Disusun Oleh :
Kelompok 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt dengan rahmat dan karunianya penulis telah
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perioperative Care Pada Anak
Saat Pra Operasi” selawat beriring salam penulis kepada junjungan alam nabi
muhammad melihat beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Dalam penulisana makalah ini, penulis mendapat bimbingan, Arahan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya.
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun
penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan
kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat dijadikan masukan untuk perbaikan masa yang akan datang.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keperawatan Perioperatif Pada Anak ............................... 6
2.2 Fase-Fase Terapi Perioperatif Pada Anak ..................................... 10
2.3 Masaalah Pada Fase Pra-Operasi ................................................... 17
2.4 Indikasi Pembedahan ..................................................................... 17
2.5 Klasifikasi Pembedahan ................................................................. 18
2.6 Asuhan Keperawatan .....................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk para pembaca mahasiswa maupun perawat dapat mengetahui
bagaimana meningkatkan perioperatif pada anak itu sendiri, dan menambah
pengetahuan dan wawasan para pembaca dan perawat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah :
a) Untuk mengetahui bagaimana mengetahui perioperatif
b) Untuk mengetahui mengenai kegiatan preoperasi
5
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis-jenis pembedahan
Operasi bedah atau yang juga disebut dengan pembedahan merupakan
sebuah spesialisasi dalam dunia kedokteran. Tujuan dari pembedahan biasanya
adalah untuk mengobati luka atau penyakit dengan memanfaatkan operasi
instrumen atau manual. Ahli bedah bisa saja dokter biasa, dokter hewan atau
dokter gigi yang memang berkemampuan atau berspesialisasi di dalam bidang
ilmu bedah.Jenis-jenis operasi bedah cukup beragam di mana ini berdasarkan
pada pada bagian tubuhyang perlu dibedah, seberapa mendesak pembedahan
tersebut harus segera dilaksanakan,.jumlah sayatan yang pasien butuhkan,
penggunaan alat,serta tujuan pembedahan Di bawah ini ada beberapa kategori
jenis tindakan bedah yaitu :
6
2). Amputasi
Amputasi merupakan operasi bedah untuk bagian tubuh tertentu. Operasi
bedah seperti ini pada umumnya hanya dilakukan agar bisa mencegah
infeksi pada area tubuh lainnya.
5). Cangkok
Jenis operasi bedah ini akan dilakukan dokter untuk organ atau bagian
tubuh tertentuuntuk menggantinya dengan organ dari sumber lain
7
3). Bedah Robotik
Pada operasi robotik ini, dokter bedah bakal memakai sistem komputer
yang bakaldimanfaatkan untuk mengendalikan lengan robot beserta ujung-
efektor. Keuntungan dalam praktik bedah ini adalah bahwa dokter bedah
dapat mengandalkan metode komputerisasi serta perlu hadir di kamar
operasi langsung, bahkan operasi jarak jauh pun memungkinkan.
2). Laparotomi
Jenis operasi bedah ini akan berfokus pada pembedahan dengan sayatan
berukuran besar. Operasi ini justru berlawanan dengan laparoskopi.
8
2). Bedah Semi Elektif
Jenis operasi bedah ini bertujuan sebagai pencega efek atau akibat buruk
dari suatucedera maupun penyakit. Jenis operasi semi-elektif harus cepat-
cepat dilaksanakan dan bisa dokter tunda untuk menghadapi.
3) Bedah Elektif
Jenis operasi ini dokter akan melakukan dengan tujuan agar penyakit
tertentu tidak membuat nyawa terancam. pembedahan pun hanya akan
dilakukan dokter jika pasien sudah memintanya sendiri.
2) Bedah Penyelidikan
Dokter melakukan jenis pembedahan ini dengan tujuan utama untuk
memastikanakan sebuah dugaan dari hasil diagnosa di mana hasil
diagnosa belumlah pasti. Dengan bedah ini, maka otomatis dugaan
diagnosa lebih terdukung.
9
2.2 FASE-FASE TERAPI PERIOPERATIF PADA AANAK
10
3. Fase pasca operasi
Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau ruang
perawatan atau rumah. Ringkup ativitas kolektif melipti rentang aktivitas yang
luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian efek agen atau obat
anestesi dan menyatukan fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas
perawat berfokus pada peningkatan penyembuhan dan rehabilitasi dan
pemulangan pasien.
