Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN KEMOTERAPI


Disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

1. Obinus Wamang (2207013)


2. Sofri Wahyuning Yulianti (2207014)
3. Herlina (22070..)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2023
A. PENGERTIAN
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan
memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau
menghambat proliferasi sel-sel kanker dan diberikan secara sistematik. Obat
anti kanker yang artinya penghambat kerja sel. Untuk kemoterapi bisa
digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal penggunaan kemoterapi
digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya kini umumnya
dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen kemoterapi, dalam
usaha untuk mendapatkan hasiat lebih besar. Beberapa definisi kemoterapi
sebagai berikut:
1. National Cancer Institute (NCI): Kemoterapi adalah pengobatan kanker
yang menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
2. American Cancer Society (ACS): Kemoterapi adalah pengobatan kanker
yang melibatkan penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Obat kemoterapi dapat diambil secara oral atau diinfuskan ke dalam
pembuluh darah.
3. Mayo Clinic: Kemoterapi adalah pengobatan kanker yang menggunakan
obat-obatan untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat kemoterapi bekerja
dengan menghambat pertumbuhan sel kanker atau membunuh sel kanker
langsung.
4. Cancer Research UK: Kemoterapi adalah pengobatan kanker yang
melibatkan penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Obat
kemoterapi bekerja dengan memengaruhi sel-sel yang sedang membelah
diri, termasuk sel-sel kanker.

B. ETIOLOGI
Etiologi kemoterapi tidak mengacu pada penyebab kanker, tetapi lebih
pada mekanisme kerja dan efek obat-obatan kemoterapi pada sel kanker dan sel
normal dalam tubuh. Kemoterapi bekerja dengan cara menghambat
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang membelah diri secara cepat,
termasuk sel-sel kanker. Obat-obatan kemoterapi bekerja dengan cara yang
berbeda-beda, tetapi pada umumnya mereka menargetkan DNA atau RNA
dalam sel kanker, menghambat proses replikasi dan memperbaiki DNA, atau
merusak membran sel. Namun, obat-obatan kemoterapi juga dapat
memengaruhi sel-sel normal dalam tubuh yang sedang membelah diri secara
cepat, seperti sel-sel di rambut, sumsum tulang belakang, dan saluran
pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan efek samping seperti kerontokan
rambut, mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah putih, dan diare.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi dapat digunakan bersamaan
dengan radioterapi atau operasi untuk mengobati kanker secara lebih efektif.
Terdapat banyak jenis obat kemoterapi yang tersedia, dan penggunaannya
tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, dan kondisi kesehatan pasien.

C. PATOFISIOLOGIS
Kemoterapi adalah metode pengobatan kanker yang melibatkan
penggunaan obat-obatan yang menargetkan sel-sel kanker. Namun, selain
mempengaruhi sel kanker, kemoterapi juga dapat mempengaruhi sel-sel sehat
dalam tubuh, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembentuk
tulang.
Patofisiologi kemoterapi terkait dengan efek samping yang dialami
oleh pasien selama dan setelah pengobatan. Beberapa efek samping yang
umum terjadi selama kemoterapi antara lain mual dan muntah, kelelahan,
penurunan nafsu makan, kerontokan rambut, dan sakit kepala. Efek samping
ini terjadi karena kemoterapi merusak sel-sel normal dalam tubuh yang
membelah secara cepat, seperti sel-sel di saluran pencernaan dan sel-sel di
folikel rambut. Selain itu, kemoterapi juga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Namun, patofisiologi kemoterapi juga terkait dengan cara kerja obat-
obatan kemoterapi itu sendiri. Obat-obatan ini bekerja dengan berbagai cara,
seperti mencegah pertumbuhan sel kanker, merusak DNA sel kanker, atau
mencegah sel kanker memperbaiki kerusakan DNA. Efek samping kemoterapi
tergantung pada obat-obatan yang digunakan, dosis yang diberikan, dan
lamanya pengobatan.

