PENDAHULUAN
1.1 Skenario
a. Identitas
Nama : Ny. N
Usia : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Rumah Tiga
b. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri Ulu Hati
Keluhan Tambahan : Demam, Mual, Dan Kembung
Seorang wanita 28 tahun mengeluh nyeri ulu hati sejak kemarin, jika diskalakan
nyeri diberi nilai 7. Nyeri dirasakan melilit dan terus menerus dirasakan. Pasien
merasakan keluhan pada saat telat makan. Keluhan lain yang dirasakan juga
yaitu demam sejak 2 hari lalu sampai sekarang, pasien merasa mual tapi tidak
muntah dan kembung, pasien tidak merasakan nyeri saat menelan. Pasien tidak
mengalami penurunan berat badan dan BAB normal. Pasien belum minum obat
c. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
1
Respirasi : 24x/Menit
Berat badan: 52 kg
a) Kepala
Inspeksi:
Inspeksi:
Inspeksi:
Bibir Basah
d) Thorax
Inspeksi:
Palpasi:
2
Palpasi : Nyeri Tekan (+), Splenomegali (-), Hepatomegali (-)
Perkusi : Timpani
d. Pemeriksaan penunjang: -
a. Diagnosis kerja:
3
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas.
b. Diagnosis banding:
4
Gastroenteritis: adalah infeksi pada usus atau perut yang disebabkan
oleh beberapa jenis virus atau bakteri. Biasanya pasien mengeluhkan
sakit dan kram perut, diare berair namun tidak bercampur darah, mual
dan muntah, berat badan menurun, dan demam.
c. Pengobatan untuk gastritis:
Terapi edukatif:
Makan teratur
Kurangi makanan berlemak, teh dan kopi, yang mengandung stress
Konsumsi makanan berserat
Terapi medikamentosa
5
1.3 Mind mapping
6
BAB II
PEMBAHASAN
Status Pasien
A. Identitas
Nama : Ibu N
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai negeri
Alamat : Rumah Tiga
Tangal pemeriksaan : 20/03/2018
B. Diagnosis
1. Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
2. Anamnesis Terpimpin :
- Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri ulu hati seperti melilit yang dialami sejak kemarin,
skala sakit skala 7 jika diberi rentang dari 1-10, nyeri dirasakan terus-
menerus, nyeri dirasakan terutama saat telat makan, dan pasien makan apa
saja,
- Keluhan penyerta
Kembung dan mual tapi tidak muntah, keluhan gangguan buang air besar
tidak ada, demam dua hari yang lalu sampai sekarang, berat badan tidak
turun, dan tidak ada keluhan disfagia,
7
- Riwayat pengobatan:
- tidak ada riwayat konsumsi obat, dan belum pernah diperiksa
- Riwayat penyaki keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.
C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaa umum
- Kesadaran : Compos mentis
- Berat badan : 52 kg
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Respirasi : 24x/menit
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 37,8° C
Kepala
- Konjungtiva : tidak anemis
- Tidak ikterik
- Air mata wajar
- Kulit tidak terlihat pucat
Dada
- Inspeksi : Tidak ada gambaran iktus kordis
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Abdomen
- Inspeksi : Datar, tidak ada distensi abdomen
- Auskultasi : Bising usus terdengar
- Palpasi : Nyeri epigastrium dan tidak menjalar, turgor kulit baik
8
- Perkusi : Timpani
D. Pemeriksaan Penunjang1
Tes H. pylori dengan tes napas urea, tes antigen tinja (Helicobacter
pylori stool antigen), biopsi endoskopi, atau tes antibodi spesifik
direkomendasikan. Tes Helicobacter pylori dengan tes napas urea, tes antigen
tinja (Helicobacter pylori stool antigen), biopsi endoskopi, atau tes antibodi
spesifik direkomendasikan.
