ini akan muncul rasa

menyenangi atau tidak senang terhadap inovasi, dimana rasa senang atau tidak

senang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1)

kelebihan inovasi, (2) tingkat keserasian, (3) kompleksitas, ( 4) dapat dicoba dan

(5) dapat dilihat.

c. Tahap pengambilan keputusan.

30
Setelah mengalami tahan persuasi yang menimbulkan rasa senang atau

tidak senang terhadap inovasi, calon pengadopsi inovasi akan mengali tahap

pengambilan keputusan inovasi. Pada tahap ini individu mengambil konsep

inovasi dan menimbang keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan

memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi tersebut. Ada dua

macam penolakan inovasi, yakni: (a) penolakan aktif yaitu penolakan inovasi

setelah melakukan melalui proses mempertimbangkan untuk menerima atau

mencoba inovasi terlebih dahulu dan (b) penolakan pasif yakni penolakan inovasi

tanpa pertimbangan sama sekali.

d. Tahap implementasi.

Tahap implentasi, pengadopsi mulai mengadopsi inovasi tersebut.

Pengguna inovasi akan menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari

informasi lebih lanjut tentang hal itu. Tahap ini merupakan tahap dimana

pengadopsi akan mengambil keputusan untuk mengadopsinya terus menerus

hingga menjadi sebuah rutinitas atau hanya diimplentasikan sementara waktu.

e. Tahap konfirmasi.

Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari

penguatan terhadap keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang

kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi

setelah melakukan evaluasi atau malah sebaliknya, yang awalnya menerima

kemudian berhenti/menolak inovasi dengan alasan – alasan tertentu.

2.1.2.9 Strategi Inovasi

31
Suwarno (2018) ada empat macam strategi yang dapat diterapkan di dalam

inovasi, yakni:

a. Strategi fasilitatif (faciliatative strategy)

Strategi fasilitatif merupakan sebuah strategi terkait penyediaan fasilitas

dengan maksud agar progam inovasi tersebut dapat terlaksana dengan mudah dan

lancar. Strategi ini hendaknya disertai dengan program untuk menimbulkan

kesadaran terhadap klien (adaptor) terkait pengadaan fasilitas dan tujuan dari

engadaan tersebut.

b. Strategi pendidikan (re-educative strategy)

Strategi ini merupakan sebuah strategi dengan memberikan penjelasan

terkait inovasi kepada para klien (adaptor) inovasi tersebut. Pemberian fakta

terkait inovasi yang akan diberikan kepada adaptornya akan membantu para

penerima inovasi untuk melakukan tindakan selanjutnya.

c. Strategi bujukan (persuasisive strategy)

Strategi bujukan merupakan suatu strategi dengan cara membujuk para

klien (adaptor) agar meterima inovasi. Strategi ini biasanya digunakan dalam

proses pengampilan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi. Strategi

bujukan juga dianggap sebagai pemberian harapan kepada para penerima inovasi.

Jika harapan-harapan tersebut tidak dapat direalisasikan maka akan berakibat

ketidakpuasan penerima inovasi yang perujung pada penolakan inovasi.

d. Strategi paksaan

32
Strategi paksaan digunakan ketika penguasa/pimpinan menghendaki

seluruh komponen dibawahnya menerima inovasi yang ada. Itu artinya bahwa

inovasi yang dibuat oleh atasan harus diterima oleh seluruh jajaran yang ada

dibawahnya.

Nurdin (2016) menjelaskan inovasi dan analisa praktek yang sukses

menunjukkan bahwa strategi utama didalam sektor pemerintahan yaitu:

a. Memberikan layanan terintegrasi, yaitu Pemerintah menawarkan peningkatan

sejumlah layanan, sehingga warga memiliki harapan yang tidak sederhana untuk

memperoleh layanan yang disediakan disertai kenyamanan.

b. Pelibatan warga, yaitu Pemerintah memiliki kewenangan yang inovatif

mendorong peran warga untuk berpartisipasi guna mensukseskan inovasi, dan

memungkinkan warga untuk mengungkapkan kebutuhannya sekaligus

memastikan inovasi sukses dan berkelanjutan.

c. Menjalin kerjasama/ kolaborasi, yaitu Pemerintah melakukan kolaborasi dengan

Lembaga terkait, Instansi Publik, Swasta, untuk kesamaan cara pandang yang

inovatif dalam memenuhi peningkatan layanan publik.

d. Memanfaatkan Teknologi Informasi (TI), yaitu Pemerintah memberikan layanan

administrasi publik berbasis komputer dan internet untuk mempercepat dan

menyederhanakan warga memperoleh layanan administrasi dan informasi dari

pihak Pemerintah.

2.1.3 Jetar Bulin


2.1.3.1 Pengertian Jetar Bulin

33
Jetar bulin yaitu program inovasi yang bertujuan memudahkan akses bagi ibu

bersalin ke fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu dalam hal ini ke Puskesmas

Kecamatan Padarincang melalui pelayanan jemput dan antar ibu bersalin, sehingga

dapat meningkatkan cakupan Linfaskes dan pada akhirnya akan membantu

menurunkan AKI dan AKB di wilayah Kecamatan Padarincang (Puskesmas

Padarincang, 2018).

2.1.3.2 Latar Belakang Terjadinya Inovasi Jetar Bulin


Puskesmas Kecamatan Padarincang (2020) memiliki 14 desa yang masuk

dalam wilayah kerjanya dengan struktur geografis yang beragam, baik pegunungan

maupun dataran. Masih terdapat beberapa wilayah yang sulit terjangkau dikarenakan:

a. Status ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan Padarincang masih berada di

garis kemiskinan sehingga berobat ke Fasyankes masih merupakan hambatan

terbesar bagi masyarakat dengan ketakutan biaya yang besar.

b. Status demografis dan geografis Kecamatan Padarincang yang masih ada

beberapa daerah yang sulit terjangkau, sehingga akses ke Fasyankes masih sulit.

c. Kurang maksimalnya pencapaian target Linfaskes diakibatkan kesulitan akses ke

Puskesmas.

d. Pencapaian beberapa program essensial yang tidak mencapai target, adanya

kasus- kasus kematian AKI dan AKB yang cukup signifikan serta tingkat

kepuasan masyarakat yang masih rendah, memerlukan suatu program inovasi

yang berbasis peran serta masyarakat agar mampu meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat kecamatan Padarincang.

34
Berdasarkan data dari Puskesmas Padarincang (2020) menimbulkan terjadinya

AKI dan AKB sulit diturunkan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2018 angka kematian

ibu dan angka kematian bayi di puskesmas Padarincang dengan angka kematian ibu 5

orang penyebabnya adalah perdarahan dan kematian bayi 10 orang penyebabnya

mayoritas adalah asfiksia. Adanya kodisi tersebut Puskesmas Padarincang berusaha

melakukan terobosan baru untuk mengurangi AKI dan AKB serta meningkatkan

Linfaskes dengan program inovasi Jetar Bulin.

2.1.3.3 Tujuan Inovasi Jetar Bulin


Berdasarkan Kerangka Acuan Program Inovasi Jemput Antar Ibu Bersalin

(Jetar Bulin) (2020) tujuan dari inovasi Jetar Bulin yaitu:

a. Tujuan Umum

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Padarincang.

b. Tujuan Khusus

1) meningkatkan cakupan LINFASKES diwilayah Kecamatan Padarincang.

2) Membantu menurunkan AKI dan AKB di wilayah Kecamatan Padarincang.

2.1.3.4 Rincian Kegiatan, Sasaran Khusus dan Cara Melaksanakan Kegiatan


Jemput dan antar ibu bersalin (Jetar Bulin)
Tabel 2.1 Rincian Kegiatan Sasaran Khusus dan Cara Melaksanakan Kegiatan Jemput dan
antar ibu bersalin (Jetar Bulin)
No Kegiatan Sasaran umum Rincian Kegiatan Sasaran Cara melaksanakan
Pokok kegiatan

35
A Jemput Tercapainya 1. Menerima laporan Ibu 1.Petugas kesehatan
ibu pelaksanaan dari pelapor (bides, Bersalin menerima laporan dari
bersalin penjemputan ibu kader dan masyarakat) (BULIN) bidan desa, kader
bersalin di wilayah 2. Persiapan alat (alat kesehatan dan keluarga
kecamatan tulis (pena), buku pasien tentang ibu
padarincang register dan alat partus bersalin yang harus
set) dijemput
3. mempersiapkan 2.Petugas kesehatan
kendaraan mempersiapkan mobil
(ambulance) yang ambulance yang akan
akan digunakan menjemput ibu bersalin
penjemputan 3.Petugas kesehatan
4. Melaksanakan menjemput ibu bersalin
penjemputan dari rumah pasien
5.Mendokumentasikan menuju fasilitas
(foto dan mencatat kesehatan (Puskesmas)
dibuku register) 4.Petugas kesehatan
mendokumentasikan
kegiatan Jetar Bulin
dengan mengambil foto
kegiatan dan mencatat
di buku register Jetar
Bulin yang tersedia di
mobil ambulance dan
ruang bersalin (VK)
B Antar ibu Tercapaianya 1. Menilai kondisi pasien Ibu 1.Petugas kesehatan
bersalin kegiatan apakah sudah layak di Bersalin menilai kondisi pasien
pengantaran ibu pulangkan (BULIN) apakah sudah layak
bersalin kembali 2. Pihak keluarga untuk di pulangkan atau
kerumahnya meminta untuk diantar belum
pulang ke rumah 2.Keluarga pasien atau
3. Persiapan alat (alat kader kesehatan
tulis (pena), buku meminta layanan
register) program inovasi Jetar
4. Mempersiapkan Bulin untuk mengantar
kendaraan pasien pulang ke rumah
(ambulance) yang 3.Petugas kesehatan
akan digunakan mempersiapkan mobil
pengantaran ambulance yang akan
5. Melaksanakan mengantar ibu bersalin
pengantaran 4.Petugas kesehatan
6.Mendokumentasikan mengantar pulang ibu
(foto dan mencatat bersalin dari fasilitas
dibuku register) kesehatan (puskesmas)
menuju rumah pasien
5.Petugas kesehatan
mendokumentasikan
kegiatan Jetar Bulin
dengan mengambil foto
kegiatan dan mencatat di
buku register Jetar Bulin
yang tersedia di mobil
ambulance dan ruang

36
bersalin (VK)
Sumber: Puskesmas Padarincang, 2020

2.1.3.5 Monitoring, Evaliuasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan Jetar Bulin


Pemberdayaan masyarakat melalui program inovasi jemput antar ibu bersalin

(Jetar Bulin) dapat meningkatkan capaian kinerja program yang memerlukan

pembinaan dan monitoring berkala untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Dukungan dari lintas sektoral sangatlah diperlukan bagi keberhasilan program inovasi

Ratu Pelita. Jemput antar ibu bersalin (Jetar Bulin) di wilayah Puskesmas kecamatan

Padarincang tahun 2019 ada 92 ibu bersalin yang telah dilayani dengan program Jetar

Bulin, tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 149 ibu bersalin. Monev

dilakukan per 6 bulan sekali, untuk meningkatkan Pelaksanaan program Jetar Bulin

dengan melibatkan peran serta linsek dalam hal ini kader kesehatan. Pencatatan dan

pelaporan tahunan hasil kegiatan program inovasi Jetar Bulin oleh Penanggung jawab

Program Inovasi kepada Kepala Puskesmas (Puskesmas Padarincang, 2020).

