Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

DENGAN DIAGNOSIS MYASTHENIA GRAVIS

Oleh :

NI WAYAN DESRI ARSARINI

A11B

17.321.2754

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y

DENGAN DIAGNOSA MEDIS MYASTHENIA GRAVIS

TANGGAL 02 – 04 OKTOBER 2020

I. PENGKAJIAN.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 26 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl.Keswari, gg. nuri
Tanggal Pengkajian : 02 Oktober 2020
Diagnosa Medis : Myasthenia Gravis

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. S
Umur : 30 tahun
Hub. Dengan Klien : Suami
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl.Keswari, gg. nuri

2. Status Kesehatan.
a. Status Kesehatan Saat Ini.
1) Keluhan Utama (Saat ini).
 Keluhan saat MRS : Pasien mengatakan mengeluh
kedua kakinya tidak mampu digerakan dan tidak
mampu beraktivitas apapun.
 Keluhan saat ini : pasien mengatakan lidahnya terasa
kelu dan kesulitan dalam berkomunikasi, kedua kaki
pasien tidak mampu bergerak dan tidak mampu
melakukan aktivitas apapun.
TTV : TD= 100/60mmHg S=38,3C
RR= 28X/mnt N=68X/mnt

2) Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini.


Pasien mengatakan alasan MRS karena demam selama
±3hari,merasa nafsu makan menurun, lidah merasa pahit
saat menelan, kedua kakinya terasa lemah. Tak kunjung
merasa baikan, akhirnya demam berangsur turun namun
lamakelamaan kedua kaki pasien tidak mampu digerakan
dan pasien tidak mampu melakukan aktivitas apapun saat
ini pasien mengatakan lidahnya terasa kelu dan kesulitan
dalam berkomunikasi. Pada akhirnya keluarga pasien
mengajak pasien kerumah sakit untuk diberikan penanganan
lebih lanjut, setelah dilakukan pemeriksaan penunjang dan
menganalisa seluruh keluhan yang dialami pasien maka tim
kesehatan memberikan diagnosa Myasthenia Gravis. Pasien
dirawat diruang intensiv, sehari pasien dirawat pasien sudah
tidak mampu bernapas karena terjadi kelemahan pada otot-
otot pernapasannya sehingga pasien menggunakan alat
bantu pernapasan. Selain itu pasien diharuskan melakukan
terapi plasmapharesis , kondisi pasien saat ini sangat lemah
berkomunikasi hanya menggunakan pulpen dan kertas saja.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
Keluarga Pasien mengatakan hanya melakukan terapi pijat
seadanya.

b. Status Kesehatan Masa Lalu


1) Penyakit yang pernah dialami
Keluarga Pasien mengatakan penyakit yang dialami px
hanya sakit biasa (demam, batuk,pilek).

2) Pernah Dirawat
Keluarga Pasien mengatakan px tidak pernah dirawat di
rumah sakit.

3) Alergi
Keluarga Pasien mengatakan px tidak mempunyai riwayat
alergi, seperti alergi makanan, obat-obatan, debu, dll

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)


Keluarga Pasien mengatakan px tidak memiliki kebiasaan
merokok, minum kopi 1 cangkir perhari, tidak memiliki
kebiasaan meminum alkohol.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Pasien mengatakan px tidak memiliki penyakit
keturunan.
d. Diagnosa Medis dan Therapy
DX : Myasthenia Gravis
Terapi : Plasmapharesis, menggunakan alat bantu napas
(Ventilator)

3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-


Spiritual).
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan.
Pasien dan keluarga mengatakan pernah berobat ke medis dan
non medis.

