Pembimbing:
dr. Lisa Safira, Sp.A
Disusun Oleh:
Salma Tania - 2010221067
1
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepanitraan klinik dokter muda
Disusun Oleh:
Salma Tania - 2010221067
Mengetahui,
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan referat mengenai “Anemia Defisiensi Besi”.
Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian Program Studi
Profesi Dokter dibagian Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas
Pembangunan Veteran Jakarta. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat
untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat
dipergunakan dengan sebaik–baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada dokter pembimbing yang telah
menyediakan waktunya untuk membantu secara langsung dalam proses
pembuatan referat ini, yaitu kepada dr. Lisa Safira, Sp.A atas arahan dan
kebijakan yang telah diberikan sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, segala masukan yang
bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi proses penyempurnaan
penulisan referat ini.
Salma Tania
3
DAFTAR ISI
JUDUL
REFERAT................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
II.1 Definisi Anemia.............................................................................................6
II.2 Definisi Anemia Definisi Besi.......................................................................7
II.3 Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi...........................................................7
II.4 Etiologi Anemia Defisiensi Besi...................................................................7
II.5 Zat Besi........................................................................................................10
II.6 Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi..........................................................12
II.7 Gejala Klinis Anemia Defisiensi Besi.........................................................12
II.8 Pemeriksaan Fisik Anemia Defisiensi Besi.................................................13
II.9 Pemeriksaan Penunjang Anemia Defisiensi Besi........................................14
II.10 Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi.........................................................17
II.11 Pencegahan Anemia Defisiensi Besi.........................................................18
BAB III KESIMPULAN........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Gambar 2. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Fisiologi
(Nelson, 2016)
7
Neonatus dan bayi normalnya memiliki cadangan besi yang cukup sampai
usia 6 bulan, hal ini terjadi karena adanya proses anemia fisiologis pada neonatus,
Anemia fisiologis merupakan proses penurunan kadar Hemoglobin (Hb) yang
terjadi secara fisiologis dikarenakan perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi
baru lahir, perubahan fisiologis yang menyebabkan anemia adalah:1
a. Perubahan asupan O₂ dari suplai plasenta menjadi suplai paru
fungsi jantung dan paru-paru secara mandiri untuk mensuplai O₂ ke
jaringan yang semula melalui suplai maternal oksigenisasi jaringan
menjadi lebih meningkat eritropoietin (peka terhadap keadaan
hipoksia) produksinya menurun produksi eritrosit rendah.1
b. Perubahan masa hidup eritrosit fetal (60 hari) yang berbeda dengan
eritrosit neonatus – dewasa (120 hari) destruksi eritrosit meningkat.1
c. Terjadi karena perubahan keadaan eritosit akibat perubahan Hb dari
HbF atau HbFetal (α ₂ γ ₂) menjadi Hb dewasa atau HbA1¿ ¿) HbA2 ¿ ¿)
(Gambar 1 dan 2).1
8
Gambar 4. Perubahan Hemoglobin Masa Fetus dan Setelah Lahir
(Nelson, 2016)
9
5. Malabsorbsi Penggunaan susu formula pada beberapa bayi dapat
menyebabkan alergi perdarahan saluran cerna penurunan kadar Hb.1
10
tulang untuk pembentukan Hemoglobin eritrosit sebanyak 75% dan sebanyak
25% dibawa ke hepar untuk disimpan.1
Zat besi Fe3+ di hepar akan diendositosis dalam bentuk vesikel yang berisi
apo-tranferin, zat besi Fe3+ (Ferrous) dan ion H+ yang dapat membantu vesikel
melepaskan ikatan antara apo-transferin dengan zat besi Fe3+, kemudian Fe3+ dapat
disimpan dalam sel hepar dalam bentuk ferritin. Ferritin jika diperlukan akan
dilepaskan melalui kanak ferroportin di hepar.6
Selain dari intake zat besi dalam makanan, zat besi dalam bentuk Fe 3+
dapat digunakan kembali yang berasal dari destruksi eritrosit yang sudah tua (usia
lebih dari 120 hari).1
11
II.6 Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
12
II.8 Pemeriksaan Fisik Anemia Defisiensi Besi
1. Gambaran fisik :
a. Mata : Konjungtiva anemis.7
b. Mulut : Mukosa pucat, Glositis Atropik, dan Stomatitis Angularis.7
13
e. Tidak dijumpai adanya organomegali.7
f. Pucat (Hb < 7g/dl) telapak tangan, konjungtiva, dasar kuku, dan
mukosa mulut serta bibir.7
14
1. Kadar Hb kurang dari usia Normal
2. Nilai MCH < 31% (N: 32-35%)
3. Kadar Ferritin serum <80μg/L (N: 80-180μg/L)
4. Saturasi Transferin < 15% (N: 20-50%)
Kriteria terpenuhi bila paling sedikit terdapat gejala pada nomor 1,3, dan 4.
