Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Manajemen dan
Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Drs.H.
Zulkifli, S.Kep.,M.Mkes.,MM selaku Dosen mata kuliah Manajemen dan Kepemimpinan
Dalam Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai model metode asuhan keperawatan profesional
dan aplikasi model metode asuhan keperawatan profesional. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Mataram, 11 April2017
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relatif belum
profesional. Hal ini bisa dilihat dengan adanya kemampuan profesional terbatas,
pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas maupun alat yang kurang
memadai. Kondisi seperti ini terjadi akibat relatif masih kurangnya penguasaan ilmu
pengetahuan maupun adanya krisis moral para perilaku pelayan kesehatan akibat
krisis di berbagai bidang yang berkepanjangan.
Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya seperti tuntutan
pelayanan rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas kesehatan untuk
bertindak profesional. Situasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawatan
untuk mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat
diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat
menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan.
Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan dengan berbagai
keuntungan dan kerugiannya. Pada akhirnya, diharapkan pimpinan keperawatan dapat
memilih metode pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan falsafah
organisasi, struktur, pola ketenagaan, dan keadaan pasien yang disesuaikan dengan
sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan,
oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk
memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai
kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan
salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana
asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model
asuhan keperawatan yang diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-
model asuhan keperawatan tersebut.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki
nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka
tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan
dapat terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi
empat yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MAKP. Dalam menetapkan suatu model, maka keempat hal tersebut harus menjadi
bahan pertimbangan, karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP
2. Untuk Mengetahui Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Profesional
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga
Keperawatan
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Penghitungan Beban Kerja
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan
Keperawatan
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Langkah Penggelolaan MAKP
BAB II
PEMBAHASAN
Proses Keperawatan :
Pendidikan pasien:
Sistem MAKP :
- Pencegahan penyakit
- Mempertahankan - Fungsional
kesehatan - Tim
- Informed consent - Primer
- Rencana - modifikasi
pulng/komunitas
Standar praktik keperawatn di Indonesia yang disusun oleh Depkes RI (1995) terdiri
atas beberapa standar. Menurut ICHO : Joint Commission on Accreditation of Health Care
Organisation (1999:1;4:249-54) terdapat delapan standar asuhan keperawatan yang meliputi
(Novuluri, 1999; 1;4:249-54):
MODEL PRAKTIK
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka
metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin,
Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan
total,asuhan keperawatan tim dan keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada,
institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan.
Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola
asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan
kebajikan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berakibat suatu stress sehingga perlu
adanya anstisipasi, jangan mengubah suatu sistemjustru menambah permasalahan
(Kurt Lewin, 1951 dikutip oleh Marquis & Huston, 1998). Terdapat enam unsure utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston,
1998 : 143).
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian asuhan
keperawatan professional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan
professional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapai tren pelayanan keperawatan.
1. Fungsional (bukan model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya,
merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.
Kepala Ruang
Pasien/pasien
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis & Huston, 1998:138)
Kelebihan :
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan /atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professiona;l. teknikan, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling mambantu.
Kelebihannya:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh;
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya: komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode Tim:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawanan terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawanan pada pasien di bawah tanggung jawabnya;
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim.
c. Memberikan laporan.
Tanggung jawab kepala ruang:
a. Perencanaan:
Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing;
Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan persiapan
pulang, bersama ketua tim;
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk;
Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;
Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian:
Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
Merumuskan tujuan metode penugasan;
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat;
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan;
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua tim;
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien;
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik;
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askeppasien;
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya;
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga;
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim; membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatandilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
3) Evaluasi;
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawanan yang telah disusun bersama ketua tim;
5) Audit keperawatan.
Kepala Ruang
3. MAKP Primer.
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksanaan. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
PPI PPI
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2
Pasien Pasien
Figur 10.4 Bagan Pengembangan MAKP: Primer di Ruang Bedah Mata Kelas
I&I;
Bedah G; dan R. Jantung. RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Perawat Primer
Pasien/klien
Kelebihan:
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri;
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,
1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merawal dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu
tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer
karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, sel direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawanan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer:
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b. Ada otonomi;
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer:
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. Melaksanakn rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin
lain maupun perawat lain;
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
f. Menerima dan menyesuaikan rencana;
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat;
i. Membuat jadwal perjalanan klinis;
j. Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:
a. Sebagai konsultan dan pngendalian mutu perawat primer;
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru;
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten;
d. Evaluasi kerja;
e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.
Ketenangan metode primer:
a. Setiap perawat primer adalah perawatbedsideatau selalu berada dekat dengan
pasien;
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer;
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun nonprofesional
sebagai perawat asisten.
4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan intensif Care.
Kelebihannya:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus;
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab;
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
Kepala Ruang
Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat .dengang menggunakan model modifikasi
keperawatan primer ini di perlukan empat orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi
Ners,disamping seorang kepala ruang rawat yang juga Ners.Perawat pelaksana (PA) 21
orang,kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas D-3 Keperawatan (tiga orang) dan
SPK (18 orang).pengelompokan tim pada setiap sif jga terlihat pada figure 10.7.
Kepala Ruang
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
Berikut ini akan di paparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan diruang rawat inap.
Tabel 10.2 Contoh perhitungan dalam satu ruangan berdasarkan klasifikasi pasien
A B C D E
1 Pasien penyakit dalam 10 3,5 35
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23
93,0
= = 13 Perawat
52 + 12 + 14 + = 78 hari
X 13 = 3,5 Orang
286
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + factor koreksi = 16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan
21 perawat atau bidan )
Jadi ,tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh tersebut adalah 21 orang.
d. terpasang impuns
d. gelisah/disorientasi.
Dengan :
Jumlah hari minggu dalam 1 thun + cuti + hari besar X jumlah perawat yang diperlukan
2.Metode Gilles
A x B x C F
= = H
(CD) x E G
Keterangan :
- A = rata-rata
- B = rata rata jumlah pasien
- C = jumlah hari /tahun
- D = jumlah hari libur masing masing perawat
- E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
- F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
- G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
- H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
- A. tahap 1
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per pasien.
- B.tahap 2
Dihitung B = Jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien dalam satu
hari.
B = A x tempat tidur
- C.tahap 3
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien selama setahun
C = B x 365 hari
- D.tahap 4
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama
setahun.D =C x BOR /80.80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam
perawatan.
- E.tahap 5
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan.
E = D / 1878
Angka 187 didapatkan dari hari efektif pertahun ( 365 52 hari minggu = 313 hari )
dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari ( 6 jam ).
+ 25%
Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu. Tambahan 25%
adalah untuk penyesuaian terhadap froduktivitas.
5. metode douglas
Bagi pasien rawat inap, standar waktu pelayanan pasien antara lain:
Penetapan system klasifikasi pasien dengan 3 kategori tersebut adalah sebagai berikut.
C.kategori III :perawatan total. kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat
melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh
perawat, penampilan pasien sakit berat , pasien memerlukan observasi tanda
vital setiap dua jam, menggunakan selang masograstik(NGT), menggunakan
terapi intravena pemakaian alat hisap (suction) dan pasien dalam kondisi
gelisah/disorientasi.
Douglas menetapkan jumblah prawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien dimana masing-masing katagori mempunyai
standar per sif, yaitu dalam table 10.3
Tabel 10.3 Nilai standar jumlah prawat per sif berdasarkan klasifikasi pasien
Jumlah
Pasien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,51 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst
Keputusan untuk menentukan jumblah dan jenis perawat berdasarkan populasi pasien yang
mendapatkan perawatan, tingkat pendidikan dan keterampilan perawat serta filosofi
organisasi tentang perawat dan keperawatan pasien. Penentu jumblah dan jenis perawat
dilakukan berdasarkan full time equifalent(FTE) konsef FTE didasarkan bahwa seorang
perawat berkerja penuh waktu dalam setahun. Artinya berkerja selama 40 jam/minggu atau
2.080 jam dalam priode 52 minggu (finkler dan conver, 2000 dalam Bruce J. Fried. Et.al,
2005). Jumlah waktu tersebut meliputi waktu froduktif maupun nonproduktif, sedangkan
yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawtan pasien. Cara
ini juga mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan tingkat
ketergantungnnya karena akan mempengaruhi jumblah jam perawatan yang dibutuhkan.
Table beban kerja unit (W) atau jumblah jam kerja dapat ditetukan berdasarkan jumblah
rerata jam perawatan dalam 24 jam (ACH) dan hari perawatan pasien (PD) menggunakan
rumus berikut.
W=5
Keterangan:
ACH= rerata jumblah jam kerja perawat (average care hours per 24 hours)
=jumblah tingkat klasifikasi pasien
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh tesebut adalah 21 orang.
Jam efektif
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah ( factor koreksi )
2. Metode Gilles.
AxBxC F
(AD)xE G
Keterengan:
Berdasarkan tabel hasil diatas dapat dihitung bahwa totl beban kerja unit adalah
91.300 jam . informasi tambahan yang didapat adalah:
Jumlah perawat yang dibutuhkan pada sif siang dan malam dihitung dengan cara
berikut:
a. Siang: 51,64 FTE x 55% = 28,4 FTE
b. Malam: 51,64 FTE X 45% = 23,2 FTE
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat
antara lain:
1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
3. Rata-rata hari perawatan
4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan
kesehatan
5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien
6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara
personel antara lain sebagai berikut:
1. Work Sampling
Tekhnik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja
yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga
tertentu. Pad metode work sampling dapat diamati hal-hal spesifik tentang
pekerjaan antara lain:
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja
b. Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada
waktu jam kerja.
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau
tidak produktif
d. Pola beban pekerja personel di kaitkan dengan waktu dan jadwal jam
kerja.
Untuk mengetahui hal-hal tersebut perlu dilakukan survei tentang kerja
personel dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis personel yang akan di survei
b. Bila jumlah personel banyak perly dilakukan pemilihan sampel
sebagai subjek personel yang akan diamati dengan menggunakan
metode simple random sampling untuk mendapatkan sampel yang
representatif
c. Membuat formulir kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan
sebagai kegiatan produktif dan tidk produktif dapat juga di
kategorikan sebagai kegiatan langsung dan tidak langsung
d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan
menggunakan work sampling
e. Pengamatan kegiatan personel dilakukan dengan interval 2-15 menit
tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan.
Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari
sejumlah personel yang kita amati. Karena besarnya jumlah pengamatan kegiatan penelitian
akan didapatkan sebaran normal sampel pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup
besar dengan sebaran sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamatan dapt
dihitung.
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang
dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Melalui teknik ini akan didapatkan beban
kerja personel dan kualitas kerjanya. Langkah langkah untuk melakukan teknik ini yaitu :
a. Menetukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan metode
purposive sampling.
b. Metode formulir daftar kegiatan yang dilakukan ileh setap personel.
c. Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan seberapa banyak personel
yangmelakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan pengamatan
d. Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut menjadi kegiatan
medis, kegiatan keperawatan dan kegiatan administrasi;
e. Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel dalam melakukan kegiatan
kegiatan yang dilakukan
Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tingkat
kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat atau bias juga digunakan untuk
mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yan ditetapkan secara baku oleh suatu instansi
seperti rumah sakit.
Dari metode work sampling dan time and motion study maka akan dihasilkan output sebagai
berikut :
a. Deskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu untuk masing masing pekerjaan
baik yang bersifat medis, perawatan maupun administrative. Selanjutnya dapat
dihitung proporsi waktu yang dibutuhkan untuk masing masing kegiatan selama jam
kerja.
b. Pola kegiatan yang berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga atau karakteristik
demografis dan social.
c. Kesesuaian beban kerja dengan variable lain sesuai kebutuhan penelitian. Beban kerja
dapat dihubungkan dengan jenis tenaga, umur, pendidikan, jenis kelamin atau variable
lain.
d. Kualitas kerja pada teknik ini juga menjadi perhatian karena akan menetukan
kompeteni atau keahlian yang harus dimiliki oleh personel yang diamati.
3. daily log.
Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana work sampling yaitu
pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang
dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan ini
tergantuung kerjasama dan kejujuran dari personel yang diamati. Pendekatan ini relative lebih
sederhana dan biaya yang murah. Peneliti biasa membuat pedoman dan formulir isian yang
dapat dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan pencatatan kegiatan peneliti
menjelaskan tujuan dan cara pengisian formulir kepada subjek personal yangditeliti, tekankan
pada personel yang diteliti yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu dan lama kegiatan,
sedangkan informasi personel tetap menjadi rahasia dan tidak akan dicantumkan pada laporan
penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci
keberhasilan daripengamatan dengan daily log.
Langkah pengelolaan MAKP
Ruangan interna rumah sakit y dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh
wakil kepala ruangan,3 ketua tim,8 perawat pelaksana,tata usaha bersama 5
pembantu orang sakit(POS)atau yang difungsikan sebagai pembantu perawat,serta
3 orang yang bertugas sebagai deaning service (CS). Adapun struktur organisasi
adalah:
Kepala ruaangan
Perawat 3
POS Perawat
POS 3 POS
Perwawat 2
CS CS CS
Pengaturan ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya.klasifikasi derajat ketergantugngan pasien dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu:
1) Perawatan minimal ,memerlukan waktu 1-jam perhari.
2) Perawatan paarsialmemerlukan waktu3-4 jam sehari
3) Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam sehari
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien kelompok
menggunakan dan kriteria timgkat ketergantungan pasien berdasarkan
urem yaitu teoeri self care deficit ,sedangkan untuk mengetahui jumlah
tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut
ratna sitorus(2006)
Pagi :4 orang
Sore :4 orang
Malam :2 orang
10 orang
86x10= 860 =2,89=3 keterangan :angka 86 merupakan jumlah hari libur atau
le
297 297 pas dinas dalam 1 tahun sedangkan 297 adalah jumlah
hari
10 orang +2 orang structural (pada ruangan ,wakil kepala ruangan)+3 orang lepas dinas=15
orang
Alur pasien masuk
pasien
IGD IRJ
MRS
1) Pelayanan
Instalasi rawat inap
2) Terapi medis
3) Diagnostic
medis
4) Keperawatan
5) Penunjang
medis
6) Gizi
7) Rehab medik
KRS
Instalasi pemulasaran
jenazah
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di ruang interna RSUD Y dilakukan melalui
observasi dan wawncara secara langsung degan perawat ruangan maupun melalui
kuesioner.berdasarkan hasil angket maupun kuesionr dengan perawat di ruangan sebagai
respnden,didapatkan data bahwa :69,2%perawat puas dengan struktur organisasi yang telah
ada diruangan ,65% perawat menyatakan bahwa pembagian tugas diruang secara structural
sudah baik namun pelaksananya masih belum jelas .hasil wawancara dengan kepala ruangan
menyatakan bahwa 60% perawat merasa membutuhkan kesempatan dan beasiswa untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau mengikuti seminar dan pelatihan
keperawatan .kepala ruangan jyga menyatakan bahwa RS telah memberikan kebijaksanaan
kepada perawat untuk mendapatkan beasiswa ,kesempatan untuk kuliah ,seminar dan
pelatihan keperawatan,menurut kepala ruangan pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
tentang profesionalisme perawat mengingat tuntutan masyarakat akan kesehatan semakin
meningkat ,masyarakat jga membutuhkan pelayanan yang baik .RS juga mempunyai
kebijakan untuk menerima pasien akeskin dan member kesempatan perawat asing untuk
bekerja di RS .
Berdasarkan hasil observasi ,didaptkan data bahawa ruang interna dipimpin oleh
kepala ruangan dan dibantu oleh wakil kepala ruangan ,3 keua tim ,8 perawat pelaksana ,tata
usaha bersama 5 POS serta 3 orang yang bertugas sebagai CS .sekitar 60% pasien di ruang
intera memiliki tingkat ketergantungan minimal,25% dengan tingkat ketrgntungan total
.jumlah tenaga lepas dinas per hari diruangan adalah 3 dan total jumlah perawat adalah 13
orang dengan 2 orang berpendidikan s-1 ,empat orang D3 dan tujuh orang SPK yang dibagi
menjadi tiga sif (15.00-23.00)dan sif malam (23.00-06.30).perawat mendapatkan kesempatan
untukmengambil cuti satu kali dalam seminggu.
Data diagnosis penyakit terbanyak yang didapat pada mei 2010 sebagai berikut :DHF
sebanyak 43 pasien ,despesia ,15 klien ,diabetes mellitus (DM)sebanyak 12 pasien ,CVA
infark sebanyak 11 pasien observasi fabris sebanyak 10 pasien ,tifoid sebanyak 8 pasien.
Fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri atas ruangan kepala ruangan yang
menjadi satu dengan ruang pertemuan perawat ,satu kamar mandi perawat/
WC , ruang staf dokter ada disebelah barat nursing station ,nursing station
berada ditengah ruangan disebelah ruang staf dokter dan ruang pasien kelas
dua ,gudang berada disebelah selatan ruang ganti :dan ruang ganti perawat
berada disebelah utara.
Fasilitas dan alt kesehatan yang ada di ruang interna rumah sakit Y.
NO. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Stetoskop 5 Buah Baik 2/ruangan dikurangi
2. Hb Meter 2 Buah Baik 2/ruangan -
3. Urometer 2 Buah Baik 2/ruangan -
4. Lemari Es 1 Buah Baik 1/ruangan -
5. Com Stenlist 4 Buah Baik 3/ruangan dikurangi
6. Tabung O2 5 Buah Baik 2/ruangan dikurangi
7. Senter 2 Buah Baik 2/ruangan dikurangi
8. Bak Injeksi 8 Buah Baik 2/ruangan dikurangi
C.Administrasi Penunjang
Sarana dan prasarana di Ruang Rawat Inap Interna RS Y sudah cukup baik.Fasilitas
penunjang seperti empat kamar mandi,satu tempat parkir,dan satu kantin kondisinya cukup
baik. Tetapi idealnya kamar mandi kelas dua = 1:2 dan kelas tiga = 1:5, satu tempat
parkir/ruangan,satu kantin/ruangan,sehingga perlu ditambah satu kamar mandi.Ventilasi
udara terdapat 10 jendela dan kondisinya cukup baik.Setiap pagi dan sore ruangan
dibersihkan oleh petugas CS dan kondisi ruangan cukup teannag.Jumlah tabung O2 ada lima
buah,perlu dikurangi tiga,sebab idealnya hanya ada dua per ruangan.Semua perawat ruangan
mampu menggunakannya dengan baik.Kondisi administrasi penunjang cukup baik,yang
terdiri atas: 1 buku 0bservasi,20 lembar dokumentasi,1 buku observasi suhu dan nadi,dan I
buku overran.nurse station dan satu,ruangan biasanya digunakan sebagai ruang pertemuan
perawat,kadang-kadang perawat menggobrol dan menggosip disana.Tempat ruang Karu
tersendiri di sebelah ruangan staf dokter sebaiknya dipindah jadi satu dengan nurse station
sebab idealnya Ruang Karu jadi satu dengan nurse station sebab idealnya Ruang Karu jadi
satu dengan nurse station.
3.Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)
a.Penerapan MAKP.
Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan keperawatan yang digunakan
saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan Ruang Interna RS Y adalah metode
tim.Sebanyak 11 dan 13 perawat (84,6%) menyatakan mengerti dan memahami model yang
digunakan sesuai dengan visi dan misi ruangan.
Adapun data yang diperoleh dari pengkajian tentang tanggung jawab dan pembagian
tugas,didapatkan 6 dari 11 perawat (54,5%)mendapatkan bahwamendapatkan pekerjaan yang
kadang-kadang tidak berbeda dengan lulusan akademik yang berbeda tingkatnya.Sebanyak 5
dari 11 perawat (45,45%) memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan metode tim yang
telah digunakan.Sebanyak 6 dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa kurang mengetahui
kebutuhan perawatan pasien secara keseluruhan yang sedang dialami.
b.Overan.
Overan dilakukan dua kali dalam sehari,yaitu pada pergantian sif malam ke pagi(
pukul 07.00) dan pagi ke sore (14.00).Selalu diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan
dinas,tetapi karena kuisioner yang telah dibagikan,kadang tepat waktu dengan alasan,7
perawat (63,36%) mengatakan anggota tim belum lengkap,4 perawat (36,36%) mengatkan
data belum disalin.Kegiatan ini dipimpin langsung oleh kepala ruangan.Untuk hal-hal yang
perlu dipersiapkan dalam dalam overran,meliputi catatan perkembangan kondisi pasien,buku
overran dan lain-lain.Sementra untuk hal-hal yang perlu disampaikan selama overran ,dari 11
perawat hanya 5 perawat(45,45%) yang mencantukan masalah keperawatan,6 perawat
lainnnya (54,54%) menyatakan mereka langsungn menggunkan diagnosis dokter agar lebih
efisein.Dalam setiap overan selalu ada klarifikasi langsung,Tanya jawab dan validasi
terhadap semua hal yang dioverkan.
Pelaoran overan dicatat dalam buku khusus yang akan ditanda tangani oleh perawat
yang melaporkan,perawat yang menerima laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan
ruangan,kepala ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus
mengevaluasi kesiapan sif selanjutnya.Kemudian overan akan ditutup oleh kepala
ruangan.Adakan hambatan yang dikeluhkan oleh perawat adalah 4 perawat (36,36%)
mengaku kesulitan dalam mendokumentasikan laporan overan, 3 perawat (75%)
mengeluhkan tentang proses pendokumentasian yang kurang sistemmatis dan efisien,1
perawat(25%) menjawab lebih suka menulis data pada secarik kertas,sedangkan 5 perawat
lainnya (45,45%) menyatakan bahwa hambatan dalam overan adalah ketidak disiplinan,dua
perawat lainnya (18,18%) menytakan dokumentasi masih terbatas sehingga rencana tindakan
belum spesifik.
C.Ronde Keerawatan
Data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat adalah semua perawat
mengemukakan jawaban mengerti tentang sentralisasi obat.Diruangan tersebut sudah ada
ruang sentralisasi obat.ini biasa dilihat adanya ruangan khusus obat(ruang SO).Sedangkan
pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal.8 dari 11 perawat (72,7%) member jawaban
pernah mengurusi sentralisasi obat.Selama ini format yang ada masih obat oral dan
injeksi,dan yang lain tercampur pada salah satu dari keduanya.Adapun data tentang alur
penerimaan obat yang didapat obat yang diperoleh dari keluarga langsung dibawa ke ruang
SO dan selama ini belum ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya ruangan khusus obat sedangkan
alat2 kesehatan hanyasebagian ada dengan jumlah terbatas.Selama ini obat-obatan bagi
pasien sendiri dengan etiket kepemilikan.akan tetapi proses keluar masuknya tidak di
dokumentasikan.Adapun data yang diperoleh tentang cara penyimpanan obat menunjukan
bahwa 8 dari 11 perawat (72,7%)member jawaban bahwa jumlah sisa obat yang belum
diberikan tidak diinformasikan kepada pemilik.
Dari observasi yang dilakukan perencanaan pulang sudah dilaksanakan akan tetapi
hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya ada saat pasien pulang.Dalam
melakukan perencanaan pulang.perawat tidak pernah memberikan brosur maupun leaflet ada
pasien sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh perawat.
Dari hasil aket yang sudah disebarkan dan wawancara yang sudah dilakukan kepada
perawat diruangan,didapatkan hasil bahwa 8 perawat (72,7%) mengatakan sudah memahami
perencanaan pulang
f.Suferfisi
Dari observasi yang dilakukan mahasiswa PSIK saat melakukan praktik manajemen
keperawatan,didapatkan data bahwa kelengkapan suervisi diruangan blm memenuhi standar
yang ditetapkan.Format untuk supervise ruangan yang ada hanya format supervise untuk
injeksi IV,sedangkan fomat supervise lainnya masih ber
Dari wawancara dan angket dengan kepala beserta perawat ruangan.didapatkan bahwa
data 8 orang(62%) perawat telah memahami tentang supervise dan 4 orang(31%) perawat
telah mendapatkan pelatih dan sosialisasi tentang supervise.Pemecahan masalah dari hasil
supervise belum dilaksankan secara optimal.Dari angket yang diberikan mahasiwa
didapatkan 7 orang (54%) perawat menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk berubah.
g.Dokumentasi
Model dokumentasi keperawatan yang digunakan di ruang interna adalah model dokumentasi
POR.Dari hasil observasi,dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian yang
menggunkan system head too toe dan ROS serta diagnosis keperawatan sampai evaluasi
menggunkan soap,format pengkajian sudah ada sehingga dapat memudahkan perawat dalam
mengkaji.
Dokuemntasi asuhan keperawatan tidak dilaksankan segera setelah pasien masuk atau
saat terjadi masalah keperwatan.Namun dari hasil angket,6 perawat(54,5%) mengatkan
melakukan pendokumetasian segera setlah melakukan tindakan.Catatan perkembangan pasien
kurang berkesinambungan dan kurang lengkap,serta respons dari pasien kurang terpantau
dalam lembar evaluasi.Dari 20 rekam medis pasien yang ada hanya 12 rekam medis yang
ditulis dengan lengkap dan tepat waktu.
4.Keungan (M4Money)
Biaya perwatan pasien di ruang Interna sebagian besar dari umum/biaya sendiri,askes
pns,dan pihak ketiga.Selama mei 2010 didapatkan 87 pasien biaya sendiri/umum,39 pasien
askes pns,2 pasien pihak ketiga.
NOVITA 166-171
1. Ketenagaan (M1).
a. Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien;
b. Sebagian perawat belum memahami peran dan fungsinya;
c. Kurang disiplinnya pegawai;
d. Pembagian tugas masih belum jelas;
e. 5,54% perawat masih berlatar pendidikan berlatar pendidikan SPK.
Penyebab : ............
Prioritas masalah :
1) Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien;
2) Kurang disiplinnya perawat ruangan;
3) Rendahnya kesejahteraan perawat;
4) Penyebab :.........
3. Metode (M3)
Penerapan model :
a. Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model yang telah ada;
b. Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan pasien secara
komperehensif;
c. Job yang kadang-kadang tidak sesuai dengan lulusan akademik yang berbeda
tingkatannya (kurang jelas);
d. Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan model yang
digunakan.
Penyebab :.........
Prioritas masalah :
Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model makp yang
telah ada;
Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan pasien
secara komperehensif;
Job yang kadang-kadang yang tidak sesuai dengan lulusan akademik
yang berbeda tingkatnya (kurang jelas);
Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan
model yang digunakan;
Penyebab:.......
Dokumentasi keperawatan :
Ronde keperawatan :
Sentralisasi obat :
Supervisi :
Overan :
Perencanaan pulang :
4. Keuangan (M4)?
5. Mutu (M5)
a. Keselamatan pasien (pasien jatuh, kesalahan medikasi, flebitis, infeksi
nosokomial, restrain, dekubitus);
b. Kepuasan pasien;
c. Kecemasan pasien;
d. Kenyamanan (nyeri);
e. Perawatan diri;
f. Pengetahuan pasien;
g. Penyebab:........
Aplikasi perencanaan keperawatan berdasar metode BSC di ruang interna RS Y terdapat pada
figur 11.4
2.A. Kepala
ruangan
memotivasi
perawat untuk
meningkatkan
2. Kurang 2.Meningkatnya kinerjanya dan 2.A. Perawat
disiplinnya kedisiplinan memberikan tiba diruangan
perawat perawat penghargaan bagi tepat waktu
ruangan perawat yang sesuai sif
kompeten B. Kinerja
B. Kepala perawat baik
ruanagan harus dan
tegas dalam memuaskan
member sanksi (pasien
pada perawat yang menyatakan
terlambat dan puas) terhadap
mengingatkan agar pelayana yang
tidak mengulangi diberikan.
ketidak
disiplinannya.
