Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN ANAK II

“PERIOPERATIVE CARE PADA ANAK”

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Eka Sri Surani (19320011)


2. Liza Ayu Pratiwi (19320015)
3. Rachmat Rizkiawan (19320024)
4. Tantika Febiola (17320027)

Dosen Pengampu : Setiawati, M.Kep.,Sp.Kep.An

FAKULTAS KEDOKTERAN

1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt dengan rahmat dan karunianya penulis telah
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perioperative Care Pada Anak
Saat Pra Operasi” selawat beriring salam penulis kepada junjungan alam nabi
muhammad melihat beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Dalam penulisana makalah ini, penulis mendapat bimbingan, Arahan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya.
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun
penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan
kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat dijadikan masukan untuk perbaikan masa yang akan datang.

Bandar Lampung, 27 November 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keperawatan Perioperatif Pada Anak ............................... 6
2.2 Fase-Fase Terapi Perioperatif Pada Anak ..................................... 10
2.3 Masaalah Pada Fase Pra-Operasi ................................................... 17
2.4 Indikasi Pembedahan ..................................................................... 17
2.5 Klasifikasi Pembedahan ................................................................. 18
2.6 Asuhan Keperawatan .....................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 27
3.2 Saran ............................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tindakan operasi atau operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi


hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika sering kali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang berlebihan berlebihan dengan yang
mereka alami. Kecemasan yang alami biasanya terkait dengan segala macam
prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur dan tindakan pembiusan.
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik
maupun psikis. Tingkat keberhasilan sangat tergantung pada setiap tahapan
yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait
(dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang
kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien itu sendiri. Dari ketiga
faktor tersebut faktor tersebut merupakan hal yang paling penting, karena bagi
penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi
pasien itu sendiri mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah
mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka penting untuk melibatkan
pasien dalam setiap langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif
yang dilakukan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
keselamatan dan kesembuhan pasien. Anak adalah individu yang sangat rentan
karena masih dalam proses tumbuh kembang. Kehawatiran orang tua pada saat
anak mendapatkan tidakan pembedahan cenderung sangat tinggi. Hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan orang tua dan anak terhadap tindakan
pembedahan. Sehingga peran perawat sangat penting dalam setiap tahapan
operasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Perioperatif?


2. Apa sajakah masalah yang terjadi pada perawatan perioperatif pada anak
saat pra operasi?

4
1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Untuk para pembaca mahasiswa maupun perawat dapat mengetahui
bagaimana meningkatkan perioperatif pada anak itu sendiri, dan menambah
pengetahuan dan wawasan para pembaca dan perawat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah :
a) Untuk mengetahui bagaimana mengetahui perioperatif
b) Untuk mengetahui mengenai kegiatan preoperasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF CARE PADA ANAK

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 menjelaskan bahwa anak merupakan


individu dengan usia mulai dari dalam kandungan sampai dengan 18 tahun.
Anak merupakan individu yang unik dan memilik ketergantungan pada orang
tua. Pada tahapan ini kondisi individu sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan secara cepat. Mulai dari system kekebalan tubuh sampai dengan
emosional. Anak sangat rentan mengalami penyakit sehingga perlu dilakukan
tindakan preventif. Tidak memungkiri anak mengalami penyakit yang
memerlukan tindakan medis kusus seperti operasi.
Operasi merupakan tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
memperbaiki keadan tubuh, mendiagnosa penyakit, dan mengganti organ
tubuh. Tahapan operasi juga disebut dengan peri-operatif. Peri-operatif
merupakan tindakan pembedahan yang terdiri dari tiga tahapan, antara lain
tahapan pre-operasi, intra operasi, dan pasca operasi. Pada setiap tahapan
tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Keperawatan Peri-operatif merupakan
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien anak yang mendapatkan
indikasi tindakan operasi dari persiapan sebelum operasi sampai dengan
perbaikan kondisi setelah tindakan operasi.

Jenis-jenis pembedahan
Operasi bedah atau yang juga disebut dengan pembedahan merupakan
sebuah spesialisasi dalam dunia kedokteran. Tujuan dari pembedahan biasanya
adalah untuk mengobati luka atau penyakit dengan memanfaatkan operasi
instrumen atau manual. Ahli bedah bisa saja dokter biasa, dokter hewan atau
dokter gigi yang memang berkemampuan atau berspesialisasi di dalam bidang
ilmu bedah.Jenis-jenis operasi bedah cukup beragam di mana ini berdasarkan
pada pada bagian tubuhyang perlu dibedah, seberapa mendesak pembedahan
tersebut harus segera dilaksanakan,.jumlah sayatan yang pasien butuhkan,
penggunaan alat,serta tujuan pembedahan Di bawah ini ada beberapa kategori
jenis tindakan bedah yaitu :

a). Berdasarkan Jenis Prosedur


1). Reseksi
Pembedahan dengan mengangkat seluruh atau sebagian dari organ tubuh
pasien.

