Anda di halaman 1dari 118

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN

PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA


ANAK BATITA DI POSYANDU DESA KEMANTAN DARAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMANTAN
TAHUN 2023

SKRIPSI

Oleh:

LISA MARYATI
NIM: 221014201145

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN
PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA
ANAK BATITA DI POSYANDU DESA KEMANTAN DARAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMANTAN
TAHUN 2023

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatera Barat

Oleh:

LISA MARYATI
NIM: 221014201145

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dengan

Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak

Batita Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja

Puskesmas Kemantan Tahun 2023

Nama : LISA MARYATI

NIM : 221014201145

Telah Berhasil Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji dan Diterima sebagai

Bagian Persyaratan yang diperlukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat.

Lubuk Alung, 18 September 2023


Dewan Penguji

Moderator : Ns. Dini Qurrata ayuni, SKM, M.kep ( )

Penguji I : Yenni, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom ( )

Penguji II : Ns. Rahmi Ramadhan, M.Kep ( )


LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dengan

Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak

Batita Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja

Puskesmas Kemantan Tahun 2023

Nama : LISA MARYATI

NIM : 221014201145

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan di hadapan tim penguji

Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Sumatera Barat.

Lubuk alung,18 September 2023


Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM. M. Kep Ns. Renty Ahmalia, M.Kep
NIDN: 1010078001 NIDN: 1005098802

Mengetahui Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan

Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM. M. Kep


NIDN : 1010078001

ii
Pogram Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat
Skripsi, September 2023

Lisa Maryati

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dengan Pemberian Imunisasi


Pentavalen Lanjutan Pada Anak Batita Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023

X+68 halaman, 11 Tabel + 2 Bagan + 14 Lampiran

ABSTRAK

Imunisasi merupakan upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan


kematian pada balita, meningkatnya kasus Difteri dan pneumonia, bisa dicegah
dengan pemberian imunisasi DPT Hb Hib lengkap. Tujuan penelitian ini adalah
diketahui hubungan pengetahuan dan sikap orang tua dengan pemberian imunisasi
pentavalen lanjutan pada anak batita di Posyandu Desa Kemantan Darat wilayah
kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Teknik pengambilan sampel
yaitu total sampling yang berjumlah 42 orang. Data dikumpulkan dengan alat
ukur kuesioner dan wawancara, data dianalisis dengan analisis univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian didapatkan 64,3% tidak diberikan imunisasi pentavalen
lanjutan, 59,5% pengetahuan rendah, dan 47,6% sikap negatif. Hasil uji statistik
chi square menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan (P=0,001) dan
sikap orang tua dengan pemberian imunisasi pentavalen lanjutan (P= 0,000).
Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan antara pengetahuan
dan sikap orang tua dalam pemberian imunisasi pentavalen lanjutan. Puskesmas
hendaknya meningkatkan promosi kesehatan dalam meningkatkan kepatuhan
pemberian imunisasi pentavalen lanjutan.

Daftar Bacaan : 29 (2013 - 2023)


Kata Kunci : Imunisasi Pentavalen, Pengetahuan, Sikap

iii
Nursing Study Program
Faculty of Health Sciences, University of West Sumatra
Thesis, September 2023

Lisa Maryati

The relationship between parents' knowledge and attitudes with the


provision of advanced pentavalent immunization to children Batita at The
Posyandu Kemantan Darat Village Kemantan Working Area of Kemantan
Health Center in 2023.

X+68 pages, 11 Tables + 2 Charts + 14 Appendices

ABSTRAK

Immunization is an effort to reduce morbidity and mortality in toddlers,


increasing cases of Diphtheria and pneumonia, can be prevented by giving
complete DPT Hb Hib immunization. The purpose of this study is to know the
relationship between knowledge and the provisionof immunization pentavalent In
toddlers at the Posyandu Kemantan Darat Village working area of Kemantan
Health Center in 2023.
This type of research is descriptive analytic. The sampling technique is a
total sampling of 42 0rang. Data were collected with questionnaire and interview
measuring instruments, data were analyzed by univariate and bivariate analysis
using the chi-square test.
The results of the study found that 64.3% were not given advanced
pentavalent immunization, 59.5% had low knowledge, and 47.6% had negative
attitudes. The results of the chi square statistical test showed a relationship
between knowledge (P = 0.001) and parental attitudes with continued pentavalent
immunization (P = 0.000).
The conclusion of this study is that there is a relationship between
knowledge and attitudes of parents in administering advanced pentavalent
immunization. Puskesmas should improve health promotion in improving
adherence to continued pentavalent immunization.

Reading List : 29 (2013 - 2023)


Keywords : Pentavalent Immunization, Knowledge, attitude

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat, kemudahan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian

Program Studi Ilmu Keperawatan. Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak

mendapat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan

ini penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Puthi Dwi Untari, MKM selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sumatera

Barat.

2. Ibu DR. Hj. Nurtati, SE., MM selaku Rektor Universitas Sumatera Barat yang

telah memberikan izin dan fasilitas dalam penyusunan Skripsi ini

3. Ibu Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM. M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Sumatera Barat dan selaku pembimbing satu yang telah

memberikan izin dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Ibu Ns. Renty Ahmalia, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Barat dan selaku pembimbing dua yang

telah memberikan izin dan kemudahan serta bimbingan dalam pembuatan

Skripsi ini

5. Bapak Arlon, SKM, Kepala Puskesmas Kemantan beserta staf yang telah

memberikan izin dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis.

v
7. Teristimewa kepada keluarga tercinta yang selalu memberikan perhatian,

mendoakan dan memberikan dorongan baik moril maupun materil selama

dalam penyusunan Skripsi ini, serta orang-orang yang ikut berpartisipasi

dalam penyelesaian Skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan akan mendapatkan pahala

dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Kerinci, September 2023

Penulis,

Lisa Maryati

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
ABSTRAK...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 9
E. Ruang Lingkup Penelitian...................................................... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Imunisasi ..................................................... 12
B. Imunisasi Pentavalen (DPT-HB-HIB) Lanjutan ................... 27
C. Perilaku ................................................................................ 31
D. Pengetahuan ......................................................................... 34
E Sikap .................................................................................... 40
F. Kerangka Teori ..................................................................... 45

BAB III : KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ................................................................. 46
B. Defenisi Operasional ............................................................ 46
C. Hipotesis .............................................................................. 47

BAB IV : METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ..................................................................... 49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 49
C. Populasi Penelitian dan Sampel ........................................... 49
D. Metode Penelitian ................................................................ 50

BAB V : HASIL PENELITIAN


A. Hasil Univariat ..................................................................... 55
B. Hasil Bivariat........................................................................ 57

BAB VI : PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ................................................................... 60
B. Analisa Bivariat ..................................................................... 66

BAB VII : PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................. 73
B. Saran ....................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

2.1 : Jadwal Imunisasi Dasar ........................................................................ 28


2.2 : Jadwal Imunisasi Lanjutan ................................................................... 28
2.3 : Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Usia Sekolah Dasar .................... 29
2.4 : Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur .............................. 29
2.5 : Pemberian Skor untuk Jawaban Kuesioner ........................................... 43
3.1 : Defenisi Operasioanl ............................................................................ 42
5.1 : Distribusi Frekuensi Pemberian imunisasi Pentavalen Lanjutan
Di Posyandu Desa Kemantan Darat Tahun 2023 ................................... 54
5.2 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Batita Tentang
imunisasi Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Tahun 2023 ........................................................................................... 55
5.3 : Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua Batita Terhadap pemberian
imunisasi Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Tahun 2023 ........................................................................................... 56
5.4 : Hubungan Pengetahuan Orang Tua Batita Dalam Pemberian
imunisasi Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Tahun 2023 ........................................................................................... 57
5.5 : Hubungan Sikap Orang Tua Batita Dalam Pemberian Imunisasi
Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat Tahun 2023 ... 58

viii
DAFTAR BAGAN

2.1 : Kerangka Teoritis ................................................................................. 41


3.1 : Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 42

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden (Informant consent)
Lampiran 3 Kisi Kisi Kuesioner
Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Master Tabel
Lampiran 6 Analisa Kuesioner Pengetahuan Ibu Batita
Lampiran 7 Analisa Kuesioner Sikap Ibu Batita
Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 9 Surat Izin Pengambilan Data awal
Lampiran 10 Surat izin Penelitian Dari Universitas Sumatera Barat
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian Dari Puskesmas Kemantan
Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian Dari
Puskesmas Kemantan
Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian Dari Desa
Kemantan Darat
Lampiran 14 Daftar Konsultasi Bimbingan Skripsi

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian imunisasi adalah upaya kesehatan masyarakat yang

terbukti paling cost effectife dan berdampak positif untuk mewujudkan

derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Imunisasi tidak hanya

melindungi seseorang tetapi juga masyarakat dengan memberikan

perlidungan komunitas atau yang disebut Herd Immunity. Arah pembangunan

kesehatan pada saat ini menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif

tanpa meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya preventif

adalah dilaksanakannya program imunisasi (Kemenkes RI Profil Kesehatan

Indonesia, 2020).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu

saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami

sakit ringan (Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017).

Menurut Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit

menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas kementerian kesehatan

sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai

Sustainable Development Goals (SDGS) khususnya umtuk menurunkan

angka kematian pada anak. (Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017).

Menurut Regional Review Meeting on Immunization Word Healt

Organization (WHO)/ SEARO Imunisasi atau vaksinasi merupakan cara


sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi seseorang dari penyakit

berbahaya, sebelum bersentuhan dengan agen penyebab penyakit. Untuk itu

WHO merekomendasikan supaya vaksin DPT Hb Hib Diintegrasikan

kedalam program imunisasi nasional untuk menurunkan angka kesakitan,

kematian serta kecacatan bayi dan balita yang disebabkan oleh Pneumonia

dan Meningitis. Dengan kemajuan tekhnologi dalam pembuatan vaksin,

vaksin DPT, HB dan Hib telah dikombinasikan dalam satu preparat Tunggal

(DPT-HB-Hib) hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi

dan balita. ( Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan

Matra, 2017).

Di dapatkan data bahwa lebih dari 1,4 Juta anak di dunia meninggal

setiap tahunnya karena penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi

(PD3I). Salah satu penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi (PD3I)

adalah Difteri. Pada tahun 2019 kasus Difteri menyebar di seluruh wilayah di

Indonesia dengan jumlah kasus yang sangat tinggi yaitu 529 kasus. Angka

kematian akibat penyakit Difteri rata rata 5-10% terjadi pada anak usia

kurang dari 5 tahun. (Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia, 2020)

Program imunisasi telah di selenggarakan di Indonesia sejak tahun

1956. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi di perluas menjadi program

pengembangan imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap

beberapa penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu

tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus, hepatitis B, pneumonia

dan meningitis. Secara umum tujuan imunisasi adalah menurunkan angka

2
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit yang dapat di cegah

dengan imunisasi (Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017).

Pada tahun 2014 Imunisasi Pentavalen resmi masuk dalam Program

Imunisasi Nasional Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan

kecacatan bayi dan balita akibat meningitis (IDAI, 2014).

Imunisasi Pentavalen (DPT-HB-Hib) merupakan kombinasi dari

vaksin DPT, HB, Hib. DPT merupakan vaksin yang digunakan untuk

mengurangi resiko penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus, Sementara HB

Merupakan vaksin untuk mengurangi resiko penyakit Hepatitis B. dan HIB

merupakan vaksin yang digunakan untuk mengurangi resiko penyakit yang di

sebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B yang menjadi

penyebab utama penyakit Meningitis pada anak kurang dari 5 tahun (Ayun

Sriatmi,dkk 2020).

Imunisasi Pentavalen lanjutan di perlukan untuk mempertahankan

tingkat kekebalan agar tetap tinggi sehingga dapat memberikan perlindungan

yang optimal. Pemberian Vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib) di berikan pada

bayi pada saat berusia 2,3,4 bulan sebanyak 3 dosis, dan untuk Vaksin DPT-

HB-Hib Pentavalen lanjutan diberikan pada anak yang berumur 18 bulan

sampai dengan 3 tahun Jadi total vaksin pentavalen diberikan sebanyak 4 kali

yaitu 3 kali selama bayi (usia 0-1 tahun) dan 1 kali pada usia 18 – 36 bulan

sebagai booster / lanjutan (Kemenkes RI Profil Kesehatan Indonesia, 2020).

Pemantauan keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan

pencapain Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) yaitu suatu

keadaan tercapainya imunisasi dasar lengkap pada semua bayi sebelum umur

3
satu tahun (Depkes RI, 2013). Meskipun setiap tahunnya desa UCI

mempunyai target capaian, akan tetapi pada kenyataannya cakupan desa UCI

setiap tahunnya masih ada yang belum memenuhi target capaian (Kemenkes

RI, RISKESDAS 2018). Pada tahun 2021 cakupan desa UCI di Indonesia

sebesar 58,4%, Cakupan ini sedikit menurun di bandingkan dengan tahun

sebelumnya, yaitu 59,2%. Sedangkan cakupan imunisasi dasar lengkap secara

nasional pada tahun 2021 adalah sebesar 84,2%. Angka ini belum memenuhi

target Renstra tahun 2021 yaitu sebesar 93,6%. (Kemenkes RI Profil

Kesehatan Indonesia, 2021)

Berdasarkan instruksi Menteri Kesehatan tahun 2013, anak batita

yang diberikan imunisasi Pentavalen lanjutan (DPT- HB- Hib) yaitu pada

anak usia 1,5 tahun. Pada tahun 2013, pelaksanaan imunisasi lanjutan hanya

dilaksanakan di 4 provinsi antara lain : Jawa Barat, DI Yogyakarta, Bali dan

NTB. Pada tahun 2014, pelaksanaan imunisasi pentavalen lanjutan di

laksanakan serentak di seluruh Provinsi yang ada di Indonesia, namun

pencapaian imunisasi pentavalen lanjutan masih belum sesuai dengan

harapan. Dan pada tahun 2020 cakupan imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan pada

anak usia 18-24 bulan secara nasional adalah 67,8%, sedangkan target dari

imunisasi pada tahun 2020 yaitu 92 % (Kemenkes RI Profil Kesehatan

Indonesia, 2020).

Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi pada tahun

2020 cakupan imunisasi di Provinsi Jambi mengalami penurunan di setiap

Kabupaten/Kota termasuk di Kabupaten Kerinci. Di dapatkan data dari dinas

Kesehatan Kabupaten Kerinci pada tahun 2022, jumlah sasaran batita yang

4
harus mendapatkan imunisasi Pentavalen Lanjutan DPT-HB-Hib sebanyak

7084 sedangkan yang mendapatkan imunisasi sebanyak 3648 batita (Dinkes

Kabupaten Kerinci, 2022). Berdasarkan laporan Imunisasi dari 18 Puskesmas

di Kabupaten Kerinci, jumlah capaian imunisasi di Puskesmas Kemantan

termasuk yang belum memenuhi target capaian imunisasi. Jumlah sasaran

Imunisasi Pentavalen lanjutan di Puskesmas Kemantan pada tahun 2020

adalah 435 batita sedangkan yang mendapatkan Imunisasi Pentavalen

lanjutan sebanyak 325 Batita (74,7%), Pada tahun 2021 jumlah sasaran 169

batita, yang mendapatkan imunisasi pentavalen lanjutan sebanyak 115 (68

%), Dan pada tahun 2022 jumlah sasaran 411 batita sedangkan yang

mendapatkan imunisasi pentavalen lanjutan sebanyak 314 batita (76,4%).

Dari data diatas menunjukkan bahwa capaian imunisasi pentavalen

lanjutan di Puskesmas kemantan belum mencapai target sesuai yang

ditetapkan oleh kemenkes RI yaitu sebesar 92% batita harus mendapatkan

imunisasi pentavalen lanjutan. Pada tahun 2023 Jumlah sasaran imunisasi

pentavalen lanjutan adalah 380 batita, sedangakan yang sudah mendapatkan

imunisasi pentavalen lanjutan di wilayah kerja Puskesmas kemantan dari

bulan Januari sampai Maret 2023 adalah 40 batita (10,5%) dari 12 desa

Wilayah Kerja puskesmas Kemantan. Dan dari data tersebut, Desa kemantan

Darat adalah desa yang cakupan imunisasi nya yang terendah dibandingkan

11 desa lainnya yaitu hanya 6 orang batita yang mendapatkan imunisasi

pentavalen lanjutan dari jumlah sasaran imunisasi pentavalen lanjutan untuk

desa kemantan Darat yaitu sebanyak 42 orang batita.

5
Pengetahuan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui

tingkat kecerdasan seseorang, Menurut teori L Green Pengetahuan merupakan

salah satu factor pemudah/predisposing factor yang penting dalam

mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang (Widhiarto, 2016). Pengetahuan

juga berpengaruh terhadap kesadaran sesorang seperti kesadaran untuk

membawa bayinya imunisasi, ibu yang tidak bersedia membawa bayinya

imunisasi bisa jadi di sebabkan karena belum memahami secara benar tentang

imunisasi.

Berdasarkan hasil penelitian Rini Marini (2018) tentang hubungan

pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada

Anak 18 Bulan Di Desa Paya Bagas Kecamatan tebing Tinggi Kabupaten

Serdang Bedagi Tahun 2018 didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang

imunisasi lanjutan pentavalen pada anak 18 bulan mayoritas pengetahuan nya

kurang yaitu sebanyak 17 orang (44,7%), pemeberian imunisasi Pentavalen

lanjutan pada anak usia 18 bulan pada tahun 2018 masih rendah (26,3%). Dan

terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi

pentavalen lanjutan pada anak 18 bulan di Desa Paya Bagas Kecamatan

Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagi tahun 2018 dengan nilai P=0,0001.

Berdasarkan hasil penelitian Marta Imelda, 2022 tentang Hubungan

pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi lanjutan pentavalen pada anak

usia 18 bulan di desa Tanjung Selamat, di dapatkan hasil bahwa pengetahuan

ibu tentang imunisasi pentavalen lanjutan pada anak usia 18 bulan mayoritas

pengetahuannya baik sebesar 59,5 %, pemberian imunisasi pentavalen

lanjutan pada usia 18 bulan sebesar 65,5% dan terdapat hubungan yang

6
signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi lanjutan

pentavalen pada anak usia 18 bulan di Desa Tanjung Selamat kabupaten Deli

Serdang.

Sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Sikap ibu

terhadap pemberian imunisasi pentavalen lanjutan pada batita sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan ibu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

sudah dilakukan oleh Eka Mardiana Afrilia (2017) tentang Hubungan Sikap

Ibu dan Dukungan Keluarga Dengan Kelengkapan Imunisasi Lanjutan pada

anak Batita di Puskesmas Curug tahun 2017 didapatkan hasil bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi

lanjutan pada batita, didapatkan OR sebesar 28,800 yang artinya ibu yang

memiliki sikap positif berpeluang 29 kali lebih besar mendapatkan imunisasi

lengkap dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah di lakukan peneliti pada

tanggal 3 April 2023 di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja

puskesmas Kemantan Kecamatan Air Hangat Timur dengan teknik

wawancara kepada 15 orang tua yang memiliki batita, didapatkan hasil 8 dari

orang tua mengatakan belum mendapatkan pemberian imunisasi pentavalen

lanjutan, dari 15 orang tua batita yang diwawancarai 6 orang tua batita tidak

mengerti tentang pemberian imunisasi pentavalen lanjutan. dan 4 orang ibu

mengatakan mengerti dan mau melaksanakan imunisasi lanjutan untuk

anaknya, dan 3 orang ibu mengatakan masih ragu-ragu, dan 2 orang ibu

mengatakan tidak mau memberikan imunisasi pentavalen lanjutan pada anak

7
mereka disebabkan karena orang tua belum mengetahui apa itu imunisasi

pentavalen, manfaat dan waktu pemberiannya.

Berdasarkan data diatas maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua

Dengan Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak Batita di

Posyandu Desa Kemantan Darat wilayah kerja puskesmas kemantan

Kecamatan Air Hangat Timur Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Adakah Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua

Dengan Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak Batita di

Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun

2023.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua

Dengan Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak Batita di

Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas kemantan

tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Diketahui distribusi frekuensi pemberian imunisasi pentavalen lanjutan

di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas

Kemantan tahun 2023.

8
b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan orang tua batita tentang

imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat

Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023.

c. Diketahui distribusi frekuensi sikap orang tua batita terhadap

pemberian imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan

Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023.

d. Diketahui hubungan antara pengetahuan orang tua dengan pemberian

imunisasi pentavalen Lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat

Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023.

e. Diketahui hubungan antara sikap orang tua tentang pemberian

imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat

Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan wawasan dalam pemberian imunisasi pentavalen

lanjutan.

2. Bagi Peneliti/penulis

Penelitian ini dapat Mengembangkan kemampuan peneliti sehingga

mampu mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku perkuliahan

dan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam

hal penelitian ilmiah.

3. Bagi Instansi Puskesmas Kemantan

Diharapkan penelitian ini bisa menjadi masukan bagi Puskesmas

9
Kemantan dalam membuat kebijakan selanjutnya untuk meningkatkan

persentase kelengkapan imunisasi pentavalen lanjutan pada anak batita di

wilayah kerja Puskesmas Kemantan, dengan mengetahui Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Terhadap Pemberian Imunisasi

Pentavalen Lanjutan Pada Anak Batita Di Posyandu Desa Kemantan Darat

Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan, Sehingga bisa menjadi pedoman

bagi Puskesmas untuk intervensi lebih lanjut.

4. Bagi Universitas Sumatera Barat

Penelitian ini dijadikan sebagai sumber informasi untuk peserta didik dan

referensi sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya di masa yang akan

datang mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dengan

Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak Batita Di Posyandu

Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan serta dapat

digunakan sebagai landasan untuk penelitian yang akan datang mengenai

aspek lain bagi responden yang dapat dikembangkan dalam penelitian

imunisasi lanjutan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bagaimana Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dengan Pemberian Imunisasi Pentavalen

Lanjutan pada Anak Batita Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah

Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023. Sebagai alasan penulis melakukan

penelitian ini karena banyaknya orang tua batita yang belum mengetahui

tentang imunisasi pentavalen lanjutan dan orang tua menganggap imunisasi

10
dasar cukup untuk melindungi anak mereka dari penyakit yang dapat di cegah

dengan imunisasi. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah

pengetahuan orang tua dan sikap orang tua. Variabel Dependen dalam

penelitian ini adalah Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan. Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu sebanyak 42 orang.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 sampai dengan 27 Juli tahun 2023

yang bertempat di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas

Kemantan tahun 2023. Data dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur

kuesioner dan wawancara, kemudian data dianalisis dengan menggunakan

analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila

suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya

mengalami sakit ringan (Permenkes RI,2017).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan secara

aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga kelak bila terpapar dengan

penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system

imun tubuh mempunyai system memory (daya ingat). Ketika vaksin masuk

kedalam tubuh maka akan terbentuk anti bodi untuk melawan vaksin

tersebut dan system memory akan menyimpannya sebagai suatu

pengalaman (Arfiana, 2015).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada

sekelompok masyarakat(populasi) (Ranuh dkk, 2014)

Menurut permenkes RI nomor 12 tahun 2017 disebutkan bahwa

tujuan umum imunisasi adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan dan

kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

12
Faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan orang tua dalam

pemberian imunisasi menurut (Saccket,1976 dalam Niven 2013) faktor

ketidak patuahan digolongkan menjadi empat yaitu:

a. Pemahaman tentang instruksi

b. Kualitas interaksi

c. Isolasi Sosial dan keluarga

d. Keyakinan sikap dan kepribadian

Jenis- jenis kepatuhan menurut crammer (2008)

a. Kepatuhan penuh (Total Comliente)

Pada keadaan ini orang tua akan tepat waktu dalam pemberian

imunisasi dan merespon positif petugas kesehatan dalam pemberian

keterangan tentang tindakan yang akan diberikan

b. Tidak patuh (Non comlience)

Yaitu orang tua tidak mau memberikan imunisasi pada anaknya.

Menurut (Arikunto, 2014) jika pilihan jawaban dari angket tentang

kepatuahan orang tua hanya berbentuk ya dan tidak, maka peneliti

hanya menjumlahkan saja berapa banyak jawaban ya dan tidak.

3. Manfaat Imunisasi

a. Untuk anak : mencegah kesakitan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk kelurga : menghilangkan kecemasan dan psikologi orang tua

dalam pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga

yang mempunyai keyakinan bahwa anaknya akan terlindungi dan

menjalani masa kanak- kanak yang nyaman.

13
c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat, sehat dan berpotensi tinggi untuk melanjutkan pembangunan

negara.

4. Tempat untuk Mendapatkan Imunisasi

Untuk memaksimalkan pelayanan imunisasi, dan mengoptimalkan

keberhasilan program imunisasi, telah disediakan tempat-tempat khusus

yang bisa di gunakan untuk pemberian imunisasi. Pelayanan imunisasi

program secara massal dapat di laksanakan di Berbagai tempat pelayanan

kesehatan, yaitu:

a. Pos pelayanan Terpadu ( Posyandu )

b. Sekolah

c. Atau Pos Pelayanan Lainnya

Sedangkan untuk pelayanan imunisasi program secara

perseorangan dapat di laksanakan di berbagai tempat pelayanan kesehatan,

seperti:

a. Puskesmas

b. Rumah sakit Pemerintah, Rumah Sakit Bersalin, BKIA

c. Prakter Dokter atau Rumah sakit Swasta

d. Fasilitas kesehatan Lainnya.

(Permenkes RI Nomor 12, tahun 2017)

5. Jenis –Jenis dan Sifat Vaksin

Pada prinsipnya vaksin ada 2 jenis, yaitu :

a. Vaksin yang terbuat dari kuman/virus hidup yang dilemahkan

Contohnya : Vaksin BCG (Bakteri), Polio (Virus),Campak (Virus)

dan MMR (virus).

14
b. Vaksin yang terbuat dari kuman/ virus mati atau komponennya,

Contohnya : Vaksin Hepatitis A dan B, Vaksin DPT, Hib,

Pnoumokokus, influenza, Tifoit, dan HPV (Satgas

Imunisasi PP IDAI, 2014)

Sifat vaksin dapat di bedakan menjadi 2 berdasarkan kepekaan dan

sensitifitasnya terhadap suhu, sifat- sifat vaksin tersebut, yaitu:

1) Vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Senzitive) adalah vaksin

yang akan rusak bila terpapar denga suhu dingin atau suhu pembekuan.

Vaksin yang termasuk dalam sifat ini, antara lain vaksin Hepatitis B,

vaksin DPT-HB, DT,dan TT.

2) Vaksin yang sensitif terhadap panas (heat sensitive) adalah golongan

vaksin yang akan rusak jika terpapar dengan suhu panas yang

berlebihan. Vaksin yang mempunyai sifat seperti ini yaitu, Vaksin

Polio, Vaksin BCG dan Vaksin Campak

6. Gejala Penyakit Yang Dapat Di Cegah Dengan Imunisasi

a. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diphtheriae. Penyebabnya adalah melalui kontak fisik

dan pernafasan. gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang

nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih

kebiru- biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan

komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian.

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi , 2020)

15
b. Pertusis

Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari yang

merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri

Bordetella pertussis. Penyeberan pertusis yaitu melalui percikan ludah

(Drople infection) yang keluar melalui batuk atau bersin. Gejala

penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk ringan

yang lama- kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk

menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi dari pertusis yaitu

Pneumonia bacterialis yang bisa menyebabkan kematian. (Pengelola

Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi , 2020)

c. Tetanus

Tetanus Adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium

tetani yang menghasilakan neorotoksin. Penyakit ini tidak menyebar

dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka

yang dalam. Gejala awal penyakit ini yaitu kaku otot pada rahang, dan

kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan

demam. Pada bayi juga terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antar

3 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya yaitu kejang

yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah

tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat

menimbulkan kematian.

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi , 2020)

d. Tuberkolosis

Tuberkulosis Adalah penyakit yang disebabkan oleh

mycobcterium tuberculosa. Penyakit ini menyebar melalui udara di saat

16
penderita TBC bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini yaitu badan

tersasa lemah, penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada

malam hari. Gejala yang serius yaitu batuk terus menerus, nyeri dada

dan mungkin batuk darah. Bahkan tuberkolosis dapat menyebabkan

kematian.

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi , 2020)

e. Campak

Campak merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus

myxovirus viridae measles. Virus ini menyebar melalui udara (Percikan

ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit

ini yaitu demam, timbul bercak kemerahan,batuk, pilek, dan

konjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan

leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi

campak yaitu diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran

nafas atau pneumonia (Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi

Jambi , 2020)

f. Poliomielitis

Poliomelitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio

tipe 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio lebih rentan terjadi pada

anak di bawah umur 15 tahun dengan gejala menderita lumpuh layu

akut (acute flaccid paralysis=AFP). Penyeberan penyakit ini yaitu

melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan

terjadi dengan gejala demam, nyeri otot. kelumpuhan terjadi pada

minggu pertama sakit. Komplikasi dari penyakit ini adalah bisa

17
menyebabkan Kematian yang terjadi akibat dari kelumpuhan otot- otot

pernafasan yang terinfeksi dan tidak segera di tangani.