b. Pola Nutrisi Metabolik


 Sebelum Sakit
Keluarga Pasien mengatakan px sebelum sakit pasien
makan 3x sehari 1 piring penuh dengan lauk pauk, sayur,
nasi.
 Saat Sakit
Keluarga Pasien mengatakan saat sakit pasien makan sedikit
tapi sering karena px sempat merasakan lidah pahit saat
menelan, px makan makanan yang diberikan dari rumah
sakit saja

c. Pola Eleminasi .
1. BAB
 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1x sehari
dengan konsistensi lunak, dan berbau khas feses.
 Saat Sakit
Pasien mengatakan saat sakit BAB seperti biasa 1x
sehari tetapi sedikit dengan konsistensi lunak, dan
berbau khas feses.
2. BAK
 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAK 3x
sehari dengan warna kuning, dan bau khas urine.
 Saat Sakit
Saat ini pasien menggunakan kateter dengan urin
output 300ml. Px minum hanya 4 aqua gelas(240ml)
sehari.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan √
Minum
Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Berpindah √

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu


orang lain dan alat, 4: tergatung total

2) Latihan
 Sebelum Sakit
Sebelum sakit pasien mengatakan mampu
melakukan aktivitas sehari-hari.
 Saat Sakit
Saat sakit pasien mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitas seperti biasa.
e. Pola Kognitif dan Persepsi.
Pasien mengatakan hanya mengetahui penyakit secara umum
tidak mendetail, Awalnya pasien beranggapan kemungkinan
pasien diguna-guna.
f. Pola Persepsi dan Konsep Diri.
Pasien mengatakan tetap semangat dan tidak akan merasa
rendah hati, px juga tidak ada masalah baik dengan keluarga
maupun dimasyarakat.
g. Pola tidur dan istirahat
 Px mengatakan sebelum sakit ia tidur kurang lebih 7 jam
tidak ada gangguan dalam istirahatnya.
 Saat sakit
Px mengatakan saat sakit ia lebih banyak jam tidurnya dari
pada sebelum sakit tidur kurang lebih 8 jam.
h. Pola peran dan Hubungan.
Px mengatakan saat sakit maupun sebelum sakit tidak ada
masalah peran maupun hubungan sosial yang terganggu
dikeluarga maupun dimasyarakat sekitar.
i. Pola Seksual dan Reproduksi
 Sebelum Sakit
Px mengatakan menggunakan KB suntik
 Saat Sakit
Px telah menggunakan KB suntik 4bulan sekali, px
memiliki 1 orang anak.
j. Pola toleransi stres koping.
Pasien mengatakan ketika ada masalah pasien bercerita kepada
suaminya untuk mengatasi masalahnya dengan cara mencari
solusi bersama,saat sakit ia menceritakan pada dokter dan
perawat jika berobat ke puskemas atau rumah sakit.
k. Pola nilai kepercayaan
 Sebelum sakit
Px mengatakan sebelum sakit iya aktif ngayah dipura dan
sembahyang.
 Saat sakit
Px mengatakan saat sakit hanya bisa berdoa ditempat tidur.
4. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : lemah
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : Eye = 4, Motorik =6 , Verbal = 5
b. Tanda-tanda vital : suhu=38,3oc , Tekanan darah=
100/60mmHg, Nadi=68x/mnt, Respirasi =28x/mnt
c. Keadaan fisik.
a) Kepala dan leher :
Kepala: bentuk simetris, penyebaran rambut merata,
rambut berwarna hitam, tidak ada benjolan dan tidak ada
lesi.

Mata : bentuk simetris, reflek pupil(+), ananemis (-), tidak


ada nyeri tekan.
Hidung : bentuk simetris, tidak terdapat secret, terdapat
bulu hidung, px tampak meggunakan alat bantu nafas nasal
kanul 4lpm