6
2). Amputasi
Amputasi merupakan operasi bedah untuk bagian tubuh tertentu. Operasi
bedah seperti ini pada umumnya hanya dilakukan agar bisa mencegah
infeksi pada area tubuh lainnya.

3). Bedah Rekontruktif


Jenis operasi bedah ini lebih berfokus pada cara membuat bagian tubuh
yang terluka mengalami perbaikan. Baik itu kerusakan atau cedera serius
yang diakibatkan oleh penyakit, operasi yang dilakukan sebelumnya, atau
tindakan bedah rekontruktif mampu menjadi solusi.

4). Bedah Kecantikan


Bedah kecantikan merupakan jenis operasi yang memang bertujuan untuk
membuat penampilan seseorang lebih cantik. , ini jenis operasi bedah ini
sedang populer di kalangan masyarakat.

5). Cangkok
Jenis operasi bedah ini akan dilakukan dokter untuk organ atau bagian
tubuh tertentuuntuk menggantinya dengan organ dari sumber lain

6). Penanaman kembali


Operasi bedah satu ini adalah jenis yang akan dilakukan oleh dokter
dengan tujuan melekatkan kembali bagian tubuh yang terlepas dari
terlepas. Ini adalah jenis operasi yang berlawanan dari reseksi.

b). Berdasarkan Alat Yang Digunakan


Ada juga jenis operasi yang memang berdasarkan dari alat atau teknologi
yang digunakan dirumah sakit atau oleh dokter, seperti:

1). Bedah Mikroskopi


Jenis operasi bedah ini merupakan bedah saraf mikroskopis yang
memangmemanfaatkan teknologi mikroskopis agar mampu mengobati
area otak yangsakit lewat lubang berukuran kecil, yakni dengan membuat
area perawatan lebih besar.

2). Bedah Endoskopi


Bedah endoskopi ini adalah dengan menggunakan alat endoskop atau
tabung fleksibel nan fleksibel yang dilengkapi kamera disalah satu
ujungnya. kamera tersebut nantinya akan digunakan untuk pengambilan
gambar bagian dalam saluran pencernaan. Biasanya memang tindakan
medis ini dilakukan untuk mengatasi masalah pada gangguan pencernaan.

7
3). Bedah Robotik
Pada operasi robotik ini, dokter bedah bakal memakai sistem komputer
yang bakaldimanfaatkan untuk mengendalikan lengan robot beserta ujung-
efektor. Keuntungan dalam praktik bedah ini adalah bahwa dokter bedah
dapat mengandalkan metode komputerisasi serta perlu hadir di kamar
operasi langsung, bahkan operasi jarak jauh pun memungkinkan.

4). Bedah Laser


Pada tindakan operasi bedah jenis laser, dokter bedah biasanya akan
menggunakan sinar laser sehingga area yang rusak dalam tubuh dapat
terobati. ontohnya adalah ketika hendak menutup bagian pembuluh darah
yang ada di bagian mata para pasien penderita diabetes.

c). Berdasarkan jenis sayatan


Ada juga jenis operasi bedah yang didasarkan pada jenis sayatan yang
dilakukan oleh dokter ahli bedah, seperti :
1). Laparoskopi
Jenis operasi bedah ini cukup memerlukan sayatan berukuran kecil dan
perludiketahui bahwa rata-rata tindakan bedah yang besar malahan
melakukan tindakan bedah dengan menggunakan teknik laparoskopi.
Dengan demikian, waktu pemulihan dari pasien akan berkurang dan
biasanya juga tak begitu terasa sakit.

2). Laparotomi
Jenis operasi bedah ini akan berfokus pada pembedahan dengan sayatan
berukuran besar. Operasi ini justru berlawanan dengan laparoskopi.

d). Berdasarkan pemilihan waktu


Jenis operasi bedah yang ditentukan oleh pemilihan waktu , yaitu:
1). Bedah Darurat / cito
Operasi atau tindakan pembedahan ini bertujuan untuk membuat hidup
pasienterkankan. ketika pasien baru saja mengalami kecelakaan parah atau
cedera yang dokter memicu trauma, langkah bedah inilah yang pilih.

8
2). Bedah Semi Elektif
Jenis operasi bedah ini bertujuan sebagai pencega efek atau akibat buruk
dari suatucedera maupun penyakit. Jenis operasi semi-elektif harus cepat-
cepat dilaksanakan dan bisa dokter tunda untuk menghadapi.

3) Bedah Elektif
Jenis operasi ini dokter akan melakukan dengan tujuan agar penyakit
tertentu tidak membuat nyawa terancam. pembedahan pun hanya akan
dilakukan dokter jika pasien sudah memintanya sendiri.

e). Berdasarkan tujuan


Ada juga proses operasi operasi yang didasarkan pada fokus dan tujuan,
seperti :
1) Bedah Terapi.
Dokter melakukan jenis pembedahan ini hanya dengan tujuan untuk
mengatasisebuah penyakit yang memang telah dipastikan sebelumnya
memang sudah diderita oleh pasien.