Pada Urea Breath Test memiliki sensitivitas dan spesifisitas > 90%. Ini
menggunakan flat breath card dibaca oleh alat Analisa. Tes antigen tinja
adalah immunoassay enzimatik (ELISA) yang mengidentifikasi antigen
Helicobacter pylori dalam spesimen tinja dengan poliklonal anti-H. antibodi
pylori. Itu sama akurat sebagai tes napas urea untuk diagnosis infeksi aktif dan
tindak lanjut evaluasi pasien yang diobati untuk Helicobacter. pylori. Hasil
negatif pada tes antigen tinja 8 minggu setelah selesai terapi mengidentifikasi
pasien yang berhasil memberantas Helicobacter pylori. 1
9
gastritis atrofi. Kemudian sering dijumpai hematokrit rendah jika pendarahan
signifikan telah terjadi. 1
D. Resume
Ibu N datang dengan dengan keluhan nyeri ulu hati sejak kemarin. Nyeri
dirasakan seperti melilit dan terus-menerus. Skala nyeri pada 7 dari rentang 1-
10. Nyeri dirasakan terutama saat pasien telat makan dan pasien makan apa
saja. Keluhan pasien disertai demam 2 hari yang lalu sampai sekarang,
kembung dan mual, tapi muntah (-). Gangguan BAB (-), berat badan turun(-)
disfagia (-), konjugtiva anemis (-), gambaran dan perabaan iktus kordis (-),
nyeri pada bagian epigastrium dan tidak menjalar, pasien belum pernah
diperiksa dan riwayat minum obat (-).
E. Diagnosis kerja
- Gastritis
F. Diagnosis banding
- Gastritis
- GERD
- Infark miocard
- Ulkus peptikum
- Kanker lambung
- Kolesistits
G. Management:2
- Antasida
- Reseptor H2 Bloker (Ranitidin)
- PPI (Omeprazole)
- Antibiotik : amoxicillin
- Hindari minuman beralkohol, obat-obat NSAID dan merokok
- sukralfat (melapisi daerah inflamasi atau ulserasi)
10
2. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi, etiologi, patofisiologi
a. Epidemiologi gastritis:
Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap
tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui
endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial
lebih tinggi daripada populasi dibarat yang berkisar 4,1% dan bersifat
asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun
gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah
40,8%. 3
11
Penerita penyakit Gastritis di inodonesia terdapat 40,5%, angka kejadian
gastritis beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396
kasus dari 238,672,223 jiwa penduduk.menurut Maulidiya (2010), di Kota
Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%,
Sulawesiselata 30,3%, sedangakan di Medan angka kejadian cukup tinggi
sebesar 91,6%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, Gastritis
merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada
pasien di RS di Indonesia dengan jumlah 30.154 (4,9%).3
b. Etiologi gastritis:
Gastritis akut
12
Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori, namun
dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan
Secondary syphilis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti
Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan
Phycomycosis juga termasuk penyebab dari gastritis.4
Penyebab gastritis akut adalah stres fisik dan makanan, minuman. Stres
fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung.
Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran
pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi
sel epitel lambung.4
Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah
melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang
diproduksi di dinding lambung merupakan lapisan pelindung dinding lambung
dari faktor yang dapat merusak dinding lambung antara lain asam lambung,
pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori, OAINS,
alkohol dan radikal bebas. 4
13
c. Patofiologi gastritis:
Gastritis secara sederhana dapat dibeakan atas tiga tipe utama yaitu:5
Gastritis hemoragik dan erosif dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya: 5
Gastritis tipe ini dapat secara cepat menyebabkan ulkus akut dengan resiko
perdarahan lambung yang masif atau perforasi dinding lambung (gambar A1)
14
lambung, toksin dan mengeluarkan urase yang mengubah urea menjadi
ammonia fungsinya untuk mengubah lingkungan yang bersifat asam menjadi
basa, sehingga lambung mengalami disfungsi menyebabkan gastrin meningkat
tetapi produksi mucus dan bikarbonat menurun dan menyebabkan ulkus
lambung5
Gastritis atrofi kelenjar fundus (tipe A pada gambar A3) paling sering
terbatas di fundus memiliki penyebab yang sangat berbeda. Pada keadaan ini,
getah lambung dan plasma biasanya mengandung autoantibodi (terutama
immunoglobulin G, infiltrasi sel plasma, dan limfosit B) terhadap bagian atau
produk sel parietal seperti lipoprotein mikrosom reseptor gastrin, karbohidrase,
H+/K+ ATPase dan factor intrinsic (IF). Akibatnya sel parietal menjadi atrofi
dan menyebabkan sekresi asam dan IF menjadi sangat menurun. Antibody IF
juga menghambat ikatan kobalamin oleh sel ileum, yang akhirnya
menyebabkan difisiensi kobalamin dengan anemia pernisiosa. Pada gastritis
atrofi gastrin akan dilepaskan lebih banyak sebagai respons terhadap hal ini,
dan sel pembentuk gastrin mengalami hipertofi. Hyperplasia sel yang
menyerupai enteromafin (ECL) mungkin terjadi akibat kadar gastrin dan
berperan untuk menghasilkanhistamin di dinding lambung. Hyperplasia sel
ECL ini kadang-kadang berkembang menjadi karsinoid. Akan tetapi, bahaya
utama pada gastritis atrofi adalah metaplasia mukosa yang luas merupakan
keadaan prakanker sehingga dapat menyebabkan karsinoma lambung. 5
15
Gambar: patofisiolog gastritis
Sumber: SILBERNAGL S, LANG F. Teks dan Atlas berwarna patofisiologi. Jakarta: EGC
201416
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan
terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan
produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah
dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya.