Telinga : bentuk simetris, bersih ,tidak ada serumen

Mulut : bentuk simetris, tongsilitis (-), tidak tampak


sariawan

Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar teroid, vena


jugularis teraba dan tidak ada nyeri tekan
b) Dada :
 Paru
- Inspeksi : gerakan dada simetris, tidak ada nyeri
tekan, pola nafas 24x/mnt
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
- Perkusi : suara pekak diseluruh lapang dada paru
- Auskultasi : suara wheezing dikedua lapang paru
 Jantung
- Suara jantung S1S2 tungal reguler76x/mnt

c) Payudara dan ketiak


Bentuk simetris, tidak ada massa, tidak ada lesi dan tidak
ada nyeri tekan.
d) Abdomen
- Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada
memar
- Auskultasi : bising usus 14x/mnt
- Perkusi : suara thimpani
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e) Genetalia
Terpasang kateter.
f) Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak ada ruam, sianosis, trktur
kulit kering, turgorkulit elastis, tidak ada nyeri tekan,
terdapat rambut pada kulit.
g) Ektremitas :
Atas : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada ruam,
jumlah jari lengkap, clubing finger (-), CRT kurang dari
2detik.
Bawah : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada ruam,
jumlah jari lengkap, clubing finger (-), CRT kurang dari
2detik, odema (-),kedua kaki pasien mengalmi kelemahan
tidak mampu bergerak dan tidak mampu melakukan
aktivitas apapun.
h) Neurologis
- Status mental dan emosi : tidak dilakukan pengkajian
- Pengkajian saraf kranial :
Olfaktonus : penciuman px normal dengan benda
minyak kayu putih
Optikus : px menggunakan kacamata (–)
Vagus : px msih bisa merasa lapar
- Pemeriksaan reflek : kekuatan otot 5555 5555
1111 1111
d. pemeriksaan penunjang
1. Data laboaturium yang berhubungan (02 oktober 2020) -
2. Pemeriksan radiologi -
3. Hasil konsultasi -
4. Pemeriksaan penunjan diagnostik lain –

5. TABEL
A. ANALIAS DATA

Data Etiologi Masalah

DS: Cedera Autoimun, Gangguan sub imun Bersihan jalan nafas tidak efektif

- Pasien mengeluh kesulitan untuk Simpifikasi region pasca sinaps


bernapas
Gangguan konduksi neuromuskolar

DO: Menurunnya jumlah reseptor asetilkolin pd


- Pasien tampak gelisah membrane postsinaps
- TD : 100/60mmHg
N : 68x/mnt
S : 38,3 C Hilangnya reseptor normal membrane
RR : 28x/mnt postinaps pd sambungan
Kerusakan pd transmisi impuls saraf

Gangguan potensial aksi sel saraf

Gangguan kontraksi serabut otot

Gangguan otot pernapasan

Ketidakmampuan batuk efektif

Sekresi mucus meningkat


Bersihan jalan nafas tidak efektif

DS : Pasien mengatakan bahwa tubuhnya Proses penyakit Hipertermi


terasa hangat

DO : Pasien tampak gelisah


Merangsang hipotalamus
TD : 100/60mmHg

N : 68x/mnt
Peningkatan suhu tubuh
R : 28x/mnt

S : 37 C
Hipertermi

DS : Cedera Autoimun, Gangguan sub imun Gangguan mobilitas fisik

- Pasien mengatakan bahwa ia


kesulitan untuk melakukan
Simpifikasi region pasca sinaps
aktivitas sehari-hari
- Pasien mengatakan bahwa ia tidak
mampu menggerakkan kedua
Gangguan konduksi neuromuskolar
kakinya
DO :
- Pasien mengalami kelemahan pada
Menurunnya jumlah reseptor asetilkolin pd
kedua kakinya
membrane postsinaps
- Kekuatan otot 2(0-5)

Hilangnya reseptor normal membrane


postinaps pd sambungan

Kerusakan pd transmisi impuls saraf

Gangguan potensial aksi sel saraf


Gangguan kontraksi serabut otot

Kelemahan otot

Gangguan mobilitas fisik

DS : Cedera Autoimun, Gangguan sub imun Gangguan komunikasi verbal

- Pasien mengatakan bahwa ia


mengalami keslitan
Simpifikasi region pasca sinaps
berkomunikasi
- Pasien mengatakan bahwa
lidahnya terasa kelu
Gangguan konduksi neuromuskolar
DO :