2) Bedah Penyelidikan
Dokter melakukan jenis pembedahan ini dengan tujuan utama untuk
memastikanakan sebuah dugaan dari hasil diagnosa di mana hasil
diagnosa belumlah pasti. Dengan bedah ini, maka otomatis dugaan
diagnosa lebih terdukung.

9
2.2 FASE-FASE TERAPI PERIOPERATIF PADA AANAK

1. Fase pra operasi


Fase pra operasi dimulai ketika intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien
berada di meja operasi sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup aktivitas
2000 selam selam pengkajian dasar pasien di tatanan klinik atau rumah,
wawancara praoperasi dan menyiapakan pasien untuk anestesi yang diberikan
dan pembedahan tersebut dapat mencanangkan operasi.
Tujuan perawatan praoperasi :
a) Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberika
penyuluhan tentang tindakan anestesi.
b) Mengkaji, merencanakandan memenuhi kebutuhan pasien
c) Mengetahu akibat tindakan anestesi yang akan dilakukan
d) Mengantisipasi dan menggulangi kesulitan yang mungin timbul.

2.Fase intra operasi


Fase awal operasi dimulai ketika masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah
dan berakhir saat dipindahkan ke ruang pemulihan atau istilah lainnya
adalah post anestesi care unit (PACU). Pada fase ini ruangna lingkup
aktivitas konser mencangkup pemasangan intarvena kateter, pemberian
medifikasi intarvena, melakukan pemantaun kondisi fisiologis secara
menyeluruh sepanjang prosedur pembedah dan menjaga keselametan
pasien. Perawatan dimulai sejak pasien berada di meja operasi sampai
dipindahkan ke ruangan pulih sadar.
Tujuan :
Mengupayaan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi
optimal agar pembedah dapat berjalan lancar dengan baik.

10
3. Fase pasca operasi
Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau ruang
perawatan atau rumah. Ringkup ativitas kolektif melipti rentang aktivitas yang
luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian efek agen atau obat
anestesi dan menyatukan fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas
perawat berfokus pada peningkatan penyembuhan dan rehabilitasi dan
pemulangan pasien.
Perawatan pasca operasi atau pembedahan mulai sejak pasien dipindahkan ke
ruangan pulih sadarkan diri kembali ke perawat rungan rawat inap. Jika kondisi
klien tetap kritis dipindahkan ke ICU.
Tujuan :
a) Mengawasi kemajuan sewaktu masa pulih
b) Mecegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi
c) Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat
pemindahan / pemulangan pasien.

WHO dalam pedoman standar keamanan oprasi menyebutkan bahwa


tahapan oprasi dibagi menjadi 3 yaitu sign in (pre-operatif), time out (intra
operatif), dan sign out (post operatif) (WHO, 2018).

1. Fase Perioperative

a. Konsep dasar pre operatif


Pra-Operatif merupakan tahapan ketika dinyatakan oleh dokter
mendapatkan indikasi tindakan pembedahan. Pada tahapan ini biasanya
dilakukan pengisian inform consent, stabilisasi kondisi pasien, dan
persiapan pasien sebelum memasuki ruangan operasi. Perawatan pra
operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan
berakhirnya pasien dipindahkan ke meja operasi ketika tindakan
dilakukan.

11
b. Tahap - tahapan per-operatif
a). Persiapan fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain:
1) Status Kesehatan Fisik secara Umum
Sebelum dilakukan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin , fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup
karena dengan istirahat yang cukup pasien tidak akan mengalami
stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan pasien wanita
tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan kesimbangan nitrogen. Segala defisiensi
nutrisi harus dikoreksi sebelum bentuk untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit.

3)Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Seimbangkan cairan yang perlu diperhatikan dalam dengan input
dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Di mana ginjal mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi obat-obatan metabolik anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.

12
4) Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan karena rambut yang
tidak dicukur dapat menjadi tempat munculnya kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien
luka incise pada lengan. Tindakan pencukuran(scheren) harus
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada
daerah yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang
dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang
akan dioperasi.

5) Kebersihan Pribadi
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien
yang kondisi fisiknya lebih disarankan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih hati-hati. jika pasien
tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri
maka perawat akan memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan personal hygiene.

6) Pengosongan Kandung Kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan pemasangan kateter.
Selain untuk pengosongan isi kandung kemih tindakan kateterisasi
juga diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.

