SKRIPSI
Oleh:
NOVIANA NUFUS
195401426566
SKRIPSI
Oleh:
NOVIANA NUFUS
195401426566
i
HALAMAN PERSETUJUAN SEBELUM SIDANG SKRIPSI
Menyetujui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
ii
HALAMAN PERSETUJUAN SETELAH SIDANG SKRIPSI
Menyetujui:
Penguji I : (……………………)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
NOVIANA NUFUS
195401426566
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
iv
PERNYATAAN
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi lain.
Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
(Noviana Nufus)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semua
umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Minat
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang besar saya
besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati, M.Si.
5. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional
vi
Akhirnya saya sebagai mahluk yang tadak sempurna memohon maaf apabila
ada kesalahan baik secara teknik, format ataupun isi dari skripsi saya. Harapan saya
Penulis
vii
Abstrak
Latar Belakang: AKI dan AKB masih tidak memenuhi capaian target, sehingga
diperlukan inovasi yang baru untuk menurunkannya. Puskesmas Padarincang
merupakan salah satu wilayah dengan angka kematian ibu dan bayi yang masih
tinggi, beberapa faktor diantaranya yaitu ketakutan biaya yang besar, status
demografis dan geografis yang sulit terjangkau, sehingga akses ke Fasyankes masih
sulit. Upaya yang diharapkan melalui program Jetar Bulin yaitu dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan cakupan Linfaskes dan menurunkan
menurunkan AKI dan AKB.
Tujuan: Mengetahui minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi jetar bulin di
UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020.
Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sampel dalam
penelitian ini adalah orang-orang yang berkaitan langsung dalam program Inovasi
Jetar Bulin dimulai dari tenaga Puskesmas dan ibu bersalin terdiri dari 1 informan inti
dan 5 informan pendukung dengan teknik snowball sampling. Instrumen penelitian
menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi dan observasi. Analisis data
menggunakan model interaktif Miles dan Huberman
Hasil Penelitian: Pelaksanaan inovasi Jetar Bulin dimulai dari adanya sosialisasi dari
tingkat Desa kemudian ke tingkat kecamatan selanjutnya ke lintas program, minat
masyarakat terhadap pelaksanaan inovasi meningkat, kendala yang dialami selama
pelaksanaan inovasi Jetar Bulin yaitu adanya kurangnya tenaga kesehatan khususnya
bidan, kondisi geografis yang sulit dijangkau, sulitnya sinyal dan ketersediaan listrik
yang terbatas.
Kesimpulan dan Saran: Minat masyarakat terhadap pelaksanaan inovasi Jetar bulin
tinggi. Diharapkan program Jetar Bulin dapat dijadikan sebagai contoh bagi
Puskesmas lainnya agar dapat menurunkan AKI dan AKB serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
viii
Abstract
Background: AKI and AKB still do not meet the target achievement, so new
innovations are needed to reduce them. Padarincang Puskesmas is one of the areas
with high maternal and infant mortality rates, several factors including the fear of
high costs, demographic and geographic status that is difficult to reach, so that access
to the health facilities is still difficult. The efforts that are expected through the Jetar
Bulin program are to improve the degree of public health, increase the coverage of
health services and reduce the decrease in MMR and IMR.
Objectives: Knowing the public's interest in the use of jetar bullin innovation at the
UPT Padarincang Puskesmas Serang Regency in 2020.
Methodology: This research is a qualitative descriptive study. The sample in this
study were people who were directly related to the Jetar Bulin Innovation program
starting from the Puskesmas staff and maternity mothers consisting of 1 core
informant and 5 supporting informants with snowball sampling technique. The
research instrument used in-depth interviews, documentation and observation. Data
analysis used an interactive model by Miles and Huberman.
Results: The implementation of the Jetar Bulin innovation started from the
socialization from the village level to the sub-district level to the next cross-program,
the community's interest in implementing the innovation increased, the obstacles
experienced during the implementation of the Jetar Bulin innovation were the lack of
health workers, especially midwives, difficult geographical conditions, difficulty
limited signal and electricity availability.
Conclusion and Suggestion: Public interest in the implementation of Jetar bulin
innovation is high. It is hoped that the Jetar Bulin program can be used as an example
for other Puskesmas in order to reduce MMR and IMR and improve community
health status.
ix
DAFTAR ISI
x
3.6 Analisis Data...............................................................................................46
3.7 Tehnik Pengambilan Data...........................................................................47
3.8 Etika Penelitian...........................................................................................48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................50
4.1 Karakteristik Responden.............................................................................50
4.2 Hasil Penelitian...........................................................................................50
4.3 Pembahasan.................................................................................................60
4.4 Keterbatasan Penelitian...............................................................................68
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rincian Kegiatan Sasaran Khusus dan Cara Melaksanakan Kegiatan Jemput
dan antar ibu bersalin (Jetar Bulin)............................................................35
Tabel 2.2 Rencana Aksi Inovasi Jetar Bulin................................................................37
Tabel 4.1 Karakteristik Informan................................................................................50
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SINGKAT
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8 Dokumentasi
xv
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan masyarakat yang optimal untuk suatu bangsa. Angka Kematian Ibu (AKI)
angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan hidup (Lestari, et al.,
2016). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim di gunakan
sebagai indeks pembangunan ekonomi, indikator kualitas hidup dan komponen utama
laporannya tentang Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak (2019) Angka
kematian ibu di ASEAN 2015 menempati posisi kedua setelah Laos. Berdasarkan
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 Angka Kematian Ibu pada tahun 2018 sebesar
205 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu menurut provinsi tahun 2018-
2019 terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu (Kemenkes RI,
2020), sementara itu Provinsi Banten ditemukan 329 kematian ibu, adapun
Kabupaten Serang ditemukan 61 angka Kematian ibu (Dinkes Prov Banten, 2020).
Serang ditemukan AKI sebanyak 5 ibu, ternyata tahun 2020 mengalami penurunan
1
menjadi 4 kematian ibu. Penyebab kematian ibu adalah karena perdarahan,
Preeklamsi dan eklampsi serta anemia pada kehamilan, dan komplikasi pada saat
Indonesia (SDKI) tahun 2017 ditemukan 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2020). Provinsi Banten tahun 2019 ditemukan 523 kematian bayi, Kabupaten Serang
merupakan jumlah terbanyak kasus kematian bayi yaitu sebanyak 228 kematian bayi
(Dinkes Prov Banten, 2020). Sementara itu Puskesmas Padarincang pada tahun 2019
ditemukan 10 kasus kematian bayi dan tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 5
Program Expanding Maternal And Neo-natal Survival (EMAS). Program EMAS ini
RI) dengan United States Agency Develop-ment (USAID) untuk membantu Indonesia
di Indonesia yang mempunyai AKI tertinggi salah satunya Provinsi Banten. Melalui
program EMAS ini diharapkan AKI dapat diturunkan sebanyak 25% melalui
EMAS adalah meningkatkan kualitas pelayanan gawat darurat di rumah sakit dan
puskesmas serta memperkuat sistem rujukan antar puskesmas dan rumah sakit agar
Meskipun demikian, ternyata AKI dan AKB masih tidak memenuhi capaian
target, sehingga diperlukan inovasi yang baru agar AKI dan AKB dapat ditekan
2
sehingga mengalami penurunan. Menurut West & Turner (2018) menyebutkan bahwa
ada beberapa faktor yang menjadi beberapa hambatan sekaligus yang menjadi
peluang dalam melakukan inovasi diantaranya komunikasi yang tidak lancar dan
anggaran yang tidak cukup. Sementara itu menurut Fontana dalam Larasati (2015)
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor diantaranya organisasi, budaya dan manusia
itu sendiri. Beberapa strategi agar dapat meningkatakan inovasi tersebut menurut
Hasil penelitian dilakukan oleh Sugiharto & Hariani (2016) penemuan ide
Punggelan karena tingginya angka kematian ibu. Permasalahan utama dari kasus di
tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan sebagai rujukan oleh bidan
mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada meningkatnya kasus kematian ibu di
kematian ibu dan bayi yang masih tinggi. Menurut informasi dari Puskesmas
3
biaya yang besar, status demografis dan geografis Kecamatan Padarincang yang
masih ada beberapa daerah yang sulit terjangkau, sehingga akses ke Fasyankes masih
baru berupa inovasi Program Jetar Bulin. Upaya yang diharapkan melalui program
Padarincang, 2020).