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi, 2020)

g. Hepatitis B

Hepatitis B (penyakit kuning) merupakan penyakit yang di

sebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit

adalah yaitu dari darah, melalui jarum suntik yang dipakai secara

bergantian, melalui ternfusi darah, melalui hubungan seksual, dan dari

ibu ke bayi selama proses persalianan. Infeksi pada anak biasanya tidak

menimbulkan gejala. Gejala yang timbul adalah badan terasa lemah,

gangguan pada perut dan gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning

dan kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata

dan kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan

pengerasan hati (chirrhosis hepatis), kanker hati (hepato cellular

carsinoma) dan menimbulkan kematian.

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi, 2020)

h. Hemovilus Influenza Tipe B

Hemovilus influenza tipe B (Hib) adalah salah satu bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi di beberapa organ seperti meningitis,

epiglotis, pnomonia, artritis, dan selulitis. Penyeberan penyakit secara

droplet melalui nasofaring. Sebagian besar bakteri bertahan sampai

beberapa bulan di tubuh (asymtomatis Carrier). Secara epidemiologis

Hib banyak menyerang di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 1-6

tahun. Gejala yang di timbulkan tergantung organ tubuh mana yang di

serang, pada organ selaput otak akan timbul gejala meningitis (demam,

18
kakuk kuduk, kehilangan kesadaran) pada organ paru kan menyebabkan

pnomonia (demam, sesak nafas, retraksi otot pernafasan), terkadang

menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat pendengaran.

i. Pneumonia

Pneumokokus merupakan Bakteri yang dapat menimbulkan

penyakit infeksi berat, seperti meningitis, pneumonia, dan sepsis.

Infeksi bakteri pneumokokus lebih sering menyerang anak di bawah 5

tahun, infeksi pneumokokus di tularkan oleh bakteri streptococuccus

pneumoniae melalui udara ketika penderita batuk atau bersin. gejala

yang ditimbulkan seperti : Demam tinggi di sertai kejang, tubuh anak

lemah dan lesu, mual dan muntah, nyeri kepala, tarikan nafas anak yang

semakin berat dan nafsu makan hilang. (Pengelola Program Imunisasi

Dinkes Provinsi Jambi, 2022)

7. Macam – Macam Imunisasi

a. BCG (Bacillus celmette- guerin)

BCG adalah Vaksin hidup yang dibuat dari Micobacterium

bovis yang di biak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil

yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunoginitas. Vaksin BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin.

b. Hepatitis B

Inveksi virus hepatitis B (VHB) menyebabkan sedikitnya satu

juta kematian per tahun. Semua orang yang mengandung HbsAg positif

potensial infeksius. Tranmisi terjadi melalui kontak perkutaneus atau

parenteral, dan melalui hubungan sexsual, transmisi antara anak

19
merupakan modus yang sering terjadi di negara endemis VHB. VHB

dapat melekat dan bertahan di permukaan suatu benda selama kurang

lebih 1 minggu tanpa kehilangan daya tular. Darah bersifat infeksius

beberapa minggu selama awitan, menetap selama vase akut infeksius

bila HbsAg Positif.

c. Polio

Poliomielitis merupakan suatu penyakit demam akut yang di

sebabkan oleh virus polio kerusakan pada motor neuoron medula

spinalis dapat mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid. Virus

polio termasuk virus RNA golongan picornaviridae genus enterovirus,

genom volio virus berupa single stranded RNA, terdiri dari 7450

nukleotida terdapat tiga jenis sero tipe virus polio yaitu virus polio- 1,

polio- 2, dan polio- 3.

d. DPT-HIB (Difteria, Pertusis,Tetanus, Haemophilus influenza tipe B)

Difteria adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin mediate

disease dan disebabkan oleh kuman corynebacterium diptheriae

diptheriae. corynebacterium diptheriae diptheriae adalah basil gram

positif produksi toksin terjadi apabila kuman tersebut mengalami

lisogenisasi oleh bakteriofag yang mengandung informasi genetik

toksin.

Tetanus yaitu penyakit akut, yang bersifat fatal, yang

disebabkan oleh eksotoksin yang di produksi bakteri clostridium tetani.

Clostridium tetani yaitu kuman yang berbentuk batang dan bersifat

anaerobik, gram positif yang mampu menghasilkan spor dengan bentuk

20
drumstick. kuman ini sensitif terhadap suhu panas dan tidak mampu

hidup dalam lingkungan beroksigen.

Pertusis atau batuk rejan/ batuk seratus hari merupakan suatu

penyakit akut yang di sebabkan oleh bakteri bordetellapertusis.

bordetellapertusis yaitu bakteri batang yang bersifat garam negatif dan

membutuhkan media khusus untuk isolasinya. Kuman ini menghasilkan

beberapa antigen antara lain toksin pertusis (PT) filamen hemagglutinin

(FHA), pertactineaglutinogen fimriae, edenil siklase, endotoksin, dan

trakea sitotoksin. Produk toksin ini berperan dalam terjadinya penyakit

pertusis dan kekebalan terhadap satu atau lebih komponen toksin

tersebut yang dapat menyebabkan serangan penyakit yang ringan.

Hemovilus influenza tipe B (Hib) merupakan penyakit serius

yang bisa menyebabkan kematian pada anak hingga orang dewasa,

penyebabnya yaitu bakteri yang berada di saluran pernafasan bagian

atas, dan transmisi bakteri hib melalui droplet dari orang yang

terinfeksi. Imunisasi anak menggunakan vaksin Hib penting untuk

mengurangi resiko tertular bakteri haemophilus influenza tipe B.

e. Campak

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak. Virus ini

adalah famili paramisovirus. Vaksin campak sensitif terhadap panas,

sangat mudah rusak pada suhu 370C. Toleransi terhadap PH baik sekali.

Bersifat sensitif terhadap eter cahaya dan trysine. Virus ini memiliki

jangka hidup pendek (Short survival time) yaitu kurang dari 2 jam (

IDAI , 2014).

21
f. PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)

Imunisasi PCV merupakan imunisasi yang dilakukan untuk

membangun kekebalan tubuh terhadap penyakit pneumonia atau infeksi

kuman pneumokokus. (IDAI, 2020)

8. KIPI

a. Pengertian KIPI

KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan

imunisasi, baik itu reaksi vaksin atau efeksampingnya, efek dari

farmakologis, reaksi suntikan, atau kesalahan prosedur. KIPI adalah

kejadian medis pasca imunisasi yang tidak di inginkan, yang

menyebabkan kematian, rawat inap atau perpanjangan rawat inap,

kecacatan yang menetap atau signifikan, dan hal yang mengancam jiwa.

KIPI berkelompok merupakan dua atau lebih KIPI yang sama

yang terjadi pada saat yang bersamaan, dan ditempat yang sama. KIPI

berkelompok kemungkinan besar meningkat karena kesalahan program.

Jika kejadian yang sama juga terjadi pada orang yang tidak di

Imunisasi, kemungkinan penyebabnya adalah karena kebetulan dan

bukan KIPI

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi 2020)

b. Penanggulangan KIPI

1) Pencegahan primer terjadinya kasus KIPI

Untuk menghindari dan mengatasi terjadinya kasus KIPI maka

dibutuhkan persiapan yang optimal sebelum dan pada saat

pelaksanaan imunisasi.

22
2) Alat dan obat

Alat yang perlu disiapkan adalah:

a) Pengukuran tekanan darah

b) Perlengkapan infus ( infus Set )

c) Alat suntik steril

Obat- obatan medis yang harus disiapkan adalah:

a) Adrenalin 1 : 10.000

b) Dexametason ijnjeksi

c) Cairan infus NaCL 0,9%

3) Fasilitas Rujukan

Fasilitas yang menjadi tempat rujukan untuk KIPI yaitu

fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah yang dapat

melakukan tindakan pengobatan/ perawatan untuk kasus KIPI di

tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi. Selain itu bisa juga di

fasilitas kesehatan swasta yang sudah berkoordinasi dalam jejering

fasilitas rujukan.

c. Mengenal gejala klinik KIPI

Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI, maka perlu

diketahui gejala klinis dari KIPI yaitu gejala lokal dan sistemik serta

reaksi lainnya yang dapat muncul cepat atau lambat. Pada umumnya

jika kejadian Kipi lebih cepat terjadi menandakan makin beratnya suatu

gejalanya.

Pelaksanan setiap prosedur pelayanan imunisasi secara benar dan

sesuai standar atau SOP akan membantu mengurangi resiko terjadinya

KIPI.

23
Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan imunisasi

adalah :

1) Untuk mengurangi kontaminasi maka petugas harus mencuci

tangan sebelum dan sesudah penyuntikan.

2) Membersihkan kulit di daerah suntikan dengan air, tetapi bila

kulit di daerah tersebut kotor harus menggunakan alkohol.

3) Sebelum melakukan suntikan biasakan membaca label pada botol

vaksin terlebih dahulu untuk menghindari kekeliruan.

4) Kocoklah terlebih dahulu vaksin yang akan di pakai dan apabila

setelah di kocok ada perubahan warna atau terlihat gumpalan

gantilah dengan vaksin botol lain. Vaksin yang tidak di pakai

segera di laporkan ke Kepala Puskesmas untuk di tindak lanjuti.

5) Tempat suntikan yang dianjurkan :

a) Pada bayi di bagian paha sebelah luar (diantara garis tengah

bagian depan paha dan tepi paha )

b) Pada anak : dilengan kanan atas di daerah pertengahan

muskulus deltoedeus

6) Pasca imunisasi dilakukan observasi untuk melihat keadaan

resipien selama minimal 30 menit.

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi , 2020)

24
9. Jadwal Imunisasi

a. Imunisasi Dasar

Tabel. 2.1
Jadwal Imunisasi Dasar

UMUR JENIS IMUNISASI


<24 Jam Hepatitis 0 (HB 0)
1 Bulan BCG, OPV 1
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2, PCV 1
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3, PCV 2
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, OPV 4, IPV
9 Bulan Campak-Rubela
12 Bulan PCV 3

b. Imunisasi Lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang diberikan pada anak

batita. (Permenkes RI Nomor 12 tahun 2017)

Tabel.2.2
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada anak dibawah 2 tahun

UMUR JENIS IMUNISASI

DPT- HB – Hib
18 - 24 BULAN
Campak

Pemberian Imunisasi lanjutan DPT HB HIB dan Campak dapat

diberikan pada usia 18-24 bulan. Baduta yang telah lengkap imunisasi

dasar dan mendapatkan imunisasi lanjutan DPT HB HIB dinyatakan

mempunyai status imunisasi T3.

25
Tabel 2.3
Jadwal Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah Dasar

SASARAN IMUNISASI WAKTU PELAKSANAAN

Kelas 1 SD Campak, DT Agustus, November

Kelas 2 SD TD November

Kelas 5 SD TD November

Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar

dan imunisasi lanjutan DPT HB HIB serta mendapatkan imunisasi DT

dan Td dinyatakan mempunyai ststus imunisasi T5

Tabel 2.4
Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)

Status Interval Minimal


Masa Perlindungan
Imunisasi Pemberian
T1 - -

T2 4 minggu setelah T1 3 tahun

T3 6 Bulan setelah T2 5 Tahun

T4 1 tahun setelah T3 10 Tahun

T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

Pemberian imunisasi Td tidak perlu diberikan apabila status T

sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan Buku Kesehatan

Anak, Kohort atau rekam medis. ( Permenkes RI, 2017)

26
B. Imunisasi Pentavalen ( DPT-HB-Hib) Lanjutan

1. Pengertian

Vaksin DPT-HB-Hib adalah suspensi homogen yang

mengandung toksoid difteri dan tetanus murni bakteri pertusis ( batuk

rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HbsAg) murni yang tidak

infeksius, dan komponen hib tidak infeksius yang merupakan hasil

konjugasi antara sub unit polisakarida dari kapsul haemophilus influenza

tipe B (Hib) dengan toksoid tetanus (Direktorat Jendral P2PL Kemenkes

RI 2017).

Vaksin DPT-HB-Hib merupakan Vaksin jerap difteri,

tetanus,pertusis, Hepatitis B rekombinan dan haemophilus influenza tipe

B. Protein HbsAg diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada

sel ragi. Sub unit polisakarida berasal dari bakteri Hib yang ditumbuhkan

pada media tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian

tahap ultrafiltrasi. Potensi vaksin perdosis tidak kurang dari 4 IU untuk

pertusis, 30 IU untuk difteri, 60 IU atau 40 IU untuk tetanus, 10 mcg

HbsAg dan 10 mcg Hib. Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap

difteri, tetanus, pertusisi (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi

Haemophilus Influenza tipe b secara simultan (Biofarma 2023).

Imunisasi Pentavalen DPT-HB-HIB merupakan ulangan

imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk

memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan

imunisasi dasar. (Permenkes RI Nomor 12 tahun 2017).

27
2. Indikasi

Indikasi dari Vaksin DPT-HB-Hib ialah untuk:

a. Mencegahan penyakit Difteri

b. Mencegahan penyakit tetanus

c. Mencegahan penyakit penyakit pertusis ( Batuk rejan)

d. Mencegahan penyakit Hepatitis B

e. Mencegahan penyakit Infeksi Haemophilus influenza tipe B

(Pengelola Program Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi , 2020)

3. Cara Pemberian dan Jumlah Dosis

a. Vaksin harus disuntikkan secara intra maskular.

b. Pada bayi penyuntikan dilakukan pada anterolateral paha atas

c. Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka

saraf siataik dan tidak dianjurkan

d. suntikan tidak boleh diberikan kedalam kulit karena dapat

meningkatkan reaksi lokal.

e. dosis Penyuntikan vaksin DPT-HB-Hib adalah adalah 0,5 ml.

f. sebelum vaksin di pergunakan, periksa dahulu label VVM

g. Pada Anak usia 18 bulan diberikan di deltoid tangan kanan secara

IM. (Permenkes RI Nomor 12, tahun 2017)

4. Kontra Indikasi

a. Kontra Indikasi dan perhatian Khusus pada Imunisasi DPT-HB-Hib

antara lain :

1) Riwayat reaksi anafilaktik pada pemberian imunisasi dengan

antigen yang sama sebelumnya

2) Ensefalopati dalam 7 hari pasca DPT-HB-HIb sebelumnya

28
3) Demam >40, 5 C dalam 48 jam pasca DPT-HB-Hib sebelumnya,

yang tidak berhubungan dengan penyakit lain.

4) Kolaps dan Syok (episode hipotonik-hiporesponsif) dalam 48 jam

pasca pemberian DPT- HB -Hib sebelumnya.