- Pasien tampak kesulitan berbicara


Menurunnya jumlah reseptor asetilkolin pd
membrane postsinaps
Hilangnya reseptor normal membrane
postinaps pd sambungan

Kerusakan pd transmisi impuls saraf

Gangguan potensial aksi sel saraf

Gangguan kontraksi serabut otot

Gangguan otot wajah


Disfonia

Kesulitan mengucapkan kata

Hambatan komunikasi verbal

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TANGGAL / JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd
DITEMUKAN TERATASI

1. Jumat, 02 Oktober Hipetermi berhubungan dengan proses penyakit Minggu,


2020 ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal 04/10/2020
38,3 ºc
(08.30)

Minggu,
04/10/2020
Jumat, 02 Oktober Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
2.
2020 dengan sekresi yang tertahan ditandai dengan
terdengar suara wheezing
(08.30) Minggu,
04/10/2020

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


Jumat, 02 Oktober
penurunan kekuatan otot ditandai dengan sulit
2020 Minggu,
menggerakkan ekstremitas
04/10/2020
(08.30)
4. Jumat, 02 Oktober
2020 Ganguan komunikasi verbal berhubungan
dengan gangguan neuromuskuler ditandai
(08.30)
dengan kesulitan mengungkapkan kata-kata
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tgl No Rencana Perawatan Ttd


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional

Jumat, 1. Setelah dilakukan SIKI : Manajemen Jalan Nafas 1. Untuk mengetahui apakah
02/10/202 tindakan keperawatan 1. Monitor bunyi nafas tambahan ada suara tambahan seperti
0 selama 3x24 jam wheezing, ronkhi, gurgling
diharapkan nafas 2. Untuk mempermudah
pasien kembali pasien dalam bernapas
normal dengan 2. Posisikan pasien semi fowler/ 3. Untuk mengeluarkan secret
kriteria hasil : fowler
SLKI : Bersihan 4. Obat yang digunakan untuk
Jalan Nafas 3. Ajarkan teknik batuk efektif merangsang keluarnya
dahak
1. Frekuensi nafas
4. Kolaborasi pemberian
kembali normal
ekspektoran
2. Pola nafas pasien
kembali normal
3. Tidak terdengar suara
wheezing
Jumat 2. Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Hipertermi 1. Untuk mengetahui suhu
02/10/202 keperawatan selama 3x24jam 1. Monitor suhu tubuh tubuh pasien setiap waktu
0 diharapkan pasien suhu
tubuh pasien kembali normal 2. Agar pasien merasakan
dengan kriteria hasil : rileks
2. Longgarkan atau lepaskan
SLKI : Termo regulasi
pakaian pasien
3. Agar pasien tidak
1. Suhu tubuh kembali
terjadinya dehidrasi akibat
normal (36C- 37C)
3. Berikan cairan oral suhu tubuh meningkat
2. kulit kemerahan pasien
berkurang
4. Agar pasien tidak
terjadinya dehidrasi akibat
suhu tubuh meningkat
4. Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit intravena

