Disusun Oleh :
B. ETIOLOGI
Etiologi kemoterapi tidak mengacu pada penyebab kanker, tetapi lebih
pada mekanisme kerja dan efek obat-obatan kemoterapi pada sel kanker dan sel
normal dalam tubuh. Kemoterapi bekerja dengan cara menghambat
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang membelah diri secara cepat,
termasuk sel-sel kanker. Obat-obatan kemoterapi bekerja dengan cara yang
berbeda-beda, tetapi pada umumnya mereka menargetkan DNA atau RNA
dalam sel kanker, menghambat proses replikasi dan memperbaiki DNA, atau
merusak membran sel. Namun, obat-obatan kemoterapi juga dapat
memengaruhi sel-sel normal dalam tubuh yang sedang membelah diri secara
cepat, seperti sel-sel di rambut, sumsum tulang belakang, dan saluran
pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan efek samping seperti kerontokan
rambut, mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah putih, dan diare.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi dapat digunakan bersamaan
dengan radioterapi atau operasi untuk mengobati kanker secara lebih efektif.
Terdapat banyak jenis obat kemoterapi yang tersedia, dan penggunaannya
tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, dan kondisi kesehatan pasien.
C. PATOFISIOLOGIS
Kemoterapi adalah metode pengobatan kanker yang melibatkan
penggunaan obat-obatan yang menargetkan sel-sel kanker. Namun, selain
mempengaruhi sel kanker, kemoterapi juga dapat mempengaruhi sel-sel sehat
dalam tubuh, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembentuk
tulang.
Patofisiologi kemoterapi terkait dengan efek samping yang dialami
oleh pasien selama dan setelah pengobatan. Beberapa efek samping yang
umum terjadi selama kemoterapi antara lain mual dan muntah, kelelahan,
penurunan nafsu makan, kerontokan rambut, dan sakit kepala. Efek samping
ini terjadi karena kemoterapi merusak sel-sel normal dalam tubuh yang
membelah secara cepat, seperti sel-sel di saluran pencernaan dan sel-sel di
folikel rambut. Selain itu, kemoterapi juga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Namun, patofisiologi kemoterapi juga terkait dengan cara kerja obat-
obatan kemoterapi itu sendiri. Obat-obatan ini bekerja dengan berbagai cara,
seperti mencegah pertumbuhan sel kanker, merusak DNA sel kanker, atau
mencegah sel kanker memperbaiki kerusakan DNA. Efek samping kemoterapi
tergantung pada obat-obatan yang digunakan, dosis yang diberikan, dan
lamanya pengobatan.
D. Pathways
E. KOMPLIKASI
Komplikasi kemoterapi dapat bervariasi tergantung pada jenis obat
kemoterapi yang digunakan, dosisnya, lamanya pengobatan, dan kondisi
kesehatan pasien. Beberapa komplikasi umum yang dapat terjadi selama atau
setelah kemoterapi antara lain:
1. Gangguan pencernaan: Kemoterapi dapat merusak sel-sel di saluran
pencernaan dan menyebabkan mual, muntah, diare, sembelit, dan mulut
kering.
2. Kehilangan nafsu makan: Beberapa pasien mengalami penurunan nafsu
makan selama kemoterapi, yang dapat menyebabkan penurunan berat
badan dan kelemahan.
3. Efek samping pada kulit dan rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan
kerontokan rambut, kering dan gatal pada kulit, dan kulit menjadi lebih
sensitif terhadap sinar matahari.
4. Infeksi: Kemoterapi dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan risiko infeksi.
5. Anemia: Kemoterapi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah
merah dalam darah, yang dapat menyebabkan anemia dan kelelahan.
6. Neuropati: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan saraf
perifer dan menyebabkan kesemutan, mati rasa, dan kelemahan pada
tangan dan kaki.
7. Masalah jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada jantung dan menyebabkan gangguan irama jantung,
penurunan fungsi jantung, dan bahkan gagal jantung.
8. Efek samping pada ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal dan menyebabkan peningkatan kadar kreatinin
dalam darah.
F. PEMERIKSAAN
Pasien yang menjalani kemoterapi perlu mendapatkan pemeriksaan
secara teratur untuk memantau efek samping dan efektivitas pengobatan.
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien kemoterapi antara
lain:
1. Tes darah: Tes darah dilakukan secara teratur untuk memantau jumlah sel
darah putih, sel darah merah, dan trombosit. Hal ini penting karena
kemoterapi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih dan
trombosit, yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan perdarahan.
2. Tes fungsi hati: Kemoterapi dapat mempengaruhi fungsi hati, sehingga tes
fungsi hati dilakukan secara teratur untuk memantau kerja hati.
3. Tes fungsi ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal, sehingga tes fungsi ginjal juga dilakukan secara
teratur.
4. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan secara teratur untuk
memantau kemajuan pengobatan dan memeriksa adanya efek samping
seperti kelemahan, sakit kepala, dan kesemutan pada tangan dan kaki.
