Anda di halaman 1dari 103

1

SKRIPSI

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU


IBUDENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITAUSIA 3-5
TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUKAMERINDU KOTA BENGKULU
TAHUN 2018

Disusun Oleh :

HIKMA SARI
NPM : 142426008 SP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2018
2

SKRIPSI

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU IBU


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 3-5
TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUKAMERINDU KOTA BENGKULU
TAHUN 2018

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Pada


Program Studi Ilmu Keperawatan (S-I) FIKES
Universitas Dehasen Bengkulu

Disusun Oleh :

HIKMA SARI
NPM : 142426008 SP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2018

i
3

HALAMAN PENGESAHAN
UJIAN SIDANG SKRIPSI
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU IBU
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUKAMERINDU
KOTA BENGKULU
TAHUN 2018

Disusun dan Diajukan Oleh :


HIKMA SARI
NPM : 142426008 SP

Telah dipertahankan didepan Panitia Ujian Skripsi


pada tanggal 31 Juli 2018 dan dinyatakan sudah memenuhi syarat
Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Dwi Wulandari, S.Kep, MAN Ns. Mirawati, S.Kep


NIDN : 02-1603-8902 NUPN : 99-0270-2217
Penguji I Penguji II

Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes Ns. Elsi rahmadani, S.Kep, M.Kep
NIDN : 02-0704-8601 NIDN : 02-0305-7802
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Dehasen Bengkulu

Dr. Ida Samidah, S.Kp, M.Kes Ns. Murwati, S.Kep, M.Kes


NIDN : 00-1009-6602 NIDN: 02-2109-8001

ii
4

MOTTO
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya karena
Allah SWT”
”Orang yg pintar adalah orang yang merasa bodoh sehingga mau belajar
Orang yang baik bukan mengatakan dirinya baik, akan tetapi orang yang
baik, adalah orang yang berusaha memperbaiki kekurangannya sehingga
menjadi baik..
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan
bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan
yang teguh .
“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi
berusahalah menjadi manusia yang berguna.“Ápa yang kita tanam itulah
yang akan kita Petik. Karena curahan hujan tidak memilih-milih apakah
pohon apel atau hanya semak belukar”
TERIMA KASIH KEPADA..
 Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala
nikmat yang diberikan untuk penulis. Sehingga tiada alasan bagi penulis
untuk berhenti bersyukur. “Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah”
 Nabi Muhammad SAW yang memberikan teladan kepada seluruh
umatnya. Termasuk penulis, dimana mendorong penulis untuk selalu ingin
menjadi orang yang lebih baik lagi.
 Teruntuk orang tua Tercinta : IBU (Zahara Wati) dan AYAH
(Zainal Arifin) terbaik sedunia, yang tidak pernah berhenti
mendoakanku, setia mendampingiku di kala suka maupun dukaku engkau
selalu menjadi penyemangat hidupku.
 Buat saudaraku, Terima kasih sudah Memberi dukungan dan Motivasinya,
Dan sabar menanti Keberhasilanku.
 Terima kasih yang tak terhingga Buat Dosen-dosenku, terutama
pembimbing dan pengujiku yang tak pernah lelah dan sabar memberikan
bimbingan dan arahan kepadaku.
 Sahabat-sahabatku tercinta terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik
untukku. Suka duka yang kita alami bersama akan tersimpan rapi
dimemoriku.
 Terima kasih juga Ku Persembahkan kepada kekasihku, (Gepi Apriansyah)
yang Senantiasa menjadi Penyemangat dan Menemani Disetiap Hariku.
5

 Seluruh teman-teman seangkatan yang selalu berbagi ilmu yang


bermanfaat.
Dan yang terakhir untuk ALMAMATER kebanggaanku

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


Jln.Merapi Raya No. 42 Kebun Tebeng Bengkulu Telp. (0736) 21977 ;
FAX (0736) 22027
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Hikma Sari
NPM : 142426008 SP
Program Studi : Ilmu Keperawatan (S-I) Dehasen Bengkulu

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi


Judul :Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada
Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
Tahun 2018

Dosen Pembimbing :
1.Pembimbing I : Ns. Dwi Wulandari, S.Kep, MAN
2.Pembimbing II : Ns. Mirawati, S.Kep
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam Skripsi tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan maupun gagasan
peneliti lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui dan seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri tanpa memberikan pengakuan pada peneliti aslinya.
Apabila diikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di FIKes
Universitas Dehasen Bengkulu termasuk (pencabutan gelar kesarjanaan/sanksi) yang
telah saya peroleh.
Bengkulu , 31 juli 2018
Mengetahui
Yang MembuatPernyataan
Dosen Pembimbing I
Tanda Tangan

Hikma Sari
Ns. Dwi Wulandari, S.Kep, MAN
NPM:142426008SP
6

NIDN : 02-1603-8902

Program Studi Ilmu Keperawatan S-I


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
Skripsi, Agustus 2018

Abstrak

Hikma Sari, Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian
Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu Tahun 2018 (dimbimbing oleh Dwi Wulandari, Mirawati)
xii + 66 Halaman, 6 Tabel, 2 Bagan, 10 Lampiran

Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2015 menunjukkan penderita
diare mencapai 3.956 orang. Data tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas
Basuki Rahmat sebanyak 418 orang, dan yang terendah berada di wilayah kerja
Puskesmas Bentiring sebanyak 52 orang. Berdasarkan data yang didapat dari
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu jumlah anak yang menderita diare pada
tahun 2015 ada 258 orang, pada tahun 2016 sebanyak 196 orang, pada tahun 2017
sebanyak 349 orang. Pada tahun 2017 jumlah ibu balita yang berkunjung ke Wilayah
Kerja Puskesmas Sukamerindu sebanyak 3.225 orang. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dan perilaku ibu dengan
kejadian diare pada balita usia 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu Tahun 2018.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik Dengan pendekatan
cross sectional. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik accidental
sampling yaitu pengambilan sampel tidak ditetapkan terlebih dahulu, peneliti
langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui sebanyak 97 orang.
Hasil penelitian diketahui sebagian besar responden (70,9%) keadaan sanitasi
lingkungan yang baik, hampir seluruh responden responden (78,4%) dengan perilaku
yang baik, hampir seluruh responden (83,5%) tidak mengalami diare. Terdapat
Hubungan Sanitasi Lingkungan (p=0,000) dan Perilaku Ibu (p=0,000) dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu Tahun 2018
Peneliti menyarankan kepada pihak Puskesmas semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi Puskesmas sebagai bahan informasi tambahan tentang Hubungan
Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita.

Kata kunci : Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, Diare


Kepustakaan : 32 (2007-2016)
7

Nursing Science Study Program (S-1)


Faculty of Health Sciences
University of Dehasen Bengkulu
v Thesis, August 2018

Abstract

Hikma Sari, The Relationship Between Environmental Sanitation and Maternal


Behavior to Diarrhea Cases in Toddlers 3-5 Years at the Work Area of Public
Health in Sukamerindu of Bengkulu City in 2018 (Supervised by Dwi Wulandari,
Mirawati)
xii + 66 pages, 6 tables, 2 charts, 10 attachments
The data from Health Services of Bengkulu City in 2015 showed diarrhea patients
reached 3,956 people. The highest data is in the work area of Public Health in
Basuki Rahmat as many as 418 people, and the lowest is in the work area of Public
Health in Bentiring as many as 52 people. Based on data obtained from Work Area
of Public Health in Sukamerindu, the number of children as diarrhea patients in
2015 was 258 people, in 2016 there were 196 people, in 2017 there were 349 people.
In 2017 the number of toddler mothers who visited the Work Area of Public Health in
Sukamerindu was 3,225 people. This study aims to determine the relationship of
environmental sanitation and behavioral of mother with diarrhea cases in toddlers
aged 3-5 years in the Work Area of Public Health in Sukamerindu of Bengkulu City
in 2018. The research method was used descriptive analytic with a cross sectional
approach. The sampling technique was used accidental sampling technique where
the sampling is not determined in advance, the researcher immediately collects the
data from the sampling unit as many as 97 people.The results of this study revealed
that most respondents (70.9%) had good environmental sanitation, almost all
respondents (78.4%) with good behavior, almost all respondents (83.5%) did not
experience diarrhea. There is a Relationship between Environmental Sanitation (p =
0,000) and Maternal Behavior (p = 0,000) with Diarrhea Casess in Toddlers in the
Work Area of Public Health in Sukamerindu of Bengkulu City in 2018. The
researchers suggest to the public health that the results of this study can be useful for
to the public health as additional information about the relationship of environmental
sanitation and maternal behavior with diarrhea cases in toddlers.
Keywords: Environmental Sanitation, Maternal Behavior, Diarrhea
Literature: 32 (2007-2016) This document is translated according to
its original text by the team of
translatorsin UPT Bahasa Inggris,
University of Dehasen Bengkulu.

Signature

Azizatul Banat, SS., M.TPd.


Administrator
8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
vi
dak karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan

judul ‘’Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada

Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

Tahun 2018’’

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik materi

maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Agr. Ir. Johan Setianto, selaku Rektor Universitas Dehasen

Bengkulu

2. Ibu Dr. Ida Samidah, S.Kp, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Dehasen Bengkulu.

3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes, Selaku Wakil Dekan I Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

5. Ibu Ns. Murwati, S.Kep, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu


9

6. Ibu Ns. Dwi Wulandari, S.Kep, MAN, selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan Skripsi penelitian ini

7. Ibu Ns. Mirawati, S.Kep, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan Skripsi penelitian ini


vii
8. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes, selaku Penguji I yang telah

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan penelitian ini

9. Ibu Ns. Elsi Rahmadani, S.Kep, M.Kep, selaku Penguji II yang telah

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan penelitian ini

10. Terimakasih kepada pihak Puskesmas Sukamerindu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

11. Seluruh staf dosen pengajar yang telah banyak memberikan ilmu kesehatan

khususnya keperawatan selama perkuliahan

12. Ayahanda dan Ibunda serta saudaraku yang telah memberikan doa dan semangat

untuk menyelesaikan Skripsi penelitian ini

13. Teman-teman sealmamater di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen

Bengkulu

14. Dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian Skripsi penelitian ini dibuat semoga dapat memberikan manfaat dan

mendapatkan masukan dan kritikan yang membangun. Terima kasih

Bengkulu, Agustus 2018


10

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
viii
HALAMAN ii
PENGESAHAN................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ iv
KEASLIAN PENELITIAN.................................................................................. v
ABSTRAK.............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 6
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 7
D. Manfaat Penelitian………………………………………….................

