Anda di halaman 1dari 98

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN JIWA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
ADI LUHUR KECAMATAN PANCA JAYA
KABUPATEN MESUJI

SKRIPSI

DISUSUN OLEH
SURYADI
NPM. 200101103P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ADI LUHUR
KECAMATAN PANCA JAYA
KABUPATEN MESUJI

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

OLEH :
SURYADI
NPM: 200101103P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021

ii
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, 10 Febuari 2022

SURYADI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ADI LUHUR
KECAMATAN PANCA JAYA
KABUPATEN MESUJI

XVI + 63 halaman + 2 gambar + 4 Tabel + 10Lampiran

ABSTRAK

Fenomena kekambuhan berulang pada pasein gangguan jiwa sebenarnya


dapat ditangani dengan kepatuhan minum. Dalam siklus patuh seorang pasien
perlu adanya dorongan atau dukungan dari keluarga. Keluarga yang mendukung
dengan baik proses kesembuhan dapat ditunjukan dengan membantu dalam
minum obat, check up dan pengawasan diri pada pasien serta membantu pasien
untuk tetap tenang dan membantu proses mobilisasi (jika pasien sulit mobilisasi).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah
Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021
Jenis penelitian dalam penelitian ini kuantitatif dengan desain analitik dan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 15
Desember 2021 sampai 8 Januari 2022. Sampel dalam penelitian ini adalah
keluarga pasien dengan ganguan jiwa yaitu sebanyak 31 responden. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Instrumen
yang digunakan berupa kuesioner. Analisa data menggunakan uji gamma.
Hasil analisis menunjukan19 (61,3%) responden dengan kepatuhan minum
obat rendah dan 20 (64,5%) dengan dukungan keluarga baik. Hasil analisis
bivariat didapatkan p-value 0,041 (<0,05) yang berarti ada hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat.Diharapkan hasil penelitian ini dapat
meningkatkan keperdulian kepada pasien agar pasien dapat patuh dan sesuai
dalam mengkonsumsi obat. Puskesmas dapat melakukan pemantauan secara rutin
agar kepatuhan minum obat dapat maksimal dan dukungan keluarga semakin
bertambah baik.

Kata Kunci : Dukungan Kelaurga, Kepatuhan Minum Obat, Gangguan Jiwa


Referensi : 22 (2010-2020)

iii
AISYAH UNIVERSITY OF PRINGSEWU
HEALTH FACULTY
NURSING STUDY PROGRAM

Undergraduate Thesis, 10 February 2022

SURYADI

THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND


MEDICATION ADHERENCE IN PATIENTS WITH MENTAL
DISORDERS IN THE HEALTH CENTER
ADI LUHUR PANCA JAYA MESUJI
YEAR 2021

XVI + 63 pages + 2 pictures + 4 Tables + 10 Appendices

ABSTRACT

The phenomenon of recurrent recurrence in patients with mental disorders


can actually be treated with drinking compliance. In the obedient cycle, a patient
needs encouragement or support from the family. Families who support the
healing process well can be shown by assisting in taking medication, check-ups
and self-monitoring of the patient as well as helping the patient to remain calm
and assisting the mobilization process (if the patient is difficult to mobilize). The
purpose of this study was to determine the relationship between family support
and medication adherence in patients with mental disorders in the Adi Luhur
Health Center Panca Jaya Mesuji year 2021.
The type of research in this research is quantitative with analytic design
and cross sectional approach. This research was conducted from December 15,
2021 to January 8, 2022. The sample in this study were the families of patients
with mental disorders, as many as 31 respondents. The sampling technique in this
study used total sampling. The instrument used is a questionnaire. Data analysis
using gamma test.
The results of the analysis showed 19 (61.3%) respondents with low
medication adherence and 20 (64.5%) with good family support. The results of the
bivariate analysis obtained a p-value of 0.041 (<0.05), which means that there is a
relationship between family support and drug adherence. Puskesmas can carry out
regular monitoring so that medication adherence can be maximized and family
support is getting better.

Keywords: Family Support, Compliance with Medication, Mental Disorders


Reference : 22 (2010-2020)

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi:
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ADI LUHUR KECAMATAN PANCA
JAYA KABUPATEN MESUJI

Nama : SURYADI
NPM : 200101103P

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar hasil skripsi.

Pringsewu, 10 Februari 2022


Pembimbing

Ardinata, S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN: 0223018301

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu

Rini Palupi, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN : 0212078104

v
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ADI LUHUR KECAMATAN PANCA
JAYA KABUPATEN MESUJI

Nama : SURYADI
NIM : 200101103P

Telah Dipertahankan Dihadapan Tim


Penguji Pada Tanggal 10 Febuari 2022.

Mengesahkan,
Tim Penguji

Penguji I :
Feri Agustriyani, S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN :0218028804

Penguji II :
Wisnu Probo Wijayanto, S.Kep.,Ners.,MAN
NIDN :0201038901

Penguji III:
Ardinata. S.Kep.,Ners.,M.Kep ______________________
NIDN :0223018301

Tanggal Ujian : 10 Febuari 2022

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan

Ikhwan Amirudin, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN: 0228108701
HALAMAN ORISINALITAS SKRIPSI

vi
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Suryadi

Nim : 200101103P

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi :Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat


Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Diwilayah Kerja Puskesmas
Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Skripsi yang saya buat tidak pernah atau belum pernah di buat oleh orang lain

dan saya menjamin orisinalitas skripsi yang saya buat.

2. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi tersebut, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenarnya dan dapat dipertanggung
jawabkan.

Pringsewu, 10 Febuari 2022

Suryadi

BIODATA

vii
Nama : Suryadi
NPM : 200101103P
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Tempat, Tanggal lahir : Tanjung Inten, 28 November 1982
Golongan Darah :B
Alamat : Desa Simapng Pematang RT/RW : 021/002
Kecamatan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji
No. HP : 082278944792
E-mail : suryadiirham@gmail.com
Riwayat pendidikan :
1. SDN 02 Simpang Pematang Kec. Mesuji Lampung Kab. Lampung Utara dan
Berijazah tahun 1995
2. MTs Mambaul Ulum Corogo Kec. Jogoroto Kab. Jombang dan Berijazah
tahun 1998
3. SPK PEMDA Jombang Kec. Jombang Kab. Jombang dan Berijazah tahun
2001
4. Akademi Keperawatan Pemkab Jombang Kec. Jombang Kab. Jombang dan
Berijazah tahun 2004
5. Pada tahun 2021 Penulis Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan
Program Studi Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

MOTTO

viii
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”
( Q.S. Al Baqarah Ayat 286 )

“Jika kamu bersungguh – sungguh, kesungguhan itu untuk kebaikan mu sendiri.


(Q.S. Al-Ankabut : ayat 6)”

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah
sehingga ia pulang” (HR. Tarmidzi )”

KATA PENGANTAR

ix
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat, Hidayah,
dan KaruniaNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Dengan
Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca
Jaya Kabupaten Mesuji”, dapat saya selesaikan. Penyelesaian skripsi ini juga
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
perkenankan penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Sukarni, S.ST.,M.Kes selaku ketua Yayasan Aisyah Lampung.
2. WIsnu Probo Wijayanto, S.Kep.,Ners.,MAN selaku Rektor Universitas
Aisyah Pringsewu sekaligus selaku sekaligus penguji II dalam penyusunan
skripsi ini
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu
4. Rini Palupi, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu
5. Ardinata. S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing utama yang telah banyak
membantu penyelesaian penulisan skripsi ini
6. Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini
7. Hepy Nasesa, S.ST selaku KUPT Puskesmas Adiluhur yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian
8. Teman-teman keperawatan yang telah membantu jalannya penyusunan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan
penelitian.

Pringsewu, 10 Februari 2022


Suryadi

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR……………………………………………... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI………………………... ii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA.......................................................... iii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS………………………………………... iv
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………... v
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………........ vi
HALAMAN ORSINALITAS………………………………………......... vii
BIODATA…………………...…………………………………………..... viii
MOTTO…………………………………………………………………... ix
KATA PENGANTAR………………………………………………......... x
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
1. Tujuan Umum.......................................................................... 6
2. Tujuan Khusus......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 7
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teoritis........................................................................... 10
B. Penelitian Terkait……………………………….......................... 33
C. Kerangka Teori............................................................................. 35
D. Kerangka Konsep………………………………......................... 37
E. Hipotesis……………………………………………………....... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................. 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 38
C. Rancangan Penelitian................................................................... 38
D. Subjek Penelitian.......................................................................... 39
E. Variabel Penelitian....................................................................... 40
F. Definisi Oprasional variabel......................................................... 40
G. Pengumpulan Data........................................................................ 41
H. Pengolahan Data........................................................................... 43
I. Analisis Data................................................................................. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian.......................................... 47

xi
B. Hasil Penelitian………………………………………………... 48
C. Pembahasan …………………………………………………… 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan……………………………………………………. 61
B. Saran…………………………………………………………… 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

xii
Judul Gambar Halaman

1. Kerangka Teori…………………………………………………….. 36
2. Kerangka Konsep………………………………………………….. 37

DAFTAR TABEL

xiii
Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional Variabel……………………...……….......… 41


4.1 Dstribusi Frekuensi Dukungan Keluarga …..…....……………….. 48
4.2 Distribusi frekuensi Kepatuhan Minum Obat..……...……….…… 49
4.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat... 50

DAFTAR LAMPIRAN

xiv
Lampiran 1. Surat Izin Pre Survey
Lampiran 2. Surat Balasan Pre Survey
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 5. Penjelasan penelitian
Lampiran 6. Infomed Consent
Lampiran 7. Kuesioner Penelitian
Lampiran 9. Output SPSS
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Penelitian
Lampiran 11. Lembar Bimbingan

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa mendukung seorang individu dapat berkembang secara

fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Kamila, dkk. 2026).

Menurut World Health Organization (WHO) 2019, terdapat sekitar 21 juta

orang penduduk dunia yang terkena masalah gangguan jiwa. Prevalensi

ganguan jiwa di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari 1 sampai

1,5% dengan angka insiden 1 per 10.000 orang per tahun. Setiap tahun

terdapat 300.000 pasien dengan episode akut (WHO, 2019).

Data prevalensi kejadian gangguan jiwa di Asia sebesar 27,3 juta

penderita, prevalensi tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 8,4 juta. Jumlah

penderita di Indonesia tahun 2018 adalah 2,36 juta orang dengan kategori

gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17 gangguan jiwa berat, tercatat

sebanyak 6% penduduk berusia 14-24 tahun mengalami gangguan jiwa

(Riskesdas, 2018).

Provinsi Lampung untuk tahun 2019 berjumlah 13.000 penderita (Profil

Kesehatan Prov. Lampung, 2019). Deteksi dini gangguan jiwayang dilakukan

di Puskesmas diseluruh Indonesia tahun 2020 telah berjalan sekitar 39,9%. Di

Provinsi Lampung sebesar 53,3% yang melaksanakan deteksi dini penyakit

1
2

gangguan jiwa di puskemas (Profil Kesehatan RI, 2020). Data di Puskesmas

Adi Luhur untuk pasien yang menjalani rehabilitasi jiwa dan sedang

mengkonsumsi obat per November 2021 sebanyak 31 pasien (Data Puskesmas

Adiluhur, 2021).