D. Pathways

E. KOMPLIKASI
Komplikasi kemoterapi dapat bervariasi tergantung pada jenis obat
kemoterapi yang digunakan, dosisnya, lamanya pengobatan, dan kondisi
kesehatan pasien. Beberapa komplikasi umum yang dapat terjadi selama atau
setelah kemoterapi antara lain:
1. Gangguan pencernaan: Kemoterapi dapat merusak sel-sel di saluran
pencernaan dan menyebabkan mual, muntah, diare, sembelit, dan mulut
kering.
2. Kehilangan nafsu makan: Beberapa pasien mengalami penurunan nafsu
makan selama kemoterapi, yang dapat menyebabkan penurunan berat
badan dan kelemahan.
3. Efek samping pada kulit dan rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan
kerontokan rambut, kering dan gatal pada kulit, dan kulit menjadi lebih
sensitif terhadap sinar matahari.
4. Infeksi: Kemoterapi dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan risiko infeksi.
5. Anemia: Kemoterapi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah
merah dalam darah, yang dapat menyebabkan anemia dan kelelahan.
6. Neuropati: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan saraf
perifer dan menyebabkan kesemutan, mati rasa, dan kelemahan pada
tangan dan kaki.
7. Masalah jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada jantung dan menyebabkan gangguan irama jantung,
penurunan fungsi jantung, dan bahkan gagal jantung.
8. Efek samping pada ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal dan menyebabkan peningkatan kadar kreatinin
dalam darah.
F. PEMERIKSAAN
Pasien yang menjalani kemoterapi perlu mendapatkan pemeriksaan
secara teratur untuk memantau efek samping dan efektivitas pengobatan.
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien kemoterapi antara
lain:
1. Tes darah: Tes darah dilakukan secara teratur untuk memantau jumlah sel
darah putih, sel darah merah, dan trombosit. Hal ini penting karena
kemoterapi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih dan
trombosit, yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan perdarahan.
2. Tes fungsi hati: Kemoterapi dapat mempengaruhi fungsi hati, sehingga tes
fungsi hati dilakukan secara teratur untuk memantau kerja hati.
3. Tes fungsi ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal, sehingga tes fungsi ginjal juga dilakukan secara
teratur.
4. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan secara teratur untuk
memantau kemajuan pengobatan dan memeriksa adanya efek samping
seperti kelemahan, sakit kepala, dan kesemutan pada tangan dan kaki.
5. Pemeriksaan radiologi: Pemeriksaan radiologi seperti X-ray, CT scan, dan
MRI dilakukan secara teratur untuk memantau perkembangan kanker dan
memeriksa apakah kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
6. Pemeriksaan jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat mempengaruhi
kesehatan jantung, sehingga pemeriksaan jantung dapat dilakukan untuk
memantau kerja jantung.
7. Pemeriksaan mata: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, sehingga pemeriksaan mata dilakukan secara teratur.
8. Pemeriksaan psikologis: Pasien kemoterapi dapat mengalami stres dan
kecemasan, sehingga pemeriksaan psikologis dapat membantu pasien
mengatasi masalah tersebut.

G. SYARAT KEMOTERAPI
Berikut adalah beberapa syarat umum untuk dilakukan kemoterapi
menurut sumber ahli:
1. Diagnosis kanker: Kemoterapi biasanya diberikan kepada pasien yang
telah didiagnosis dengan kanker.
2. Kondisi kesehatan pasien: Pasien harus dalam kondisi yang
memungkinkan untuk menjalani kemoterapi, yaitu memiliki sistem
kekebalan tubuh yang sehat dan tidak memiliki kondisi medis lain yang
menghalangi prosedur tersebut.
3. Tahap kanker: Tahap kanker juga menjadi faktor penting dalam
mempertimbangkan kemoterapi. Beberapa jenis kanker hanya memerlukan
pengobatan lokal seperti operasi atau radioterapi pada tahap awal,
sedangkan jenis kanker yang lebih lanjut dan telah menyebar memerlukan
kemoterapi.
4. Tipe kanker: Tipe kanker juga mempengaruhi keputusan untuk melakukan
kemoterapi. Beberapa jenis kanker lebih responsif terhadap kemoterapi
daripada yang lainnya.
5. Umur: Kemoterapi dapat diberikan pada pasien kanker dewasa dan anak-
anak. Namun, dosis dan jenis obat kemoterapi yang digunakan mungkin
berbeda tergantung pada usia pasien.
6. Ketersediaan obat kemoterapi: Tidak semua jenis obat kemoterapi tersedia
di semua rumah sakit atau klinik.
Selain itu syarat lain pasien dilakukan kemoterapi adalah sebagai berikut:
a. Keadaan umum cukup baik.
b. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
c. Faal ginjal dan hati baik.
d. Diagnosis patologik
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %,
leukosit > 5000 /mm³, trombosit > 150 000/mm³.