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8


A. Diare...................................................................................................... 8
1. Pengertian...................................... 9
................................................... 11
2. Klasifikasi 12
Diare............................................................................... 13
3. Penyebab 14
Diare................................................................................. 15
4. Patofisiologi................................... 18
...................................................
5. Manifestasi 31
Klinis............................................................................. 32
6. Komplikasi 34
Diare..............................................................................
7. Pencegahan
11

Diare..............................................................................
B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare....................
C. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Usia 3-5 Tahun...................................................................................... 35
D. Hubungan Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita................ 36
E. Kerangka Teori……………………...................................................... 37

38
38
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
38
HIPOTESIS
40
A. Kerangka Konsep………………………………………………...........
ix 41
B. Definisi Operasional………………………………………..................
43
C. Hipotesis Penelitian…………………………………………................
47
47
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian………………………………………………….......
B. Tempat dan Waktu………………………………………………….....
49
C. Populasi dan Sampel………………………………………………......
49
D. Instrumen Penelitian..............................................................................
49
E. Uji Validitas dan Readilitas..................................................................
51
F. Tehnik Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisa ………...............
G. Alur Penelitian...................................................................................... 52
H. Etika Penelitian………………………………………………….......... 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian...................................................................................... 65
1. Gambaran Tempat Penelitian........................................................... 65
2. Jalannya Penelitian...........................................................................
3. Analisis Univariat.............................................................................
4. Analisis Bivariat...............................................................................
B. Pembahasan............................................................................................

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional Penelitian
x 36

5.1 Distribusi frekuensi Sanitasi Lingkungan di Wilayah Kerja 50


Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018

5.2 Distribusi frekuensi Perilaku Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas 51


Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018

5.3 Distribusi frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun 51
di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun
2018

5.4 Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada 52


Balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu Tahun 2018

5.5 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 53
3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu Tahun 2018
13

DAFTAR BAGAN
xi
Nomor Judul Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teoritis Penelitian 34
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 35
14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor xii
Lampiran
1 Surat Izin penelitian Dari Intitusi Pendidikan

2 Surat Izin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Bengkulu

3 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Bengkulu

4 Surat selesai penelitian dari Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

5 Surat Pengantar Responden

6 Surat Persetujuan Menjadi Responden

7 Kuesioner

8 Master Tabel

9 SPSS

10 Lembar Konsul
15

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

buang air besar yang dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang

mungkin dapat disertai dengan muntah dan tinja berdarah. Penyakit ini paling

sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,

dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (WHO, 2011).

Data United Nations International Children Fund (UNICEF) dan World

Health Organization (WHO) tahun 2013 mengatakan diare merupakan penyebab

kematian nomor 2 pada balita setelah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

(Cahyanigrum, 2015). Sebanyak 1,7 miliyar kasus diare terjadi setiap tahunnya

dan menyebabkan sekitar 760.000 anak meninggal dunia setiap tahunnya. Selain

menjadi masalah di negara berkembang, ternyata diare juga masih menjadi

masalah kesehatan di negara maju. Di Eropa, lebih dari 160.000 anak-anak

meninggal sebelum berusia 5 tahun dan lebih dari 4% kasus kematian disebabkan

oleh diare (WHO, 2013). Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan

juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering

disertai dengan kematian (Sutarjo, 2016).

1
2

Di Indonesia, angka kejadian diare akut diperkirakan masih sekitar 60

juta setiap tahunnya dan angka kesakitan pada balita sekitar 200-400 kejadian

dari 1000 penduduk setiap tahunnya dan 1-5% berkembang menjadi diare kronik

(Soebagyo, 2008). Dari hasil survey morbiditas yang dilakukan oleh subdit diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2012 – 2015 memperlihatkan kecenderungan

insiden naik. Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000

balita, tahun 2013 insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-

10,2%). Tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare dengan jumlah penderita 1.213

orang dan kematian 30 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) = 2,47%

(DEPKES RI, 2015). Provinsi Bengkulu pada tahun 2016 jumlah kejadian diare

mencapai 23,7% (Kemenkes RI, 2017).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2015 menunjukkan

penderita diare pada balita usia 3-5 Tahun mencapai 3.956 orang. Data tertinggi

berada di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmat sebanyak 418 orang, dan

yang terendah berada di wilayah kerja Puskesmas Bentiring sebanyak 52 orang.

Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

jumlah balita usia 3-5 Tahun yang menderita diare pada tahun 2015 ada 258

orang, pada tahun 2016 sebanyak 196 orang, pada tahun 2017 sebanyak 349

orang. Pada tahun 2017 jumlah ibu balita usia 3-5 Tahun yang berkunjung ke

Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu sebanyak 3.225 orang.

Diare masih menjadi salah satu kesehatan masyarakat luas

yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan


3

dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia (Widoyono,

2008).Diare dapat berlangsung beberapa hari dan dapat menyebabkan tubuh

kehilangan cairan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.Diare merupakan

gejala dari infeksi di saluran usus yang dapat disebabkan oleh berbagai

organisme seperti bakteri, virus dan parasit.Infeksi dapat ditularkan melalui

makanan yang terkontaminasi atau air minum, atau dari orang ke orang karena

higiene yang buruk. Diare dapat dicegah antara lain dengan mengkonsumsi air

minum yang aman, meningkatkan sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun

dapat mengurangi resiko penyakit diare (WHO, 2013).

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya diare pada balita

diantaranya, faktor infeksi, faktor malabsorbsi dan faktor makanan.Serta

beberapa faktor yang mempengaruhi diare meliputi faktor sanitasi lingkungan,

faktor perilaku, faktor gizi (Suharyono, 2008).Faktor sanitasi lingkungan yang

paling dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.Kedua faktor ini

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.Apabila faktor lingkungan tidak

sehat karena tercemar kuman diare dan berakumulasi dengan perilaku manusia

yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi

(Depkes, 2005).Faktor gizi juga ikut mempengaruhi diare, dimana semakin buruk

gizi seorang balita, ternyata semakin banyak episode diare yang dialami.

Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan mempunyai

peran penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan anak. Kemampuan ibu

sangat menentukan keselamatan anak yang mengalami diare mulai dari


4

mengenali apa itu diare, tanda gejala diare, penyebab, dampak / komplikasi yang

muncul akibat diare, serta upaya melakukan pertolongan pertama untuk

mencegah terjadinya dehidrasi serta perawatan sebelum mendapat pengobatan

lanjutan dari tenaga kesehatan. Kebersihan anak yang kurang, akan memudahkan

terjadinya penularan penyakit seperti diare. Oleh karena itu pendidikan yang

cukup harus ditunjukan untuk mengetahui bagaimana cara membuat lingkungan

yang baik dan layak (Tambuwun, 2015).

Sanitasi lingkungan dapat menjadi faktor penyebab penularan penyakit

karena dapat menurunkan kondisi fisik seseorang sehingga rentan terhadap

penyakit. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya penyakit diare

yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,

kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis,

pembuangan sampah sembarangan, kebersihan perorangan dan lingkungan yang

jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2015) dengan judul

“Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di desa

Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar”. Hasil

penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan

kejadian diare pada balita di desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan

Kebakkramat Kabupaten Karanganyar di uji dengan Chi-Square didapatkan

p=0.000 (p<0,05) yang artinya bermakna secara statistik.


5

Seperti diketahui, seseorang dapat menjadi sehat atau sakit akibat dari

kebiasaan atau perilaku yang dilakukannya. Dalam hal ini, kebiasaan yang tidak

sehat dapat menunjang terjadinya penyakit,sedangkan kebiasaan yang sehat dapat

membantu mencegah penyakit (Soemirat, 2014). Berdasarkan hal diatas, bahwa

kondisi penyebab penyakit berada dilingkungan keluarga kita.Keluarga

merupakan komponen terpenting dalam pembentukan derajat kesehatan anggota

keluarganya.Peranan ibu dalam keluarga sangat besar terhadap pembentukan

perilaku, khususnya dalam hal kesehatan. Perilaku ibu yang baik akan cenderung

membentuk perilaku yang baik pula terhadap anggotanya. Begitu juga pada balita

dimana balita merupakan sasaran yang sangat mudah terkena penyakit, yang

apabila perilaku ibu tidak mendukung kesehatan balita tersebut maka besar

pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Soemirat, 2014). Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2013), menunjukkan adanya hubungan

antara perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pattalassang

Kabupaten Takalar dengan nilai p value 0,000

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Ibu

dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas masih tingginya kejadian diare

yang disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan perilaku ibu yang kurang baik,
6

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui

apakah ada hubungan sanitasi lingkungan dan perilaku ibu dengan kejadian diare

pada balita usia 3-5 Tahundi Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota

Bengkulu Tahun 2018 ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui hubungan sanitasi lingkungan dan perilaku ibu dengan kejadian

diare pada Balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu

Kota Bengkulu Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi sanitasi lingkunga di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu Tahun 2018.

b. Diketahui distribusi frekuensi perilaku ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu Tahun 2018

c. Diketahui distribusi frekuensi kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu Tahun 2018

d. Diketahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada

balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun

2018.

e. Diketahui hubungan perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita Usia

3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2018.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi

perkembangan ilmu Keperawatan dan menambah kajian ilmu Keperawatan

untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan perilaku ibu

terhadap kejadian diare pada Balita usia 3-5 Tahun.

2. Praktis

a. Puskesmas

Hasil penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program

kegiatan bimbingan, pembinaan, dan konseling dalam upaya peningkatan

kebersihan dan kesehatan sanitasi lingkungan untuk mencegah kejadian

diare pada balita usia 3-5 Tahun

b. Bagi Responden

Dari hasil penelitian ini diharapkan responden mengetahui tentang

hubungan sanitasi lingkungan dengan perilaku ibu terhadap kejadian

diare pada Balita usia 3-5 Tahun

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan bahan-bahan

referensi dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam

mengembangkan penelitian ini khususnya tentang hubungan sanitasi

lingkungan dengan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada Balita usia

3-5 Tahun.
8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Diare

1. Pengertian Diare

Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan

bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya

frekuensi buang air besar yang dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari

yang mungkin dapat disertai dengan muntah dan tinja berdarah. Penyakit ini

paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama

kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat

(WHO, 2011).

Diare adalah suatu keadaan buang air besar (defekasi) dengan feses

yang berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan demikian

kandungan air pada feses lebih banyak dari pada biasanya (Priyanto &

Lestari, 2009). Balita yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh

sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak

berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa (Robbins & Cotran,

2009).

Diare sering dikaitkan dengan penyakit bawaan sehingga diare

ditularkan secara fecal-oral melalui masuknya makanan atau minuman yang

8
9

terkontaminasi.Penularan dapat juga terjadi karena makan dengan tangan

yang terkontaminasi (Ditjen P2PL, 2009).

2. Klasifikasi Diare

a. Berdasarkan Lama Diare

1) Diare Akut

Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung

selama 14 hari dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat

atau tanpa disertai lendir atau darah. Diare akut dapat menyebabkan

dehidrasi dan bila kurang megonsusmsi makanan akan mengakibatkan

kurang gizi ( Ernawati, 2012).

2) Diare Kronik

Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2

minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat

badan secara signifikan dan malasah nutrisi (Sodikin, 2011).

3) Diare Persisten

Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai

darah berlanjut sampai 14 hari atau lebih.Jika terdapat dehidrasi

sedang atau berat diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare

persisten menyebabkan kehilangan berat badan karena pengeluaran

volume faces dalam jumlah banyak dan berisiko mengalami diare

(Sodikin, 2011).
10

Diare persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan

diare persisten tidak berat atau ringan.Diare persisten berat

merupakan diare yang berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda

dehidrasi, sehingga anak memerlukan perawatan di rumah

sakit.Sedangkan diare persisten tidak berat atau ringan merupakan

diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang tidak

menunjukkan tanda dehidrasi (Ariani, 2016).