Proses pelaksanaannya dimulai adanya informasi dari bidan desa atau kader
yang berada di wilayah tersebut bahwa ada ibu yang akan melahirkan di Puskesmas,
Setelah adanya program Jetar Bulin, ternyata tahun 2020 angka kematian ibu
dan bayi mengalami penurunan, begitu juga dengan minat masyarakat terhadap
program Jetar Bulin semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari data tahun 2019
menggunakan program Jetar Bulin, tahun 2020 mengalami peningkatan dimana dari
Program Jetar Bulin. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa minat
4
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan
mengalami peningkatan, adapun kasus kematian ibu dan bayi mengalami penurunan.
tersebut, hal ini dapat diketahui dari masih ditemukannya jumlah AKI dan AKB pada
tahun 2020.
Tahun 2020?”.
5
b. Mengetahui minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi jetar bulin di UPT
c. Mengetahui kendala yang dilami selama pelaksanaan inovasi Jetar Bulin di UPT
bidang kesehatan khususnya asuhan kebidanana pada ibu bersalin agar dapat
minat masyarakat terhadap pemanfaatan inovasi Jetar Bulin dan kendala yang
dilami selama pelaksanaan inovasi Jetar Bulin sehingga bisa ditemukan solusi
agar dapat meningkatkan kembali program tersebut sehingga AKI dan AKB
dapat menurun sehingga tidak ditemukan angka kematian ibu dan bayi di wilayah
tersebut.
c. Bagi Masyarakat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suryabrata (2018) definisi minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya.
merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan dalam
dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi
pikiran dan tindakan seseorang. Dimensi afektif ini mencakup tiga hal penting yaitu
(1) berhubungan dengan perasaan mengenai obyek yang berbeda; (2) perasaan-
perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke kubu yang
berlawanan, tidak positif dan tidak negatif; (3) berbagai perasaan yang memiliki
sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang mereka
7
inginkan bila mereka bebas memilih. Minat juga merupakan suatu perangkat mental
yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka dan rasa
takut karena minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons yang
a. Perhatian terhadap obyek yang diminati secara sadar dan spontan, wajar tanpa
paksaan. Faktor ini ditunjukkan dengan perilaku tidak goyah oleh orang lain
selama mencari barang yang disenangi. Artinya tidak mudah tebujuk untuk
berpindah ke selainnya.
b. Perasaan senang terhadap obyek yang menarik perhatian. Faktor ini ditunjukkan
c. Konsistensi terhadap obyek yang diminati selama obyek tersebut efektif bagi
dirinya.
d. Pencarian obyek yang diminati, faktor ini ditunjukkan dengan perilaku tidak
yang dapat menjadi sebab atau akibat dari pengalaman yang lalu, individu
8
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa minat diperoleh dari adanya
konsistensi terhadap obyek secara sendiri, spontan, wajar dan tanpa paksaan. Adanya
b. Perjuangan motif, sebelum mengambil pada batin terdapat beberapa motif yang
c. Keputusan, inilah yang sangat penting berisi pemilihan antara motif yang ada,
b. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat atau
lingkungan.
Sesuai dengan pendapat Miflen & Miflen (2017) yang menyatakan bahwa
faktor yang dapat mempengaruhi minat, baik dari individu maupun lingkungan
masyarakat, yaitu:
dengan dorongan fisik, motif, mempertahankan diri dari rasa lapar, rasa takut,
9
rasa sakit dan sebagainya. Menurut Muhibbin (2017) faktor internal tersebut
c. Faktor emosional atau perasaan. Faktor ini dapat memacu minat individu, apabila
a. Faktor keluarga
b. Meningkatkan pengetahuan
keterampilan serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Sehingga
pelatihan.
c. Tuntutan pekerjaan
10
mengorbankan diri dalam waktu dan usaha dengan harapan mencapai
keberhasilan.
d. Mendapat legislasi
kesehatan
e. Sosial ekonomi
pribadi yang berkembang dimulai sejak kanak-kanak yang tertanam dalam diri
minat diawali oleh perasaan senang dan sikap positif. Hajah (2018) menjelaskan
b. Minat adalah sesuatu yang menyenangkan dan timbu dari suatu objek.
11
2.1.1.5 Unsur-Unsur Minat
Menurut Nasir (2016) seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila
a. Perhatian
yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek, jadi
seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek yang pasti perhatiannya akan
b. Kesenangan
Perasaan senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda akan
menimbulkan minat pada diri seseorang, orang merasa tertarik kemudian pada
gilirannya timbul keinginan yang dikehendaki agar obyek tersebut menjadi miliknya.
c. Kemauan
Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan
yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu
perhatian terhadap suatu obyek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat
12
Minat pada dasarnya dapat dibentuk dalam hubungannya dengan obyek. Hal
yang paling berperan dalam pembentukan minat selanjutnya dapat berasal dari orang
lain, meskipun minat dapat timbul dari dalam dirinya sendiri. Adapun pembentukan
minat menurut Elsa (2017) dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
yang ditimbulkan oleh obyek yang dimaksud. Informasi yang diberikan dapat
dan kesempatan mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kebutuhan
13
Manusia sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik.
tekanan internal sebagai hasil dari perubahan keadaan sistem dan tekanan
internal sebagai hasil dari perubahan keadaan sistem dan tekanan ini dinyatakan
b. Pengalaman
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
informasi pengalaman orang lain. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
Mendapat hasil yang lebih baik dalam hal ini adalah mendapat tambahan
14
Menurut Friedman (2018) mengemukakan bahwa seseorang yang menemukan
suatu obyek dan dapat berhubungan maka ia menaruh minat terhadap obyek tersebut.
bersifat tugas maupun bukan tugas. Meskipun cara ini mengandung kelemahan
apabila digunakan dengan tepat dan disertai dengan pendekatan yang baik
c. Menyimpulkan dari tes obyektif. Nilai-nilai yang tinggi obyek atau masalah
biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut. Perlu
diperhatikan meskipun hal ini sering terjadi akan tetapi tidk selalu bersifat
yang bersangkutan, subyek senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktifitas
merasakan sakit sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakit
tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru
akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Menurut Notoadmodjo (2018)
15
a. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa. Alasannya adalah keadaan tersebut tidak
beranggapan bahwa tanpa bertindak apa pun gejala yang dideritanya akan lenyap
dengan sendirinya.
b. Tindakan mengobati sendiri, dengan alasan bahwa orang tersebut percaya kepada
diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasar pengalaman-pengalaman yang lalu
yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya daripada
pengobatan lainnya.
pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk
dikontrol.
dokter praktek.