H. METODE PEMBERIAN KEMOTERAPI


Emetode pemberian kemoterapi, sebagai berikut:
1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah
sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass
Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut
juga dengan pengobatan penyelamatan. Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan
atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang
masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
2. Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu
sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
3. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi
lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
Pemberian khemoterapi dapat bermacam-macam:
1. Intravena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui
jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang
paling banyak digunakan untuk khemoterapi. Dalam pemberian intravena
usahakan jangan ada ekstravasasi obat.
2. Intra arteri
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok
darah ke daerah tumor dengan cara INFUSI INTRA ARTERI
menggunakan catheter dan pompa arteri. Infus intra arteri itu untuk
memberikan obat selama beberapa jam atau hari. Setelah melalui tumor
obat keluar melalui vena ke sirkulasi umum. Pemberian intra arteri dapat:
a. Menaikkan dosis obat langsung ke dalam tumor.
b. Menaikkan efek obat yang kurang stabil karena secara cepat dan
langsung masuk ke dalam tumor.
c. Mengurangi toksisitas.
3. Perfusi regional
Perfusi regional adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi
langsung ke daerah tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi
umum dengan cara sirkulasi ekstra korporal menggunakan mesin jantung-
paru.
4. Intra tumoral
Obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan
karena dapat melepaskan sel kanker dan tumor induknya dan ada cara lain
yang lebih efektif, yaitu operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi), atau
radioterapi.
5. Intra cavitair
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra:
pleura, peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal. Contoh: instalasi
bleomycin, fluorouracil, chlormetine, terramycin, dsb. intra pleura untuk
efusi maligna.
6. Topikal
Pemberian salep Fluorouracil pada kanker kulit.