5) Kejang dalam 3 hari pasca DPT-HB-Hib sebelumnya

6) Menangis terus > 3 jam dalam 48 jam pasca DPT-HB-Hib

sebelumnya,

7) Sindrom Guillan- Barre dalam 6 minggu Pasca Vaksinasi

b. Bukan kontra indikasi (Imunisasi dapat dilakukakan) antara lain :

1) Demam < 40,5 C pasca DPT HB HIB

2) Riwayat kejang dalam keluarga

3) Riwayat SIDS dalam keluarga

4) Riwayat KIPI dalam keluarga pasca DPT HB HIB

(Permenkes RI Nomor 12 tahun 2017).

5. Efek Samping

Efek samping yang terjadi pada penyuntikan vaksin DPT-HB-Hib

adalah, Untuk DPT yaitu terjadinya reaksi lokal dan sistemik ringan yang

sering terjadi. Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan

kemerahan pada lokasi penyuntikan disertai demam dapat timbul dalam

sejumlah besar kasus. Kadang- kadang reaksi berat seperti demam tinggi,

iritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam

24 jam setelah pemberian imunisasi. Episode hypotonic- hyporesponsive

juga pernah di laporkan.

29
Gejala kejang demam pernah dilaporkan dengan angka kejadian 1

Kasus per 12.500 dosis pemberian. Asetaminofen dapat diberikan pada

saat 4-8 jam setelah imunisasi untuk mengurangi terjadinya demam.

Studi yang dilakukan oleh sejumlah kelompok termasuk unitet states

institute of medicine, the advisory comittee on imunization practices, dan

asosiasi dokter spesialis anak di australia, canada, Ingris, dan Amerika,

menyimpulkan bahwa data tidak menunjukan adanya hubungan kausal

antara DPT, dan disfungsi sistem saraf kronis pada anak. Oleh karena

tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak

permanen pada anak. Vaksin hepatitis dapat di toleransi dengan baik.

Dalam studi menggunakan plasebo sebagai kontrol, selain nyeri lokal,

dilaporkan kejadian seperti myalgia dan demam ringan tidak lebih sering

di bandingkan dengan kelompok plasebo.

Laporan mengenai reaksi anafilaksis berat sangat jarang, data

yang ada tidak menunjukan adanya hubungan kualitas antara vaksin

hepatitis B dan sindroma fatigue kronis, artritis, kelainan autoimun,

asma, sindroma kematian mendadak pada bayi, atau diabetes. Vaksin Hib

di toleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi dalam 24 jam setelah

vaksinasi dimana penerimaan vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi

penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara. Pada

umumnya, akan sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan

tidak memerlukan tindakan medis lebih lanjut. (Pengelola Program

Imunisasi Dinkes Provinsi Jambi , 2020)

30
C. Perilaku

1. Konsep Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau

suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,

durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan

kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (A.Wawan & Dewi

M, 2017).

Perilaku manusia merupakan semua kegiatan atau aktivitas

manusia, yang dapat diamati dalam situasi dan kondisi tertentu sebagai

akibat dari rangsangan internal maupun eksternal ( Swarjana Ketut I,

2022).

Menurut Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan

bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus)

dan tanggapan (respon). Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan

atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan, sehingga

perilaku manusia adalah tindakan atau aktifitas manusia itu sendiri, setiap

perilaku yang ada pada diri manusia dipengaruhi oleh perkembangan dan

pertumbuhannya. Perilaku dapat berubah sesuah dengan stimulus atau

rangsangan, sebelum mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang

terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Kesadaran (Awarenes), yaitu seseorang menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek

b. Merasa tertarik (Interest), terhadap stimulus atau perangsang suatu

objek tertentu, disini sikap subjek sudah mulai timbul

31
c. Menimbang nimbang (Evaluation) baik atau tidakya suatu stimulus

tersebut untuk dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi

d. Mencoba (Trial), yaitu subjek sudah mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus atau

rangsangan.

e. Mengadopsi (Adoption), Dimana subjek sudah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kepercayaan, dan sikapnya terhadap

stimulus atau rangsangan.

2. Bentuk Perilaku

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat

dibagi menjadi dua yakni :

a. Perilaku tertutup yaitu terjadi apabila respon dari suatu stimulus

belum dapat diamati oleh orang lain secara jelas, respon seseorang

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus tersebut.

b. Perilaku terbuka apabila respon terhadap suatu stimulus dapat

diamati oleh seseorang atau orang lain. Respon terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam suatu tindakan atau praktik yang dapat

dengan mudah diamati oleh orang lain. (Windi Chusniah

Rachmawati, 2019)

3. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah sebagai pola perilaku terbuka, tindakan

tindakan dan kebiasaan kebiasaan yang berhubungan dengan

32
pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan dan peningkatan

kesehatan. (Conner and norman, 2015 dalam Swarjana Ketut I, 2022).

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam

dua kategori, yaitu :

a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar

b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.

Perilaku yang disengaja atau tidak di sengaja membawa manfaat

bagi kesehatan individu atau kelompok masyarakat. Perilaku yang secara

sadar ini berhubungan dengan kegiatan kegiatan pencegahan penyakit

serta penyembuhan dari penyakit yang dilakukan atas dasar pengetahuan

dan kepercayaan bagi diri sendiri atau orang lain, seperti perilaku ibu

terhadap pemberian Imunisasi pada anak nya, dan sebaliknya ada yang di

sengaja atau tidak di sengaja yang berdampak merugikan kesehatan

(A.Wawan & Dewi M, 2017)

4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan.

Pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri seperti :

a. Faktor intern seperti : pengetahuan, persepsi, emosi, dan motivasi,

yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

b. Faktor Ekstern yaitu lingkungan sekitar baik fisik atau non fisik

seperti : iklim, manusia, sosial, ekonomi dan sebagainya

Lawrence green (1980) menganalisiss perilaku manusia dari

tingkat kesehatan, dimana kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (Behaviour causes)

33
dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes), Dan perilaku itu

sendiri dibentuk atau ditentukan dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor Predisposisi (presdisposing factor) yaitu : Pengetahuan,

sikap, kepercayaan dan keyakinan

b. Faktor Pemungkin (enabling factor) yaitu : tersedianya fasilitas atau

sarana kesehatan

c. Faktor Penguat/ pendorong (reinforcing factor) yaitu : sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain (Notoatmodjo, 2014)

D. Pengetahuan

1. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan istilah yang digunakan untuk

menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur unsur yang

mengetahui dan diketahui. Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut

adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang

sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapi. Jadi bisa

dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau

segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

(Surajiyo,2008 dalam windi Chusniah Rachmawati, 2019).

Pengetahuan adalah hasil dari” tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

34
daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan ( Nursalam, 2012

dalam Windi Chusniah Rachmawati, 2019).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,

kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan

menyatakan.

b. Memahami (Comrehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan secara benar.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi apapun pada kondisi yang

sebenarnya.

35
d. Analisis

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau

suatu objek kedalam komponen komponen tetapi masih didalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru

f. Evaluasi

Evaluasi ini berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (A.Wawan

& Dewi M, 2017)

3. Cara Memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo,

2007 adalah sebagai berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah di pakai orang sebelum kebudayaan, atau sebelum

adanya peradaban, cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang

lain sampai maslah tersebut dapat terselesaikan.

36
2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin pemimpin

masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama atau

pemegang pemerintah dan berbagai prinsif orang lain yang

menerima dan mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu

atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode ilmiah atau lebih popular dengan

istilah metodologi penelitian. Cara ini mula mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626). Kemudian dikembangkan oleh Deobold

Van Daven. Dan akhirnya lahirlah suatu cara untuk melakukan

penelitian yang sekarang dikenal dengan penelitian ilmiah (A

Wawan dan Dewi M, 2017)

4. Faktor Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah ingatan,

kesaksian, minat, rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika bahasa

dan kebutuhan manusia ( Sudaminta, J 2002, dalam Windi Chusniah R,

2019).

37
Sedangkan menurut Notoatmodjo tahun 2002 memaparkan bahwa

faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat

pendidikan, informasi, budaya dan pengalaman (Windi Chusniah

Rachmawati, 2019).

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari 2 faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, seperti hal

hal yang menunjang kesehatan supaya dapat meningkatkan

kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang akan

pola hidup terutama untuk sikap. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah hal yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan, sedangkan bekerja umumnya merupakan

38
kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur maka

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepecayaan masyarakat

seseorag yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaaannya, hal ini diartikan sebagai sebagai

pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok

2) Sosial budaya

Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. (A

Wawan dan Dewi M, 2017)

5. Cara Pengukuran Pengetahuan

Dalam penelitian tentang pengetahuan, kita mengenal istilah

Blooms Cut off Point. Bloom membagi tingkatan pengetahuan menjadi

tiga kategori yaitu :

39
a. Pengetahuan baik/tinggi jika skor 80-100%

b. Pengetahuan cukup/sedang jika skor 60-79%

c. Pengetahuan Kurang/rendah jika skor <60% (Swarjana Ketut I, 2022).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui pengisian

angket atau wawancara tentang materi yang akan di ukur pada subjek

penelitian atau yang disebut responden (Notoatmodjo,2012 dalam Windi

Chusniah Rachmawati, 2019)

E. Sikap

1. Defenisi Sikap

Sikap adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap

rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah

laku orang tersebut, secara defenitif sikap berarti suatu keadaaan jiwa dan

keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap

suatu objek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta

mempengaruhi secara lansung atau tidak lansung pada praktik atau

tindakan. Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan (

Notoatmodjo,2012 dalam Windi Chusniah Rachmawati, 2019).

Sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak

senang atau perasaan biasa biasa saja (Netral) dari seseorang terhadap

sesuatu benda, kejadian, situasi, orang, atau kelompok. Kalau yang

timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang maka disebut sikap

positif, sedangkan kalau yang timbul perasaan tidak senang disebut sikap

negatif, kalau tidak timbul perasaan apa apa berarti sikapnya netral (

Sarwono, Sarlito W & Meinarno Eko A 2015)

40
2. Tingkatan Sikap

Sikap juga memiliki tingkatan, yaitu:

a. Menerima, diartikan bahwa seseorang mau dan memiliki keinginan

untuk menerima stimulus yang diberikan.

b. Menanggapi, diartikan bahwa seseorang mampu meberikan jawaban

atau tanggapan pada obyek yang sedang dihadapkan.

c. Menghargai, diartikan bahwa seseorang mampu memberikan nilai

yang positif pada objek dengan bentuk tindakan atau pemikiran

tentang suatu masalah.

d. Bertanggung jawab, diartikan bahwa seseorang mampu mengambil

risiko dengan perbedaan tindakan maupun pemikiran yang diambil.

(Kristina,2007 dalam Windi Chusniah Rachmawati, 2019).

3. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif

a. Sikap Positif adalah kecendrungan tindakan mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu

b. Sikap Negatif adalah terdapatnya kecenderungan untuk menjauhi ,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

4. Ciri Ciri Sikap

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.

b. Sikap dapat berubah ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang orang bila terdapat keadaan keadaan dan

syarat syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang tersebut.

41
c. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

sebagai kumpulan dari hal hal tersebut

e. Sikap mempunyai segi segi motivasi dan segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan yang

dimiliki.

f. Sikap mempunyai kecenderungan stabil, sekalipun sikap itu bisa

mengalami perubahan. Sikap itu dibentuk ataupun dipelajari

5. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain

menurut :

a. Pengalaman pribadi

Sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan

pengaruh langsung terhadap prilaku berikutnya. Pengaruh langsung

tersebut direlisasikan pada situasi tertentu.

b. Orang lain

Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan

atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap

berpengaruh antara lain adalah orang tua, teman dekat, teman sebaya.

c. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi

pembentukan sikap seseorang.

42
d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti

televisi, radio, surat kabar dan internet mempunyai pengaruh dalam

membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah pada

opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi

sehingga mampu membentuk sikap.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan

keduanya meletakkan dasar, pengertian dan konsep moral dalam diri

individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang boleh

dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan pusat

keagamaan serta ajaranya.

f. Faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan

dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang- kadang suatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi

sebagai bentuk penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang

sementara dan segera berlalu.

6. Cara Pengukuran Sikap (Skala Likert)

Menurut Sugiyono (2019) Skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Kuesioner yang dibagikan dalam penelitian ini

menggunakan skala likert.

43
Tabel 2.5
Pemberian skor untuk jawaban Kuesioner

No Jawaban Kode Nilai Skor


1 Sangat setuju SS 4
2 Setuju S 3
3 Tidak Setuju TS 2
4 Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber : Swarjana Ketut I (2022)

Sikap dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sikap baik (good

attitude), sikap cukup/ sedang (Fair/moderate attitude), dan sikap rendah/

kurang (poor attitude). Pembagian lainnya, yaitu sikap baik atau positif

(positive atittude), sikap cukup atau netral (neutral attitude). Untuk

mengelompokkam , kita dapat menggunakan skor yang telah dikonversi ke

persen seperti berikut ini.

a. Sikap baik/positif jika skor 80-100%

b. Sikap cukup/ netral jika skor 60-79%

c. Sikap kurang/negatif jika skor <60% (Swarjana Ketut I, 2022)

44
F. Kerangka Teori

Imunisasi

 Pengertian Imunisasi
 Tujuan imunisasi
 Manfaat imunisasi
 Tempat mendapatkan imunisasi
 Jenis imunisasi
 Penyakit yang dapat di cegah
dengan imunisasi
Determinan Perilaku Manusia

1. Faktor Predisposisi
 Pengetahuan
2. Faktor Pendukung PEMBERIAN IMUNISASI
 Sarana Kesehatan PENTAVALEN LANJUTAN
3. Faktor Penguat PADA BATITA
 Sikap
 Perilaku
 Pengertian imunisasi
pentavalen
 Indikasi
 Penyakit
 Cara
yang dapat di cegah
pemberian
denganimunisasi
imunisasi.pentavalen
 Kontra indikasi
 Efek Samping
 Jadwal Imunisasi

Bagan 2.1. Kerangka Teoritis

Sumber: Modifikasi Laurence grean(1980) dalam Notoatmodjo (2014)

45
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Perancu Variabel Dependen

Pengetahuan
Pemberian Imunisasi
Pentavalen lanjutan
Sikap

1. Kepercayaan
2. Keyakinan
3. Ketersediaan sarana kesehatan
4. Peran Petugas kesehatan
Keterangan :

= Diteliti
= Tidak di teliti
= Berhubungan
Bagan. 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

B. Defenisi operasional

Tabael : 3. 1

Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur
Variabel Segala Pengetahuan Wawancara Kuesioner Rendah Ordinal
independen yang dimiliki orang tua apabila skor
Pengetahua batita tentang imunisasi <60%
n orang tua Pentavalen lanjutan
tentang yang terdiri dari Sedang apabila
imunisasi pengertian, tujuan skor 60-79%
pentavalen imunisasi, kontra
lanjutan indikasi, efek samping, Tinggi apabila
jadwal imunisasi, dosis skor 80-100%
dan cara pemberian (Swarjana
imunisasi pentavalen Ketut I,2022)

46
Sikap orang Semua sikap, respon Wawancara Kuesioner Sikap Positif Ordinal
tua terhadap atau tanggapan orang jika skor 80-
pemberian tua batita dalam 100%
imunisasi pemberian imunisasi
pentavalen pentavalen lanjuatan. Sikap Netral
lanjutan jika skor 60-
79%

Sikap Negatif
jika skor
<60%

(Swarjana
Ketut I,2022).
Variabel Imunisasi Pentavalen Observasi Studi Tidak=Jika Ordinal
Dependen lanjutan yang Dokumentasi Orang Tua
Pemberian diberikan orang tua Tidak
Imunisasi kepada anak batita Memberikan
Pentavalen Imunisasi
Lanjutan Pada Anak
Batita

Ya= Bila
Orang Tua
Memberikan
Imunisasi Pada
Anak Batita

(Cramer
2008/
Arikunto
2014)

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan variabel adalah :

Ha = Ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan pemberian

imunisasi pentavalen lanjutan pada anak batita di posyandu Desa

Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023

47
Ha = Ada Hubungan antara sikap orang tua dengan pemberian imunisasi

pentavalen lanjutan pada anak batita di Posyandu Desa Kemantan

Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023

48
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah deskriptif analitik dengan rancangan “cross

sectional” yang bertjuan untuk melihat kolerasi antara variabel independen

dengan variabel dependen yang dilakukan secara bersamaan atau sekaligus

dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,2018). Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap orang tua

dengan pemberian imunisasi pentavalen lanjutan pada anak batita di

Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun

2023

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan terdiri dari 12 Desa dan

penelitian ini di laksanakan di Posyandu Desa Kemantan Darat, karena Desa

Kemantan Darat merupakan Desa yang cakupan imunisasi nya terendah

dibandingkan dengan desa lain di wilayah kerja Puskesmas Kemantan.