Perawatan pasca operasi atau pembedahan mulai sejak pasien dipindahkan ke
ruangan pulih sadarkan diri kembali ke perawat rungan rawat inap. Jika kondisi
klien tetap kritis dipindahkan ke ICU.
Tujuan :
a) Mengawasi kemajuan sewaktu masa pulih
b) Mecegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi
c) Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat
pemindahan / pemulangan pasien.
1. Fase Perioperative
11
b. Tahap - tahapan per-operatif
a). Persiapan fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain:
1) Status Kesehatan Fisik secara Umum
Sebelum dilakukan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin , fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup
karena dengan istirahat yang cukup pasien tidak akan mengalami
stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan pasien wanita
tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan kesimbangan nitrogen. Segala defisiensi
nutrisi harus dikoreksi sebelum bentuk untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit.
12
4) Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan karena rambut yang
tidak dicukur dapat menjadi tempat munculnya kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien
luka incise pada lengan. Tindakan pencukuran(scheren) harus
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada
daerah yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang
dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang
akan dioperasi.
5) Kebersihan Pribadi
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien
yang kondisi fisiknya lebih disarankan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih hati-hati. jika pasien
tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri
maka perawat akan memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan personal hygiene.
13
a) Latihan Nafas Dalam
14
b). Persiapan Penunjang
Merupakan bagian penunjang yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan persiapan pembedahan. Tanpa adanya pemeriksaan
penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin dapat menentukan
tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan
penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,
laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain.
15
d). Inform Consent
Selain itu berbagai macam pemeriksaan terhadap pasien, hal-hal lain
yang penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab gugat,
yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun memiliki
resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menyatakan pernyataan persetujuan yang dilakukan
tindakan medis (pembedahan dan anastesi). Menginformasikan
persetujuan sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib menerima surat pernyataan persetujuan operasi.
Artinya tindakan apapun yang dilakukan pada pasien terkait dengan
tujuan, keluarga mengetahui manfaat dan serta segala risiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarga sebelum surat pernyataan
tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan
segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka
pihak/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali kepada pasien
sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan
karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan
gambaran keluarga.
16
2.3 MASALAH PADA FASE PRA-OPERASI
17
2.5 KLASIFIKASI PEMEDAHAN
18
2. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian klien sebelum operasi adalah untuk menetapkan
fungsi klien perioperatif normal untuk mencegah dan kemungkinan
komplikasi pascaoperasi. Rawat jalan dan program bedah pada hari yang
sama memberikan tantangan dalam pengumpulan pengkajian lengkap
dalam waktu yang terbatas. Klien hanya diterima dalam beberapa waktu
sebelum operasi, sehingga penting bagi Anda untuk mengatur dan
memverifikasi data yang diperoleh sebelum operasi dan penerapan rencana
perawatan perioperatif. Sebagian besar pengkajian dimulai sebelum
memasuki ruang bedah, tempat penyedia layanan kesehatan, klinik tempat
penerimaan, klinik anestesi, atau melalui telepon. Agar tidak membuang-
buang waktu menduplikasi informasi dari pemeriksaan praoperasi,
fokuslah pada pengukuran penting untuk semua sistem tubuh untuk
memastikan bahwa tidak ada satu pun masalah yang penting.
a. Riwayat 2000
Anda akan melakukan wawancara awal untuk mengumpulkan riwayat
klien. Jika klien tidak dapat melihat semua informasi yang diperlukan,
tidak dapat dipercaya oleh anggota keluarga sebagai sumber daya.
b. Riwayat Kesehatan
Tinjauan ulang riwayat medis klien ini termasuk penyakit dan operasi
masa lalu serta alasan utama mencari perawatan medis. Rekam medis
klien saat ini dan catatan medis dari rumah sakit masalalu adalah
sumber data. Penyakit yang sudah ada sebelumnya memengaruhi piliha
agen anastesi yang digunakan, serta kemampuan klien untuk
menoleransi operasi dan pemulihan penuh.
Tinjau kembali apakah klien menjalani apakah klien menjalani operasi
rawat jalan untuk kondisi medis yang meningkatkan risiko untuk
komplikasi selama atau setelah operasi. Sebagai contoh, klien yang
memiliki riwayat gagal jantung kongesif (gagal jantung kongestif/CHF)
mungkin mengalami penurunan lenih lanjut dalam fungsi jantung, baik
intraoperasi atau pascaoperasi.