4) Diare mal Nutrisi Berat

Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi dapat

menyebabkan anak mengalami malnutrisi karena selama

sakit,mengalami infeksi, anak mengalami penurunan asupan

makanan, gangguan pertahanan dan fungsi imun (Kuntari, 2013).

b. Berdasarkan patofisiologik diklasifikasi menjadi dua yaitu:

1) Diare Sekresi

Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen

maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh

bahan-bahan kimia misalnya keracunan makanan atau minuman yang

terlalu pedas, selain itu juga dapat disebabkan defisiensi imun atau

penurunan daya tahan tubuh (Simadibrata, 2009).


11

2) Diare Osmotik

Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik

intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia,

makanan tertentu seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan

diet dan pemanis obat berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi

seperti sorbitol atau fruktosa (Octa, dkk, 2014).Diare osmotik dapat

terjadi akibat gangguan pencernaan kronik terhadap makanan tertentu

seperti buah, gula/manisan dan permen karet.

3. Penyebab Diare

Penyebab diare berasal dari beberapa faktor yang terdiri dari :

a. Faktor Makanan

Faktor makanan disebabkan karena toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya

menyebabkan penururnan kesempatan untuk menyerap makanan atau

minuman yang terkontaminasi mikroorganisme dan paling banyak

disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Escherihcia coli, Salmonella dan

Vibro cholera (Maradona, 2011). Faktor makanan juga bisa disebabkan

karena makanan yang sudah basi, makanan beracun, dan alergi makanan

sehingga usus tidak mampu menyerap dengan baik yang kemudian akan

menyebabkan diare (Ngastiyah, 2014).


12

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi terjadinya peristaltik usus

sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan. Penyebab diare

yang paling sering ditemukan di lapangan atau secara klinis karena

infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011).

Beberapa yang menyebabkan resiko terjadinya diare yaitu:

a. Tidak diberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan .

b. Penggunaan botol susu yang tidak bersih dapat memudahkan kuman

masuk ke dalam botol pada saat susu dimasukan ke dalam botol susu.

c. Menyimpan makanan masak yang terpapar kuman

d. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses, hal ini

disebabkan karena tangan yang tercemar atau terkontamiasi oleh bakteri

mengenai air sewaku mengambil air dari tempat penyimpanan.

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, membuang fese, atau

sebelum memasak makanan

f. Sanitasi Lingkungan

g. Perilaku (Sodikin, 2011).

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar penyebab diare adalah gangguan osmotik (makanan

yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam

rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
13

menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus meningkat

kemudian terjadi diare.Ganguan motiliasi usus yang mengakibatkan

hiperperistaltik dan hipoperistaltik (Ariani, 2016).

Diare juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi sebagai akibat

renjatan syok hipovolemik, perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,

asidosis bertambah bgerat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran

menurun dan bila tidak segera diatasi pasien akan meninggal (Hasan, Alatas,

2009).

5. Manifestasi Klinis

a. Berat badan menurun

b. Turgor kulit ≥ 2 detik

c. Mata dan ubun-ubun cekung

d. Mulut dan kulit menjadi kering

e. Nafsu makan menurun (Octa, dkk, 2014)

f. Anak tampak gelisah dan suhu badannya meningkat

g. Konsistensi tinja encer berlendir atau berdarah.

h. Warna tinja tampak kehijauan akibat tercampurnya dengan cairan

empedu.

i. Anak mengalami gangguan gizi akibat kurangnya intake (asupan)

makanan. j.

j. Anak mengalamia hipoglikemia ( penurunan kadar gula darah) dan

dehidrasi (kekurangan cairan) Widjaja, (2002).


14

6. Komplikasi Diare

a. Dehidrasi

Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan

terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat

normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali

cepat. Dehidrasi sedang keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel,

mata terlihat cekung, haus dan merasa ingin minum banyak dan turgor

kulitnya kembali lambat.Sedangkan dehidrasi berat keadaan umumnya

terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor

kulitnya kembali sangat lambat > 2 detik. (Depkes RI, 2008).

b. Hipernatrenia

Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, menurut

penelitian jurmalis, Sayoeti, dan Dewi tahun (2008) , menemukan bahwa

10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat mengalami

hipernatremia.

c. Hiponatremia

Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau

hanya mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang

mengalami infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema (Sayoeti &

Dewi, 2008).
15

d. Hipokalemia

Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang

menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan otot,

peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia

(Ngastiyah, 2005 dalam penelitian Andri 2015).

e. Demam

Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika

penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus (Grace & Jerald,

2010). Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh

tubuh. Bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan

membran sel. Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau

infeksi tersebut adalah neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis.

Sekresi fagosik menginduksi timbulnya demam (Ariani, 2016).

7. Pencegahan Diare

a. Memberikan ASI

Pemberian ASI pada bayi dilakukan untuk menghindari adanya

kontaminasi oleh bakteri dan mikroorganisme lain penyebab diare.

Pemberian ASI memberikan antibodi dan zat-zat lain yang terkandung di

dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi (Depkes RI, 2011).


16

b. Memperbaiki Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada saat bayi mulai

terbiasa dengan makanan orang dewasa, hal ini desebakan karena

pemberian makanan pendamping ASI meningkatkan resiko terjadinya

diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian

(Sinthamurniwaty, 2012).

c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Menggunakan air yang bersih dan melindungi air dari kontaminasi bisa

dengan mengambil air dari sumber air yang bersih, simpan air di tempat

bersih dan tertutup, menggunakan gayung khusus untuk mengambil air,

jaga sumber air dari pencemaran seperti; air bekas mandi anak dan

binatang, minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih),

serta cuci semua alat masak dan alat makan dengan air bersih dan cukup

(Depkes RI, 2011).

d. Mencuci Tangan

World Bank menyatakan bahwa melakukan kebiasaan mencuci tangan

dapat mengurangi resiko terserang gangguan pencernaan dan diare

sebesar 48% (Unilever, 2011). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa

mencuci tangan menggunakan sabun khususnya setelah kontak dengan

feses dapat menurunkan insiden diare sebesar 42-47% (Kemenkes, 2010).


17

e. Menggunakan Jamban

Penggunaan jamban dapat menurunkan resiko terhadap diare, jamban

yang berfungsi dengan baik dibersihkan secara teratur, serta

menggunakan alas kaki bila akan buang air besar. Jarak jamban sebaiknya

berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter (Ernawati,

2012).

f. Membuang Tinja Bayi Dengan Benar

Membuang tinja bayi ke dalam jamban dengan sesegera mungkin.Bila

tidak dibuang di jamban dapat dibuang dalam lubang atau kebun yang

kemudian ditimbun dan jangan lupa mencuci tangan dengan sabun

(Kemenkes RI, 2011).

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada anak merupakan salah satu upaya

pencegahan diare, karena anak yang sakit campak sering disertai dengan

diare, sehingga imunisasi campak sangat penting untuk mencegah

penyakit diare pada anak (Depkes RI, 2011).

h. Pengolaan Sampah

Pengolaan sampah sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan

penyakit diare dengan cara menyediakan tempat sampah, sampah

dikumpulkan setiap hari dan dibuang di tempat pembuangan sampah

(Ernawati,2012).
18

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare

1. Sanitasi Lingkungan

a. Sumber Air Minum

Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan

manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak,

mencuci, mandi dan sebagainya. Di antara kegunaan-kegunaan air

tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.Oleh

karenna itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk memasak) air harus

mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan

penyakit bagi manusia termasuk diare.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih

adalah:

1) Mengambil air dari sumber air yang bersih.

2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan

tertutup,

serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.

3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,

anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum

dengan sumber pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan

sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.

4) Menggunakan air yang direbus.


19

5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih

dan cukup (Depkes RI, 2010).

Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, maka

masyarakat menggunakan berbagai macam sumber air bersih menjadi air

minum. Sumber-sumber air minum tersebut seperti :

1) Air hujan atau Penampungan Air Hujan (PAH)

Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum.

Tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium.Oleh karena itu, agar

dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di

dalamnya.

2) Air Sungai dan Danau

Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini

juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam

sungai atau danau.Kedua sumber air ini sering disebut air permukaan.

3) Mata Air

Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah

yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, bila

belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum

langsung, tetapi karena belum yakin apakah betul belum tercemar,

maka sebaiknya air tersebut direbus terlebih dahulu sebelum

diminum.
20

4) Air Sumur Dangkal

Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah.

Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu

ke tempat yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai

dengan 15 meter dari permukaan tanah.

5) Air Sumur Dalam

Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.

Dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh

karena itu, sebagian besar air minum dalam ini sudah cukup sehat

untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses

pengolahan).

b. Kualitas Fisik Air Bersih

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau. Menurut Notoatmodjo (2013), syarat-syarat air

minum yang sehat adalah sebagai berikut:

1) Syarat Fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening

(tidak berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara

di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air

yang memenuhi persyaratan fisik tidak sukar.


21

2) Syarat Bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala

bakteri, terutama bakteri patogen.Cara untuk mengetahui apakah air

minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa

sampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang

dari empat bakteri E. coli, maka air tersebut sudah memenuhi syarat

kesehatan.

3) Syarat Kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di

dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat

kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada

manusia seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen (0,05 mg/l),

tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6

mg/l), dan CO2 (0 mg/l).

Berdasarkan hasil penelitian Rahadi (2015) bahwa air

mempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakit

menular.Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan

keadaan air itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk

kehidupan mikroorganisme.Hal ini dikarenakan sumur penduduk

tidak diplester dan tercemar oleh tinja.Banyaknya sarana air bersih

berupa sumur gali yang digunakan masyarakat mempunyai tingkat


22

pencemaran terhadap kualitas air bersih dengan kategori tinggi dan

amat tinggi.

Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat

kesehatan berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori

tinggi dan amat tinggi dapat mempengaruhi kualitas air bersih dengan

adanya pencemaran air kotor yang merembes ke dalam air sumur.

c. Kepemilikan Jamban

Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai

tempat buang air besar.Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja,

jamban sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai

gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.Gangguan tersebut

dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Menurut

Notoatmodjo (2013), suatu jamban disebut sehat untuk

daerah pedesaan, apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

berikut:

1) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.

2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan

binatang-binatang lainnya.

5) Tidak menimbulkan bau.

6) Mudah digunakan dan dipelihara.


23

7) Sederhana desainnya.

8) Murah.

9) Dapat diterima oleh pemakainya.

Menurut Entjang (2010), macam-macam kakus atau tempat

pembuangan tinja, yaitu:

1) Pit-privy (Cubluk)

Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah

dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnya

diperkuat dengan batu atau bata, dan dapat ditembok ataup un tidak

agar tidak mudah ambruk. Lama pemakaiannya antara 5-15 tahun. Bila

permukaan penampungan tinja sudah mencapai kurang lebih 50

cm dari permukaan tanah, dianggap cubluk sudah penuh.Cubluk yang

penuh ditimbun dengan tanah.Ditunggu 9-12 bulan.Isinya digali

kembali untuk pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan

kembali.