16
Berdasarkan uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat
perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan memengaruhi atas
dipakai atau tidak dipakainya fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, semakin
kesehatan medis.
sakit pada dirinya dan diluar dirinya), maupun aktif sehubungan dengan penyakit
17
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap
adalah interaksi antara konsumen dan provider, yang dipengaruhi oleh faktor sosial
budaya, organisasi, faktor yang berkaitan dengan konsumen dan faktor yang
Penggunaan pelayanan kesehatan juga ditentukan oleh budaya, etnik atau ras
tertentu, dan social network yaitu dimana keluarga, sanak famili, teman ikut
tokoh masyarakat dalam hal ini berhubungan dengan perilaku ibu dalam
dengan provider yang berkaitan dengan jumlah dan jenis sumber daya dalam
jarak, waktu tempuh, biaya transportasi dan keterbatasan waktu yang berkaitan
18
d. Faktor social accessibility berhubungan dengan karakteristik non spasial dan
faktor psikologi, sosial budaya dan sikap pasien terhadap pemberi pelayanan
atau sebaliknya.
a) Faktor sosial demografi meliputi umur, sex, ras dan suku bangsa (etnik),
b) Faktor sosial psikologi yaitu persepsi seseorang terhadap sakit dan sikap
mempengaruhinya.
19
demografi (Umur, jenis kelamin, status perkawinan), serta keyakinan bahwa
predisposing dan enabling ada. Komponen need dibagi menjadi dua kategori
yaitu perciev (persepsi seseorang terhadap kesehatan) dan evaluated (gejala dan
diagnosa penyakit).
2.1.2 Inovasi
2.1.2.1 Pengertian Inovasi
Kata inovasi berasal dari bahasa inggris innovation berarti perubahan. Inovasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk
menemukan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan input, proses, dan output serta
dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Inovasi yang berkaitan dengan
input diartikan sebagai pola-pola pemikiran atau ide manusia yang disumbangkan
pada temuan baru. Adapun inovasi yang berkaitan dengan dengan proses banyak
20
berorientasi pada metode, teknik ataupun cara bekerja dalam rangka menghasilkan
sesuatu yang baru. Selanjutnya, inovasi yang berkaitan dengan output berdasarkan
definisi tersebut lebih ditujukan pada hasil yang telah dicapai terutama penggunaan
pola pemikiran dan metode atau teknik kerja yang dilakukan. Ketiga elemen dalam
inovasi tersebut sesungguhnya membentuk suatu kesatuan yang utuh (Makmur &
Rohana, 2015).
namun sebenarnya aspek kebaruan dalam inovasi sangat ditekankan untuk inovasi
sangat ditekankan untuk inovasi pada sektor swasta maupun indusstri. Sektor publik
lebih ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan dari kegiatan inobasi tersebut
yaitu pemerintah mampu memberikan pelayan publik secara lebih efektik efisien dan
Definisi dari inovasi itu sendiri menurut Ancok & Suroso (2015) adalah
pengenalan dan penerapan dengan sengaja gagasan, proses, produk dan prosedur
yang baru pada unit yang menerapkannya dirancang untuk memberikan keuntungan
mendefinisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan , praktek atau objek/benda
yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau
Ada tiga kunci sukses organisasi untuk melakukan inovasi secara efektif yang
21
b. Struktur organisasi yaitu dengan struktur yang lebih fleksibel, adanya disiplin
c. Iklim organisasi, yaitu iklim yang promotif dan terbuka kekuasaan dalam
organisasi disebarkan tidak terpusat pada jenjang atas dan memberikan sistem
kualitas yang baik pada harga yang sesuai, kemungkinan memperoleh provit dan
Inovasi adalah penerapan ide-ide tersebut secara actual dan praktek. Hal-hal yang
b. Tekanan yang kuat pada kualitas baik dalam maupun akhir suatu layanan
22
d. Adanya tuntutan kebutuhan prosedur yang dirancang secara cermat untuk
b. Menerima kesalahan, apabila ide kreatif dan pemikiran yang berani merupakan
elemen yang penuh resiko, jangan menghukum sebuah kesalahan dari ide kreatif.
dapat berguna dan bertahan lama. Jenis-jenis inovasi menurut Robertso ndalam
23
a. Incremental innovation to radical innovation (ditandai oleh tingkat perubahan,
mengawali proses dan mengarah kepada perubahan perilaku dari top manajemen
atau organisasi atau institusi didalam hirarkhi, bermakna dari para pekerja
proses telah diawali untuk menyelesaikan masalah spesifik atau agar produk,
Suwarno (2018) inovasi organisasi sebagai gagasan atau perilaku baru dalam
organisasi dapat berupa produk atau jasa yang baru,teknologi yang baru,teknologi
proses,sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota
organisasi. Penerapan inovasi memiliki atribut yang melekat didalam inovasi tersebut.
a. Keuntungan relatif, sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih
melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang
lain;
b. Kesusaian, inovasi juga mempunyai sifat kompatibel dan sesuai dengan inovasi
yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta
24
dibuang begitu saja,selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit,namun
juga inovasi yang lama menjadi bagian proses transisi ke inovasi terbaru.selain
itu juga dapat memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap
lebih baru dan lebih baik,maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak
d. Kemungkinan dicoba, inovasi hanya bisa diterima apabila telah terujidan terbukti
setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari
sebuah inovasi.
e. Kemudahan diamati, sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi
f. Aspek penting lainnya dalam kajian inovasi adalah berkenaan dengan level
berbeda dengan proses yang terjadi secara individu. Sebagai sebuah organisasi, sektor
publik dalam mengadopsi produk inovasi akan melalui tahapan sebagai berikut :
25
a. Initiation (Perintisan)
Tahapan perintisan terdiri atas fase agenda setting dan matching. Ini
terjadi dalam organisasi. Pada tahapan agenda setting ini dilakukan proses
hendak diadopsi.
b. Implementation (Pelaksanaan)
Tahapan implemenasi ini terdiri atas fase redefinisi, klarifikasi dan rutinisasi.
terjadi ketika inovasi sudah digunakan secara meluas dalam organisasi dan
rutinisasi adalah fase di mana inovasi sudah diangap sebagai bagian dari
organisasi.
26
a. Inovasi yang melibatkan perubahan karakteristik dan rancangan (desain) produk-
b. Inovasi delivery termasuk cara-cara baru atau cara yang diubah dalam
e. Inovasi interaksi sistem cara-cara baru atau yang diubah dalam berinteraksi
Inovasi adalah penerapan ide-ide tersebut secara actual dan praktek. Hal-hal yang
b. Tekanan yang kuat pada kualitas baik dalam proses maupun akhir suatu layanan.