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 24 sampai dengan tanggal 27 bulan

Juli tahun 2023.

C. Populasi Penelitian dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di

teliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

orang tua yang memiliki batita yang terdata di posyandu Desa Kemantan

49
Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan pada bulan Juni tahun 2023

yaitu sebanyak 42 orang tua batita.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2018). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah

semua orang tua yang mempunyai anak batita yang terdata di Posyandu

Desa kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan pada bulan

Juni tahun 2023 yaitu sebanyak 42 orang tua batita. Adapun Teknik

pengambilan sampel yang di gunakan adalah pengambilan sampel secara

total sampling yaitu pengambilan sampel yang meliputi keseluruhan

populasi. Alasan Teknik ini di lakukan menurut Arikunto (2014) jika

jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil

secara keseluruhan.

D. Metode Penelitian

1. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2019), sumber data dibagi dmenjadi 2

yaitu sebagai berikut :

1) Data Primer

Data primer yaitu sumber data yang lansung memberikan

data kepada pengumpul data. Seperti data yang diperoleh dan

dikumpulkan melalui kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti

dan diberikan kepada responden yang berada di posyandu Desa

50
Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas kemantan yang

Jumlah sampel nya saat dilakukan penelitian sebanyak 42 orang.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang tidak lansung

diberikan kepada pengumpul data, seperti data yang di dapatkan

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, Puskesmas Kemantan

kabupaten Kerinci, Jurnal dan Buku panduan / buku Sumber.

b. Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data merupakan upaya yang dilakukan

peneliti untuk bisa mengumpulkan data selengkap-lengkapnya, teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi,

wawancara dan studi pustaka. Dengan langkah langkah sebagai

berikut :

1) Meminta surat pengantar untuk melakukan penelitian dari

Universitas Sumatera Barat.

2) Meminta izin pada institusi tempat penelitian.

3) Penelitian dilakukan dengan cara total sampling yaitu seluruh

orang tua batita yang datang keposyandu

4) Peneliti menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian serta

prosedur dalam pengumpulan data.

5) Peneliti menjelaskan tentang jadwal kontrak kegiatan

6) Peneliti meminta responden untuk menandatangani Informed

consent.

51
7) Peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada responden

berdasarkan kuesioner.

2. Teknik Pengolahan Data.

Menurut Notoadmodjo (2018) pada pengolahan data secara

manual di masa sekarang memang sudah jarang dilakukan. Namun dalam

keterbatasan- keterbatasan sarana dan prasarana dan juga apabila data

tidak terlalu besar, pengolahan data secara manual masih di butuhkan.

Langkah- langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui

langkah- langkah sebagai berikut:

a. Editing (Pemeriksaan Data)

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

kuesioner, apakah semua jawaban pertanyaan masing- masing

kuesioner lengkap atau tidak, dengan teknik antara lain:

1) Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak di proses atau di

drop, seperti untuk jawaban yang tidak lengkap.

2) Memberi nomor kuesioner sebagai kode

3) Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan jawaban.

4) Memeriksa kuesioner antar jawaban dan relavasi.

b. Coding (Pengkodean Data)

Setelah data lengkap, peneliti memberikan kode pada setiap

data yang telah terkumpul pada setiap pertanyaan di kuesioner untuk

memudahkan pengolahan dan analisa data. Untuk kuesioner

pengetahuan orang tua Pengetahuan diukur dengan menggunakan 10

52
pertanyaan, apabila jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah

diberi skor 0. Dan untuk kuesioner sikap orang tua Sikap dinilai

dengan skala likert yaitu 10 pernyataan positif yang diberi nilai :

sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, Tidak setuju (TS) = 2, dan

Sangat tidak setuju (STS) = 1.

c. Entry (Memasukan Data)

Semua kuesioner telah terisi penuh dan juga sudah melewati

pengkodean dan pemprosesan, selanjutnya adalah peneliti

memasukkan data (entry data) dari kuesioner ke komputer.

d. Tabulating (Memasukkan Data)

Tabulating dilakukan Setelah instrumen variabel dependen

mengenai Pemberian Iumunisai pentavalen lanjutan dan variabel

independen mengenai Pengetahuan Orang tua, dan sikap orang tua

dalam pemberian imunisasi pentavalen lanjutan, kemudian data di

tabulasi dan di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi variabel

yang di sajikan dalam bentuk univariat dan bivariat.

e. Cleaning (Membersihkan Data)

Setelah semua dimasukkan ke komputer, peneliti memeriksa

kembali kelengkapan data untuk memastikan data tersebut telah bersih

dari semua kesalahan sehingga data tersebut dapat di analisa.

3. Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2014) analisa data suatu penelitian

biasanya melalui prosedur dan tahapan, antara lain:

a. Analisis Univariat

53
Analisis univariat dengan cara statistik deskriptif berupa

distribusi ferkuensi dan persentase untuk semua variabel, baik variabel

dependen pemberian imunisasi pentavalen lanjutan maupun variabel

independen yaitu pengetahuan orang tua, dan sikap orang tua dalam

pemberian imunisasi pentavalen lanjutan dengan rumus sebagai

berikut :

𝑓
𝑝=
𝑛 𝑥 100 %

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah responden

b. Analisa Bivariat.

Analisa bivariat adalah analisa untuk melihat ada atau tidaknya

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,

untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut digunakan uji chi-

square dengan tingkat kemaknaan p≤ 0,05, jika p≤ berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen. Bila p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

54
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Univariat

Analisa Univariat merupakan analisis statistika yang hanya

menggunakan satu variabel saja. Pada metode ini variabel tersebut di hitung

dan dianalisis secara terpisah untuk menghasilkan gambaran yang lebih jelas

mengenai variabel tersebut. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian sehingga

kita dapat mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel

penelitian baik itu variabel independen maupun variabel dependen. Dan

diperoleh hasil sebagai berikut

1. Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Di


Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas
Kemantan Tahun 2023

Hasil analisis pemberian imunisasi pentavalen lanjutan dapat dilihat pada

tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Di
Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas
Kemantan Tahun 2023

Pemberian imunisasi pentavalen f %


lanjutan
Tidak 27 64.3
Ya 15 35.7
Total 42 100

55
Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

responden (64,3%) tidak diberikan imunisasi pentavalen lanjutan di

Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan

tahun 2023

2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Batita Tentang


Imunisasi Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023

Hasil analisis pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Batita Tentang
Imunisasi Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023

Pengetahuan f %

Rendah 25 59.5

Sedang 10 23.8

Tinggi 7 16.7

Total 42 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

responden (59,5 %) mempunyai pengetahuan rendah tentang imunisasi

pentavalen lanjutan di Possyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja

Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

3. Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua Batita Terhadap Pemberian


Imunisasi Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

Hasil analisis sikap dapat dilihat pada tabel 5.3 Dibawah ini :

56
Tabel 5.3
Disstribusi Frekuensi Sikap Orang Tua Batita Terhadap Pemberian
Imunisasi Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat
Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

Sikap f %

Negatif 20 47.6

Netral 15 35.7

Positif 7 16.7

Total 42 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden (47.6%) mempunyai sikap negatif terhadap pemberian

imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat

Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

B. Hasil Bivariat

Analisa bivariat adalah salah satu bentuk analisa kuantitatif yang paling

sederhana dan melibatkan analisa dua variabel. Analisa bivariat pada

penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen dengan

variabel dependen dan diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dalam Pemberian Imunisasi


Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah
Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023

Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini :

57
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dalam Pemberian Imunisasi
Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah
Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023

Pengetahuan Pemberian imunisasi Jumlah P-


orang tua pentavalen lanjutan Value

Tidak Ya
n % n % n % 0.001

Rendah 22 88.0 3 12.0 25 100

Sedang 3 30.0 7 70.0 10 100

Tinggi 2 28.6 5 71.4 7 100

Jumlah 27 64.3 15 35.7 42 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa dari 25 orang

responden yang mempunyai pengetahuan rendah terdapat 22 responden

yang tidak memberikan imunisasi pentavalen lanjutan. Dan Hasil uji

statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai p-value 0.001 (p <

0.05), yang berarti bahwa Ha diterima, yang artinya ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan orang tua dengan pemberian imunisasi

pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja

Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

2. Hubungan Sikap Orang Tua Dalam Pemberian Imunisasi


Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah
Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

Hasil analisis Bivariat dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini

58
Tabel 5.5
Hubungan Sikap Orang Tua Dalam Pemberian Imunisasi
Pentavalen Lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah
Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

Sikap Pemberian imunisasi Jumlah p-


Responden pentavalen lanjutan value
Tidak Ya
n % n % n % 0.000

Negatif 19 95.0 1 5.0 20 100

Netral 7 46.7 8 53.3 15 100

Positif 1 14.3 6 85.7 7 100

Jumlah 27 64.3 15 35.7 42 100

Berdasarkan tabel 5.5 di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 orang

responden yang bersikap negatif terdapat 19 responden yang tidak

memberikan imunisasi pentavalen lanjutan. Dan hasil uji chi-square

diperoleh nilai p-value 0.000 (p < 0,05), yang berarti bahwa Ha

diterima, yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap orang

tua dalam pemberian imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa

Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

59
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa dari 42 responden terdapat

lebih dari separuh responden (64,3%) tidak diberikan imunisasi pentavalen

lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas

Kemantan tahun 2023.

Imunisasi Pentavalen DPT-HB-HIB merupakan ulangan imunisasi

dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang

masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar.

(Permenkes RI Nomor 12 tahun 2017). Vaksin DPT-HB-Hib adalah

suspensi homogen yang berisikan difteri murni, texoid tetanus bakteri

pertusisinaktif antigen permukaan hepatitis B (HbsAg) murni yang tidak

infeksius, dan komponen hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul

poli sakarida haemophilus influenza tipe B (Hib) tidak infeksius yang di

konjugasikan kepada protein teksoid tetanus. Pada Batita yang telah

mendapatkan imunisasi lanjutan DPT HB Hib dinyatakan mempunyai

status imunisasi TT 3 (Direktorat Jendral P2PL Kemenkes RI 2017).

Imunisasi Pentavalen (DPT-HB-Hib) merupakan kombinasi dari vaksin

DPT, HB, Hib. DPT merupakan vaksin yang digunakan untuk mengurangi

resiko penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus, Sementara HB Merupakan

vaksin untuk mengurangi resiko penyakit Hepatitis B. dan HIB merupakan

vaksin yang digunakan untuk mengurangi resiko penyakit yang di

60
sebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B yang menjadi

penyebab utama penyakit Meningitis pada anak kurang dari 5 tahun (Ayun

Sriatmi,dkk 2020).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jumiati (2021) tentang Faktor Faktor yang berhubungan dengan status

imunisasi lanjutan pentavalen di wilayah kerja Puskesmas Panyileukan

Kota Bandung tahun 2019, dimana dari hasil penelitian di dapatkan bahwa

72,5% baduta tidak mendapatkan imunisasi lanjutan pentavalen lengkap.

Dan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Marta Imelda (2022)

tentang Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi lanjutan

pentavalen pada anak usia 18 bulan di desa Tanjung Selamat tahun 2022,

didapatkan hasil 65,5% anak usia 18 bulan tidak mendapatkan imunisasi

pentavalen lanjutan. Dan sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan

oleh Indrawati (2022) tentang hubungan pengetahuan dengan cakupan

imunisasi booster DPT HB Hib pada batita di desa Ranah Baru Wilayah

Kerja Puskesmas Air Tiris tahun 2022, di dapatkan hasil 68,5% anak batita

tidak diberikan imunisasi booster DPT HB Hib lanjutan.

Rendahnya pemberian imunisasi pentavalen lanjutan bisa dilihat

dari analisa kuesioner, dimana 64,3% orang tua tidak memberikan

imunisasi pentavalen lanjutan pada batita di Posyandu Desa Kemantan

Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan tahun 2023, menurut analisa

peneliti hal ini disebabkan karena kesibukan dari orang tua batita yang

sebagian besar memiliki pekerjaan disamping sebagai ibu rumah tangga

mereka juga bekerja sebagai petani, pedagang, PNS dan pekerjaan

61
sampingan lainnya. hal itulah yang menyebabkan orang tua tidak dapat

datang untuk melakukan imunisasi pentavalen pada batita. Selain itu,

penyebab rendahnya pemberian imunisasi pentavalen disebabkan karena

adanya pendapat dari orang tua yang mengatakan bahwa imunisai

pentavalen DPT HB Hib sudah cukup diberikan pada waktu bayi saja.

Sehingga setelah bayi selesai imunisasi dasar lengkap, orang tua batita

tidak lagi datang ke posyandu untuk membawa anaknya imunisasi.

2. Pengetahuan Orang Tua Batita Tentang Imunisasi Pentavalen

Lanjutan

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 42 responden

terdapat lebih dari separuh responden (59,5 %) mempunyai pengetahuan

rendah tentang imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan

Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur unsur yang

mengetahui dan diketahui. Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut

adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang

sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapi. Jadi bisa

dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau

segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

(Surajiyo,2008 dalam windi Chusniah Rachmawati, 2019).Pengetahuan

adalah hasil dari” tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

62
melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan ( Nursalam, 2012 dalam Windi

Chusniah Rachmawati, 2019).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini

Marini (2018) tentang hubungan pengetahuan Ibu Dengan Pemberian

Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak 18 Bulan Di Desa Paya Bagas

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagi Tahun 2018

didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi lanjutan pentavalen

pada anak 18 bulan mayoritas pengetahuan nya kurang yaitu sebanyak 17

orang (44,7%). Dan Penelitian yang kedua dilakukan oleh Dwi Apriliani

Puspitawati (2021) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap

pemberian imunisasi lanjutan pada ibu yang mempunyai baduta usia 18-24

bulan di Puskesmas Kunduran kabupaten Blora tahun 2021 di dapatkan

hasil bahwa sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan rendah (56,5%)

tentang imunisasi lanjutan pada baduta usia 18-24 bulan. Sedangkan

Menurut penelitian yang dilakukan Marta Imelda (2022) tentang

Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi lanjutan

pentavalen pada anak usia 18 bulan di desa Tanjung Selamat, di dapatkan

hasil bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen lanjutan pada

anak usia 18 bulan mayoritas pengetahuannya baik sebesar 59,5 %,

Rendahnya pengetahuan responden tentang imunisasi pentavalen

bisa dilihat dari analisa kuesioner dimana 66,6% responden tidak

63
mengetahui apa itu vaksin pentavalen, apa itu imunisasi pentavalen

lanjutan, dan apa manfaat dari imunisai pentavalen lanjutan, 61,9% tidak

mengetahui kapan jadwal imunisasi pentavalen lanjutan harus diberikan,

dan 59,5% tidak mengetahui bagaimana cara pemberian imunisasi

pentavalen lanjutan serta efek samping apa yang ditimbulkan setelah anak

imunisasi pentavalen lanjutan. menurut analisa peneliti, rendahnya

pengetahuan orang tua disebabkan karena kurangnya informasi yang

didapatkan orang tua tentang imunisasi pentavalen lanjutan, dan

kurangnya kesadaran orang tua untuk mencari tahu akan pentingnya

pemberian imunisai pentavalen lanjutan pada anak batita, dimana

informasi tersebut sebenarnya bisa diperoleh dari petugas kesehatan,

media cetak, media elektronik, dan media sosial.

3. Sikap orang Tua Batita Terhadap Pemberian Imunisasi Pentavalen

lanjutan

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden (47.6%) mempunyai sikap negatif terhadap pemberian

imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah

Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

Sikap adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap

rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah

laku orang tersebut, secara defenitif sikap berarti suatu keadaaan jiwa dan

keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap

suatu objek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi

secara lansung atau tidak lansung pada praktik atau tindakan. Sikap

64
sebagai suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan ( Notoatmodjo,2012

dalam Windi Chusniah Rachmawati, 2019).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanda

Salsabila (2018) tentang Faktor faktor yang berhubungan dengan status

imunisasi lanjutan pentavalen DPT HB Hib di wilayah kerja Puskesmas

Labuhan Ratu Kota Bandar lampung tahun 2018, dari penelitian ini

didapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki sikap negatif terhadap

pemberian imunisasi pentavalen lanjutan yaitu sebanyak 62,5%. Dan

menurut penelitian yang dilakukan oleh Titin Sumarni (2019) tentang

hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi

lanjutan DPT HB Hib pada baduta di wilayah kerja Puskesmas Tungkal

Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2019, didapatkan hasil bahwa hampir

seluruh responden memiliki sikap yang unfavorable (59,6%) terhadap

pemberian imunisasi lanjutan DPT HB Hib pada baduta. Sedangkan

menurut penelitian yang dilakukan oleh Putu Nindya Ayuni tentang

hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi

pentavalen lanjutan pada anak usia 18-24 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Rajabasa Indah tahun 2022, di dapatkan hasil bahwa dari 45

responden diperoleh paling banyak responden mempuyai sikap baik yaitu

sebanyak 40 (88,9%) orang responden.

Sikap responden yang negatif bisa dilihat dari hasil kuesioner,

dimana pertanyaan tentang apakah ibu setuju jika anak diberikan imunisasi

pentavalen lanjutan? dari pertanyaan tersebut 54% ibu menjawab tidak

setuju. Dan dari pertanyaan tentang efek samping dari imunisasi

65
pentavalen lanjutan yang ditimbulkan setelah imunisasi, apakah ibu masih

setuju memberikan imunisasi pentavalen lanjutan pada anak anda? dari

pertanyaan ini terdapat 30 % yang tidak setuju. dan 30,9% ibu menjawab

setuju dengan pertanyaan tentang ibu yang tidak mau lagi membawa

anaknya imunisasi karena efek samping demam pada imunisasi sebelum

nya. Dari hasil analisa kuesioner itu didapatkan sebagian besar responden

bersikap negatif terhadap pemberian imunisasi pentavalen lanjutan,

menurut analisa peneliti hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

dan informasi yang diterima oleh ibu yang mempunyai anak batita tentang

imunisasi pentavalen lanjutan. Karena jika pengetahuan rendah, maka

responden akan sulit memahami dan mengerti tentang manfaat dari

pemberian imunisasi pentavalen lanjutan untuk batita. Hal itulah yang

menyebabkan responden bersikap negatif terhadap pemberian imunisasi

pentavalen lanjutan.

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dalam Pemberian Imunisasi

Pentavalen Lanjutan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak

mendapatkan pemberian imunisasi pentavalen lanjutan sebagian besar

terdapat pada responden dengan pengetahuan rendah yaitu 22 (88.0%)

dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya sedang 3 (30.0 %)

dan yang berpengetahuan tinggi yaitu 2 (28.6%). Dan Hasil uji statistik

menggunakan Chi-square didapatkan nilai p-value 0.001 (p < 0.05), yang

artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua

66
dengan pemberian imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa

Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

Pengetahuan adalah hasil dari” tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya

tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan ( Nursalam,

2012 dalam Windi Chusniah Rachmawati, 2019). Hal ini menujukkan

bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan

imunisasi batita. Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang

mempermudah terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya

mengimunisasikan anak. Pengetahuan dapat dijadikan sebagai pedoman

untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang, Menurut teori L Green

Pengetahuan merupakan salah satu faktor pemudah/predisposing factor

yang penting dalam mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang

(Widhiarto, 2016). Pengetahuan juga berpengaruh terhadap kesadaran

seseorang seperti kesadaran untuk membawa bayinya imunisasi, ibu yang

tidak bersedia membawa bayinya imunisasi bisa jadi di sebabkan karena

belum memahami secara benar tentang imunisasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rini Marini

(2018) tentang hubungan pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi

Pentavalen Lanjutan Pada Anak 18 Bulan Di Desa Paya Bagas Kecamatan

tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagi Tahun 2018 didapatkan bahwa

pengetahuan ibu tentang imunisasi lanjutan pentavalen pada anak 18 bulan

67
dimana berdasarkan analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan

antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi pentavalen lanjutan

pada anak 18 bulan di Desa Paya Bagas Kecamatan Tebing Tinggi

Kabupaten Serdang Bedagi tahun 2018 dengan nilai P=0,001. Dan

penelitian kedua yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian dari

Putu Nindya Ayuni (2022) tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu

terhadap kelengkapan imunisasi pentavalen lanjutan pada anak usia 18-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah tahun 2022, di dapatkan

hasil uji chi- squere diperoleh nilai p Value = 0,010 (p<0,05). Yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu terhadap

kelengkapan imunisasi pentavalen lanjutan di wilayah kerja Puskesmas

Rajabasa tahun 2022. Dan hal ini juga sejalan dengan penelitian dari Ni

Kadek Suriani (2023) tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku

ibu dengan kelengkapan imunisasi lanjutan di Puskesmas pembantu

Tanjung Benoa tahun 2023 didapatkan hasil analisa menggunakan uji chi-

squere 95% α = (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap

variabel memiliki nilai sig<0,05 yang artinya ada hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi lanjutan.

Menurut analisa peneliti pengetahuan yang rendah pada

responden dikarenakan responden tersebut belum bisa memahami

pentingnya imunisasi pentavalen lanjutan pada batita, sehingga mereka

kurang percaya terhadap pemberian imunisasi tersebut. Dalam penelitian

ini juga dapat dilihat bahwa 3 orang yang berpengetahuan sedang dan 2

orang yang berpengetahuan tinggi juga tidak memberikan imunisasi

68
pentavalen lanjutan, hal ini disebabkan oleh kesibukan dan ruinitas dari

orang tua yang disamping menjadi ibu rumah tangga juga menjadi wanita

karir atau mempunyai pekerjaan sampingan seperti PNS, Honorer,

Wiraswasta, pegawai swasta, dan Petani. Sehingga tidak bisa datang

membawa anaknya ke posyandu untuk diimunisasi, dan juga orang tua

merasa takut anaknya akan demam jika di imunisasi.

2. Hubungan Sikap Orang Tua Dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen

Lanjutan

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa responden yang tidak

mendapatkan pemberian imunisasi pentavalen lanjutan sebagian besar

terdapat pada responden dengan sikap negatif yaitu 19 (95.0%)

dibandingkan dengan responden dengan sikap Netral yaitu 7 (46.7) dan

yang bersikap positif 1 (14.3%). Dan hasil uji chi-square dapat diperoleh

nilai p-value 0.000 (p < 0,05 ), yang artinya ada hubungan yang bermakna

antara sikap orang tua dalam pemberian imunisasi pentavalen lanjutan di

Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan

Tahun 2023.

Sikap adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap

rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah

laku orang tersebut, secara defenitif sikap berarti suatu keadaaan jiwa dan

keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap

suatu objek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi

secara lansung atau tidak lansung pada praktik atau tindakan. Sikap

sebagai suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan ( Notoatmodjo,2012

69
dalam Windi Chusniah Rachmawati, 2019). Sikap adalah istilah yang

mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa biasa saja

(Netral) dari seseorang terhadap sesuatu benda, kejadian, situasi, orang,

atau kelompok. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan

senang maka disebut sikap positif, sedangkan kalau yang timbul perasaan

tidak senang disebut sikap negatif, kalau tidak timbul perasaan apa apa

berarti sikapnya netral ( Sarwono, Sarlito W & Meinarno Eko A 2015).

Sikap merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku seseorang,

sikap positif akan mendorong seseorang untuk berperilaku seperti yang

diharapkan sedangkan sikap negatif akan mendorong seseorang untuk

berperilaku kurang baik atau tidak diharapkan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nanda Salsabila itsa (2019) tentang Faktor faktor yang berhubungan

dengan status imunisasi lanjutan Pentavalen (DPT HB Hib) di wilayah

kerja Puskesmas Labuhan Ratu Kota Bandar lampung. dimana

berdasarkan analisis bivariat menunjukkan uji statistik diperoleh nilai p

Vallue sebesar 0,022 yang lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan

adanya hubungan antara sikap ibu dengan status imunisasi lanjutan

pentavalen di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Ratu Kota Bandar

Lampung. Dan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwi Apriliani

Puspitawati (2021) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap

pemberian imunisasi lanjutan pada ibu yang mempunyai baduta usia 18-24

bulan di Puskesmas Kunduran kabupaten Blora tahun 2021 di dapatkan

hasil bahwa ada hubungan antara sikap terhadap pemberian imunisasi

70
lanjutan pada ibu yang mempunyai baduta 18-24 bulan dengan nilai p

value 0,001. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Putu Nindya Ayuni (2022) tentang hubungan pengetahuan dan sikap

ibu terhadap kelengkapan imunisasi pentavalen lanjutan pada anak usia

18-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah tahun 2022, di

dapatkan hasil uji chi- squere dengan nilai p Value = 0,001 (p<0,05) yang

berarti terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu terhadap

kelengkapan imunisasi pentavalen lanjutan pada anak usia 18-24 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah tahun 2022.

Dari hasil penelitian ini bisa dilihat bahwa ada hubungan yang

bermakna antara sikap orang tua dengan pemberian imunisasi pentavalen

lanjutan di Posyandu Desa kemantan Darat Wilayah Kerja Puskesmas

Kemantan Tahun 2023, dimana responden yang tidak memberikan

imunisasi pentavalen lanjutan lebih banyak terdapat pada responden yang

mempunyai sikap negatif yaitu sebanyak 95,0%, dari penelitian ini juga

dapat dilihat bahwa responden yang diberikan imunisasi pentavalen

lanjutan lebih banyak terdapat pada responden yang bersikap positif yaitu

85,7%. dari hasil analisa kuesioner di dapatkan bahwa responden yang

bersikap negatif yaitu 19 responden tidak memberikan imunisasi

pentavalen lanjutan pada anaknya, dan 7 responden yang bersikap netral

juga tidak memberikan imunisasi pentavalen lanjutan pada anaknya dan

ada 1 orang responden yang bersikap positif juga tidak memberikan

imunisasi pentavalen lanjutan pada anaknya, berdasarkan hasil analisa

wawancara peneliti dengan responden, di dapatkan jawaban dari

71
responden bahwa responden mengatakan ia sibuk dengan pekerjaannya

jadi tidak sempat membawa anaknya untuk imunisasi, dan responden takut

anak nya demam kalau diberikan imunisasi.

72
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan hipotesis, hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Lebih dari separuh responden (64,3%) tidak diberikan imunisasi

pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja

Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

2. Lebih dari separuh responden (59,5%) mempunyai pengetahuan rendah

tentang imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat

Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

3. Sebagian besar responden (47,6%) mempunyai sikap negatif terhadap

pemberian imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan

Darat wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023.

4. Ada Hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua dalam

pemberian imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan

Darat Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023 dengan nilai p-

Value 0.001 (<0,05)

5. Ada Hubungan yang bermakna antara sikap orang tua dalam pemberian

imunisasi pentavalen lanjutan di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah

Kerja Puskesmas Kemantan Tahun 2023 dengan nilai p-Value 0.000

(<0,05)

73
B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Kepada Puskesmas Kemantan hendaknya meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan dalam hal promosi kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan orang tua batita, dan memberikan gambaran tentang

keadaan anak jika tidak di imunisasi, serta menjalin kerja sama yang baik

di desa untuk meningkatkan kepatuhan ibu dalam membawa anaknya ke

posyandu guna mendapatkan imunsasi lengkap.

2. Bagi Orang Tua Batita

a. Diharapkan agar orang tua bisa meluangkan waktunya dan

membawa anaknya pada saat pelaksanaan posyandu agar batita bisa

mendapatkan imunisasi pentavalen lanjutan.

b. Diharapkan orang tua supaya lebih meningkatkan pengetahuan

tentang imunisasi pentavalen lanjutan, supaya orang tua tidak ragu

lagi dengan pemberian imunisasi pentavalen lanjutan serta manfaat

nya dan tidak takut lagi dengan efek samping yang terjadi setelah

imunisasi.

c. Diharapkan orang tua bisa mencari informasi tentang imunisasi

pentavalen lanjutan, seperti mengikuti penyuluhan kesehatan, di

media sosial dan media elektronik, supaya orang tua bisa lebih

memahami tentang pentingnya pemberian imunisasi pentavalen

lanjutan pada anak batita, sehingga orang tua bisa bersikap positif

dan membawa anaknya ke posyandu untuk di berikan imunisasi

pentavalen lanjutan.

74
3. Bagi Institusi Pendidikan

Kepada Institusi Pendidikan diharapkan hasil penelitian ini bisa

menambah wawasan dan menjadi referensi bagi mahasiswa, serta

menjadi informasi yang berguna bagi Universitas Sumatera Barat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan semoga hasil penelitian ini

dapat menambah wawasan keilmuan serta dapat menjadi referensi untuk

penelitian yang akan datang tentang aspek lain yang dapat dikembangkan

dalam penelitian imunisasi lanjutan.

5. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi

peneliti, dan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan

di bangku perkuliahan.

75
DAFTAR PUSTAKA

Afrilia, Mardiana, Eka Dan Atika Fitriani. 2017. Hubungan Sikap Ibu Dan

dukungan Keluarga Dengan Kelengkapan Imunisasi Lanjutan Pada

Batita Di Puskesmas Curug Tahun 2017. Jurnal

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Arfiana. 2015. Asuhan Neonatus Bayi dan anak Prasekolah. Jakarta: Trans

Medika

A.Wawan Dan Dewi. M. 2017. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Ayuni, Nindya Putu. 2022. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap

Kelengkapan Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak Usia 18-24

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah. Jurnal

Biofarma. 2023. Vaksin Pentabio (DPT-HB-Hib). Jakarta : Digital Healthcare

Office. Artikel

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2020. Modul Pengelolaan Program Imunisasi

IDAI. 2014. Buku Imunisasi Indonesia. Jakarta

Indrawati. 2022. Hubungan pengetahuan Dengan Cakupan Imunisasi Booster

DPT HB Hib Pada Batita Di Desa Ranah Baru Wilayah Kerja

Puskesmas Air Tiris. Jurnal

Itsa, Salsabila Nanda. 2019. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Imunisasi Lanjutan Pentavalen (DPT HB Hib) Di Wilayah Kerja

Puskesmas labuhan Ratu Kota Bandar Lampung. Skripsi


Jumiati. 2021. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi

Lanjutan Pentavalen di Wilayah Kerja Puskesmas Panyileukan Kota

Bandung. Skripsi

Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta

Kemenkes RI. 2018. Buku Informasi dan Edukasi Imunisasi Lanjutan Pada Anak.

Jakarta

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan. Jakarta

Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

. 2021. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Marini, Rini. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi

Lanjutan Pentavalen Pada anak 18 Bulan Di Desa Paya Bagas

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagi. Skripsi

Marta, Imelda. 2022. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi

Lanjutan Pentavalen Pada Anak Usia 18 Bulan Di Desa Tanjung

Selamat. Universitas Audi Indonesia, Medan Tuntungan. Jurnal

Martias. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Dengan Pemberian

Imunisasi Pentavalen lanjutan Di Posyandu Desa Kemantan Agung

Kecamatan Air Hangat Timur Tahun 2017. Skripsi

Niven. 2013. Psikologi Kesehatan. Jakarta : EKG

Notoatmodjo, Soekidjo.2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta
Puspitaningrum, 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu

Dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen Di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Gilang Surakarta. Skripsi

Puspitawati, Apriliani Dwi. 2021. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap terhadap

Pemberian Imunisasi Lanjutan Pada Ibu Yang Mempunyai Baduta Usia

18-24 Bulan di Puskesmas Kunduran Kabupaten Blora. Jurnal

Rachmawati, Chusniah windi. 2019. Promosi kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jl.

Palmerah XIII N29B, Vila Gunung Buring Malang : Wineka Media

Sriatmi Ayun, dkk. 2020. Mengenal Imunisasi Rutin Dan Lengkap. Semarang:

FKM-UNDIP Press

Sarwono, Sarlito W & Meinarno, Eko A. 2015. Psikologi Sosial. Jakarta :

Salemba Humanika

Sumarni, Titin. 2019. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap

Pemberian Imunisasi Lanjutan DPT HB Hib pada Baduta di Wilayah

Kerja Puskesmas Tungkal Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alphabet

Suriani Kadek Ni. 2023. Hubungan Pengetahuan, sikap dan Perilaku ibu dengan

Kelengkapan Pemberian Imunisasi Pentavalen lanjutan di Puskesmas

Pembantu Tanjung Benoa. Jurnal

Swarjana, Ketut I. 2022. Konsep Pengetahuan, sikap, Perilaku, Persepsi, Stres,

Kecemasan, Nyeri, Dukungan Sosial, Kepatuhan, Motivasi, Kepuasan,

Pandemi Covid-19, Akses Layanan Kesehatan-Lengkap Dengan


Konsep Teori, Cara mengukur Variabel, Dan Contoh Kuesioner.

Yogyakarta : Penerbit ANDI (IKAPI)


Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada,
Yth, Calon responden
Di-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi program studi
ilmu keperawatan Universitas Sumatera Barat.
Nama : Lisa maryati
NIM : 221014201145
Akan Mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Orang Tua Dengan pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan
Pada Anak Batita Di Posyandu Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja
puskesmas Kemantan Tahun 2023 , sebagai salah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Sumatera Barat.
Untuk terlaksananya penelitian ini Kami mengharapkan kepada Bapak/Ibu
untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang
ada di kuesioner.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden,
Informasi yang diperolah selama penelitian akan dijaga kerahasiaannya. Data-data
ini hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikianlah permohonan ini saya buat, atas bantuan dan kerjasama yang
baik kami ucapkan terima kasih.
Kerinci, 2023
Peneliti

( Lisa maryati )
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan memahami penjelasan tentang kegiatan dari

penelitian ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………………..
Umur : ………………..
Alamat : ………………..

Dengan ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden

dalam penelitian “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dengan

pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan Pada Anak Batita Di Posyandu

Desa Kemantan Darat Wilayah Kerja puskesmas Kemantan Tahun 2023 .

Demikian persetujuan ini saya buat dengan kesadaran tanpa adanya

paksaan dari siapapun.

Kerinci, 2023

Responden

( )
Lampiran 3

KISI KISI KUESIONER


PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP PEMBERIAN
IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA ANAK BATITA DI
POSYANDU DESA KEMANTAN DARAT WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEMANTAN TAHUN 2023

VARIABEL ASPEK YANG NO JUMLAH

DIUKUR PERTANYAAN

Pengetahuan Pengertian 1,2,3 10

orang tua Indikasi 4,5

Cara pemberian 6

Efek samping 7,8

Jadwal imunisasi 9,10

Sikap Orang Tua Sikap orang tua Pertanyaan 10

dalam pemberian No 1 - 10

imunisasi

pentavalen

lanjutan

Imunisasi Kepatuhan orang Pertanyaan No 1 1

pentavalen tua dalam

lanjutan pemberian

imunisasi
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN
PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA
ANAK BATITA DI POSYANDU DESA KEMANTAN DARAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMANTAN
TAHUN 2023
Identitas Responden.

1. Nama : ………………………………………
2. Umr orang tua : ………… tahun
3. Jenis kelamin : ………………………………………
4. Pekerjaan : ………………………………………
5. Hari/Tgl. Pengisian : ………………………………………
6. Alamat : ………………………………………
7. Umur batita : ………… tahun …………. bulan
8. Pendidikan terakhir : ………………………………………
A. Pemberian imunisasi

No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah ibu bersedia anaknya di imunisasi
1.
pertavalen lanjutan usia 18 bulan (1,5 tahun) ?

B. Pengetahuan

1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan vaksin pentavalen ?

a. Vaksin campak [ ]

b. Vaksin polio [ ]

c. Vaksin DPT-HB+Hib [ ]

d. Vaksin BCG [ ]

2. Menurut anda, apa yang dimaksud imunisasi pentavalen lanjutan ?

a. Imunisasi campak yang diberika pada usia 2 tahun [ ]

b. Imunisasi DPt-HB-Hib yang diberikan pada batita usia 18 bulan [ ]

c. Imunisasi DT yang berikan pada anak kelas 1 SD [ ]

d. Tidak tahu [ ]
3. Menurut anda, penyakit apa saja yang dapat di cegah dengan imunisasi

pentavalen ?

a. Diare [ ]

b. Demam berdarah [ ]

c. Campak [ ]

d. Infeksi haemaphilus influenza tipe B [ ]

4. Menurut anda, apa manfaatdari imunisasi pentavalen lanjutan ?

a. Untuk mencegah penyakit infeksi akibat Virus Hib [ ]

b. Agar anak tidak rewel [ ]

c. Untuk meningkatkan kecerdasan anak [ ]

d. Agar nafsu makan anak bertambah [ ]

5. Menurut anda, bagaimana cara pemberian imunisasi pentavalen lanjutan?

a. Disuntik kan di betis [ ]

b. Disuntikkan dipaha/ lengan kanan atas [ ]

c. Diteteskan di mulut [ ]

d. Diteteskan ke mata [ ]

6. Menurut anda, apa yang harus dilakukan apabila terjadi demam setelah

imunisasi pentavalen lanjutan ?

a. Kompres dingin [ ]

b. Lansung memberikan obat tanpa kunsultasi dengan petugas

kesehatan [ ]

c. Kompres hangat/bawa ke petugas kesehatan terdekat [ ]

d. Tidak tahu [ ]
7. Menurut anda, efeksamping apa saja yang di timbulkan setelah anak di

imunisasi pentavalen lanjutan ?

a. Bengkak di sekitar penyuntikan [ ]

b. Nyeri dan kemerahan pada lokasi penyuntikan [ ]

c. Demam tinggi dan anak rewel [ ]

d. Semua jawaban benar [ ]

8. Menurut anda, kapan pertama kali imunisasi pentavalen harus diberikan ?

a. Usia < 7 hari [ ]

b. Usia 1 bulan [ ]

c. Usia 2 bulan [ ]

d. Usia 12 bulan [ ]

9. Menurut anda, kapan jadwal imunisasi pentavalen lanjutan harus di

berikan ?

a. Umur 5 tahun [ ]

b. Umur 3 tahun [ ]

c. Umur 1,5 tahun [ ]

d. Umur 1 tahun [ ]

10. Menurut anda, dimana kita bisa mendapatkan imunisasi pentavalen

lanjutan ?

a. Kantor kecamatan [ ]

b. Kantor kepala desa [ ]

c. Puskesmas dan Posyandu [ ]

d. Tidak Tahu [ ]
C. Sikap Orang Tua (Ibu)

Petunjuk pengisian :

1. Berilah tanda Checklis ( V ) pada kolom yang disediakan dengan

pernyataan atau keadaan yang sebenarnya.

2. Ada 4 alternatif dalam jawaban yaitu :

a. Sangat Setuju : SS

b. Setuju : S

c. Tidak Setuju : TS

d. Sangat Tidak Setuju : STS

Alternatif Jawaban
NO PERNYATAAN
SS S TS STS
1. Apakah anda setuju jika anak ibu di

imunisasi?

2. Apakah anda setuju dengan program

pemerintah tentang pemberian imunisasi

pentavalen lanjutan pada anak usia 18 bulan?

3. Apakah anda setuju Imunisasi diberikan

supaya anak anda terhindar dari penyakit?

4. Apakah anda setuju jika anak ibu diberikan

imunisasi pentavalen lanjutan?

5. Apakah anda setuju, bahwa imunisasi

pentavalen lanjutan itu sangat penting untuk

menjaga kesehatan anak?

6. Apakah anda setuju Pemberian imunisasi


pentavalen lanjutan di berikan agar kekebalan

tubuh anak tetap terlindungi?

7. Apakah anda setuju bahwa manfaat dari

imunisasi pentevalen lanjutan lebih besar dari

kerugian (efeksamping)?

8. Jika anda mendengar adanya laporan tentang

efeksamping yang ditimbulkan setelah

imunisasi pentavalen lanjutan, apakah ibu

masih setuju memberikan imunisasi

pentavalen lanjutan pada anak anda?

9. Bagaimana menurut pendapat anda, jika ada

orang tua yang tidak mau lagi membawa

anaknya datang ke posyandu, karena pada

imunisasi sebelumnya anaknya mengalami

demam?

10. Bagaimana menurut pendapat anda jika ada

orang tua yang tidak mau membawa anaknya

datang ke posyandu untuk di imunisasi karena

jarak tempat tinggal nya jauh dari tempat

posyandu?

(Swarjana Ketut I 2022 & Martias 2017).


Lampiran 5
MASTER TABEL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN


PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN LANJ UTAN PADA
ANAK BATITA DI POSYANDU DESA KEMANTAN DARAT
WILAYAH KERJ A PUSKESMAS KEMANTAN
TAHUN 2023

Karakteristik responden Pemberian imunisasi Pengetahuan Sikap


No Kategori Kode Kategori Kode
Inisial Umur Umur anak Pendidikan Pekerjaan Kategori Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jlh % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jlh %
1 Ny. M 30 2,3 tahun D3 PNS Ya 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Tinggi 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 33 83 Positif 2
2 Ny. N 23 3 tahun S1 PNS Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 60 Sedang 1 3 2 4 3 3 3 1 1 2 1 23 58 Negatif 0
3 Ny. J 33 2 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 30 Rendah 0 3 2 4 1 4 4 3 3 2 3 29 73 Netral 1
4 Ny. A 29 3 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4 40 Rendah 0 2 2 3 2 3 3 1 1 1 1 19 48 Negatif 0
5 Ny. D 34 1 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 20 Rendah 0 3 2 2 2 3 3 1 1 1 1 19 48 Negatif 0
6 Ny. Y 21 2,3 tahun SMA Ibu Rumah Tangga Ya 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Sedang 1 3 3 4 3 4 4 3 2 3 1 30 75 Netral 1
7 Ny. S 26 2,7 tahun SMA Ibu Rumah Tangga Ya 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6 60 Sedang 1 3 3 4 3 4 4 3 2 3 1 30 75 Netral 1
8 Ny. N 33 2,5 tahun SMP Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5 50 Rendah 0 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 21 53 Negatif 0
9 Ny. K 35 1 tahun SMP Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 6 60 Sedang 1 3 2 3 2 3 3 2 1 1 2 22 55 Negatif 0
10 Ny. M 23 2,10 tahun D3 PNS Ya 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 6 60 Sedang 1 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 32 80 Positif 2
11 Ny. H 37 2,7 tahun D3 PNS Ya 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80 Tinggi 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 29 73 Netral 1
12 Ny. N 28 1,3 tahun S1 PNS Ya 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Sedang 1 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 29 73 Netral 1
13 Ny. J 33 2,8 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 20 Rendah 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 22 55 Negatif 0
14 Ny. J 35 1,5 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 20 Rendah 0 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 21 53 Negatif 0
15 Ny. A 34 2,6 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 3 30 Rendah 0 3 2 3 2 3 3 2 1 1 2 22 55 Negatif 0
16 Ny. S 29 1,8 tahun SMP Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 10 Rendah 0 3 3 2 2 2 2 3 1 1 2 21 53 Negatif 0
17 Ny. N 30 2 tahun SMP Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 20 Rendah 0 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 20 50 Negatif 0
18 Ny. S 30 2,3 tahun D3 Honorer Ya 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 6 60 Sedang 1 2 4 3 3 3 3 3 3 1 2 27 68 Netral 1
19 Ny. A 31 2,2 tahun SMP Wiraswasta Tidak 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 20 Rendah 0 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 21 53 Negatif 0
20 Ny. H 28 3 tahun D3 Honorer Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 80 Tinggi 2 4 4 4 3 4 4 4 2 3 2 34 85 Positif 2
21 Ny. R 34 2,6 tahun SMP Wiraswasta Tidak 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 4 40 Rendah 0 3 2 3 2 3 3 2 1 1 2 22 55 Negatif 0
22 Ny. W 33 2,5 tahun SMA Wiraswasta Tidak 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 4 40 Rendah 0 3 2 3 2 3 3 2 1 2 2 23 58 Negatif 0
23 Ny. U 37 2 tahun D3 Honorer Ya 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 Tinggi 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 33 83 Positif 2
24 Ny. B 28 2,6 tahun SMP Wiraswasta Tidak 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 3 30 Rendah 0 3 3 4 2 4 4 3 2 3 2 30 75 Netral 1
25 Ny. R 39 2,9 tahun SMP Wiraswasta Tidak 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 50 Rendah 0 3 3 4 2 4 4 3 2 3 2 30 75 Netral 1
26 Ny. E 38 2,8 tahun SMP Wiraswasta Tidak 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 4 40 Rendah 0 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 23 58 Negatif 0
27 Ny. Y 33 1,2 tahun SMA Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 30 Rendah 0 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 24 60 Netral 1
28 Ny. B 37 2,2 tahun SMP Wiraswasta Ya 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 20 Rendah 0 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 29 73 Netral 1
29 Ny. S 29 1,7 tahun D3 Honorer ya 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Tinggi 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 80 Positif 2
30 Ny. W 30 1,6 tahun SMA Wiraswasta Ya 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4 40 Rendah 0 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 29 73 Netral 1
Karakteristik responden Pemberian imunisasi Pengetahuan Sikap
No Kategori Kode Kategori Kode
Inisial Umur Umur anak Pendidikan Pekerjaan Kategori Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jlh % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jlh %
31 Ny. M 37 1,4 tahun SMA Wiraswasta Ya 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 50 Rendah 0 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 28 70 Netral 1
32 Ny. F 37 1,9 tahun D3 PNS ya 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 Tinggi 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 27 68 Netral 1
33 Ny. D 32 1,8 tahun SMP Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 4 40 Rendah 0 3 2 2 2 3 3 2 1 1 2 21 53 Negatif 0
34 Ny. S 31 2,1 tahun SMA Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 4 40 Rendah 0 4 2 3 2 3 3 2 1 1 2 23 58 Negatif 0
35 Ny. M 33 2,6 tahun S1 Pegawai Swasta Ya 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Tinggi 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32 80 Positif 2
36 Ny. M 28 2,4 tahun SD Wiraswasta Tidak 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4 40 Rendah 0 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 21 53 Negatif 0
37 Ny. E 27 2,4 tahun SMP Ibu Rumah Tangga Tidak 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 50 Rendah 0 3 3 3 2 3 3 3 2 1 2 25 63 Netral 1
38 Ny. T 33 3 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 30 Rendah 0 3 3 4 2 4 4 3 2 2 2 29 73 Netral 1
39 Ny. B 38 2,7 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 20 Rendah 0 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 21 53 Negatif 0
40 Ny. U 38 2,4 tahun SMP Ibu Rumah Tangga ya 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 6 60 Sedang 1 2 2 3 3 3 3 3 2 1 1 23 58 Negatif 0
41 Ny. D 32 2,5 tahun SMA Ibu Rumah Tangga Ya 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 60 Sedang 1 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 34 85 Positif 2
42 Ny. H 33 2,3 tahun SD Ibu Rumah Tangga Tidak 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 6 60 Sedang 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 23 58 Negatif 0
Keterangan :
Diberikan Imunisasi Pentavalen lanjutan 15 Orang Pengetahuan Rendah = 25 Orang Sikap Negatif = 20 Orang
Tidak diberikan Imunisasi Pentavalen lanjutan 27 Orang Pengetahuan Sedang = 10 Orang Sikap Netral = 15 Orang
Pengetahuan Tinggi = 7 Orang Sikap Positif = 7 Orang
Lampiran 6
Analisa Kuisioner Pemberian Imunisasi Pentavalen Lanjutan dan Pengetahuan Ibu Batita

A. Pemberian Imunisasi

Ya Tidak
No Pertanyaan
f % f %

1 Pemberian imunisasi pentavalen lanjutan usia 18 bulan (1,5 tahun)? 15 35,71 27 64,29

B. Pengetahuan

Benar Salah
No Pertanyaan
f % f %

1 Menurut anda, apa yang dimaksud dengan vaksin pentavalen ? 14 33,33 28 66,67

2 Menurut anda, apa yang dimaksud imunisasi pentavalen lanjutan ? 14 33,33 28 66,67

Menurut anda, penyakit apa saja yang dapat di cegah dengan


3 22 52,38 20 47,62
imunisasi pentavalen ?

4 Menurut anda, apa manfaatdari imunisasi pentavalen lanjutan ? 14 33,33 28 66,67

Menurut anda, bagaimana cara pemberian imunisasi pentavalen


5 17 40,48 25 59,52
lanjutan?
Menurut anda, apa yang harus dilakukan apabila terjadi demam
6 26 61,9 16 38,1
setelah imunisasi pentavalen lanjutan ?
Menurut anda, efeksamping apa saja yang di timbulkan setelah
7 17 40,48 25 59,52
anak di imunisasi pentavalen lanjutan ?
Menurut anda, kapan pertama kali imunisasi pentavalen harus
8 18 42,86 24 57,14
diberikan ?
Menurut anda, kapan jadwal imunisasi pentavalen lanjutan harus di
9 16 38,1 26 61,9
berikan ?
Menurut anda, dimana kita bisa mendapatkan imunisasi pentavalen
10 42 100 0 0
lanjutan ?
Lampiran 7

Analisa Kuisioner Sikap Ibu Batita

SS S TS STS
No Pernyataan
f % f % f % f %
Sikap

1 Apakah anda setuju jika anak ibu di imunisasi? 4 9,5238 26 61,905 12 28,571 0 0

Apakah anda setuju dengan program pemerintah tentang pemberian


2 6 14,286 18 42,857 18 42,857 0 0
imunisasi pentavalen lanjutan pada anak usia 18 bulan?
Apakah anda setuju Imunisasi diberikan supaya anak anda terhindar
3 11 26,19 19 45,238 12 28,571 0 0
dari penyakit?
Apakah anda setuju jika anak ibu diberikan imunisasi pentavalen
4 1 2,381 17 40,476 23 54,762 1 2,381
lanjutan?
Apakah anda setuju, bahwa imunisasi pentavalen lanjutan itu sangat
5 10 23,81 23 54,762 9 21,429 0 0
penting untuk menjaga kesehatan anak?
Apakah anda setuju Pemberian imunisasi pentavalen lanjutan di
6 11 26,19 23 54,762 8 19,048 0 0
berikan agar kekebalan tubuh anak tetap terlindungi?
Apakah anda setuju bahwa manfaat dari imunisasi pentevalen
7 4 9,5238 22 52,381 13 30,952 3 7,1429
lanjutan lebih besar dari kerugian (efeksamping)?
Jika anda mendengar adanya laporan tentang efeksamping yang
8 ditimbulkan setelah imunisasi pentavalen lanjutan, apakah ibu masih 0 0 17 40,476 13 30,952 12 28,571
setuju memberikan imunisasi pentavalen lanjutan pada anak anda?
Bagaimana menurut pendapat anda, jika ada orang tua yang tidak
9 mau lagi membawa anaknya datang ke posyandu, karena pada 0 0 13 30,952 14 33,333 15 35,714
imunisasi sebelumnya anaknya mengalami demam?
Bagaimana menurut pendapat anda jika ada orang tua yang tidak mau
10 membawa anaknya datang ke posyandu untuk di imunisasi karena 0 0 12 28,571 23 54,762 7 16,667
jarak tempat tinggal nya jauh dari tempat posyandu?
Lampiran 8

Hasil Pengolahan Data

[DataSet1]

Statistics
Pemberian_Imu
nisasi Pengetahuan Sikap
N Valid 42 42 4
2
Missing 0 0 0
Percentiles 100 1.00 2.00 2.00

Frequency Table

Pemberian_Imunisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 27 64.3 64.3 64.3
Ya 15 35.7 35.7 100.0
Total 42 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 25 59.5 59.5 59.5
Sedang 10 23.8 23.8 83.3
Tinggi 7 16.7 16.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 20 47.6 47.6 47.6
Netral 15 35.7 35.7 83.3
Positif 7 16.7 16.7 100.0
Total 42 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%
Pemberian_Imunisasi

Sikap * Pemberian_Imunisasi Crosstabulation


Pemberian_Imunisasi
Tidak Ya Total
Sikap Negatif Count 19 1 2
0
Expected Count 12.9 7.1 20.0
% within Sikap 95.0% 5.0% 100.0%
% within 70.4% 6.7% 47.6%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 45.2% 2.4% 47.6%
Netral Count 7 8 15
Expected Count 9.6 5.4 15.0
% within Sikap 46.7% 53.3% 100.0%
% within 25.9% 53.3% 35.7%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 16.7% 19.0% 35.7%
Positif Count 1 6 7
Expected Count 4.5 2.5 7.0
% within Sikap 14.3% 85.7% 100.0%
% within 3.7% 40.0% 16.7%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 2.4% 14.3% 16.7%
Total Count 27 15 42
Expected Count 27.0 15.0 42.0
% within Sikap 64.3% 35.7% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 64.3% 35.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 17.868a 2 .000
Likelihood Ratio 20.338 2 .000
Linear-by-Linear 17.207 1 .000
Association
N of Valid Cases 42

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 2,50.

Crosstab

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * Pengetahuan 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%
Sikap * Pengetahuan Crosstabulation
Pengetahuan
Rendah Sedang Tinggi Total
Sikap Negatif Count 16 4 0 20
Expected Count 11.9 4.8 3.3 20.0
% within Sikap 80.0% 20.0% .0% 100.0%
% within Pengetahuan 64.0% 40.0% .0% 47.6%
% of Total 38.1% 9.5% .0% 47.6%
Netral Count 9 4 2 15
Expected Count 8.9 3.6 2.5 15.0
% within Sikap 60.0% 26.7% 13.3% 100.0%
% within Pengetahuan 36.0% 40.0% 28.6% 35.7%
% of Total 21.4% 9.5% 4.8% 35.7%
Positif Count 0 2 5 7
Expected Count 4.2 1.7 1.2 7.0
% within Sikap .0% 28.6% 71.4% 100.0%
% within Pengetahuan .0% 20.0% 71.4% 16.7%
% of Total .0% 4.8% 11.9% 16.7%
Total Count 25 10 7 42
Expected Count 25.0 10.0 7.0 42.0
% within Sikap 59.5% 23.8% 16.7% 100.0%
% within Pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 59.5% 23.8% 16.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 21.845a 4 .000
Likelihood Ratio 23.506 4 .000
Linear-by-Linear 17.491 1 .000
Association
N of Valid Cases 42

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 1,17.
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%
Pemberian_Imunisasi

Pengetahuan * Pemberian_Imunisasi Crosstabulation


Pemberian_Imunisasi
Tidak Ya Total
Pengetahuan Rendah Count 22 3 25
Expected Count 16.1 8.9 25.0
% within Pengetahuan 88.0% 12.0% 100.0%
% within 81.5% 20.0% 59.5%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 52.4% 7.1% 59.5%
Sedang Count 3 7 10
Expected Count 6.4 3.6 10.0
% within Pengetahuan 30.0% 70.0% 100.0%
% within 11.1% 46.7% 23.8%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 7.1% 16.7% 23.8%
Tinggi Count 2 5 7
Expected Count 4.5 2.5 7.0
% within Pengetahuan 28.6% 71.4% 100.0%
% within 7.4% 33.3% 16.7%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 4.8% 11.9% 16.7%
Total Count 27 15 42
Expected Count 27.0 15.0 42.0
% within Pengetahuan 64.3% 35.7% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 64.3% 35.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 15.132 2 .001
Likelihood Ratio 15.808 2 .000
Linear-by-Linear Association 12.438 1 .000
N of Valid Cases 42

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 2,50.

/TABLES=Sikap BY Pemberian_Imunisasi

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ CC PHI LAMBDA UC ETA RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL

Crosstabs

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%
Pemberian_Imunisasi
Sikap * Pemberian_Imunisasi Crosstabulation
Pemberian_Imunisasi
Tidak Ya Total
Sikap Negatif Count 19 1 20
Expected Count 12.9 7.1 20.0
% within Sikap 95.0% 5.0% 100.0%
% within 70.4% 6.7% 47.6%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 45.2% 2.4% 47.6%
Netral Count 7 8 15
Expected Count 9.6 5.4 15.0
% within Sikap 46.7% 53.3% 100.0%
% within 25.9% 53.3% 35.7%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 16.7% 19.0% 35.7%
Positif Count 1 6 7
Expected Count 4.5 2.5 7.0
% within Sikap 14.3% 85.7% 100.0%
% within 3.7% 40.0% 16.7%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 2.4% 14.3% 16.7%
Total Count 27 15 42
Expected Count 27.0 15.0 42.0
% within Sikap 64.3% 35.7% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Pemberian_Imunisasi
% of Total 64.3% 35.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 17.868a 2 .000
Likelihood Ratio 20.338 2 .000
Linear-by-Linear Association 17.207 1 .000
N of Valid Cases 42

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 2,50.

Anda mungkin juga menyukai