7) Latihan Pra Operasi


Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lender pada tenggorokan. Latihan-latihan yang diberikan
pada pasien sebelum operasi , antara lain:

13
a) Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk


mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah
anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien.

b) Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama


klien yang mengalami operasi dengan anestesi umum. Karena
pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama
dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika Sadar pasien akan
mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa
banyak lendir di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan
lendir atau sekret tersebut.

c) Latihan gerak sendi

Latihan gerak sendi merupakan hal yang sangat penting bagi


pasien sehingga setelah operasi, dapat melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan.
Pasien atau keluarga sering kali pasien memiliki pandangan yang
keliru tentang pergerakan operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek
atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini
jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera
bergerak maka pasien akan lebih cepat memicu usus (peristaltik
usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan
lain adalah menghindarkan Anda dari saluran pernafasan dan
terhindar dari kontraktur dan terjadinya dekubitus. Tujuan
lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis
vena dan mendukung fungsi pernafasan yang optimal.

14
b). Persiapan Penunjang
Merupakan bagian penunjang yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan persiapan pembedahan. Tanpa adanya pemeriksaan
penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin dapat menentukan
tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan
penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,
laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain.

Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada


pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan
keluhan pasien sehingga dokter dapat menyimpulkan penyakit yang
diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk melakukan
operasi maka dokter anestesi berperan untuk menentukan apakah
kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga
memerlukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium terutama
pemeriksaan masa perdarahan dan masa pembekuan darah pasien,
elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan
radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

c). Pemeriksaan Status Anestesi


Pemeriksaan status fisik untuk pembiusan yang perlu dilakukan untuk
keselamatan selama operasi. Sebelum melakukan anastesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan melakukan pemeriksaan status
fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana risiko pembiusan
terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang dapat digunakan adalah
pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik
anestesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,
peredaran darah dan sistem saraf. Anastesi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis. Hal ini didasarkan pada jenis operasi. Adapun jenis
anastesi adalah anastesi local, umum, regional

15
d). Inform Consent
Selain itu berbagai macam pemeriksaan terhadap pasien, hal-hal lain
yang penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab gugat,
yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun memiliki
resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menyatakan pernyataan persetujuan yang dilakukan
tindakan medis (pembedahan dan anastesi). Menginformasikan
persetujuan sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib menerima surat pernyataan persetujuan operasi.
Artinya tindakan apapun yang dilakukan pada pasien terkait dengan
tujuan, keluarga mengetahui manfaat dan serta segala risiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarga sebelum surat pernyataan
tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan
segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka
pihak/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali kepada pasien
sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan
karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan
gambaran keluarga.

e). Persiapan Mental / Psikis


Tindakan ini merupakan tindakan baik potensial maupun aktual pada
integritas seseorang yang dapat membangkitkan stres fisiologis
maupun psikologis (Barbara C. Long,2000). Contoh: perubahan
yang muncul sebagai akibat dari kecemasan dan ketakutan misalnya
pada pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan sulit tidur dan tekanan
darahnya akan meningkat sehingga operasi dapat dibatalkan. dan
antisipasi yang mungkin berulang dialami dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti: frekuensi nadi dan
pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak
tangan yang gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama kali, tidur,
dan sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping
yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Selain
itu perlu mengkaji hal-hal yang dapat digunakan untuk membantu
pasien dalam menghadapi masalah dan ketakutan ini, seperti adanya
orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung /
support system.

16
2.3 MASALAH PADA FASE PRA-OPERASI

Masalah yang paling sering ditemukan pada fase pra-operasi adalah


kecemasan. Rentang respon adaptif cemas yaitu dengan antisipasi sampai
respon maladaptif yaitu kondisi panik. Rasa cemas tersebut dapat timbul dari
lingkungan fisik asing, masa hospitalisasi, berpisah dengan orang tua, prosedur
tindakan invasif maupun traumatik.
Kecemasan pada anak – anak sebelum menjalani proses operasi ditandai
dengan anak akan mengalami gelisah, gemetar, meningkatkan denyut jantung,
susah tidur, tidak mau mengungkapkan orang yang sedang diajak berbicara,
tangan tangan, nafas pendek, kadang-kadang gelisah dan disertai menangis,
berhenti bicara atau bermain, dan anak akan menangis dan anak-anak sering
kali menjawab diri ketika melihat tenaga medis.
Keadaan anak yang sangat cemas dalam menghadapi operasi akan
memulai operasi. Karena respon tubuh akan mengalami penurunan dalam
mekanisme sistem tubuh anak. Akibatnya akan ada kemungkinan operasi tidak
dapat dilaksanakan karena pada anak yang mengalami kecemasan sebelum
operasi muncul gejala seperti peningkatan tekanan darah serta irama jantung
yang tidak normal, sehingga jika tetap dilakukan operasi dapat mengakibatkan
penyulit dalam perdarahan bahkan setelah operasi sangat mengganggu proses
penyembuhan.