27
d. Adanya tuntutan kebutuhan prosedur yang dirancang secara cermat untuk
e. Keterbatasan potensi
melakukan inovasi menurut West & Turner (2018) adalah sebagai berikut:
28
peluang emas bagi manusia dalam melakukan aktivitas mengembangkan inovasi
yang dapat melahirkan kebanggaan terhadap dirinya sendiri dan sanjungan dari
orang lain.
melainkan harus dikerjakan melalui proses kegiatan yang memakan waktu lama
rangka menciptakan inovasi setiap anggota masyarakat pada umumnya dan anggota
dalam organisasi.
memelihara inovasi.
pengembangan sumber daya manusia yang ada pada organisasi melalui pelatihan
29
Meninjau pentingnya inovasi organisasi dalam mempertahankan keberadaan
terkait pengambilan keputusan inovasi menurut Saud, et al (2017) terdiri atas lima
a. Tahap pengetahuan.
inovasi. Oleh karena itu, inovasi perlu disampaikan melalui berbagai saluran
komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak, maupun
b. Tahap persuasi.
Tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi
secara detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam
menyenangi atau tidak senang terhadap inovasi, dimana rasa senang atau tidak
senang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1)
kelebihan inovasi, (2) tingkat keserasian, (3) kompleksitas, ( 4) dapat dicoba dan
30
Setelah mengalami tahan persuasi yang menimbulkan rasa senang atau
tidak senang terhadap inovasi, calon pengadopsi inovasi akan mengali tahap
memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi tersebut. Ada dua
macam penolakan inovasi, yakni: (a) penolakan aktif yaitu penolakan inovasi
mencoba inovasi terlebih dahulu dan (b) penolakan pasif yakni penolakan inovasi
d. Tahap implementasi.
Pengguna inovasi akan menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari
informasi lebih lanjut tentang hal itu. Tahap ini merupakan tahap dimana
e. Tahap konfirmasi.
31
Suwarno (2018) ada empat macam strategi yang dapat diterapkan di dalam
inovasi, yakni:
dengan maksud agar progam inovasi tersebut dapat terlaksana dengan mudah dan
kesadaran terhadap klien (adaptor) terkait pengadaan fasilitas dan tujuan dari
engadaan tersebut.
terkait inovasi kepada para klien (adaptor) inovasi tersebut. Pemberian fakta
terkait inovasi yang akan diberikan kepada adaptornya akan membantu para
klien (adaptor) agar meterima inovasi. Strategi ini biasanya digunakan dalam
bujukan juga dianggap sebagai pemberian harapan kepada para penerima inovasi.
d. Strategi paksaan
32
Strategi paksaan digunakan ketika penguasa/pimpinan menghendaki
seluruh komponen dibawahnya menerima inovasi yang ada. Itu artinya bahwa
inovasi yang dibuat oleh atasan harus diterima oleh seluruh jajaran yang ada
dibawahnya.
sejumlah layanan, sehingga warga memiliki harapan yang tidak sederhana untuk
Lembaga terkait, Instansi Publik, Swasta, untuk kesamaan cara pandang yang
pihak Pemerintah.
33
Jetar bulin yaitu program inovasi yang bertujuan memudahkan akses bagi ibu
bersalin ke fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu dalam hal ini ke Puskesmas
Kecamatan Padarincang melalui pelayanan jemput dan antar ibu bersalin, sehingga
Padarincang, 2018).
dalam wilayah kerjanya dengan struktur geografis yang beragam, baik pegunungan
maupun dataran. Masih terdapat beberapa wilayah yang sulit terjangkau dikarenakan:
beberapa daerah yang sulit terjangkau, sehingga akses ke Fasyankes masih sulit.
Puskesmas.
kasus- kasus kematian AKI dan AKB yang cukup signifikan serta tingkat
34
Berdasarkan data dari Puskesmas Padarincang (2020) menimbulkan terjadinya
AKI dan AKB sulit diturunkan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2018 angka kematian
ibu dan angka kematian bayi di puskesmas Padarincang dengan angka kematian ibu 5
melakukan terobosan baru untuk mengurangi AKI dan AKB serta meningkatkan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
35
A Jemput Tercapainya 1. Menerima laporan Ibu 1.Petugas kesehatan
ibu pelaksanaan dari pelapor (bides, Bersalin menerima laporan dari
bersalin penjemputan ibu kader dan masyarakat) (BULIN) bidan desa, kader
bersalin di wilayah 2. Persiapan alat (alat kesehatan dan keluarga
kecamatan tulis (pena), buku pasien tentang ibu
padarincang register dan alat partus bersalin yang harus
set) dijemput
3. mempersiapkan 2.Petugas kesehatan
kendaraan mempersiapkan mobil
(ambulance) yang ambulance yang akan
akan digunakan menjemput ibu bersalin
penjemputan 3.Petugas kesehatan
4. Melaksanakan menjemput ibu bersalin
penjemputan dari rumah pasien
5.Mendokumentasikan menuju fasilitas
(foto dan mencatat kesehatan (Puskesmas)
dibuku register) 4.Petugas kesehatan
mendokumentasikan
kegiatan Jetar Bulin
dengan mengambil foto
kegiatan dan mencatat
di buku register Jetar
Bulin yang tersedia di
mobil ambulance dan
ruang bersalin (VK)
B Antar ibu Tercapaianya 1. Menilai kondisi pasien Ibu 1.Petugas kesehatan
bersalin kegiatan apakah sudah layak di Bersalin menilai kondisi pasien
pengantaran ibu pulangkan (BULIN) apakah sudah layak
bersalin kembali 2. Pihak keluarga untuk di pulangkan atau
kerumahnya meminta untuk diantar belum
pulang ke rumah 2.Keluarga pasien atau
3. Persiapan alat (alat kader kesehatan
tulis (pena), buku meminta layanan
register) program inovasi Jetar
4. Mempersiapkan Bulin untuk mengantar
kendaraan pasien pulang ke rumah
(ambulance) yang 3.Petugas kesehatan
akan digunakan mempersiapkan mobil
pengantaran ambulance yang akan
5. Melaksanakan mengantar ibu bersalin
pengantaran 4.Petugas kesehatan
6.Mendokumentasikan mengantar pulang ibu
(foto dan mencatat bersalin dari fasilitas
dibuku register) kesehatan (puskesmas)
menuju rumah pasien
5.Petugas kesehatan
mendokumentasikan
kegiatan Jetar Bulin
dengan mengambil foto
kegiatan dan mencatat di
buku register Jetar Bulin
yang tersedia di mobil
ambulance dan ruang
36
bersalin (VK)
Sumber: Puskesmas Padarincang, 2020
Dukungan dari lintas sektoral sangatlah diperlukan bagi keberhasilan program inovasi
Ratu Pelita. Jemput antar ibu bersalin (Jetar Bulin) di wilayah Puskesmas kecamatan
Padarincang tahun 2019 ada 92 ibu bersalin yang telah dilayani dengan program Jetar
Bulin, tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 149 ibu bersalin. Monev
dilakukan per 6 bulan sekali, untuk meningkatkan Pelaksanaan program Jetar Bulin
dengan melibatkan peran serta linsek dalam hal ini kader kesehatan. Pencatatan dan