16
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang
memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa
gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu
timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan6.
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis dapat
diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis
autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut
sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat
duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus
kedalam lambung6.
17
3. Mahasiswa mampu menjelaskan matriks differential diagnosis
Diagnosis kerja:
Gastritis
Definisi:
Klasifikasi gastritis:
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel
inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan
perdarahan. Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut,
gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis akut
mempunyai gejala yang sama. Episode berulang gastritis akut dapat
menyebabkan gastritis kronik. 7,8
18
2. Gastritis kronik Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan
klinik bervarias. Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel
kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding
lambung menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis
atropi dan gastritis hipertropi. 7,8
Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik: 7,8
19
Diagnosis differential:
A. Ulkus peptikum
Definisi:
Ulkus biasanya sembuh sendiri tetapi dapat timbul kembali. Nyeri dapat
timbul selama beberapa hari atau minggu dan kemudian berkurang atau
menghilang. Gejala bervariasi tergantung lokasi ulkus dan usia penderita.
Contohnya anak-anak dan orang tua biasanya tidak memiliki gejala yang sering
didapat atau tidak ada gejala sama sekali. Oleh karena itu ulkus biasanya
diketahui ketika komplikasi terjadi. Hanya setengah dari penderita ulkus
duodenum mempunyai gejala yang sama seperti perih, rasa seperti terbakar,
20
nyeri, pegal, dan lapar. Rasa nyeri berlangsung terus-menerus dengan intensitas
ringan sampai berat biasanya terletak di bawah sternum. Kebanyakan orang
yang menderita ulkus duodenum, nyeri biasanya tidak ada ketika bangun tidur
tetapi timbul menjelang siang. Minum susu dan makan (yang menyangga
keasaman PH lambung) atau meminum obat antasida mengurangi nyeri, tapi
mulai timbul kembali setelah 2 atau 3 jam kemudian. 7,8
Gambaran klinis utama ulkus peptikum adalah kronik dan nyeri
epigastrium. Nyeri biasanya timbul 2 sampai 3 jam setelah makan atau pada
malam hari sewaktu lambung kosong. Nyeri ini seringkali digambarkan sebagai
teriris, terbakar atau rasa tidak enak. Remisi dan eksaserbasi merupakan ciri
yang begitu khas sehingga nyeri di abdomen atasyang persisten. Pola nyeri-
makanhilang ini dapat saja tidak khas pada ulkus peptikum. Bahkan pada
beberapa penderita ulkus peptikum makanan dapat memperberat nyeri.
Biasanya penderita ulkus peptikum akan mengalami penurunan berat badan.
