Oleh
Gregory Pavlides1, Vangelis Drossinos2, Chaido Dafni2, Petros Altsitzoglou3,
Aiantas Antoniadis4, Antonios S. Manolis5, Costas Tsioufis6, Ioannis
Goudevenos7, George Kochiadakis8, Dimitrios Alexopoulos9
Disusun oleh :
Febriyani Pamikatsih
Pengertian ACS
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan
penyakit jantung koroner adalah suatu kegawatdaruratan
pembuluh darah koroner yang terdiri dari infark miokard
akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi
segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/ STEMI), infark
miokard akut tanpa elevasi segmen ST (Non STEMI) dan
angina pektoris tidak stabil (APTS).
Pengertian PCI
PCI adalah suatu teknik untuk menghilangkan trombus dan
melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit
dengan memakai kateter balon dan seringkali dilakukan
pemasangan stent. Tindakan ini dapat menghilangkan
penyumbatan dengan segera, sehingga aliran darah dapat
menjadi normal kembali, sehingga kerusakan otot jantung
dapat dihindari (Majid, 2007).
Komplikasi PCI
Trombolisis stent. Walaupun angka kejadian hanya 1-2%, kejadian
trombolisis stent masih berisiko sehingga stent harus itu dilapisi
oleh endothelium dan hal tersebut biasanya muncul sebagai MI
akut, dengan tingkat kematian tinggi. Trombolisis stent sering
sewaktu bulan pertama pemasangan, tapi bisa muncul berbulan
dan bertahun setelah pemasangan PCI.
Stenosis stent. Hal ini berhubungan dengan proses „penyembuhan‟
yang berlebihan dari dinding pembuluh darah yang bertimbun
pada lumen stent. Stenosis biasanya terbentuk dalam 3-6 bulan dan
tidak jarang angina muncul kembali, tetapi jarang menyebabkan
MI. Stenosis stent terjadi dalam 4-20% dari stent
Telaah jurnal
Pendahuluan
Masalah penelitian telah dijelaskan oleh peneliti yakni mengobservasi
manajemen terapi saat ini pada pasien dengan sindrom koroner akut (ACS)
yang menjalani intervensi perkutan koroner (PCI), hubungannya dengan
pemanfaatan sumber daya kesehatan, dan kualitas hidup pasien. Dengan
demikian peneliti ingin meningkatkan kualitas hidup pada pasien ACS post
PCI di rumah setelah pulang dari RS dengan mendapatkan terapi dual-
antiplatelet selama minimum 12 bulan. Terapi yang direkomendasikan
yaitu dengan statin, dan bisa juga dengan ACE inhibitor dan b-bloker. Hal
ini dilakukan karena didapatkan data bahwa 10% pasien ACS mengalami
re-infark atau stroke, atau kematian setelah setahun kepulangannya dari
RS, ini menunjukkan bahwa tingginya resiko kesakitan dan kematian pada
pasien post PCI di masyarakat.
Masalah yang dibahas pada penelitian ini memiliki signifikansi
dengan profesi keperawatan karena perawat dapat berperan sebagai
educator dan sebagai literature untuk melakukan penkes tentang
pentingnya terapi dual-antiplatelet pada pasien ACS post PCI selama
minimum 12 bulan saat di rumah.
Tujuan telah dijelaskan dengan jelas oleh peneliti namun untuk
pertanyaan penelitian tidak di jelaskan dan hipotesa tidak
tercantumkan dalam penelitian ini.
Metode penelitian