pelaporan tahunan hasil kegiatan program inovasi Jetar Bulin oleh Penanggung jawab
37
program beserta seluruh 2019 program
inovasi staf inovasi
Penjadwalan SOP dan
launching Kerangka
program Acuan
Sosialisasi Kegiatan
kepada linsek program
Penyusunan inovasi
SOP dan “JETARB
Kerangka ULIN “
acuan Pertemuan
kegiatan dengan
linsek
untuk
sosialisasi
3. Ujicoba Pelaksanaan Kepala Maret Terlaksanan ACTION -
program puskesmas 2019 ya kegiatan
JETAR beserta seluruh jemput antar
BULIN karyawan pasien ibu
dengan bersalin
melibatkan sebanyak 10
peran serta orang
linsek dalam
hal ini kader
kesehatan
4. Impleme Launching Kepala April – Ada nya SK FGD Rp1.225.000
ntasi program puskesmas Juni Tim DAN
inovasi beserta seluruh 2019 Program ACTION
JETAR karyawan dan JETAR
BULIN melibatkan BULIN
Sk dan SOP lintas sektoral Launching
program program
JETAR inovasi pada
BULIN tanggal 29
Pelaksanaan Mei 2019
program Ada 39
JETAR orang ibu
BULIN bersalin
dijemput dan
ada 2 orang
ibu bersalin
yang
dijemput dan
diantar
38
Monev Monev Kepala Juli Ada 58 FGD -
dilakukan per puskesmas dan 2019 orang ibu
6 bulan sekali tim program bersalin
JETAR yang telah
BULIN dilayani
dengan
program
JETAR
BULIN
Maternal And Neo-natal Survival (EMAS). Program EMAS ini merupakan kerjasama
Indonesia yang mempunyai AKI tertinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten, Sumatera Utara, dan Sula-wesi Selatan. Melalui program EMAS ini
kasus gawat darurat obstetrik. Adapun tujuan program EMAS adalah meningkatkan
kualitas pelayanan gawat darurat di rumah sakit dan puskesmas serta memperkuat
sistem rujukan antar puskesmas dan rumah sakit agar lebih efisien dan efektif (Cibro,
et al., 2016).
sulit menjadikan Puskesmas Padarincang AKI dan AKB masih tinggi. Adanya
Nomor 800/2019 yang diketuai oleh Ratini dengan anggota terdiri dari bidan
Puskesmas dan 14 Bidan Desa beserta Supir ambulan. Adapun sebagai penanggung
39
jawab yaitu Kepala Puskesmas ibu Melly Siltina. Program rersebut berlaku dimulai
tanggal 1 April 2019. Adanya program tersebut diharapkan dapat menurunkan AKI
yang disebabkan oleh kondisi geografis dan askes transportasi yang sulit, rendahnya
tingginya angka pernikahan dini. Adanya latar belakang tersebut dibuatlah program
inovasi pelayanan “SAKINA” di tahun 2014 yang merupakan akronim dari Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak. Inovasi tersebut terpusat pada proses pelayanan yaitu
dengan memberikan pelayanan prima dengan model jemput bola dan pendampingan
secara eksklusif pada ibu hamil sejak kehamilan sampai persalinan. Program inovasi
pelayanan SAKINA merupakan ide dari Kepala Puskesmas Sempu yang kemudian
“SAKINA” Stop Angka Kematian Ibu dan Anak. Program SAKINA terdapat laskar
atau tim yang bertugas mendampingi dan memantau ibu hamil resiko tinggi. Setiap
desa terdiri atas bidan koordinator desa dan kader SAKINA yang berjumlah 6-7
orang. Inovasi produk, SAKINA mempunyai fasilitas untuk ibu hamil, yaitu: 1)
keberadaan rumah singgah yang gunanya sebagai tempat transit bagi ibu hamil yang
kemudahan akses. Proses pelayanan setelah adanya pogram inovasi SAKINA yaitu
40
Laskar SAKINA mencari keberadaan ibu hamil. Setelah menemukan ibu hamil, kader
langsung menelpon bidan wilayah/bidan desa, kemudian bidan mendatangi rumah ibu
hamil sesuai dengan informasi dari kader untuk melakukan deteksi awal resiko tinggi
dengan kartu skrining, ketika dalam proses pemeriksaan bidan menemukan keluhan
Inovasi pelayanan pada ibu hamil melalui inovasi SAKINA dilakukan di luar dan di
medis) menggunakan SOP standar yang sudah ada dipuskesmas. Akan tetapi, jika
pelayanan dilakukan di luar puskesmas pelaksana (tenaga medis) beracuan pada SOP
ide inovasi jemput bola dilatar belakangi oleh keprihatinan Bidan Puskesmas II
Punggelan karena tingginya angka kematian ibu. Permasalahan utama dari kasus di
tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan sebagai rujukan oleh bidan
mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada meningkatnya kasus kematian ibu di
langkah dasar dalam pengumpulan informasi tentang jumlah ibu hamil di Kecamatan
41
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Susuilawati (2018)
didapatkan bahwa di dalam upaya pelaksanaan peningkatan Kesehatan ibu dan anak
melakukan inovasi program – program kesehatan ibu dan anak diantaranya; Program
SAKINA (Stop Kematian Ibu dan Anak), Generasi Anak Top (Gerakan Memberikan
ASI Ibu dan Anak Tumbuh Optimal) serta Kampung KB. Kegiatan utama dalam
peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak adalah program SAKINA yang dari program itu
terbenyuk pemburu ibu hamil yang dilakukan oleh pedagang Sayur “Mlijo”, Laskar
Ibu hamil yang anggotanya adalah kader dan Layanan Jemput Ibu (LAJU) serta
kerjasama yang baik antara masyarakat, petugas kesehatan, aparat pemerintah dan
upaya yang dilakukan di puskesmas sempu dapat dijadikan contoh dan dapat
42
2.2 Kerangka Teori
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
nonmatematis, dan ukuran nilai yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
dimana peneliti tidak menggunakan data angka dalam prosesnya. Penelitian ini
Hasil dari penelitian ini akan dideskripsikan secara detail termasuk dalam
dalam program Inovasi Jetar Bulin dimulai dari tenaga Puskesmas dan masyarakat
benda, objek yang dapat memberi informasi, fakta, data, dan realitas yang terkait
atau relevan dengan apa yang dikaji atau diteliti. Sumber data bisa jadi informan,
atau rantai hubungan yang menerus dimana peneliti mengambil sampel sebagai
onforman kunci untuk mengetahui data secara rinci dari informan tersebut.
Sampel dalam penelitian ini yaitu dibagi menjadi informan inti dan
penanggung jawab Program dan Ketua Program Jetar Bulin. Adapun informan
pendukung terdiri dari bidan Puskesmas sebanyak 2 orang, dan ibu bersalin
responden.
Serang dengan alasan program tersebut sudah dijalankan sejak bulan April tahun
2019 dengan tujuan untuk menurunkan AKI dan AKB. Waktu penelitian
45
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang
sumber data, analisis data, dan melakukan pengumpulan data. Adapun instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara yang digunakan
untuk metode pengumpulan data melalui wawancara dengan bantuan alat perekam
dalam penelitian ini adalah metode yang paling utama, dimana peneliti
a. Dokumentasi
dan jumlah ibu bersalin yang menggunakan Jetar Bulin pada tahun 2019 dan
2020.