2.1.3.6 Matrik Rencana Aksi Inovasi Jetar Bulin


Proses adanya Jetar Bulin dimulai dari perancangan, dilanjutkan dengan

penyusunan, uji coba, implementasi, dan monitoring evaluasi (monev). Adapun

prosesnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Rencana Aksi Inovasi Jetar Bulin


No Tahap Kegiatan Pelaksanaan Waktu Output Metode Biaya
1. Peranca  Transfer Kepala Maret Ide inovasi FGD 1.530.000
ngan ide/Brainstor puskesmas 2019
ming beserta seluruh
staf
2. Penyusu  Pembentukan Kepala Maret  Adanya Tim FGD 1.530.000
nan tim pengelola puskesmas - April Pengelola

37
program beserta seluruh 2019 program
inovasi staf inovasi
 Penjadwalan  SOP dan
launching Kerangka
program Acuan
 Sosialisasi Kegiatan
kepada linsek program
 Penyusunan inovasi
SOP dan “JETARB
Kerangka ULIN “
acuan  Pertemuan
kegiatan dengan
linsek
untuk
sosialisasi
3. Ujicoba  Pelaksanaan Kepala Maret  Terlaksanan ACTION -
program puskesmas 2019 ya kegiatan
JETAR beserta seluruh jemput antar
BULIN karyawan pasien ibu
dengan bersalin
melibatkan sebanyak 10
peran serta orang
linsek dalam
hal ini kader
kesehatan
4. Impleme Launching Kepala April –  Ada nya SK FGD Rp1.225.000
ntasi program puskesmas Juni Tim DAN
inovasi beserta seluruh 2019 Program ACTION
JETAR karyawan dan JETAR
BULIN melibatkan BULIN
Sk dan SOP lintas sektoral  Launching
program program
JETAR inovasi pada
BULIN tanggal 29
Pelaksanaan Mei 2019
program  Ada 39
JETAR orang ibu
BULIN bersalin
dijemput dan
ada 2 orang
ibu bersalin
yang
dijemput dan
diantar

38
Monev Monev Kepala Juli  Ada 58 FGD -
dilakukan per puskesmas dan 2019 orang ibu
6 bulan sekali tim program bersalin
JETAR yang telah
BULIN dilayani
dengan
program
JETAR
BULIN

Pemerintah saat ini untuk menurunkan AKI adalah Program Expanding

Maternal And Neo-natal Survival (EMAS). Program EMAS ini merupakan kerjasama

antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dengan United

States Agency Develop-ment (USAID) untuk membantu Indonesia dalam

menurunkan AKI. Program ini dilaksanakan di 30 Kabupaten dari 6 Provinsi di

Indonesia yang mempunyai AKI tertinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Banten, Sumatera Utara, dan Sula-wesi Selatan. Melalui program EMAS ini

diharapkan AKI dapat diturunkan sebanyak 25% melalui perbaikan penatalaksanaan

kasus gawat darurat obstetrik. Adapun tujuan program EMAS adalah meningkatkan

kualitas pelayanan gawat darurat di rumah sakit dan puskesmas serta memperkuat

sistem rujukan antar puskesmas dan rumah sakit agar lebih efisien dan efektif (Cibro,

et al., 2016).

Adanya permasalahan dalam kondisi geografis dan askes transportasi yang

sulit menjadikan Puskesmas Padarincang AKI dan AKB masih tinggi. Adanya

kendala tersebut, maka Puskesmas Padarincang membuat inovasi Program Jetar

Bulin. Program tersebut sudah dilegalkan berdasarkan Keputusan Kepala Puskesmas

Nomor 800/2019 yang diketuai oleh Ratini dengan anggota terdiri dari bidan

Puskesmas dan 14 Bidan Desa beserta Supir ambulan. Adapun sebagai penanggung

39
jawab yaitu Kepala Puskesmas ibu Melly Siltina. Program rersebut berlaku dimulai

tanggal 1 April 2019. Adanya program tersebut diharapkan dapat menurunkan AKI

dan AKB yangt ada di Puskemas Padarincang.

Penelitian terdahulu dilakukan Angraini et al (2017) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang menyebabkan tingginya angka

kematian di wilayah kerja Puskesmas Sempu yaitu rendahnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya pemeriksaan kehamilan secara berkala, keterlambatan penanganan

yang disebabkan oleh kondisi geografis dan askes transportasi yang sulit, rendahnya

kemampuan masyarakat dalam pembiayaan kehamilan dan persalinan dan masih

tingginya angka pernikahan dini. Adanya latar belakang tersebut dibuatlah program

inovasi pelayanan “SAKINA” di tahun 2014 yang merupakan akronim dari Stop

Angka Kematian Ibu dan Anak. Inovasi tersebut terpusat pada proses pelayanan yaitu

dengan memberikan pelayanan prima dengan model jemput bola dan pendampingan

secara eksklusif pada ibu hamil sejak kehamilan sampai persalinan. Program inovasi

pelayanan SAKINA merupakan ide dari Kepala Puskesmas Sempu yang kemudian

dilegalkan melalui SK Camat Nomor: 445/143/KEP/429.519/2014 tentang Program

“SAKINA” Stop Angka Kematian Ibu dan Anak. Program SAKINA terdapat laskar

atau tim yang bertugas mendampingi dan memantau ibu hamil resiko tinggi. Setiap

desa terdiri atas bidan koordinator desa dan kader SAKINA yang berjumlah 6-7

orang. Inovasi produk, SAKINA mempunyai fasilitas untuk ibu hamil, yaitu: 1)

keberadaan rumah singgah yang gunanya sebagai tempat transit bagi ibu hamil yang

tinggal di dalam hutan, 2) konsultasi gratis dengan dokter spesialis kandungan 1x di

RSUD. Proses pelayanan yang dilakukan berdasarkan prinsip pelayanan yaitu

kemudahan akses. Proses pelayanan setelah adanya pogram inovasi SAKINA yaitu

40
Laskar SAKINA mencari keberadaan ibu hamil. Setelah menemukan ibu hamil, kader

langsung menelpon bidan wilayah/bidan desa, kemudian bidan mendatangi rumah ibu

hamil sesuai dengan informasi dari kader untuk melakukan deteksi awal resiko tinggi

dengan kartu skrining, ketika dalam proses pemeriksaan bidan menemukan keluhan

yang memerlukan cek laboraturium, bidan akan segera menelpon ambulance

puskesmas untuk menjemput ibu hamil dan membawanya ke Puskesmas Sempu.

Inovasi pelayanan pada ibu hamil melalui inovasi SAKINA dilakukan di luar dan di

dalam puskesmas, ketika pelayanan dilakukan di dalam puskesmas pelaksana (tenaga

medis) menggunakan SOP standar yang sudah ada dipuskesmas. Akan tetapi, jika

pelayanan dilakukan di luar puskesmas pelaksana (tenaga medis) beracuan pada SOP

inovasi. Adanya inovasi tersebut AKI dan AKB menjadi menurun.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sugiharto & Hariani (2016) penemuan

ide inovasi jemput bola dilatar belakangi oleh keprihatinan Bidan Puskesmas II

Punggelan karena tingginya angka kematian ibu. Permasalahan utama dari kasus di

Kecamatan Punggelan adalah terhambatnya pertolongan cepat ibu hamil beresiko

tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan sebagai rujukan oleh bidan

desa. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis Kecamatan Punggelan sebagaidaerah

pegunungan, menjadi hambatan para ibu hamil menuju Puskesmas untuk

mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada meningkatnya kasus kematian ibu di

Kecamatan Punggelan. Inovasi jemput bola ini berjalan melalui mekanisme

kemitraan (pra kelahiran) dan pengaduan (waktu kelahiran). Kemitraan adalah

langkah dasar dalam pengumpulan informasi tentang jumlah ibu hamil di Kecamatan

Punggelan dengan bantuan bidan desa. Pengaduan merupakan langkah yang

dilakukan setelah mendapat informasi jumlah ibu yang akan melahirkan.

41
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Susuilawati (2018)

didapatkan bahwa di dalam upaya pelaksanaan peningkatan Kesehatan ibu dan anak

di Puskesmas sempu dengan meningkatkan pemeberdayaan masyarakat dengan

melakukan inovasi program – program kesehatan ibu dan anak diantaranya; Program

SAKINA (Stop Kematian Ibu dan Anak), Generasi Anak Top (Gerakan Memberikan

ASI Ibu dan Anak Tumbuh Optimal) serta Kampung KB. Kegiatan utama dalam

peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak adalah program SAKINA yang dari program itu

terbenyuk pemburu ibu hamil yang dilakukan oleh pedagang Sayur “Mlijo”, Laskar

Ibu hamil yang anggotanya adalah kader dan Layanan Jemput Ibu (LAJU) serta

Kolaborasi engan Bhabinkamtibmas dalam evakuasi ibu hamil di daerah terpencil

dngan medan tersulit. Kesimpulan penelitian ini bahwa dalam pelaksanaan

peningkatan kesehatan ibu dan anak dibutuhkan pemberdayaan masyarakat untuk

dapat berperanserta aktif dalam membantu kesehatan masyarakat, juga dibutuhkan

kerjasama yang baik antara masyarakat, petugas kesehatan, aparat pemerintah dan

petugas terkait yang merupakan pendukung kesehatan misalnya BPJS. Sehingga

upaya yang dilakukan di puskesmas sempu dapat dijadikan contoh dan dapat

diterapkan di Puskesmas lain agar dapat tercapainya peningkatan pelaksanaan

kesehatan ibu dan anak.

42
2.2 Kerangka Teori

Minat ibu ke AKI dan AKB


Strategi inovasi:
faskes menurun
1. Fasilitatif
meningkat
2. Pendidikan
3. Bujukan
4. Paksaan
Program Jetar
(jemput Antar)
Faktor-faktor Bulin
merangsang terjadinya
inovasi:
1. Organisasi
2. Budaya
3. Manusia

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Fontana dalam Larasati (2015), Suwarno (2018), Miflen & Miflen (2017), Puskesmas
Padarincang (2020)

2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, maka kerangka konsep penelitian dapat

digambarkan dalam bentuk kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Minat masyarakat pemanfaatan inovasi jetar bulin

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Bentuk penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mekanisme

kerja penelitian yang berpedoman penilaian subjektif non-statistik atau

nonmatematis, dan ukuran nilai yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah

angkaangka atau skor, melainkan kategorisasi nilai atau kualitasnya (Ibrahim,

2015). Sugiyono (2017) mengatakan bahwa metode penelitian diartikan sebagai

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode alamiah untuk

menganalisis minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi Jetar Bulin.

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada

proses penelitian (Notoatmodjo 2017). Penelitian ini berupa penelitian deskriptif

dimana peneliti tidak menggunakan data angka dalam prosesnya. Penelitian ini

menjelaskan dan menggambarkan bagaimana perilaku dari subjek penelitian.

Hasil dari penelitian ini akan dideskripsikan secara detail termasuk dalam

menyebutkan kata-kata informan.


3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berkaitan langsung

dalam program Inovasi Jetar Bulin dimulai dari tenaga Puskesmas dan masyarakat

yaitu ibu bersalin yang berada di wilayah Puskesmas Padarincang.

Menurut Ibrahim (2015), sumber data dalam penelitian adalah orang,

benda, objek yang dapat memberi informasi, fakta, data, dan realitas yang terkait

atau relevan dengan apa yang dikaji atau diteliti. Sumber data bisa jadi informan,

partisipan, maupun narasumber dalam suatu penelitian. Teknik penentuan

informan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball yaitu suatu metode

untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan

atau rantai hubungan yang menerus dimana peneliti mengambil sampel sebagai

onforman kunci untuk mengetahui data secara rinci dari informan tersebut.

Sampel dalam penelitian ini yaitu dibagi menjadi informan inti dan

informan pendukung. Informan inti terdiri dari Kepala Puskesmas sebagai

penanggung jawab Program dan Ketua Program Jetar Bulin. Adapun informan

pendukung terdiri dari bidan Puskesmas sebanyak 2 orang, dan ibu bersalin

sebanyak 3 orang sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 6

responden.

3.3 Lokasi dan Waktu Peneltian Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten

Serang dengan alasan program tersebut sudah dijalankan sejak bulan April tahun

2019 dengan tujuan untuk menurunkan AKI dan AKB. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan Januari 2021.

45
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang

mana peneliti bertugas menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, analisis data, dan melakukan pengumpulan data. Adapun instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara yang digunakan

untuk metode pengumpulan data melalui wawancara dengan bantuan alat perekam

suara (handphone), kamera dan alat tulis.

3.5 Metode Pengumpuan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara

dalam penelitian ini adalah metode yang paling utama, dimana peneliti

mengumpulkan data berupa kata-kata dari informan melalui dokumentasi,

observasi dan wawancara mendalam. Sasaran pemberi informasi atau informan

dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab

program, bidan dan ibu bersalin.