Sedangkan penderita ulkus duodenum biasanya memiliki berat badan yang
tetap. 7,8
Penderita ulkus peptikum sering mengeluh mual, muntah dan
regurgitasi.Timbulnya muntah terutama pada ulkus yang masih aktif, sering
dijumpai pada penderita ulkus peptikum daripada ulkus duodenum, terutama
yang letaknya di antrum atau pilorus. Rasa mual disertai di pilorus atau
duodenum. Keluhan lain yaitu nafsu makan menurun, perut kembung, perut
merasa selalu penuh atau lekas kenyang, timbulnya konstipasi sebagai akibat
instabilitas neromuskuler dari kolon. 7,8
Penderita ulkus peptikum terutama pada ulkus duodenum mungkin
dalam mulutnya merasa dengan cepat terisi oleh cairan terutama cairan saliva
tanpa ada rasa. Keluhan inidiketahui sebagai water brash. Sedang pada lain
pihak kemungkinan juga terjadi regurgitasi pada cairan lambung dengan rasa
yang pahit. Secara umum pasien ulkus gaster mengeluh dispepsia. Dispepsia
21
adalah suatu sindrom atau kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna
seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa atau terapan, rasa
terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. 7,8
Nyeri yang dapat membangunkan orang ketika malam hari juga
ditemukan. Seringkali nyeri timbul sekali atau lebih dalam sehari selama
beberapa minggu dan hilang tanpa diobati. Namun, nyeri biasanya timbul
kembali 2 tahun kemudian dan terkadang juga dalam beberapa tahun kemudian.
Penderita biasanya akan belajar mengenai pola sakitnya ketika kambuh
(biasanya terjadi ketika stres). Makan bisa meredakan sakit untuk sementara
tetapi bisa juga malah menimbulkan sakit. Ulkus lambung terkadang membuat
jaringan bengkak (edema) yang menjalar ke usus halus, yang bisa mencegah
makanan melewati lambung. Blokade ini bisa menyebabkan kembung, mual,
atau muntah setelah makan. 7,8
B. Gastroenteritis
Definisi:
22
terutama natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic
dapat juga terjadi cairan atau dehidrasi. 7,8
C. Kanker lambung
Definisi:
Gejala awal kanker lambung tidak bersifat jelas. Banyak pasien yang
menganggap mereka hanya mengalami sakit perut biasa, dan menunda
pengobatan yang diperlukan. Oleh karena itu, lebih dari separuh pasien mencari
pengobatan saat mereka sudah mengalami penyakit stadium lanjut. 7,8
23
D. Gastroesofageal Refluks
Definisi:
24
2. Kolik perut di sebelah kanan atau epigastrium dan teralihkan ke bawah
angulus scapula dexter, bahu kanan atau yang ke sisi kiri, kadang meniru
nyeri angina pectoris, berlangsung 30-60 menit tanpa peredaan. Berbeda
dengan spasme yang Cuma berlangsung singkat pada kolik bilier.
3. Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau makanan berlemak
di malam hari
4. Flatulens dan mual10
Kolesistitis kronik :
1. Gangguan pencernaan menahun
2. Serangan berulang namun tidak mencolok
3. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak
4. Nyeri perut yang tidak jelas disertai dengan sendawa.
Faktor Risiko
1. Wanita ‘usia> 40 tahun
2. Sering mengonsumsi makanan berlemak
3. Adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.10
Hasil pemeriksaan dan penunjang sederhana
Pemeriksaan fisik :
1. Ikterik bila penyebab adanya batu disaluran empedu ekstrahepatik
2. Terba massa kandung empedu
3. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal, tanda Murphy positif.
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium darah menunjukkan adanya leukositosis.10
Penegakan diagnosis
Diagnosis klinis :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
25
F. Infark Miokard
Definisi:
Manifestasi klinis
26
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Terapi pada pasien gastritis
Terapi edukatif:12
27
Membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya untuk mengurangi rasa
stress.
Memperhatikan pemakaian obat dan efek sampingnya.
Terapi medikamentosa
Pada pasien gastritis terapi medikamentosa yang diberikan yaitu dengan obat
peroral antara lain H2 bloker 2 kali/hari seperti ranitidin 150 mg/kali atau
simetidin 400-800 mg/kali, PPI (proto pumb inhibitor) seperti omeprazol 20
mg/kali atau lansoprazol 30 mg/kali, dan antasida dengan dosis 500-1000
mg/hari diberi 3 kali/hari. Selain obat-obat di atas, untuk mengatasi H. Pylori
maka dapat ditambah dengan klarithomisin dan metronidazol 2 kali 500 mg.12,13
Bila pada pemeriksaan Test-and-treat untuk H. Pylori pasien positif terinfeksi
maka dapat diberikan eradikasi seperti pada tabel.