5. Pemeriksaan radiologi: Pemeriksaan radiologi seperti X-ray, CT scan, dan
MRI dilakukan secara teratur untuk memantau perkembangan kanker dan
memeriksa apakah kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
6. Pemeriksaan jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat mempengaruhi
kesehatan jantung, sehingga pemeriksaan jantung dapat dilakukan untuk
memantau kerja jantung.
7. Pemeriksaan mata: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, sehingga pemeriksaan mata dilakukan secara teratur.
8. Pemeriksaan psikologis: Pasien kemoterapi dapat mengalami stres dan
kecemasan, sehingga pemeriksaan psikologis dapat membantu pasien
mengatasi masalah tersebut.
G. SYARAT KEMOTERAPI
Berikut adalah beberapa syarat umum untuk dilakukan kemoterapi
menurut sumber ahli:
1. Diagnosis kanker: Kemoterapi biasanya diberikan kepada pasien yang
telah didiagnosis dengan kanker.
2. Kondisi kesehatan pasien: Pasien harus dalam kondisi yang
memungkinkan untuk menjalani kemoterapi, yaitu memiliki sistem
kekebalan tubuh yang sehat dan tidak memiliki kondisi medis lain yang
menghalangi prosedur tersebut.
3. Tahap kanker: Tahap kanker juga menjadi faktor penting dalam
mempertimbangkan kemoterapi. Beberapa jenis kanker hanya memerlukan
pengobatan lokal seperti operasi atau radioterapi pada tahap awal,
sedangkan jenis kanker yang lebih lanjut dan telah menyebar memerlukan
kemoterapi.
4. Tipe kanker: Tipe kanker juga mempengaruhi keputusan untuk melakukan
kemoterapi. Beberapa jenis kanker lebih responsif terhadap kemoterapi
daripada yang lainnya.
5. Umur: Kemoterapi dapat diberikan pada pasien kanker dewasa dan anak-
anak. Namun, dosis dan jenis obat kemoterapi yang digunakan mungkin
berbeda tergantung pada usia pasien.
6. Ketersediaan obat kemoterapi: Tidak semua jenis obat kemoterapi tersedia
di semua rumah sakit atau klinik.
Selain itu syarat lain pasien dilakukan kemoterapi adalah sebagai berikut:
a. Keadaan umum cukup baik.
b. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
c. Faal ginjal dan hati baik.
d. Diagnosis patologik
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %,
leukosit > 5000 /mm³, trombosit > 150 000/mm³.
K. HASIL KEMOTERAPI
Hasil atau respon kemoterapi dapat berupa:
1. Subyektif
Mengukur hasil subyektif atas hasil terapi kanker cukup sukar, tetapi
sebagai pegangan dapat dipakai paramater: Berat badan dan status
penampilan.
2. Obyektif
Hasil obyektif dapat diukur serta dapat diperiksa secara klinik ,radiologi,
biokimia, atau pemeriksaan stadium klinik patologi. Hasil obyektif ini
dapat berupa :
a. Respon komplit: semua tumor menghilang dalam jangka waktu
sedikitnya 4 minggu
b. Respon Partial: semua tumor akan mengecil sedikitnya 50 % dan
tidak ada tumor baru yang timbul untuk jangka waktu sedikitnya 4
minggu.
c. Tidak berubah.: tumor mengecil kurang dari 50 % atau membesar
kurang dari 25 %.
d. Penyakit progresif: tumor membesar 25 % atau lebih atau timbul
tumor baru yang dulu tidak diketahui adanya.
L. KOMPLIKASI KEMOTERAPI
Berikut adalah beberapa komplikasi kemoterapi yang umum
dilaporkan oleh sumber ahli:
1. Mual dan muntah: Efek samping yang umum pada kemoterapi, terutama
pada jenis obat tertentu.
2. Kerontokan rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut
yang signifikan, bahkan pada kulit kepala, alis, dan bulu mata.
3. Kehilangan nafsu makan: Kemoterapi dapat menyebabkan hilangnya nafsu
makan, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kelemahan.
4. Mudah lelah: Efek samping dari kemoterapi yang umum adalah mudah
lelah dan kelemahan.
5. Infeksi: Kemoterapi dapat mengurangi jumlah sel darah putih dalam
tubuh, meningkatkan risiko terkena infeksi.
6. Nyeri neuropatik: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan nyeri
neuropatik, yaitu sensasi mati rasa, kesemutan, atau sakit pada area yang
terpengaruh.
7. Luka pada mulut dan tenggorokan: Beberapa obat kemoterapi dapat
menyebabkan luka pada mulut dan tenggorokan, yang dapat menyebabkan
kesulitan makan dan minum.
8. Masalah pencernaan: Kemoterapi dapat menyebabkan masalah
pencernaan, seperti diare, sembelit, atau perut kembung.
9. Masalah kulit: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kulit kering,
gatal, atau ruam.
10. Masalah jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan masalah
jantung, seperti detak jantung yang tidak teratur atau kelelahan jantung.
N. INTERVENSI
O. IMPLEMENTASI
P. EVALUASI
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi
adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan
perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.Evaluasi dilakukan
dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakahmasih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
DAFTAR PUSTAKA