Adapun metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini menurut Saryono (2016), antara lain:

a. Dokumentasi

Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen

laporan data jumlah ibu bersalin yang melahirkan di Puskesmas Padarincang

dan jumlah ibu bersalin yang menggunakan Jetar Bulin pada tahun 2019 dan

2020.

46
b. Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap program Jetar Bulin pada saat penelitian

berlangsung.

c. Wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan kepada

pemegang program baik pihak puskesmas maupun masyarakat.

3.6 Analisis Data


Teknik pengolahan dan analisis data yang peneliti gunakan pada penelitian

kualitatif yaitu model interaktif Miles dan Huberman (2016).

Gambar 3.1 Model Interaktif Menurut Miles and Hubermen

Ada empat langkah dalam teknis analisis isi (content analysis) model

interaktif menurut Miles and Hubermen (2016) yaitu:

a. Pengumpulan data dengan cara merekam data yang diperoleh dari catatan

lapangan dan wawancara mendalam, kemudian hasilnya diketik pada

transkrip. Selain itu dilakukan observasi langsung dan analisis dokumen.

b. Reduksi data dilakukan dengan membuat rangkuman berdasarkan hal-hal

pokok atau penting. Data yang telah diketik dalam transkrip kemudian dibuat

47
ringkasan untuk mengetahui kekurangan data. Selanjutnya membuat kode

yang kemudian dikelompokkan dalam satu kategori untuk mempermudah

penyajian data.

c. Penyajian data menggunakan bentuk bagan dan teks naratif dengan analisis

isi secara deduktif. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan keabsahan data

karena kasus bersifat kompleks sehingga ada kemungkinan data berkembang.

d. Penarikan kesimpulan sementara ditentukan dari hasil reduksi dan penyajian

data. Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti

lainya oleh peneliti pada saat kembali ke lapangan. Jika data yang diperoleh

memiliki keajegan atau sama dengan data yang telah diperoleh, maka dapat

diambil kesimpulan yang baku. Kesimpulan inilah yang dimuat dalam

laporan hasil penelitian.

3.7 Tehnik Pengambilan Data


Prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti antara lain

meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Tahapan persiapan merupakan tahap awal peaksanaan penelitian.

Peneliti melakukan beberapa hal pada tahap ini antara lain:

1) Studi pustaka dalam penelitian ini, peneliti akan melengkapi data dengan

mengacu pada buku-buku, jurnal, penelitian dan beberapa sumber lain

yang membahas teori tentang manfaat, inovasi dan Jetar Bulin.

48
2) Penyusunan pertanyaan. Peneliti menyusun beberapa pertanyaan yang

berkaitan dengan inovasi jetar bulin, dukungan dan hambatan serta minat

masyarakat terhadap inovasi jetar bulin.

b. Tahapan pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari dengan tehnik

dokumentasi, observasi dan wawancara. Peneliti mencari tahu dokumen apa

saja yang berkaitan dengan program inovasi Jetar Bulin, peneliti juga

melakukan observasi secara langsung pada saat penelitian khususnya yang

berkaitan dengan inovasi jetar bulin, selanjutnya Informan menjawab

pertanyaan sesuai dengan yang diberikan oleh peneliti. Data yang terkumpul

ditampilkan dalam bentuk narasi. Wawancara dalam penelitian ini adalah

metode paling utama, dimana peneliti mengumpulkan data berupa kata-kata

dari infoman melalui wawancara dengan menggunakan perekam suara untuk

memudahkan jalannya penelitian.

3.8 Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek

penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian

tersebut. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan subjek manusia harus

mempertahankan aspek etik dalam kaitan menaruh hormat atas martabat manusia.

Etika penelitian juga mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap

subjek penelitian secara serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi masyarakat

49
(Notoatmodjo, 2017). Komisi Nasional Etika Penelitian Kesehatan menyatakan

bahwa:

a. Beneficence dan non maleficence (Prinsip etik berbuat baik)

Penelitian ini mengupayakan manfaat maksimal dengan risiko

minimal, peneliti mampu melaksanakan penelitian sekaligus mampu menjaga

kesejahteraan subjek penelitian, serta tidak mencelakakan atau melakukan

hal-hal yang merugikan subjek penelitian. Sebelum dilakukan penelitian,

peneliti akan menjelaskan prosedur, tujuan dan manfaat penelitian kepada

subjek.

b. Respect for persons (prinsip menghormati harkat martabat manusia)

Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia

sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan

sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri.

Peneliti menghormati hak subjek penelitian, apakah subjek tersebut bersedia

untuk ikut serta dalam penelitian ini, apabila subjek penelitian setuju maka

diberikan informed consent (lembar persetujuan) pada subjek penelitian.

Selain itu, peneliti merahasiakan identitas subjek dengan melakukan

pengkodean.

c. Justice (keadilan)

Penelitian ini memperlakukan subjek penelitian dengan moral yang

benar dan pantas, memperhatikan hak dari subjek penelitian, serta distribusi

seimbang dan adil dalam hal beban dan manfaat keikutsertaan dalam

50
penelitian. Subjek penelitian ini tidak dibeda-bedakan antara subjek yang satu

dengan subjek yang lainnya.

51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden


Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 6

informan diantaranya Informan inti terdiri dari Kepala Puskesmas sebagai

penanggung jawab Program dan Ketua Program Jetar Bulin. Adapun informan

pendukung terdiri dari bidan Puskesmas sebanyak 2 orang, dan ibu bersalin

sebanyak 3 orang. Karakteristik informan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

No Kode Umur Pendidikan Jabatan Status


Informan Informan
1. I1 48 S2 Kepala Informan Inti
Puskesmas
2. P1 30 D3 Bidan Pendukung
3. P2 30 D3 Bidan Pendukung
4. P3 33 SLTA IRT Pendukung
5. P4 35 SLTP IRT Pendukung
6. P5 38 SLTP IRT Pendukung

Berdasarkan tabel karakteristik informan diatas menunjukan bahwa

penelitian ini dilakukan pada informan dengan usia berkisar dari 30-48 tahun

dengan pendidikan SLTP-S2 dan pekerjaan IRT, Bidan Desa dan Kepala

Puskesmas.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Pelaksanaan Inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2020

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan di UPT

Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang peneliti menggali terkait pelaksanaan

inovasi Jetar Bulin yang dilakukan kepada satu informan inti dan dua informan
pendukung yaitu Kepala Puskesmas dan bidan desa yang bekerja di wilayah

Puskesmas Padarincang. Adapun wawancara yang dilaksanakan diantaranya

tentang dasar pemikiran tercetusnya program inovasi Jetar Bulin, selanjutnya

proses pelaksanaan program Jetar Bulin dan hasil yang didapat setelah adanya

program Jetar Bulin. Berikut ini penjelasan tentang dasar pemikiran tercetusnya

program inovasi Jetar Bulin:

“Terima kasih.. kini Ibu semangat deh menjawabnya tentang


masalah Jetar Bulin. Jadi program ini inovasinya diawali oleh
banyaknya kasus persalinan di desa-desa yang selama ini tidak
tertangani oleh Puskesmas. Jadi kami berupaya untuk membuat
satu terobosan di mana di daerah kita ini di kecamatan
Padarincang ini banyak sekali kampung-kampung yang di gunung
dan di luar jangkauan kendaraan dan dimana Desa belum
mempunyai ambulans desa Jadi kami berupaya untuk menurunkan
AKI dan AKB dan persalinan di nakes dengan membuat inovasi
Jetar Bulin di mana setiap Ibu bersalin melahirkan di faskes, dan
tidak ada lagi alasan tidak ada kendaraan dan tidak ada mobil
untuk membawa ke faskes terdekat.” (I1)

Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan P1 yang mengatakan bahwa:

“Kita awali pertanyaan pertama ya.. mengenai soal Jetar Bulin itu
pada awalnya dirintis di tahun 2018 akhir ya!!.. 2018 akhir itu
dikarenakan kan secara geografis juga Padarincang itu kan
Medannya itu kan pegunungan, perbukitan, banyak medan-medan
tertentu di daerah di atas gunung itu tidak dapat dijangkau oleh
kendaraan roda empat dan banyaknya kasus-kasus kematian ibu
dan anak yang terjadi di kecamatan Padarincang yang kemudian
kita telusuri lagi salah satu yang menjadi pemicunya adalah medan
yang saya sebutkan tadi dan yang kedua adalah kurangnya akses
masyarakat ke Puskesmas. Akhirnya kami berinisiatif membentuk
Jetar Bulin atau Jemput Antar Ibu Bersalin yang memudahkan
akses dari ibu-ibu bersalin untuk menuju Fasilitas Kesehatan
terdekat khususnya ke Puskesmas Padarincang” (P1).

Adanya jawaban singkat tapi padat diutarakan oleh P2 yang mengatakan

bahwa:

“Ya... untuk meningkatkan capaian-capaian layanan kesehatan”


(P2).

53
Sama halnya dengan yang diutarakan oleh P3, P4 dan P5 yang menyatakan

bahwa sebelum adanya inovasi Jetar Bulin proses persalinan dirasa susah dengan

pernyataan sebagai berikut:

“Boro-boro ngalahirkeun ka Puskesmas, da kamimah hente boga


mobil... Hararese.. rek ka Puskesmasnage.. Alhamdulillah saentos
aya Jetar bulin bisa ngalahirkeun di puskesmas, aya nu ngajemput
pisan jadi Alhamdulillah.. (Boro-boro lahiran di Puskesmas.
Soalnya kita nggak punya mobil, susah mau ke Puskesmasnya juga.
Sesudah ada Jetar Bulin.. Alhamdulillah bisa melahirkan di
puskesmas, sudah mah ada yang jemput lagi.. jadi
Alhamdulillah).” (P3)

“Sebelum adanya Jetar Bulin sih susah Bu.. Berangkat ke


Puskesmasnya susah.. kalau udah reaksi cepet.. enggak ada
kendaraan. Kalau sekarang ada yang jemput..” (P4)

Susah Bu kalau ke Puskesmas karena saya kan rumahnya di


pelosok enggak ada kendaraan.” (P5)

Orang-orang yang terlibat dalam program inovasi Jetar Bulin menurut I1

berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut:

“Tim kecil dari inovasi jetar bulin ini adalah dimulai dari
Puskesmas yang dikepalai oleh Kepala Puskesmas sendiri dan
dibawahi oleh bidan Puskesmas oleh bidan koordinator nya dan
langsung dipegang kembali oleh bidan desa masing-masing dan di
bawahnya ada lagi kader kesehatan dan Dukun paraji dan
melibatkan lintas terkait yaitu kepala desa”. (I1)

Pernyataan yang sama diutarakan oleh P1 dengan jawaban bahwa orang-

orang yang terlibat dalam program inovasi Jetar Bulin sebagai berikut:

“Kalau yang terlibat di dalam program kan tadi saya sudah


sebutkan ya.. yaitu ada pihak Puskesmas tentu saja, kemudian
bidan desa tentu saja sebagai motor penggeraknya, kemudian juga
adalah peran serta dari masyarakatnya yaitu dari Camatnya yang
menggerakkan kepala Kepala desanya dan juga ketua RT nya dan
juga para kader kita yang ada di masing-masing desa.” (P1)

Begitu juga menurut informasi dari P2 yang menyatakan bahwa orang-

orang yang terlibat dalam program inovasi Jetar Bulin diantaranya yaitu:

54
“Kader, tokoh masyarakat, bidan desa, juga driver.. juga
penanggung jawab program tabulin” (P2).

Selanjutnya mengenai proses pelaksanaan program Jetar Bulin dijelaskan

oleh I1 sebagai berikut:

“Proses pelaksanaan Jetar Bulin ini di dimulai dengan kita


sosialisasi di tingkat Desa, tingkat kecamatan dan lintas program,
dimana kader kesehatan dan dukun paraji ini dalam memakai
inovasi ini, dimana mereka menghubungi bidan desa atau
puskesmas langsung untuk menjemput ibu hamil untuk dibawa ke
Puskesmas.” (I1).