2) Aqua-privy (Cubluk berair)

Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah

sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama

seperti halnya pembusukan tinja dalam air kali. Untuk kakus ini, agar

berfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang

dipergunakan atau tidak.


24

3) Watersealed latrine (Angsa-trine)

Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi

persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang

dianjurkan. Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa, sehingga

akan selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat, sehingga

bau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus

4) Bored hole latrine

Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena

untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan

sementara

5) Bucket latrine (Pail closet)

Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian

dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat

meninggalkan tempat tidur.

6) Trench latrine

Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat

penampungan tinja. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya

7) Overhung latrine

Kakus ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam,

selokan, kali dan rawa


25

8) Chemical toilet (Chemical closet)

Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda

sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan

dalam kendaraan umum, misalnya pesawat udara atau kereta api.

Dapat pula digunakan dalam rumah sebagai pembersih tidak

dipergunakan air, tetapi dengan kertas (toilet paper).

d. Kondisi Tempat Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2013).

Menurut Mukono (2010), sampah padat dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, antara lain:

1) Kandungan zat kimia, dibedakan menjadi:

a) Sampah anorganik

b) Sampah organic

2) Mudah sukarnya terbakar, dibedakan menjadi:

a) Sampah yang mudah terbakar

b) Sampah yang sukar terbakar

3) Mudah sukarnya membusuk, dibedakan menjadi:

a) Sampah yang sukar membusuk

b) Sampah yang mudah membusuk


26

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara

setelah sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber/penghasil

sampah seperti sampah rumah tangga. Menurut Winarsih (2009), syarat

tempat sampah yang baik, antara lain:

1) Tempat sampah yang digunakan harus memliki tutup.

2) Sebaiknya dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering

3) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan.

4) Tidak terjangkau vektor seperti tikus, kucing, lalat dan sebagainya.

5) Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak

berceceran sehingga mengundang datangnya lalat.

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai

sumberdaya.Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan

sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media

berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi

medium perantara menyebarluaskan suatu penyakit.Syarat lainnya yang

harus dipenuhi, yaitu mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan

bau (tidak mengganggu nilai estetis dan lainnya (Azwar, 2012).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2013) cara-cara pengelolaan

sampah sebagai berikut:


27

1) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-

masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah.Oleh

sebab itu setiap rumah tangga atau institusi harus mengadakan tempat

khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing

tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat

Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat

Penampungan Akhir (TPA). Mekanisme sistem atau cara

pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab

pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan

masyarakat produksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan.

Sedangkan untuk daerah perdesaan pada umumnya sampah dapat

dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun

TPA.Sampahnya umumnya dibakar atau dijadikan pupuk. Syarat-

syarat tempat sampah antara lain :

a) Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah

berseraknya sampah.

b) Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta

dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka

atau ditutup tanpa mengotori tangan.

c) Terbuat dari bahan yang kedap air.


28

2) Pemusnahan dan Pengolahan Sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui

berbagai cara, antara lain :

a) Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun

dengan sampah.

b) Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar di dalam tengku pembakaran.

c) Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah

menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan,

sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

e. Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001,

air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang

berwujud cair. Sementara menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) air

limbah atau air buangan merupakan air yang tersisa dari kegiatan manusia,

baik kegiatan rumah tangga maupunkegiatan yang lainnya, dibuang dalam

bentuk yang sudah kotor (tercemar) dan pada umumnya mengandung

bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia serta mengganggu kesehatan hidup. Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang

air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari
29

jamban atau peturasan. Saluran pembuangan air limbah yang sehat

hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih

minimal 10 meter).

2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk

sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat).

3) Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat).

4) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan

(tidak bocor sampai meluap)

2. Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enterik dan

meningkatkan risiko terjadinya diare (Depkes RI, 2015). Perilaku-perilaku itu

antara lain:

a. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan.

b. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman karena

botol susu susah dibersihkan.

c. Menggunakan air minum yang tercemar.

d. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang

tinja anak.

e. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.


30

3. Pengetahuan

Menurut Adisasmito (2007) rendahnya pengetahuan ibu

mempengaruhi pola hidup sehat.Pola hidup merupakan faktor risiko yang bisa

menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. Pengetahuan seorang ibu

yang cukup dapat menerapkan perilaku hidup sehat, mengetahui pencegahan

dan dapat menangani setiap risiko yang dapat menimbulkan diare, begitu pula

sebaliknya pengetahuan ibu yang rendah tidak dapat menerapkan hidup sehat,

dan tidak mengetahui pencegahan dan tidak dapat menangani setiap faktor

risiko yang dapat menimbulkan diare (Wijaya, 2012).

4. Personal Hygiene

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi

kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi

oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di

antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang

terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.  Personal hygiene berasal

dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene

berarti sehat.Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis

(Andarmoyo, 2012).
31

5. Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap faktor-faktor penyebab

diare.Kebanyakan penderita diare berasal dari keluarga yang besar dengan

daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air

bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang

rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan.Karena itu,

edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperanan dalam pencegahan dan

penanggulangan diare.

6. Status Gizi

Keberadaan status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh

manusia. Orang yang menderita gizi buruk atau gizi kurang akan lebih muda

terjangkit penyakit menular atau penyakit infeksi. Apabila gizi kurang, zat gizi

yang dibutuhkan tidak akan mencukupi, sehingga tubuh akan mudah sakit.

Selain itu, kurang gizi berpengaruh terhadap diare. Semakin buruk gizi

seseorang, semakin banyak episode diare yang dialami

C. Hubungan Sanitasi Lingkungan Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang

saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu

sendiri.Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu

maupun

kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2013). Menurut model segitiga


32

epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi satu sama lain yaitu antara

faktor lingkungan, agent dan host (Timmreck, 2014).

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi

penentu pendorong terjadinya diare.Faktor lingkungan merupakan faktor yang

paling penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya

perbaikan sanitasi lingkungan (Zubir, 2006). Seseorang yang daya tahan

tubuhnya kurang, maka akan mudah terserang penyakit. Penyakit tersebut antara

lain diare, kolera, campak, tifus, malaria, demam berdarah dan influensa (Slamet,

2012). Masalah-masalah kesehatan lingkungan antara lain pada sanitasi

(jamban), penyediaan air minum, perumahan, pembuangan sampah dan

pembuangan air limbah (Notoatmodjo, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septian

Bumolo (2012), dengan judul Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dan

Personal Hygiene dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan bermakna antara: Saluran pembuangan air limbah, pvalue = 0,014.

Membuang tinja balita, pvalue = 0,032. Sanitasi sampah, pvalue = 0,026

D. Hubungan Perilaku Ibu Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun

Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan mempunyai peran

penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan anak. Kemampuan ibu sangat

menentukan keselamatan anak yang mengalami diare mulai dari mengenali apa

itu diare, tanda gejala diare, penyebab, dampak / komplikasi yang muncul akibat
33

diare, serta upaya melakukan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya

dehidrasi serta perawatan sebelum mendapat pengobatan lanjutan dari tenaga

kesehatan. Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan sangat memegang

peranan penting pada masa pertumbuhan anak baik secara fisik maupun

psikisnya. Kebersihan anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya penularan

penyakit seperti diare. Oleh karena itu pendidikan yang cukup harus ditunjukan

untuk mengetahui bagaimana cara membuat lingkungan yang baik dan layak

(Tambuwun, 2015).

Peranan ibu dalam keluarga sangat besar terhadap pembentukan perilaku,

khususnya dalam hal kesehatan. Perilaku ibu yang baik akan cenderung

membentuk perilaku yang baik pula terhadap anggotanya. Begitu juga pada balita

dimana balita merupakan sasaran yang sangat mudah terkena penyakit, yang

apabila perilaku ibu tidak mendukung kesehatan balita tersebut maka besar

pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Soemirat, 2014).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mauliku (2012) dengan

judul “Hubungan Antara Faktor Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat” hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan kejadian diare

pada balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat dengan nilai

p=0,019.
34

E. Kerangka Teori

Penyebab Diare:
1. Faktor Makanan
2. Faktor Psikologi

Faktor-Faktor Penyebab
Kejadian Diare Pada Balita
Diare :
usia 3-5 Tahun
1. Sanitasi Lingkungan
2. Perilaku Ibu
3. Pengetahuan
4. Personal Hygiene
5. Sosial Ekonomi
6. Status Gizi

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian


35

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen
Sanitasi Lingkungan
Kejadian Diare Pada Balita
Usia 3-5 Tahun
Perilaku Ibu

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

35
36

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah pengertian dari variabel

yang terdapat dalam penelitian yang akan diteliti serta memiliki batasan-batasan

yang ditetapkan oleh peneliti.

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Al;at Ukur Hasil ukur Skala
penelitian
1 Sanitasi Suatu keadaan Mengisi Lembar 0= Buruk jika Nominal
Lingkungan lingkungan yang terdiri Lembar Observasi skor Mean
dari : Observasi ≤15,76
a. Sumber Air Minum
b. Kondisi Jamban 1= Baik jika
c. Kondisi Tempat skor Mean
Sampah >15,76
d. Kondisi Saluran
Pembuangan Air
Limbah

2 Perilaku Ibu Kegiatan atau aktivitas Mengisi Lembar 0= Buruk, jika Nominal
ibu yang dapat diamati Checklist Checklist skor Mean
pihak luar baik secara <34,97
langsung maupun tidak
langsung 1= Baik, jika
skor Mean
≥34,97

3 Kejadian Diare Balita yang menderita Melihat Status 0 : Diare


diare sesuai dengan Status pasien Nominal
diagnose medis yang Pasien 1 : Tidak diare
ditegakkan di status
pasien
37

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap persoalan penelitian yang akan

dibuktikan dalam penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Ha1 : Ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita

Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun

2018

Ha2 : Ada hubungan Perilaku Ibu dengan kejadian diare pada balita Usia 3-

5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2018


38

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan

pendekatan cross sectional. Studi kuantitatif deskripif adalah suatu studi untuk

melakukan pengamatan dengan interpretasi tepat dan termasuk didalamnya adalah studi

menggunakan analisa statistic untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa

fenomena kelompok.Sedangkan studi cross sectional adalah yang pendekatan yang

sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti pada kurun waktu tertentu berikutnya

(Notoadmodjo, 2010).

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni- 21 Juli Tahun

2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 3-5

Tahun yang berkunjung ke Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu. Yang

banyaknya berjumlah 3225 orang.