Secara internasional, penggolongan gangguan jiwa mengacu pada DSM

IV. DSM IV ini dikembangkan oleh para expert dibidang psikistri di Amerika

Serikat. DSM IV ini telah dipakai secara luas terutama oleh para psikiater

dalam menentukan diagnosa gangguan jiwa. Di indonesia para ahli kesehatan

jiwa menggunakan PPDGJ 3 sebagai acuan dalam menentukan diagnosa

gangguan jiwa. Secara umum gangguan jiwa dapat dibagi kedalam dua

kelompok yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Yang

termasuk kedalam gangguan jiwa ringan antara lain cemas, depresi,

psikosomatis dan kekerasan sedangkan yang termasuk kedalam gangguan jiwa

berat seperti skizofrenia, manik depresif dan psikotik lainnya (Suryani, 2013).

Pasien gangguan jiwa akan mengalami kekambuhan berulang. Banyak

faktor yang memperngaruhi atau menyebabkan kekambuhan, seperti pola

asuh, kepatuhan minum obat dan faktor sosial ekonomi pasien, stressor sosial

berupa lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, akses pelayanan

dan problem interaksi interpersonal dari dukungan keluarga (Puspitasari,

2017). Pada pasien gangguan jiwa dalam masa rehabilitasi yang dirawat oleh

keluarga sendiri di rumah atau rawat jalan memerlukan dukungan untuk

mematuhi program pengobatan. Keluarga mendukung selama masa

penyembuhan dan pemulihan pasien. Apabila dukungan semacam ini tidak


3

ada, maka keberhasilan penyembuhan/ pemulihan (rehabilitasi) sangat

berkurang. Keluarga menjadi peranan penting yang bersifat mendukung

selama masa penyembuhan dan pemulihan pasien terutama dalam kepatuhan

minum obat (Adianta, dkk. 2017).

Kepatuhan minum obat ditunjukan dengan perilaku dalam menyelesaikan

menelan obat sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan sesuai

kategori yang telah ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan tidak

tuntas jika tidak tepat waktu (Karmila, dkk. 2017). Kepatuhan adalah tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter

atau oleh yang lainnya (Ginting, 2019). Sebagian besar penderita gangguan

jiwa memiliki perilaku tidak patuh minum obat, hal ini dikarenakan dosis obat

yang diberikan, cara pemberian dan biaya pengobatan. Sehingga akan

berdampak pada omset kekambuhan yang tinggi dan psikotik yang parah dan

menonjol (Hamdani, 2017).

Dalam mendukung kepatuhan minum obat keluarga juga harus mengetahui

prinsip enam benar dalam minum obat yaitu pasien yang benar, obat yang

benar, dosis yang benar, cara/rute pemberian yang benar, dan waktu

pemberian obat yang benar dimana kepatuhan terjadi bila aturan pakai dalam

obat yang diresepkan serta pemberiannya dirumah sakit di ikuti dengan benar.

Ini sangat penting terutama pada penyakit-penyakit menahun termasuk salah

satunya adalah penyakit gangguan jiwa (Dianty, dkk. 2018).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap

penderita yang sakit. Keluarga juga befungsi sebagai sistem pendukung bagi
4

anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika

diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasi, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional (Adianta &

Putra, 2017).

Dukungan yang keluarga berikan pada pasien ganguan jiwa diharapkan

dapat meningkatkan keinginan penderita untuk sembuh dan memperkuat

penderita agar lebih patuh untuk berobat dan minum obat. Kepatuhan

merupakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh

yang lainnya. Banyaknya pasien jiwa yang mengalami kekambuhan karena

ketidak patuhan mengkonsumsi obat, adalah bagian penting dalam proses

pengobatan pasien jiwa. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita

gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan

(Ginting, 2019).

Dampak dari dukungan keluarga yang kurang baik pada pasien gangguan

jiwa dalam masa rehabilitasi adalah tidak adanya mendukung selama masa

penyembuhan dan pemulihan pasien. Hal ini yang mengakibatkan

keberhasilan penyembuhan/ pemulihan (rehabilitasi) sangat berkurang. Serta

tidak patuhnya pasien dalam melakukan pengobatan rutin sehingga

mempengaruhi tingkat kesembuhan (Adianta, 2017). Dampak tersebut

didukung hasil penelitian Dianti, dkk (2018) bahwa dari 20 orang dengan

dukungan keluarga buruk terdapat 13 orang (65%) kepatuhan minum obat

rendah,
5

Hasil penelitian Ginting (2019) hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat pada pasien di rumah klinik RSJ M. Ildrem, Hasil

penelitian yang didapat dari tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat pada

pasien skizoprenia setiap dukungan keluarga berdasarkan emosional, patuh 9

responden (20%), yang tidak patuh 3 responde (7%), instrumental yang patuh

1 responden (2,27%), yang tidak patuh 4 responden (9.0%), informasi yang

patuh 10 responden (23%), yang tidak patuh 7 responden (16%), penghargaan

10 responden (22%) dan semuanya patuh.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Adiluhur, dari hasil

studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 15 keluarga pasien

yang menjalani rehabilitasi, didapatkan 6 (40%) keluarga mendukung dengan

baik proses kesembuhan dan membantu, dukungan keluarga yang ditunjukan

meliputi membantu dalam minum obat, check up dan pengawasan diri pada

pasien serta membantu pasien untuk tetap tenang dan membantu proses

mobilisasi (jika pasien sulit mobilisasi). Hasil dari dukungan terbesut

meingkatkan kesembuhan pasien, didapatkan 5 dari pasien ganguan jiwa

mengalami penurunan gejala ganguan jiwa. Hal ini membuktikan dukungan

keluarga yang diberikan sudah baik, sehingga dapat meningkatkan efektivitas

kesembuhan pasien.

Hasil pada 9 (60%) lainnya dengan dukungan keluarga kurang baik,

dinyatakan dengan keluarga mendukung namun tidak bisa sepenuhnya

mengawasi karena tidak tinggal serumah dan sesekali harus bergantian dengan

keluarga lainnya sehingga proses pemantauannya kurang maximal. Hal ini


6

menunjukan dukungan keluarga kurang baik dan proses penyembuhan akan

menurun dan bahkan tidak berhasil, gejala ganguan jiwa belum berkurang dan

beberapa pasien ganguan jiwa harus di rawat di RS Kembali.

Gambaran keluarga pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah kerja

puskesmas Adi luhur sebagian besar tinggal serumah dengan pasien, namun

ada beberapa yang tidak tinggal serumah dan pasien tinggal dirumah

bersebelahan. Ada juga keluarga yang membantu urus kebutuhan pasien

adalah keluarga sambung dimana pasien merupakan saudara angkat. Namun

meskipun demikian pasien dan keluarga telah diberikan pembinaan oleh

puskesmas tentang proses menjalani pengobatan. Berdasarkan uraian latar

belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa di

Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten

Mesuji tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui rumusan

masalah pada penelitian ini; “Apakah ada hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah

Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun

2021?”.
7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi

Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kepatuhan minum obat pada pasien

dengan gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur

Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021

b. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien dengan

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan

Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021

c. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas

Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Keluarga

Memberikan informasi tentang kepatuhan minum obat pada pasien jiwa

serta menambah informasi tentang proses dukungan keluarga sehingga

mempermudah proses penyembuhan pasien gangguan jiwa.


8

b. Bagi Puskesmas Adi Luhur

Sebagai bahan masukan untuk intervensi atau penyuluhan serta agar

membangun kerja sama lintas sektoral guna meningkatkan dukungan

keluarga dan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa

c. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Dapat Memberikan nilai sumber kepustakaan di Universitas Aisyah

Pringsewu sebagai wacana kepustakaan baru mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien dengan

gangguan jiwa

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

dengan gangguan jiwa dengan menambah variabel lain dan dengan

menggunakan metodelogi penelitian yang berbeda seperti pemberian

edukasi atau pendidikan kesehatan tentang pentingnya dukungan keluarga

terhadap kepatuhan minum obat dan jumlah sampel yang lebih banyak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif, dengan desain analitik dan pendekatan cross

sectional. Objek penelitiannya dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien dengan gangguan jiwa. Subyek penelitiannya adalah

keluarga pasien dengan gangguan jiwa. Populasi dalam penelitian ini

sebanyak 31 responden. Tempat penelitiannya adalah di wilayah kerja

Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji, adapun


9

waktu pelaksanaannya telah dilakukan pada tanggal 15 Desember 2021

sampai 8 Januari 2022.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Kepatuhan Minum Obat

a. Pengertian Kepatuhan Obat

Terapi obat didefenisikan sebagai suatu cara untuk memodifikasi

atau mengoreksi perilaku, pikiran atau alam perasaan yang patologis

menggunakan zat kimia. Obat harus digunakan dalam dosis efektif

untuk periode waktu yang cukup. Respon terapi dan timbulnya efek

samping harus diberikan sesegera mungkin. Anti psikotik digunakan

untuk mengatasi psikosis, termasuk skzofrenia. Efek terapi dari obat

obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut. Efeknya

mengurangi gejala positif, antara lain halusinasi, tidak mau makan,

tidak kooperatif dan gangguan piiran (Hamdan, 2017).

b. Kepatuhan Minum Obat Pasien Gangguan Jiwa

Kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa tidak lepas dari

peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada

pengobatan prevalensi kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak

akan dirawat lagi dirumah sakit dan hanya perlu perawatan jalan di

puskesmas. Walaupun gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang tidak

dapat disembuhkan tettapi dapat disembuhkan dengan terapi kepatuhan

obat. Hal ini berarti dengan pengobatan yang teratur dan dukungan

dari keluarga, masyarakat dan orang sekitar klien besar kemungkinan

10
11

klien dapat bersosialisai dan memiliki aktivitas seperti orang normal,

dengan demikian maka prevalansi kekambuhan pasien dapat berkurang

ataupun pasien tidak akan kambuh karena proses pengobatan pasien

dilakukan sesuai denga anjuran dan petunjuk dokter,segingga

kepatuhan pasien minum obat baik (Junaidi, 2014).

Kepatuhan berobat adalah perilaku untuk menyelesaikan menelan

obat sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan sesuai

kategori yang telah ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan

tidak tuntas jika tidak tepat waktu (Karmila, dkk. 2017). Kesembuhan

pasien dipengaruhi perilaku kepatuhan terhadap program pengobatan.

Kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan

ketentuan yang diberikan oleh professional Kesehatan. Pasien yang

patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan secara teratur

dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai 9 bulan

(Adianta, 2017).

c. Ketidak Patuhan konsumsi Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa

Ketidakpatuhan didorong dari dukungan keluarga sebagai orang

yang dekat dengan pasien kurang baik, serta aktivitas mobilisasi pasien

kurang tepat dan tidak aktif. Dukungan yang dilakukan harus

mengetahui prinsip lima benar dalam minum obat yaitu pasien yang

benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara/rute pemberian yang

benar, dan waktu pemberian obat yang benar dimana kepatuhan terjadi

bila aturan pakai dalam obat yang diresepkan serta pemberiannya


12

dirumah sakit di ikuti dengan benar untuk menghindari ketidakpatuahn

(Dianty, dkk. 2018).

Dampak dari dukungan keluarga yang kurang baik pada pasien

gangguan jiwa dalam masa rehabilitasi adalah tidak adanya

mendukung selama masa penyembuhan dan pemulihan pasien. Hal ini

yang mengakibatkan keberhasilan penyembuhan/ pemulihan

(rehabilitasi) sangat berkurang. Serta tidak patuhnya pasien dalam

melakukan pengobatan rutin sehingga mempengaruhi tingkat

kesembuhan (Adianta, 2017). Dampak tersebut didukung hasil

penelitian Dianti, dkk (2018) bahwa dari 20 orang dengan dukungan

keluarga buruk terdapat 13 orang (65%) kepatuhan minum obat

rendah,

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Hamdan

(2017) yaitu:

a) Faktor Penderita Atau Individu

Faktor penderita atau individu meliputi sikap atau motivasi

individu ingin sembuh motivasi atau sikap yang paling kuat adalah

dari individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap

mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam

kontrol penyakitnya
13

b) Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani

kehidupan. Penderita yang berpegangan teguh terhadap

keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah

putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara

perilaku akan lebih baik. Kemampuan untuk melakukan kontrol

penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana

penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap

anjuran dan larangan jika mengetahui akibatnya

c) Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling

dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang

dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari

keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan

kepercayaan dirinyauntuk menghadapi atau mengelola penyakitnya

dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang

diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya

d) Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan

dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan


14

e) Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang

dapatmempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka

terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat

yang baru tersebut merupakan hal penting, begitu juga mereka

dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan

antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara

terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien

yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya

e. Prinsip Pedoman Terapi Farmakologi

Berikut adalah prinsip yang menjadi pedoman penggunaan obat

dalam menangani gangguan jiwa meliputi obat diseleksi berdasarkan

efeknya pada gejala target klien, misalnya pikiran waham, serangan

panik, atau halusinasi. Keefektifan pengobatan dievaluasi sebagian

besar oleh kemampuan obat untuk mengurangi atau menghilangkan

gejala target. Banyak obat psikotropika harus diberikan dalam dosis

yang adekuat selama periode waktu sebelum efek seutuhnya dicapai

(Junaidi, 2014).

f. Jenis-Jenis Pengobatan Ganguan Jiwa

a) Obat ansiolitik

Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi kecemasan atau

gangguan kecemasan yang terkait dengan kecemasan, keterangan

nervosa, agitasi (agresif/mengamuk). Contoh obat : nama dagang


15

(komposisi/isi) Actazolam tablet 0.5 mg, 1 mg (alprazolam).

Alprazolam dexa medica tablet 0.5 mg, 1 mg. alviz tablet 0.5 mg, 1

mg, (aalprazolam). Anxibloc tablet 10 mg (clobazam). Apazol

tablet 0.25 mg,0.5 mg, 1 mg (alprazolam). Asabium tablet 10 mg

(clobazam). Atarax tablet 0.5 mg (alprazolam). Dan lain

sebagainya. (Junaidi 2014)

b) Hipnotik dan sedative

Obat hiptonik dan sadatif adalah obat untuk membantu

mengatasi gangguan tidur (insomnia). Contoh obat: nama dagang

(komposisi/isi) Anesfar ampul (midazolam). Dalmodorm tablet 15

mg (flunazepam). Dormicum ampul (midazolam). Dumolid tablet

5 mg (nitrazepam). Fortanest ampul (midazolam).Hipnoz ampul

(midazolam).Precdex vial (dexmedtomidine). Rozerem tablet 8 mg

(ramelteon). (Juanaidi, 2014)

c) Anti Depresan

Obat anti depresan digunakan untuk terapi depresi dengan atau

tanpa mania, depresi yang disertai kecemasan obsersif-komplusif,

bulimia nervosa, dan penyakit manic depresif. Contoh obat : nama

dagang (komposisi/isi) Anafranil tablet 25 mg (clomipramine).

anexin tablet 50 mg (sertraline). Antipres tablet 50 mg (sertraline).

Antiprestin kapsul 10 mg, 20 mg (fluoxetine). Courage kaplet 20

mg (fluoxetine).Elizac kapsul 20 mg (fluoxetine). Fatral tablet 50

mg (sertraline). Foransi kapsul 10 mg (fluoxetine). (Juanaidi, 2014)


16

d) Antipsikotik

Obat antipsikotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi

skizofrenia, mania bipolar, atau kondosi yang berhubungan dengan

kejiwaan, kontrol darurat pada gangguan perilaku. Contoh obat:

nama dagang (komposisi/isi) Abilify tablet 10 mg, 15 mg. lar oral

(aripiprazole). Cepezet tablet 100 mg. ampul (chlorpromazine).

Clopine tablet 25 mg, 100 mg ( clozapine). Clozaril tablet 25 mg

100 mg (clozapine). Dogmatil kapsul 50 mg. tablet forte 200 mg

(sulpiride). Dores tablet 1.5 mg kapsul 5 mg (haloperidol). (Junaidi

2014)

g. Pengukuran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa

Prinsip perlakuan dalam mengkonsumsi obat dinyatakan dengan

ketepatan 6 (enam) benar, yaitu: benar pasien, benar obat, benar dosis,

benar waktu, benar cara dan benar dokumentasi, Kepatuhan minum

obat dapat di ukur menggunakan kuesioner Medication Adherence

Report Scale (MARS) terdiri dari 5 pertanyaan yang dapat

menggambarkan tingkat kepatuhan minum obat pasien. Setiap

pernyataan skala kuesioner MARS-5 tersedia dalam bentuk skala

dengan rentang nilai antara 1 – 5 yang memiliki interpretasi sebagai

berikut: nilai 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang – kadang, 4 =

sering, dan 5 = selalu kemudian dikategorikan menjadi rendah (skore

<20), sedang (skore 20-23) dan tinggi (skore 24-25).


17

2. Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah lingkungan sosial yang terbentuk erat karena

sekelompok orang bertempat tinggal, berinteraksi dalam pembentukan

pola pikir, kebudayaan, serta sebagai mediasi hubungan anak dengan

lingkungan. Lebih lanjut, latipun mengatakan bahwa keluarga yang

lengkap dan fungsional dapat meningkatkan kesehatan mental serta

kestabilan emosional para anggota keluarganya (Lestari, 2012).

b. Struktur keluarga

Struktur Keluarga Yatmini (2011) mengungkapkan bahwa struktur

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang terikat

tali perkawinan, karena hubungan darah atau adopsi, hidup dalam satu

rumah tangga, saling berhubungan satu sama lainnya dalam perannya

menciptakan dan mempertahankan budaya.

Keluarga adalah serangkaian tuntutan fungsional tidak terlihat,

yang mengorganisasi cara-cara anggota keluarga dalam berinteraksi.

Sebuah keluarga merupakan sistem yang saling berinteraksi antara satu

sama lain dengan membentuk pola bagaimana, kapan, dan dengan

siapa berelasi. Struktur dalam keluarga ada dua, yakni:

a) Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang di dalamnya

hanya terdapat tiga posisi sosial, yaitu suami-ayah, istri-ibu, anak-

sibling. Struktur keluarga yang demikian menjadi keluarga sebagai

orientasi bagi anak, yaitu keluarga tempat ia dilahirkan.


18

b) Keluarga batih adalah keluarga yang di dalamnya terdapat posisi

lain selain ketiga posisi di atas, yakni dalam keluarga tersebut

terdapat seorang anak yang (Lastri, 2012).

c. Fungsi Keluarga

Kepatuhan terhadap program-program medis salah satunya adalah

dukungan dari anggota keluarga. Keluarga dapat mengurangi ansietas

yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan

terhadap ketidakpatuhan. Pasien akan tetap sembuh, tetap sakit/ gagal,

meninggal dan pengobatan putus (drop out) merupakan hasil hasil dari

pengobatan suatu penyakit gangguan jiwa. Kesembuhan pasien

dipengaruhi perilaku kepatuhan terhadap program pengobatan.

Kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan

ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (Adianta, dkk.

2017). Fungsi lain dari keluarga meliputi:

a) Reproduksi, keluarga memiliki fungsi untuk mempertahankan

populasi yang ada di dalam masyarakat.

b) Sosialisasi/edukasi, keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai,

keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari

generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda.

c) Penugasan peran sosial, keluarga memberikan identitas pada para

anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran

gender.
19

d) Dukungan ekonomi, keluarga menyediakan tempat berlindung,

makanan, dan jaminan kehidupan.

e) Dukungan emosi/pemeliharaan, keluarga memberikan pengalaman

interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi

bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga

memberikan rasa aman pada anak (Lastri, 2012).

3. Dukungan Keluarga

a. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga salah satunya meliputi dukungan suami,

merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan

masalah. Apabila ada dukungan, maka rasa percaya diri akan

bertambah dan motivasi untuk menghadapi maslah yang terjadi akan

meningkat. Dukungan adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang

yang besifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan (Friedman, 2013).

Keluarga merupakan satu atau lebih individu yang tergabung

karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan

melakukan pendekatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka

sebagai bagian dari keluarga. Konflik-konflik keluarga dan interaksi

keluarga yang negatif dapat menumpuk stress pada anggota keluarga


20

yang mengalami Skizofrenia, sehingga meningkatkan resiko episode

yang berulang (Dianty, dkk. 2018).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan

terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga befungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan

dengan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa

dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dan dukungan emosional (Adianta, 2017).

Dukungan keluarga merupakan koping bagi keluarga itu sendiri,

baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal

terbukti sangat bermanfaat sehingga keluarga sebagai orang yang dekat

dengan pasien, harus mengetahui prinsip lima benar dalam minum obat

yaitu pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara/rute

pemberian yang benar, dan waktu pemberian obat yang benar dimana

kepatuhan terjadi bila aturan pakai dalam obat yang diresepkan serta

pemberiannya dirumah sakit di ikuti dengan benar. Ini sangat penting

terutama pada penyakit-penyakit menahun termasuk salah satunya

adalah penyakit gangguan jiwa (Dianty, dkk. 2018).

b. Jenis-jenis Dukungan Keluarga

Friedman (2013) menjelaskan bahwa dukungan memiliki beberapa

jenis antara lain:


21

a) Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,

saran, petunjuk dan pemberian informasi. Keluarga memberikan

informasi, tentang mengkonsumsi obat dan menerapkan prinsip 6

(enam) benar.

b) Dukungan Penilaian atau Penghargaan

Dukungan penilaian adalah bertindak membimbing dan menengahi

pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas

anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,

dan perhatian. Menurut Ginting (2019) dukungan penghargaan

yang baik karena keluarga selalu memberi penguatan yang positif

agar pasien tidak ,merasa dianggap gila dan perlu perhatian selayak

nya orang normal pada umumnya. Karena keluarga memberikan

kritikan yang bersifat membangun dan menghargai usaha yang

dilakukan pasien. Sehingga pasien termotivasi untuk lebih

meningkatkan kesehatannya.

c) Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan

keuangan, makan, minum, dan istirahat. Dukungan keluarga


22

Instrumental yang berhubungan baik karena keluarga selalu

meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang sedang

dirasakan pasien, keluarga menyadari bahwa pasien sangat

membutuhkan dukungan keluarga dengan penuh kasih sayang

selayaknya orang normal.

d) Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Menurut

Ginting (2019) dukungan keluarga emosional diperoleh melalui

penghargaan yang diberikan kepada pasien yang akan menambah

kepatuhan pada pasien. Maka dapat diasumsikan hasil penelitian

dukungan emosional yang berhubungan baik karena keluarga

selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang sedang

dirasakan pasien, keluarga menyadari bahwa pasien sangat

membutuhkan dukungan keluarga dengan penuh kasih sayang

selayaknya orang normal.

c. Hubungan Dukungan Keluarga dengan kepatuhan minum

obat

Dukungan keluarga merupakan salah satu dukungan sosial

yang terdapat dimasyarakat dimana dukungan ini ialah suatu proses


23

hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Keluarga

perlu memberikan dukungan yang merupakan suatu persepsi

mengenai bantuan berupa perhatian, penghargaan, informasi,

nasehat maupun materi yang diterima pasien Skizofrenia pasca

perawatan dari anggota keluarga lainnya dalam rangka

menjalankan fungsi atau tugas yang terdapat didalam sebuah

keluarga. Dukungan keluarga yang dapat diberikan pada pasien

yaitu dukungan emosional (memberikan kenyamanan), dukungan

informasional (memberikan informasi), dukungan instrumental

(memfasilitasi kebutuhan) dan dukungan penilaian (sumber dan

validatoridentitas) (Dianty, dkk. 2018).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan

terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga befungsi sebagai

sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasi, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional

(Adianta, dkk. 2017).

Dukungan keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien

gangguan jiwa, karena pada umumnya klien gangguan jiwa belum

mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan

diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkan


24

agar klien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan

teratur. Kepatuhan berobat adalah perilaku untuk menyelesaikan

menelan obat sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan

sesuai kategori yang telah ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat

waktu, dan tidak tuntas jika tidak tepat waktu (Karmila, dkk 2016).

Kepatuhan minum obat tidak menyembuhkan dan tidak

mengurangi kekambuhan 100%, kepatuhan minum obat hanya

mengurangi saja kekambuhan dan rehospitalisasi pasien

skizofrenia Pasien ganguan jiwa setiap saat bisa mengalami

episode psikotik dalam artian berperilaku kacau. Saat episode

psikotik ini berlangsung maka pasien dengan sendirinya tidak bisa

menunjukkan perilaku taat mengikuti regimen terapi dan

mengganggap dirinya tidak sakit (Palealu, dkk. 2018)

Dukungan keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien

skizofrenia, karena pada umumnya klien belum mampu mengatur

dan mengetahui jadwal dan jenis. obat yang akan diminum.

keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkan agar klien

skizofrenia dapat minum obat dengan benar dan teratur. Dukungan

keluarga sangat penting untuk membantu pasien bersosialisasi

kembali, menciptakan kondisi lingkungan suportif, menghargai

pasien secara pribadi dan membantu pemecahan masalah.

Dukungan keluarga akan mempengaruhi kepatuhan minum obat

pasien (Pelealu,dkk. 2018).


25

4. Pasien Gangguan Jiwa

a. Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa ditandai dengan terganggunya kemampuan menilai

realitas atau tilikan yang buruk. Gejala yang muncul meliputi

halusinasi, ilusi, wahaym (keyakinan yang tidak rasional), gangguan

proses pikir, kemampuan berfikir, serta tingkah laku yang aneh

(Kemenkes RI, 2018). Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah

kesehatan utama di negara-negara maju. Gangguan jiwa adalah

gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, prilaku,

motivasi gaya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan penurunan

semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi sehingga

mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat (Ginting,

dkk. 2019).

b. Faktor-faktor yang menyebabkan Gangguan Jiwa

Stresor psikosisal setiap orang menyebabkan perubahan dalam

kebihupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan

penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi tekanan mental yang

timbul. Jenis stressor psikososial yang menyebabkan gangguan jiwa

meliputi (Kemenkes RI, 2018).

a) Perkawinan misalnya pertengakaran, perpisahan dan perceraian

b) Problema orang tua seperti tidak memiliki anak, terlalu banyak

anak, kenakalan anak dan anak sakit


26

c) Hubungan Interpersonal (Antar pribadi) gangguan ini berupa

masalah konflik dengan kawan dekat

d) Lingkungan hidup seperti lingkungan perumaha, pindah tempat

tinggal atau penggusuran

e) Pekerjaan meliputi kehilangan pekerjaan, pension, pekerjaan

terlalu banyak atau pekerjaan tidak cocok.

f) Keuangan seperti pendapatan lebih rendah daripada pengeluaran,

terbelit hutang.

g) Hukum seperti adanya tuntutan hukum, pengadilan dan penjara

h) Perkembangan hidup seperti peralihan masa remaja, dewasa,

menopause dan menua

i) Penyakit Fisik/ cedera seperti penyakit kronik, jantung, kanker dan

akibat kecelakaan

j) Faktor keluarga dimana terjadi apabila dalam kondisi keluarga

tidak baik, biasanya pada remaja dengan orang tua yang berpisah

atau jarang dirumah

k) Lain-lain meliputi bencana alam, kebakaran, peperangan,

perkosaan, serta huru-hara

c. Katogori Kondisi Ganguan Jiwa

a) Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)

Merupakan kondisi orang dengan masalah fisik, mental, sosial,

pertumbuhan dan perkembangan dan atau kualitas hidup sehingga

memiliki resiko mengalami masalah gangguan kejiwaan


27

b) Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

Orang yang mengalami gangguan dalam pikirannya, perilaku

dan perasaan yang termanifiestasi dalam bentuk sekumpulan gejala

dan atau perubahan perilaku yang bermaknaserta dapat

menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi

orang seperti manusia pada umumnya (Kemenkes RI, 2018).

d. Macam-macam Gangguan Jiwa

Macam-macam gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang perlu

diobati oleh psikolog atau psikiater. Apabila tidak ditangani dengan

baik, gangguan jiwa yang dialami bisa semakin parah dan berpotensi

membuat mereka menyakiti dirinya sendiri atau orang (Adrian, 2020):

a) Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan terdiri dari gangguan kecemasan umum,

gangguan kecemasan sosial, fobia, dan panik. Gangguan

kecemasan merupakan gangguan kejiwaan yang membuat

penderitanya merasa cemas dan gelisah, serta sulit mengendalikan

perasaan tersebut. Ketika mengalami gangguan kecemasan,

seseorang bisa merasakan gejala berupa banyak berkeringat, detak

jantung yang cepat atau dada berdebar, merasa pusing, susah

berkonsentrasi, sulit tidur, serta merasa cemas dan khawatir hingga

sulit menjalani aktivitas sehari-hari.


28

b) Gangguan kepribadian

Seseorang dengan gangguan kepribadian cenderung memiliki pola

pikir, perasaan, atau perilaku yang berbeda dari kebanyakan orang

pada umumnya. Jenis gangguan kepribadian terbagi menjadi

beberapa golongan, yaitu: Tipe eksentrik, seperti gangguan

kepribadian paranoid, skizoid, skizotipal, dan antisosial. Tipe

dramatis atau emosional, seperti gangguan kepribadian narsistik,

histrionik, dan ambang (borderline) Tipe cemas dan takut, seperti

gangguan kepribadian obsesif kompulsif, menghindar (avoidant),

dan ketergantungan (dependen)

c) Gangguan psikotik

Gangguan psikotik merupakan gangguan jiwa parah yang

menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak

normal, misalnya penyakit skizofrenia. Orang yang mengalami

gangguan psikotik akan mengalami halusinasi, mempercayai hal-

hal yang sebenarnya tidak terjadi, dan bahkan mendengar, melihat,

atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.

d) Gangguan suasana hati

Perubahan mood yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang

normal terjadi, apalagi jika memang ada faktor pencetusnya,

misalnya stres, kelelahan, atau tekanan batin. Namun, orang yang

menderita gangguan suasana hati bisa mengalami perubahan mood

atau suasana hati yang ekstrem dan dalam waktu cepat. Misalnya,
29

dari mood yang stabil, tiba-tiba sedih, lalu sangat bahagia dan

bersemangat dalam waktu yang cepat. Jenis gangguan jiwa yang

membuat suasana hati cepat berubah meliputi depresi, gangguan

bipolar, dan gangguan siklotimik.

e) Gangguan makan

Gangguan makan adalah gangguan jiwa serius yang membuat

perilaku makan seseorang terganggu. Kondisi ini sering kali dapat

membuat penderitanya mengalami masalah gizi, misalnya kurang

gizi atau justru obesitas. Contoh dari gangguan makan adalah

anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, serta binge eating disorder

atau gangguan makan berlebihan.

f) Gangguan pengendalian impuls dan kecanduan

Orang dengan gangguan pengendalian impuls tidak dapat menahan

dorongan untuk melakukan tindakan yang dapat membahayakan

dirinya sendiri atau orang lain, misalnya berjudi, mencuri

(kleptomania), dan menyulut api (piromania). Sedangkan gangguan

perilaku adiksi atau kecanduan biasanya disebabkan oleh

penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang atau narkoba.

Tak hanya itu, seseorang juga bisa kecanduan aktivitas tertentu,

seperti seks, masturbasi, atau berbelanja.

g) Gangguan obsesif kompulsif (OCD)

Gangguan jiwa yang satu ini ditandai dengan adanya pikiran dan

obsesi yang tidak terkendali terhadap sesuatu, sehingga mendorong


30

penderitanya untuk melakukan suatu aktivitas secara berulang-

ulang. Orang yang menderita OCD bisa terobsesi dengan angka

tertentu, misalnya angka tiga. Hal ini akan membuatnya merasa

perlu melakukan aktivitas tertentu, seperti mencuci tangan atau

mengetuk pintu sebanyak 3 kali. Jika hal tersebut tidak dilakukan,

penderita OCD akan merasa risih dan khawatir secara berlebihan.

h) Gangguan stres pascatrauma (PTSD)

PTSD dapat berkembang setelah seseorang mengalami kejadian

traumatis atau mengerikan, seperti pelecehan seksual atau fisik,

kematian orang terdekat, atau bencana alam. Orang yang menderita

PTSD biasanya akan sulit melupakan pikiran atau peristiwa yang

tidak menyenangkan tersebut.

e. Penatalaksanaan Pengobatan Gangguan Jiwa

a) Farmakologi

Farmakologi merupakan dengan obat psikofarmaka adalah obat

yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek

utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior

altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik

(psychotherapeutic medication). Obat psikofarmaka, sebagai salah

satu zat psikoaktif bila digunakan secara salah (misuse) atau

disalahgunakan (abuse) beresiko menyebabkan gangguan jiwa

(Nurhamilah, 2016).
31

Jenis – jenis Obat Psikotropika Obat psikiatri meliputi :

antipsikosis/neuroleptika, antidepresi, anticemas/tranquilizer,

antimania, antimanik, dan antiobsesif-kompulsif. Antipsikotik Obat

ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi

utama obat golongan ini adalah untuk penderita gangguan psikotik

(skizofrenia atau psikotik lainnya). Klasifikasinya antara lain

sebagai berikut.

1) Clozapine Clozapine

Merupakan obat antipsikotik dari jenis yang baru. Jarang

disertai efek samping yang mirip dengan parkinsonisme

dibandingkan antipsikotik konvensional.Bekerja terutama

dengan adanya aktivitas antagonis pada reseptor dopamine tipe.

2) Clozapine

Efektif terhadap gejala negative gangguan jiwa dibandingkan

anti psikotik konvensional. Clozapine disertai agranulisitosis

pada kira- kira 1-2 persen dari semua pasien. Clozapine lebih

cepat diabsorsi pada saluran gastrointestinal (GI). Kadar

puncak dalam plasma dapat dicapai dalam satu sampai empat

jam (rata-rata 2 jam). Clozapine dimetabolisme secara lengkap

dengan waktu paruh antara 10-16 jam (rata-rata 12 jam). Kadar

stabil dicapai dalam 3-4 hari dengan dosis 2 kali sehari.


32

3) Risperidone

Risperidone adalah obatcyang pertama diperkenalkan di

Amerika serikat untuk terapi gangguan jiwa. Risperidone

merupakan antagonis yang paten untuk reseptor serotonin tipe.

Risperidone lebih efektif dibandingkan semua antipsikotik

yang sekarang tersedia dapat diberikan dalam dosis oral sekali

sehari jika pasien berada dalam kondisi stabil dan telah

menyesuaikan diri terhadap efek samping yang merugikan.

Terapi elektrokonvulsif diberikan pada pasien yang

mengalami penyakit gangguan jiwa kurang dari 1 tahun.

Psikososial Obat anti psikotik saja tidak efektif jika tidak

digabung dengan intervensi psikososial dalam terapi pasien

skizofrenia

b) Non Farmakologi

a) Terapi perilaku

Perilaku yang dikehendaki dipacu secara positif dengan

memberikan imbalan berupa kenang-kenangan seperti

perjalanan atau prefensi. Tujuannya untuk memacu perilaku

tersebut agar dapat beradaptasi di luar bangsal rumah sakit.

b) Terapi kelompok

Terapi kelompok okusnya adalah dukungan serta

pengembangan keterampilan sosial (aktivitas sehari-hari) yang


33

member dampak, terutama yang berguna pada pasien dengan

sikap isolasi sosial juga berguna untuk menambah uji realita.

c) Terapi keluarga dengan terapi ini dapat mengurangi angka

relaps dan diberikan untuk anggota keluarga dengan gangguan

jiwa. Interaksi keluar yang berekspresi emosi tinggi dapat

dikurangi melalui terapi keluarga. Kelompok anggota keluarga

dengan ganguan jiwa dapat berdiskusi berbagai hal, terutama

pengalamannya.

d) Psikoterapi suportif meliputi nasehat, meyakinkan, mendidik,

mencontohkan dan uji realita. Tujuan terapi ini berguna untuk

meningkatkan penghayatan yang cocok untuk penderita

(Junaidi, 2014)

B. Penelitian Terkait

1. Dianty, dkk (2018) dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di Unit Rawat Jalan

Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu. Penelitian ini

menggunakan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh keluarga dan pasien Skizofrenia yang berkunjung ke Unit Rawat

Jalan Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Accidental

Sampling diperoleh sampel sebesar 42 orang. Hasil penelitian didapatkan:

42 orang terdapat 20 orang (47,6%) dengan dukungan keluarga buruk, atau


34

22 orang (52,4%) dengan dukungan baik, 42 orang pasien terdapat 18

orang (42,9%) dengan kepatuhan rendah, atau 13 orang (31,0%) dengan

kepatuhan tinggi, atau 11 orang (26,2%) dengan kepatuhan sedang. Ada

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat, dengan katagori sedang dengan nilai C = 0,435 dengan

approx sig (p) = 0,007 < 0,05.

2. Saputra, dkk (2019) hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

kontrol ulang pada pasien skizofrenia paranoid. Penelitian ini mengunakan

metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Dengan

menggunakan metode consecutive sampling pada keluarga pasien

Skizofrenia di poliklinik anak remaja RSJD Dr. Amino Gondohutomo

dengan jumlah sampel sebanyak 74 responden. Hubungan bivariat

dianalisis dengan mengunakan uji Fisher. Pasien skizofrenia paranoid

yang didukung oleh keluarga berjumlah 73 (98,6%) responden dan pasien

skizofrenia paranoid yang tidak didukung oleh keluarga berjumlah 1

(1,4%) responden, pasien skizofrenia paranoid yang patuh kontrol ulang

berjumlah 44 (59,5%) responden dan pasien skizofrenia paranoid yang

tidak patuh kontrol ulang berjumlah 30 (40,5%) reponden. Analisis

bivariat dengan uji fisher menunjukan p value sebesar 1,000. Tidak ada

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol ulang pada pasien

Skizofrenia Paranoid dipoliklinik anak remaja RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah


35

3. Ginting (2019) hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien di rumah. Penelitian ini merupakan penelitian analitik

dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dalam kepatuhan mengkonsumsi obat pada pasien skizoprenia di

poli klinik RSJ M. Ildrem, Adapun jumlah sampel penelitian ini sebanyak

66 sampel keluarga pasien skizoprenia. Instrumen penelitian ini berupa

kuesioner dan data rekam medis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik accidental sampling, dan purposive. Hasil

penelitian yang didapat dari tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat pada

pasien skizoprenia setiap dukungan keluarga berdasarkan emosional, patuh

9 responden (20%), yang tidak patuh 3 responden (7%),instrumental yang

patuh 1 responden (2,27%), yang tidak patuh 4 responden (9.0%),

informasi yang patuh 10 responden (23%), yang tidak patuh 7 responden

(16%), penghargaan 10 responden (22%) dan semuanya patuh.

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah uraian dari tinjauan teori yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti. Lebih dari itu dengan tinjauan teori ini

dimaksudkan agar peneliti dapat meletakan atau mengidentifikasi masalah

yang ingin diteliti itu dalam konteks ilmu pengetahuan yang sedang digeluti

(Notoatmodjo, 2014). Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
36

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Pasien dengan Ganguan


Jiwa

Penatalaksanaan

Non Farmakologi Farmakologi

Terapi yang diberikan meliputi:  Obat Prikotropika


1. Terapi kelompok  Anti depresan
2. Terapi keluarga
3. Terapi Perilaku
4. Psikoterapi

Terapi Keluarga diharapkan dapat


emningkatkan kepathan pasien
dalam mengkonsumsi obat. Faktor
yang mempengaruhi kepatuhan
minum obat
1. Individu
2. Keyakinan
3. Dukungan Keluarga
4. Dukungan Sosial
5. Dukungan Petugas

Dukungan Keluarga
a. Informasional
b. Penghargaan Kepatuhan Minum Obat
c. Intrumental
d. Emosional

Sumber: Dianty, dkk (2018), Ginting (2019), Nurhalimah (2017), Saputra, dkk
(2019), Friedman (2013).
37

Keterangan:
Bold : Variabel diteliti
Normal : Variabel tidak diteliti

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lain, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,

2014). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent

Dukungan Keluarga Kaptuhan Minum Obat

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

(Notoatmodjo, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur

Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu merupakan metode-metode

untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar

variabel. Variabel-variabel ini diukur biasanya dengan instrumen-instrumen

penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis

berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Notoatmodjo, 2014)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 15 Desember 2021 sampai 8

Januari 2022.

2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Adi Luhur

Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik, yaitu survei

atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara

fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek. Faktor efek adalah

38
39

suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu

fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (Notoatmodjo, 2014).

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian

cross sectional (potong lintang) adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin

time approach). Artinya, setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali

saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter subjek pada saat

penelitian (Notoatmodjo, 2014).

D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2014). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi

adalah seluruh keluarga pasien dengan ganguan jiwa yaitu sebanyak 31

responden.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2014). Jumlah sampel dalam penelitian adalah

seluruh keluarga pasien dengan ganguan jiwa yaitu sebanyak 31

responden.
40

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampel total sampling yaitu pengambilan sampel secara

keseluruhan dari jumlah populasi dan sampel yang ada.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu

atau suatu organisasi yang dapat diukur atau di observasi. Variabel dalam

penelitian ini meliputi variabel bebas (Independent) yaitu merupakan variabel

yang (mungkin) menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada outcome.

Kemudian terdapat variabel terikat (dependent) yaitu merupakan variabel yang

bergantung pada variabel bebas. Variabel terikat ini merupakan outcome atau

hasil dari pengaruh variabel bebas (Notoatmodjo, 2014). Dalam penelitian ini

variabel bebas (independent) yaitu dukungan keluarga kemudian variabel

terikat (dependent) yaitu kepatuhan minum obat

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan,

(Notoatmodjo, 2014). Definisi opersional bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat ukur:


41

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil ukur Skala


Operasional ukur ukur
Dependent
Ke Rutinitas obat Kueisoner Me 0= Rendah (skore Ordinal
pat sesuai anjuran ngis <20)
uh minum, cara i
an minum dan Kue 1 = Sedang
Mi jumlah yang telah sion (skore 20-23)
nu ditetapkan dokter er
m 2 = Tinggi (skore
Ob 24-25)
at
Independent
Dukungan Sikap dan Kuesioner Mengisi 0 = kurang baik Ordinal
Kelaurga Tindakan dalam Kuesioner (jika sokre
mendampingi <mean/55)
keluarga pada
masa proses 1 = baik (jika
penyembuhan skore ≥mean/55)
Kesehatan

G. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kuesioner,

data yang diambil adalah data primer yaitu langsung didapat ke responden.

Kuesioner kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner Medication

Adherence Report Scale (MARS) terdiri dari 5 pertanyaan yang dapat

menggambarkan tingkat kepatuhan minum obat pasien menjadi tingkat

kepatuhan tinggi, tingkat kepatuhan sedang, dan tingkat kepatuhan rendah.

Uji validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan uji korelasi

Pearson Product Moment dengan nilai R hitung lebih besar dari R tabel
42

(N=25, R tabel =0,396). Uji reliabilitas kuesioner pada penelitian ini

menggunakan uji Cronbach alpha coefficient dengan nilai Cronbach

alpha coefficient di atas 0,6. Pilihan jawaban untuk setiap pernyataan skala

kuesioner MARS-5 tersedia dalam bentuk skala dengan rentang nilai

antara 1 – 5 yang memiliki interpretasi sebagai berikut: nilai 1 = tidak

pernah, 2 = jarang, 3 = kadang – kadang, 4 = sering, dan 5 = selalu

Sedangkan untuk kuesioner dukungan keluarga peneliti mengadopsi

dari hasil penelitian Samudra (2018). Kuesioner tersebut berisi 20

pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan tentang dukungan keluarga

informasional, dukungan keluarga instrumental dan dukungan keluarga

emosional telah dilakukan uji validitas dengan nilai r-hitung >0,514

sehingga dinyatakan valid 20 soal tersebut.

2. Proses Penelitian

a. Meminta surat izin pre survey dari Universitas Aisyah Pringsewu

Lampung

b. Meminta balasan izin pre survey dari Puskesmas Adi Luhur

c. Mengkaji masalah yang terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Adi

Luhur kepada pasien dengan gangguan jiwa

d. Proposal disetujui dan dilanjutkan proses untuk penelitian

e. Meminta surat izin penelitian dari Universitas Aisyah Pringsewu

f. Menerima balasan penelitian dari Puskesmas Adi Luhur


43

g. Menentukan sasaran sampel yang telah ditetapkan pada rumusan

sampel dimana sampel yang diambil adalah 31 responden (keluarga

pasien dengan gangguan jiwa)

h. Melakukan penelitian dengan melakukan kunjungan rumah (door to

door)

i. Penelitian menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan

masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menghindari kerumunan

j. Peneliti menggunakan enumerator untuk membantu pada ppenelitian

ini (enumerator telah diajarkan bagaimana cara pegisian kuesioner dan

prosedur penelitian yang akan dilakukan)

k. Menjelaskan proses penelitian kepada responden

l. Memberikan infomed consent penelitian

m. Membagikan kuesioner penelitian

n. Menjelaskan cara pengisian kuesioner

o. Menarik hasil Kembali kuesioner jika sudah di isi oleh responden

p. Melakukan penilaian kuesioner

q. Pengolahan data dan rekapitulasi data penelitian serta analisis hasil

penelitian

H. Pengolahan Data

Menurut Siregar (2015) Setelah data dikumpulkan, data kemudian diolah

dengan tahap – tahap sebagai berikut:


44

1. Editing

Melakukan pengecekan atau pemeriksaan data yang telah berhasil

dikumpulkan dari lapangan, serta mengkoreksi kesalahan-kesalahan dan

kekurangan data yang terdapat pada catatan lapangan.

2. Coding

Memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk kategori

yang sama. Kode adalah isyarat yang digunakan meliputi; variable

dukungan keluarga kode 0 = kurang baik dan kode 1 = baik. Variabel

Kepatuhan minum obat kod 0 = Rendah (skore <20), kode 1 = Sedang

(skore 20-23) dank ode 2 = Tinggi (skore 24-25)

3. Tabulasi

Menempatkan data kedalam bentuk tabel yang telah diberi kode sesuai

dengan codding.

4. Processing

Memproses data dengan dianalisis, dimana pemrosesan data dilakukan

dengan mengolah data secara komputerisasi menggunakan program SPSS

versi 20

5. Cleaning

Mengecek data yang sudah dimasukkan.


45

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan dalam menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian dan dimaksudkan untuk mengetahui

distribusi frekuensi atau besarnya proposi menurut variabel yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014) dengan rumus :

f
p= x 100 %
n
Keterangan:

P = Prosentase

f = Jumlah frekuensi

n = Jumlah sampel (responden)

100% = Kostanta

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel maka dalam penelitian ini digunakan uji gamma dengan

menggunakan program SPSS. Hasil pengolahatan data dengan uji Gamma

didapatkan p-value 0,041 (<0.05) yang berarti ada hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan

jiwa dengan

Pembacaan hasil analisis bivariate menggunakan Cofident inteval (CI)

95 % dan Alpha (α) 0.05 sehingga bila p value < 0.05 Ho ditolak. Artinya

secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel


46

dan bila p value > 0.05 maka Ho diterima, artinya secara statistik tidak ada

hubungan yang signifikan antara kedua variabel (Notoatmodjo, 2014).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Adi Luhur merupakan Puskesmas induk di Kebupaten

Mesuji.Puskesmas Adi Luhur beralamat di Jl. Poros Adi luhur kecamatan

Panca Jaya Kabupaten Mesuji. Adapun Visi, Misi, Moto dan pelayanan di

puskesmas Adi Luhur meliputi :

1. Visi

‘Terwujudnya masyarakat Panca Jaya yang sehat”

2. Misi

a. Melindungi kesejahteraan di Wilayah puskesmas kerja Adi Luhur

dengan menjamin upaya kesehatan masyarakat yang bermutu, adil dan

merata

b. Menjamin ketersediaan dan pemerataan Tenaga Kesehatan di Wilayah

Kerja Puskesmas Adi Luhur

c. Menciptakan tata Kelola pelayanan Kesehatan yang baik dan

berkualitas di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur

d. Meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja

Puskesmas Adi Luhur melalui pemberdayaan masyarakat dan

melibatkan pihak swasta

3. Motto

“ Kesehatan Anda Adalah Prioritas Kami”

47
48

4. Pelayanan Puskesmas

a. Poliklinik umum

b. Poliklinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan Keluarga Berencana

(KB)

c. Poliklinik Gizi

d. Konsultasi Gizi dan Sanitasi

e. Pelayanan Labolatorium

f. Pelayanan Farmasi

g. Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam

h. Rawat Inap

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian

a. Kapatuhan Minum Obat

Hasil kategori kepatuhan minum obat pada pasien dengan

gangguan jiwa dibedakan menjadi rendah, sedang dan tinggi, diperoleh

hasil distribusi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa
di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten
Mesuji tahun 2021

Kepatuhan Minum Obat N %


Rendah 7 22.6
Sedang 19 61.3
Tinggi 5 16.1
Total 31 38.7
49

Hasil tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa dari 31 responden

didapatkan 7 (22,6%) responden dengan kepatuhan minum obat

rendah, 19 (61,3%) responden dengan kpatuhan minum obat sedang,

dan 5 (16,1%) responden dengan kepatuhan minum obat tinggi. Dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden dengan kepatuhan

minum obat sedang.

b. Dukungan Keluarga

Hasil kategori dukungan keluarga pada pasien dengan gangguan

jiwa dibedakan menjadi kurang baik dan baik, diperoleh hasil

distribusi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien dengan gangguan jiwa di
Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten
Mesuji tahun 2021

Dukungan Keluarga N %
Kurang Baik 11 35.5
Baik 20 64.5
Total 31 100.0

Hasil tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa dari 31 responden

didapatkan 11 (35,5%) dengan dukungan keluarga kurang baik dan 20

(64,5%) dengan dukungan keluarga baik. Dapat disimpulkan bahwa

Sebagian besar responden dengan dukungan keluarga baik.

2. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien dengan


50

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca

Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3
Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien dengan
gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya
Kabupaten Mesuji tahun 2021

Dukungan Keluarga
Kurang P-
Kepatuhan Minum Obat Baik Total
Baik value
N % N % N %
Rendah 5 71.4 2 28.6 7 100.0

Sedang 5 26.3 14 73.7 19 100.0


0.041
Tinggi 1 20.0 4 80.0 5 100.0
Jumlah 11 35.5 20 64.5 31 100.0

Hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien dengan gangguan jiwa, diperoleh responden dengan

kepatuhan minum obat rendah sebanyak 7, yang dengan dukungan

keluarga kurang baik sebesar 5 (71,4%) dan yang dengan dukungan

keluarga baik sebesar 2 (28,6%) sedangkan responden dengan kepatuhan

minum obat sedang sebanyak 19, yang dengan dukungan keluarga bai

sebesar 5 (26,3%), dan yang dengan dukungan keluarga baik sebesar 14

(73,7%), kemudian untuk responden dengan kepatuhan minum obat tinggi

sebanyak 5, yang dengan dukungan keluarga kurang baik sebesar 1 (20%)

dan yang dengan dukungan keluarga baik sebesar 4 (80%). Hasil analisa

menggunakan uji statistic gamma didapat p-value 0,041 (p <0,05) hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa


51

C. Pembahasan

1. Analisi Univariat

a. Kepatuhan Minum Obat

Hasil pengolahan data dapat dijelaskan bahwa dari 31 responden

didapatkan 7 (22,6%) responden dengan kepatuhan minum obat

rendah, 19 (61,3%) responden dengan kepatuhan minum obat sedang,

dan 5 (16,1%) responden dengan kepatuhan minum obat tinggi. Dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden dengan kepatuhan

minum obat sedang.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2019)

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien di rumah. Hasil penelitian yang didapat dari tingkat kepatuhan

mengkonsumsi obat pada pasien skizoprenia setiap dukungan keluarga

berdasarkan emosional, patuh 9 responden (20%), yang tidak patuh 3

responden (7%).

Didukung dengan hasil penelitian Dianty, dkk (2018) dengan judul

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus Jiwa

Soeprapto Provinsi Bengkulu. Hasil penelitian didapatkan: 42 orang

terdapat 18 orang (42,9%) dengan kepatuhan rendah, atau 13 orang

(31,0%) dengan kepatuhan tinggi, atau 11 orang (26,2%) dengan

kepatuhan sedang
52

Serta sejalan dengan hasil penelitian Saputra, dkk (2019) hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol ulang pada pasien

skizofrenia paranoidHubungan bivariat dianalisis dengan mengunakan

uji Fisher didapatkan pasien skizofrenia paranoid yang patuh kontrol

ulang berjumlah 44 (59,5%) responden dan pasien skizofrenia

paranoid yang tidak patuh kontrol ulang berjumlah 30 (40,5%)

reponden.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kepatuhan

minum obat dari pasien gangguan jiwa tidak lepas dari peranan penting

dari keluarga. Walaupun gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang

tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan terapi

kepatuhan obat. Hal ini berarti dengan pengobatan yang teratur dan

dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang sekitar klien, besar

kemungkinan klien dapat bersosialisai dan memiliki aktivitas seperti

orang normal, dengan demikian maka prevalansi kekambuhan pasien

dapat berkurang ataupun pasien tidak akan kambuh karena proses

pengobatan pasien dilakukan sesuai denga anjuran dan petunjuk

dokter,segingga kepatuhan pasien minum obat baik (Junaidi, 2014).

Menurut Friedman (2013) menjelaskan bahwa dukungan memiliki

beberapa jenis antara lain: dukungan informasional adalah berfungsi

sebagai pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang

pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini


53

adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Dukungan penilaian adalah bertindak membimbing dan menengahi

pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota

keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian

Dukungan keluarga Instrumental yang berhubungan baik karena

keluarga selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang

sedang dirasakan pasien, keluarga menyadari bahwa pasien sangat

membutuhkan dukungan keluarga dengan penuh kasih sayang

selayaknya orang normal serta dukungan emosional adalah sebagai

tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan terhadap emosi.

Menurut asumsi peneliti pada dari hasil penelitian ini sebgaian

besar responden dengan kepatuhan minum obat sedang hal ini dapat

dikarenakan kurangnya dorongan dan dukungan baik dari diri sendri

maupun dari lingkungan/keluarga. Kemauan pasien dnegan gangguan

jiwa yang sepenuhnya belum bias dikontrol membuat rutinitas minum

obat sehingga tidak sampai putus obat perlu dilakukan pengawasan,

apabila penagawasan kurang maksimal yang didorong dari keluarga

tidak berada didekat pasien maka kepatuhan minum obat akan

berjenjang dalam sehari-hari sehingga mengakibatkan kepathan minum

obat dengan kategori sedang. Didukung dari teori yang telah

dikemukanan dukungan keluarga memiliki andil dalam kepatuhan

minum obat pada paisen. Sedangkan hasil penelitian pada responden


54

yang dengan kepatuhan minum obat rendah dikarenakan responden

sudah mulai bosan karena sudah terlalu lama meminum obat.

b. Dukungan Keluarga

Hasil pengolahan data dukungan keluarga pada pasien dengan

gangguan jiwa dari 31 responden didapatkan 11 (35,5%) dengan

dukungan keluarga kurang baik dan 20 (64,5%) dengan dukungan

keluarga baik.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2019)

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien di rumah. Hasil penelitian yang didapat dari tingkat kepatuhan

mengkonsumsi obat pada pasien skizoprenia setiap dukungan keluarga

berdasarkan emosional, patuh 9 responden (20%), yang tidak patuh 3

responden (7%), instrumental yang patuh 1 responden (2,27%), yang

tidak patuh 4 responden (9.0%), informasi yang patuh 10 responden

(23%).

Didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dianty, dkk (2018)

dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus

Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu. Hasil penelitian didapatkan dari 42

orang terdapat 20 orang (47,6%) dengan dukungan keluarga sedang

dan 22 orang (52,4%) dengan dukungan baik.

Serta sejalan dengan hasil penelitian Saputra, dkk (2019) hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol ulang pada pasien


55

skizofrenia paranoid. Hasil penelitian menunjukan pasien skizofrenia

paranoid yang didukung oleh keluarga berjumlah 73 (98,6%)

responden dan pasien skizofrenia paranoid yang tidak didukung oleh

keluarga berjumlah 1 (1,4%) responden.

Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan tentang dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap penderita

yang sakit. Keluarga juga befungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan

bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan

informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan

dukungan emosional (Adianta, 2017).

Friedman (2013) menjelaskan bahwa dukungan memiliki beberapa

jenis antara lain: dukungan informasional keluarga dapat memberikan

informasi dengan mengingatkan waktu minum obat serta menyiapkan

obat yang akan diminum. Dukungan penilaian keluarga dapat

memberikan support kepa pasien untuk tetap bersemangat. Dukungan

keluarga Instrumental keluarga dapat memfasilitasi/mengantarkan

proses pengambiilan obat yang rutin dikonsumsi oleh pasien serta

dukungan emosional adalah sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi.
56

Menurut asumsi peneliti dukungan keluarga sangat berhubungan

dengan kepatuhan minum obat pasien, semakin besar dukungan

keluarga yang diberikan pada pasien dengan ganguan jiwa.

Berdasarkan teori salah satu fakor yang me.micu kepatuhan minum

obat adalah dari dukungan keluarga, maka semakin besar pula

kepatuhan pasien dalam menaati prosedur dan terapi. Sebaliknya

semakin kecil dukungan maka akan berdampak terhadap

ketidakpatuhan pasien dalam minum obat. Dalam lingkup penelitian

ini mayoritas dukungan keluarga kategori baik, keluarga tetap

memberikan motivasi dan mengawasi proses minum obat, namun

basic pasien yang tinggal tidak serumah juga mendorong dari

kepatuhan minum obat pasien itu sendiri.

2. Analisis Bivariat

Hasil analisis menggunakan uji statistic didapatkan hasil terdapat

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

dengan gangguan jiwa dengan p-value 0,041 (<0.05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pelealu (2018)

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat. Hasil uji

statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05 ) diperoleh

hasil p value 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan dukungan keluarga
57

dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di rumah sakit Prof. Dr.

V. L. Ratumbuysang provinsi Sulawesi Utara.

Sejalan dengan hasil penelitian Ginting (2019) hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien di rumah. Hasil

penelitian didapatkan p-value <0.05 (0.001) yang berarti ada hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien di rumah.

Didikung dengan hasil penelitian Dianty, dkk (2018) dengan judul

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto

Provinsi Bengkulu. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat,

dengan katagori sedang dengan nilai C = 0,435 dengan approx sig (p) =

0,007 < 0,05.

Hal ini sejalan dengan toeri yang menyatakan bahwa dukungan

keluarga merupakan salah satu dukungan sosial yang terdapat

dimasyarakat dimana dukungan ini ialah suatu proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosialnya. Keluarga perlu memberikan

dukungan yang merupakan suatu persepsi mengenai bantuan berupa

perhatian, penghargaan, informasi, nasehat maupun materi yang diterima

pasien Skizofrenia pasca perawatan dari anggota keluarga lainnya dalam

rangka menjalankan fungsi atau tugas yang terdapat didalam sebuah

keluarga. Dukungan keluarga yang dapat diberikan pada pasien yaitu

dukungan emosional (memberikan kenyamanan), dukungan informasional


58

(memberikan informasi), dukungan instrumental (memfasilitasi

kebutuhan) dan dukungan penilaian (sumber dan validatoridentitas)

(Dianty, dkk. 2018).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap

penderita yang sakit. Keluarga juga befungsi sebagai sistem pendukung

bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan

jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasi,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional

(Adianta, dkk. 2017).

Friedman (2013) menjelaskan bahwa dukungan memiliki beberapa

jenis antara lain: dukungan informasional keluarga dapat memberikan

informasi dengan mengingatkan waktu minum obat serta menyiapkan obat

yang akan diminum. Dukungan penilaian keluarga dapat memberikan

support kepa pasien untuk tetap bersemangat. Dukungan keluarga

Instrumental keluarga dapat memfasilitasi/mengantarkan proses

pengambiilan obat yang rutin dikonsumsi oleh pasien serta dukungan

emosional adalah sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi

Kepatuhan minum obat tidak menyembuhkan dan tidak mengurangi

kekambuhan 100%, kepatuhan minum obat hanya mengurangi saja

kekambuhan dan rehospitalisasi pasien skizofrenia Pasien ganguan jiwa

setiap saat bisa mengalami episode psikotik dalam artian berperilaku


59

kacau. Saat episode psikotik ini berlangsung maka pasien dengan

sendirinya tidak bisa menunjukkan perilaku taat mengikuti regimen terapi

dan mengganggap dirinya tidak sakit (Palealu, dkk. 2018).

Menurut asumsi peneliti responden dengan dukungan keluarga kurang

baik dengan kepatuhan rendah jelas dikarenakan tidak ada yang

memberikan support serta perhatian untuk patuh mengkonsumsi obat,

kemudian pada kepatuhan sedang dan tinggi namun keluarga dukungan

kurang baik dapat ditunjang dari tingkat kesembuhan pasien yang sudah

mulai meningkat sehingga pasien sadar pentingnya minum obat karena

ingin pulih Kembali.

Berdasarkan teori dukungan keluarga merupakan salah satu pemicu

atau dorongan dalam kesembuhan pasien, dukungan diberikan dalam

berbagai bentuk baik informasi, instrumental, penghargaan maupun

emosional. Dukungan tersebut dapat meningkatkan kesembuahn pasien

ganguan jiwa. Hasil dari dukungan tersebut meningkatkan kesembuhan

pasien, hal ini membuktikan dukungan keluarga yang diberikan sudah

baik, sehingga dapat meningkatkan efektivitas kesembuhan pasien.

Keluarga mendukung namun tidak bisa sepenuhnya mengawasi karena

tidak tinggal serumah dan sesekali harus bergantian dengan keluarga

lainnya sehingga proses pemantauannya kurang maximal. Hal ini

menunjukan dukungan keluarga kurang baik dan proses penyembuhan

akan menurun dan bahkan tidak berhasil, gejala ganguan jiwa belum

berkurang dan beberapa pasien ganguan jiwa harus di rawat di RS


60

Kembali. Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien, namun ada

beberapa yang tidak tinggal serumah dan pasien tinggal dirumah

bersebelahan. Ada juga keluarga yang membantu urus kebutuhan pasien

adalah keluarga sambung dimana pasien merupakan saudara angkat.

Namun meskipun demikian pasien dan keluarga telah diberikan

pembinaan oleh puskesmas tentang proses menjalani pengobatan.

Jika ditinjau Kembali dari hasil penelitian dominan kemauan sembuh

dari pasien yang diberikan dukungan keluarga memiliki peran besar untuk

pasien patuh minum obat. Dukungan keluarga baik namun kapatuhan

minum obat rendah dapat dikarenakan pasien tidak kooperatif ketika

diajak minum obat sehingga banyak obat yang waktunya terlewat. Upaya

dalam meningkatkan kepatuhan minum obat sangat didominasi oleh

keluarga, karena keluarga merupakan titik penting untuk memberikan

support kepada pasien

.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa dari 31

responden didapatkan 7 (22,6%) responden dengan kepatuhan minum obat

rendah, 19 (61,3%) responden dengan kpatuhan minum obat sedang, dan 5

(16,1%) responden dengan kepatuhan minum obat tinggi

2. Dukungan keluarga pada pasien dengan gangguan jiwa dari 31 responden

didapatkan 11 (35,5%) dengan dukungan keluarga kurang baik dan 20

(64,5%) dengan dukungan keluarga baik.

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien dengan gangguan jiwa dengan p-value 0,041 (<0.05).

B. Saran

a. Bagi Keluarga

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan keperdulian kepada

pasien agar pasien dapat patuh dan sesuai dalam mengkonsumsi obat guna

meningkatkan taraf kesembuhan pasien dengan gangguan jiwa.

b. Bagi Puskesmas Adi Luhur

Diharapkan hasil penelitian ini puskesmas dapat melakukan penyuluhan

utama kepada keluarga pasien dengan gangguan jiwa agar meningkatkan

dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan

61
62

jiwa. Puskesmas melakukan pengontrolan rutin kepada keluarga dengan

pasien gangguan jiwa dalam memperhatikan pola konsumsi obat dan

selalu melakukan pembinaan agar keluarga senantiasa mendukung

kesembuhan pasien

c. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber kepustakaan di

Universitas Aisyah Pringsewu sebagai wacana kepustakaan baru mengenai

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

dengan gangguan jiwa

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data awal untuk melakukan

penelitian selanjutnya tentang hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa dengan

menambah variabel lain dan dengan menggunakan metodelogi penelitian

yang berbeda seperti ekperimen dengan memberikan edukasi atau

pendidikan Kesehatan tentang pentingnya dukungan keluarga dan jumlah

sampel yang lebih banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Adianta. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017

Alfian, dkk. (2017). Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Medication


Adherence Report Scale (MARS). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 176-183

Arikunto. (2012), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta;


Jakarta.

Dianty, dkk. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum


Obat pada Pasien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus
Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu. Diakses tanggal 17 September 2021

Ginting. (2019). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat


pada pasien di di poliklinik RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Medan. Jurnal
Ilmiah PANNMED Vol. 14No.1 Mei - Agustus 2019

Hamdani. (2017). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien


Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin. Skripsi Keperawatan
Jiwa

Friedman. (2013). Asuhan Keperawatan Fundamental. EGC; Jakarta

Junaidi. (2014). Cara Mengetahui Penyimpangan Jiwa Dan Perilaku Tidak


Normal Lainya. Yogyakarta

Karmila, (2016). Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada


Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru. Dunia
Keperawatan, Volume 4, Nomor 2, September 2016: 88-9

Kemenkes RI. (2018). Pusat Informasi dan Data Situasi Kesehatan Jiwa di
Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta

Notoatmodjo, (2014) Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi) ; Rineka


Cipta, Jakarta

Nurhaliman. (2016). Keperawatan Jiwa. Pusdik SDM Kesehatan; Jakarta

Palealu, dkk. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum


Obat Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. V. L.
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. e-journal Keperawatan (e-Kp)
Volume 6 Nomor 1, Mei 2018
Profil Kesehatan Lampung, (2018). Data perawatan pasien ganguan jiwa di
Rumah Sakit Jiwa rovinsi Lampung. Kesehatan Jiwa. Di Peroleh Tanggal
12 Agustus 2021

Puspitasari. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Orang Dengan


Gangguan Jiwa Di ruang Bratasena RSMM Bogor. Jurnal Perawat
Indonesia, Volume 1No 2, Hal58-62, November 2017

Profil Kesehatan RI. (2020). Cakupan Pasien Ganguan Jiwa. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta

Riskesdas, (2018). Data pasien dengan ganguan jiwa di indonesia. Data Dan
Informasi kementrian Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta

Samudrra. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian perawatan


diri pasien dengan skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Skripsi Program Studi Keperawatan Jiwa

Saputra, dkk. (2019). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol


ulang pada pasien Skizofrenia Paranoid di poliklinik anak remaja RSJD
Dr. Amino Gondohutomo. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1,
Hal 21 - 26, p-ISSN 2715-6443

Sari, (2018). Hubungan dukungan keluarga dan dukungan tenaga Kesehatan


dengan kepatuhan minum obat penderita skizzonfrenia di Puskesmas Oro-
Oro Ombo Kota Madiun. Jurnal Health Sains Vol. 1 No. 5

Siregar. (2015). Statistik Parametric Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta; Bumi


Aksara

WHO. (2019). Cakupan ganguan jiwa di dunia. www.who.int diakes tanggal 10


AGustus 2021
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

KepadaYth,
CalonResponden
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu, yang sedang
melakukan penelitaian tentang “hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi
Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021”

Nama : Suryadi
NPM : 200101103P

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara


dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa dan
penelitian ini tidak untuk melukai atau menyakiti.
Hasil penelitian ini akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian serta bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Atas
kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Suryadi
NPM. 200101103P
LEMBAR INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan Responden)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat:

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang manfaat


penelitian yang berjudul “hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luhur
Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji tahun 2021”, saya menyatakan
(bersedia/tidak bersedia*) diikutsertakan dalam penelitian ini.

Saya percaya yang saya sampaikan ini dijamin kebenarannya.

Adi Luhur, 2021


Responden

( )

Keterangan :
(*) coret yang tidak perlu
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ADI LUHUR
KECAMATAN PANCA JAYA KABUPATEN
MESUJI TAHUN 2021

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :

B. Kuesioner Dukungan Kelurga


a. Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada
tempat yang disediakan.
b. Semua pernyataan di isi dengan satu jawaban.
c. Keterangan
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah

No Pertanyaan SL SR KD TP
Dukungan Penilaian
1 Keluarga membimbing penderita agar
tetap menjaga Kesehatan
2 Keluarga menunjukan bahwa kita
sebaggai keluarga terdekat perduli
terhadap penderita
3 Keluarga menghormati setiap
keputusan yang diungkapkan oleh
penderita
4 Keluarga menyarankan penderita agar
tetap menjalin hubungan social dengan
orang lain
5 Keluarga mengamati perilaku
penderita ketika terdapat kemajuan
dalam perawatan diri
Dukungan Informasional
6 Keluarga senantiasa memberikan
informasi perawatan diri yang benar
7 Keluarga menyarankan penderita
untuk rutin kontrol atau berobat ke
pelayanan Kesehatan terdekat
8 Keluarga mengingatkan hal-hal yang
harus di hindari
9 Keluarga mengingatkan penderia
untuk tetap menjaga Kesehatan
10 Keluarga mencari informasi tentang
masalah Kesehatan yang dialami oleh
penderita
Dukungan Instrumental
11 Keluarga memberi fasilitas (alat
mandi, makan) yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dalam
proses perawatan
12 Keluarga meluangkan waktu untuk
menemani penderita agar tetap
menjaga kesehatannya
13 Keluarga menyediakan transportasi
untuk mempermudah dalam perawatan
Kesehatan
14 Keluarga memberikan uang kepada
penderita
15 Keluarga mengantar kemana penderita
akan pergi
Dukungan Emosional
16 Keluarga senantiasa memberikan
pujian yang positif bagi penderita
17 Keluarga memberikan perhatian
dengan menciptakan suasana
lingkungan ramah yang aman
18 Keluarga memberikan kepercayaan
kepada penderita dalam proses
perawatan
19 Keluarga mendengarkan curhatan hati
penderita ketika bersedih
20 Keluarga memberikan kasih saying
kepada penderita ketika sedih

C. Kuesioner Kepatuhan minum obat


a. Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada
tempat yang disediakan.
b. Semua pernyataan di isi dengan satu jawaban.
c. Keterangan
a) Nilai 1 = Tidak Pernah (TP)
b) Nilai 2 = Jarang (JR)
c) Nilai 3 = Kadang – Kadang (KD)
d) Nilai 4 = Sering (SR)
e) Nilai 5 = Selalu (SL)

No Pertanyaan TP JR KD SR SL
1 Saya lupa minum obat
2 Saya mengubah dosis minum obat
3 Saya berhenti minum obat
sementara
4 Saya memutuskan untuk minum
obat dengan dosis lebih kecil
5 Saya minum obat kurang dari
petunjuk sebenarnya
HASIL UJI VALIDITAS

1. Kuesioner MARS

2. Kuesioner Dukungan Keluarga


OUTPUT SPSS

Frequency Table
Kepatuhan_Minum_Obat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Rendah 7 22.6 22.6 22.6

Sedang 19 61.3 61.3 83.9


Valid
Tinggi 5 16.1 16.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

Dukungan_Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang Baik 11 35.5 35.5 35.5

Valid Baik 20 64.5 64.5 100.0

Total 31 100.0 100.0

Statistics
Nilai_Dukungan_Keluarga

Valid 31
N
Missing 0
Mean 54.97
Median 55.00

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kepatuhan_Minum_Obat *
31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
Dukungan_Keluarga

Kepatuhan_Minum_Obat * Dukungan_Keluarga Crosstabulation


Dukungan_Keluarga Total

Kurang Baik Baik

Count 5 2 7

Expected Count 2.5 4.5 7.0


Rendah
% within
71.4% 28.6% 100.0%
Kepatuhan_Minum_Obat

Count 5 14 19

Kepatuhan_Minum_Oba Expected Count 6.7 12.3 19.0


Sedang
t % within
26.3% 73.7% 100.0%
Kepatuhan_Minum_Obat

Count 1 4 5

Expected Count 1.8 3.2 5.0


Tinggi
% within
20.0% 80.0% 100.0%
Kepatuhan_Minum_Obat
Count 11 20 31

Expected Count 11.0 20.0 31.0


Total
% within
35.5% 64.5% 100.0%
Kepatuhan_Minum_Obat

Directional Measures

Value Asymp. Std. Approx. Approx.


Error a
T b
Sig.
Symmetric .348 .161 2.048 .041

Kepatuhan_Minum_O
Ordinal by Somers' .382 .182 2.048 .041
bat Dependent
Ordinal d
Dukungan_Keluarga
.319 .149 2.048 .041
Dependent

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.


Error a

Ordinal by Ordinal Gamma .618 .251 2.048 .041


N of Valid Cases 31

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

KARTU BIMBINGAN
Nama Mahasiswa : Suryadi
NPM : 210102130P
Pembimbing : Ardinata, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Judul Skripsi : hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada pasien jiwa diwilayah kerja Puskesmas
Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji
tahun
2021

No Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Paraf

1 2 AGustus Konsul Judul


2021

2 16 Agustus - ACC Judul


2021

3 10 Oktober - Konsul Proposal BAB I – III


2021

4 15 Oktober - Lengkapi teori nonfarmakologi dna


2021 farmakologi
- Tambahkan dukungan keluarga
- Bahas kepatuhan lebih detail
- Teori minimal 7 tahun terakhir
- Bahas skizofren dna jenis-jenisnya
- Jelaskan hasil dukungan keluarga yang
baik dna tidak baik
- Tujuan untuk dihilangkan
- Hasil survey 15 orang
- Data ganguan jiwa dilengkapi
- Latar belakang focus ke masalah kepatuhan

5 22 Oktober - Bahas dukungan keluarga baru teori


2021 keluarga
- Lengkapi lagi teori dukungan keluarga
- Gangguan jiwa ganti skizofrenia
- Spesifik dukungan keluarga yang seperti
apa?
- Pembeda dari penelitian sebelumnya
- Dampak dukungan keluarga rendah
- Masukan penyebab kekambuhan yg salah
satunya dukungan keluarga, baru bahas
dukungan keluarga
6 03 November - Tambah etika penelitian
2021 - Rancangan penelitian dibuat berurutan
- Definisi di DO dibuat kesimpulan dari teori
- Kriteria sampel dibuat lebih ketat
- Hipotesis dimasukan satu saja
- Pengambilan sampel menggunakan total
sampling
- Tambah faktor predisposisi dan presipitasi
- Tambah jurnal yang hampir sama
- Tambah dampak dan penyebab ketidak
patuhan

7 11 November - Ganti uji bivariat yang lain (tambahkan


2021 syarat chu square)
- Tambah teori gangguan jiwa ringan dan
berat
- Perbaiki penulisan krangka teori
- Tamba teori yang lebih banyak
- Tambah penyebab ketidak patuhan minum
obat
- Tambah abstrak Bahasa Indonesia dan
inggris

8 20 November - Penulisan sesuaikan dengan buku panduan


2021 terutama margin
- Cek penulisan typo kalimat
- BAB I tambahkan kepatuhan minum obat
- BAB II bagian kerangka teori di perbaiki
panahnya
- BAB III perbaiki hasil ukur pada DO
- BAB III instrument kepatuhan minum obat
menggunakan MARS-5
- Tambahkan hasil uji validitas dan reabilitas
- Tambahkan proses penelitian
- Ganti kuesioner kepatuhan minum obat
- ACC Ujian Proposal
9 8 Desember - ACC Penelitian
2021

10 11 Januari - Konsul Skripsi


2022

11 15 Januari - Perbaikan
2022 - Judul hilangkan tahunnya
- BAB I perbaiki kata hubung dan sambung
di awal kalimat
- BAB III tambahkan hasil bivariat dan
interpretasinya
- BAB IV profil puskesmas tambahkan,
- Pada hasil univariat kepatuhan minum obat
tampilkan 2 saja yaitu tinggi dan rendah
(sesuaikan pada hasil selanjutnya)
- Interpretasi pada hasil bivariat buat Bahasa
yang mudah dipahami.
- Pembahasan ditulis hasil, teori, penelitian
sebelumnya dan asumsi (sesuaikan semua
varibael).

12 - Perbaiki Abstrak Ingris


- Rapihkan penulisa
- Kesimpulan dijabarkan berdasarkan
temuan dan teori
MATRIX PERBAIKAN UJIAN PROPOSAL

Nama : SURYADI
NPM : 200101103P

PERBAIKAN Ardinata, S.Kep.,Ner.,M.Kep Wisnu Probo Wijayanto, Feri Kameliawati,


S.Kep.,Ners.,MAN S.Kep.,Ners.,M.Kep
Judul - Pada judul tambahkan pasien - Hubungan dukungan - Lembar persetujuan
ganguan jiwa keluarga dengan kepatuhan tambahkan ka prodi
minum obat pada pasien - Kata pengantar S.iT pada ibu
ganguan jiwa Sukarni

BAB I - Latar belakang sesuaikan - Skizofrenia hapus - Latar belakang hampir sama
- Latar belakang tambahkan data kerucut, dukungan
ganguan jiwa keluarga minimalkan bahasa
teori di bab 1
- Dampak pasien tidak minum
obat
- Dampak kelurga tidak
mendukung
- Penelitian terkait di bab 1
cukup 1 saja
- Kata pembeda penelitian saya
dan sebelumnya (hapus)

BAB II - Jenis ganguan jiwa ringan - Tambahkan kepatuhan - Bab 2 fokus teori masalah
sedang berat dijabarkan dan beri minum obat pasien ganguan yang diangkat
contohnya jiwa
- Bab 2 dipengertian ganguan - Variabel dukungan keluarga
jiwa lebih spesifik punya 4 domain di telaah satu
- Dukungan kelurga diperjelas persatu
dikonsep - Referensi kerangka teori
- Typo penulisan
- Hipotesis Ha&H0

BAB III - Waktu pengambilan sampel - Teknik sampel total sampling - Kaji Kembali uji yang
disarankan enumerator - Hilangkan kriteria sampling digunakan
- DO dipelajari tentang skala
ukur (ordinal dengan nominal
pakai chi square)

Lampiran - - Daftar pustaka dilihat cara


penulisan nya
- Kuesioner kepatuhan minum
obat menyarankan 6 benar cara
minum obat

Anda mungkin juga menyukai