3.A. Kepala
ruangan
mengajukan
permohonan
kepada rumah sakit
untuk
meningkatkan
intensif perawat
atau tunjangan
pokok perawat.
3.Memenuhi B. Kepala
3. Rendahnya kebutuhan ruangan
kesejahtraan perawat memberikan
perawat kesempatan pada
perawat untuk
melakukan usaha
informal legal
diruangan missal:
- Bersama-sama
menjual minuman
botol
- Menjual snack
atau air mineral
tanpa menggangu
kinerja perawat
ruangan dalam
melayani pasien.
M3 (Metode)
Penerapan model
2. Perawat
2. Hanya sedikit 2. Semua 2.A. memah 2.Hari
perawat yang peraw Diadakannya ami setelah
mengetagui atmen evaluasi kebutuh hasil
kebutuhan getahu pemahaman an laporan
perawatan i perawat tentang holistis MAKP
pasien secara kebutu kebutuhan pasien pasien dari
komperehensi han secara holistis. dan mahasis
f peraw permint wa
atan B. Adanya aan PSIK
yang seminar/pelatiha yang telah
pasien n dasar dikemu diperse
kebutu perawatan kaan ntasika
han manusia yang dari n..
secara diikuti oleh pasien
holisti perawat ruangan tentang
s. yang belum kepuasa
memahami hal anya.
tersebut.
C. sosialisasi
model yang saat
ini digunakan
keoada semua
perawat dengan
pemahaman
yang lebih
mengutamakan
KDM.
N Masalah Tujuan Program/Kegiata Indikator Waktu Penang
o n keberhasilan gung
jawab
3. Pembagian 3. Kejelasan 3. Membentuk 3. Adanya Dua hari
kerja yang job/ tugas yang rincian dan kejelasan tugas setelah
kurang jelas akan dilakukan pembagian kerja masing masing laporan
antar jenjang setiap perawat antara masing perawat. hasil MAKP
pendidikan dengan jenjang masing perawat dari
yang berbeda. dan mahasswa
disosialisasikan PSIK telah
dipersentasi
kan
PUTRI KARISMA
B. kepala
ruangan
membantu
mengingatkan saat
overan.
Setiap
4. Perawat overan
kesulitan
mendoku
mentasik
an
overran Perawat dapat menyusun 4. A.membuat
karena rencana tindakan dengn polling
formatny spesifik. tentang hal Rencana
a kurang hal yang tindakan yang
sistemati dibutuhkan disusun tepat
s dalam pada sasaran
kegiatan
overan
B.Menyusun
hasil polling
untuk
membuat form Sesuai
yang lebih dengan
5. Dokume sistematis dan respond
ntasi aplikatif an
overan kondisi
masih pasien
terbatas saat itu
sehingga
penyusu 5. A. perawat
nan membiasakan
rencana diri untuk
tindakan mendokument
blum asikan setiap
spesifik hasil
pemeriksaan
PEMampu
menciptakan Adanya protap Memberikan
kepuasan UP pada setiap kesempatan
Peningkatan tindakan belajar bagi
terhadap
profitabilitas
harapan invasive perawat
Peningkatan keperawatan ketingkat lebih
pelanggan.
efisiensi biaya.
Menciptakan Tercapainya tinggi
pelanggan yang standard Peningkatan
loyal terhadap pelayanan produktivitas
RS. prima pegawai
Pengembangan Inovasi produk Mengikutserta
SI yang dan layanan. kan perawat
mendukung dalam berbagai
proses seminar dan
pelayanan. pelatihan
Penguasaan
askep
kelengkapan
dokumen
askep 100 %
Respons time
perawat < 5
menit
minimal. Penyusunan
Inovasi layanan kebutuhan pe
ruangan secara Tersedianya
setiap 6 bulan ndidikan dan
evisien info
Perawat pelatihan profesi
kebutuhan
Peningkatan melakukan bagi tenaga
dan harapan
pendapatan pelayanan sesuai keperawatan.
pelanggan
ruangan protap dan system Peningkatan
dan up date
prosedur. kualitas
setiap 6
pelayanan yang
bulan
diberikan oleh
perawat.