2.4 INDIKASI PEMBEDAHAN

Tindakan operasi (operasi) dilakukan berdasarkan tau sesuai berdasarkan


indikasi indikasi. Beberapa indikasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah
indikasi :
1. Diagnostik, misalnya eksisi tumor atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif, misalnya infeksi tumor atau mengangkat afendiks yang
mengalami inflamasi
3. Reparatif, misalnya memperbaiki luka multiple
4. Rekontruksi atau kosmetik, misalnya mammoplasty atau bedah plastik
5. Paliatif, misalnya menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, seperti
pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkonpensasi
terhadap kegagalan menelan makanan.

17
2.5 KLASIFIKASI PEMEDAHAN

Jenis-jenis prosedur bedah di klasifikasikan menurut keseriusan, urgensi,


dan tujuan. Beberapa prosedur dapat bergabung ke dalam lebih dari satu
klasifikasi. Misalnya, operasi dan bekas luka adalah minor dalam keseriusan,
elektif di urgensi, dan rekonstruksi di tujuan. Seringnya pembagian kelas-kelas
tersebut tumpang tindih. Prosedur yang mendesak adalah juga penting dalam
tingkat keseriusannya. Kadang-kadang operasi yang sama dilakukan untuk
alasan yang berbeda pada klien yang berbeda. Sebagai contoh, gastrektomi
mungkin dilakukan sebagai prosedur darurat untuk reseksi tukak yang berdarah
atau sebagai prosedur untuk menghapus pertumbuhan kanker. Klasifikasi
menunjukkan kepada perawat tingkat perawatan yang dibituhkan oleh klien.

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN

1. Proses Keperawatan Perioperatif

Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi hingga


ke meja operasi, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan.
Keahlian seorang perawat perioperatif yang dibentuk dari
pengetahuan pengetahuan dan keterampilan psikomotor yang kemudian
diintegrasikan ke dalam tindakan yang harmonis. Kemampuan dalam
mengenali masalah yang ingin berisiko atau aktual pada setiap fase
perioperatif yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman akan
membantu pengembangan rencana intervensi. Staf yang merawat pasien
bertanggung jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan
pasien dengan cara mengimplementasikan rencana perawatan yang
didasarkan pada tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota
tim perioperatif, dan melibatkan tindakan mandiri dan kolaboratif.
Asuhan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan, baik asuhan
praoperatif dibagian rawat inap. poliklinik, bagian bedah sehari (one day
care) atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi
oleh perawat praoperatif. Seiring perkembangan praoperatif yang
terintegrasi secara terjadi saat beberapa masalah pasien yang belum
teratasi di ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit darurat akan
tetap dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamar operasi. Dokumentasi
yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara
perawat ruangan dengan perawat kamar operasi.

18
2. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian klien sebelum operasi adalah untuk menetapkan
fungsi klien perioperatif normal untuk mencegah dan kemungkinan
komplikasi pascaoperasi. Rawat jalan dan program bedah pada hari yang
sama memberikan tantangan dalam pengumpulan pengkajian lengkap
dalam waktu yang terbatas. Klien hanya diterima dalam beberapa waktu
sebelum operasi, sehingga penting bagi Anda untuk mengatur dan
memverifikasi data yang diperoleh sebelum operasi dan penerapan rencana
perawatan perioperatif. Sebagian besar pengkajian dimulai sebelum
memasuki ruang bedah, tempat penyedia layanan kesehatan, klinik tempat
penerimaan, klinik anestesi, atau melalui telepon. Agar tidak membuang-
buang waktu menduplikasi informasi dari pemeriksaan praoperasi,
fokuslah pada pengukuran penting untuk semua sistem tubuh untuk
memastikan bahwa tidak ada satu pun masalah yang penting.

a. Riwayat 2000
Anda akan melakukan wawancara awal untuk mengumpulkan riwayat
klien. Jika klien tidak dapat melihat semua informasi yang diperlukan,
tidak dapat dipercaya oleh anggota keluarga sebagai sumber daya.

b. Riwayat Kesehatan
Tinjauan ulang riwayat medis klien ini termasuk penyakit dan operasi
masa lalu serta alasan utama mencari perawatan medis. Rekam medis
klien saat ini dan catatan medis dari rumah sakit masalalu adalah
sumber data. Penyakit yang sudah ada sebelumnya memengaruhi piliha
agen anastesi yang digunakan, serta kemampuan klien untuk
menoleransi operasi dan pemulihan penuh.
Tinjau kembali apakah klien menjalani apakah klien menjalani operasi
rawat jalan untuk kondisi medis yang meningkatkan risiko untuk
komplikasi selama atau setelah operasi. Sebagai contoh, klien yang
memiliki riwayat gagal jantung kongesif (gagal jantung kongestif/CHF)
mungkin mengalami penurunan lenih lanjut dalam fungsi jantung, baik
intraoperasi atau pascaoperasi.
Riwayat sebelumnya memengaruhi perawatan fisik yang dibutuhkan
setelah prosedur tingkat yang akan datang. Sebagai contoh, klien yang
menjalani toratoktomi sebelumnya memiliki resiko lebih besar untuk
komplikasi paru pascabedah reseksi tumor paru-paru dibandingkan
dengan klien dengan paru-paru normal.

