Anda di halaman 1dari 108

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA GUNUNGLARANG


KECAMATAN BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Disusun Oleh:
DANDY ANDIKA FAJAR GUMILAR
CKR0170007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA GUNUNGLARANG
KECAMATAN BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2022

Diajukan Oleh:

Dandy Andika Fajar Gumilar

CKR0170007

Kuningan, Agustus 2022


Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Asmadi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom Ns. Ronny Suhada, S.Kep., M.Kep
NIP. 197508142005011002 NIK. 841228.201003.034

i
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA GUNUNGLARANG
KECAMATAN BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2022

Skripsi ini telah diujikan oleh Tim Penguji


Program Studi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
Pada Agustus 2022

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. Lia Mulyati, S.Kep., M. Kep Ns. Asmadi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom Ns. Ronny Suhada, S.Kep,. M.Kep
NIP. 770114.200811.021 NIP. 19750814.2005011.002 NIK. 841228.201003.034

Mengetahui,

Ketua STIKes Kuningan Ketua Program Studi SI Ilmu Keperawatan

H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H. Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep
NIK. 700805 200908 026 NIK. 851005 200912 033

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda-tangan dibawah ini :


Nama : Dandy Andika Fajar Gumilar
NIM : CKR0170007
Kelas : Reguler
Program : S1 Keperawatan STIKes Kuningan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Hubungan
Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Desa Gununglarang
Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022” beserta seluruh
isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko dan sanksi yang
diajukan kepada saya apabila ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Majalengka, Agustus 2022


Yang membuat pernyataan

Dandy Andika Fajar Gumilar

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang mendalam, dengan telah diselesaikannya skripsi

ini penulis mempersembahkan kepada:

1. Keluarga penulis yang telah senantiasa mendukung dan membantu

menyelesaikan skripsi ini.

2. Teman-teman penulis baik itu teman kuliah seangkatan pada S1

Keperawaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, maupun teman-

teman yang lain yang telah memberi dukungan, masukan, arahan dan

semangatnya sehingga bisa diselesaikannya skripsi ini.

3. Segenap civitas akademika kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kuningan, staf dosen, karyawan dan seluruh mahasiswa semoga tetap

semangat dalam beraktivitas mengisi hari-harinya di kampus Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.

4. Last but not least , i wanna thank me, i wanna thank me for believing in me,

i wanna thank me for doing all this hard work,i wanna thank me for having

no days off, i wanna thank me for, for never quitting, i wanna thank me for

just being me at all time.

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SKRIPSI, AGUSTUS 2022

DANDY ANDIKA FAJAR GUMILAR


CKR0170007

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA


LANSIA DI DESA GUNUNGLARANG KECAMATAN BANTARUJEG
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2022
XII + 6 BAB + 100 Halaman + 7 Tabel + 2 Bagan + 13 Lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang : Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60.
Lanjut usia mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun
sosial, diantaranya yaitu kecemasan Kecemasan merupakan suatu masalah
kesehatan jiwa yang sering muncul terhadap individu terutama pada lanjut usia.
Rasa takut dan cemas pada lansia secara tidak langsung akan mengakibatkan
masalah psikologis, dimana lansia tersebut akan merasa stress akan kondisi
dirinya sehingga dapat menimbulkan masalah baru yang lebih serius seperti
halnya penyakit hipertensi yang paling banyak diderita oleh lansia. Prevalensi
hipertensi di kabupaten Majalengka khususnya di Kecamatan Bantarujeg bekisar
71,4%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kecemasan
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Gununglarang Kecamatan
Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.
Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif dengan metode analitik
cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini lansia di Desa Gununglarang
yang berusia > 60 tahun dengan teknik Total Sampling yang berjumlah 55 Lansia.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Rank Spearman.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengalami kecemasan
sangat berat sebanyak 13 responden (23,6%), responden yang mengalami
kecemasan berat sebanyak 28 responden (50,9%), responden yang mengalami
kecemasan sedang sebanyak 11 responden (20,0%) dan responden yang
mengalami kecemasan ringan sebanyak 3 responden (5,5%). Sedangkan untuk
kejadian hipertensi responden yang mengalami hipertensi tingkat 3 sebanyak 10
responden (18,2%), responden yang mengalami hipertensi tingkat 2 sebanyak 37
responden (67,3%) dan responden yang mengalami hipertensi tingkat 1 sebanyak
8 responden (14,5%).
Simpulan : Berdasarkan hasil penelitian maka, Terdapat hubungan kecemasan
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Gununglarang Kecamatan
Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022 dengan p-value 0,033.

Kata Kunci : Kecemasan, Hipertensi, Lansia

v
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE KUNINGAN
STUDY PROGRAM OF NURSING
THESIS, AUGUST 2022

DANDY ANDIKA FAJAR GUMILAR


CKR0170007

ANXIETY RELATIONSHIP WITH HYPERTENSION IN ELDERLY IN


GUNUNGLARANG VILLAGE, BANTARUJEG, MAJALENGKA
XII DISTRICT + 6 CHAPTER + 100 Pages + 7 Tables + 2 Charts + 13
Appendices

ABSTRACT
Background : Elderly is someone who has entered the age of 60. The elderly
experience various changes, both physically, mentally and socially, including
anxiety. Anxiety is a mental health problem that often arises in individuals,
especially in the elderly. Fear and anxiety in the elderly will indirectly lead to
psychological problems, where the elderly will feel stressed about their condition
so that it can cause new, more serious problems such as hypertension, which is
most commonly suffered by the elderly. The prevalence of hypertension in
Majalengka district, especially in Bantarujeg district, is around 71.4%. The
purpose of this study was to analyze the relationship between anxiety and the
incidence of hypertension in the elderly in Gununglarang Village, Bantarujeg
District, Majalengka Regency in 2022.
Methods : This type of research is quantitative research with cross sectional
analytic method. The population and sample of this study were elderly in
Gununglarang Village who were > 60 years old with the Total Sampling
technique, amounting to 55 elderly. Data analysis was performed using Rank
Spearman.
Result : The results showed that respondents who experienced very severe
anxiety were 13 respondents (23.6%), respondents who experienced severe
anxiety were 28 respondents (50.9%), respondents who experienced moderate
anxiety were 11 respondents (20.0%) and respondents who experienced mild
anxiety were 3 respondents (5.5%). As for the incidence of hypertension,
respondents who have level 3 hypertension are 10 respondents (18.2%),
respondents who have level 2 hypertension are 37 respondents (67.3%) and
respondents who have level 1 hypertension are 8 respondents (14.5%).
Conclusion : Based on the results of the study, there is a relationship between
anxiety and the incidence of hypertension in the elderly in Gununglarang Village,
Bantarujeg District, Majalengka Regency in 2022 with a p-value of 0.033.
Keyword : Anxiety, Hypertension, Elderly

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia Di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka

Tahun 2022”. Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar

Sarjana S1-Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU).

Penulis menyadari skripsi ini tidak lepas dari pihak-pihak yang memberikan do’a

dukungan, dan bantuan kepada penulis. Maka pada kesempatan ini peneliti

sampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes., AIFO., selaku ketua Yayasan

Pendidikan Bhakti Husada Kuningan.

2. H. Abdal Rohim, S.Kp, MH., Selaku Ketua STIKes Kuningan.

3. Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan.

4. Ns. Asmadi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom, sebagai dosen pembimbing I yang

telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan

bimbingan pada penulis dengan sabar dan ikhlas dalam penyusunan skripsi

ini.

vii
5. Ns. Ronny Suhada, S.Kep., M.Kep, sebagai dosen pembimbing II yang telah

berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan

pada penulis dengan sabar dan ikhlas penyusunan skripsi ini.

6. Ns. Lia Mulyati, S.Kep., M.Kep selaku Penguji

7. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kuningan yang telah membantu dalam

penyusunan Skripsi ini.

8. Yang saya cintai kedua orang tua, keluarga serta saudaraku yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang yang selalu memberi dukungan moral maupun

material serta doa dan kepercayaan kepada saya selama ini sehingga saya bisa

menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan lancar.

9. Rekan-rekan mahasiswa program S1 Keperawatan STIKes Kuningan yang

telah memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.

10. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, baik dari segi penulisan maupun dari segi teori. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk

bahan perbaikan skripsi ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Kuningan, Agustus 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
LEMBAR PERSEMBAHAN...............................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.5 Keaslian Penelitian....................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
2.1 Konsep Lansia...........................................................................................9
2.2 Konsep Hipertensi...................................................................................14
2.3 Konsep Kecemasan.................................................................................23
2.4 Kerangka Teori........................................................................................35
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS..........................................................................................................36
3.1 Kerangka Konsep....................................................................................36

ix
3.2 Definisi Operasional................................................................................36
3.3 Hipotesis..................................................................................................38
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................39
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................39
4.2 Variabel Penelitian..................................................................................39
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................40
4.4 Instrumen Penelitian................................................................................41
4.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................45
4.6 Rancangan Analisis Data.........................................................................46
4.7 Etika Penelitian........................................................................................51
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................52
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................53
5.1 Hasil Penelitian........................................................................................53
5.2 Pembahasan.............................................................................................56
5.3 Keterbatasan Penelitian...........................................................................62
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN...................................................................63
6.1 Kesimpulan..............................................................................................63
6.2 Saran........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
LAMPIRAN..........................................................................................................69

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................7

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi...........................................................................16

Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................37

Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner HARS..................................................................42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Lansia di Desa Gununglarang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022...............................54

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa

Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.......54.

Tabel 5.3 Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa

Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022........55

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori...................................................................................35

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...............................................................36

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian..............................................................................70

Lampiran 2 Surat Ijin Study Pendahuluan............................................................71

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Study Pendahuluan..............................................72

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian..........................................................................73

Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penelitian.............................................................74

Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden........................................75

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.........................................76

Lampiran 8 Kuesioner Kecemasan......................................................................77

Lampiran 9 Lembar Observasi Kejadian Hipertensi............................................80

Lampiran 10 Hasil Uji Statistik (Olah Data)........................................................81

Lampiran 11 Kartu Bimbingan Skripsi................................................................84

Lampiran 12 Dokumentasi...................................................................................85

Lampiran 13 Riwayat Hidup................................................................................86

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60. lanjut

usia mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun

sosial. perubahan yang bersifat fisik antara lain adalah penurunan

kekuatan fisik, stamina dan penampilan. hal ini dapat menyebabkan

beberapa orang menjadi depresi atau merasa tidak senang saat memasuki

masa usia lanjut. mereka menjadi tidak efektif dalam pekerjaan dan

peran sosial, jika mereka bergantung pada energi fisik yang sekarang

tidak dimilikinya lagi (Azizah, 2017).