PROGRAM PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
Peningkatan
Survei Penyusunan dan
Pengadaan pelatihan dan
kepuasan penerapan protap
usaha kecil ( seminar
pelanggan surveillance
penjualan untuk
terhadap infeksi
minuman meningkatkan
kinerja nosocomial.
dingin, alat kinerja
perawat Rekayasa produk
keperluan perawat
Adanya protap pelayanan.
pribadi, pulsa, Penyusunan
yang jelas dan Badside teaching
dan lain kebutuhan
dilaksanakan Ronde
lain). pendidikan
dengan baik. keperawatan
Penyusunan dan pelatihan
Melengkapi Evaluasi system
rencana bagi tenaga
saran dan informasi
anggaran dana keperawatan
CONTOH KASUS
MAKP
Studi kasus A:
Di sebuah ruangan rawat inap dalam RS Y, kepala ruang ingin mencoba MAKP yang belum
di ketahui diruang tersebut terdapat 4 perawat lulusan DIII keperawatan, 7 perawat lulusan
SPK , dan 5 orang POS ( penjaga orang sakit ). Kepala ruangan ingin menerapkan MAKP
yang sesuai diruangan tersebut
Pernyataan : lakukan pengelolaan dengan langka pengumpulan data , analisis SWOT, dan
identifikasi masalah yang diperlukan untuk menentukan metode tersebut. Susun restra (
rencana strategis ) MAKP yang tepat dan berikan lima alas an / pertimbangan. Buatkan suatu
struktur atau bagan MAKP berdasarkan situasi di atas.
Studi Kasus B:
Suatu ruangan rawat inap bedah mempunyai 24 perawat dan latar belakang ners e orang,
DIII keperawatan 10 orang, kemudian 14 perawat lulusan SPK. Kapasitas tempat tidur 40
tempat tidur dengan BOR 70 % saudarah ditunjuk oleh pimpinan rumah sakit untuk
membuat perencanaan MAKP.
Pertanyaan: jika sudara ditunjuk sebagai kepala ruangan di ruang rawat bedah, apa yang
harus saudara lakukan dalam menghadapi situasi tersebut? Lakukan pengelolaan dengan
pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi masalah,rencana strategis ( rensstra) untuk
kebutuhan tenanga yang di perlukan.
Studi kasus C :
Saudara baru satu bulan ditunjuk sebagai kepala ruang di rawat inap penyakit dalam. Jumlah
pasien yang ada rata rata 40 pasien, dengan BOR 70 % jumlah perawat 15 0rang , 9 lulusa
DIII , dan 6 lulusn SPK.
Pertanyaan: buatlah suatu pengumpulan data , renstra, analisis SWOT, identifikasi masalah,
dan perencanaan dalam menetapkan model MAKP pemberian yang sesuai.
Overan
Studi kasus :
Setiap pergantian dinas diruang rawat inap bedah dilakukan overan antar perawat. Masing
masing perawat berperan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya.
Pertanyaan : jika saudara ditunjuk sebagai kepala ruang diruang rawat bedah , susun analisis
SWOT, mekanisme overan yang baik . dan apa yang harus saudara lakukan dalam
pengelolaan overan yang ideal?
Ronde keperawatan
Studi kasus
Saudara sebagai pp merencanakan ronde keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawab saudara (kasus pilih antara A dan B )
Pernyataan: buatlah suatu proposal pengelolaan pelaksanaan ronde keperawatan pada kasus
yang saudarah pilih secara lengkap analisis SWOT (mekanisme , kriteria pasien, pelaksanaan
, dan lain lain).
Sentralisasi obat
Studi kasus
Perencanaan pulang
Kasus studi
Pertanyaan : analisi kasus di atas dengan pendekatan SWOT dan susun suatu pengelolaan
perencanaan plang.
Dokumentasi
studi kasus
saudara baru ditunjuk sebagai seorangkepala ruang rawat inap.saudara akan melakukan suatu
perubahantentang menejmenruangan yang ada untuk meningkatkan kualiatas layanan
keperawatan. Dari hasil analisis ditemukan tentang system pendokumentasian yang tidak
sesuai sehingga saudara ingin mengadakan suatu perubahan.
Pertanyaan : lakukan pengelolaan dokumentasi ( pengumpulan data analisis SWOT,
identifikasi masalah dan susun restra tentang model dokumentasi yang sesuai standard, muda
diterapkan dan semua perawat bias melaksanakannya)
DAFTAR PUSTAKA
MARQUIS,B.L., dan Huston. 1998. Management Decilius Making for Nurse.124 cases
studies. Edisi 3 .philadelphia: JB Lippincott
Novuluri R>B> 1999. Integrated Qwality Improvement ini Patient care journal of nursing
health science. 1( 4: 249 254 ).
Nursalam . 2008. Proses dan dokumentasi keperawatan. Edisi 2. Jakarta : selemba medika.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses
dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart
& Woods, 1996).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas,
1984).
Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2007):
Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Perawat tidak trampil berlindung pada perawat trampil
Pada Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim, ketua tim membuat rencana asuhan
keperawatan kemudian mengkomunikasikan kepda anggota tim untuk melaksanakan
intervensi keperawatan. Anggota Tim bertanggung jawab kepada ketua tim terhadap
pemberian asuhan keperawatan pada pasien selanjutnya ketua tim mengevaluasi serta
mendokumentasikan.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dan perawat dapat memahami Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim serta dapat
menerapkannya pada praktik manajemen keperawatan