P1 menjelaskan kembali pendapat di atas dengan jawaban sebagai berikut:

“Dari berbagai diskusi yang kami lakukan kemudian manajemen


Puskesmas mmengulurkan satu program inovasi Jetar Bulin atau
yang disebut Jemput Antar Ibu Bersalin yang di mana kita
launching itu pada tahun 2018 pertengahan. Disitu kami bukan
hanya melibatkan pihak Puskesmas saja tetapi kami lebih banyak
peran serta masyarakat sekitar itu sendiri baik itu dari mustika
Kecamatan Padarincang maksudnya tingkat kecamatan, tingkat
desa, ya itu pak lurah nya, pak Kepala Desanya maksudnya dan
juga kepada para ibu-ibu kader. Di kami juga ada program kader
Ratu Pelita, kami menggerakkan kadar-kadar sebagai media kami
dalam menampung aspirasi atau menampung informasi dari
masyarakat yang membutuhkan Jemput Antar Ibu Bersalin ini.
Misalkan ada seorang ibu di satu desa yang ingin bersalin di
Puskesmas Padarincang jadi akan menghubungi Ibu kadernya, jika
tidak dapat menghubungi Ibu bidan desanya langsung
menghubungi Ibu kadernya, langsung Ibu kadernya yang langsung
akan menghubungi pihak Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas
yang akan menjemput langsung ke rumahnya”. (P1).

Sementara menurut P2 menjelaskan bahwa:

“Jadi ada kader asuh yang menghubungi puskesmas untuk ibu


bersalin yang akan melahirkan”. (P2).

Sama halnya dengan informasi yang diutarakan oleh P3, P4 dan P5 yaitu:

“eta mere nyaho kader heula mang meneleponkeun bu bidan, geus


kitu Eta bu bidan na di telepon ku bu kader, ke bu bidan nu nyusul
kula kadie ka imah make ambulan (Yaitu memberitahu kadar dulu
meminta menelepon bu bidan, sesudah itu Ibu bidan ditelepon oleh
ibu kader, nanti Ibu bidan menyusul Saya kesini ke rumah memakai
ambulans)”. (P3)

55
“Mau ke Puskesmas telepon Ibu bidan, kalau nggak.... telepon ibu
kader nanti ibu kadernya yang nelepon ibu bidan.” (P4)

“Suami ini.. nelepon dulu kader terdekat, terus meminta bantuan,


terus Bu kadernya nelpon bu bidan” (P5).

Sesuai dengan hasil dokumentasi diambil dari lapran kerangka acuan

Program Inovasi Jetar Bulin ditemukan bahwa pengorganisasian dan tata

hubungan kerja diantaranya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

a. Pengorganisasian

Kepala Puskesmas

Wakil Manajemen
Mutu

Ketua pokja UKM

Penanggung jawab
program inovasi

Kader Desa (DESTA) Pendamping desa

Gambar 4.1 Pengorganisasian Program Jetar Bulin

b. Tata hubungan kerja :

Penanggung jawab program inovasi bertugas melakukan koordinasi

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring kegiatan

program inovasi JETAR BULIN di Puskesmas Kecamatan Padarincang.

Penanggung jawab program inovasi bertanggung jawab terhadap ketua pokja

UKM yang akan melaporkan kepada Wakil Manajemen Mutu dalam

56
pelaksanaan kegiatan program inovasi tersebut. Wakil Manajemen Mutu

bersama dengan ketua pokja UKM, penanggung jawab program inovasi dan

pelaksana program, mengadakan rapat koordinasi tiap 6 bulan untuk

memonitor kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan dan mengatasi

permasalahan yang ditemui.

c. Pelaporan :

Penanggung program inovasi melaporkan hasil kegiatan dalam

bentuk laporan kepada ketua pokja UKM yang kemudian dilaporkan kepada

Wakil Manajemen Mutu. Wakil Manajemen Mutu akan melaporkan hasil

kegiatan setiap 6 bulan kepada Kepala Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan di UPT

Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang peneliti menggali terkait pelaksanaan

inovasi Jejat Bulin diawali adanya kasus AKI dan AKB yang disebabkan oleh

kasus persalinannya tidak bisa ditangani oleh Puskesmas yang disebabkan oleh

adanya permasalahan kondisi geografis sehingga dilakukan terobosan baru dengan

melakukan inovasi Jetar Bulin atau jemput Antar ibu bersalin. Proses

pelaksanaannya dimulai dari adanya sosialisasi dari tingkat Desa kemudian ke

tingkat kecamatan selanjutnya ke lintas program. Untuk memonitor kemajuan

dalam pelaksanaan kegiatan dan mengatasi permasalahan yang ditemui tim

inovasi program akan mengadakan rapat koordinasi tiap 6 bulan sekali sehingga

ketika ada permasalahan dapat segera diselesaikan.

57
4.2.2 Minat Masyarakat terhadap Pemanfaatan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020

Adanya inovasi Jetar Bulin ternyata diminati oleh masyarakat, hal ini

dapat dilihat dari adanya peningkatan capaian target jumlah ibu bersalin yang

melahirkan di Fasilitas Kesehatan sesuai dengan hasil wawancara dengan I1

sebagai berikut:

“Alhamdulillah dengan adanya Jetar Bulin ini, target pencapaian


persalinan di faskes untuk tahun 2020 mencapai 90%, di mana di
tahun 2019 pencapaian kami hanya 60%, di mana Alhamdulillah
dengan adanya inovasi ini mendongkrak kesehatan ibu dan bayi
khususnya persalinan di faskes dan menurunkan AKI dan AKB.”
(I1)

Sama halnya dengan informasi dari P1 dan P2 yang menyatakan bahwa:

“Ya... Luar biasa... ternyata cakupan program kesehatan ibu dan


anak kita cukup bagus, signifikan sekali peningkatannya,
persalinan di tingkat fasilitas kesehatan kita bertambah meningkat
cukup tajam, dan alhamdulillah angka kematian ibu dan bayinya
juga ikut menurun.” (P1)
“Peningkatan jumlah ibu bersalin yang melahirkan di fasilitas
kesehatan”. (P2).

Pernyataan tersebut dapat deilihat dari data laporan buku kunjungan Ibu

bersalin yang menggunakan inovasi Jetar Bulin yaitu pada tahun 2019 dari 152

ibu yang melahirkan di Puskesmas Padarincang, 92 diantaranya menggunakan

program Jetar Bulin, tahun 2020 mengalami peningkatan dimana dari 165 ibu

yang melahirkan di Puskesmas Padarincang 149 diantaranya menggunakan

Program Jetar Bulin. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa minat

masyarakat terhadap pemanfaatan Program Jetar Bulin mengalami peningkatan.

Begitu juga adanya penurunan AKI dan AKB simana tahun 2019 ditemukan AKI

sebanyak 5 ibu, ternyata tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 4 kematian

58
ibu. Selanjutnya AKB pada tahun 2019 ditemukan 10 kasus kematian bayi dan

tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 5 kasus kematian bayi.

Sama halnya dengan yang dirasakan oleh P3, P4 dan P5 yang menyatakan

merasa puas terhadap inovasi Jetar Bulin karena dirasa sangat membantu

masyarakat terutama yang tidak mempunyai kendaraan dengan pernyataan

sebagai berikut:

“Alhamdulillah atuh ngabantu eta mah nya Alhamdulillah.... nuhun


pisan (Alhamdulillah justru keluarga saya terbantu,
Alhamdulillah.... terima kasih banyak). Atuh Alhamdulillah...hatur
nuhun tos ngabantu keluarga Abi (Alhamdulillah terima kasih
sudah membantu keluarga saya)” (P3)

“Senang.. puas.. bisa ke bantu Alhamdulillah.. Puas..”. (P4)

“Alhamdulillah senang.. bisa kebantu, karena saya kan rumahnya


di pelosok enggak ada kendaraan jadi Alhamdulillah. Puas..” (P5)

Sebagai penghargaan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan terhadap

Puskesmas Padarincang karena dapat menurunkan AKI dan AKB maka pihak

Puskesmas mendapatkan bantuan ambulan Desa untuk 4 desa. Hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara denganI1 diantaranya sebagai berikut:

“Alhamdulillah e... Dinas Kesehatan terkait khususnya Kabupaten


Serang sangat memberikan apresiasi untuk Puskesmas
Padarincang, di mana inovasi ini secara tidak langsung sangat
membantu program penurunan AKI dan AKB. Jadi mereka
memberikan Applause khusus untuk kita dan alhamdulillah di
tahun 2020 Padarincang mendapatkan bantuan ambulan desa 4
desa...” (I1).

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa minat masyarakat

terhadap pemanfaatan inovasi Jetar Bulin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

capaian target persalinan di fasilitas kesehatan pada tahun 2019 hanya 60%

ternyata pada tahun 2020 meningkat cukup tajam mencapai 90% begitu juga

berdasarkan hasil bahwa angka kematian ibu dan bayi menurun serta dapat dilihat

59
dari adanya kepuasan yang dirasakan oleh ibu bersalin yang menyatakan bahwa

merasa puas dan merasa terbantu setelah adanya cetar gulin terutama pada

keluarga yang tidak mempunyai kendaraan.

4.2.3 Kendala yang Dilami Selama Pelaksanaan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020

Program inovasi Jetar Bulin tidak lepas dari adanya berbagai masalah

beberapa diantaranya yaitu karena kekurangan tenaga kesehatan, sesuai dengan

yang diutarakan oleh I1 sebagai berikut:

“Untuk kendala memang semuanya tidak mungkin tidak ada


kendala. Untuk kendala ini pasti sangat kami rasakan apabila
menjemput ibu bersalin ini, jadi kalau malam hari di mana petugas
yang ada malam harinya hanya 3 orang dan bidan di Puskesmas
juga ada yang melahirkan dan ini satu bentuk kendala yang harus
kami carikan solusinya bagaimana caranya petugas ini tidak
mengganggu pelayanan yang ada di puskesmas, mungkin itu salah
satu kendala yang sangat kami rasakan di saat ini”. (I1)

Sementara itu menurut P2 permasalahannya yaitu karena kondisi

geografis, sulitnya akses internet dan listrik dengan penjelasan sebagai berikut:

“Tentu saja kesulitannya banyak ya.. salah satunya yang sudah


tadi saya sebutkan awal itu, dari medan kita, geografisnya
pegunungan, masih adanya akses-akses di pegunungan itu yang
tidak bisa dilewati oleh mobil dan juga karena aksesnya
pegunungan maka komunikasinya terhambat, kadang-kadang
sinyalnya tidak ada, bahkan listriknya pun tidak ada, hanya di
beberapa waktu saja dan itu betul-betul menghambat sekali dalam
proses Jetar Bulin ini”. (P1)

Pendapat yang lainnya yaitu karena adanya kurang kooperatif dari pihak

keluarga, sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:

“Kesulitan pasti ada mungkin suka ada keluarga yang kurang


kooperatif untuk membawa ke Puskesmas” (P).

Adapun solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut

dilakukan upaya terobosan baru yang diutarakan I1 sebagai berikut:

60
“Setelah kami melakukan evaluasi akhirnya kendala tersebut
dipecahkan dengan solusinya adalah apabila ada ibu bersalin yang
memanggil untuk dijemput, yang berhak menghubungi pasien itu
yang mendatangi adalah bidan desa terkait, jadi bidan desa itu
datang dulu ke rumah si pasien, tinggal ambulans yang datang
menjemput ke rumah si ibu yang akan bersalin, jadi pasien dikawal
oleh bidan desa terkait dan kader beserta paragi yang
mendampingi mereka”. (I1)

Upaya lainnya yangdilakukan oleh bidan desa diantaranya yaitu:

“Ini kalau dari sisi saya ya sebagai bidan desa yang pasti saya
akan melakukan komunikasi secara pribadi dengan kader-kader
saya supaya mereka tetap termotivasi tergerak untuk
menggerakkan masyarakat di sekitarnya untuk mensosialisasikan
kepada masyarakat disekitarnya kalau kami punya program Jetar
Bulin sehingga masyarakat itu tahu dan mereka tidak perlu lagi
bingung soal akses ke Puskesmas dan dari Puskesmas kembali ke
rumahnya”. (P1)
“Merangkul kembali masyarakat yang ada di wilayah setempat”. (P2)

Pendapat yang berbeda diutarakan oleh ibu bersalin, karena adanya

program tersebut dirasa tidak ada hambatan bahkan seluruhnya mendukung baik

suami maupun keluarga lainnya, sesuai dengan pendapat P3, P4 dan P5 yang

menyatakan bahwa:

“Alhamdulillah sih bu teu aya... hambatan... pada ngabantu


kabehannage... (Alhamdulillah nggak ada hambatan apapun, pada
ngebantu semuanya juga)”. (P3).

“Nggak ada yang larang.. Alhamdulillah buat semuanya. Enggak,


enggak, enggak ngelarang”. (P4).

“Nggak ada.. Alhamdulillah keluarga mendukung semua”. (P5).

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa selama pelaksanaan

program inovasi Jetar Bulin diketahui ada berbagai kendala diantaranya yaitu

kurangnya petugas kesehatan terutama bidan, disamping itu kondisi geografis

yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, sulitnya sinyal dan listrik yang

terbatas. Permasalahan lain yaitu kurang kooperatifnya pihak keluarga terhadap

61
program Jetar Bulin. Adapun upaya mengatasinya yaitu dengan cara pada saat

mendatangi ke rumah ibu bersalin adalah bidan desa terkait, sementara upaya

yang dilakukan di desa mengenai program tersebut yaitu sebelumnya melakukan

komunikasi secara pribadi dengan kader-kader supaya mereka tetap termotivasi

tergerak untuk menggerakkan masyarakat di sekitarnya untuk mensosialisasikan

kepada masyarakat disekitarnya kalau kami punya program Jetar Bulin sehingga

masyarakat itu tahu dan mereka tidak perlu lagi bingung soal akses ke Puskesmas

dan dari Puskesmas kembali ke rumahnya.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pelaksanaan Inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2020

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan di UPT

Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang peneliti menggali terkait pelaksanaan

inovasi Jejat Bulin diawali adanya kasus AKI dan AKB yang disebabkan oleh

kasus persalinannya tidak bisa ditangani oleh Puskesmas yang disebabkan oleh

adanya permasalahan kondisi geografis sehingga dilakukan terobosan baru dengan

melakukan inovasi Jetar Bulin atau jemput Antar ibu bersalin. Proses

pelaksanaannya dimulai dari adanya sosialisasi dari tingkat Desa kemudian ke

tingkat kecamatan selanjutnya ke lintas program. Untuk memonitor kemajuan

dalam pelaksanaan kegiatan dan mengatasi permasalahan yang ditemui tim

inovasi program akan mengadakan rapat koordinasi tiap 6 bulan sekali sehingga

ketika ada permasalahan dapat segera diselesaikan.

Menurut West dan Turner (2018), inovasi berasal dari kreatifitas ide-ide

baru. Hal-hal yang dapat merangsang inovasi salah satunya tekanan yang kuat

62
pada kualitas baik dalam maupun akhir suatu layanan, adanya tuntutan kebutuhan

prosedur yang dirancang secara cermat untuk memastikan kerja gabungan yang

efektif dan adanya komunikasi dan koordinasi antar departemen Partisipasi dan

hubungan antar anggota organisasi. Jenis-jenis inovasi menurut Robertso dalam

Nugroho (2017) diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam

menciptakan inovasi layanan Kesehatan. Suwarno (2018) ada empat macam

strategi yang dapat diterapkan di dalam inovasi, yakni strategi fasilitatif

merupakan sebuah strategi terkait penyediaan fasilitas, selanjutnya strategi

pendiidkan merupakan sebuah strategi dengan memberikan penjelasan terkait

inovasi kepada para klien (adaptor) inovasi tersebut, ketiga strategi bujukan

merupakan suatu strategi dengan cara membujuk para klien (adaptor) agar

menerima inovasi dan terakhir strategi paksaan. Nurdin (2016) menjelaskan

inovasi dan analisa praktek yang sukses menunjukkan bahwa strategi utama

didalam sektor pemerintahan yaitu memberikan layanan terintegrasi, melibatkan

warga, menjalin kerjasama dan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI).

Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dilakukan Angraini et al (2017)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang menyebabkan

tingginya angka kematian di wilayah kerja Puskesmas Sempu yaitu rendahnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kehamilan secara berkala,

keterlambatan penanganan yang disebabkan oleh kondisi geografis dan askes

transportasi yang sulit, rendahnya kemampuan masyarakat dalam pembiayaan

kehamilan dan persalinan dan masih tingginya angka pernikahan dini. Adanya

latar belakang tersebut dibuatlah program inovasi pelayanan “SAKINA” di tahun

2014 yang merupakan akronim dari Stop Angka Kematian Ibu dan Anak. Inovasi

63
tersebut terpusat pada proses pelayanan yaitu dengan memberikan pelayanan

prima dengan model jemput bola dan pendampingan secara eksklusif pada ibu

hamil sejak kehamilan sampai persalinan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sugiharto & Hariani (2016)

penemuan ide inovasi jemput bola dilatar belakangi oleh keprihatinan Bidan

Puskesmas II Punggelan karena tingginya angka kematian ibu. Permasalahan

utama dari kasus di Kecamatan Punggelan adalah terhambatnya pertolongan cepat

ibu hamil beresiko tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan

sebagai rujukan oleh bidan desa. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis

Kecamatan Punggelan sebagaidaerah pegunungan, menjadi hambatan para ibu

hamil menuju Puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada

meningkatnya kasus kematian ibu di Kecamatan Punggelan. Inovasi jemput bola

ini berjalan melalui mekanisme kemitraan (pra kelahiran) dan pengaduan (waktu

kelahiran). Kemitraan adalah langkah dasar dalam pengumpulan informasi tentang

jumlah ibu hamil di Kecamatan Punggelan dengan bantuan bidan desa. Pengaduan

merupakan langkah yang dilakukan setelah mendapat informasi jumlah ibu yang

akan melahirkan.

Peneliti berasumsi terjadinya program inovasi Jetar Bulin diawali adanya

kasus AKI dan AKB yang disebabkan oleh kasus persalinannya tidak bisa

ditangani oleh Puskesmas yang disebabkan oleh adanya permasalahan kondisi

geografis di mana tempat tersebut banyak pegunungan perbukitan dan medan

yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, sehingga dilakukan terobosan

baru dengan melakukan inovasi Jetar Bulin atau jemput Antar ibu bersalin agar

dapat memudahkan akses pelayanan pada ibu-ibu menuju ke fasilitas kesehatan

64
terdekat khususnya ke Puskesmas Padarincang. Adapun orang-orang dalam

program inovasi Jetar Bulin diantaranya yaitu Kepala Puskesmas yang dibawahi

oleh bidan koordinator untuk mengawasi bidan bidan desa sebagai motor

penggerak dalam pelaksanaan kegiatan Jetar Bulin, adapun masyarakatnya yaitu

kader-kader sebagai media dalam menampung aspirasi dan menampung informasi

dari masyarakat yang membutuhkan Jetar Bulin dan melibatkan lintas terkait yaitu

Kepala Desa. Adapun proses pelaksanaannya dimulai dari adanya sosialisasi dari

tingkat Desa kemudian ke tingkat kecamatan selanjutnya ke lintas program. Untuk

memonitor kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan dan mengatasi permasalahan

yang ditemui tim inovasi program akan mengadakan rapat koordinasi tiap 6 bulan

sekali sehingga ketika ada permasalahan dapat segera diselesaikan.

Strategi yang dilakukan untuk mewujudkan inovasi yaitu dengan cara

memberikan layanan yang terintegrasi berupa penyediaan mobil ambulan untuk

mengantar dan menjemput ibu bersalin tanpa biaya, melibatkan warga dan

menjalin kerjasama dengan warga tersebut diantaranya yaitu melakukan

kerjasama baik dengan kepala desa dan kader desa untuk memotivasi ibu bersalin

supaya dapat menggunakan akses tersebut dan jangan merasa khawatir terhadap

biaya karena biaya yang dikeluarkan tidak ada alias nihil. Adapun dalam proses

memanfaatkan teknologi informasi itu dilaksanakan dengan cara untuk menjalin

hubungan antara pihak Puskesmas dengan pihak Desa agar dapat mempersingkat

waktu dan memudahkan tindakan pelayanan sehingga program inovasi Jetar Bulin

dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dengan cara menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi.

65
4.3.2 Minat Masyarakat terhadap Pemanfaatan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa minat masyarakat

terhadap pemanfaatan inovasi Jetar Bulin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

capaian target persalinan di fasilitas kesehatan pada tahun 2019 hanya 60%

ternyata pada tahun 2020 meningkat cukup tajam mencapai 90% begitu juga

berdasarkan hasil bahwa angka kematian ibu dan bayi menurun serta dapat dilihat

dari adanya kepuasan yang dirasakan oleh ibu bersalin yang menyatakan bahwa

merasa puas dan merasa terbantu setelah adanya cetar gulin terutama pada

keluarga yang tidak mempunyai kendaraan.

Menurut Crow & Crow (2015) terjadinya minat disebabkan oleh adanya

perhatian terhadap obyek yang diminati secara sadar dan spontan, wajar tanpa

paksaan, perasaan senang, karena dianggap efektif dan adanya pengalaman yang

dirasa menguntungkan bagi dirinya. Elsa (2017) menjelaskan cara membentuk

minat diataranya yaitu dengan cara memberikan informasi yang seluas-luasnya,

baik keuntungan maupun kerugian yang ditimbulkan oleh obyek yang dimaksud,

memberikan hadiah, mendekatkan individu terhadap obyek selanjutnya belajar

dari pengalaman. Wijayanti (2018) menjelaskan bahwa pemanfaatan pelayanan

kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh Lokasi fasilitas kesehatan dengan

tempat tinggal konsumen berkaitan dengan jarak, waktu tempuh, biaya

transportasi dan keterbatasan waktu yang berkaitan dengan akomodasi dan jam

buka pelayanan kesehatan.

Sesuai dengan hasil penelitian Angraini et al (2017) di wilayah kerja

Puskesmas Sempu dengan adanya inovasi pelayanan “SAKINA” yang merupakan

66
akronim dari Stop Angka Kematian Ibu dan Anak. Mendapatkan hasil adanya

inovasi tersebut AKI dan AKB menjadi menurun. Begitu juga dengan penelitian

yang dilakukan oleh Susuilawati (2018) didapatkan bahwa di dalam upaya

pelaksanaan peningkatan Kesehatan ibu dan anak di Puskesmas sempu dengan

meningkatkan pemeberdayaan masyarakat dengan melakukan inovasi program –

program kesehatan ibu dan anak diantaranya; Program SAKINA (Stop Kematian

Ibu dan Anak), Generasi Anak Top (Gerakan Memberikan ASI Ibu dan Anak

Tumbuh Optimal) serta Kampung KB. Sehingga upaya yang dilakukan di

puskesmas sempu dapat dijadikan contoh dan dapat diterapkan di Puskesmas lain

agar dapat tercapainya peningkatan pelaksanaan kesehatan ibu dan anak.

Peneliti berasumsi berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa minat

masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan mengalami peningkatan.

Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya capaian target persalinan di fasilitas

kesehatan dimana pada tahun sebelumnya hanya 60% ibu bersalin yang

menggunakan inovasi Jetar Bulin, sedangkan pada tahun 2020 didapatkan 90%

ibu bersalin yang menggunakan program Jetar Bulin. Terjadinya minat ibu

bersalin untuk menggunakan program Jetar Bulin disebabkan oleh adanya

perasaan senang puas dan dianggap efektif sehingga karena dapat menguntungkan

ibu dan keluarga dimana tanpa mengeluarkan biaya Ibu bisa melahirkan di

Fasilitas Kesehatan sehingga Ibu tidak perlu khawatir terhadap persalinannya

karena ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Dapat diketahui bahwa

adanya program tersebut diminati oleh masyarakat karena sesuai dengan

keinginan masyarakat sehingga timbul rasa puas terhadap pelayanan yang

diberikan oleh pihak Puskesmas.

4.3.3 Kendala yang Dilami Selama Pelaksanaan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020

67
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa selama pelaksanaan

program inovasi Jetar Bulin diketahui ada berbagai kendala diantaranya yaitu

kurangnya petugas kesehatan terutama bidan, disamping itu kondisi geografis

yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, sulitnya sinyal dan listrik yang

terbatas. Permasalahan lain yaitu kurang kooperatifnya pihak keluarga terhadap

program Jetar Bulin. Adapun upaya mengatasinya yaitu dengan cara pada saat

mendatangi ke rumah ibu bersalin adalah bidan desa terkait, sementara upaya

yang dilakukan di desa mengenai program tersebut yaitu sebelumnya melakukan

komunikasi secara pribadi dengan kader-kader supaya mereka tetap termotivasi

tergerak untuk menggerakkan masyarakat di sekitarnya untuk mensosialisasikan

kepada masyarakat disekitarnya kalau kami punya program Jetar Bulin sehingga

masyarakat itu tahu dan mereka tidak perlu lagi bingung soal akses ke Puskesmas

dan dari Puskesmas kembali ke rumahnya.