Jumat, 3. Setelah dilakukan tindakan SIKI : Dukungan Mobilisasi 1. Monitoring vital sign dan
02/10/202 keperawatan selama 1.Monitor frekuensi jantung dan frekuensi jantung sebelum
3x24jam diharapkan pasien tekanan darah sebelum memulai latihan dan lihat respon
0 dapat melakukan aktivas mobilisasi pasien saat latihan
seperti biasa dengan kriteria
hasil : 2. Untuk membantu pasien
2.Fasilitasi aktivitas mobilisasi pada saat aktivitas
SLKI : Mobilitas Fisik
dengan alat bantu mobilisasi
1. kekuatan otot pasien 3.Fasilitasi melakukan pergerakan 3. Agar pasien tidak
kembali normal bberlebihan melakukan
4.Jelaskan tujuan prosedur gerakan mobilisasi
2. pasien tidak mengalami
mobilisasi
kelemahan fisik
4. Agar pasien mengetahui
3. Pasien dapat melakukan tujuan dan procedure
ROM 5.Ajarkan mobilisasi sederhana dilakukannya mobilisasi
yang harus dilakukan 5. Pasien dapat melakukan
mobilisasi yang sederhana
terlebih dahulu
Jumat , 4. Setelah dilakukan tindakan SIKI : Promosi 1. Untuk
02/10/202 keperawatan selama 3x24jam Komunikasi : Defisit mengetahui emosi atau
0 diharapkan pasien mampu Bicara perasaan pasien pada saat
berkomunikasi dengan baik 1.Identifikasi perilaku emosional berkomunikasi
dengan kriteria hasil : dan fisik sebagai bentuk
komunikasi
SLKI : Komunikasi Verbal 2. Agar pasien
lebih mudah dalam
1. Kemampuan berbicara
2.Gunakan metode komunikasi berkomunikasi
pasien kembali
alternatif mis (menulis, mata
normal
berkedip, isyarat tangan)
2. Pasien mampu
memahami
komunikasi
3. Pasien mampu 3. Apabila susah
3.Gunakan juru bicara, jika perlu
berespons dalam dipahami oleh pasien
komunikasi makan pasien bisa
menggunakan juru bicara

4. Agar keluarga
pasien memahami apa
4.Anjurkan berbica perlahan yang dibicarakan oleh
pasien
5.Rujuk ke ahli patologi 5. Dilakukan
bicara atau terapis terapi untuk mempercepat
proses penyembuhan

D. IMPLEMENTASI

Hari/ Tgl/Jam No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses TTD


Jumat 4. 1. Monitor suhu tubuh S : pasien mengatakan bahwa badanya
02/10/2020 terasa hangat
(10.00)
O : Akral teraba hangat

TD : 100/60

N : 68x/mnt

RR : 28x/mnt
(10.40)
S : 38,3C

(14.00)

S :-
4. 2. Berikan cairan oral
O : Pasien minum ± 800 ml air

(16.00) 1

3. Monitor bunyi nafas S : pasien mengatakan susah

tambahan mengeluarkan dahak


O : terdengar suara wheezing
(20.00)
TD : 100/60

1. N : 68x/mnt

RR : 28x/mnt

4. Posisikan pasien semi fowler/ S : 38,3C


(20.10) fowler

S : pasien mengatakan nyaman


denganposisi tersebut
5. Ajarkan teknik batuk efektif
O : pasien tampak nyaman

S : pasien mengatakan kesulitan untuk


melakukan teknik batuk efektif

6. Kolaborasi pemberian O : Pasien tampak kesulitan untuk


ekspektoran melakukan teknik batuk efektif
S : pasien mengatakan bahwa dahaknya
sudah terasa berkurang

o : pasien diberikan obat pengencer


dahak 3x1 dengan dosis 50mg diberikan
melalui oral

Sabtu,
03/10/2020 1.Monitor suhu tubuh
4. S : Pasien mengatakan bahwa suhu
(08.00) tubuhnya sudah kembali normal

O : TD : 100/60

N : 68x/mnt

RR : 20x/mnt
2.Kolaborasi pemberian cairan
S : 37C
elektrolit intravena
(10.00)

4. S:-

3.Monitor frekuensi jantung O : Pasien diberikan infuse RL agar


dan tekanan darah sebelum tidak terjadinya dehidrasi
memulai mobilisasi

(14.00)
S:-
2.
4.Jelaskan tujuan prosedur O : TD : 100/60
mobilisasi
N : 68x/mnt

RR : 20x/mnt

S : 37C

5.Fasilitasi aktivitas mobilisasi


(15.00)
dengan alat bantu
S : pasien memahami prosedur mobilisasi
2.
O : pasientampak memahami procedure
mobilisasi

4. Kolaborasi pemberian obat


S : Pasien mengatakan kesulitan untuk
ekspektoran
melakukan aktivitas mobilisasi
(14.00)
O : - Pasien tampak kesulitan dalam
2. melakukan aktivitas mobilisasi