Sumber: Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.14
1. Antasida
Antasida (senyawa magnesium, aluminium, dan bismut, hidrotalsit, kalsium
karbonat, Na-bikarbonat)
28
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga efektifitasnya
bergantung pada kapasitas penetralan dari antasida tersebut. Kapasitas
penetralan (dalam miliequivalen) adalah mEq HCl yang dibutuhkan untuk
memepertahankan suspensi antasida pada pH 3,5 selama 10 menit secara in
vitro. Peningkatan pH cairan gastric dari 1,3 ke 2,3 terjadi penetralan sebesar
90% dan peningkatan ke pH 3,3 terjadi penetralan sebesar 99% asam lambung.
Antasida ideal adalah yang memiliki kapasitas penetralan yang besar, juga
memiliki durasi kerja yang panjang dan tidak menyebabkan efek lokal maupun
sistemik yang merugikan. 12,13
Antasida dapat meningkatkan pH cairan lambung sampai pH 4, dan
menghambat aktifitas proteolitik dari pepsin. Antasida tidak melapisi dinding
mukosa namun memiliki efek adstringen. Secara kimia antasida merupakan
basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung membentuk garam dan air.
Antasida juga dapat menstimulasi sintesis prostaglandinMagnesium hidroksida
dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 311 mg, sedangkan dalam
bentuk sirup tersedia dalam ukuran dosis 400 mg/5 ml, 800 mg/5 ml, dan 2400
ml/10 ml. Antasida lainnya, yakni aluminium hidroksida, dalam bentuk tablet
tersedia dalam ukuran dosis 80 mg, sedangkan dalam bentuk sirup tersedia
dalam ukuran 320 mg/5 ml. Magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida
tersebut sering ditemukan dalam bentuk tablet maupun sirup campuran
keduanya. 12,13
2. H2 Blocker
Antagonis H2 (H2 blocker) adalah kelas obat yang menghalangi aksi histamin
pada reseptor histamin H2 dari sel-sel parietal dalam lambung. Obat beraksi
mengurangi produksi asam lambung. Berikut adalah obat-obatan h2 blocker
a. Simetidin, memiliki struktur imidazole, dapat terdistribusi luas ke seluruh
tubuh, termasuk air susu dan dapat melewati plasenta. Diekskresi sebagian
besar lewat urin, memiliki t½ pendek, meningkat pada gangguan ginjal.
29
30% dosis diinaktivasi lambat dalam hati. 70% dosis eksresi lewat urin
dalam bentuk tidak berubah. 12,13
Dosis : dewasa 200 mg & 400 mg 3x / hari sebelum tidur atau 400 mg
sebelum sarapan & 400 mg sebelum tidur. Anak-anak 20-40 mg/kg BB
b. Ranitidine, memiliki cincin furan dan durasi yang lebih lama dan 5-10 kali
lebih potensial dari simetidin. Ranitidine dimetabolisme dalam hati.
Dosis : 150 mg 2x / hari atau dosis tunggal 300 mg sebelum tidur. 12,13
c. Famotidin, memiliki struktur thiazole, serupa dengan Ranitidin pada aksi
farmakologi. Memiliki aksi 20-60 kali lebih potensial dari Simetidin dan 3-
200 kali lebih potensial dari Ranitidin. Famotidin dimetabolisme dalam
hati. 12,13
Dosis : Ulkus duodenum terapi akut 40 mg 1 x / hari sebelum tidur atau 20
mg 2 x / hari, pemeliharaan 20 mg 1 x / hari sebelum tidur. Kondisi
hipersekresi patologis 20 mg 4 x / hari. 12,13
d. Nizatidin, memiliki struktur kombinasi cincin thiazole Famotidin dan rantai
samping Ranitidin. Serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi dan
potensinya. Nizatidin dieliminasi melalui ginjal dan bioavailabilitas
mendekati 100%.12,13
Dosis : Dewasa 300 mg / hari sebelum tidur atau 150 mg 2 x / hari.