Puskesmas Kecamatan Padarincang (2020) memiliki 14 desa yang masuk

dalam wilayah kerjanya dengan struktur geografis yang beragam, baik

pegunungan maupun dataran. Masih terdapat beberapa wilayah yang sulit

terjangkau dikarenakan status ekonomi masih berada di garis kemiskinan sehingga

berobat ke Fasyankes masih merupakan hambatan terbesar bagi masyarakat

dengan ketakutan biaya yang besar, status demografis dan geografis Kecamatan

Padarincang yang masih ada beberapa daerah yang sulit terjangkau, sehingga

akses ke Fasyankes masih sulit, kurang maksimalnya pencapaian target Linfaskes

diakibatkan kesulitan akses ke Puskesmas dan Pencapaian beberapa program

essensial yang tidak mencapai target, adanya kasus- kasus kematian AKI dan

AKB yang cukup signifikan serta tingkat kepuasan masyarakat yang masih

68
rendah, memerlukan suatu program inovasi yang berbasis peran serta masyarakat

agar mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kecamatan Padarincang.

Faktor penghambat tersebut sekaligus menjadi faktor peluang dalam rangka

menciptakan inovasi setiap anggota masyarakat pada umumnya dan anggota

organisasi pada khususnya. Selanjutnya menurut Fontana dalam Larasati (2015)

adalah faktor organisasi, budaya dan manusia.

Sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto & Hariani (2016) permasalahan

utama dari kasus di Kecamatan Punggelan adalah terhambatnya pertolongan cepat

ibu hamil beresiko tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan

sebagai rujukan oleh bidan desa. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis

Kecamatan Punggelan sebagai daerah pegunungan, menjadi hambatan para ibu

hamil menuju Puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada

meningkatnya kasus kematian ibu di Kecamatan Punggelan. Inovasi jemput bola

ini berjalan melalui mekanisme kemitraan (pra kelahiran) dan pengaduan (waktu

kelahiran). Kemitraan adalah langkah dasar dalam pengumpulan informasi tentang

jumlah ibu hamil di Kecamatan Punggelan dengan bantuan bidan desa. Pengaduan

merupakan langkah yang dilakukan setelah mendapat informasi jumlah ibu yang

akan melahirkan.

Peneliti berasumsi adanya kendala yang terjadi pada program pelaksanaan

inovasi Jetar Bulin diantaranya disebabkan oleh adanya kurangnya tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan terutama pada malam hari sehingga pada saat ada

yang menelpon di suatu desa, pihak Puskesmas mengalami kesulitan, apalagi jika

di Puskesmas tersebut ada ibu yang melahirkan. Disamping itu kondisi geografis

yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat menjadikan kesulitan dalam

69
proses pelaksanaannya, faktor lainnya yaitu sulitnya sinyal karena posisinya yaitu

di bukit atau di gunung, disamping itu ketersediaan listrik terbatas sehingga pada

waktu-waktu tertentu listrik tidak nyala. Kondisi ini akan mempersulit dalam

proses pelaksanaan inovasi Jetar Bulin, apalagi proses pelaksanaannya

dilaksanakan secara 24 jam tergantung dengan kondisi yang dibutuhkan.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya bidan yaitu dengan cara

pada saat melakukan jemput antar ibu bersalin oleh bidan desanya masing-masing,

disamping itu untuk meningkatkan motivasi dari masyarakat itu sendiri yaitu

dengan cara melakukan komunikasi secara pribadi dengan kader yang berada di

wilayahnya masing-masing agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat,

khususnya ibu hamil yang akan melakukan persalinan bahwa dapat melakukan

dengan cara program Jetar Bulin yang sudah disediakan di Puskesmas

Padarincang.

4.4 Keterbatasan Penelitian


Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak kekurangan dan

keterbatasan, di antaranya sebagai berikut:

a. Pada saat melakukan wawancara ditemukan 1 informan dalam kondisi

kurang memungkinkan, akan tetapi adanya motivasi yang tinggi untuk

membantu peneliti agar dapat memberikan informasi yang akurat, informan

memberikan informasi namun dengan waktu yang terbatas. Hal ini

menjadikan informasi yang didapat hanya sedikit.

70
b. Adanya waktu yang terbatas peneliti hanya mengambil sampel sebagian

kecil saja, namun adanya informasi yang jelas dari informan menjadikan

hasil penelitian cukup akurat..

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Minat Masyarakat Terhadap

Pemanfaatan Inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten

Serang Tahun 2020, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan inovasi Jetar Bulin dimulai dari adanya sosialisasi dari tingkat

Desa kemudian ke tingkat kecamatan selanjutnya ke lintas program. Untuk

memonitor kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan dan mengatasi

permasalahan yang ditemui tim inovasi program akan mengadakan rapat

koordinasi tiap 6 bulan sekali sehingga ketika ada permasalahan dapat segera

diselesaikan.

b. Minat masyarakat terhadap pelaksanaan inovasi tinggi, hal ini dapat dilihat

dari peningkatan pencapaian target dibandingkan tahun sebelumnya.

c. Kendala yang dialami selama pelaksanaan inovasi Jetar Bulin yaitu adanya

kurangnya tenaga kesehatan khususnya bidan, kondisi geografis yang sulit

dijangkau, sulitnya sinyal dan ketersediaan listrik yang terbatas. Upaya yang

dilakukan dengan cara bidan yang melakukan jemput antar ibu bersalin

adalah bidan desa masing-masing, selanjutnya untuk meningkatkan motivasi

dari masyarakat sendiri dengan cara melakukan komunikasi secara pribadi

71
dengan kader yang aktif agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat

khususnya ibu bersalin tentang program Jetar Bulin.

6.2 Saran
a. Bagi Kepentingan Keilmuan

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau bacaan

bagi para pengunjung perpustakaan Universitas Nasional Jakarta dalam

menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa untuk melakukan penelitian

selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan inovasi program Jetar Bulin.

b. Bagi Institusi Pelayanan

Program Jetar Bulin diharapkan dapat dijadikan sebagai contoh bagi

Puskesmas lainnya dengan harapan agar dapat menurunkan AKI dan AKB

serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Agar dapat lebih

meningkatkan pelayanan Jetar Bulin, kiranya perlu ditambahkan tenaga

kesehatan khususnya bidan agar proses pelaksanaan pertolongan persalinan

lebih maksimal. Disamping itu perlu kiranya adanya perbaikan jalan agar

akses dari rumah ke fasilitas kesehatan lebih mudah.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi ibu

bersalin ibu hamil untuk dapat menggunakan program inovasi Jetar Bulin

agar proses pelayanan dapat dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan tanpa

ditemukan adanya kendala.

72
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, N. (2017). Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.
7. No. 10. Hal. 453-459.

Anatan, L., Ellitan, L. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Bisnis
Modern. Bandung: Alfabeta. 

Ancok, D. & Suroso, F. N. (2015). Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Problem-.
Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anggraini, M.D., Murdyastuti, A., Wasiati, I. (2017). Inovasi Pelayanan SAKINA


di Puskesmas Sempu Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi. E-
SOSPOL Vol. IV Edisi 2. Hal. 75 – 81.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten. (2019). Strategi


Penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak. Banten.

Cibro, A.D.K., Demartoto, A., Sulaeman, E.S. (2016). Effectiveness of the


Expanded Maternal and Neonatal Survival Program in the Reduction of
Maternal Mortality in Tegal, Central Java. Journal of Maternal and Child
Health. Volume 1 Nomor 4. Hal. 250-256.

Crow., Crow, A. (2015). Educational Psychology. New York: American Book


Company, Rivesed Edition.

Dinas Kesehatan Provinsi Banten. (2019). Profil Kesehatan Provonsi Banten


Tahun 2019. Banten: Dinas Kesehatan Provinsi Banten.

Elsa R. (2017). Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Trans Info
Media TIM.

Ernawati. (2016). Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam


Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Friedman. (2018). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hajah. (2018). Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.

Hurlock, E.B. (2016). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Ibrahim. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ikbal, B. (2017). Manajemen Berbasis Sekolah Menuju Sekolah Berprestasi.


Jakarta: Erlangga.
Ismani. (2017). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. 

Kementrian Kesehatan. RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.

Larasati, E. (2015). Inovasi Pelayanan Publik Bidang Perijinan di Kabupaten


Kudus: Semarang.

Lestari, P., Bahar, H., Munandar. (2016). Peran bidan dan dukun bayi dalam
perawatan ibu hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Abeli Kota
Kedari.Naskah Publikasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Halu Oleo.

Makmur., Rohana, T. (2015). Inovasi dan Kreativitas Manusia. Bandung: PT.


Refika Aditama.

Miflen,F.J.,  Miflen, F.J. (2017). Simply Psychology. Jakarta : Raja Grafindo.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. (2016). Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Muhibbin, S. (2017). Psikologi Belajar. Jakarta: Raya Grafindo Perkasa.

Nasir, A. (2016). Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2018). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Nugroho, T. (2017). Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogyakarta:


Nuha Medika.

Nurdin, Z. (2016). Inovasi Kawasan Bebas Asap Rokok di Desa Bone-Bone


Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Makasar: Universitas Hasanudin
Makasar.

Purwanto, N. (2018). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:


PT Remaja Rosda karya.

Puskesmas Padarincang. (2020). Data Ibu Melahirkan di Puskesmas Padarincang


Tahun 2019 dan 2020. Puskesmas Padarincang: Tidak diterbitkan.

Saryono. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. ASlfabeta.


Sugiharto, I.N., Hariani, D. (2016). Inovasi Pelayanan Kesehatan (Proses Inovasi
Jemput Bola di Puskesmas II Punggelan Kabupaten Banjarnegara). Naskah
Publikasi. Universitas Diponegoro.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susilawati. (2018). Gambaran Pelaksanaan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu


dan Anak di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing. Program Studi Kebidanan Jember.

Suwarno, Y. (2018). Inovasi di Sektor Publik. Jakarta: STIA.

Suryabrata, S. (2018). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa. 

Suwarno, Y. (2018). Inovasi di Sektor Publik. Jakarta: STIA.

West, R.L., Turner, H. (2018). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 

Wijayanti, Sari, I.D. (2018). Manajemen. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.


Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Responden
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Universitas
Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Kebidanan, akan
melakukan penelitian mengenai “Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan
Inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun
2020”.
Nama : Noviana Nufus
NPM : 195401426566
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat masyarakat terhadap
pemanfaatan inovasi Jetar Bulin. Saya berharap setiap pertanyaan yang diajukan
dijawab dengan jujur.
Partisipasi anda dalam penelitian ini hanya akan dipergunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud
yang lain.
Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Tangerang, Januari 2021
Hormat Saya

Noviana Nufus
Lampiran 4
Lampiran 6
INSTRUMEN PENELITIAN
MINAT MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN
INOVASI JETAR BULIN DI UPT PUSKESMAS
PADARINCANG KABUPATEN SERANG
TAHUN 2020

PEDOMAN WAWANCARA

Tata Cara Wawancara:


1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan kesediaan menjadi informan (inform consent)
4. Menanyakan nama dan jabatan informan
5. Meminta izin untuk merekan pembicaraan selama wawancara berlangsung
6. Memberikan pertanyaan pembuka (seperti: bagaimana kabar?)
7. Memberikan pertanyaan isi
8. Menutup sesi wawancara
9. Mengucapkan terima kasih
10. Selesai

A. Data Diri Responden


1. No responden :
2. Umur :
3. Pendidikan Terakhir :

B. Stake Holder
1. Apakah dasar pemikiran tercetusnya program inovasi Jetar Bulin ?
2. Bagaimana tanggapan dinas kesehatan terkait program Inovasi Jetar Bulin?
3. Siapa saja yang terlibat dalam program Jetar Bulin?
4. Bagaimana proses pelaksanaan program Jetar Bulin?
5. Apa hasil yang didapat setelah adanya program Jetar Bulin, adakah
perubahan atau peningkatan capaian dari adanya program inovasi Jetar Bulin
?
6. Kendala apa yang dirasakan pada saat melaksanakan program Jetar Bulin?
7. Bagaimana upaya pemecahannya?