Pemeriksaan laboratorium darah yang lebih efisien untuk mendiagnosis anemia
defisiensi besi adalah kadar ferritin serum. Bila sarana pemeriksaan tebatas,
diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:7
1. Anemia tanpa perdarahan
2. Anemia tanpa disertai organomegali
3. Gambaran pemeriksaan apusan darah tepi didapatkan sel darah merah
mikrositik hipokrom, anisositosis, sel target dan sel pensil.
4. Berespon terhadap terapi pemberian preparat besi
15
Gambar 11. Hasil Lab Anemia Defisiensi Besi (Nelson, 2016)
16
Gambar 12. Nilai normal Hb, Hct, dan MCV (Nelson, 2016)
17
Komposisi besi elemental:
a. Ferous fumarat: 33% merupakan besi elemental
b. Ferous glukonas: 11,6% merupakan besi elemental
c. Ferous sulfat: 20% merupakan besi elemental
3. Transfusi darah
Jarang diperlukan, hanya diberi pada keadaan anemia yang sangat berat
dengan kadar Hb <4g/dL. Komponen darah yang diberi PRC.7
18
Nilai MCV yang rendah dengan RDW yang lebar merupakan salah
satu alat skrining ADB.7
- Skrining yang paling sensitif, mudah dan dianjurkan yaitu zinc
erythrocyte protoporphyrin (ZEP) .7
- Bila bayi dan anak diberi susu sapi sebagai menu utama dan berlebihan
sebaiknya dipikirkan melakukan skrining untuk deteksi ADB dan
segera memberi terapi.7
3. Suplementasi Besi
Merupakan cara paling tepat untuk mencegah terjadinya ADB di
daerah dengan prevalens tinggi. Dosis besi elemental yang dianjurkan 7:
a. Bayi berat lahir normal dimulai sejak usia 6 bulan dianjurkan 1 mg/kg
BB/hari
b. Bayi 1,5-2,0 kg: 2 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu
c. Bayi 1,0-1,5 kg: 3 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu
d. Bayi <1 kg: 4 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu
e. Bahan makanan yang sudah difortifikasi seperti susu formula untuk
bayi dan makanan pendamping ASI seperti sereal
Berdasarkan WHO mengenai suplementasi zat besi harian yang
diberikan pada anak bergantung pada usia adalah sebagai berikut:8
Gambar 14. Suplementasi Zat Besi Usia 6-23 Bulan (WHO, 2016)
19
Gambar 15. Suplementasi Zat Besi Usia 24-59 Bulan (WHO, 2016)
Gambar 16. Suplementasi Zat Besi Usia 5-12 Tahun (WHO, 2016)
20
BAB III
KESIMPULAN
Anemia defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang sering terjadi pada
anak-anak terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Anemia defisiensi
besi sangat banyak terjadi pada anak-anak terutama usia pra-sekolah yang dapat
berakibat pada gangguan behavioral dan kognitifnya.
Anemia defisiensi besi didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi
hemoglobin dan penurunan volume eritrosit dibawah batas normal orang sehat
yang sesuai usia dan jenis kelaminnya. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan
karena intake nutrisi yang kurang, infeksi, dan adanya perdarahan yang kronis
sehingga menyebabkan kadar zat besi menurun untuk keperluan eritropoiesis. Hal
ini menyebabkan gangguan penantara oksigen ke jaringan.
Diagnosis anemia defisiensi besi dapat di tegakan melalui penilaian gejala
klinis dan pemeriksaan lab darah juga penunjang. Anemia defisiensi besi dapat
dicegah dan diterapi menggunakan supplementasi besi dan intake nutrisi yang
mengandung zat besi.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Lerner NB & Sils R (2016). The Anemias and Iron Deficiency Anemia.
In:Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Behrman RE, editors.
Nelson textbook of pediatrics. 20 ed. Philadelphia. Elsevier. h.2309-26.
22
11. Yan Yu. (2012). Iron Deficiency Anemia Pathogenesis and
Clinical Findings. The Calgary Guide To Understanding Disease.
12. Warner MJ, Kamran MT. (2020) Iron Deficiency Anemia. In:
StatPearls
[Internet].https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448065/figure/article-
23767.image.f3
23