3. Proton Pump Inhibitor (PPI)
Obat-obat golongan proton pump inhibitor mengurangi sekresi asam lambung
dengan jalan menghambat enzim H+, K+, ATPase (enzim ini dikenal sebagai
pompa proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim pompa proton
bekerja memecah KH ATP yang kemudian akan menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke dalam
lumen lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril dari
enzim ini yang menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim.
Kemudian dilanjutkan dengan terhentinya produksi asam lambung. 12,13
30
Dosis : 20 mg sehari. Penghambatan terhadap enzim pompa proton maksimal
bertahan selama 4 jam, tetapi produksi asam lambat kembali ke jumlah normal
(3-5 hari setelah pemakaian dosis tunggal). Kerjanya panjang akibat akumulasi
di sel-sel parietal. Kadar penghambatannya tergantung dosis dan pada
umumnya lebih kuat dari AH2. 12,13
4. Antibiotik
Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba
pada manusia. Sedangkan antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan
oleh mikroorganisme khususnya dihasilkan oleh fungi atau dihasilkan secara
sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan
organisme lain. H.pylori sensitif dengan antibiotik tertentu misalnya
amoxicillin (Amoxillin - Pharos, kapsul 500 mg) dan antibiotik golongan
makrolida misalnya clarithromycin (Comtro-Combiphar, tablet salut selaput
250 mg). Antibiotik lini kedua yang digunakan yaitu tetrasiklin (Tetrin-
Interbat, kapsul 250 mg dan 500 mg), metronidazole (Farizol-Ifars, kaplet 250
mg dan 500 mg), dan ciprofloxacin (Cetafloxo-Soho, kapsul 250 mg dan kaplet
500 mg). Salah satu indikasi semua obat golongan ini adalah untuk
mengeradikasi bakteri H.pylori di saluran cerna.14
Farmakodinamik:
Supresor sekresi asam lambung paling kuat adalah inhibitor dari H+ K+-
ATPase (pompa proton) lambung. Dalam dosis tertentu, obat-obat ini
mengurangi produksi harian asam (basal dan terstimulasi) hingga 80-95% Lima
inhibitor pompa proton yang tersedia untuk penggunaan klinis; omeprazol
31
(PRILOSEC, RAPINEX, ZEGERIT) dan isomerSnya esomeprazole
(NEXIUM), lansoprazole (PREVACID) rabeprazol (ACIPHEX), dan
pantoprazol (PROTONIX). Obat-obat ini memiliki substituen yang berbeda
pada gugus piridin dan atau benzimidazolnya, tetapi memiliki sifat
farmakologis yang sangat mirip. Omeprazol merupakan rasemat; S-isomer,
esomeprazol (S-omeprazol), dieliminasi lebih lambat daripada R-omeprazol,
yang secara teoretis memberikan keuntungan terapeutik karena peningkatan
t1/2. Semua inhibitor pompa proton memiliki efikasi yang ekuivalen pada dosis
sebanding.15
Inhibitor pompa proton merupakan prodrug yang memerlukan aktivasi
dalam lingkungan asam. Setelah absorpsi ke sirkulasi sistemik, produg
berdifusi ke dalam sel-sel parietal lambung dan terakumulasi dalam kanalikuli
seftretori asam. Di sini, prodrug diaktivasi melalui pembentukan sulfenamida
tetrasiklik yang dikatalisasi oleh proton , menjebak obat sehingga obat tidak
dapat berdifusi kembali melewati membran kanalikuli. Bentuk yang telah
teraktivasi kemudian berikatan kovalen dengan gugus sulfhidril dari sistein
dalam H+ K+-ATPase, menginaktivasi molekul pompa secara takreversibel.