Riwayat sebelumnya memengaruhi perawatan fisik yang dibutuhkan
setelah prosedur tingkat yang akan datang. Sebagai contoh, klien yang
menjalani toratoktomi sebelumnya memiliki resiko lebih besar untuk
komplikasi paru pascabedah reseksi tumor paru-paru dibandingkan
dengan klien dengan paru-paru normal.
19
c. Faktor risiko
Berbagai kondisi dan faktor meningkatkan risiko operasi seseorang.
Pengetahuan tentang faktor resiko yang mendukung anda untuk
mengambil tindakan yang diperlukan dalam perencanaan perawatan.
1. Umur
Klien yang sangat muda dan sangat tua memiliki resiko selama
operasi karena belum matang atau menurunnya status fisiologis.
Angka mortalitas lebih tinggi pada klien bedah yang sangat muda
dan sangat tua. Selama operasi, perawat dan pemberi layanan
kesehatan sangat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
mempertahankan suhu tubuh bayi normal. Bayi memiliki refleks
yang belum cukup berkembang, dan variasi tentang sushi sering
terjadi.
Selama operasi, bayi mengalami kesulitan mempertahankan volume
sirkulasi darah normal. Seorang bayi memiliki jumlah volume darah
total yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang lebih tua
orang dewasa. Bahkan kehilangan sejumlah darah menjadi masalah
yang serius. Mengurangi volume untuk membantu bayi merespons
peningkatan oksigen selama operasi.
Seiring usia yang lebih tinggi, klien memiliki kapasitas fisik yang
menurun untuk beradaptasi dengan stres operasi karena penurunan
fungsi tubuh tertentu. Meskipun berisiko, sebagian besar klien yang
menjalani operasi adalah lansia.
2. Nutrisi
Jaringan normal memperbaiki diri dan bertahan terhadap infeksi
tergantung pada gizi yang cukup. Bedah mengintensifkan kebutuhan
ini. Setelah beroperasi, klien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari
untuk memelihara cadangan energi. Peningkatan protein, vitamin A
dan C. Seorang klien yang kekurangan gizinya rentan terhadap
toleransi yang rendah terhadap anestesi, keseimbangan nitrogen dari
kekurangan protein, gangguan negatif pembekuan darah, infeksi,
penyembuhan luka yang lama, dan potensi kegagalan multiorgan.
Banyak klien yang di rawat di rumah sakit menampilkan beberapa
derajat gizi buruk. Jika klien telah menjalani operasi elektif, coba
perbaiki ketidakseimbangan nutrisi sebelum operasi. Namun, jika
klien yang kurang gizi harus menjalani prosedur darurat, upaya
untuk dilakukan setelah operasi.
20
3. Obesitas
Obesitas meningkatkan resiko pembedahan dengan mengurangi
fungsi ventilasi dan fungsi jantung. Apnea obstruksif, hipertensi,
penyakit arteri koroner, diabetes melitus, dan gagal jantung
kongestif yang umum pada populasi bariatrik (kegemukan).
Embolus, atelektasis, dan pneumonia juga merupakan komplikasi
pascaoperasi yang lebih sering pada klien yang obesitas. Klien sering
mengalami kesulitan memulai kembali aktivitas fisik setelah luka
serta rentan untuk penyembuhan luka dan infeksi karena struktur
jaringan lemak yang kurang berisi suplai darah. Sering kali sulit
untuk menutup luka bedah klien yang obesitas karena adanya lapisan
adiposa yang tebal, sehingga menimbulkan risiko bagi klien untuk
mengalami dehisens (pembukaan garis jahitan) dan pengeluaran
perut yang muncul melalui sayatan bedah.
5. Imunokompromi
Untuk klien dengan kanker, sumsum tulag dapat berubah dan
meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, terapi radiasi kadang-kadang
diberikan sebelum operasi untuk mengurangi ukuran tumor/kanker
sehingga dapat dilakukan pembedahan. Radiasi memiliki beberapa
efek pada jaringan normal yang tidak dapat dihindari, seperti
kelebihan penipisan lapisan kulit, kerusakan kolagen, dan gangguan
vaskularisasi jaringan. Idealnya dokter bedah menunggu untuk
melakukan operasi 4-6 minggu setelah selesai perawatan radiasi.