- Pasien tampak gelisah

5.Gunakan metode komunikasi


alternatif mis (menulis, mata
berkedip, isyarat tangan)
S : Pasien mengatakan bahwa ia mampu
bernafas secara normal

O : pasien diberikan obat pengencer


dahak 3x1 dengan dosis 50mg diberikan
(19.00) melalui oral

1. TD : 100/60

N : 68x/mnt

RR : 20x/mnt

S : 37C

S : Pasien mengatakan bahwa ia hanya


bisa berkomunikasi dengan cara menulis
diatas kertas

O : Pasien mampu berkomunikasi


dengan menulis di atas kertas

( 20.15)
3.

Minggu, 04/10/
2020
3. 1.Gunakan metode komunikasi S : Pasien mengatakan hanya bisa
(09.00) alternatif mis (menulis, mata berkomunikasi melalui kertas yang ditulis
berkedip, isyarat tangan)
O : Pasien tampak kesulitan untuk
berbicara

S : Pasien mangatakan mampu


(11.00)
2.Gunakan juru bicara, jika berkomunikasi dengan menulis di atas
perlu kertas tanpa juru bicara
3.
O : Pasien mampu berkomunikasi dengan
cara menulis diatas kertas

S : Pasien mengatakan bahwa ia kesulitan


untuk berbicara
(11.15) O : Pasien tampak gelisah dan kesulitan
untuk berbicara
3. 3.Anjurkan berbica perlahan

S:-

O : pasien dapat berbicara membutuhkan


proses
(15.00)
4.Rujuk ke ahli patologi
3.
bicara atau terapis S : Pasien mengatakan susah
menggerakkan kedua kakinya

O : Pasien tampak kesulitan


menggerakkan kedua kakinya
(19.30)
5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
2. dengan alat bantu
S : Pasien mengatakan kesulitan untuk
melakukan aktivitas mobilisasi
S : Pasien tidak mampu melakukan
aktivitas mobilisasi
(20.00) 6. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
2.
E. EVALUASI

No. Hari/Tgl No Diagnosa Evaluasi TTD

1. Minggu, 04/10/2020 1,2,3,4 S:-

O : Pasien tampak tenang

TD : 100/60mmHg

N : 68x/mnt

R : 20x/mnt

S : 37 C

A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2. Minggu, 04/10/2020 1,2,3,4 S : pasien mengatakan bahwa ia


kesulitan untuk menggerakkan kedua
kakinya

O : pasien tampak kesulitan


menggerakkan kedua kakinya

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

3. Minggu, 04/10/2020 2,3,4 S:-

O : Pasien mengatakan bahwa ia


kesulitan untuk berbicara dan hanya
mampu berkomunikasi melalui tulisan
di kertas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
4. Minggu, 04/10/2020 3,4 S : Pasien mengatakan bahwa tubuhnya
tidak hangat lagi

O : TD : 100/60mmHg

N : 68x/mnt

R : 20x/mnt

S : 37 C

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
MODE VINTILATOR.

Mode ACV ventilator adalah metode yang tepat diberikan pada pasien dengan
diagnose Myasthenia Gravis dengan keluhan pasien merasakan lidahnya kelu dan
kesulitan dalam berkomunikasi. dan pasien dirawat dengan keadaan sudah tidak
mampu bernapas karena terjadi kelemahan pada otot-otot pernapasannya, Selain
itu, pasien kondisinya sangat lemah, namun masih memiliki kesadaran penuh,
sehingga pasien diharuskan menggunakan alat bantu pernapasan dengan mode
ACV dengan tujuan meningkatkan pernafasan spontan, Dan baik untuk
meningkatkan kadar CO2, Tidal Volume mekanik penuh. Biasanya metode ACV
digunakan pada tahap pertama penggunaan ventilasi mekanik, untuk mengontrol
ventilasi, kecepatan Dan volume tidal. Mode ini dapat melakukan fungsi ventilasi
secara otomatis.

Anda mungkin juga menyukai