19
c. Faktor risiko
Berbagai kondisi dan faktor meningkatkan risiko operasi seseorang.
Pengetahuan tentang faktor resiko yang mendukung anda untuk
mengambil tindakan yang diperlukan dalam perencanaan perawatan.

1. Umur
Klien yang sangat muda dan sangat tua memiliki resiko selama
operasi karena belum matang atau menurunnya status fisiologis.
Angka mortalitas lebih tinggi pada klien bedah yang sangat muda
dan sangat tua. Selama operasi, perawat dan pemberi layanan
kesehatan sangat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
mempertahankan suhu tubuh bayi normal. Bayi memiliki refleks
yang belum cukup berkembang, dan variasi tentang sushi sering
terjadi.
Selama operasi, bayi mengalami kesulitan mempertahankan volume
sirkulasi darah normal. Seorang bayi memiliki jumlah volume darah
total yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang lebih tua
orang dewasa. Bahkan kehilangan sejumlah darah menjadi masalah
yang serius. Mengurangi volume untuk membantu bayi merespons
peningkatan oksigen selama operasi.
Seiring usia yang lebih tinggi, klien memiliki kapasitas fisik yang
menurun untuk beradaptasi dengan stres operasi karena penurunan
fungsi tubuh tertentu. Meskipun berisiko, sebagian besar klien yang
menjalani operasi adalah lansia.

2. Nutrisi
Jaringan normal memperbaiki diri dan bertahan terhadap infeksi
tergantung pada gizi yang cukup. Bedah mengintensifkan kebutuhan
ini. Setelah beroperasi, klien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari
untuk memelihara cadangan energi. Peningkatan protein, vitamin A
dan C. Seorang klien yang kekurangan gizinya rentan terhadap
toleransi yang rendah terhadap anestesi, keseimbangan nitrogen dari
kekurangan protein, gangguan negatif pembekuan darah, infeksi,
penyembuhan luka yang lama, dan potensi kegagalan multiorgan.
Banyak klien yang di rawat di rumah sakit menampilkan beberapa
derajat gizi buruk. Jika klien telah menjalani operasi elektif, coba
perbaiki ketidakseimbangan nutrisi sebelum operasi. Namun, jika
klien yang kurang gizi harus menjalani prosedur darurat, upaya
untuk dilakukan setelah operasi.

20
3. Obesitas
Obesitas meningkatkan resiko pembedahan dengan mengurangi
fungsi ventilasi dan fungsi jantung. Apnea obstruksif, hipertensi,
penyakit arteri koroner, diabetes melitus, dan gagal jantung
kongestif yang umum pada populasi bariatrik (kegemukan).
Embolus, atelektasis, dan pneumonia juga merupakan komplikasi
pascaoperasi yang lebih sering pada klien yang obesitas. Klien sering
mengalami kesulitan memulai kembali aktivitas fisik setelah luka
serta rentan untuk penyembuhan luka dan infeksi karena struktur
jaringan lemak yang kurang berisi suplai darah. Sering kali sulit
untuk menutup luka bedah klien yang obesitas karena adanya lapisan
adiposa yang tebal, sehingga menimbulkan risiko bagi klien untuk
mengalami dehisens (pembukaan garis jahitan) dan pengeluaran
perut yang muncul melalui sayatan bedah.

4. Apnea Tidur Obstruksif (Obstruktive Sleep Apnea/OSA)


OSA adalah periodik, obstruksi jalan nafas lengkap atau sebagian
saat tidur. Hal ini sering terjadi karena desaturasi oksigen saat tidur.
Kaji riwayat diagnosis OSA dan penggunaan saluran udara tekanan
positif kontinu (CPAP), tekanan udara positif noninvasif (NIPPV),
atau pemantauan apnea. Anjurkan klien dengan diagnosis OSA
menggunakan CPAP atau NIPPV untuk membawa mesin mereka
sendiri ke rumah sakit atau pusat bedah rawat jalan. Namun, banyak
klien dengan OSA tidak terdiaknosis. Oleh karena itu, untuk
mengkaji resiko OSA, pertanyaan untuk klien dan keuarga tentang
mendengkur, apnea saat tidur, sering tersadar saat tidur, sakit kepala
pagi, tidur siang hari, dan kelelahan kronis.