I. EFEK SAMPING KEMOTERAP


1. Efek samping kemoterapi
a. Terhadap sumsum tulang: leukopeni , anemi, trombositopenia.
b. Terhadap saluran cerna: mual, muntah, stomatitis, gastritis,
diare,ileus.
c. Terhadap kardiovaskuler: kardiomiopati, hipertensi, dekompensasio
cordis
d. Terhadap paru: fibrosis
e. Terhadap hepar: fibrosis.
f. Terhadap ginjal : nekrosis tubulus
g. Terhadap kulit: hiperpigmentasi, alopesia.
h. Terhadap syaraf: parestesi, neuropati, , tuli.
i. Terhadap pankreas: pankreatitis.
j. Terhadap uterus: perdarahan.
k. Terhadap kandung kemih: sistitis.
Sehingga pada pasien yang diberikan kemoterapi perlu dilakukan
monitoring ketat fungsi hati, fungsi ginjal, sumsum tulang, EKG, dan efek
lokal.
2. Mekanisme terjadinya resistensi:
a. Konsentrasi obat terbatas oleh karena vaskularisasi yang tidak
adekuat.
b. Kegagalan sel untuk mengubah obat kedalam bentuk aktif
c. Impermeabelitas dinding sel terhadap sitostatika.
d. Perubahan spesifitas enzim dalam sel.
e. Katabolisme yang berlebihan oleh sel tumor.
f. Cara mencegah resistensi:
g. Pemakaian dosis intermiten
h. Terapi kombinasi atau disertai imunoterapi
i. Pemakaian obat berbeda dengan siklus berurutan
j. Jika timbul resistensi diganti dengan obat yang bermekanisme kerja
berbeda.
k. Pemakaian obat harus segera dihentikan sesudah ada remisi.
3. Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi:
Dalam pemberian terapi kombinasi dari zat kemoterapi maka harus
diperhatikan prinsip sebagai berikut:
a. Hanya obat - obatan yang diketahui memiliki efektifitas partial
terhadap tumor tertentu jika ia diberikan secara tunggal yang dipilih
untuk diberikan secara kombinasi.
b. Jika terdapat beberapa obat dalam kelas yang sama dengan efektifitas
yang sama, maka obat tersebut harus dipilih berdasarkan toksisitas
dari masing - masing obat yang tidak akan menimbulkan overlapping
toksisitas dengan jenis obat yang lain yang akan dikombinasikan
bersama dengan golongan obat itu.
c. Masing - masing obat harus diberikan dalam dosis dan jadual yang
optimal.
d. Kombinasi ini harus diberikan dengan interval yang konstan.
J. PEMANTAUAN KEMOTERAPI
Obat anti kanker sangat toksis, karena itu pada pemberian khemoterapi
perlu dikerjakan pemantauan toksisitasnya. Sebelum memberikan khemoterapi
terlebih dulu harus diketahui dengan baik bagaimana status penderita sebagai
data dasar. Hal yang harus diketahui mencakup :
1. Fisik penderita, terutama keadaan umum dan berat badan .
2. Radiologi, terutama keadaan paru.
3. Laboratorium, terutama hemoglobin, leukosit dan thrombosit.
Toksisitas khemoterapi perlu dipantau untuk menghindari komplikasi
yang fatal. Kalau timbul toksisitas maka dosis obat yang diberikan perlu
disesuaikan dan kalau perlu dihentikan untuk sementara sampai toksisitas dapat
diatasi. Sebelum memberikan khemoterapi perlu diperiksa darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, dsb. Untuk darah pemberian dosis protokol sebaiknya diberikan
bila hemoglobin >10 mg%, leukosit > 4.000 per mm 3 dan thrombosit >
100.000 per mm3 .

K. HASIL KEMOTERAPI
Hasil atau respon kemoterapi dapat berupa:
1. Subyektif
Mengukur hasil subyektif atas hasil terapi kanker cukup sukar, tetapi
sebagai pegangan dapat dipakai paramater: Berat badan dan status
penampilan.
2. Obyektif
Hasil obyektif dapat diukur serta dapat diperiksa secara klinik ,radiologi,
biokimia, atau pemeriksaan stadium klinik patologi. Hasil obyektif ini
dapat berupa :
a. Respon komplit: semua tumor menghilang dalam jangka waktu
sedikitnya 4 minggu
b. Respon Partial: semua tumor akan mengecil sedikitnya 50 % dan
tidak ada tumor baru yang timbul untuk jangka waktu sedikitnya 4
minggu.
c. Tidak berubah.: tumor mengecil kurang dari 50 % atau membesar
kurang dari 25 %.
d. Penyakit progresif: tumor membesar 25 % atau lebih atau timbul
tumor baru yang dulu tidak diketahui adanya.
L. KOMPLIKASI KEMOTERAPI
Berikut adalah beberapa komplikasi kemoterapi yang umum
dilaporkan oleh sumber ahli:
1. Mual dan muntah: Efek samping yang umum pada kemoterapi, terutama
pada jenis obat tertentu.
2. Kerontokan rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut
yang signifikan, bahkan pada kulit kepala, alis, dan bulu mata.
3. Kehilangan nafsu makan: Kemoterapi dapat menyebabkan hilangnya nafsu
makan, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kelemahan.
4. Mudah lelah: Efek samping dari kemoterapi yang umum adalah mudah
lelah dan kelemahan.
5. Infeksi: Kemoterapi dapat mengurangi jumlah sel darah putih dalam
tubuh, meningkatkan risiko terkena infeksi.
6. Nyeri neuropatik: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan nyeri
neuropatik, yaitu sensasi mati rasa, kesemutan, atau sakit pada area yang
terpengaruh.
7. Luka pada mulut dan tenggorokan: Beberapa obat kemoterapi dapat
menyebabkan luka pada mulut dan tenggorokan, yang dapat menyebabkan
kesulitan makan dan minum.
8. Masalah pencernaan: Kemoterapi dapat menyebabkan masalah
pencernaan, seperti diare, sembelit, atau perut kembung.
9. Masalah kulit: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kulit kering,
gatal, atau ruam.
10. Masalah jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan masalah
jantung, seperti detak jantung yang tidak teratur atau kelelahan jantung.

M. Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan kemoterapi


1. Nyeri Akut [D.0077]:
DS:
 Mengeluh nyeri
DO:
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
2. Keletihan [D.0057]
DS:
 Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
 Merasa kurang tenaga
 Mengeluh lelah
DO:
 Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
 Tampak lesu
3. Ansietas [D.0080]
DS.
 Merasa bingung.
 Merasa khawatir dengan akibat.
 Sulit berkonsenstrasi.
DO
 Tampak gelisah.
 Tampak tegang.
 Sulit tidur
4. Risiko Infeksi [D.0142]
Faktor risiko untuk masalah risiko infeksi adalah:
1. Penyakit kronis (mis: diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltik;
kerusakan integritas kulit; perubahan sekresi pH; penurunan kerja
siliaris; ketuban pecah lama; ketuban pecah sebelum waktunya;
merokok; statis cairan tubuh)
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan
hemoglobin; imunosupresi; leukopenia; supresi respon inflamasi;
vaksinasi tidak adekuat)

N. INTERVENSI

Dx. Kep Luaran (SLKI) Intervensi (SDKI)


Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
[D.0077]: intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Identifikasi lokasi,
maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun, dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun  Idenfitikasi respon nyeri
2. Meringis non verbal
menurun  Identifikasi faktor yang
3. Sikap protektif memperberat dan
menurun memperingan nyeri
4. Gelisah  Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang nyeri
5. Kesulitan tidur  Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
6. Frekuensi nadi nyeri
membaik  Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Keletihan Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)


[D.0057] intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Identifikasi gangguan
maka tingkat keletihan fungsi tubuh yang
menurun, dengan mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil:  Monitor kelelahan fisik dan
1. Verbalisasi emosional
kepulihan energi  Monitor pola dan jam tidur
meningkat  Monitor lokasi dan
2. Tenaga ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
3. Kemampuan Terapeutik
melakukan  Sediakan lingkungan
aktivitas rutin nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis: cahaya,
4. Verbalisasi suara, kunjungan)
Lelah menurun  Lakukan latihan rentang
5. Lesu menurun gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)


[D.0080] intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Identifikasi saat tingkat
maka tingkat ansietas ansietas berubah (mis:
menurun, dengan kondisi, waktu, stresor)
kriteria hasil:  Identifikasi kemampuan
1. Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan  Monitor tanda-tanda
menurun ansietas (verbal dan
2. Perilaku gelisah nonverbal)
menurun Terapeutik
3. Perilaku tegang  Ciptakan suasana terapeutik
menurun untuk menumbuhkan
4. Konsentrasi kepercayaan
membaik  Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap Bersama pasien, jika
perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)


[D.0142] intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Monitor tanda dan gejala
maka tingkat infeksi infeksi lokal dan sistemik
menurun, dengan Terapeutik
kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjung
1. Demam  Berikan perawatan kulit
menurun pada area edema
2. Kemerahan  Cuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan
3. Nyeri menurun pasien dan lingkungan
4. Bengkak pasien
menurun  Pertahankan teknik aseptic
5. Kadar sel darah pada pasien berisiko tinggi
putih membaik Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

O. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari


rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang
telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan
kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan
rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana
tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa
adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang
dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan pasien dan perawat jika
berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai
kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan pasien dilaksanakan. Dokumentasikan
semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon pasien (Keliat, 2018,)

P. EVALUASI
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi
adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan
perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.Evaluasi dilakukan
dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakahmasih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Z. 2017. Faktor Genetik dalam Karsinogenesis yang Diinduksi oleh


Radiasi Pengion. Depok: Prosiding Seminar Nasional Keselamatan,
Kesehatan, dan Lingkungan III.
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier
Mosby.
Brunner dan Suddarth. 2022. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1.
Jakarta: EGC .
Doengoes, M. E. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Shierly E. O. 2019. Oncology Nursing (4 th ed). St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2018. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2022. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai