SKRIPSI
Oleh :
DETI NURHAYATI
215401446175
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
JAKARTA
2023
ANALISIS FAKTOR FAKTOR KEJADIAN RUPTUR PERINEUM
PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN SOBANG KABUPATEN LEBAK
PROVINSI BANTEN TAHUN 2022
SKRIPSI
Oleh :
DETI NURHAYATI
25401446175
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
JAKARTA
2023
SKRIPSI
Oleh :
DETI NURHAYATI
25401446175
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Kejadian Ruptur Perineum Pada
Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Sobang Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2022
Nama Mahasiswa : Deti Nurhayati
NPM : 25401446175
Menyetujui,
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi lain. Sepanjang
pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.
(Deti Nurhayati)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
semua umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi
rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
Tahun 2022”.
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang besar saya
besarnya kepada
1. Dr. Retno Widowati, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nasional.
3. Ns. Tommy J.F Wowor, S.Kep.,MM, selaku pembimbing 1 yang telah bersabar
4. Ns. Tommy J.F Wowor, S.Kep.,MM, selaku pembimbing 2 yang telah bersabar
5. , selaku kepala Puskesmas Sobang yang telah memberikan ijin tempat untuk
dilakukannya penelitian.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional
ini.
penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk hasil yang terbaik, akhir kata kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk pembuatan skripsi yang
Deti Nurhayati
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat dikontrol,
untuk itu kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi merupakan salah satu kunci
dari keberhasilan dari pengendalian hipertensi. Diperlukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target tekanan
darah yang diinginkan diantaranya pengetahuan dan dukungan keluarga yang baik.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas Maja
Kabupaten Lebak tahun 2019.
Metodologi : Desain penelitian menggunakan metode cross sectional, pengambilan
sampel dilakukan dengan proporsi yaitu mengambil di masing-masing desa sesuai
jumlah yang telah ditentukan, dengan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 108
orang. Analisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian : Diketahui bahwa kepatuhan minum obat antihipertensi mayoritas
sedang yaitu sebanyak 50 orang (46,3%), pengetahuan mayoritas kurang baik yaitu
sebanyak 56 orang (51,9%), dukungan keluarga mayoritas baik yaitu sebanyak 57
orang (52,8%), dan hasil uji chi square menunjukan adanya hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi di
Puskesmas Maja Tahun 2019 (p=0,026), dan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat antihipertensi di Puskesmas Maja Tahun 2019 (p=0,011).
Simpulan dan Saran: Pengetahuan dan dukungan keluarga berhubungan dengan
kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas Maja Kabupaten Lebak. Saran
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita
hipertensi dan keluarga, serta menjadi dasar penelitian selanjutnya tentang kepatuhan
minum obat.
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................7
Hal
Tabel 2.1. Batasan Hipertensi berdasarkan JNC VIII........................................... 9
Hal
Gambar 2.1. Patofisiologi Hipertensi................................................................. 14
PENDAHULUAN
2007, jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH)
dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 359/100.000 KH. Angka ini
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 KH. Mengacu dari
kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target SDGs untuk menurunkan AKI adalah
off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh sungguh untuk mencapainya.
Pada kenyataannya, Angka Kematian Ibu turun dari 4.999 tahun 2018 menjadi 4912
di tahun 2019 dan di tahun 2020 sebanyak 1712 kasus. Penyebab kematian ibu adalah
misalnya perdarahan sebesar 28%, infeksi sebesar 11%, eklamsia sebesar 24%, dan
partus macet (lama) sebesar 5% (Kemkes RI, 2020). Penyebab tingginya AKI adalah
perdarahan dan penyebab terjadinya perdarahan adalah atonia uteri, ruptur perineum,
Kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin di Dunia pada tahun 2020 sebanyak
2,7 juta kasus, dimana angka ini di perkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun
2050. Di Benua Asia sendiri 50% ibu bersalin mengalami ruptur perineum (Rita,
2021).
Pada tahun 2019 kematian ibu di Indonesia sebanyak 4.221 kasus, kematian ibu
RI, 2019). Pada tahun 2020 di ketahui di Indonesia angka kejadian ruptur perineum
pada ibu bersalin di alami oleh 83% ibu melahirkan pervaginam, ditemukan dari total
3.791 ibu yang melahirkan spontan pervaginam, 63% ibu mendapatkan jahitan
perineum yaitu 42% karena episiotomi dan 38% karena robekan spontan (Kemenkes
RI, 2021)
Menurut Dinkes Provinsi Banten jumlah kasus kematian ibu di Banten masih
tinggi. Angka Kematian Ibu di Provinsi Banten pada tahun 2018 terdapat 247 kasus.
Kabupaten/kota dengan kasus kematian ibu tertinggi adalah Kabupaten Serang yaitu
Kabupaten/kota dengan kasus kematian ibu terendah adalah Kota Tangerang yaitu 7
kasus, diikuti Kota Cilegon 12 kasus, dan Kota Serang 13 kasus. Penyebab kematian
ibu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perdarahan 38% dan hipertensi
langsung, yaitu perdarahan postpartum, infeksi dan eklamsia. Ruptur perineum dapat
masalah penting karena berhubungan dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan
kematian. Walaupun angka kematian maternal telah menurun dari tahun ke tahun
dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan dirumah sakit serta
adanya fasilitas transfusi darah, namun perdarahan masih tetap merupakan faktor
umumnya terjadi pada persalinan dimana kepala janin terlalu cepat lahir,
Faktor etiologi ruptur uteri dapat dibedakan menjadi 3 yaitu faktor trauma pada
uterus, faktor jaringan parut pada uterus, dan faktor yang terjadi secara spontan.
Faktor prediposisi terjadinya ruptur uteri dipengaruhi oleh faktor uterus, ibu, janin,
plasenta, dan persalinan. Ruptur uteri merupakan peristiwa yang gawat bagi ibu dan
terutama untuk janin. Apabila ruptur uteri terjadi dirumah sakit dan pertolongan dapat
diberikan dengan segera, angka mortalitas ibu dapat ditekan sampai beberapa persen.
Akan tetapi di Indonesia, seringkali penderita dibawa ke rumah sakit dalam keadaan
syok, dehidrasi, atau sudah adanya infeksi intrapartum sehingga angka kematian ibu
menjadi sangat tinggi. Kematian ibu segera setelah terjadinya ruptur uteri umumnya
karena perdarahan, sedangkan kematian ibu yang terjadi kemudian umumnya karena
daripada ruptur uteri komplit. Prognosis yang lebih baik ini terjadi karena pada ruptur
uteri inkomplit, cairan dari kavum uteri tidak masuk ke rongga abdomen
(Wiknjosastro, 2018)
Faktor lain yang berpengaruh adalah berat bayi lahir, semakin besar bayi yang
dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum dari pada bayi yang
dilahirkan dengan berat badan sekitar 2500 – 4000 gr (Sarwono, 2014). Disamping
itu, posisi meneran ada beberapa macam antara lain posisi merangkak/tidur miring,
Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi lainnya pada masa nifas
utamanya dengan ruptur pada perineum dapat dilakukan dengan peningkatan mutu
pendarahan dan infeksi menjadi lebih berat, serta pada jangka waktu panjang dapat
mengejan terlalu kuat, perineum yang rapuh, oedema paritas dan kesehatan mental
ibu. Pada faktor janin meliputi berat bayi lahir, presentasi defleksi, letak sungsang,
distosia bahu dan kelainan kongenital. Faktor penolong meliputi cara mengejan,
dukungan bidan serta keterampilan penolong saat menahan perineum. Faktor
dukungan suami juga memiliki andil yang kuat pada kejadian rupture perineum
tersebut. Ruptur perineum dialami 85% wanita yang melahirkan pervaginam. Ruptur
Dampak terjadinya ruptur perineum pada ibu antara lain terjadinya infeksi
pada luka jahitan dimana dapat berakibat munculnya infeksi kandung kemih
maupun infeksi pada jalan lahir. Selain itu juga dapat terjadi perdarahan bahkan
Berdasarkan hasil penelitian dari (Keintjem & Purwandari & Lantaa, 2018)
presipitatus, didapatkan hasil dari 167 responden, terdapat 109 (65%) yang
yang mengalami rupture perineum pada multipara sebesar 113 (68%) dan
karakteristik menurut berat bayi lahir responden terbanyak adalah BBL 2500-4000
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2019) dengan jumlah
dengan teknik purposive Sampling berjumlah 120 sampel. Data dengan menggunakan
uji statistik Chi-Square dengan p value < 0,05, terdapat pengaruh berat badan lahir
bayi terhadap Ruptur Perineum persalinan normal (p value = 0,003 < 0,05).
Penelitian yang dilakukan oleh Febriana (2020), dengan uji statistik chi square
yang telah dilakukan pada bulan agustus 2020 menunjukkan ada hubungan antara
berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum (p value 0,000), tidak ada
hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum (p value 0,377) dan tidak
ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian ruptur perineum (p value
0,289).
sobang, tahun 2019 jumlah ibu bersalin sebanyak 213 orang dan ibu yang mengalami
rupture perineum sebanyak 60 orang (28 %), pada tahun 2020 diperoleh data ibu
bersalin sebanyak 201 orang dan yang terjadi rupture perineum 54 orang (26 %), dan
tahun 2021 didapatkan jumlah ibu bersalin sebanyak 147 orang dan yang mengalami
rupture perineum sebanyak 45 orang (30 %). Sedangkan pada tahun 2022 angka
persalinan sebanyak 149 ibu dan yang mengalami kejadian ruptur perineum sebanyak
mengatakan mengalami robekan perineum dengan rata-rata derajat 2 dan dalam hal
ini ibu mengatakan memiliki riwayat persalinan dengan ruptur perineum juga, dalam
karena adanya berat badan janin yang besar dan kurang paham nya ibu dalam
mengedan sehingga menyebabkan ruptur uteri atau kehmilan dengan resiko tinggi
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apa Saja Faktor Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2022”
Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak.
3. Untuk mengetahui hubungan jarak persalinan dengan kejadian ruptur
Lebak.
Lebak.
Lebak.
Lebak.
Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan bagi ibu
Data maupun hasil dari penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan
yang berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terletak dari vulva dan anus, dengan panjang kira-kira 4 cm. Perineum terdiri dari
otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Perineum merupakan dasar
pelvis dan struktur sekitarnya yang menempati pintu bawah panggul, disebelah
anterior dibatasi oleh tube iskiadikum, disebelah posterior dibatasi oleh tulang
dasar panggul perineum merupakan bagian dari pintu bawah panggul yang berada di
antara vulva dan anus. Perinuem terdiri dari otot dan fascia urogenitalis, serta
diafragma pelvis (Harry Oxorn & William R. Forte, 2018) Batas-batasnya adalah :
1. Superior dasar panggul (dasar panggul yang terdiri dari musculus levator
2. Lateral (tulang dan ligament yang membentuk pintu bawah panggul (exitus
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu secara alamiah
Ruptur perineum adalah robeknya perineum pada saat bayi lahir secara spontan
maupun dengan alat atau tindakan, terjadi hampir pada semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya, tempat yang paling sering
yang dapat menyebabkan disfungsi organ reproduksi wanita yaitu perdarahan dan
laserasi. Ruptur perineum adanya perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat
persalinan spontan atau menggunakan alat. Robekan jalan lahir sering terjadi pada
primipara maupun multipara karena pada saat proses persalinan tidak mendapatkan
tegangan yang kuat sehingga menyebabkan robekan perineum (Syamsiah & Malinda,
2019).
1. Derajat I : Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan ataupun
3. Derajat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani.
a) Umur
jumlah hari, bulan dan tahun yang telah di lalui sejak lahir sampai
dengan waktu tertentu, usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Wanita melahirkan anak pada usia <20 tahun atau >35 tahun merupakan
dengan sempurna. Pada usia >35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita
ruptur perineum, ibu umur <20 dan >35 tahun mengalami ruptur perineum
sebesar 206 (91.2%), sedangkan ibu dengan kategori umur 20-35 tahun
b) Paritas
terdahulu yang telah mencapai batas variabilitas dan telah dilahirkan, tanpa
mengingat jumlah anak, seperti halnya kelahiran kembar tiga hanya dihitung
satu paritas. Paritas adalah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu, baik hidup
atau mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap ruptur perineum. Pada ibu
dari pada multipara. Hal ini karena jalan lahir belum pernah dilalui oleh
2. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang bayi hidup lebih
c) Jarak Persalinan
persalinan. Pada jarak persalinan 2-3 tahun merupakan jarak yang lebih
aman bagi ibu dan janin. Keadaan jalan lahir yang mungkin pada
2019).
sebelumnya. Jarak lahir kurang dari dua tahun termasuk pada jarak yang
Jarak kelahiran 2-3 tahun adalah jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu
dan janin. Hal ini berpengaruh pada keadaanjalan lahir yang mungkin pada
d) Lama Persalinan
Waktu dimulainya kala 1 persalinan sampai dengan lahirnyabayi, lama
jam dan lebih dari 8 jam akan menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan ibu dan bayi. Menunjukkan bahwa sebagian ibu dengan kala
ibu dengan kala 1 cepat kurang dari 6 jam sebagan besar tidak
e) Partus Presipitatus
bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali (Shinta, 2019) Menyatakan
vagina pada saat persalinan, dan adanya perbedaan ukuran antara jalan lahir
dan janin serta psikologis ibu dalam menghadapi persalinan. Paritas juga
ukuran antara jalan lahir dan janin serta psikologis ibu dalam menghadapi
perdarahan, termasuk kematian pada ibu nifas (Noviani & Adnyani, 2020)
Dalam teori penelitian yang dilakukan oleh (Keintjem & Purwandari &
Partus presipitatus merupakan partus yang sudah selesai kurang dari tiga
jam. His yang terlalu kuat menyebabkan persalinan dalam waktu yang
sangat singkat. Pada partus presipitatus keadaan diawasi dengan cermat dan
f) Partus lama
Partus lama dapat menimbulkan bahaya baik bagi ibu ataupun janin,
beratnya cidera makin meningkat dengan semakin lamanya proses
primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan lama dapat
anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Noviani &
Adnyani, 2020)
yaitu persalinan yang terjadi kurang dari 3 jam, persalinan yang terlalu
II, hal ini dapat berulang pada persalinan berikutnya (Juliati, 2020)
Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlalu lama, karena hal
tengkorak janin dan juga melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul
h) Kesehatan Mental
Hygeia ialah nama dewi kesehatan Yunani. Dan hygiene berarti: ilmu
kesehatan. Sedang mental (dari kata latin mens, mentis) artinya: jiwa,
nyawa, sukma, roh, semangat. Mental hygiene sering disebut pula sebagai
kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, semangat (Noviani & Adnyani, 2020)
kebahagian diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan
1) Biologis
terlepas dari dimensi biologis ini. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang
2) Psikologis
psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan
3) Sosial budaya
aspek lain kehidupan sosial itu dapat pula menjadi stessor yang dapat
4) Lingkungan
manusia itu sendiri, dan sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak sehat
mental
2. Faktor Janin
1) Pengertian
yaitu berat badan lebih dari 3500 gram, karena risiko trauma partus
melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan luka pada
Bayi berat badan lahir cukup, memiliki berat lahir antara 2500-
4000 gram.
mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan
bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi
yang baik. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan
besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Noviani &
Adnyani, 2020)
pada bayi yang baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang
dan besarnya bayi dalam keadaan normal bila gizi juga baik. Gizi
besar. Bayi yang terlalu panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan
proses kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi, bayinya
- Aktifitas Fisik
Pada saat hamil ibu tetap perlu melakukan aktiftas fisik, Tetapi
- Kondisi Emosional
oleh janin.
lahir normal adalah bayi lahir pada usia 37-42 minggu dan berat badan
lahir 2500-4000 gram, Berat badan janin dapat mengakibatkan
terjadinya rupture perineum yaitu berat badan janin>3500 gram, hal ini
serta kerusakan jaringan lunak pada ibu. Berat bayi lahir merupakan
berat badan bayi yag ditimbang sesaat setelah bayi dilahirkan. Semakin
lahir normal adalah bayi lahir pada usia 37-42 minggu dan berat
5) Presentasi Janin
12 responden.
Presentasi defleksi
Presentasi bokong
perasat intra uteri, khususnya segmen bawah uterus yang sudah tipis
3. Riwayat Persalinan
septum rectovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan
4. Dukungan Bidan
a. Pengertian
Bidan adalah seseorang yang mampu dan berwenang dalam
sama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang dapat mengatur
ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi (Juliati,
2020).
dalam kesehatan sangat dibutuhkan, maka dari itu petugas kesehatan harus
yang ditujukan pada ibu, yang meliputi perhatian, pemahaman (Noviani &
Adnyani, 2020)
Sikap dan perilaku bidan dapat menjadi contoh atau acuan bagi masyarakat
tentang hidup sehat. Melihat dari hasil penelitian, diupayakan selain adanya
dukungan dari bidan, dan dukungan dari dalam ibu sendiri tentang pentingnya
Dalam mengukur dukungan bidan yang di jadikan acua atau rumus untuk
di gunakan untuk menghitung berapa besar peran atau dukungan bidan dalam
5. Dukungan Suami
a. Pengertian
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami terhadap ibu
diri dan harga diri sebagai seorang istri dimana perhatian suami membuat istri
merasa lebih yakin sehingga istri bahagia menjadi ibu bagi anaknya (Adhim,
2016).
1) Dukungan Emosional
tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota keluarga baik
pada anak maupun orang tua. Dukungan emosional mencakup ungkapan
2) Dukungan Informasional
3) Dukungan Instrumental
bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi
4) Dukungan Penghargaan
hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau
1) Tingkat Pendidikan
efektif
2) Pendapatan
yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak
3) Budaya
4) Status Perkawinan
5) Status Sosial
Ekonomi Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan
6. Dukungan Emosional
yang bersangkutan serta memberikan rasa aman, rasa saling memiliki dan rasa
Menurut (Juliati, 2020) tanda dan gejala robekan jalan lahir adalah sebagai
berkut:
1) Perdarahan segera
4) Plasenta baik
5) Pucat
6) Lemah
7) Menggigil
1) Perdarahan
lemah, yang terjadi karena ibu kelelahan saat meneran selama persalinan
Penilaian dan penatalaksanaan yang amat cermat selama kala satu persalinan
dan kala empat persalinan yang sangat penting. Pada luka robekan yang
kecil dan superfisial tidak terjadi perdarahan yang banyak, akan tetapi jika
2018).
2) Hematoma
dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.
terletak di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput lendir vagina, hal ini
terjadi pada pengeluaran, atau setelah penjahitan luka robekan yang tidak
3) Fistula
kencing luka, maka air kencing akan segera keluar dari vagina. Fistula dapat
menekan kandung kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan
panggul, sehingga terjadi iskemia. Fistula dapat terjadi pada persalinan lama,
dinding dan dasar vesika urinaria tertekan dalam waktu lama antara kepala
2018)
4) Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan disekitar alat genitalia
1) Pengertian Penjahitan
c. Mendekatkan antara tepi kulit yang terluka untuk hasil yang lebih estetika
dan fungsional)
tindakan cepat, teknik yang sterile. Bekerja hati-hati kassa jangan sampai
tertinggal divagina.
perdarahan
Adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak
kepala bayi dan panggul, serta dengan tenaga ibu sendiri (Wiknjosastro, 2018b).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan yaitu dengan kekuatan sendiri
(Rosyati, 2017).
Persalinan normal yaitu suatu proses alamiah yang dialami oleh ibu hamil,
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang telah menjadi janin, proses alamaiah terjadi
di latasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari Rahim ibu. Persalinan adalah
lahirnya bayi dan plasenta melalui Rahim ibu dengan menggunakan jalan lahir
yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena
plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak
bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin
c. Power (kekuatan)
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his
sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam panggul
d. Position
2017).
e. Psycologic Respon
bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin
2017).
Kala I persalinan dimulai sejak kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri
pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dalam 2 fase, yaitu : (Noviani
sampai mencapai ukuran diameter 3cm. fase laten diawali dengan mulai
serviks.
cm.
pendek.
2. Kala II
II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit.
Saat kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan
rasa mengedan.
3. Kala III
lahir. Setelah bayi lahor, uterus teraba dengan fundus uteri agak di atas pusat.
bayi lahir dan keluar spontan atau degan tekanan pada fundus uteri
(Wiknjosastro, 2018).
4. Kala IV
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika
homoestasis berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, kontraksi otot rahim
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka teori
dalam penelitian ini dapat di visualisasikan sebagai mana yang terlihat pada
Tabel 2.1
Kerangka Teori
Faktor Ibu
hal-hal yang khusus, oleh karena itu konsep merupakan abstraksi, maka konsep
Tabel 2.2
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
1) Berat Lahir Bayi
2) Jarak Persalinan Kejadian Ruptur Perineum
3) Kesehatan Mental Ibu Pada Ibu bersalin
4) Dukungan Suami
5) Dukungan Bidan
Hipotesis adalah jawaban awal yang berasal dari penelitian, tolak ukur,
1. Ha:
a. Ada hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum di
2. Ho:
a. Tidak ada hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur
Lebak
METODOLOGI PENELITIAN
akurasi hasil. Desain penelitian ini adalah penelitian analitik yang dilakukan dengan
Banten tahun 2022. Adapun variabel independen (bebas) yaitu berat badan lahir
(BBL), jarak persalinan, kesehatan mental ibu, dukungan suami dan dukungan bidan
3.2.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin normal
bagi semua data. Menentukan besar sampel merupakan aspek penting dalam
N
n=
1+N (d 2 )
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)
149
n=
1+149(0 , 05 ) 2
149
n=
1+149(0,00025 )
149
n=
1+0, 3725
149
n=
1,3725
n = 108,5
n = 108 Orang
1.
responden.
a. Kriteria Inklusi
peelitian adalah:
b. Kriteria Eksklusi
3.3.1 Lokasi
3.3.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan dimulai pada bulan November 2022 sampai dengan
Desember 2022.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
1 Dependen
2 Independen
Berat lahir Berat badan bayi Kuesioner Observasi 0: Tidak normal Ordinal
bayi yang ditimbang 24 dan Rekam (<2500 gram)
jam pertama Medis 1: Normal (2500-
4000 gram)
melahirkan
(Wiknjosastro, 2018).
(Manuaba, 2016)
Jarak Rentang waktu Kuesioner Wawancara 0: Jarak kehamilan Ordinal
Persalinan persalinan pertama < 2 tahun
dengan persalinan 1: Jarak kehamilan
>2tahun
berikutnya (Rahayu,
(Rahayu, 2018)
2018)
Kesehatan Kesehatan jiwa ibu Kuesioner Wawancara 0: Tidak baik jika Ordinal
Mental Ibu pada saat proses skor < median
bersalin 1: Baik, jika skor
> median
(Notoadmodjo,
2018)
Dukungan Dukungan yang Kuesioner Wawancara 0: Tidak baik, jika Ordinal
Suami diberikan suami skor < median
pada saat ibu proses 1: Baik, jika skor
> median
bersalin
(Notoadmodjo,
2018)
Dukungan Dukungan yang Kuesioner Wawancara 0: Tidak Baik jika Ordinal
Bidan diberikan bidan pada skor < median
saat ibu proses 1: Baik, jika skor
> median
bersalin
(Notoadmodjo,
2018)
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
a. Data primer
meliputi; data identitas responden meliputi nama, umur, alamat dan pekerjaan,
b. Data sekunder
Salah satu masalah dalam suatu penelitian adalah bagaimana data yang
diperoleh adalah akurat dan objektif. Hal ini sangat penting dalam penelitian
karena kesimpulan peneliti yang akan dapat dipercaya (akurat). Data yang kira
kumpulkan tidak akan berguna bila mana alat pengukuran yang digunakan untuk
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Misalnya bila seseorang
akan mengukur cincin maka dia harus menggunakan timbangan emas. Dilain
pihak bila seseorang ingin menimbang berat badan, maka dia harus
timbangan emas valid untuk mengukur berat cincin, tapi timbangan emas
bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.
1. Bilai nilai r hitung lebih besar dari r tabel yang artinya variabel valid
2. Bila nilai r hitung lebih kecil atau sama dengan r tabel yang artinya
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama. Misalnya
seseorang ingin mengukur jarak dari satu tempat ketempat lain dengan
menggunakan dua jenis alat ukur, yang bertama dengan meteran yang dibuat
dari logam, sedangkan alat ukur kedua dengan menghitung langkah kaki.
Pengukuran dengan meteran logam akan mendapatkan hasil yang sama kalau
berbeda kalau pengukurannya diulang dua kali atau lebih. Dari ilustrasi ini
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jadi jika
ditanya lagi untuk hal yang sama, maka seharusnya tetap konsisten pada
jawaban semua yaitu tidak setuju. Pengukuran reabilitas pada dasarnya dapat
2. One shot atau diukur sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan
pertanyaan.
Hasil yang didapatkan dari wawancara atau angket yang didapatkan dan
b. Coding
Lembaran atau kartu kode merupakan suatu instrumen yang berupa kolom-
kolom untuk merekam data secara manual. Pada lembaran atau kode-kode
c. Scoring
setiap jawaban yang diisi oleh responden. Tahap ini dilakukan oleh peneliti
Tabulasi yaitu proses memasukan data pada tabel-tabel yang telah disesuaikan
1. Analisis Univariat
variabel. Pada suatu penelitian yang dilakukan baik yang didapatkan melalui
2. Analisis Bivariat
data dengan software, analisis data dapat dilakukan dengan cara kuantitatif
Kabupaten lebak Tahun 2022. Selanjutnya uji signifikansi antara data pada
(α= 0,05) artinya bila diperoleh p ≤ α berarti signifikan ada hubungan antara
variabe dependen dan variabel independen, namun apabila nilai p>α berarti
Etika merupakan ilmu ataupun wawasan yang membahas manusia, dalam hal
manusia sebagai objek dari penelitian juga tidak terlepas dari sopan santun atau
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini di Puskesmas
1. Informed Consent
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
1. Analisa Univariat
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berat Badan Bayi Lahir Di Puskesmas Kecamatan
Sobang Bantentahun 2022
Tahun 2022 berat lahir bayi dengan kategori berat badan tidak normal
(52,2%) responden.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jarak Persalinan Di Puskesmas Kecamatan
Sobang Bantentahun 2022
Jarak persalinan Jumlah Presntase (%)
Jarak kelahiran 1 tahun 51 55,4%
Jarak kelahiran >2 tahun 41 44,6%
Total 92 100%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa frekuensi responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kesehatan Mental Ibu Di Puskesmas Kecamatan
Sobang Bantentahun 2022
Tahun 2022 dengan kateori kesehatan mental ibu baik sebanyak 49 (53,3%)
responden.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Di Puskesmas Kecamatan
Sobang Banten Tahun 2022
Dukungan suami Jumlah Presntase (%)
Dukungan suami tidak baik 46 50,0
Dukungan suami baik 46 50,0
Total 92 100%
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa frekuensi responden
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Dukungan Bidan Di PMB Suratini Amd. Keb
tahun 2022
Dukungan bidan Jumlah Presntase (%)
Dukungan bidan tidak baik 49 53,3%
Dukungan bidan baik 43 46,7%
Total 92 100%
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa frekuensi responden
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kejadian Derajad Ruptur Perineum Di PMB
Suratini Amd. Keb tahun 2022
Ruptur uteri Jumlah Presntase (%)
Ruptur perineum 45 48,9%
Tidak ruptur perineum 47 51,1%
Total 92 100%
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa frekuensi responden
2. Analisa Bivariat
Tabel 4.7
Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Dengan Kejadian Ruptur
Perineum Di Puskesmas Kecamatan Sobang Bantentahun 2022
Berat badan lahir Kejadian ruptur perineum P value
Ruptur Tidak Total
perineum ruptur
N % N % N %
Berat badan tidak normal 27 29,3 17 18,5 44 47,8 0,022
dengan kategori berat badan bayi tidak normal dengan masalah kejadian
responden.
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk berat badan lahir bayi yaitu:
p-value 0,022< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum di
Tabel 4.8
Hubungan Jarak Persalinan Dengan Kejadian Ruptur Perineum
Di Puskesmas Kecamatan Sobang Banten Tahun 2022
responden.
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk berat badan lahir bayi yaitu:
p-value 0,011< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
hubungan jarak persalinan dengan kejadian ruptur perineum di Puskesmas
Tabel 4.9
Hubungan Kesehatan Mental Ibu Dengan Kejadian Ruptur
Perineum Di Puskesmas Kecamatan Sobang Banten Tahun 2022
Kesehatan mental ibu Kejadian ruptur perineum P value
Ruptur Tidak Total
perineum ruptur
N % N % N %
Kesehatan mental tidak 32 34,8 17 18,5 49 53,3 0,001
baik
dengan kategori kesehatan mental tidak baik dengan masalah kejadian ruptur
30 (32,6%) responden.
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk kesehatan mental ibu yaitu:
p-value 0,001< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
Tabel 4.10
Hubungan Dukungan Suami Dengan Kejadian Ruptur Perineum
Di Puskesmas Kecamatan Sobang Banten Tahun 2022
Dukungan suami Kejadian ruptur perineum P value
Ruptur Tidak Total
perineum ruptur
N % N % N %
Dukungan suami tidak baik 29 31,5 17 18,5 46 50,0 0,007
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk dukungan suami yaitu: p-
value 0,007< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
Tabel 4.11
Hubungan Dukungan Bidan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Di
Puskesmas Kecamatan Sobang Banten Tahun 2022
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk dukungan bidan yaitu: p-
value 0,012> α (0,05) artinya Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya ada
2.7 Pembahasan
1. Analisa Univariat
bayi di Puskesmas Kecamatan Sobang Banten Tahun 2022 berat lahir bayi
Menurut teori dan peneliti (Juliati, 2020)berat bayi lahir yaitu berat
badan bayi yag ditimbang sesaat setelah bayi dilahirkan. Semakin besar bayi
penelitian yang dilakukan hubungan berat bayi lahir dengan kejadia ruptur
perineum bahwa dari 97 responden yang dilakukan penelitian mayonritas
menurut peneliti semakin besar bayi yang lahir melalui jalan lahir ibu,
persalinan, Pada jarak persalinan 2-3 tahun merupakan jarak yang lebih
aman bagi ibu dan janin. Keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan
optimal jika jarak kehamilan tidak terlalu dekat. Akan tetapi jika jarak terlalu
jauh atau terlalu lama juga kurang bagus bagi kesehatan ibu. Hal ini dapat
terlihat dari hasil penelitian bahwa ibu dengan jarak anak >5 tahun lebih
banyak mengalami ruptur perenium. Hal itu terjadi karena perenium sudah
kakudan otot tidak elastis seperti pada kehamilan kedua atau ketiga
(Sigalingging, 2018).
bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan
saja, tetapi juga penting dalam memberikan dukungan moral kepada istri
akan tercipta suatu hubungan yang baik untuk mendorong atau memotivasi
2016).
sebanyak 47 (51,1%)
oleh faktor-faktor seperti faktor maternal antara lain umur ibu, persalinan
dan kesehatan mental ibu.Pada faktor janin meliputi berat bayi lahir,
andil yang kuat pada kejadian rupture perineum tersebut. Ruptur perineum
yang terletak dari vulva dan anus, dengan panjang kira-kira 4 cm. Perineum
2. Analisa Bivariat
Sobang Banten Tahun 2022 dengan kategori berat badan bayi tidak normal
p-value 0,022< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
sampel. Data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan nilai P <
0,05), terdapat pengaruh berat badan lahir bayi terhadap Ruptur Perineum
Berdasarkan teori yang ada berat bayi yang dilahirkan ibu dapat
dari 4000 gram. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan
badan lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat
dengan berat badan lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi
dengan berat bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Oxorn
yaitu berat badan lebih dari 3500 gram, karena risiko trauma partus melalui
bawah panggul yang berada di antara vulva dan anus. Perinuem terdiri dari
otot dan fascia urogenitalsi, serta diafragma pelvis (Harry Oxorn & William
R. Forte, 2017).
Ruptur perineum adalah robeknya perineum pada saat bayi lahir secara
spontan maupun dengan alat atau tindakan, terjadi hampir pada semua
persalinan pertam dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya, tempat
(Fatimah, 2019).
lahir normal adalah bayi lahir pada usia 37-42 minggu dan berat badan lahir
perineum yaitu berat badan janin >3500 gram, hal ini dikarenakan resiko
jaringan lunak pada ibu. Berat bayi lahir merupakan faktor penyebab
normal adalah bayi lahir pada usia 37-42 minggu dan berat badan lahir
perineum yaitu berat badan janin 22>3500 gram, hak ini dikarenakan
resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu serta kerusakan
Robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat bayi lahir yang
besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan
cukup kuat menahan renggangan kepala bayi dengan berat bayi yang besar,
sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat bayi lahir besar sering
beberapa hal diantaranya ibu menderita diabetes militus, ibu yang memiliki
(Saifuddin, 2018).
dengan kejadian ruptur perineum, dimana berat badan bayi >4000 gram
menyebabkan ruptur perineum hal ini dikarenakan kepala bayi yang besar
besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya
kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur.
Begitu pula dengan berat badan bayi 2500-4000gram juga dapat mengalami
ruptur perineum yaitu lebih dominan dengan berat badan 3500 gram,
walaupun berat badan bayi dalam kategori normal tetapi ibu mengalami
ruptur perineum, hal ini disebabkan karena resiko trauma partus melalui
vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu.
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk berat badan lahir bayi yaitu:
p-value 0,011< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
Jeunib Kabupaten Bireuen. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu nifas
berusia 0-44 hari yang melakukan persalinan normal di BPM Hj. Rosdiana,
data menggunakan data primer dan sekunder dan diolah ke dalam analisis
univariat dan bivariat. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi
square yang telah dilakukan pada bulan agustus 2020 menunjukkan ada
hubungan antara berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum
(nilai p value 0,000), tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian
ruptur perineum (nilai p value 0,377) dan tidak ada hubungan antara jarak
jalan lahir yang terjadi pada saat persalinan spontan atau menggunakan
alat. Robekan jalan lahir sering terjadi pada primipara maupun multipara
karena pada saat proses persalinan tidak mendapatkan tegangan yang kuat
batas variabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anak, seperti
halnya kelahiran kembar tiga hanya dihitung satu paritas. Paritas adalah anak
yang dilahirkan oleh seorang ibu, baik hidup atau mati. Paritas mempunyai
besar untuk mengalami robekan perineum dari pada multipara. Hal ini
karena jalan lahir belum pernah dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot
persalinan, Pada jarak persalinan 2-3 tahun merupakan jarak yang lebih
aman bagi ibu dan janin. Keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan
sebelumnya. Jarak lahir kurang dari dua tahun termasuk pada jarak yang
Jarak kelahiran 2-3 tahun adalah jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu
dan janin. Hal ini berpengaruh pada keadaanjalan lahir yang mungkin pada
perineum hal ini disebabkan karena tidak selalu ibu dengan paritas sedikit
(primipara) mengalami rupture perineum dan paritas banyak (multipara dan
grande multipara) tidak mengalami rupture perineum. Hal ini bisa terjadi
rupture perineum dan juga sebagian karena berat badan bayi baru lahir,
kerapuhan perineum, asuhan sayang ibu yang kurang baik sehingga proses
responden.
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk kesehatan mental ibu yaitu:
p-value 0,001< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
hubungan kesehatan mental ibu dengan kejadian ruptur perineum di
“cross sectional study”. Populasi yaitu ibu dengan persalinan normal yang
umur ibu dan berat badan lahir bayi dengan terjadinya Ruptur Perineum
perineum. Lebih dari setengah (52,7%) adalah ibu yang melahirkan bayi
dengan berat >4000 gram, lebih dari setengah (57,1%) ibu melahirkan
dengan Multipara, dan sebagian besar (64,1%) Ibu melahirkan dengan umur
Perineum, dan terdapat Hubungan antara Umur Ibu dengan ruptur perineum
penelitian tersebut menunjukkan bahwa berat bayi lahir, paritas, dan umur
mental yang kurang baik dalam artian tidak menerima kehadiran bayi
dengan baik maka ibu tidak mau melakukan atau mendengarkan bimbingan
2022 dengan kategori dukungan suami tidak baik dengan masalah kejadian
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk dukungan suami yaitu: p-
value 0,007< α (0,05) artinya Ha terima dan H0 ditolah yang artinya ada
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi square yang telah
dilakukan pada bulan agustus 2020 menunjukkan ada hubungan antara berat
badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum (nilai p value 0,000), tidak
ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum (nilai p value
0,377) dan tidak ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian ruptur
regangan pada saat janin lewat. Dampak dari terjadinya ruptur perineum
mana dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir
maupun infeksi pada jalan lahir. Ruptur perineum juga dapat mengakibatkan
post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah
(Sumaryani, 2015).
dapat menjadi lebih rileks dan aman sehingga membuat ibu semakin nyaman
dan dapat membuat ibu tidak mengalami robekan pada jalan lahir.
persalinan dan dukungan suami merupakan semangat dan power ibu dalam
bersalin sehingga suami harus memberikan dukungan penuh pada ibu dan
responden.
Diketahui hasil nilai uji chi square untuk dukungan bidan yaitu: p-
value 0,012> α (0,05) artinya Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya ada
Jeunib Kabupaten Bireuen. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu nifas
berusia 0-44 hari yang melakukan persalinan normal di BPM Hj. Rosdiana,
data menggunakan data primer dan sekunder dan diolah ke dalam analisis
univariat dan bivariat. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi
(nilai p value 0,000), tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian
ruptur perineum (nilai p value 0,377) dan tidak ada hubungan antara jarak
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
Penilaian dan penatalaksanaan yang amat cermat selama kala satu persalinan
dan kala empat persalinan yang sangat penting. Pada luka robekan yang
kecil dan superfisial tidak terjadi perdarahan yang banyak, akan tetapi jika
2018).
maternal, factor janin dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi partus
presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong. Pasien tidak mampu
pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi kearah
posterior, perluasan episiotomi. Faktor janin antara lain bayi yang besar,
(Anggraini, 2017).
sama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang dapat mengatur
ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi.
persalinan yang baik dan benar untuk menurunkan kejadian ruptur pada uteri
ibu partus dan penelitian untuk teknik memberikan kuesioner di berikan pada
saat ibu sudah didalam ruang perawatan. Untuk memenuhi sampel sesuai dengan
1. Ada hubungan signifikan berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur
5.2 Saran
1. Bagi Responden
2. Bagi Penulis
lebih banyak dan dalam mengetahui tentang faktor apa saya yang menjadi
4. Bagi Masyarakat
ruptur perineum
ruptur uteri dan mengkaji hal yang belum dapat dimuncul peneliti dalam
DAFTAR PUSTAKA
Harry Oxorn & William R. Forte. (2018). Patofisiologi& Fisiologi Persalinan. C.V
ANDI OFFSET.
Juliati, R. & R. (2020). Hubungan Jarak Kelahiran Dan Berat Bayi Lahir Dengan
Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsu Tgk Chik Ditiro
tahun20196(1), 599–607.
http://www.jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/931/457
Keintjem, & Purwandari & Lantaa. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Ruptur Perineum Dalam Proses Persalinan Normal. JIDAN
(Jurnal Ilmiah Bidan), 5(2), 56–62. https://doi.org/10.47718/jib.v5i2.834
Kurniawan, Jingsung, Baeda, A. & S. (2020). The Risk factor of Pregnant Gymnam
on The Incidence of Ruptur perineum in Aliyah Hospital Kendari.
Jurnal Kebidanan Politeknik Kesehatan Semarang, 11(2), 47–54.
Nikmah, K. (2018). Hubungan Antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Pada
PersalinanFisiologisDenganKejadianRuptur Perineum. Jurnal Kebidanan
Universitas Lamongan, 10(2), 28 https://doi.org/10.30736/midpro.v10i2.77
Noviani & Adnyani. (2020). Pengaruh prenatal yoga terhadap lama kala II
persalinan dan kejadian robekan perinium. 9(2), 115–122.
https://doi.org/10.26714/jk.9.2.2020.115-122.
Pangastuti, N. (2018). Robekan Perineum pada Persalinan Vaginal di Bidan Praktek
Swasta (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta Indonesia Tahun.Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 179–187.
Rosyati, H. (2017). Modul Persalinan. Fkk Umj. Saifuddin. (2018). Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. P.T Bina Pustaka
sarwono Prawirohardjo.
Sulasmi, N. N. (2018). Angka Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin. April,
13–18.
Widyastuti, E. (2019). Perilaku Ibu Hamil Dengan Pre Eklampsi Dalam Upaya
Pencarian Pertolongan Kesehatan Di Rumah Sakit.Jurnal Kebidanan,
4(9), 13–23.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/view/977