5. Imunokompromi
Untuk klien dengan kanker, sumsum tulag dapat berubah dan
meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, terapi radiasi kadang-kadang
diberikan sebelum operasi untuk mengurangi ukuran tumor/kanker
sehingga dapat dilakukan pembedahan. Radiasi memiliki beberapa
efek pada jaringan normal yang tidak dapat dihindari, seperti
kelebihan penipisan lapisan kulit, kerusakan kolagen, dan gangguan
vaskularisasi jaringan. Idealnya dokter bedah menunggu untuk
melakukan operasi 4-6 minggu setelah selesai perawatan radiasi.
Jika tidak, klien mugkin menghadapi masalah penyembuhan luka
serius. Selain itu, obat yang digunakan untuk pengobatan kanker,
obat supresi yang digunakan untuk mencegah kematian setelah
kondisi transplantasi organ meningkatkan risiko infeksi.

21
6. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh merespons operasi sebagai bentuk trauma. Pemecahan
jumlah besar protein menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif,
dan peningkatan tingkat glukosa darah. Sebagai hasil dari response
stress adrenokortikal, tubuh menahan natrium dan udara, dan
mengeluarkan kalium dalam 2 sampai 5 hari pertama setelah operasi.
Tingkat keparahan dari respons stres memengaruhi tingkat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

7. Persepsi dan pengetahuan tentang bedah


Pengalaman masa lalu klien terhadap operasi memengaruhi respons
fisik dan psikologis terhadap prosedur. Kaji pengalaman klien yang
sebelumnya terhadap operasi sebagi dasar untuk pengajaran,
mengatasi ketakutan, menjelaskan sebelumnya. Minta klien untuk
menangani jenis operasi sebelumnya, tingkat perawatan, tingkat
perawatan, dan tingkat kebutuhan yang dibutuhkan secara
keseluruhan.
Pengalaman bedah memengaruhi keutuhan keluarga secara
keseluruhan, begitu juga klien. Oleh karena itu, mempersiapkan
klien dan keluarga yang baik untuk pengalaman bedah. Pemahaman
terhadap pengetahuan klien dan keluarga, harapan dan persepsi
mendukung anda untuk merencanakan pengajaran dan memberikan
tindakan dukungan emosional individu.
Setiap klien merasa takut terhadap tempat-tempat operasi. Beberapa
karena pengalaman masa lalu di rumah sakit, peringatan dari teman
dan keluarga, atau kurangnya pengetahuan. Kaji pemahaman klien
dari operasi yang direncanakan, persiapannya, dan kegiatan
pascaoperasi yang direncanakan. Ajukan seperti “ceritakan apa yang
Anda pikir akan terjadi sebelum dan sebelum pertanyaan operasi”
atau “jelaskan apa yang Anda ketahui tentang operasi”.

d. Riwayat Pengobatan
Jika klien secara teratur menggunakan resep atau obat-obatan di luar,
dokter bedah atau pemberi anestesi mungkin menghentikan sementara
obat tersebut sebelum operasi atau penyesuaian dosis. Obat tertentu
memiliki khusus untuk klien bedah, menciptakan risiko lebih besar
untukkomplikasi. Tanya klien jika mereka mengonsumsi obat-obatan
herbal, karena banyak klien melihat herbal tidak sebagai obat-obatan
dan sering menghilangkannya dari riwayat pengobatan mereka. Untuk
klien yang dirawat di rumah sakit, obat resep yang diambil sebelum
operasi otomatis dihentikan pascaoperasi kecuali pemberi layanan
kesehatan perawatan tersebut.

22
1. Alergi
Kaji adanya alergi obat-obatan yang diterima klien selama periode
perioperatif. Selain itu, kaji terhadap alergi lateks, makanan, dan
kontak alergi (misalnya plester, salep, atau solusi cairan).

2. Sumber dukungan
Penting untuk menentukan sejauh mana dukungan dari anggota
keluarga dan teman-teman klien. Karena keluarga tidak selalu berarti
hubungan darah, maka yang terbaik adalah membiarkan klien
mengenali sumber dukungannya.

e. Pengkajian Nyeri Praoperasi


Pengkajian praoperasi harus mencakup penggunaan rasa sakit untuk
menilai tingkat keparahan nyeri. Beberapa instrumen untuk klien anak
dan dewasa telah menunjukkan reliabilitas dan validitas. Pengkajian
nyeri sering kita perlukan untuk mengingatkan perawat untuk
mengobati rasa sakit dan menilai keberhasilan intervensi nyeri.
1. Operasi
Bedah pengangkatan dari setiap bagian tubuh yang sakit sering
meninggalkan cacat permanen. Kehilangan fungsi tertentu
(misalnya, dengan kolostomi atau amputasi) mungkin membentuk
kekhawatiran klien. Kaji perubahan citra tubuh yang akan klien
terima akibat hasil dari operasi. Individu akan bereaksi berbeda
tergantung pada kebudayaan mereka, usia, konsep diri, dan harga
diri.

2. Konsep diri
Klien degan konsep diri positif lebih mungkin untuk mengalami
pendekatan pengalaman bedah yang tepat. Kaji konsep diri dengan
meminta klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
pribadi. Klien yang cepat mengkritik atau menghina karakteristik
pribadi mungkin memiliki penghargaan diri yang rendah.