Sekresi asam berlangsung kernbali hanya setelah molekul pompa baru telah
disintesis dan dimasukkan ke dalam membran iuminal, menyediakan supresi
sekresi asam diperlama (hingga 24-48 jam), meskipun senyawa induknya
memiliki waktu-paruh plasma yang jauh lebih singkat (0,5-2 jam). Karena
memblok langkah terakhir dari produksi asam, inhibitor pompa proton efektif
dalarn penekanan asam tanpa memperhatikan faktor stimulasi lain. 15
Untuk mencegah degradasi inhibitor pompa proton oleh asam dalam lumen
lambung, sediaan oral tersedia dalam berbagai formulasi:
1) kapsul gelatin yang didalamnya mengandung obat salut-enterik
(omeprazol, esomeprazol, dan lansop razol);
32
2) granul salut-enterik yang tersedia dalam bentuk serbuk untuk suspense
(lansoprazol);
3) tablet salut-enterik (pantoprazol, rabeprazol, dan omeprazol); dan
4) serbuk obat yang dikombinasikan dengan natrium bikarbonat
(omeprazol).
Tablet pelepasan-tertunda dan rablet salut-enterik hanya larut pada pH basa,
semenrara campuran omeprazole dengan natrium bikarbonat hanya
menetralkan asam lambung; kedua strategi ini sangat penting dalam
meningkatkan bioavailibilitas oral dari obat-obat yang labil dalam asam ini.
Pada pasien yang tidak memungkinkan untuk diberikan sediaan oral dan
memerlukan supresi asarn dengan segera dapat diobati dengan secara parenteral
dengan pantoprazol atau "iansoprazol. Bolus intravena tunggai 80 mg
pantoprazol menghambat produksi asam hingga 80-90% dalam waktu satu jam,
dan inhibisi ini bertahan hingga 21 jam, memungkinkan dosis satu kali sehari
untuk memperoleh derajat hipoklorhidria yang diinginkan. 15
33
(sumber: Gilman AG. Goodman and Gilman Dasar Farmakologi dan Terapi . Ed 10 . Jakarta :
EGC ; 2007)15
Farmakokinetik:
34
dilaporkan. lnhibitor pompa proton dapat berinteraksi dengan warfarin
(esomeprazol,"lansoprazol, omeprazol, dan rabeprazol), diazepam (esomeprazol,
dan omeprazol), sefta siklosporin (omeprazoldan rabeprazol). Omeprazol
menghambat CYP2C19 (dengan demikian menurunkan bersihan disulfiram,
fenitoin, dan obat- obat |ain) serta menginduksi ekspresi CYP1A2 (dengan
demikian meningkatkan bersihan imipramin, beberapa obat antipsikotik, takrin,
dan teofilin). 15
Hilangnya keasaman lanbung akibat pengobatan dengan inhibitor pompa proton
kronik dapat memengaruhi bioavaibilitas dari obat-obat seperfi ketokonazol,
esferester ampisilin, dan garamgaram besi. Terapi kronik (inhibitor pompa
proton telah dikaitkan dengan peningkatan frekuensi dari keretakan pinggul)
mungkin menyebabkan penurunan absorpsi kalsium. 15
Hipergastrinemia lebih sering terjadidan lebih parah pada penggunaan inhibitor
pompa protan dibandingkan pada penggunaan antagonis reseptor H, serta kadar
gastrin >500 mg/Lterjadi pada -5-10% dari pasien yang menggunakan omeprazol
kronik. Hipergastrinemia ini dapat memengaruhi hipersekresi asam lambung saat
pengobatan dihentikan). lnhibitar pompa proton memiliki riwayat penggunaan
yang panjang di seluruh dunia tanpa timbulnya masalah seius berkaitan dengan
keamanan obat ini. 15
B. Antagonis Reseptor H2
Farmakodinamik:
Antagonis reseptor H2 menghambat produksi asam melalui kompetisi
reversibel dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada membran
basolateral pada sel- sel parietal. Empat antagonis resepror H, berbeda, yang
terutama berbeda pada profil farmakokinetikanya dan kecenderungannya untuk
menyebabkan interaksi obat, tersedia: simetidin (TAGAMET), ranitidine
(ZANTAC), famotidin (PEPCID), nizatidin (AXID). Obat-obat ini kurang
poten dibandingkan inhibitor pompa proton tetapi tetap dapat menekan sekresi
35
asam lambung selama 24 jam hingga 70 %. Antagonis reseptor H2 terutama
menghambar sekresi asam basal, yang menghasilkan efikasi obat ini dalam
menekan sekresi asam nokturnal. Karena penenru yang paling penting dari
pengobatan ulser duedenum adalah kadar keasaman nokturnal, pemberian
antagonis reseptor H2 pada malam hari merupakan pengobatan memadai pada
sebagian besar kasus. 15
Keempat antagonis reseptor H2 diberikan melalui resep dan formulasi
obat bebas di Apotek untuk pemberian oral. Sediaan inrravena dan
intramuskular dari simetidin, ranitidin, dan famotidin juga tersedia. Apabila
pemberian oral maupun nasogastrik bukan merupakan suatu pilihan, obat-obat
ini dapat diberikan dengan bolus intravena intermiten atau dengan infus
intravena kontinu. 15
Farmakokinetik:
Antagonis reseptor H, diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral,
dengan konsentrasi puncak dalam serum dicapai dalam 1-3 jam. Kadar
terapeutik dicapai dengan cepat setelah pemberian intravena dan dipertahankan
selama 4-5 jam (simetidin) , 6-8 jam (ranitidin), atau 10-12 jam (famotidin).
Tdak seperti inhibitor pompa proton, hanya sebagian kecil dari antagonis
reseptor H2 terikat pada protein plasma. Penyakit hati itu sendiri bukan
merupakan indikasi untuk penyesuaian dosis. Ginjal mengekskresikan obat-
obat ini beserta metabolitnya dengan cara filtrasi dan sekresi tubular ginjal, dan
penting untuk mengurangi dosis antagonis reseptor H2 pada pasien yang
bersihan kreatininnya berkurang. Baik hemodialisis maupun dialysis peritonial
tidak membersihkan obat ini secara signifikan. 15
Reaksi merugikan dan interaksi obat
Antagonis reseptor H2 umumnya dapat ditoleransi dengan baik, dengan
angka kejadian efek merugikan yang kecil (<3%); termasuk diare, sakit kepala,
pusing, kelelahan, nyeri otot, dan konstipasi. Efek samping yang lebih jarang
36
terjadi termasuk pengaruh pada SSP (kebingungan, detirium, halusinasi, bicara
tidak jelas, dan sakit kepala) yang terjadi terutama karena pemberian intravena
atau pada pasien manula. Penggunaan jangka paniang simetidin pada dosis
tunggal mengurangi ikatan testosterone pada reseptor androgen dan menghambat
CYP yang menghidrokiilasl estradiol. Secara klinis, efek-efek ini dapat
menyebabkan galaktorea pada wanita dan ginekomastia, berkurangnya jumlah
sperma, dan impotensi pada pria. Beberapa Iaporan telah mengkaitkan antagonis
reseptor H2 dengan berbagai macam diskrasia darah, termasuk trombositopenia.
Antagonis reseptor H2 melewati plasenta dan diekskresikan melalui ASI. 15
C. Antasid
Antasid tetap digunakan oleh pasien untuk berbagai indikasi. Banyak faktor,
termasuk rasa, menentukan efektivitas dan pilihan antasid yang digunakan .
Walaupun natrium bikarbonat efektif menetralkan asam, senyawa ini sangat larut
dalam air dan dengan cepat diabsorpsi dari lambung, serta alkali dan natrium
dapat menimbulkan risiko pada pasien dengan gagal jantung ataupun ginjal.
Bergantung pada ukuran partikel dan struktur kristal CaCO3 dengan cepat dan
efektif menetralkan asam lambung, tetapi pelepasan CO2 dari antasid yang
mengandung bikarbonat dan karbonat dapat menyebabkan sendawa, mual,
distensi abdominal, dan fatulensi. Kalsium juga dapat menginduksi sekresi asam
kambuhan sehingga memerlukan pengobatan yang lebih banyak. Kombinasi
Mg2+ (bereaksi cepat) dan Al3+. (bereaksi lambat) hidroksida memberikan
kapasitas penetralan yang imbang dan kontinu.15
37
DAFTAR PUSTAKA
38
13. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter. Difasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
14. Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
15. Gilman AG. Goodman and Gilman Dasar Farmakologi dan Terapi . Ed 10 .
Jakarta : EGC ; 2007
16. SILBERNAGL S, LANG F. Teks dan Atlas berwarna patofisiologi. Jakarta:
EGC 2014
39