46
b. Observasi
berlangsung.
Ada empat langkah dalam teknis analisis isi (content analysis) model
a. Pengumpulan data dengan cara merekam data yang diperoleh dari catatan
pokok atau penting. Data yang telah diketik dalam transkrip kemudian dibuat
47
ringkasan untuk mengetahui kekurangan data. Selanjutnya membuat kode
penyajian data.
c. Penyajian data menggunakan bentuk bagan dan teks naratif dengan analisis
isi secara deduktif. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan keabsahan data
data. Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti
lainya oleh peneliti pada saat kembali ke lapangan. Jika data yang diperoleh
memiliki keajegan atau sama dengan data yang telah diperoleh, maka dapat
a. Tahap persiapan
1) Studi pustaka dalam penelitian ini, peneliti akan melengkapi data dengan
48
2) Penyusunan pertanyaan. Peneliti menyusun beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan inovasi jetar bulin, dukungan dan hambatan serta minat
b. Tahapan pelaksanaan
saja yang berkaitan dengan program inovasi Jetar Bulin, peneliti juga
pertanyaan sesuai dengan yang diberikan oleh peneliti. Data yang terkumpul
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian
mempertahankan aspek etik dalam kaitan menaruh hormat atas martabat manusia.
Etika penelitian juga mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap
subjek penelitian secara serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi masyarakat
49
(Notoatmodjo, 2017). Komisi Nasional Etika Penelitian Kesehatan menyatakan
bahwa:
subjek.
untuk ikut serta dalam penelitian ini, apabila subjek penelitian setuju maka
pengkodean.
c. Justice (keadilan)
benar dan pantas, memperhatikan hak dari subjek penelitian, serta distribusi
seimbang dan adil dalam hal beban dan manfaat keikutsertaan dalam
50
penelitian. Subjek penelitian ini tidak dibeda-bedakan antara subjek yang satu
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
penanggung jawab Program dan Ketua Program Jetar Bulin. Adapun informan
pendukung terdiri dari bidan Puskesmas sebanyak 2 orang, dan ibu bersalin
penelitian ini dilakukan pada informan dengan usia berkisar dari 30-48 tahun
dengan pendidikan SLTP-S2 dan pekerjaan IRT, Bidan Desa dan Kepala
Puskesmas.
inovasi Jetar Bulin yang dilakukan kepada satu informan inti dan dua informan
pendukung yaitu Kepala Puskesmas dan bidan desa yang bekerja di wilayah
proses pelaksanaan program Jetar Bulin dan hasil yang didapat setelah adanya
program Jetar Bulin. Berikut ini penjelasan tentang dasar pemikiran tercetusnya
“Kita awali pertanyaan pertama ya.. mengenai soal Jetar Bulin itu
pada awalnya dirintis di tahun 2018 akhir ya!!.. 2018 akhir itu
dikarenakan kan secara geografis juga Padarincang itu kan
Medannya itu kan pegunungan, perbukitan, banyak medan-medan
tertentu di daerah di atas gunung itu tidak dapat dijangkau oleh
kendaraan roda empat dan banyaknya kasus-kasus kematian ibu
dan anak yang terjadi di kecamatan Padarincang yang kemudian
kita telusuri lagi salah satu yang menjadi pemicunya adalah medan
yang saya sebutkan tadi dan yang kedua adalah kurangnya akses
masyarakat ke Puskesmas. Akhirnya kami berinisiatif membentuk
Jetar Bulin atau Jemput Antar Ibu Bersalin yang memudahkan
akses dari ibu-ibu bersalin untuk menuju Fasilitas Kesehatan
terdekat khususnya ke Puskesmas Padarincang” (P1).
bahwa:
53
Sama halnya dengan yang diutarakan oleh P3, P4 dan P5 yang menyatakan
bahwa sebelum adanya inovasi Jetar Bulin proses persalinan dirasa susah dengan
“Tim kecil dari inovasi jetar bulin ini adalah dimulai dari
Puskesmas yang dikepalai oleh Kepala Puskesmas sendiri dan
dibawahi oleh bidan Puskesmas oleh bidan koordinator nya dan
langsung dipegang kembali oleh bidan desa masing-masing dan di
bawahnya ada lagi kader kesehatan dan Dukun paraji dan
melibatkan lintas terkait yaitu kepala desa”. (I1)
orang yang terlibat dalam program inovasi Jetar Bulin sebagai berikut:
orang yang terlibat dalam program inovasi Jetar Bulin diantaranya yaitu:
54
“Kader, tokoh masyarakat, bidan desa, juga driver.. juga
penanggung jawab program tabulin” (P2).
Sama halnya dengan informasi yang diutarakan oleh P3, P4 dan P5 yaitu:
55
“Mau ke Puskesmas telepon Ibu bidan, kalau nggak.... telepon ibu
kader nanti ibu kadernya yang nelepon ibu bidan.” (P4)
a. Pengorganisasian
Kepala Puskesmas
Wakil Manajemen
Mutu
Penanggung jawab
program inovasi
56
pelaksanaan kegiatan program inovasi tersebut. Wakil Manajemen Mutu
bersama dengan ketua pokja UKM, penanggung jawab program inovasi dan
c. Pelaporan :
bentuk laporan kepada ketua pokja UKM yang kemudian dilaporkan kepada
inovasi Jejat Bulin diawali adanya kasus AKI dan AKB yang disebabkan oleh
kasus persalinannya tidak bisa ditangani oleh Puskesmas yang disebabkan oleh
melakukan inovasi Jetar Bulin atau jemput Antar ibu bersalin. Proses
inovasi program akan mengadakan rapat koordinasi tiap 6 bulan sekali sehingga
57
4.2.2 Minat Masyarakat terhadap Pemanfaatan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020
Adanya inovasi Jetar Bulin ternyata diminati oleh masyarakat, hal ini
dapat dilihat dari adanya peningkatan capaian target jumlah ibu bersalin yang
sebagai berikut:
Pernyataan tersebut dapat deilihat dari data laporan buku kunjungan Ibu
bersalin yang menggunakan inovasi Jetar Bulin yaitu pada tahun 2019 dari 152
program Jetar Bulin, tahun 2020 mengalami peningkatan dimana dari 165 ibu
Program Jetar Bulin. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa minat
Begitu juga adanya penurunan AKI dan AKB simana tahun 2019 ditemukan AKI
58
ibu. Selanjutnya AKB pada tahun 2019 ditemukan 10 kasus kematian bayi dan
Sama halnya dengan yang dirasakan oleh P3, P4 dan P5 yang menyatakan
merasa puas terhadap inovasi Jetar Bulin karena dirasa sangat membantu
sebagai berikut:
Puskesmas Padarincang karena dapat menurunkan AKI dan AKB maka pihak
Puskesmas mendapatkan bantuan ambulan Desa untuk 4 desa. Hal ini dapat
terhadap pemanfaatan inovasi Jetar Bulin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
capaian target persalinan di fasilitas kesehatan pada tahun 2019 hanya 60%
ternyata pada tahun 2020 meningkat cukup tajam mencapai 90% begitu juga
berdasarkan hasil bahwa angka kematian ibu dan bayi menurun serta dapat dilihat
59
dari adanya kepuasan yang dirasakan oleh ibu bersalin yang menyatakan bahwa
merasa puas dan merasa terbantu setelah adanya cetar gulin terutama pada
4.2.3 Kendala yang Dilami Selama Pelaksanaan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020
Program inovasi Jetar Bulin tidak lepas dari adanya berbagai masalah
geografis, sulitnya akses internet dan listrik dengan penjelasan sebagai berikut:
Pendapat yang lainnya yaitu karena adanya kurang kooperatif dari pihak
60
“Setelah kami melakukan evaluasi akhirnya kendala tersebut
dipecahkan dengan solusinya adalah apabila ada ibu bersalin yang
memanggil untuk dijemput, yang berhak menghubungi pasien itu
yang mendatangi adalah bidan desa terkait, jadi bidan desa itu
datang dulu ke rumah si pasien, tinggal ambulans yang datang
menjemput ke rumah si ibu yang akan bersalin, jadi pasien dikawal
oleh bidan desa terkait dan kader beserta paragi yang
mendampingi mereka”. (I1)
“Ini kalau dari sisi saya ya sebagai bidan desa yang pasti saya
akan melakukan komunikasi secara pribadi dengan kader-kader
saya supaya mereka tetap termotivasi tergerak untuk
menggerakkan masyarakat di sekitarnya untuk mensosialisasikan
kepada masyarakat disekitarnya kalau kami punya program Jetar
Bulin sehingga masyarakat itu tahu dan mereka tidak perlu lagi
bingung soal akses ke Puskesmas dan dari Puskesmas kembali ke
rumahnya”. (P1)
“Merangkul kembali masyarakat yang ada di wilayah setempat”. (P2)
program tersebut dirasa tidak ada hambatan bahkan seluruhnya mendukung baik
suami maupun keluarga lainnya, sesuai dengan pendapat P3, P4 dan P5 yang
menyatakan bahwa:
program inovasi Jetar Bulin diketahui ada berbagai kendala diantaranya yaitu
yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, sulitnya sinyal dan listrik yang
61
program Jetar Bulin. Adapun upaya mengatasinya yaitu dengan cara pada saat
mendatangi ke rumah ibu bersalin adalah bidan desa terkait, sementara upaya
kepada masyarakat disekitarnya kalau kami punya program Jetar Bulin sehingga
masyarakat itu tahu dan mereka tidak perlu lagi bingung soal akses ke Puskesmas
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pelaksanaan Inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2020
inovasi Jejat Bulin diawali adanya kasus AKI dan AKB yang disebabkan oleh
kasus persalinannya tidak bisa ditangani oleh Puskesmas yang disebabkan oleh
melakukan inovasi Jetar Bulin atau jemput Antar ibu bersalin. Proses
inovasi program akan mengadakan rapat koordinasi tiap 6 bulan sekali sehingga
Menurut West dan Turner (2018), inovasi berasal dari kreatifitas ide-ide
baru. Hal-hal yang dapat merangsang inovasi salah satunya tekanan yang kuat
62
pada kualitas baik dalam maupun akhir suatu layanan, adanya tuntutan kebutuhan
prosedur yang dirancang secara cermat untuk memastikan kerja gabungan yang
efektif dan adanya komunikasi dan koordinasi antar departemen Partisipasi dan
inovasi kepada para klien (adaptor) inovasi tersebut, ketiga strategi bujukan
merupakan suatu strategi dengan cara membujuk para klien (adaptor) agar
inovasi dan analisa praktek yang sukses menunjukkan bahwa strategi utama
kehamilan dan persalinan dan masih tingginya angka pernikahan dini. Adanya
2014 yang merupakan akronim dari Stop Angka Kematian Ibu dan Anak. Inovasi
63
tersebut terpusat pada proses pelayanan yaitu dengan memberikan pelayanan
prima dengan model jemput bola dan pendampingan secara eksklusif pada ibu
penemuan ide inovasi jemput bola dilatar belakangi oleh keprihatinan Bidan
ibu hamil beresiko tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan
sebagai rujukan oleh bidan desa. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis
hamil menuju Puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada
ini berjalan melalui mekanisme kemitraan (pra kelahiran) dan pengaduan (waktu
jumlah ibu hamil di Kecamatan Punggelan dengan bantuan bidan desa. Pengaduan
merupakan langkah yang dilakukan setelah mendapat informasi jumlah ibu yang
akan melahirkan.
kasus AKI dan AKB yang disebabkan oleh kasus persalinannya tidak bisa
yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, sehingga dilakukan terobosan
baru dengan melakukan inovasi Jetar Bulin atau jemput Antar ibu bersalin agar
64
terdekat khususnya ke Puskesmas Padarincang. Adapun orang-orang dalam
program inovasi Jetar Bulin diantaranya yaitu Kepala Puskesmas yang dibawahi
oleh bidan koordinator untuk mengawasi bidan bidan desa sebagai motor
dari masyarakat yang membutuhkan Jetar Bulin dan melibatkan lintas terkait yaitu
Kepala Desa. Adapun proses pelaksanaannya dimulai dari adanya sosialisasi dari
yang ditemui tim inovasi program akan mengadakan rapat koordinasi tiap 6 bulan
mengantar dan menjemput ibu bersalin tanpa biaya, melibatkan warga dan
kerjasama baik dengan kepala desa dan kader desa untuk memotivasi ibu bersalin
supaya dapat menggunakan akses tersebut dan jangan merasa khawatir terhadap
biaya karena biaya yang dikeluarkan tidak ada alias nihil. Adapun dalam proses
hubungan antara pihak Puskesmas dengan pihak Desa agar dapat mempersingkat
waktu dan memudahkan tindakan pelayanan sehingga program inovasi Jetar Bulin
65
4.3.2 Minat Masyarakat terhadap Pemanfaatan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020
terhadap pemanfaatan inovasi Jetar Bulin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
capaian target persalinan di fasilitas kesehatan pada tahun 2019 hanya 60%
ternyata pada tahun 2020 meningkat cukup tajam mencapai 90% begitu juga
berdasarkan hasil bahwa angka kematian ibu dan bayi menurun serta dapat dilihat
dari adanya kepuasan yang dirasakan oleh ibu bersalin yang menyatakan bahwa
merasa puas dan merasa terbantu setelah adanya cetar gulin terutama pada
Menurut Crow & Crow (2015) terjadinya minat disebabkan oleh adanya
perhatian terhadap obyek yang diminati secara sadar dan spontan, wajar tanpa
paksaan, perasaan senang, karena dianggap efektif dan adanya pengalaman yang
baik keuntungan maupun kerugian yang ditimbulkan oleh obyek yang dimaksud,
transportasi dan keterbatasan waktu yang berkaitan dengan akomodasi dan jam
66
akronim dari Stop Angka Kematian Ibu dan Anak. Mendapatkan hasil adanya
inovasi tersebut AKI dan AKB menjadi menurun. Begitu juga dengan penelitian
program kesehatan ibu dan anak diantaranya; Program SAKINA (Stop Kematian
Ibu dan Anak), Generasi Anak Top (Gerakan Memberikan ASI Ibu dan Anak
puskesmas sempu dapat dijadikan contoh dan dapat diterapkan di Puskesmas lain
Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya capaian target persalinan di fasilitas
kesehatan dimana pada tahun sebelumnya hanya 60% ibu bersalin yang
menggunakan inovasi Jetar Bulin, sedangkan pada tahun 2020 didapatkan 90%
ibu bersalin yang menggunakan program Jetar Bulin. Terjadinya minat ibu
perasaan senang puas dan dianggap efektif sehingga karena dapat menguntungkan
ibu dan keluarga dimana tanpa mengeluarkan biaya Ibu bisa melahirkan di
karena ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Dapat diketahui bahwa
4.3.3 Kendala yang Dilami Selama Pelaksanaan Inovasi Jetar Bulin di UPT
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2020
67
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa selama pelaksanaan
program inovasi Jetar Bulin diketahui ada berbagai kendala diantaranya yaitu
yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, sulitnya sinyal dan listrik yang
program Jetar Bulin. Adapun upaya mengatasinya yaitu dengan cara pada saat
mendatangi ke rumah ibu bersalin adalah bidan desa terkait, sementara upaya
kepada masyarakat disekitarnya kalau kami punya program Jetar Bulin sehingga
masyarakat itu tahu dan mereka tidak perlu lagi bingung soal akses ke Puskesmas
dengan ketakutan biaya yang besar, status demografis dan geografis Kecamatan
Padarincang yang masih ada beberapa daerah yang sulit terjangkau, sehingga
essensial yang tidak mencapai target, adanya kasus- kasus kematian AKI dan
AKB yang cukup signifikan serta tingkat kepuasan masyarakat yang masih
68
rendah, memerlukan suatu program inovasi yang berbasis peran serta masyarakat
ibu hamil beresiko tinggi yang harus ditangani oleh Puskesmas II Punggelan
sebagai rujukan oleh bidan desa. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis
hamil menuju Puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Hal ini berujung pada
ini berjalan melalui mekanisme kemitraan (pra kelahiran) dan pengaduan (waktu
jumlah ibu hamil di Kecamatan Punggelan dengan bantuan bidan desa. Pengaduan
merupakan langkah yang dilakukan setelah mendapat informasi jumlah ibu yang
akan melahirkan.
kesehatan di fasilitas kesehatan terutama pada malam hari sehingga pada saat ada
yang menelpon di suatu desa, pihak Puskesmas mengalami kesulitan, apalagi jika
di Puskesmas tersebut ada ibu yang melahirkan. Disamping itu kondisi geografis
yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat menjadikan kesulitan dalam
69
proses pelaksanaannya, faktor lainnya yaitu sulitnya sinyal karena posisinya yaitu
di bukit atau di gunung, disamping itu ketersediaan listrik terbatas sehingga pada
waktu-waktu tertentu listrik tidak nyala. Kondisi ini akan mempersulit dalam
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya bidan yaitu dengan cara
pada saat melakukan jemput antar ibu bersalin oleh bidan desanya masing-masing,
disamping itu untuk meningkatkan motivasi dari masyarakat itu sendiri yaitu
dengan cara melakukan komunikasi secara pribadi dengan kader yang berada di
khususnya ibu hamil yang akan melakukan persalinan bahwa dapat melakukan
Padarincang.
70
b. Adanya waktu yang terbatas peneliti hanya mengambil sampel sebagian
kecil saja, namun adanya informasi yang jelas dari informan menjadikan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Minat Masyarakat Terhadap
a. Pelaksanaan inovasi Jetar Bulin dimulai dari adanya sosialisasi dari tingkat
koordinasi tiap 6 bulan sekali sehingga ketika ada permasalahan dapat segera
diselesaikan.
b. Minat masyarakat terhadap pelaksanaan inovasi tinggi, hal ini dapat dilihat
c. Kendala yang dialami selama pelaksanaan inovasi Jetar Bulin yaitu adanya
dijangkau, sulitnya sinyal dan ketersediaan listrik yang terbatas. Upaya yang
dilakukan dengan cara bidan yang melakukan jemput antar ibu bersalin
71
dengan kader yang aktif agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat
6.2 Saran
a. Bagi Kepentingan Keilmuan
Puskesmas lainnya dengan harapan agar dapat menurunkan AKI dan AKB
lebih maksimal. Disamping itu perlu kiranya adanya perbaikan jalan agar
c. Bagi Masyarakat
bersalin ibu hamil untuk dapat menggunakan program inovasi Jetar Bulin
72
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, N. (2017). Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.
7. No. 10. Hal. 453-459.
Anatan, L., Ellitan, L. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Bisnis
Modern. Bandung: Alfabeta.
Ancok, D. & Suroso, F. N. (2015). Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Problem-.
Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elsa R. (2017). Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Trans Info
Media TIM.
Friedman. (2018). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Lestari, P., Bahar, H., Munandar. (2016). Peran bidan dan dukun bayi dalam
perawatan ibu hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Abeli Kota
Kedari.Naskah Publikasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Halu Oleo.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. (2016). Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Kepada :
Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Universitas
Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Kebidanan, akan
melakukan penelitian mengenai “Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan
Inovasi Jetar Bulin di UPT Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun
2020”.
Nama : Noviana Nufus
NPM : 195401426566
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat masyarakat terhadap
pemanfaatan inovasi Jetar Bulin. Saya berharap setiap pertanyaan yang diajukan
dijawab dengan jujur.
Partisipasi anda dalam penelitian ini hanya akan dipergunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud
yang lain.
Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Tangerang, Januari 2021
Hormat Saya
Noviana Nufus
Lampiran 4
Lampiran 6
INSTRUMEN PENELITIAN
MINAT MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN
INOVASI JETAR BULIN DI UPT PUSKESMAS
PADARINCANG KABUPATEN SERANG
TAHUN 2020
PEDOMAN WAWANCARA
B. Stake Holder
1. Apakah dasar pemikiran tercetusnya program inovasi Jetar Bulin ?
2. Bagaimana tanggapan dinas kesehatan terkait program Inovasi Jetar Bulin?
3. Siapa saja yang terlibat dalam program Jetar Bulin?
4. Bagaimana proses pelaksanaan program Jetar Bulin?
5. Apa hasil yang didapat setelah adanya program Jetar Bulin, adakah
perubahan atau peningkatan capaian dari adanya program inovasi Jetar Bulin
?
6. Kendala apa yang dirasakan pada saat melaksanakan program Jetar Bulin?
7. Bagaimana upaya pemecahannya?
D. Ibu Bersalin
1. Menurut ibu bagaimana pelayanan yang diberikan sebelum ada nya jetar
bulin?
2. Bagaimana cara ibu mendapatkan pelayanan Jetar Bulin?
3. Menurut ibu apa yang dirasakan ibu setelah adanya program Jetar Bulin?
4. Apakah ibu puas dengan pelayanan Jetar Bulin?
5. Pada saat ibu akan mengikuti program Jetar Bulin, apakah ibu mendapatkan
hambatan dari pihak luar? Jika iya apa saja dan siapa saja yang melarang?
Lampiran 7
HASIL PENELIITAN
LEMBAR KONSULTASI