3. Sumber koping
Pengkajian perasaan dan konsep diri mengungkapkan apakah klien
dapat mengatasi stress pada pembedahan. Tanyakan klien tentang
manajemen stres masa lalu dan perilaku yang membantu
menyelesaikan segala ketegangan atau kegugupan. Ketika melihat
sumber koping klien, tanyakan klien tentang anggota keluarga dan
teman-teman tertentu yang mungkin memberikan dukungan.

23
3. Diagnosa Keperawatan Fase Pra Operasi

a) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman kematian.


b) Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi.

4. Intervensi Pra-Operasi

Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Ansietas Setelah diberikan tindakan 1. Gunakan pendekatan
keperawatan …x24 jam yang menenangkan
diharapkan tingkat ansietas klien
dapat berkurang dengan kriteria 2. Dorong paiesn
hasil : mengungkapkan
perasaan ketakutan,
1. Klien mampu mengidentifikasi persepsi pasien, dan
dan mengungkapkan gejala bantu pasien
cemas. mengenali situasi yang
dapat menimbulkan
2. Mampu mengungkapkan dan kecemasan
menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas. 3. Jelaskan semua
prosedur dan apa yang
3. Vital sign dalam batas normal dirasakan selama
yaitu TD: 110/70-120/08 tidakan yang diberikan
mmHg dan nadi 80-100 x/ m
4. Dorong keluarga
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, untuk memahami
bahasa tubuh dan tingkat situasi pasien.
aktivitas menunjukkan
berkurangnya aktivitas

24
Defisiensi Setelah diberikan tindakan 1. Berikan penilaian
Pengetahuan keperawatan …x24 jam mengenai tingkat
diharapkan tingkat pengetahuan pengetahuan pasien.
klien dapat meningkat dengan
kriteria hasil 2. Jelaskan prosedur
1. Klien dan keluarga memahami yang akan diberikan
tentang penyakit, kondisi, pada anak.
prognosis dan program
pengobatan.

2. Pasien dan keluarga mampu


melaksanakan prosedur yang
dijelaskan dengan benar.

3. Pasien dan keluarga mampu


menjelaskan kembali apa yang
di jelaskan oleh perawat

25
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Asuhan 1000 perioperatif adalah perawatan yang diberikan sebelum


(praoperasi), selamat (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi). Ini
terjadi di rumah Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-
pusat bedah yang berdiri sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan
kesehatan.
Perioperatif merupakan pembagian dari fase pembedahan yang terdiri dari
pre operatif, intra operatif dan pasca operatif. Indikasi pada anak dapat
menimbulkan permasalahan pada anak dan orang tua. Dari pembahasan di atas
permasalahan yang timbul dapat di bagi menjadi 3 yaitu, pada pra, intra, dan
pasca operatif. Pada fase pra operasi masalah yang dominan muncul adalah
kecemasan hal ini berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua dan
anak.

3.2 SARAN

Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya


makalah ini semoga dapat menambah wawasannya tentang perawatan
perioperatif pada pediatrik sendiri, dan saat kita memberikan asuhan
keperawatan agar bisa memberikan asuhan yang optimal kepada anak /
pasien.jangan lupa untuk dibaca dan dipahami karena ini tentang pembedahan
pada anak.

26
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Aldrete, JA. (1995). "The post-anesthesia recovery score revisited". Journal of


Clinial Anesthesia. 7 (1): 89–91. doi:10.1016/0952-8180(94)00001-k.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Ahli Bahasa:
Waluyo agung. EGC, Jakarta.
David J Steward. (1975). A simplified scoring System for the post-operative
recovery room. n Canadian Anaesthetists Society Journal 22(1):111-3.
DOI: 10.1007/BF03004827.
Derieg, Sarah. (2016). An Overview of Perioperative Care for Pediatric Patients.
AORN Journal. 104. (1).
Fauziah, Musymiratul.,dkk. (2016). Deskripsi faktor-faktor kecemasan orang tua
pada anak pre operasi di ruang bedah anak rsup dr. M. Djamil padang. Ners
jurnal keperawatan.12.(2) Hal. 116-130.
Gulur, Padma, at.al. (2017). Preoperative Behavioral Stress in Children. A Practice
of Anesthesia for Infants and Children.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep,
Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Prabangkoro &Anto. (2013). Video game sebagai terapi kecemasan anak pre
operasi. Media Ilmu Kesehatan. 2.(2).
Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan
praktis. Ed. 4. Jakarta. EGC
Ramalia & Fitri. (2011). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pre operasi pada anak usia sekolah di rs pku muhammadiyah yogyakarta.
Naskah Publikasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah.
Saunders, WB. (1978). Bromage pr. Epidural analgesia. Philadelphia. 1978: 144.
WHO. (2018). Surgical safety checklist. World Health Organitation.
http://who.org/.

27

Anda mungkin juga menyukai