Secara global angka kehidupan lansia di dunia akan terus

meningkat. Proporsi penduduk lansia di dunia pada tahun 2019 mencapai

13,4%, begitupun jumlah lansia indonesia meningkat menjadi 25,9 juta

jiwa 9,7% pada tahun 2019 (Sekjen Kemenkes), sedangkan di tahun

2020 penduduk lansia menjadi 10,7% dan di tahun 2021 menjadi 10,82%

(Badan Pusat Statistik).

Pada lansia yang mengalami masalah kesehatan akan

menimbulkan rasa takut yang tidak jelas secara terus-menerus, sehingga

menyebabkan mereka berfikir bahwa dirinya tidak mampu lagi untuk

melakukan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari yang akan membuatnya

merasa terganggu, kesepian, sedih, depresi, merasa takut bahkan cemas.

Kecemasan merupakan suatu masalah kesehatan jiwa yang sering

1
muncul terhadap individu terutama pada lanjut usia. Rasa takut dan

cemas pada lansia secara tidak langsung akan mengakibatkan masalah

psikologis, dimana lansia tersebut akan merasa stress

2
2

akan kondisi dirinya sehingga dapat menimbulkan masalah baru yang

lebih serius seperti halnya penyakit hipertensi yang paling banyak

diderita oleh lansia (R Solekha, 2019).

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang paling sering di

jumpai oleh masyarakat dengan jumlah penderita yang terus-menerus

meningkat setiap tahunnya. Hipertensi juga dikatakan suatu penyakit

yang membunuh secara diam-diam yang penyebabnya masih belum

diketahui secara pasti. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi

adalah keadaan individu yang mempunyai riwayat penyakit tekanan

darah diatas normal sehingga menyebabkan resiko terjadinya angka

kesakitan dan angka kematian (B Nuraeni, 2015).

Menurut data World Health Organization, diseluruh dunia sekitar

1,13 Miliar orang menderita hipertensi, angka ini kemungkinan akan

meningkat menjadi 1,5 Miliar orang ditahun 2025. Prevalensi hipertensi

pada kelompok umur 31-44 tahun sebesar 31,6%, umur 45-54 tahun

sebesar 45,3%, umur 55-64 tahun sebesar 55,2% (WHO 2015).

Menurut data Riskesdes Provinsi Jawa Barat prevalensi penyakit

hipertensi tahun 2019 mencapai 39,60%, tahun 2020 mencapai 41,7%

dan di tahun 2021 mencapai 43,5% . Kabupaten Majalengka merupakan

salahsatu kabupaten yang berada di wilayah timur Provinsi Jawa Barat

dengan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi, yaitu mencapai 16,8% di

tahun 2019, 40,5% di tahun 2020, sedangkan di tahun 2021 hipertensi

menjadi penyakit dengan proporsi kasus tertinggi bila dibandingkan


3

dengan penyakit tidak menular lainnya, yaitu sebesar 50,12%.

Berdasarkan data pada tahun 2019 di UPT Puskesmas Bantarujeg

khususnya di Kecamatan Bantarujeg di dapatkan bahwa penderita

hipertensi sebanyak 61,14%, tahun 2020 sebanyak 64,98% dan di tahun

2021 sebanyak 71,4% (Dinkes Kabupaten Majalengka).

Beberapa faktor penyebab terjadinya hipertensi diantaranya

obesitas, merokok, alkohol, aktivitas fisik, dan adanya stres atau

kecemasan. Pengetahuan hipertensi lansia yang kurang ini berlanjut pada

kebiasaan yang kurang baik dalam hal perawatan hipertensi. Lansia tetap

mengkonsumsi garam berlebih, kebiasaan minum kopi merupakan

contoh bagaimana kebiasaan yang salah tetap dilaksanakan. Dampak

gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari

ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi

jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke.

Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para

penderitanya. Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif

yang bisa mngakibatkan kematian. Hipertensi selain mengakibatkan

angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada mahalnya

pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya.

Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penuurunan kualitas

hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak

mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur,

maka hal iniakan membawa penderita kedalam kasus-kasus serius


4

bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus

mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat

terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Indra,

2018).

Hipertensi pada lansia dapat diminimalisir dengan cara menjauhi

faktor-faktor penyebab hipertensi yaitu, mengatur gaya hidup dan pola

makan yang sehat, mengatur penurunan berat badan, pembatasan

alkohol, natriun, tembakau, mengurangi konsumsi garam yang

berlebihan dan melakukan kegiatan aktivitas setiap hari dengan

berolahraga secara teratur serta melakukan teknik-teknik relaksasi untuk

mengurangi stress akibat kecemasan.

Baiq (2017) dalam penelitiannya terdapat hubungan positif antara

kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia, peneliti memberikan

saran bagi subjek agar dapat mengontrol kecemasannya sehingga dapat

membuat tekanan darah menjadi normal.

Menurut Pen Data Kabupaten Majalengka di UPT Puskesmas

Bantarujeg khususnya di Kecamatan Bantarujeg tentang Desa yang

memiliki prevalensi pasien hipertensi tinggi, ditemukan Desa

Gununglarang termasuk Desa yang memiliki prevalensi dengan jumlah

73 pasien hipertensi tinggi, diantaranya 18 pasien umur < 60 tahun

dengan jumlah laki-laki sebanyak 7 orang dan perempuan sebanyak 11

orang, dan 55 pasien lansia umur ≥ 60 tahun, dengan jumlah laki-laki

sebanyak 24 orang dan perempuan sebanyak 31 orang.


5

Berdasarkan Studi Pendahuluan melalui wawancara yang

dilakukan pada 10 responden di Desa Gununglarang, 8 diantaranya

responden lansia mengemukakan bahwa tekanan darah menjadi naik

(hipertensi) karena cemas memikirkan masalah ekonomi, masalah

pertanian yang habis dimakan hama, mereka juga takut terjadi longsor

karena tempat tinggalnya berada di daerah pegunungan, apalagi di

musim penghujan. Lansia tersebut tidak mempunyai riwayat merokok,

minum alkohol, mempunyai pola makan yang bagus, dan tidak obesitas.

Dengan adanya hipertensi tersebut mereka mengeluh pusing, tidak bisa

tidur, dan takut untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berarti secara

tidak langsung penyakit tersebut telah mengganggu aktivitas mereka.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitiaan mengenai “Hubungan kecemasan dengan kejadian hipertensi

pada lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Kecemasan dengan

Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


6

Untuk mengetahui Hubungan Kecemasan dengan Kejadian

Hipertensi pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kecemasan pada lansia di Desa Gununglarang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada lansia di Desa Gununglarang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

3. Menganalisis hubungan kecemasan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan dalam

ilmu keperawatan gerontik, khususnya pengetahuan tentang “Hubungan

Kecemasan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia”.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada lansia

yang menderita hipertensi tentang pentingnya menjaga kesehatan.

2. Bagi Institusi
7

Di harapkan hasil penelitian dapat berguna sebagai sumber

referensi dan dapat mengembangkan keilmuan khususnya di

keperawatan gerontik tentang kecemasan lansia terhadap hipertensi.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pedoman bagi peneliti tentang bagaimana meneliti

hubungan kecemasan pada lansia yang menderita hipertensi dan

menambah pengentahuan bagi peneliti untuk meneliti fenomena-

fenomena lain yang terjadi.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

N Penelitian
o
1 Judul Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian
. Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha
Senjarawi Bandung
Peneliti Kadek Dewi Pramana
an
Subjek Lansia
Metode Korelasi dengan Cross Sectional
Hasil Hasil penelitian menunjukan sebagian besar
responden (62,5%) mengalami tingkat kecemasan
sedang, sebagian kecil responden (27,5%)
mengalami tingkat kecemasan berat, dan sebagian
kecil responden lainnya (10%) mengalami tingkat
kecemasan ringan. Sementara itu sebagian besar
responden (87,5%) mengalami hipertensi sedang,
sebagian kecil responden (7,5%) mengalami
hipertensi berat, sebagian kecil responden lainnya
(5%) mengalami hipertensi ringan. Hasil uji
8

statistik menunjukan bahwa asymsig <0,05, nilai


C=0,63 termasuk kedalam interval
(0,51<C<0,75), maka korelasi antara tingkat
kecemasan dengan hipertensi termasuk kategori
derajat asosiasi kuat.
2 Judul Hubungan Kecemasan Lansia Dengan Hipertensi
. di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta
Peneliti Thika Merliana
an
Subjek Lansia
Metode Deskriptif analitik degan Cross Sectional
Hasil Hasil Penelitian menunjukan sebagian besar
responden mengalami hipertensi sebanyak 87
orang (70,2%). Terdapat hubungan antara
kecemasan dengan kejadian hipertensi
(Pvalue=0,041) di puskesmas kecamatan Kramat
Jati.
3 Judul Hubungan Antara Kecemasan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha
Peneliti Baiq Dian Uswandari
an
Subjek Lansia
Metode Kuantitatif dengan Kolerasi Product Moment dan
Person
Hasil Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada
hubungan positif yang signifikan antara
kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia
dan sumbangan efektif kecemasan terhadap
hipertensi sebesar 7,07%.
4 Judul Hubungan Antara Kecemasan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Pundong Bantul
Peneliti Indri Wijayanti
an
Subjek Lansia
Metode Survey dengan pendekatan waktu Cross Sectional
Hasil Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan nilai
P<0,05, yaitu 0,009. Besarnya koefisiensi korelasi
0,402 terletak antara 0,400.0,599 termasuk
9

kategori sedang.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan
antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada
lansia di posyandu lansia Wilayah kerja
Puskesmas Pundong Bantul.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Lansia merupakan suatu proses yang alami, semua orang akan

mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia

yang terakhir, dimana manusia akan mengalami penurunan fisik, mental dan

sosial secara bertahap. Seorang lansia jika makin bertambah usianya maka

hal yang kemungkinan besar menjadi masalah kepadanya yaitu permasalahan

tentang fisik, ekonomi, jiwa, sosial maupun spiritual World Health

Organization (WHO, dalam Oktavianti & Setyowati, n.d., 2020).

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun keatas (Dewi, 2014). Lansia ini banyak menghadapi berbagai masalah

kesehatan yang perlu penanganan cepat searah dengan pertambahan usia

mereka akan mengalami degeneratif baik dari segi fisik, tingkah laku

maupun mental. Banyak lansia yang pada akhirnya harus mengalami

berbagai masalah yang menyentuh berbagai aspek kehidupan, baik

kesehatan, sosial, ekonomi maupun lingkungan (BPS, dalam Utami, 2019).

Lanjut usia atau lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang,

manusia tidak tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,

dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Lansia merupakan suatu proses yang

alami, semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua

10
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana manusia akan

mengalami

11
12

penurunan fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, dalam Widodo et

al., 2016).

Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang sudah mencapai umur

60 lebih dan biasanya sudah sering mengalami berbagai masalah kesehatan

yang perlu penanganan ceapat searah dengan pertambahan usia mereka, baik

dari fisik tingkah laku maupun mental. Banyak dari mereka pada akhirnya

harus menalami berbagai masalah yang meliputi berbagai aspek kehidupan,

baik kesehatan fisik, mental, social dan lingkungan.

2.1.2 Batasasan Lansia

Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :

1. Usia Pertengahan (middle age), Yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.

4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

2.1.3 Tipe Lansia

Banyak ditemukan bermacam-macam tipe lansia (Dewi, dalam Utami,

2019) beberapa yang muncul diantaranya:

1. Tipe arif bijaksana

Lansia ini banyak dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,

rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi

panutan.
13

2. Tipe mandiri

Lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta

memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Lansia ini yang selalu mengalami masalah lahir batin, menentang

proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikabn, kehilangan

daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayang,

pemarah, tidak sabaran, mudah tersinggungan, selalu menuntut, sulit

dilayani seta pengkritik.

4. Tipe pasrah

Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan beribadah, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.

5. Tipe bingung

Lansia yang sering mudah kaget, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, merasa minder, mudah menyesal, pasif, acuh tak

acuh.

Lansia dapat pula dikelompokan dengan beberapa jenis tipe yang

tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,

mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini menurut Dewi (dalam Utami,

2019) antara lain adalah :


14

1. Tipe optimis

Lansia yang santai dan periang, penyesuaian yang cukup baik,

memandang lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan

sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.

2. Tipe konstruktif

Mempunyai integritas yang baik, yang dapat menikmati hidupnya,

mempunyai toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Biasanya

sifat ini terlihat sejak masa mudanya.

3. Tipe ketergantungan

Lansia ini yang masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu

pasif, tidak berambisi, masih sadar diri, yang tidak mempunyai inisiatif,

dan tidak praktis dlam bertindak akan sesuatu.

4. Tipe defensif

Sebelumnya lansia mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang tidak

stabil, selalu menolak bantuan yang diberikan, emosinya sering tidak

terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat kompulsif aktif, takut

menghadapi “menjadi tua” dan menyenangi masa pensiun.

5. Tipe militan dan serius

Lansia ini merupakan lansia yang tidak mudah menyerah, serius,

senang berjuang dan bisa menjadi panutan orang lain.


15

6. Tipe pemarah frustasi

Lansia ini yang mudah menjadi pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian

yang buruk, dan sering mengekspresikan kepahitan hidupnya sendiri.

7. Tipe bermusuhan

Lansia yang selalu menganggap orang lain itu yang menyebabkan

kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif dan mudah curiga.

Umumnya memiliki pekerjaan yang tidak tetap disaat mudanya,

menganggap menjadi tua sebagia hal yang tidak baik, takut akan

kematian, iri hati pada orang yang masih muda, senang mengadu untuk

pekerjaannya, dan selalu aktif menghindari masa yang buruk.

8. Tipe putus asa

Membenci dan menyalahkan akan diri sendiri bersifat kritis dan

menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi, memgalami penurunan

sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri, labnsia tidak hanya

mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut

sebagai masa yang tidak menarik dan tidak berguna.

2.1.4 Masalah Fisik Yang Dialami Lansia

Menurrut azizah (2011)

1. Mudah jatuh

2. Mudah lelah

Disebabkan oleh :
16

a. Faktor Psikologis

b. Gangguan Organis

3. Suka menahan buang air besar

a. Obat pencair

b. Keadaan diare

c. Kelainan usus

4. Gangguan ketajaman penglihatan

a. Kelainan lensa mata

b. Kerusakan pada lensa

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondi dimana pembuluh

darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg

atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinandi, 2017). Hipertensi

sering dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena dapat

menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit

yang dapat mengakibatkan kematian.

Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan

sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik

sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Serta hipertensi sistolik terisolasi

dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan distolik

lebih rendah dari 90 mmHg (NOC, 2015).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


17

Menurut Mayo Clinic, 2018 Hipertensi memiliki dua jenis :

a. Hipertensi primer (esensial)

Pada usia dewasa, hipertensi terjadi tanpa gejala yang tampak.

Peningkatan tekanan darah secara terus menerus dan telah terjadi lama

baru dikatakan seseoarang menderita hipertensi meskipun penyebab

pastinya belum jelas. Pada kasus peningkatan tekanan darah ini disebut

dengan hipertensi primer (esensial).

b. Hipertensi sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi yang disebabkan

oleh beberapa faktor tidak terkontrol. Pada kejadian ini disebut dengan

hipertensi sekunder dimana peningkatan darah yang terjadi dapat

melebihi tekanan drah pada hipertensi primer.

Selain itu, hipertensi juga dibagi berdasarkan bentuknya, yaitu :

a. Hipertensi diastolic, dimana tekanan diastolic meningkat lebih dari

nilai normal. Hipertensi jenis ini terjadi apabila pembuluh darah

kecil menyempit secara tidak normal yang berakibat memperbesar

tekanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan

tekanan darah diastoliknya. Tekanan diastolic berkaitan dengan

tekanan arteri ketika jantung berada pada kondisi relaksasi.

b. Hipertensi sistolik, dimana tekanan sistolik meningkat lebih dari

nilai normal. Peningkatan tekanan sistolik tanpa diiringi peningkatan

tekanan distolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan

sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan darah pada artreri


18

apabila jantung berkontraksi. Tekanan ini merupakan tekanan

maksimal dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan

darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

c. Hipertensi campuran, dimana tekanan sistolik maupun tekanan

diastolic meningkat melebihi nilai normal (Kemenkes RI, 2018).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal ¿120 ¿80
Normal-Tinggi ¿ 130 ¿ 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) 180-209 110-119

2.2.3 Etiologi Hipertensi

Penyebab timbul penyakit hipertensi saat ini dipengaruhi oleh gaya

hidup modern, pola makan yang salah, dan berat badan yang berlebihan.

Gaya hidup modern ini lebih mengutamakan pekerjaan untuk mencapai

kesuksesan, sehingga kesibukan dan kerja kerasnya menimbulkan stres dan

tekanan yang tinggi. Perasaan tertekan akan membuat tekanan darah

menjadi naik (Rosita, 2018).

2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Hipertensi kadang di sebut sebagai “Silent Killer” karena biasanya

orang yang menderita tidak mengetahui gejala sebelumnya dan gejalanya

baru muncul setelah sistem organ tertentu mengalami kerusakan pembuluh


19

darah (Smelzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010 ). Dalmartha , Purnama,

Sutarni, Mahendra & Darmawan (2008) menyatakan bahwa gejala hipertesi

yang umum di jumpa yaitu :

1. Pusing

2. Mudah marah

3. Telinga berdengung

4. Mimisan (jarang)

5. Sukar tidur

6. Sesak nafas

7. Rasa berat di tengkuk

8. Mudah lelah

9. Dan mata berkunang-kunang

Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi di

beadakan menjadi :

1. Tidak Ada Gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan erteri tidak terukur.

2. Gejala Yang Lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini


20

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

WHO (20110) juga menyatakan bahwa hipertensi biasanya tapa gejala,

tapi bila menimbulkan sakit kepala di pagi hari, mimisan, denyut

jantung yang tidak teratur dan berdengung di telinga. Sementara gejala

hipertesnsi berat meliputi kelelahan, mual, muntah, kebingunangan,

kecemasan, nyeri dada dan tremor otot.

2.2.5 Penatalaksanaan Hipertensi

1. Anti hipertensi non farmokologis

a. Mengurangi konsumsi garam

b. Kurangi alkohol

c. Menghentikan merokok

d. Olahraga teratur

e. Diet rendah lemak penuh

f. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

2. Obat anti hipertensi

a. Dioverika, pelancar kencing yang di terapkan kurangi volume input

b. B.Blocker

c. Antoganis kalsium

d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)

e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)

f. Obat penyekar ben vasolidatov

3. Perubahan gaya hidup


21

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya

penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneneratif lainnya.

a. Mengurangi konsumsi garam

b. Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik

c. Menghentikan kebiasaan meroko

d. Menjaga kestabilan BB

e. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalam angka sebagai

salah satu upayanya.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Labolatorium

a. Hb/Hct : untuk menguji hubungandari sel-sel terhadap volume

cairan (viakositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :

hipogoagulitas, anemia.

b. BUN / kretinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.

c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosan, mengisaratkan disfungsi ginjal

dan ada DM.

2. CT Scan

Mengkaji adanya tumor cerebral, enclopati.

3. EKG
22

Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas peninggian gelombang P

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4. IUP

Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan

ginjal.

5. Photo Thorax

Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung

2.2.7 Komplikasi

Menurut WHO (2011) menyatakan bahwa hipertensi dapat

menyebabkan kerusakan serius pada kesehatan. Hal ini dapat mengeraskan

arteri, mengurangi aliran oksigen darah ke jantung yang dapat menyebabkan

nyeri dada (angina), gagal jantung (jantung tidak dapat memompa darah dan

oksigen ke organ lain), serangan jantung (terjadi ketika pasokan darah ke

jantung tersumbat dan menyebabkan kematian otot jantung karena yang

tidak adekuat, semakin lama aliran darah tersumbat, semakin besar

kerusakan pada jantung), dan stroke (terjadi ketika pembuluh darah di otak

pecah dan memblock arteri yang mengalirkan darah dan oksigen ke otak).