Jika tidak, klien mugkin menghadapi masalah penyembuhan luka
serius. Selain itu, obat yang digunakan untuk pengobatan kanker,
obat supresi yang digunakan untuk mencegah kematian setelah
kondisi transplantasi organ meningkatkan risiko infeksi.
21
6. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh merespons operasi sebagai bentuk trauma. Pemecahan
jumlah besar protein menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif,
dan peningkatan tingkat glukosa darah. Sebagai hasil dari response
stress adrenokortikal, tubuh menahan natrium dan udara, dan
mengeluarkan kalium dalam 2 sampai 5 hari pertama setelah operasi.
Tingkat keparahan dari respons stres memengaruhi tingkat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Riwayat Pengobatan
Jika klien secara teratur menggunakan resep atau obat-obatan di luar,
dokter bedah atau pemberi anestesi mungkin menghentikan sementara
obat tersebut sebelum operasi atau penyesuaian dosis. Obat tertentu
memiliki khusus untuk klien bedah, menciptakan risiko lebih besar
untukkomplikasi. Tanya klien jika mereka mengonsumsi obat-obatan
herbal, karena banyak klien melihat herbal tidak sebagai obat-obatan
dan sering menghilangkannya dari riwayat pengobatan mereka. Untuk
klien yang dirawat di rumah sakit, obat resep yang diambil sebelum
operasi otomatis dihentikan pascaoperasi kecuali pemberi layanan
kesehatan perawatan tersebut.
22
1. Alergi
Kaji adanya alergi obat-obatan yang diterima klien selama periode
perioperatif. Selain itu, kaji terhadap alergi lateks, makanan, dan
kontak alergi (misalnya plester, salep, atau solusi cairan).
2. Sumber dukungan
Penting untuk menentukan sejauh mana dukungan dari anggota
keluarga dan teman-teman klien. Karena keluarga tidak selalu berarti
hubungan darah, maka yang terbaik adalah membiarkan klien
mengenali sumber dukungannya.
2. Konsep diri
Klien degan konsep diri positif lebih mungkin untuk mengalami
pendekatan pengalaman bedah yang tepat. Kaji konsep diri dengan
meminta klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
pribadi. Klien yang cepat mengkritik atau menghina karakteristik
pribadi mungkin memiliki penghargaan diri yang rendah.
3. Sumber koping
Pengkajian perasaan dan konsep diri mengungkapkan apakah klien
dapat mengatasi stress pada pembedahan. Tanyakan klien tentang
manajemen stres masa lalu dan perilaku yang membantu
menyelesaikan segala ketegangan atau kegugupan. Ketika melihat
sumber koping klien, tanyakan klien tentang anggota keluarga dan
teman-teman tertentu yang mungkin memberikan dukungan.
23
3. Diagnosa Keperawatan Fase Pra Operasi
4. Intervensi Pra-Operasi
Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Ansietas Setelah diberikan tindakan 1. Gunakan pendekatan
keperawatan …x24 jam yang menenangkan
diharapkan tingkat ansietas klien
dapat berkurang dengan kriteria 2. Dorong paiesn
hasil : mengungkapkan
perasaan ketakutan,
1. Klien mampu mengidentifikasi persepsi pasien, dan
dan mengungkapkan gejala bantu pasien
cemas. mengenali situasi yang
dapat menimbulkan
2. Mampu mengungkapkan dan kecemasan
menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas. 3. Jelaskan semua
prosedur dan apa yang
3. Vital sign dalam batas normal dirasakan selama
yaitu TD: 110/70-120/08 tidakan yang diberikan
mmHg dan nadi 80-100 x/ m
4. Dorong keluarga
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, untuk memahami
bahasa tubuh dan tingkat situasi pasien.
aktivitas menunjukkan
berkurangnya aktivitas
24
Defisiensi Setelah diberikan tindakan 1. Berikan penilaian
Pengetahuan keperawatan …x24 jam mengenai tingkat
diharapkan tingkat pengetahuan pengetahuan pasien.
klien dapat meningkat dengan
kriteria hasil 2. Jelaskan prosedur
1. Klien dan keluarga memahami yang akan diberikan
tentang penyakit, kondisi, pada anak.
prognosis dan program
pengobatan.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
27