39

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai balita usia 3-5 Tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu. Tehnik pengambilan sampel

menggunakan tehnik accidental sampling yaitu pengambilan sampel tidak

ditetapkan terlebih dahulu, peneliti langsung mengumpulkan data dari unit

sampling yang ditemui. Besarnya sampel ditentukan oleh rumus (Notoadmodjo,

2010) adalah sebagai berikut :

N
n=
1+ nd ²

n= Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

d= Tingkat kepercayaan / ketetapan yang diingikan (0,1)

(Notoadmodjo, 2010)

Berdasarkan jumlah populasi yaitu sebanyak 3225, maka perhitungan sampel

sebagai berikut:

3225
n=
1+3225( 0,1)²

3225
n=
33,25

n=96,99
40

Dari perhitungan rumus diatas maka besar sampel yang diambil dengan

pembulatan adalah 97 orang yang mewakili seluruh seluruh ibu yang memiliki

anak balitadi Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu.

Dengan kriteria inklusi :

a. ibu yang membawa balita usia 3-5 Tahun yang berkunjung ke Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu

b. Balita usia 3-5 Tahun laki-laki dan perempuan

c. Bersedia untuk menjadi responden.

d. Bisa membaca dan menulis

D. Instrumen Penelitian

1. Lembar Checklist (Kuesioner)

Lembar checklist pada penelitian ini digunakan sebagai pedoman wawancara

untuk menggali informasi tentang perilaku ibu pada responden penelitian.Lembar

checklist dan observasi diadopsi dari tesis Sabariah Tahun 2014.Kuesioner yang

digunakan merupakan kuesioner terbuka dengan jumlah 10 pertanyaan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk keperluan pengamatan

sanitasi lingkungan antara lain : sumber air minum, kondisi jamban, kondisi tempat

sampah, dan kondisi saluran pembuangan air limbah. Lembar observasi diadopsi dari

tesis Sabariah Tahun 2014. Lembar observasi yang digunakan merupakan pertanyaan

terbuka dengan jumlah 20 pertanyaan

E. Uji Validitas dan Reabilitas


41

Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden,kuesioner diuji validitas dan

Reliabilitas terlebih dahulu agar instrument yang digunakan benar-benar telah memenuhi

syarat sebagai alat pengukur data (notoatmodjo, 2010). Uji validitas dan reliabilitas

dilakukan pada 10 ibu balita yang berkunjung ke Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu.

1. Uji Validitas

Menurut Notoatmodjo (2010). Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan

alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan Construct Validity untuk uji validitasnya yaitu dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada 10 responden sebagai sarana uji, kemudian dilakukan

uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner

tersebut.

Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berati semua item

(pertanyaan) yang ada dalam kuesioner itu mengukur konsep dengan peneliti ukur.

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment dengan rumus

uji validitas dalam penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu.

Keterangan :

X : pertanyaan nomer n

Y : skor total
42

XY : skor pertanyaan nomer n dikali skor total

Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai product

moment Bila r hitung lebih besar dari tabel, maka kuesioner dikatakan valid dan

dapat dipakai untuk penelitian.Namun sebaliknya, jika r hitung kuesionernya lebih

kecil r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid dan harus dikeluarkan dari

kuesioner. Dari hasil uji validitas kuesioner perilaku pencegahan ibu terhadap diare

10 pertanyaan valid dengan nilai lebih dari 0,3. Hasil uji validitas untuk lembar

observasi valid dengan nilai lebih dari 0,3.

2. Uji Reabilitas

Menurut Arikunto (2013), reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa

suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data, karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya,

yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila data yang

memang benar sesuai dengan kenyataan.maka berapa kalipun diambil tetap akan

sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha :

Keterangan :

n : Reliabilitas instrumen

: jumlah varians butir

. : Varians total
K : banyaknya butir pertanyaan item
43

Keputusan uji R adalah bila r alpha positif maupun negative dan r alpha > r table

tersebut reliabel .Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya

berbeda dalam rentang 0 sampai dengan 1.Semakin mendekati angka 1 dan 0,632

reliabilitasnya semakin tinggi.Sebaliknya jika semakin mendekati 0 maka

reliabilitasnya semakin rendah (Sugiyono, 2011).Dari hasil uji reabilitas kuesioner

perilaku pencegahan ibu terhadap diare 10 pertanyaan valid dengan nilai 0,926.Dari

hasil uji reabilitas lembar observasi dengan 21 pertanyaan valid dengan nilai 0,928.

F. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisa Data

1. Tehnik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang secara langsung dikumpulkan dari responden

dengan menggunakan lembar checklist dan observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil dari sumber-sumber data yang telah

ada pada instansi-instansi yang terkait.Data sekunder penderita diare dalam

penelitian ini didapatkan dari Puskesmas Sukamerindu.

2. Tehnik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing yaitu melihat apakah isi data pada lembar checklist yang akan diolah

tersebut tersedia lengkap dan apakah sudah relevan dengan tujuan penelitian

b. Coding yaitu pemberian code pada lembar checklist yang telah di edit.

c. Tabulating yaitu mentabulasi data berdasarkan kelompok data yang telah

ditentukan ke dalam master tabel.


44

d. Entry yaitu memasukkan data yang sudah dilakukan editing dan coding tersebut

ke dalam computer

e. Cleaning yaitu untuk memastikan apakah semua data sudah siap untuk di

analisa.

3. Tehnik Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisa data yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian.Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Adapun distribusi

frekuensi fariabel independen pada penelitian ini yaitu sanitasi lingkungan dan

perilaku ibu, sedangkan distribusi frekuensi variabel dependen yaitu kejadian

diare pada balita usia 3-5 Tahun.

Dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan variabel independen

sanitasi lingkungan dan perilaku ibu dan variabel dependen kejadian diare

sehingga dapat diketahui variasi dari masing-masing variabel. Dengan rumus

dikemukakan oleh (Notoadmodjo, 2010) sebagai berikut :

F
P= X 100 %
N

Keterangan :

P = Proporsi

F = Frekuensi

N = Jumlah seluruh sampel


45

Dari rumus nilai diatas nilai proporsi yang didapat dalam bentuk presentase

dapat di interprestasikan dengan menggunakan data :

0% : Tidak satupun dari responden

1%-25% : Sebagian kecil dari responden

26%-49% : Hampir sebagian dari responden

50% : Setengah dari responden

51%-75% : Sebagian besar dari responden

76%-99% : Hampir seluruh responden

100% : Seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (sanitasi lingkungan dan perilaku ibu) dan variabel dependen

(kejadian diare) yang menggunakan jenis data kategori sehingga uji analisis

yang digunakan yaitu uji chi-square.Chi-square adalah salah satu jenis uji

komparatif non parajmetis yang dilakukan pada dua variabel.Apabila tabel

kontingensi bentuk 2x2 maka rumus yang digunakan adalah “Koreksi

Yates”.Bila tabel kontingensi 2x2 seperti diatas, tetapi tidak memenuhi syarat

yaitu ada cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti

dengan rumus “Fisher Exact Test”.

Untuk melihat perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan atau nilai P

dengan  (0,05), dengan ketentuan sebagai berikut :


46

1) Jika : P  0,05, maka Ho ditolak/terdapat hubungan Signifikan antara sanitasi

lingkungan dan perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita usia 3-5

Tahun.

2) Jika : P > 0,05, maka Ho diterima/tidak terdapat hubungan signifikan antara

sanitasi lingkungan dan perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita usia

3-5 Tahun.

G. Alur Penelitian

Penetapan Pembimbing

Pengajuan Judul

Pengambilan Surat Pra


Penelitian Di Kampus

Pengambilan Data Di Dinas


Kesehatan Kota Bengkulu

Izin Penelitian Di Lahan Dan


Penelitian Awal

Pembuatan Proposal Penelitian


Dan Kosul Dengan Pembimbing
47

H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu meminta izin dari

pendidikan untuk mendapatkan persetujuan, kemudian kuisioner dikirim kesubjek yang

diteliti dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Anominity

Menjaga kerahasiaan responden yang diteliti, peneliti tidak mencantumkan namanya

pada lembar pengumpulan data. Cukup dengan memberikan kode tertentu pada

masing-masing lembar kuisioner.

2. Justice

Peneliti tidak melakukan diskriminasi saat memilih responden penelitian. Pada

penelitian ini responden dipilih berdasarkan criteria inklusi

3. Privacy

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data

tersebut saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
48

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

Puskesmas Sukamerindu berada di Kelurahan Sukamerindu Kecamatan

Sungai serut Kota Bengkulu yang terletak antara 8 0LS 1100BT dengan batas

wilayah sebelah utara Puskesmas Sukamerindu berbatasan dengan kelurahan

Rawa Makmur, Sebelah Selatan Bebatasan dengan Kelurahan Belakang

Pondok sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung Bali, dan

Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sawah Lebar.

Luas wilayah Puskesmas Sukamerindu adalah 17,22km2 yang terdiri

dari 7 kelurahan Sukamerindu, Tanjung Agung, Tanjung Jaya, Semarang,

Surabaya, Pasar Bengkulu dan Kampung Kelawi, Kondisi daerah beriklim

tropis dengan curah hujan rata-rata antara 250 sampai 300 ml/tahun, suhu

udara rata-rata 170C sampai 210C untuk musim hujan dan untuk musiim

panas 310C sampai 330C (Profil Puskesmas Sukamerindu, 2015).

2. Jalannya Penelitian
49

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya Hubungan Sanitasi

Lingkungan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5

Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun

2018. Langkah awal dilakukan peneliti adalah mengurus surat izin penelitian

di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Dinkes Kota kemudian di Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu. Peneliti mengumpulkan data dengan dua cara,

yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara

mengumpulkan data jumlah seluruh balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu. Kemudian penelitian dilakukan pada Tanggal

22 Juni-21 Juli 2018 untuk memperoleh data primer dengan membagikan

kuesioner kepada ibu balita yang telah diberikan info consent dan telah

bersedia menjadi responden dengan menggunakan tehnik accidental

sampling.

Data yang telah diperoleh dari penelitian kemudian dikelompokkan dan

ditabulasi sesuai dengan keperluan peneliti.Selanjutnya peneliti melakukan

pengolahan data dan analisis data.Pengolahan data dilakukan dengan tahap:

Editing yaitumemeriksa semua data untuk meneliti kembali apakah data-data

yang dibutuhkan telah lengkap; Coding yaitu memberikan kode pada masing-

masing data untuk mempermudah pengolahan data; dan entry, dimana data

yang telah di coding kemudian diolah kedalam komputer; Cleaning yaitu data

yang sudah dimasukkan dicek apakah ditemukan kesalahan pada Entry data.

Setelah itu data diolah melalui analisis univariat dan analisis bivariat. Dan
50

hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dari setiap variabel

independen dan dependen.

3. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi

frekuensiHubungan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian

Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu

Kota Bengkulu Tahun 2018.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Sanitasi Lingkungan di Wilayah Kerja


Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018

No Sanitasi Lingkungan Frekuensi Persentase(%)


1 Buruk 26 29,9
2 Baik 68 70,1

Jumlah 97 100

Dari tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

(70,9%)keadaan sanitasi lingkungan yang baik. Hampir sebagian responden

(29.9%) dengan sanitasi lingkungan yang buruk.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Perilaku Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas


Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018

No Perilaku Ibu Frekuensi Presentase (%)


1 Buruk 21 21,6
2 Baik 76 78,4
Jumlah 97 100
51

Dari tabel 5.2 diatas diketahui bahwa hampir seluruh responden (78,4%)

dengan perilaku yang baik. Hampir sebagian responden (21,6%) dengan

perilaku ibu yang buruk.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Diare pada Balita Usia 3-5 Tahundi
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2018

No Diare Frekuensi Presentase (%)


1 Diare 16 16.5
2 Tidak Diare 81 83,5
Jumlah 97 100

Dari tabel 5.3 diatas diketahui bahwa hampir seluruh responden

(83,5%) tidak mengalami diare. Sebagian kecil responden (16,5%)

dengan diare.

4. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

Independen (Sanitasi lingkungan, Perilaku ibu) dengan variabel Dependen

(diare) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun

2018

Tabel 5.4 Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada


Balita Usia 3-5 Tahundi Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018

Diare

Sanitasi Diare Tidak Diare Total P


52

Lingkungan F % F % F %

Buruk 15 51,7 14 48,3 29 100 0,000

Baik 1 21,5 67 98,5 68 100


Total 16 16,5 81 83,5 97 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 29 responden

dengan sanitasi lingkungan yang buruk sebagian besar (51,7) mengalami

diare dan hampir sebagian responden (48,3%) tidak mengalami diare. Dari

68 responden dengan sanitasi lingkungan yang baik, hampir seluruh

responden (98,5%) tidak mengalami diare dan sebagian kecil responden

(21,5%) dengan diare.

Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian

diare pada balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu

Kota Bengkulu Tahun 2018 digunakan uji Chi-Square (fisher exact test).

Dengan nilai (p)=0,000. Karena nilai p<0,05 berarti ada hubungan yang

signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara

sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita Usia 3-5 Tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018.

Tabel 5.5 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita
Usia 3-5 Tahundi Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu Tahun 2018

Diare

Perilaku Ibu Diare Tidak Diare Total P


53

F % F % F %

Buruk 14 66,7 7 33,3 21 100 0,000

Baik 2 2,6 74 97,4 76 100


Total 16 16,5 81 83,5 97 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 21 responden

dengan perilaku ibu yang buruk, sebagian besar (66,7%) mengalami diare

dan hampir sebagian responden (33,3%) tidak mengalami diare. Dari 76

responden dengan perilaku ibu yang baik, hampir seluruh responden (97,4%)

tidak mengalami diare dan sebagian kecil responden (2,6%) dengan diare.

Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dengan kejadian diare pada

balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota

Bengkulu Tahun 2018 digunakan uji Chi-Square (fisher exact test). Dengan

nilai (p)=0,000. Karena nilai p<0,05 berarti ada hubungan yang signifikan,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara perilaku ibu

dengan kejadian diare pada balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Sanitasi Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas


Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018
54

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

(70,9%)keadaan sanitasi lingkungan yang baik dan hampir sebagian

responden (29,9%) dengan sanitasi lingkungan yang buruk.

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek,

yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu

sendiri.Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan

individu maupun kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2013). Menurut

model segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi satu

sama lain yaitu antara faktor lingkungan, agent dan host (Timmreck,

2014).

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi

penentu pendorong terjadinya diare.Faktor lingkungan merupakan faktor

yang paling penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan

upaya perbaikan sanitasi lingkungan (Zubir, 2006). Seseorang yang daya

tahan tubuhnya kurang, maka akan mudah terserang penyakit. Penyakit

tersebut antara lain diare, kolera, campak, tifus, malaria, demam berdarah

dan influensa (Slamet, 2012). Masalah-masalah kesehatan lingkungan

antara lain pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan,

pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (Notoatmodjo, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Silolonga (2016) dengan judul

“Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia

Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado”. Hasil penelitian


55

diketahui bahwa sebagian besar responden (71,7%) dengan sanitasi

lingkungan yang baik dan hampir sebagian responden (28,3%) dengan

sanitasi lingkungan yang buruk.

Penelitian lain dilakukan oleh Yesenia (2017) dengan judul

“Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare di Desa Harapan

Lau Maciho Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi”. Hasil penelitian

diketahui bahwa sebagian besar responden (65,1%) dengan sanitasi

lingkungan yang baik dan hampir sebagian responden (34,9%) dengan

sanitasi lingkungan yang buruk.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat erat kaitannya

dengan sanitasi lingkungan, berbagai penyakit dapat timbul dari sanitasi

lingkungan yang buruk.Terutama pada anak yang masih rentan terhadap

berbagai penyakit.Dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik

setidaknya kita telah mengurangi satu dari beberapa faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit.

b. Gambaran Perilaku Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu


Kota Bengkulu Tahun 2018

Hasil penelitian diketahui bahwahampir seluruh responden (78,4%)

dengan perilaku yang baik dan sebagian kecil responden (21,6%) dengan

perilaku ibu yang buruk.


56

Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan

mempunyai peran penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan

anak. Kemampuan ibu sangat menentukan keselamatan anak yang

mengalami diare mulai dari mengenali apa itu diare, tanda gejala diare,

penyebab, dampak / komplikasi yang muncul akibat diare, serta upaya

melakukan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya dehidrasi

serta perawatan sebelum mendapat pengobatan lanjutan dari tenaga

kesehatan (Tambuwun, 2015).

Peranan ibu dalam keluarga sangat besar terhadap pembentukan

perilaku, khususnya dalam hal kesehatan. Perilaku ibu yang baik

akancenderung membentuk perilaku yang baik pula terhadap anggotanya.

Begitu juga pada balita dimana balita merupakan sasaran yang sangat

mudah terkena penyakit, yang apabila perilaku ibu tidak mendukung

kesehatan balita tersebut maka besar pengaruhnya terhadap derajat

kesehatan (Soemirat, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2015) dengan judul

Hubungan Sanitasi Lingkungan, Sosial EkonomiDan Perilaku Ibu

Terhadap Kejadian DiareDengan Dehidrasi Sedang Pada Balita

DiWilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2015”

hasil penelitian diketahui sebagian besar ibu (60%) dengan perilaku yang

baik dan hampir sebagian responden (40%) dengan perilaku yang buruk.
57

Penelitian lain dilakukan oleh Darmiyati (2016) dengan judul

“Perilaku Ibu Balita Dalam Pencegahan Diare Pada Balita di Desa

Karangsambung Wilayah Kerja Puskesmas Karangsambung” hasil

penelitian diketahui hampir seluruh responden (88,6%) dengan perilaku

yang baik dan sebagian kecil responden (11,4%) dengan perilaku yang

buruk.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan hampir

seluruh ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dengan perilaku

yang baik.Ibu dengan perilaku yang baik telah memahami berbagai faktor

dan kegiatan positif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

diare pada anak balita.Perilaku yang baik didapat dari berbagai sumber

informasi seperti penyuluhan melalui berbagai kegiatan rutin

kemasyarakatan, media baca, media elektronik, dan masih banyak lagi

yang lainnya.

c. Gambaran Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahundi Wilayah


Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018

Hasil penelitiandiketahui bahwa hampir seluruh responden (83,5%)

tidak mengalami diare dan sebagian kecil responden (16,5%) mengalami

diare.

Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat luas

yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka

kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia


58

(Widoyono, 2008).Diare dapat berlangsung beberapa hari dan dapat

menyebabkan tubuh kehilangan cairan yang diperlukan untuk

kelangsungan hidup.Diare merupakan gejala dari infeksi di saluran usus

yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme seperti bakteri, virus dan

parasit.Infeksi dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi

atau air minum, atau dari orang ke orang karena higiene yang buruk.

Diare dapat dicegah antara lain dengan mengkonsumsi air minum yang

aman, meningkatkan sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun dapat

mengurangi resiko penyakit diare (WHO, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Roya (2013) dengan judul “Hubungan

antara Perilaku Kebiasaan Cuci Tangan dengan Kejadian Diare Pada

Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan

Setu Kota Tangerang Selatan” diketahui dari 90 balita, 32 balita (35,6%)

mengalami diare dan 58 balita (64,4%) tidak mengalami diare.

Penelitian lain dilakukan oleh Silolonga (2016) dengan judul

“Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia

Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado” hasil penelitian

diketahui sebagian besar responden (55%) tidak mengalami diare dan

hampir sebagian responden (45%) mengalami diare.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

hampir seluruh balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu tidak

mengalami diare.Meskipun demikian masih perlu adanya peningkatan


59

kegiatan penyuluhan agar ibu dengan anak balita yang mengalami diare

mendapatkan penanganan yang tepat sehingga tidak memperburuk

keadaan balita, karena masih banyak ibu yang menganggap bahwa

penyakit diare adalah penyakit biasa.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita


Usia 3-5 Tahun

Hasil penelitian diketahui bahwa dari 29 responden dengan sanitasi

lingkungan yang buruk sebagian besar (51,7) mengalami diare dan

hampir sebagian responden (48,3%) tidak mengalami diare. Dari 68

responden dengan sanitasi lingkungan yang baik, hampir seluruh

responden (98,5%) tidak mengalami diare dan sebagian kecil responden

(21,5%) dengan diare.

Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian

diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota

Bengkulu Tahun 2018 digunakan uji Chi-Square (Contunity Corection).

Dengan nilai (p)=0,000. Karena nilai p<0,05 berarti ada hubungan yang

signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan

antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018.


60

Sumber air minum yang memenuhi syarat adalah sumber air bersih

yang melalui proses pengolahan ataupun proses yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Berdasarkan pengamatan,

responden lebih banyak menggunakan air kemasan/PAM sebagai sumber

air minum keluarga.

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar responden sudah memiliki

jamban akan tetapi belum memenuhi syarat kesehatan. Dimana masih ada

responden yang jarang membersihkan jamban mereka dan menimbulkan

bau yang tidak sedap sehingga kemungkinan untuk terkontaminasi

dengan bakteri penyebab diare sangat besar.Dan sebagian jamban

responden masih terjangkau vektor seperti lalat, semut dan

sebagainya.Sedangkan untuk responden yang belum memiliki jamban

pribadi, menggunakan fasilitas WC umum yang ada untuk buang air

besar.Untuk WC umum yang digunakan kondisinya juga belum

memenuhi syarat karena masih terjangkau vektor dan menimbulkan bau

karena jarang dibersihkan oleh masyarakat yang menggunakan.

Sebagian responden telah memiliki tempat sampah, namun belum

memenuhi sanitasi yaitu tidak terdapat tutup sampah.Sampah yang berada

di tempat terbuka merangsang lalat untuk hinggap.Lalat merupakan

vektor penyakit diare.Responden yang tidak memiliki tempat sampah

dirumahnya 83 membuang sampah mereka secara sembarangan di sekitar


61

lingkungan rumah mereka maupun di kali yang berada di sekitar wilayah

Mangkang.

Saluran pembuangan air limbah responden masih ada yang tidak

tertutup, dimana air limbah langsung dibuang melalui got disekitar rumah

dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta menjadi sarang

berkembangbiaknya vektor penyebab penyakit. Selain itu, banyaknya

sampah yang tergenang di saluran pembuangan air limbah juga

menyebabkan saluran pembuangan air limbah tidak mengalir dengan

lancar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2015) dengan judul

Hubungan Sanitasi Lingkungan, Sosial EkonomiDan Perilaku Ibu

Terhadap Kejadian DiareDengan Dehidrasi Sedang Pada Balita

DiWilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2015.