Menurut AHA (2016) menyatakan bahwa hipertensi yang tidak

terkontrol atau tidak terdeteksi akan menyebabkan serangan jantung, stroke,

gagal jantung, penyakit ginjal atau gagal ginjal, kehilangan penglihatan,


23

disfungsi seksual, angina dan penyakit arteri perifer (Peripheral Artery

Disease/PAD).

2.2.8 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi

Beberapa faktor berikut ini mempengaruhi tekanan darah seseorang

(Apriyani Puji Hastuti, 2019) yaitu :

1. Usia

Bayi baru lahir mempunyai tekanan sistolik rata-rata 78 mmHg. Tekanan

akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia, mencapai puncaknya

pada pubertas kemudian cenderung agak menurun. Pada lansia, elastisitas

arteri menurun dan arteri menjadi kaku. Hal ini meningkatkan tekanan

sistolik karena dinding pembuluh darah secara fleksibel tidak mampu

retraksi maka tekanan diastolik menjadi lebih tinggi.

2. Exercise.

Saat melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan cardiac output maupun

tekanan darah sistolik sehingga tekanan darah perlu dikaji sebelum, selama

dan sesudah aktivitas. Tekanan darang cenderung menurun saat berbaring

daripada duduk atau berdiri.

3. Stres

Emosi (marah, takut, sangat gembira) dapat meningkat tekanan darah,

kemudian akan kembali turun kebatas normal bila hal tersebut telah

berlalu. Hal ini terjadi karena stimulan sistem saraf simpatis meningkat

cardiac output dan vasokontriksi arteriol. Namun demikian, nyeri yang


24

sangat hebat dapat menurunkan tekanan darah dan menyebabkan shock

melalui penghambat pusat vasomotor dan menimbulkan vasodilatasi.

4. Obesitas

Tekanan darah cenderung lebih tinggi pada orang yang gemuk atau

obesitas daripada orang dengan berat bandan normal.

5. Jenis kelamin

Setelah pubertas, wanita biasanya mempunyai tekanan darah lebih rendah

daripada laki-laki pada usia yang sama. Hal ini terjadi akibat perbedaan

hormonal. Wanita lebih cenderung mempunyai tekanan darh lebih tinggi

dari sebelumnya setelah menopause.

6. Obat-obatan

Beberapa obat dapat mengakibatkan atau menurunkan tekaanan darah.

7. Diurnal variation / circadian rhytm

Tekanan darah paling rendah terjadi pada pagi hari atau saat bangun tidur,

sebelum makan dan aktivitas (saat metabolisme rate terendah) dan

meningkat 5-100 mmHg dan mencapai puncaknya pada sore hari dan turun

secara bertahap saat tidur.

8. Proses penyakit

Beberapa kondisi mempengaruhi cardiac output, viskositas darah dan

compliance arteri yang mempunyai pengaruh langsung pada tekanan

darah.

2.2.9 Pengukuran Kerja Hipertensi


25

Menurut American Heart Assosiation (AHA), 2014 Pengukuran

terjadinya hipertensi menggunakan alat tensi lengkap : spignomanometer,

dan stetoskop. Dengan hasil penilaian : Prehipertensi : sistolik: 120-139 dan

diastolic: 80-89, Hipertensi tingkat 1 : sistolik: 140-159 dan diastolic: 90-99,

Hipertensi tingkat 2 : sistolik :¿ 160 dan diastolic: ¿100, Hipertensi tingkat 3

: sistolik:¿180 dan diastolic:¿ 110.

2.3 Konsep Kecemasan

2.3.1 Pengertian Kecemasan

Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang

yang penuh dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan

khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan

berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu

suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan

ransangan fisiologis (Muyasaroh et al, 2020), kecemasan merupakan

keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh

perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa khawatir dan

disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah,

dan lain sebagainya).

Berdasarkan pendapat dari (Gunarso, n.d, 2008) dalam (Wahyudi,

Bahri, and Handayani 2019), kecemasan atau anxietas adalah rasa

khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap

tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam


26

perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar

dalam menggerakan. Baik tingkah laku normal maupun tingkah laku yang

menyimpang, yang terganggu, kedua-duanya merupakan pernyataan,

penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan itu.

Menurut Kholi Lur Rochman ( 2010 : 104) dalam (Sari 2020),

kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu maslah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

menimbulkan atau disertai perubahab fisiologis dan psikologis. Anxiety

atau kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak

menyenangkan, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya

kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya dan seringkali dsertai oleh

gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas

otonomik (Suwanto 2015).

Kecemasan menurut (Hawari, 2002) adalah gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tetapi belum mengalami gangguan dalam menilai realitas,

kepribadian masih tetap utuh dan perilaku dapat terganggu, tetapi masih

dalam batas-batas normal (Candra et al.2017).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan takut dan khawatir yang

bersifat lama pada sesuatu yang tidak jelas (subjektif) atau belum pasti
27

akan terjadi dan berhubungan dengan perasaan yang tidak menentu dan

tidak berdaya.

2.3.2 Faktor-faktor kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan

sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang.

Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya

serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2008:11) ada beberapa

faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal : mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan

karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu

dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu

tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan : Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu

menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan

personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi

dalam jangka waktu yang sangat lama.

Sebab-sebab fisik: Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi

seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu

penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan- perubahan

perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya

kecemasan.
28

Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan

beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam

dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya

terlihat jelas didalam pikiran.

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal- hal

yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini

sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-

kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak

berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan

takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.

Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,

keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik

lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.

Musfir Az-Zahrani (2005:511) menyebutkan faktor yang mempengaruhi

adanya kecemasan yaitu :

a. Lingkungan keluarga : Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh

dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalah pahaman serta adanya

ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya, dapat

menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada

didalam rumah
29

b. Lingkungan Sosial : adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang

tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang

buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata

masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan.

Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata

dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari

masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru

dihadapi (Patotisuro Lumban Gaol, 2009: 24).

Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :

a. Faktor Fisik.

Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga

memudahkan timbulnya kecemasan.

b. Trauma atau konflik.

Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu,

dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik

mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-

gejala kecemasan.

c. Lingkungan awal yang tidak baik.

Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi

kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan

menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala


30

kecemasan.

2.3.3 Jenis-jenis Kecemasan

Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,

2012: 53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu :

1. Trait anxiety

Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang

menghinggapi diri seseoarang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak

berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang

memeng memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang

lainnya.

2. State anxiety

State anxiety, merupakan kondisi emosional dna keadaan sementara

pada diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang

dirasakan secara sadar bersifat subjektif.

Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38)

membedakan kecemasan dalam tiga jenis, yaitu :

1. Kecemasan neurosis

Kecemasan neurosis adlah rasa cemas akibat bahaya yang tidak

diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan

id. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting

itu sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin

terjadi jika suatu insting dipuaskan.

2. Kecemasan moral
31

Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.

Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten

dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan

moral merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral

juga memiliki dasar dlam realitas, di masa lampau sang pribadi

pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat

hukuman kembali.

3. Kecemasan realistik

Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan

dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.

Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-

bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

2.3.4 Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri

kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak

dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah

& Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan dalam

beberapa jenis, yaitu :

a. Fobia Spesifik :Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena

kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.

b. Fobia Sosial : Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan

menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu


32

menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang

membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan

tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang

memalukan.

c. Gangguan Panik : Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya

serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang

dapat muncul pada gangguan panik antara lain; sulit bernafas, jantung

berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan

gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah

bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda

datangnya kematian atau kecacatan. Gangguan Cemas Menyeluruh

(Generalized Anxiety Disorder) : Generalized AnxietyDisorder (GAD)

adalah kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai

dengan berbagai simtom somatik, yang menyebabkan gangguan

signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau

menimbulkan stres yang nyata.

2.3.5 Dampak Kecemasan

Dampak Kecemasan Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan

meningkat meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan

ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya

yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang

berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta

tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler,


33

2008:304). Yustinus Semiun (2006:321) membagi beberapa dampak dari

kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati Individu :yang mengalami kecemasan memiliki

perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari

suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami

kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan

sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif : Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan

keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan

yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-

masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau

belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa

cemas.Simtom motor Orang-orang yang mengalami kecemasan sering

merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan

tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget

terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan

gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan

merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya

mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama

jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa. Menurut Savitri

Ramaiah (2005:9) kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat,

yaitu :

a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara
34

normal atau menyesuaikan diri pada situasi.

Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan

pencegahan yang mencukupi. Dari beberapa pendapat diatas, dapat

disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada

situasi yang sangat mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa

mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala yang

muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi

dimasa depan, merasa tidak tentram, sulit untuk berkonsentrasi, dan

merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kecemasan timbul karena

individu melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya, kecemasan

juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena

melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.

Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi diatas, kecemasan ini

termasuk dalam jenis kecemasan rasional, karena kecemasan rasional

merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang

mengancam. Adanya berbagai macam kecemasan yang dialami individu

dapat menyebabkan adanya gangguan-gangguan kecemasan seperti

gangguan kecemasan spesifik yaitu suatu ketakutan yang tidak

diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau situasi

yang spesifik.

2.3.6 Pengukuran kecemasan


35

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak

pada individu yangmengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi

diberi 5 tingkatan skorantara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala

HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi

untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinicyaitu

0,93 dan 180,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran

kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang

valid dan reliable.Skala HARS(Hamilton Anxiety Rating Scale)yang

dikutip Nursalam (2013) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item,

meliputi:

a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu

dan lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila

tinggal sendiri dan takutpada binatang besar.


36

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan, penurunan daya ingat, mudah lupa dan

sulit konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatic, nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi,

suara tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik, perasaan ditusuk - tusuk, penglihatan kabur,

muka merah dan pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler, takikardi, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan, rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal, sulit menelan, obstipasi, berat badan

menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital, sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetative mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,

bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,

mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot


37

meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara pengukuran Kecemasan dengan menggunakan observasi,

kuesioner dengan penilaian kecemasan adalah dengan memberikan

nilai dengan kategori:

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan/ satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = Berat/ lebih dari ½ gejala yang ada

4 = Sangat berat , semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan

item 1-14 dengan hasil :

a. Skor <14 = Tidak ada kecemasan

b. Skor 14-20 = Kecemasan ringan

c. Skor 21 - 27 = Kecemasan sedang

d. Skor 28 - 41 = Kecemasan berat

e. Skor 42 - 56 = Kecemasan sangat berat

2.4 Kerangka Teori

Kecemasan Kejadian Hipertensi


Pada Lansia

Faktor-faktor Hipertensi
- Usia
- Exercise
- Stres
- Obesitas
- Jenis Kelamin
38

Bagan 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menjelaskan hubungan atau kaitan antara variabel yang akan diteliti

(Notoatmodjo,2018,p.83). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa

Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kecemasan Kejadian
Hipertensi

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Penghubung

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang

dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh penelitian sesuai dengan

variabel yang terlibat dalam penelitian (Badriah, 2019).

36
37

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Variabel Bebas
Kecemas Pengukuran Kuesioner Wawancara Kategori : Ordinal
an Pada yang HARS 0 = Tidak ada gejala
Lansia dilaksanakan sama sekali
untuk 1=Ringan (satu dari
mengetahui gejala yang ada)
tingkat 2=Sedang (separuh dari
kondisi gejala yang ada)
kesehatan/me 3=Berat (lebih dari ½
ntal/emosion gejala yang ada)
al terutama 4=Sangat Berat (semua
kecemasan gejala yang ada)
pada lansia.
Skor :
1. Skor <14 = Tidak ada
kecemasan
2. Skor 14 – 20 =
Kecemasan ringan
3. Skor 21 – 27 =
Kecemasan sedang
4. Skor 28 – 41 =
Kecemasan berat
Skor 42 – 56 =
Kecemasan sangat berat
Variabel Terikat
Kejadian Pengukuran Lembar Wawancara Kriteria : Ordinal
Hiperten resisten Observasi dan Cek 1. Hipertensi Tingkat 1 :
si Pada dalam Tekanan 140/90-159/99
Lansia tekanan darah Darah mmHg.
yang 2. Hipertensi Tingkat 2 :
dilakukan 160/100-179/109
untuk mmHg.
mengetahui 3. Hipertensi Tingkat 3 :
tingkat 180/110-209/119
tekanan darah mmHg.
pada lansia.
38

3.3 Hipotesis

Menurut Notoatmodjo (2018), hipotesis adalah jawaban sementara

penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat Hubungan antara Kecemasan dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka

Tahun 2022.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk menganalisis hubungan

kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Gununglarang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka merupakan penelitian kuantitatif

dengan jenis penelitian analitik korelasi dengan rancangan yang digunakan adalah

rancangan cross sectional. Menurut (Badriah, 2019) penelitian cross sectional

adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit yang bertujuan untuk

mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status

paparan dan penyakit secara serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu

atau periode tertentu.

4.2 Variabel Penelitian

Menurut (Badriah, 2019) menjelaskan bahwa variabel

diartikan sebagai ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

4.2.1 Variabel Bebas (Independen)

Menurut (Badriah, 2019) menjelaskan bahwa variabel bebas

merupakan suatau variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain.

Dikatakan selanjutnya oleh (Badriah, 2019) bahwa variabel bebas dapat

juga berarti variabel

39
40

yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah kecemasan.

4.2.2 Variabel Terikat (Dependen)

Menurut (Badriah, 2019), menyebutkan bahwa Variabel

Dependen merupakan variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui

besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kejadian hipertensi.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Menurut (Badriah, 2019) populasi adalah sebagai kelompok

subjek yang hendak dikenal generalisasi hasil penelitian sebagai suatu

populasi, kelompok subjek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau

karakteristik yang membedakannya dari kelompok subjek lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

hipertensi yang ada di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka yang berjumlah 73 orang, 18 orang diantaranya

berumur < 60 tahun dan 55 orang lansia berumur ≥ 60 tahun .

4.3.2 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Sugiyona, 2012). Alasan mengambil total sampling karena menurut


41

sugiyono (2012) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi di

jadikan sampel penelitian. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah

55 orang lansia berumur ≥ 60 tahun.

Kemudian peneliti menetapkan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,

sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a. Lansia yang bersedia menjadi responden

b. Lansia yang berumur ≥ 60 tahun

c. Lansia yang masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari

2. Kriteria eksklusi

a. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden

b. Lansia yang berumur < 60 tahun

c. Lansia yang tidak sadarkan diri

d. Lansia yang sedang melakukan perawatan di rumah sakit atau

puskesmas

4.4 Instrumen Penelitian

Menurut (Badriah, 2019) instrumen adalah alat pengumpulan

data yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki standar

validitas dan reabilitas. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang

digunakan yaitu kuesioner dan lembar observasi dengan pemeriksaan

Tensi lansung untuk mengumpulkan data, yaitu :

1. Kuesioner Kecemasan
42

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan

adalah kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Kuesioner ini

telah diadopsi oleh Hidayati dan telah digunakan pada penelitiannya yang

berjudul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Semester V dan

VII Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR” ditahun 2015. Hidayati

melakukan alih bahasa dari bahasa inggris menjadi bahasa Indonesia.

Kuesioner HARS terdiri dari 14 peryataan yang mewakili kecemasan yang

dirasakan oleh responden. Pengisisan kuesioner HARS menggunakan skala

Likert yang terdiri dari 4 pilihan jawaban untuk setiap item pernyataan

gejala. Pilihan 0 meliputi tidak ada gejala dan 1 untuk satu dari gejala yang

ada. Pilihan 2 meliputi separuh dari gejala yang ada, pilihan 3 dengan lebih

dari separuh dari gejala yang ada dan 4 dengan semua gejala yang ada.

Tabel 4.1
Kisi-Kisi Kuesioner HARS

No Nomor Jumlah
Gejala Kecemasan Soal Soal

1 Gejala Ansietas 1 1

2 Gejala Ketegangan 2 1

3 Gejala Ketakutan 3 1

4 Gejala Gangguan Tidur 4 1

5 Gejala Gangguan Kecerdasan 5 1

6 Gejala Perasaan Depresi 6 1

7 Gejala Somatik 7 1

8 Gejala Sensorik 8 1
43

9 Gejala Kardiovaskuler 9 1

10 Gejala Respiratori 10 1

11 Gejala Gastrointestinal 11 1

12 Gejala Urogenital 12 1

13 Gejala Vegetatif 13 1

14 Gejala Perilaku 14 1

Total 14

2. Lembar Observasi

Lembar Observasi untuk kejadian hipertensi ini merupakan adopsi

dari (Indra Kurniawan, 2018), yang terdiri dari nama responden yang ditulis

menggunakan nomor atau kode, kemudian umur dan hasil pemeriksaan tensi

yang dilakukan oleh peneliti sendiri untuk mengetahui apakah lansia tersebut

mengalami hipertensi atau tidak.

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan ukuran yang digunakan untuk memvalidasi

instrumen penelitian. Pengujian validitas untuk mengukur sejauh mana suatu

instrumen dapat menjalankan fungsi. Instrumen dikatakan valid jika instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tidak

berlaku secara universal karena harus menyesuaikan tujuan dan situasi penelitian.

Instrumen yang telah valid tidak menutup kemungkinan dapat digunakan pada

penelitian dengan tujuan lain.

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauhmana butir-butir

pertanyaan dalam kuesioner dapat diandalkan, sehingga kuesioner memiliki


44

kesamaan hasil/nilai secara konsisten apabila diukur pada orang dan tempat yang

berbeda. Begitupula dengan pernyataan Munir yang menjelaskan bahwa suatu

kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban dari kuesioner tersebut konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu.

1) Kuesioner Kecemasan

Kuesioner kecemasan HARS telah baku dan banyak digunakan

oleh peneliti-peneliti lain didalam negeri maupun diluar negeri. Kuesioner

ini telah dilakukan uji validitas dan reabilitas oleh peneliti luar negeri

maupun dalam negeri. Sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji

validitas dan reabilitas kembali karena kuesioner dinyatakan telah baku.

Salah satu penelitian di Indonesia dilakukan oleh Hidayati menggunakan

validitas kontruksi dimana pengujian validitasnya menggunakan pendapat

dari ahli (experts judgment). Selain itu, uji validitas menggunakan korelasi

Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS pada kolom Corrected

Item-Total Correlation.

Uji validitas dilakukan oleh hidayat dengan jumlah subjek

sebanyak 27 mahasiswa FKM UNAIR. Interpretasi dari hasil uji validitas

tersebut yaitu r tabel > 0,381. Nilai tersebut menunjukan bahwa

pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS memperoleh

hasil yang valid. Sedangkan uji reabilitas telah dilakukan Hidayati dengan

menggunkan uji Cronbach’Alpha dengan bantuan aplikasi SPSS.

Kuesioner dikatakan reliabel bila koefisien reliabilitas lebih besar dari

koefisien pembanding (0,75). Hasil uji reliabilitas pada 14 pernyataan ini


45

sebesar 0,894 sehingga semua pernyataan dalam kuesioner dinyatakan

reliabel.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Sifat dan Sumber Data

1. Data Primer

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer,

menurut (Badriah, 2019) mengatakan bahwa data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung dari subjyek penelitian dengan menggunakan

alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai

sumber informasi yang dicari. Yang dimaksud dengan data primer dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pengisian kuesioner dan hasil

observasi dari responden di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka.

2. Data Sekunder

Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang

didapatkan melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti atau

subjek penelitiannya (Badriah, 2019). Data sekunder yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pihak pemerintah Desa

Gununglarang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.

4.5.2 Tata Cara Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan
46

Pada tahap awal menyusun proposal penelitian, peneliti

menentukan masalah dan lahan penelitian terlebih dahulu. Kemudian

melakukan pendekatan terhadap objek terkait, untuk melakukan studi

pendahuluan.Tahap selanjutnya adalah menyusun proposal penelitian

dilanjutkan dengan seminar proposal penelitian. Pada tahap ini, peneliti

juga mengajukan surat izin penelitian ke Pemerintah Desa Gununglarang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, sebelum memberikan kuesioner,

peneliti melakukan informed cosent kepada responden, apabila responden

setuju, peneliti memberikan kuesioner untuk dilakukan pengisian yang

sebelumnya telah dijelaskan terlebih dahulu cara-cara pengisian. Informed

Consent dan pengisian kuesioner. Setelah itu peneliti melakukan

pengolahan data dan analisa data.

3. Tahap pendokumentasian

Pada tahap pendokumentasian, peneliti mengumpulkan seluruh

data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian data tersebut diinput ke

dalam komputer untuk melakukan proses selanjutnya yaitu pengolahan

data. Selanjutnya data yang sudah diolah disusun menjadi laporan hasil

penelitian yang digunakan dalam kegiatan sidang skrisi untuk

mempertanggung jawabkannya.

4.6 Rancangan Analisis Data

4.6.1 Teknik pengolahan data


47

Menurut (Badriah, 2019) makna pengolahan data penelitian

yang telah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan

data sedemikian rupa agar data tersebut dapat dibaca dan dapat ditafsirkan.

Pengolahan data dilakukan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut.

1. Memeriksa Data (editing data)

Kuesioner yang telah dikumpulkan diperiksa kembali

kelengkapan jawaban. Editing data dilakukan dilapangan sehingga apabila

terjadi kekurangan jawaban atau ketidaksesuaian jawaban maka dapat

segera dilengkapi.

2. Pemberian Skor (scoring)

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban dan hasil

observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat

diberikan skor (Suyanto, 2011).

a. Kecemasan

Pada Kecemasan menggunakan skor dan kriteria :

1) Tidak ada kecemasan : <14

2) Kecemasan ringan : 14-20

3) Kecemasan sedang : 21-27

4) Kecemasan berat : 28-41

5) Kecemasan sangat berat : 42-56

b. Hipertensi

Pada Hipertensi menggunakan kriteria :

1) Hipertensi Tingkat 1 : 140/90-159/99


48

2) Hipertensi Tingkat 2 : 160/100-179/109

3) Hipertensi Tingkat 3 : 180/110-209/119

3. Pemberian kode (coding data)

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting,

selanjutnya dilakukan peng ”kodean” atau “coding”, yakni mengubah

data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data

(data entry). Pengelompokan data serta pemberian kode atau nilai pada

langkah-langkah yang dilakukan untuk mempermudah dalam

memasukkan data dan analisis data.

a. Kode pada variabel Kecemasan :

1) Tidak ada kecemasan :0

2) Kecemasan ringan :1

3) Kecemasan sedang :2

4) Kecemasan berat :3

5) Kecemasan sangat berat : 4

b. Kode pada variabel Hipertensi :

1) Hipertensi Tingkat 1 :1

2) Hipertensi Tingkat 2 :2

3) Hipertensi Tingkat 3 :3

4. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data

Yakni langkah-langkah dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program


49

atau “software” komputer. Software komputer ini bermacam-macam,

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan entry data dengan menggunakan program

komputer IBM SPSS Statistics 25.

5. Pembersihan Data (Cleanning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan, dilakukan apabila terdapat kesalahan dalam melakukan

pemasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variable-

variabel yang diteliti.

6. Tabulating

Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengaan

tujuan penelitian atau yang dinginkan oleh peneliti. Peneliti membuat

tabulasi dalam penelitian ini yaitu dengan memasukan data kedalam tabel

yang digunakan yaitu tabel distribusi frekuensi.

4.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Menurut (Badriah, 2019) analisis data dilakukan secara

univariat untuk melihat tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya

hasil analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap

variabel.

Analisa univariat ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut (Arikunto, 2007).


50

F
P ¿ x 100%.
N

Keterangan :

P = Presentase Kategori

f = Frekuensi Kategori

N = Jumlah Responden

Hasil penelitian setiap kategori tersebut di deskripsikan dengan

menggunakan kategori sebagai berikut :

0% : Tidak satupun responden

1-25% : Sebagian kecil responden

26-49% : Hampir setengah responden

50% : Setengahnya

51-74% : Sebagian besar

75-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi yang dapat dilakukan dengan penguji

statistic (Notoatmodjo, 2010). Analisa bivariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka Tahun 2022. Berdasarkan acuan tersebut maka

yang digunakan adalah teknik uji Rank spearman, bertujuan untuk


51

mengetahui adanya hubungan kecemasan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka Tahun 2022. Dan perhitungan dilakukan dengan program

SPSS. Dimana p < 0.05 maka ada hubungan Kecemasan dengan kejadian

Hipertensi di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka Tahun 2022, sedangkan p > 0,05 tidak ada hubungan

Kecemasan dengan kejadian Hipertensi di Desa Gununglarang Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

4.7 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan persetujuan

kepada pihak

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden

sebelum dilakukan penelitian agar responden mengetahui dan memahami

maksud dan tujuan dari penelitian serat dampak yang akan terjadi selama

dalam pengumpulan data. Responden yang bersedia harus menandatangi

lembar persetujuan yang diberikan, jika tidak bersedia maka peniliti harus

menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden guna menjaga

kerahasiaan identitas responden. Lembar tersebut akan diberi kode

tertentu.
52

3. Privacy

Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan

mungkin oleh peneliti sendiri sehhingga responden dapat secara bebas

untuk menentukan pilihan jawaban dari kuisioner tanpan takut diintimidasi

oleh pihak lalin.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti akan menjaga kerahasiaan data yang telah diberikan

oleh responden. Kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil riset.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.8.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Gununglarang Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

4.8.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 10 - 20 Agustus 2022.

4.8.3 Jadwal Penelitian

Terlampir
53
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari

pengumpulan data dengan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-20 Agustus 2022 dengan jumlah

responden 55 orang lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik

dengan rancangan penelitian menggunakan metode cross sectional atau

lintas-bagian dan teknik Total Sampling. Dalam penelitian ini menggunakan

uji statistik Rank Spearman.

5.1.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dan persentase pada setiap variabel yang diteliti. Hasil penelitian terhadap

55 lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka yang di lakukan dengan format pengumpulan data kuesioner

dan lembar observasi cek tekanan darah. Kemudian data dihitung dalam

bentuk distribusi frekuensi yang disajikan dalam tabel sebagai berikut.

53
54

a. Kecemasan pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Lansia di Desa
Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka
Tahun 2022
No Kecemasan Pada Lansia Frekuensi Presentase
(f) %
1 Ringan 3 5,5%
2 Sedang 11 20,0%
3 Berat 28 50,9%
4 Sangat Berat 13 23,6%
Jumlah 55 100,0%
Sumber : Hasil Penelitian (2022)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui dari 55

responden sebagian besar responden memiliki Kecemasan Berat

sebanyak 28 responden (50,9%).

b. Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Gununglarang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa
Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka
Tahun 2022
No Kejadian Hipertensi Frekuensi (f) Presentasi %
1 Tingkat 1 8 14,5
2 Tingkat 2 37 67,3
3 Tingkat 3 10 18,2
Jumlah 55 100,0
Sumber : Hasil Penelitian (2022)
55

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui dari 55

responden sebagian besar responden memiliki kejadian Hipertensi

Tingkat 2 sebanyak 37 responden (67,3%).

5.1.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan

hubungan (membuktikan hipotesis) antara variabel bebas (kecemasan) dan

variabel terikat (kejadian hipertensi). Analisis bivariat pada penelitian ini

menggunakan uji Rank Spearman. Berikut ini disajikan hasil analisis data

dengan menggunakan tabulasi silang yang menjelaskan hubungan antara

Kecemasan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa

Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

Tabel 5.3
Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di
Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka
Tahun 2022
Kejadian Hipertensi
Kecemasan Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Total Pvalue
N % N % N % N %
Ringan 0 0,0 1 33,3 2 66,7 3 100,0
Sedang 2 18,2 3 27,3 6 54,5 11 100,0
.033
Berat 4 14,3 24 85,7 0 0,0 28 100,0
Sangat Berat 2 15,4 9 69,2 2 15,4 13 100,0
Jumlah 8 14,5 37 67,3 10 18,2 55 100,0
Sumber : Hasil Penelitian (2022)

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui dari 28 lansia yang memiliki

kecemasan berat sebagian besar mempunyai kejadian hipertensi tingkat 2

sebanyak 24 responden (85,7%). Begitupula dapat diketahui dari 13 lansia


56

yang memiliki kecemasan sangat berat sebagian besar memiliki kejadian

hipertensi tingkat 2 sebanyak 9 responden (69,2%). Kemudian dari 11 lansia

yang memiliki kecemasan sedang sebagian besar memiliki kejadian

hipertensi tingkat 3 sebanyak 6 responden (54,5%). Dan dari 3 lansia yang

memiliki kecemasan ringan sebagian besar memiliki kejadian hipertensi

tingkat 3 sebanyak 2 responden (66,7%). Hasil analisis bivariat didapatkan

nilai p= 0.033 (<0.05) artinya terdapat Hubungan Antara Kecemasan

Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti maka

didapatkan pembahasan sebagai berikut :

a. Kecemasan Pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui dari 55 responden

sebagian besar responden memiliki kecemasan Berat sebanyak 28

responden (50,9%).

Peneliti berpendapat bahwa seseorang yang memiliki cemas yang

berat dan tidak bisa bercerita kepada keluarganya setiap ada masalah

itupun akan cenderung akan mengakibatkan stress yang tinggi, karena

pada orang yang kecemasannya tinggi cenderung mengalami kenaikan

kerja jantung yang mengakibatkan seseorang mengalami kenaikan


57

tekanan darah. Kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon

fisiologis, yaitu tubuh memberi respon dengan mengaktifkan system

saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis

akan mengaktifasi respon tubuh, sedangkan system saraf para simpatis

akan meminimalkan respon tubuh.

Menurut Kholil Lur Rochman ( 2010 : 104) dalam (Sari 2020),

kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

perubahan fisiologis dan psikologis. Anxiety atau kecemasan

merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan,

menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya

atau ancaman bahaya dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau

reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik. (Suwanto

2015).

Kecemasan adalah pengalaman pribadi yang bersifat subyektif,

yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang

diartikan sebagai perasaan “kesulitan “dan kesusahan terhadap kejadian

yang tidak diketahui dengan pasti (Donsu, 2017). Kecemasan menurut

Stuart (2016) adalah sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan

perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya dan merupakan suatu
58

respon emosi yang tidak memiliki suatu obyek yang spesial.

Kecemasan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan memberikan

peringatan yang berharga, bahkan kecemasan diperlukan untuk

bertahan hidup.

Berdasarakan penelitian dari penyebaran kuesioner sebagian besar

responden memiliki kecemasan berat, hal yang menyebabkan timbulnya

kecemasan pada lansia. Responden mengemukan bahwa kecemasan

diantaranya timbul dari perasaan ansietas atau cemas, firasat buruk,

takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, gelisah, perasaan

depresi.

Peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan merupakan masalah yang

serius dimana hal ini sesuai hasil penelitian bahwa lansia di Desa

Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka memiliki

tingkat kecemasan yang berat sebanyak 28 responden (50,9%).

b. Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Gununglarang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui dari 55 responden

sebagian besar responden memiliki kejadian Hipertensi Tingkat 2

sebanyak 37 responden (67,3%). Menurut hasil penelitian, telah di

dapat bahwa sebagian besar responden mengalami hipertensi Tingkat 2,

dimana responden yang mengalami hipertensi Tingkat 2 juga

mengalami kecemasan yang berat.


59

Peneliti berpendapat bahwa responden yang mengalami hipertensi

yang berat tersebut itu disebabkan oleh karena faktor kecemasanya

yang sangat tinggi, dimana seseorang yang mengalami kecemasan atau

stress atau banyak beban fikir tersebut sangat berpengaruh dalam

kenaikan tekanan darah, semakin seseorang mengalami kecemasan

maka semakin pula seseorang rentan mengalami kenakikan tekanan

darah, dan tidak jauh pula seseorang tersebut juga mengalami kenaikan

dalam hal emosional.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan

pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013).

Adanya peningkatan usia, jantung dan pembuluh darah mengalami

perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan

yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan awitan

yang tidak disadari. Biasanya ukuran jantung seseoarang tetap

proporsional dengan berat badan. Ketebalan dinding vertikel kiri

cenderung sedikit meningkat dengan penuaan karena adanya

peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis.

Pada umur 60 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh


60

karena adanya penumpukan zat kolagen dan hilangnya fungsi serat-

serat elastis pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan

berangsur-angsur menebal, menjadi menyempit, tidak lurus, dan

menjadi kaku (Stanley & Beare, 2007) dalam (Reni, 2018).

Lansia sangat rentan mengalami labilitas tekanan darah, salah

satunya tekanan darah tinggi, Hipertensi pada lansia akibat adanya

berbagai faktor yang mempengaruhi seperti kecemasan, stres, jenis

kelamin, pola makan yang tidak sehat, pola hidup yang tidak sehat, dan

kurangnya aktivitas atau olahraga.

Berdasarkan hasil penelitian dengan dilakukannya cek tekanan

darah semua responden lansia mengalami hipertensi. Hal tersebut sesuai

dengan teori dari Stanley dan Beare (2007) dalam (Reni, 2018), yang

menjelaskan bahwa semakin tua usia seseoarang semakin beresiko

terkena hipertensi.

Peneliti menyimpulkan bahwa dari hasil cek tekanan darah yang

didapatkan dari responden lansia di Desa Gununglarang kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka, sebagian besar mengalami

hipertensi Tingkat 2 sebanyak 37 responden (67,3%).

c. Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui dari 28 lansia yang memiliki

kecemasan berat, sebagian besar mempunyai kejadian hipertensi tingkat


61

2 sebanyak 24 responden (85,7%). Begitupula dapat diketahui dari 13

lansia yang memiliki kecemasan sangat berat yang memiliki kejadian

hipertensi tingkat 2 sebanyak 9 responden (69,2%). Kemudian dari 11

lansia yang memiliki kecemasan sedang yang memiliki kejadian

hipertensi tingkat 3 sebanyak 6 responden (54,5%). Dan dari 3 lansia

yang memiliki kecemasan ringan yang memiliki kejadian hipertensi

tingkat 3 sebanyak 2 responden (66,7%).

Dari hasil Uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan

atau nilai probabilitas (0.033) jauh lebih rendah standart signifikan dari

0.05 atau (p < a), maka data H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada

hubungan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka.

Peneliti berpendapat bahwa responden yang mengalami hipertensi

tersebut dipengaruhi oleh kecemasan/stress yang berat, sebagaimana

seseorang yang mudah stress maka akan mudah pula seseorang tersebut

mengalami kenaikan tekanan darah, karna dipengaruhi oleh faktor

psikologis.

Anwar, 2009 dalam (Indra, 2018) mengemukakan bahwa

kecemasan merupakan satu-satunya faktor psikologis yang

mempengaruhi hipertensi. Pada banyak orang kecamasan atau stress

psikososial dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Dwinawati, Okatiranti dan Amrina

membandingkan antara tekanan darah dari orang- orang yang menderita


62

kecemasan dengan orang-orang yang tidak menderita kecemasan,

didapatkan hasil tekanan darah yang lebih tinggi pada kelompok

penderita kecemasan dari pada kelompok tidak cemas.

Dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa Terdapat Hubungan

Antara Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Desa

Gununglarang Kecamatan Bantaruejeg Kabupaten Majalengka Tahun

2022.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti menyadari masih

terdapat kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh

terhadap hasil penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Kuesioner kecemasan (alat penelitian) sulit dipahami oleh lansia

sehingga peneliti harus membacakan dan menjelaskan setiap item

pertanyaan yang harus dijawab oleh lansia.

2. Pada saat penelitian dilakukannya pengecekan tekanan darah dan

kuesioner kecemasan dibacakan oleh peneliti sehingga waktu

penelitian yang dibutuhkan cukup lama.


63
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan oleh peneliti tentang “Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka Tahun 2022”, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kecemasan Pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka Tahun 2022 sebagian besar lansia memiliki

kecemasan Berat sebanyak 28 responden (50,9%).

2. Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022 sebagian besar

responden lansia memiliki kejadian Hipertensi Tingkat 2 sebanyak 37

responden (67,3%).

3. Terdapat Hubungan Antara Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi

Pada Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka Tahun 2022 dengan nilai p-value = 0,033.

6.2 Saran

1. Bagi Lansia

Penelitian ini diharapakan agar lansia (responden) dapat

menurunkan kecemasan dan bercerita kepada keluarganya tentang

masalah apa yang sedang dialaminya sehingga tidak menambah beban

63
64

pikiran atau cemas Di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka.

2. Bagi Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kuningan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan keperawatan, evaluasi terhadap mahsiswa dan masukan

dalam proses pembelajaran keperawatan, hasil penelitian ini

disarankan bagi Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kuningan

khususnya keperawatan gerontik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan bagi penelitian selanjutnya dapat memperbaiki dan

mengantisipasi segala kelemahan yang ada dalam penelitian ini, serta

diharapkan dapat mengembangkan penelitian lanjutan tentang faktor-

faktor kecemasan : faktor fisik, trauma dan konflik, lingkungan awal

yang tidak baik pada lansia dan faktor-faktor hipertensi : Gaya hidup

modern, pola makan tidak sehat, obesitas, jenis kelamin pada lansia di

Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka.


DAFTAR PUSTAKA

Putri, D.E. (2021). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Inovasi Penelitian. 1147-1152.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Direktorat Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Solekha, R. (2019). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi


Pada Lansia di Desa Gapuram Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep.
Skripsi. Universitas Wiraraja Sumenep.

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Deepublish.

Andesty, D,, Syahrul, F., Epidemiologi, D., Masyarakat, F.k., & Airlangga, U.
(2018).

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakararta : Graha Ilmu.

Badriah, D. L. (2019). Metodologi Penelitian. Bandung : Multazam.

Kemenkes RI. (2020). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta : Kemenkes RI.

Murwani, A, & Priyantari, W. (2011). Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan


Keperawatan Home Care dan Komunitas. Fitranamaya. Yogyakarta.

Noorkasrani, T. S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Utami, W. A. Y. U. (2019). Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas


Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung 2019.

Zaluahu, M, L., phyma, A. R., Pinzon, K. T. (2016). Proses Menua Stres


Oksidapik, dan Peran Androksidan. 213(16) 733-736.

Pramana, K.D, Okatiranti, O., Nihrum, T. P. (2018). Hubungan Tingkat


Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha
Senjarawi Bandung. Jurnal Keperawatan.

Mellani. (2021). Konsep Dasar Kecemasan. Denpasar : Poltekkes.

Ramaiah, S. (2003). Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya, Jakarta :


Pustaka Populer Ohor.

65
66

Akmadi. (2008). Pengertian Lansia dan Batasan Lnjut Usia.

Anwar. (2012). Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi : Yogyakarta.


(AHA) American Heart Assosiation 2014, All About Heart Rate (Pulse).
Available.

Azizah. (2010). Masalah Lanjut Usia/Lansia. Az-zahrani, Musfir Bin Said.


Konseling Terapi. Jakarta : GemeInsani Press, 2005.

Ma’rifatul. Azizah. (2013). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Metodologi Penelitian.


Badriah , L. (2013). Metode Penelitian. Malang : UIN.

Fitri Fauziah & Julianty Widuri. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, dan
lansia. Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta.

Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22.Jakarta: EGC.

Ghozali, Imam. 2011. Desain Penelitian Eksperimental, Teori, Konsep Dan


Analisis Data Dengan SPPS 16.0. Badan Penerbit Undip. Semarang.

Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Anak: Psikologi


Perkembangan Anak,Remaja dan lansia .Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Kholil Lur Rochman.2010.Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.

LeMone, P., Burke, K. Bauldoff.2013.Hipertensi ,Medical surgical nursing :


Critical thinking inclient care. 4thed.New Jersey: Pearson Prentice
Hall.ISBN-13:978-0131713086.
Ma’ rifatul. azizah 2013. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Mustamir Pedak.2009. Metode Super nol Menaklukkan Stres (cemas) .Jakarta:


Hikmah Publishing House.

Nurarif H. Amin &Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC- NOC. Mediaction Publishing.

Nursalam. 2013. Konsep Dan Penerapan Metoologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta. Salemba Medika.

Team. 2014. Mental Illness Facts and Statistics. Available at www.mindframe-


media.info (diakses pada tanggal 30 Maret 2018)
67

Shamsuddin, Khadijah., Fadzil, Fariza.,dkk. Correlates Of Depression, Anxiety


And Stress Among Malaysian University Students. Asian Journal of
Psychiatry. 2013:(6):318-323

Davidoff, LL. Psikologi Suatu Pengantar. Alih bahasa : Juniati, M, Jakarta :


Erlangga, 1991.

Firdaus, Sanitiara. Hubungan Kecemasan Akademis Dengan Regulasi Diri Dalam


Belajar Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran
Universitas Riau Tahun 2013/2014. 2014

Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010


Sugiyono.. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D ). Bandung : Alfabeta, 2014

Munir Sahibul. Metodologi Penelitian. Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu


Konstruk Atau Konsep. FE Univ Mercu Buana. 2008 : 7

Hidayati, CA. Gambaran Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa Semeseter V dan


VII Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR tahun 2015. Nursalam.
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pendekatan Praktis : 3rd ed.
Surabaya : Salemba Medika, 2014.

Ishtifa. H. Pengaruh self-efficacy dan kecemasan akademik terhadap selfregulated


learning mahasiswa fakultas psikologi universitas islam negeri syarif
hidayatullah jakarta[skripsi]. Jakarta: Fakultas psikologi universitas islam
negeri syarif hidayatullah Jakarta; 2011

Kulsoom,Bibi.,Afsar,Nasir Ali. Stress,Anxiety and Depression Among Medical


Students in a Multiethnic Setting. Journal of Neuropsychiatric Disease
and Treatment. 2015(11):1713-1722

Bisson, Kathrine H. The Effect of Anxiety and Depression on College Students


Academic Permance : Ekploring Social Support as a Moderator. Thesis.
2017.

Yunita, Ernia. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Menghadapi


Dunia Kerja pada Mahasiswa Semester AkhirUniversitas
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. 2013.

Eli Kurniasih. Penerapan Terapi Komplemeter Relaksasi Progresif Pada Lansia


Dengan Gangguan Kecemasan Di Panti Wreda Welas Asih Tasikmalaya.
Jurnal Keperawatan Galuh Stikes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya. 2019.

Reni Widiarti. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan
68

Manguharjo Kota Madiun. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun. Skripsi.


2018.

Hawari. 2011. Manajement Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit

Manurung. 2012. Jurnal Hubungan Stres dengan Kenaikan Tekanan Darah Di


RSUD Dr.H.Abdul Moelek Provinsi Lampung. Vol. VIII, No. 2.(Diakes
tanggal 12 Desember 2017).

Priyoto. 2015. NIC dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : Selemba Medika.

Pudjiastuti. Sri Surini, 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
69

LAMPIRAN
70

Lampiran 1 Jadwal Skripsi


2021/2022
No. Kegiatan Nov Des Jan Feb Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyerahan
Outline
2. Rapat
Pembimbing
Skripsi
3. Bimbingan
Proposal
4. Seminar
Proposal
Gel.1
5. Seminar
Proposal
Gel.2
6. Penulisan
Skripsi
7. Sidang
Skripsi Gel.1
8. Sidang
Skripsi Gel.2
71

Lampiran 2 Surat Ijin Study Pendahuluan


72

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Study Pendahuluan


73

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian


74

Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penelitian


75

Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth. Kepada :
Calon Responden
Di tempat

Dengan Hormat,
Saya yang betandatangan di bawah ini adalah mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Program Studi S1 Keperawatan.
Nama : Dandy Andika Fajar Gumilar
NIM : CKR0170007
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kecemasan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Gununglarang
Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2022”.
Untuk itu saya mohon bantuan kepada saudara, kiranya bersedia
memberikan informasi dengan cara menjawab pertanyaan dengan jujur.
Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan utuk
kepentingan penelitian.
Atas perhatian, kerjasama dan kesediaannya dalam berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian ini, saya menyampaikan banyak
terimakasih dan berharap informasi anda akan berguna, khususnya dalam
penelitian ini.

Hormat Saya

(Dandy Andika Fajar Gumilar)


76

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Dandy Andika Fajar Gumilar

yang berjudul “Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia di Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka Tahun 2022”. Demikian persetujuan ini saya buat dengan

sejujurnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Majalengka, Agustus 2022

Responden

( )
77

Lampiran 8 Kuesioner Kecemasan


KUESIONER
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA GUNUNGLARANG
KECAMATAN BANTARUJEG KABUPATEN
MAJALENGKA

I. Identitas Responden
Nomor Responden :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :L/P

Tanggal Pengisian Kuesioner :

II. Kuesioner Kecemasan (HARS)

Petunjuk : Di bawah ini merupakan pertanyaan tentang kecemasan atau gejala

yang mungkin bapak/ibu rasakan setiap hari. Bacalah setiap pertanyaan dengan

seksama kemudian berikan jawaban anda sesuai pilihan pada lembar jawaban bagi

setiap pertanyaan tersebut dengan cara memberikan centang (√).

Kategori : Skor :
0 = Tidak ada gejala sama sekali Skor <14 = Tidak ada kecemasan
1 = Ringan/satu dari gejala yang ada Skor 14-20 = Kecemasan ringan
2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada Skor 21-27 = Kecemasan sedang
3 = Berat/ lebih dari ½ gejala yang ada Skor 28-41 = Kecemasan berat
4 = Sangat berat/semua gejala ada Skor 42-56 = Kecemasan sangat
berat

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
78

- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Gelisah
- Gemetar
- Mudah Terganggu
- Lesu
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
4 Gangguan Tidur
- Sukar Memulai Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidur Tidak Pulas
- Mimpi Buruk
5 Gangguan Kecerdasan
- Penurunan Daya Ingat
- Mudah Lupa
- Sulit Konsentrasi
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otak
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Sensorik
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah Atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardi
- Nyeri di Dada
79

- Denyut Nadi Mengeras


- Detak Jantung Menghilang (Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Obstipasi
- Berat Badan Menurun
- Mual
- Muntah
- Nyeri Lambung
- Perasaan Panas di Perut
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak dapat Menahan Air Kencing
- Menstruasi Tidak Teratur
- Ereksi Lemah/Impotensi
13 Gejala Vegetatif
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Perilaku Pada Saat Wawancara
- Gelisah Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah

Skor Total =
80

Lampiran 9 Lembar Observasi Kejadian Hipertensi

LEMBAR OBSERVASI KEJADIAN

HIPERTENSI

No Responden Umur Tekanan Darah

Sistole Diastole
81

Lampiran 10 Hasil Uji Statistik (Olah Data)

A. Analisis Univariat

Frequency Table

Kecemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 3 5,5 5,5 5,5
Sedang 11 20,0 20,0 25,5
Berat 28 50,9 50,9 76,4
Sangat Berat 13 23,6 23,6 100,0
Total 55 100,0 100,0

Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tingkat 1 8 14,5 14,5 14,5
Tingkat 2 37 67,3 67,3 81,8
Tingkat 3 10 18,2 18,2 100,0
Total 55 100,0 100,0

B. Analisis Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kecemasan * Hipertensi 55 100,0% 0 0,0% 55 100,0%
82

Kecemasan * Hipertensi Crosstabulation


Hipertensi
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Total
Kecemasan Ringan Count 0 1 2 3
% within Kecemasan 0,0% 33,3% 66,7% 100,0%
% within Hipertensi 0,0% 2,7% 20,0% 5,5%
% of Total 0,0% 1,8% 3,6% 5,5%
Sedang Count 2 3 6 11
% within Kecemasan 18,2% 27,3% 54,5% 100,0%
% within Hipertensi 25,0% 8,1% 60,0% 20,0%
% of Total 3,6% 5,5% 10,9% 20,0%
Berat Count 4 24 0 28
% within Kecemasan 14,3% 85,7% 0,0% 100,0%
% within Hipertensi 50,0% 64,9% 0,0% 50,9%
% of Total 7,3% 43,6% 0,0% 50,9%
Sangat Berat Count 2 9 2 13
% within Kecemasan 15,4% 69,2% 15,4% 100,0%
% within Hipertensi 25,0% 24,3% 20,0% 23,6%
% of Total 3,6% 16,4% 3,6% 23,6%
Total Count 8 37 10 55
% within Kecemasan 14,5% 67,3% 18,2% 100,0%
% within Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 14,5% 67,3% 18,2% 100,0%

RANK SPEARMAN TEST

Correlations
Kecemasan Hipertensi
Spearman's rho Kecemasan Correlation Coefficient 1,000 -,288*
Sig. (2-tailed) . ,033
N 55 55
Hipertensi Correlation Coefficient -,288* 1,000
Sig. (2-tailed) ,033 .
N 55 55
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
83

HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS


Uji Validitas Kecemasan Pada Lansia

Item r hitung r tabel Keterangan

1 0,325 0,266 Valid

2 0,441 0,266 Valid

3 0,522 0,266 Valid

4 0,600 0,266 Valid

5 0,612 0,266 Valid

6 0,718 0,266 Valid

7 0,456 0,266 Valid

8 0,535 0,266 Valid

9 0,565 0,266 Valid

10 0,666 0,266 Valid

11 0,640 0,266 Valid

12 0,515 0,266 Valid

13 0,777 0,266 Valid

14 0,637 0,266 Valid

Uji Reliabilitas Kecemasan Pada Lansia

Cronbach’Alpha Keterangan

0,843 Reliabel
84

Lampiran 11 Kartu Bimbingan Skripsi


85

Lampiran 12 Dokumentasi
86
87

Lampiran 13 Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : Dandy Andika Fajar Gumilar
TTL : Majalengka, 24 September 1999
Agama : Islam
Alamat : Desa Gununglarang, RT/RW 05/02, Kecamatan
Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, 45464
No Hp : 0858-7928-9082
Email : dandyandika745@gmail.com

B. DATA PENDIDIKAN
1. MI PUI Gununglarang ( 2005-2011)
2. SMP Santi Asromo (2011-2013)
3. SMPN 1 Bantarujeg (2013-2014)
4. SMA 2 Majalengka (2014-2017)
5. STIKes Kuningan (2017-2022)

Anda mungkin juga menyukai