C. Bidan Desa/Bidan Petugas


1. Menurut ibu apa dasar terbentuk nya Jetar bulin?
2. Bagaimana proses pelaksanaan program Jetar Bulin?
3. Siapa saja yang terlibat dalam program Jetar Bulin?
4. Apa hasil yang didapat setelah adanya program Jetar Bulin?
5. Adakah Kesulitan yang dihadapi saat melaksanakan Program Inovasi Jetar
Bulin?
6. Bagaimana cara ibu dalam meningkatkan capaian program Inovasi Jetar
Bulin ini?

D. Ibu Bersalin
1. Menurut ibu bagaimana pelayanan yang diberikan sebelum ada nya jetar
bulin?
2. Bagaimana cara ibu mendapatkan pelayanan Jetar Bulin?
3. Menurut ibu apa yang dirasakan ibu setelah adanya program Jetar Bulin?
4. Apakah ibu puas dengan pelayanan Jetar Bulin?
5. Pada saat ibu akan mengikuti program Jetar Bulin, apakah ibu mendapatkan
hambatan dari pihak luar? Jika iya apa saja dan siapa saja yang melarang?
Lampiran 7

HASIL PENELIITAN

a. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas


P : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.. Ibu perkenalkan saya
Noviana Nupus mahasiswa D4 Kebidanan UNAS, di sini saya akan
menanyakan sedikit wawancara ya.. ke Ibu selaku kepala Puskesmas
apakah ibu berkenan?
I1 : Ya mangga...
P : Punten Bu Namanya siapa?
I1 : Hj Mellu Siktina, S.ST, M.Kes
P : Umurnya Bu?
48 tahun
P : Pendidikan terakhir Ibu
I1 : S2
P : Saya sebelumnya izin untuk merekam dulu ya Bu ya pembicaraan kita
selama wawancara apakah ibu bersedia
Ya
P : Pertanyaan yang pertama Bu, Apa dasar pemikiran tercetusnya program
inovasi Jetar Bulin?
I1 : Terima kasih.. kini Ibu semangat deh menjawabnya tentang masalah
Jetar Bulin. Jadi program ini inovasinya diawali oleh banyaknya kasus
persalinan di desa-desa yang selama ini tidak tertangani oleh
Puskesmas. Jadi kami berupaya untuk membuat satu terobosan di mana
di daerah kita ini di kecamatan Padarincang ini banyak sekali kampung-
kampung yang di gunung dan di luar jangkauan kendaraan dan dimana
Desa belum mempunyai ambulans desa Jadi kami berupaya untuk
menurunkan AKI dan AKB dan persalinan di nakes dengan membuat
inovasi Jetar Bulin di mana setiap Ibu bersalin melahirkan di faskes,
dan tidak ada lagi alasan tidak ada kendaraan dan tidak ada mobil untuk
membawa ke faskes terdekat.
P : Yang kedua Bagaimana tanggapan Dinas Kesehatan terhadap program
inovasi Jetar Bulin ini?
I1 : Alhamdulillah e... Dinas Kesehatan terkait khususnya Kabupaten
Serang sangat memberikan apresiasi untuk Puskesmas Padarincang, di
mana inovasi ini secara tidak langsung sangat membantu program
penurunan AKI dan AKB. Jadi mereka memberikan Applause khusus
untuk kita dan alhamdulillah di tahun 2020 Padarincang mendapatkan
bantuan ambulan desa 4 desa...
P : Yang ketiga, siapa saja yang terlibat dalam program ini?
I1 : Tim kecil dari inovasi jetar bulin ini adalah dimulai dari Puskesmas
yang dikepalai oleh Kepala Puskesmas sendiri dan dibawahi oleh bidan
Puskesmas oleh bidan koordinator nya dan langsung dipegang kembali
oleh bidan desa masing-masing dan di bawahnya ada lagi kader
kesehatan dan Dukun paraji dan melibatkan lintas terkait yaitu kepala
desa.
P : Yang keempat, bagaimana proses pelaksanaan Jetar Bulin?
I1 : Proses pelaksanaan Jetar Bulin ini di dimulai dengan kita sosialisasi di
tingkat Desa, tingkat kecamatan dan lintas program, dimana kader
kesehatan dan dukun paraji ini dalam memakai inovasi ini, dimana
mereka menghubungi bidan desa atau puskesmas langsung untuk
menjemput ibu hamil untuk dibawa ke Puskesmas
P : Yang ke-5 apa hasil yang didapat setelah adanya program Jetar Bulin?
Adakah perubahan atau peningkatan capaian dari adanya program
inovasi Jetar Bulin?
I1 : Alhamdulillah dengan adanya Jetar Bulin ini, target pencapaian
persalinan di faskes untuk tahun 2020 mencapai 90%, di mana di tahun
2019 pencapaian kami hanya 60%, di mana Alhamdulillah dengan
adanya inovasi ini mendongkrak kesehatan ibu dan bayi khususnya
persalinan di faskes dan menurunkan AKI dan AKB.
P : Yang ke-6, kendala apa dirasakan pada saat melaksanakan program
Jetar Bulin?
I1 : Untuk kendala memang semuanya tidak mungkin tidak ada kendala.
Untuk kendala ini pasti sangat kami rasakan apabila menjemput ibu
bersalin ini, jadi kalau malam hari di mana petugas yang ada malam
harinya hanya 3 orang dan bidan di Puskesmas juga ada yang
melahirkan dan ini satu bentuk kendala yang harus kami carikan
solusinya bagaimana caranya petugas ini tidak mengganggu pelayanan
yang ada di puskesmas, mungkin itu salah satu kendala yang sangat
kami rasakan di saat ini
P : Yang ke-7 bagaimana upaya pemecahannya?
I1 : Setelah kami melakukan evaluasi akhirnya kendala tersebut dipecahkan
dengan solusinya adalah apabila ada ibu bersalin yang memanggil
untuk dijemput, yang berhak menghubungi pasien itu yang mendatangi
adalah bidan desa terkait, jadi bidan desa itu datang dulu ke rumah si
pasien, tinggal ambulans yang datang menjemput ke rumah si ibu yang
akan bersalin, jadi pasien dikawal oleh bidan desa terkait dan kader
beserta paragi yang mendampingi mereka
P : Terima kasih Ibu atas waktunya semoga penelitian ini bisa bermanfaat
untuk puskesmas Padarincang khususnya untuk saya sendiri.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu...

b. Wawancara dengan informan pendukung (P1)


P : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu..
P : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu..
1
P : Perkenalkan nama saya Noviana Nufus, disini saya mahasiswa D4
Universitas Nasional, di sini saya ada sedikit kuisioner Ibu siapa
namanya?
Nama saya bidan Ami kebetulan saya adalah seorang bidan desa di
Desa Cibojong Kecamatan Padarincang
P : Apakah ibu mau meluangkan waktunya sedikit untuk diwawancara?
P : Boleh...boleh...
1
P : Sebelumnya saya mau nanya dulu ya Bu ya.. mau minta izin untuk di
rekam pembicaraan kita selama wawancara ini saya minta izin untuk di
rekam..
P : Baik...baik...
1
P : Langsung ya Bu ya wawancaranya ya, yang pertama menurut ibu apa
dasar terbentuknya Jetar Bulin?
P : Kita awali pertanyaan pertama ya.. mengenai soal Jetar Bulin itu pada
1
awalnya dirintis di tahun 2018 akhir ya!!.. 2018 akhir itu dikarenakan
kan secara geografis juga Padarincang itu kan Medannya itu kan
pegunungan, perbukitan, banyak medan-medan tertentu di daerah di
atas gunung itu tidak dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat dan
banyaknya kasus-kasus kematian ibu dan anak yang terjadi di
kecamatan Padarincang yang kemudian kita telusuri lagi salah satu
yang menjadi pemicunya adalah medan yang saya sebutkan tadi dan
yang kedua adalah kurangnya akses masyarakat ke Puskesmas.
Akhirnya kami berinisiatif membentuk Jetar Bulin atau Jemput Antar
Ibu Bersalin yang memudahkan akses dari ibu-ibu bersalin untuk
menuju Fasilitas Kesehatan terdekat khususnya ke Puskesmas
Padarincang
P : Bagaimana proses pelaksanaan program Jetar Bulin?
P : Dari berbagai diskusi yang kami lakukan kemudian manajemen
1
Puskesmas mmengulurkan satu program inovasi Jetar Bulin atau yang
disebut Jemput Antar Ibu Bersalin yang di mana kita launching itu
pada tahun 2018 pertengahan. Disitu kami bukan hanya melibatkan
pihak Puskesmas saja tetapi kami lebih banyak peran serta masyarakat
sekitar itu sendiri baik itu dari mustika Kecamatan Padarincang
maksudnya tingkat kecamatan, tingkat desa, ya itu pak lurah nya, pak
Kepala Desanya maksudnya dan juga kepada para ibu-ibu kader. Di
kami juga ada program kader Ratu Pelita, kami menggerakkan kadar-
kadar sebagai media kami dalam menampung aspirasi atau
menampung informasi dari masyarakat yang membutuhkan Jemput
Antar Ibu Bersalin ini. Misalkan ada seorang ibu di satu desa yang
ingin bersalin di Puskesmas Padarincang jadi akan menghubungi Ibu
kadernya, jika tidak dapat menghubungi Ibu bidan desanya langsung
menghubungi Ibu kadernya, langsung Ibu kadernya yang langsung
akan menghubungi pihak Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang
akan menjemput langsung ke rumahnya.
P : Siapa saja yang terlibat dalam program Jetar Bulin?
P : Kalau yang terlibat di dalam program kan tadi saya sudah sebutkan ya..
1
yaitu ada pihak Puskesmas tentu saja, kemudian bidan desa tentu saja
sebagai motor penggeraknya, kemudian juga adalah peran serta dari
masyarakatnya yaitu dari Camatnya yang menggerakkan kepala Kepala
desanya dan juga ketua RT nya dan juga para kader kita yang ada di
masing-masing desa.
P : Apa hasil yang didapat setelah adanya program gitar bulan ini?
P : Ya... Luar biasa... ternyata cakupan program kesehatan ibu dan anak
1
kita cukup bagus, signifikan sekali peningkatannya, persalinan di
tingkat fasilitas kesehatan kita bertambah meningkat cukup tajam, dan
alhamdulillah angka kematian ibu dan bayinya juga ikut menurun.
P : Yang kelima apa kesulitan yang dihadapi saat melaksanakan program
inovasi Jetar Bulin?
P : Tentu saja kesulitannya banyak ya.. salah satunya yang sudah tadi saya
1
sebutkan awal itu, dari medan kita, geografisnya pegunungan, masih
adanya akses-akses di pegunungan itu yang tidak bisa dilewati oleh
mobil dan juga karena aksesnya pegunungan maka komunikasinya
terhambat, kadang-kadang sinyalnya tidak ada, bahkan listriknya pun
tidak ada, hanya di beberapa waktu saja dan itu betul-betul
menghambat sekali dalam proses Jetar Bulin ini
P : yang ke-6 bagaimana cara ibu dalam meningkatkan capaian program
inovasi Jetar Bulin?
P : Ini kalau dari sisi saya ya sebagai bidan desa yang pasti saya akan
1
melakukan komunikasi secara pribadi dengan kader-kader saya supaya
mereka tetap termotivasi tergerak untuk menggerakkan masyarakat di
sekitarnya untuk mensosialisasikan kepada masyarakat disekitarnya
kalau kami punya program Jetar Bulin sehingga masyarakat itu tahu
dan mereka tidak perlu lagi bingung soal akses ke Puskesmas dan dari
Puskesmas kembali ke rumahnya
P : Oke.. bu bidan Ami. Terima kasih atas waktu dan jawaban jawabannya
semoga program Jetar Bulin ini bisa memberikan manfaat bagi
masyarakat Padarincang
P : Amin.. amin.. amin..
1
P : Terima kasih banyak saya akhiri Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatu..
P : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu..
1

c. Wawancara dengan informan pendukung (P2)