Hasil penelitian diketahui bahwa variabel kondisi jamban (p. value=

0,047), kondisi tempat sampah (p. value= 0,045), kondisi SPAL (p.

value= 0,024), pendapatan keluarga (p. value= 0,005) dan perilaku ibu

(p. value= 0,010) berhubungan terhadap kejadian diare dehidrasi sedang.

Sedangkan sumber air minum (p. value= 0,185) dan tingkat pendidikan

(p. value= 0,569) tidak berhubungan terhadap kejadian diare dehidrasi

sedang.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Septian Bumolo (2012), dengan

judul Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene


62

dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang. Hasil penelitian diketahui bahwa ada

hubungan bermakna antara: Saluran pembuangan air limbah, pvalue =

0,014. Membuang tinja balita, pvalue = 0,032. Sanitasi sampah, pvalue =

0,026.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dari 68 responden dengan sanitasi

lingkungan yang baik masih ada 1 orang responden yang mengalami

diare, hal ini dipengaruhi oleh perilaku yang kurang baik dalam menjaga

sanitasi lingkungan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Perlu adanya

peningkatkan promosi kesehatan dalam rangka mengajak masyarakat

terutama para ibu untuk menjaga sanitasi lingkungan yang baik,

kerjasama dan komunikasi yang kuat antara pihak puskesmas dengan

masyarakat sehingga masyarakat mudah mendapatkan informasi

mengenai pentingnya kesehatan, terutama kesehatan sanitasi lingkungan.

b. Hubungan Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5
Tahun

Hasil penelitian diketahui bahwa dari 21 responden dengan perilaku

ibu yang buruk, sebagian besar (66,7%) mengalami diare dan hampir

sebagian responden (33,3%) tidak mengalami diare. Dari 76 responden

dengan perilaku ibu yang baik, hampir seluruh responden (97,4%) tidak

mengalami diare dan sebagian kecil responden (2,6%) dengan diare.


63

Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dengan kejadian diare

pada balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu

Kota Bengkulu Tahun 2018 digunakan uji Chi-Square (Contunity

Corection). Dengan nilai (p)=0,000. Karena nilai p<0,05 berarti ada

hubungan yang signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada

hubungan antara perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita Usia 3-5

Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun

2018.

Berdasarkan wawancara dengan responden, sebagian besar

responden perilakunya masih buruk.Hal itu dikarenakan masih banyak

responden yang tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah

memberi makan balita, karena menurut mereka mencuci tangan dengan

air saja sudah cukup.Dan masih ada responden yang membuang tinja

balita tidak benar.Membuang tinja balita yang benar dilakukan di jamban,

tetapi ibu balita masih ada yang membuang tinja nya di tempat

sampah.Selain itu, pertolongan pertama apabila sudah terjadi diare juga

sangat lambat, tidak adanya penanganan yang cepat dan tepat sehingga

menyebabkan balita terserbut sampai mengalami dehidrasi.Balita tidak

langsung dibawa ke pelayanan kesehatan ataupun diberi oralit.Tetapi

dibiarkan dulu dirumah, jika sudah parah baru dibawa ke pelayanan

kesehatan.
64

Kurangnya perilaku ibu dalam melaksanakan berbagai pencegahan

dan penanganan diare berdasarkan hasil penelitian memberi gambaran

bahwa upaya penanggulangan diare secara maksimal yang melibatkan

masyarakat terutama ibu balita belum terlaksana secara maksimal. Hasil

penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Hartati (2013),

diketahui adanya hubungan antara perilaku ibu dengan kejadian diare

pada balita di Puskesmas Pattalassang Kabupaten Takalar dengan nilai p

value 0,000.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mauliku (2012) dengan judul

“Hubungan Antara Faktor Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare Pada

Balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat” hasil penelitian

diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten

Bandung Barat dengan nilai p=0,019.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dari 76 ibu dengan perilaku yang

baik masih ada 2 orang anak yang mengalami diare, hal ini di pengaruhi

oleh keadaan sanitasi lingkungan yang buruk maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa perilaku ibu yang baik belum tentu dengan sanitasi

lingkungan yang baik. Kurangnya perilaku ibu dalam melaksanakan

berbagai pencegahan dan penanganan diare berdasarkan hasil penelitian

memberi gambaran bahwa upaya penanggulangan diare secara maksimal

yang melibatkan masyarakat terutama ibu balita belum terlaksana secara


65

maksimal. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara

memberikan penyuluhan pada masyarakat setiap kali diadakannya

posyandu tentang upaya pencegahan dan penanganan awal diare. Selain

itu, meningkatkan promosi kesehatan dalam rangka mengajak masyarakat

terutama para ibu untuk berperilaku sehat terhadap kejadian diare.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan dan

Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018 terhadap 97

responden, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Sebagian Besar Responden Keadaan Sanitasi Lingkungan Yang Baik


66

2. Hampir Seluruh Responden Responden Dengan Perilaku Yang Baik

3. Hampir Seluruh Responden Tidak Mengalami Diare

4. Ada Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada

Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota

Bengkulu Tahun 2018.

5. Ada Hubungan Antara Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia

3-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun

2018.

B. Saran

1. Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi

perkembangan ilmu Keperawatan dan menambah kajian ilmu Keperawatan

untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan perilaku ibu

terhadap kejadian diare pada Balita Usia 3-5 Tahun.

2. Praktis

a. Bagi Puskesmas 65

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Puskesmas sebagai

bahan informasi tambahan dalam memberikan penyulan tentang

hubungan sanitasi lingkungan dan perilaku ibu dengan kejadian diare

pada balita Usia 3-5 Tahun. Untuk kedepannya pihak Puskesmas dapat

memperbanyak sosialisasi dan penyuluhan bekerja sama dengan pihak

dinas kesehatan.
67

b. Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan responden

sehingga responden dapat membantu dalam memberikan informasi

kepada keluarga dan teman tentang hubungan sanitasi lingkungan dan

perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita Usia 3-5 Tahun.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bahan-bahan referensi

dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan

penelitian ini khususnya tentang hubungan sanitasi lingkungan dan

perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita Usia 3-5 Tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani Ayu. 2016. Diare Pencegahan danPengobatannya.Yogyakarta : Nuha


Medika

Azwar, A., 2012, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya,
Jakarta

Cahyaningrum D. and Indriani, 2015, Studi Tentang Diare dan Faktor Resikonya
pada Balita Umur 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan
Sleman.Skripsi, Program Studi Bidan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
„Aisyiyah Yogyakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Pedoman Pemberantasan


Penyakit Diare, Ditjen PPM dan PL, Jakarta
68

Departemen kesehatan RI, 2008.Direktorat jendral pengendalian penyakit dan


penyehatan
lingkungan, pengendalian penyakit diare,

Ernawati, (2012).Pengaruh pendidikan kesehtan terhadap peningkatan pengetahuan


tentang diare pada anak jalanan semarang. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Di Ponegoro, Semarang

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan Volume 2 Triwulan 2, Jakarta: Kemenkes RI

Kementrian Kesehatan RI 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia

Kuntari T. 2013. Faktor Risiko Malnutrisi pada Balita.Jurnal Kesehatan


Masyarakat Nasional.Vol.7. Nomor.12. Juli 2013

Muaris, H. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Mukono, HJ., 2010, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Arilangga Universitas


Press, Surabaya

Ngastiyah, 2014, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2013, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoadmodjo. 2010. Metodeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2007, Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

Octavia. 2015. Hubungan Sanitasi Lingkungan,Sosial Ekonomi dan Perilaku Ibu


Terhadap Kejadian Diare denganDehidrasi Sedang Pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Mangkang KotaSemarang Tahun 2015. Universitas Negeri
Semarang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153.

Priyanto A., & Lestari S., 2009.Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta: Salemba


Medika

Robbins S & Cotran R., 2009.Buku Ajar Patologi volume 2 edisi 7.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC pp. 637-8
69

Sabariah, 2014.Pengaruh Karakteristik, sanitasi lingkungan, dan upaya pencegahan


terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Sei Sekampung CII
Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan. [TESIS]Medan : Universitas
Sumatera Utara

Simadibrata, M., Daldiyono. 2009. Diare akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku
ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi vi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sodikin 2011.Asuhan Keperawatan Pada Anak Gangguan System Pencernaan


Dan Hepatobiliier, Jakarta, Salemba Medika

Sutarjo, Untung Suseno. (2016), Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015,


Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

Sutomo, B. Dan Anggraini, DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Batita dan Balita.
Jakarta: Demedia

Tambuwun. 2015. Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak
usia sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. e-Journal
keperawatan (e-Kp), 3 (2).

Uripi, Vera. 2012. Menu sehat untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara

WHO. 2013. DiarrhoealDisease.(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs33/en/


) diakses pada tanggal Maret 2018.

Wibowo T, Zubir, Juffrie M X. Faktor-faktor Risiko kejadian Diare pada


anak 0-35 Bulan (Batita) di Kabupaten Bantul. Saint Kes vol. 19 No. 3 juli
2014

Widoyono, 2008, Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta
70

P
71

N
72
73
74
75
76

SURAT PENGANTAR RESPONDEN


77

Kepada Yth.
Calon Responden
Di_
Tempat
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hikma Sari


NPM : 142426008 SP

Adalah mahasiswi Program Studi Ilmi Keperawatan (S-I) Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu yang sedang melaksanakan penelitian
Skripsi dengan judul “Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Ibu dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu Tahun 2018”.
Sehubungan hal di atas, saya mohon kepada saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian tersebut. Kerahasiaan atas informasi yang diberikan akan
dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian yang tidak akan menimbulkan akibat
bagi responden. Apabila saudara menyetujui, maka saya mohon untuk
menandatangani lembar persetujuan yang akan saya bagikan. Atas perhatian, kerja
sama dan kesediaannya menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 2018

Hormat saya,

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


78

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, setelah membaca dan memahami
surat pengantar responden, menyatakan bersedia menjadi responden yang dilakukan
oleh mahasiswi Program Studi Ilmi Keperawatan (S-I) Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu dengan judul : “Hubungan Sanitasi Lingkungan dan
Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2018”.

Kesediaan saya menjadi responden atas kemauan saya sendiri dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun karena saya memahami bahwa data informasi yang saya
berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian
demi pengembangan ilmu keperawatan serta tidak akan merugikan bagi saya.

Bengkulu, 2018

Responden

(……………………………)

KUESIONER HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN


PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
BALITA USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA
79

PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA


BENGKULU TAHUN 2018
Inisial :
Umur :
Alamat :

A. Kejadian Diare
Ya :
Tidak :

B. Perilaku Ibu

no Pertanyaan SL SR KK TP

1 Apakah ibu hanya memberikan ASI sampai


berumur 6 bulan tanpa memberikan susu
botol

2 Apakah ibu selalu menutup makanan


dengan tudung saji/ menyimpan makanan
dilemari ?
3 Apakah ibu selalu memasak air sampai
mendidih ?
4 Apakah dalam mengelolah makanan balita
ibu selalu menggunakan air bersih
5 Apakah ibu selalu mencuci tangan dengan
sabun sebelum menyiapkan makanan untuk
balita?
6 Apakah ibu selalu mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar?
7 Apakah ibu selalu mencuci peralatan balita
dengan air yag bersih?
8 Apakah ibu membuang tinja balita dengan
baik dan benar?
9 Salah satu cara untuk mencegah terkena
diare adalah dengan cara menjaga
kebersihan lingkungan ?
10 Apakah ibu dan anggota keluarga selalu
menggunakan jamban ketika BAB ?
Sumber : Sabariah, 2014

C. Sanitasi Lingkungan
80

no Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah air minum yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik


(tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna)
2 Apakah ibu memasak air sampai mendidih sebelum diminum

3 Apakah keadaan tempat penyimpanan air minum bersih, bertutup, dan


menggunakan gayung khusus untuk mengambil air
4 Apakah ibu membersihkan tempat penampungan air minum sekali
seminggu
5 Apakah menurut ibu, penyakit diare dapat disebabkan karena
penggunaan air minum yang tidak sehat
6 Apakah jamban/wc mempunyai septictank

7 Apakah seluruh anggota menggunakan jamban/wc

8 Apakah pada jamban/wc tersedia air yang cukup

9 Apakah jamban/wc mempunyai ventilasi

10 Apakah jamban/wc keluarga anda lantai dan dinding jamban bersih,


tidak lincin dan tidak berbau
11 Apakah ibu menyediakan tempat pembuangan sampah sementara di
dalam rumah atau di luar rumah
12 Apakah wadah tempat pembuangan sampah ibu kedap air dan
mempunyai tutup
13 Apakah lokasi tempat pembuangan sampah sementara jaraknya mudah
dijangkau keluarga dan tidak dekat dari sumber air (> 10 meter)
14 Apakah sampah setiap hari dimusnahkan atau diangkat petugas 1x24
jam
15 Apakah sampah tidak menimbulkan bau dan sumber bersarangnya
vektor lalat
16 Apakah ibu mempunyai Saluran pembuangan air limbah/SPAL

17 Apakah SPAL terbuat dari bahan kedap air dan tertutup

18 Apakah SPAL dialirkan ke A. septic tank atau dialirkan ke B. selokan


terbuka?
Jika menjawab A lanjutkan ke pertanyaan no. 19 A, jika B lanjutkan
kepertanyaan no.19B
19A Apakah septic tank jaraknya tidak kurang dari 10 meter dari sumber air
untuk menghindari pencemaran sumber air
81

Apakah selokan terbuka dapat menyebabkan pencemaran sumber air ,


berbau dan genangan air/ becek-becek yang dapat menimbulkan
19B pandangan yang tidak menyenangkan

MASTER TABEL

Sumber : Sabariah, 2014


Perilaku Ibu skor Kode Kategori
no Inisial Usia Diare Kode 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
1 An. K 3 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
2 An. A 4 Th Diare 0 4 4 4 4 1 1 4 4 1 4 31 0 Buruk
3 An. L 4 Th Diare 0 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 34 0 Buruk
4 An. Y 4 Th Diare 0 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 35 1 Baik
5 An. A 3 Th Diare 0 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 24 0 Buruk
6 An. H 5 Th Diare 0 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 36 1 Baik
7 An. F 4 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
8 An. Y 5 Th Tidak 1 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 38 1 Baik
9 An. D 3 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
10 An. A 4 Th Tidak 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
11 An. S 3 Th Tidak 1 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 37 1 Baik
12 An. L 4 Th Tidak 1 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 36 1 Baik
13 An. A 3 Th Tidak 1 2 3 3 2 2 4 2 2 2 4 26 0 Buruk
14 An. M 4 Th Tidak 1 3 2 1 3 3 4 2 2 1 4 25 0 Buruk
15 An. N 3 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
16 An. M 3 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
17 An. S 4 Th Tidak 1 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 36 1 Baik
18 An. L 5 Th Tidak 1 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 36 1 Baik
19 An. O 5 Th Tidak 1 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
20 An. M 4 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
21 An. F 4 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 36 1 Baik
22 An. Z 3 Th Tidak 1 2 2 1 1 1 4 2 2 2 4 21 0 Buruk
23 An. E 3 Th Diare 0 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 24 0 Buruk
24 An. I 3 Th Tidak 1 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 37 1 Baik
25 An. D 4 Th Tidak 1 1 4 2 2 2 4 2 2 2 4 25 0 Buruk
26 An. R 4 Th Tidak 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
27 An. C 4 Th Tidak 1 4 4 3 3 4 4 1 4 4 4 35 1 Baik
28 An. T 5 Th Tidak 1 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 24 0 Buruk
29 An. U 5 Th Tidak 1 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
82

30 An. K 4 Th Diare 0 1 2 3 2 2 4 2 2 2 4 24 0 Buruk


31 An. L 4 th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
32 An. J 3 Th Tidak 1 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
33 An. H 4 Th Tidak 1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
34 An. P 3 Th Tidak 1 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 33 0 Buruk
35 An. P 4 th Tidak 1 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 35 1 Baik
36 An. Y 3 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
37 An. M 3 Th Tidak 1 1 2 1 2 2 4 1 1 1 4 19 0 Buruk
38 An. D 3 Th Tidak 1 1 4 4 4 3 4 3 4 4 4 35 1 Baik
39 An. J 4 Th Tidak 1 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
40 An. M 4 Th Tidak 1 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 35 1 Baik
41 An. Y 4 Th Diare 0 4 2 2 2 2 4 2 2 1 4 25 0 Buruk
42 An. S 4 Th Diare 0 1 2 2 2 1 4 2 2 2 4 22 0 Buruk
43 An. A 3 th Tidak 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
44 An. A 5 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 38 1 Baik
45 An. D 5 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 35 1 Baik
46 An. K 5 Th Tidak 1 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 37 1 Baik
47 An. D 3 Th Tidak 1 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 37 1 Baik
48 An. S 4 Th Tidak 1 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 35 1 Baik
49 An. W 5 Th Tidak 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
50 An. N 5 Th Tidak 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
51 An. Q 4 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
52 An. V 3 Th Tidak 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
53 An. G 5 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
54 An. M 4 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38 1 Baik
55 An. T 3 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
56 An. F 4 Th Tidak 1 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
57 An. E 3 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
58 An. Z 4 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
59 An. P 5 Th Tidak 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
60 An. Y 3 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
61 An. A 4 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
62 An. F 4 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38 1 Baik
63 An. K 3 Th Tidak 1 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 37 1 Baik
64 An. C 3 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 38 1 Baik
65 An. F 4 Th Tidak 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
66 An. O 4 Th Tidak 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
67 An. R 3 Th Diare 0 4 2 3 2 2 4 3 2 2 4 28 0 Buruk
68 An. S 3 Th Tidak 1 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 38 1 Baik
83

69 An. M 4 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik


70 An. E 5 Th Diare 0 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 34 0 Buruk
71 An. S 5 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
72 An. U 3 Th Tidak 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
73 An. B 3 Th Tidak 1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 38 1 Baik
74 An. H 4 Th Diare 0 1 2 3 2 2 4 2 3 3 4 26 0 Buruk
75 An. A 3 Th Tidak 1 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 37 1 Baik
76 An. N 4 Th Tidak 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 36 1 Baik
77 An. H 5 Th Tidak 1 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 36 1 Baik
78 An. R 5 Th Tidak 1 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
79 An. C 5 Th Tidak 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37 1 Baik
80 An. D 5 Th Tidak 1 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 37 1 Baik
81 An. K 4 Th Tidak 1 1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 35 1 Baik
82 An. K 4 Th Tidak 1 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 36 1 Baik
83 An. L 3 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 Baik
84 An. C 5 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 38 1 Baik
85 An. K 5 Th Diare 0 1 2 2 1 3 4 2 1 2 4 22 0 Buruk
86 An. L 4 Th Tidak 1 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 37 1 Baik
87 An. S 5 Th Diare 0 1 2 2 2 2 4 2 2 2 4 23 0 Buruk
88 An. R 4 Th Tidak 1 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 36 1 Baik
89 An. B 3 Th Diare 0 1 2 2 2 2 4 2 2 2 4 23 0 Buruk
90 An. A 3 Th Diare 0 1 2 2 2 2 4 2 2 2 4 23 0 Buruk
91 An. N 4 Th Tidak 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 1 Baik
92 An. A 4 Th Tidak 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 38 1 Baik
93 An. R 5 Th Tidak 1 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 36 1 Baik
94 An. D 3 Th Tidak 1 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 37 1 Baik
95 An. G 5 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38 1 Baik
96 An. E 5 Th Tidak 1 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 37 1 Baik
97 An. P 3 Th Tidak 1 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 37 1 Baik
                              3392    
  Mean                           34,9691    
84

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU IBU


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAMERINDU
KOTA BENGKULU
TAHUN 2018

Sanitasi Lingkungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 29 29.9 29.9 29.9

Baik 68 70.1 70.1 100.0

Total 97 100.0 100.0

Perilaku Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 21 21.6 21.6 21.6

Baik 76 78.4 78.4 100.0

Total 97 100.0 100.0

Diare

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Diare 16 16.5 16.5 16.5

Tidak 81 83.5 83.5 100.0

Total 97 100.0 100.0


85

Sanitasi Lingkungan * Diare Crosstabulation

Diare

Diare Tidak Total

Sanitasi Lingkungan Buruk Count 15 14 29

% within Sanitasi
51.7% 48.3% 100.0%
Lingkungan

% within Diare 93.8% 17.3% 29.9%

Baik Count 1 67 68

% within Sanitasi
1.5% 98.5% 100.0%
Lingkungan

% within Diare 6.2% 82.7% 70.1%

Total Count 16 81 97

% within Sanitasi
16.5% 83.5% 100.0%
Lingkungan

% within Diare 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 37.274a 1 .000

Continuity Correctionb 33.715 1 .000

Likelihood Ratio 36.278 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 36.890 1 .000

N of Valid Casesb 97

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.78.

b. Computed only for a 2x2 table


86

Perilaku Ibu * Diare Crosstabulation

Diare

Diare Tidak Total

Perilaku Ibu Buruk Count 14 7 21

% within Perilaku Ibu 66.7% 33.3% 100.0%

% within Diare 87.5% 8.6% 21.6%

Baik Count 2 74 76

% within Perilaku Ibu 2.6% 97.4% 100.0%

% within Diare 12.5% 91.4% 78.4%

Total Count 16 81 97

% within Perilaku Ibu 16.5% 83.5% 100.0%

% within Diare 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 48.982a 1 .000

Continuity Correctionb 44.443 1 .000

Likelihood Ratio 41.639 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 48.477 1 .000

N of Valid Casesb 97

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.46.

b. Computed only for a 2x2 table


87
88

Anda mungkin juga menyukai