P : Perkenalkan saya Noviana Nufus mahasiswa D4 Kebidanan, di sini
saya mau meminta waktunya sebentar apakah ibu bersedia?
P : Ya ...
2
P : Punten ya Bu.. sebelum pengambilan kuesioner ini saya mau minta izin
Ibu dulu untuk kesediaannya untuk diwawancara apakah bersedian Bu?
P : Ya...
2
P : Punten Bu.. sebelumnya namanya siapa ?
P : Saya Niswa.. bidan desa Padarincang
2
P : Umurnya?
P : Umur 30
2
P : Pendidikan terakhir
P : D3 Kebidanan
2
P : Punten ya Bu ..yang pertama menurut ibu apa dasar terbentuknya Jetar
Bulin?
P : Ya... untuk meningkatkan capaian-capaian layanan kesehatan
2
P : Yang kedua.. bagaimana proses pelaksanaan program Jetar Bulin?
P : Jadi ada kader asuh yang menghubungi puskesmas untuk ibu bersalin
2
yang akan melahirkan.
P : Siapa saja yang terlibat dalam program Jetar Bulin?
P : Kader, tokoh masyarakat, bidan desa, juga driver.. juga penanggung
2
jawab program tabulin
P : Apa hasil yang didapat setelah adanya program Jetar Bulin?
P : Peningkatan jumlah ibu bersalin yang melahirkan di fasilitas kesehatan
2
P : Apakah ada kesulitan yang dihadapi saat melaksanakan program
inovasi Jetar Bulin?
P : Kesulitan pasti ada mungkin suka ada keluarga yang kurang kooperatif
2
untuk membawa ke Puskesmas
P : Terus bagaimana cara ibu dalam meningkatkan capaian program
inovasi Jetar Bulin?
P : Merangkul kembali masyarakat yang ada di wilayah setempat
2
P : Baik bu terima kasih atas waktunya.. semoga Puskesmas Padarincang
untuk kedepannya lebih meningkat lagi ya...
P : Amin...
2
P : Terima kasih Bu.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu..
P : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu..
2
d. Wawancara dengan informan pendukung (P3)
P : Hasil observasi pada saat ada yang mau melahirkan di Puskes, dari
pihak desa, kader memberitahu pihak Puskesmas bahwa ada yang mau
lahiran, selanjutnya dari pihak Puskesmas memberitahu bahwa akan
dijemput pakai ambulans. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara
dengan ibu bersalin
P : Selamat siang Ibu..
P : Siang..
3
P : Perkenalkan saya Noviana Nufus mahasiswa D4 Kebidanan
Universitas Nasional, disini Saya sedikit pertanyaan atau wawancara
kepada ibu. Apakah ibu bersedia?
P : Ya...
3
P : Yang pertama.. menurut Ibu bagaimana pelayanan yang diberikan
sebelum adanya Jetar Bulin?
P : Ari Jetar Bulin teh naon...abdimah te ngartos...( Jetar Bulin itu apa Bu,
3
Saya tidak tahu!!)
P : Jetar Bulin itu adalah program inovasi Padarincang, jadi kalau
misalnya ada ibu yang mau melahirkan kita jemput bu, sudah itu sudah
ngelahirin kita anterin pulang lagi..
P : Oh Kitu nya bu...gitu ya Bu boro-boro ngalahirkeun ka Puskesmas, da
3
kamimah hente boga mobil... Hararese.. rek ka Puskesmasnage..
Alhamdulillah saentos aya Jetar bulin bisa ngalahirkeun di puskesmas,
aya nu ngajemput pisan jadi Alhamdulillah.. (Boro-boro lahiran di
Puskesmas. Soalnya kita nggak punya mobil, susah mau ke
Puskesmasnya juga. Sesudah ada Jetar Bulin.. Alhamdulillah bisa
melahirkan di puskesmas, sudah mah ada yang jemput lagi.. jadi
Alhamdulillah)
P : Yang kedua, bagaimana cara ibu mendapatkan pelayanan Jetar Bulin?
P : eta mere nyaho kader heula mang meneleponkeun bu bidan, geus kitu
3 Eta bu bidan na di telepon ku bu kader, ke bu bidan nu nyusul kula
kadie ka imah make ambulan (Yaitu memberitahu kadar dulu meminta
menelepon bu bidan, sesudah itu Ibu bidan ditelepon oleh ibu kader,
nanti Ibu bidan menyusul Saya kesini ke rumah memakai ambulans)
P : yang ketiga menurut Ibu apa yang dirasakan Ibu setelah adanya
program Jetar Bulin?
P : Alhamdulillah atuh ngabantu eta mah nya Alhamdulillah.... nuhun
3
pisan (Alhamdulillah justru keluarga saya terbantu, Alhamdulillah....
terima kasih banyak)
P : yang keempat apakah ibu puas dengan program pelayanan Jetar Bulin?
P : atuh Alhamdulillah...hatur nuhun tos ngabantu keluarga Abi
3
(Alhamdulillah terima kasih sudah membantu keluarga saya)
P : yang kelima pada saat ibu mengikuti program Jetar Bulin apakah ibu
mendapatkan hambatan dari luar dari pihak luar, jika ada siapa saja dan
sebutkan?
P : Alhamdulillah sih bu teu aya... hambatan... pada ngabantu
3
kabehannage... (Alhamdulillah nggak ada hambatan apapun, pada
ngebantu semuanya juga)
P : Terima kasih Bu atas jawabannya dan waktunya sudah mau
diwawancara, semoga persalinan ini lancar bayi dan ibunya sehat dan
selamat
P : Amin...
3
P : Nanti sesudah Ibu beres melahirkan kan ada pihak Puskesmas yang
akan mengantarkan ibu untuk kembali kerumah
P : Makasih Bu...
3

e. Wawancara dengan informan pendukung (P4)


P : Ibu Punten ya waktu ganggu nya sebentar.. Ibu perkenalkan saya
Noviana Nufus mahasiswa D4 Kebidanan Universitas Nasional disini
Saya mau sedikit wawancara. Apakah ibu bersedia?
P : Ya..
4
P : Bu sebelumnya nanya dulu nama ibu siapa?
P : Neni
4
P : Umurnya?
P : 35
4
P : Pendidikan terakhir?
P : SMP
4
P : Ibu Punten.. Tapi sebelumnya saya mohon ijin ini akan di video selama
pembicaraan wawancara kita akan berlangsung akan di video. Apakah
ibu bersedia?
P : Iya..
4
P : Baik ya Bu... saya langsung ke pertanyaan ya Bu, yang pertama
menurut Ibu bagaimana pelayanan yang diberikan sebelum adanya
Jetar Bulin?
P : Sebelum adanya Jetar Bulin sih susah Bu..
4
P : Susah gimana maksudnya bu..
P : Berangkat ke Puskesmasnya susah.. kalau udah reaksi cepet.. enggak
4
ada kendaraan. Kalau sekarang ada yang jemput..
P : Alhamdulillah ya Bu ke bantu ya..
P : Ya..
4
P : Terus yang kedua, bagaimana cara ibu mendapatkan pelayanan?
P : Mau ke Puskesmas telepon Ibu bidan, kalau nggak.... telepon ibu kader
4
nanti ibu kadernya yang nelepon ibu bidan
P : Terus yang ketiga.. menurut Ibu apa yang dirasakan setelah adanya
program Jetar Bulin?
P : Senang.. puas.. bisa ke bantu Alhamdulillah..
4
P : Terus yang ke-4 apakah ibu puas dengan pelayanan Jetar Bulin?
P : Puas...
4
P : Yang kelima apakah pada saat ibu mengikuti program getar bulin Ibu
mendapatkan hambatan dari pihak luar? kalau misalnya ada siapa yang
melarang dan apa hambatannya?
P : Nggak ada yang larang.. Alhamdulillah buat semuanya
4
P : Berarti suami juga enggak ngelarang ya Pak?..
P : Enggak, enggak, enggak ngelarang
4
P : Ya udah Ibu Terima kasih ya.. bu ya untuk wawancaranya semoga
proses persalinan Ibu dan bayinya lancar
P : Amin...
4
P : Terima kasih untuk waktunya, saya ucapkan terima kasih
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
P : Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatu
4

f. Wawancara dengan informan pendukung (P5)


P : Halo ibu... pak punten perkenalkan ya nama saya Noviana Nufus
mahasiswa D4 Kebidanan Universitas Nasional, disini saya mau
sedikit wawancara kepada bapak dan ibu mengenai Jetar Bulin.
Apakah ibu dan bapak bersedia?
P : Ya bersedia...
5
P : Punten namanya siapa?
P : Lutfi..
5
P : Umurnya?
P : 38
5
P : Pendidikan terakhir?
P : SLTP
5
P : Tapi sebelum wawancara, saya izin dulu kepada bapak dan ibu bahwa
ini wawancara saya akan divideo selama wawancara berlangsung.
Apakah ibu bersedia?
P : Bersedia
5
P : Kalau misalnya bersedia.. kita langsung aja ya Pak saya ke
pertanyaannya, yang pertama menurut ibu dan bapak bagaimana
pelayanan yang diberi berikan sebelum adanya Jetar Bulin?
P : Susah Bu kalau ke Puskesmas karena saya kan rumahnya di pelosok
5
enggak ada kendaraan
P : Terus yang kedua, bagaimana cara ibu untuk mendapatkan pelayanan
Jetar Bulin?
P : Suami ini.. nelepon dulu kader terdekat, terus meminta bantuan, terus
5
Bu kadernya nelpon bu bidan
P : Oh iya terus yang ketiga menurut Ibu Apa yang dirasakan Ibu setelah
adanya program ini?
P : Alhamdulillah senang.. bisa kebantu, karena saya kan rumahnya di
5
pelosok enggak ada kendaraan jadi Alhamdulillah
P : Jadi bisa memudahkan begitu ya Bu ya... Terus yang ke-4, apakah ibu
puas dengan pelayanan Jetar Bulin?
P : Puas..
5
P : Yang kelima. Apakah apakah Ibu mendapat hambatan dari pihak luar?
jika ada apa, terus siapa yang melarang?
P : Nggak ada.. Alhamdulillah keluarga mendukung semua
5
P : keluarga Ibu mendukung juga Bu iya... Alhamdulillah berarti.. Ya udah
Pak, Bu mungkin cuman itu aja pertanyaan dan wawancara dari saya
terima kasih atas waktunya semoga proses persalinan semoga proses
persalinannya bisa lancar, Ibu dan bayinya sehat. Terima kasih ya Pak,
Bu sebelumnya... assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
P : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
5
Lampiran 8
DOKUMENTASI
Lampiran 9

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Noviana Nufus


NPM : 195401426566
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Judul Skripsi : Hubungan Minat Ibu dengan Pelaksanaan Inovasi Jetar
Bulin di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten
Serang 2020
Dosen Pembimbing I : Putri Azzahroh, S.ST,M.Kes
Dosen Pembimbing II : Dewi Kurniati, S.Si.T, M.Keb
Kegiatan Konsultasi
No Hari/ Materi Konsultasi Keterangan Tanda Tangan
Tanggal Pembimbing
1. Pengajuan Outline Studi
29 Oktober Judul Skripsi pendahuluan
2020 (Dewi Kurniati,
S.Si.T, M.Keb)
2. 31 Oktober Pengajuan Outline ACC Judul
2020 Judul Skripsi
(Putri Azzahroh,
S.ST,M.Kes)
3. 12 Januari Pengajuan Perbaiki
2021 Proposal proposal
(Putri Azzahroh,
S.ST,M.Kes)
4. 14 Januari Revisi Proposal Perbaiki
2021 proposal dan
buat kuesioner (Dewi Kurniati,
S.Si.T, M.Keb)
5. 14 Januari Revisi proposal ACC proposal
2021 dan pengajuan dan kuesioner
kuesioner pembimbing I (Putri Azzahroh,
S.ST,M.Kes)
6. 23 Januari Revisi proposal ACC proposal
2021 dan pengajuan dan kuesioner
kuesioner pembimbing II (Dewi Kurniati,
S.Si.T, M.Keb
7. 6 Februari Konsul BAB IV-V Revisi BAB V
2021 dan Berikan
abstrak (Putri Azzahroh,
S.ST,M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai