Anda di halaman 1dari 31

Pembimbing :

dr. M. Iza Indramanto, Sp.PD


Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD Kabupaten Sidoarjo
Diare yang disebabkan oleh
infeksi usus merupakan isu global
dan menjadi penyebab utama
morbiditas di seluruh dunia.
Penatalaksanaan
Klasifikasi
Etiologi
Patofisiologi
Anatomi

Absorbsi

Penyimpanan
kolitis
Pergerakan feses
cepat menuju
anus
Pengenceran
Faktor
pengiritasi
Mukosa
sekresi
mukus
Infeksi
bakteri
+ Diare
+ Nyeri abdomen
+ demam

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon
Infeksi
Virus
Bakteri
Parasit
Iskemik
Artherosklerosis
Volvulus
Hernia Inkarserata
Autoimun
Kolitis Ulceratif
Crohn Disease
Infeksi
Amebiasis kolon
- Entamoeba histolytica
Shigelosis
- S. dysentriae
- S. flexnerii
- S. boydii
- S. sonnei
Kolitis Tuberkulosa
- Mycobacterium tuberculosis
Kolitis Pseudomembran
- Clostridium difficile
E. Coli Patogen
- E. Coli 0157:H7

Infeksi pada kolon yang disebabkan
oleh protozoa Entamoeba hystolytica
(E. hystolytica).
Diperkirakan sekitar 10% populasi dunia
terinfeksi. Prevalensi tertinggi adalah di
daerah tropis, yaitu sekitar 50-80% pada
daerah dengan sanitasi lingkungan
yang jelek dan penduduk yang padat.
Carrier (cyst passer): Ameba tidak
mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa
gejala atau hanya keluhan ringan seperti
kembung, flatulensi, obstipasi, kadang-
kadang diare. Sembilan puluh persen
pasien sembuh sendiri dalam waktu 1
tahun, sisanya (10%) berkembang menjadi
kolitis ameba.

Disentri Ameba Ringan: Kembung, nyeri
perut ringan, demam ringan, diare ringan
dengan tinja berbau busuk serta
bercampur darah dan lendir, keadaan
umum pasien baik.

Disentri Ameba Sedang: Kram perut,
demam, badan lemah, hepatomegali
dengan nyeri spontan.

Disentri Ameba Berat: Diare disertai banyak
darah, demam tinggi, mual, anemia.

Disentri Ameba Kronik: Gejala menyerupai
disentri ameba ringan diselingi dengan
periode normal tanpa gejala, berlangsung
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,
neurasthenia, serangan diare biasanya
timbul karena kelelahan, demam atau
makanan yang sukar dicerna.
Amebisidal:
Iodoquinol
Metronidazol

Infeksi akut pada ileum terminalis dan kolon
yang disebabkan oleh bakteri genus Shigella.
Terdapat 4 spesies Shigella dengan berbagai
serotipenya, yaitu S. dysentriae, S. boydii, S.
flexneri, dan S. Sonnei
Terjadi di pemukiman padat, sanitasi jelek
dan kurang air bersih.
Gejala-gejala shigellosis meliputi:
Onset yang mendadak dari kram
perut, demam tinggi, muntah,
anoreksia, dan diare cairan dalam
jumlah banyak. Kejang dapat
merupakan manifestasi awal.

Nyeri abdominal, tenesmus, urgency,
inkontinensia fekal, dan diare sedikit
berlendir dengan darah merah terang
dapat terjadi.

Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada
pasien yang datang dengan keluhan
nyeri abdomen bawah, rasa panas
rektal, dan diare.

Pemeriksaan mikroskopik tinja
menunjukkan adanya eritrosit dan
leukosit PMN. Untuk memastikan
diagnosis dilakukan kultur dan bahan
tinja segar atau hapusan rektal.

Tatalaksana : rehidrasi dan antibiotik
(ampicillin, kotrimoksazol, tetrasiklin)

Gastroenteritis yang disebabkan oleh strain bakteri
Escherichia coli (E.coli), yang menginfeksi usus
besar dan menghasilkan racun (toksin) yang
secara tiba-tiba. Stereotype E. Coli yang dapat
menyebabkan kolitis adalah E. Coli 0157:H7.

E.coli patogen tersebut didapatkan pada usus
ternak sehat. penularan ke manusia sehingga
menyebabkan KLB adalah lewat daging yang
terkontaminasi pada saat penyembelihan, air
minum yang tercemar dan tempat berenang
yang tercemar
5 fenotip dari E. coli diaregenik :
Enterotoxigenic E coli (ETEC)
Enterohemorrhagic E coli (EHEC)
Enteropathogenic E coli (EPEC)
Enteroinvasive E coli (EIEC)
Enteroaggregative E coli (EAEC)

Gejala klinis : nyeri abdomen yang sangat
(severe abdominal cramp), diare yang
kemudian diikuti diare berdarah dan
sebagian dari pasien disertai nausea (mual)
dan vomiting (muntah). Pada umumnya suhu
tubuh pasien sedikit meningkat atau normal,
sehingga dapat dikelirukan sebagai kolitis non
infeksi.
Diagnosis pasti : Ditemukannya strain E. Coli
0157:H7 melalui kultur tinja menggunakan agar
MacConkey.

Kira-kira 5% dari orang yang terinfeksi E.coli
berkembang menjadi SHU (syndrome Hemolytic-
uremic) yang gejalanya terdiri dari:
anemia hemolitik
trombositopenia
gagal ginjal akut

Tatalaksana : rehidrasi.

Infeksi kolon oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis.

Lebih sering ditemukan di negara berkembang
dengan penyakit tuberkulosis yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat

Gejala klinis : tidak khas (diare ringan tercampur
darah, konstipasi, anoreksia, demam ringan,
penurunan berat badan dan terdapat massa
abdomen kanan bawah).
Diagnosis baku emas :
Ditemukannya kuman M. tuberculosis melalui
pemeriksaan mikroskopik langsung ataupun
kultur biopsi jaringan
Pada pemeriksaan barium enema dapat
ditemukan penebalan dinding, distorsi lekuk
mukosa, ulserasi, stenosis, pseudopolip, atau
masa mirip keganasan di sekum. Mungkin pula
terbentuk fistula di usus halus.
Dengan kolonoskopi didapatkan visualisasi lesi
secara langsung, sekaligus ditemukan
penyempitan lumen, dinding kolon yang kaku,
ulserasi dengan tepi iregular dan edematous.

Tatalaksana : sama dengan TB paru.

Peradangan kolon akibat toksin yang ditandai
dengan terbentuknya lapisan eksudatif
(pseudomembran) yang lekat di permukaan
mukosa. Disebut pula sebagai kolitis terkait
antibiotik sebab umumnya timbul setelah
menggunakan antibiotik (ampisilin,klindamisin
dan sefalosporin)

Clostridium difficile.

Kolitis mungkin sudah timbul sejak sehari setelah
antibiotik digunakan, tetapi mungkin pula baru
muncul setelah antibiotik dihentikan.

Gejala yang paling sering dikeluhkan ialah diare
cair disertai kram perut. Mual dan muntah jarang
ditemukan. Sebagian pasien mengalami demam
walaupun dapat terjadi hiperpireksia, umumnya
suhu tidak melampaui 38
0
C.

Terdapat leukositosis, sering sampai 50.000/mm.
Temuan lain meliputi nyeri tekan abdomen bawah,
dan hipoalbuminemia.

Diagnosis : kultur feses, pemeriksaan toksin
kuman dan kolonoskopi.

Sebagai gold standard
adalah ditemukannya toksin B (sitotoksin) pada
tinja.

Tatalaksana : stop antibiotik, berikan
metronidazol dan vankomisin (kasus berat)

Pada kasus yang berhasil disembuhkan, ternyata
dalam beberapa minggu atau bulan kemudian
sebanyak 15-35% kambuh. Dianjurkan setelah
pengobatan spesifik diusahakan kembalinya flora
normal usus dengan memberikan kuman laktobasilus
atau ragi (Saccharomyces boulardii) selama
beberapa minggu.

Diagnosis
Non-Medikamentosa
Medikamentosa
Laboratorium: Darah Lengkap, Serum
Elektrolit, Fungsi Ginjal, Kultur Feses.
Radiologi : Barium enema
Endoskopi :Kolonoskopi,
rektosigmoidoskopi/sigmoidoskopi
Bed rest
diet lambung.

Tujuan diet : memberikan makanan dan cairan secukupnya,
mencegah dan menetralkan pembentukan asam lambung
yang berlebihan.

Syarat diet :
Makanan dalam bentuk lunak dan mudah dicerna, porsi
kecil tapi sering.
Hindari mengkonsumsi makanan yang merangsang lambung
seperti asam, pedas, terlalu panas/dingin.
Cara pengolahan makanan direbus, kukus, panggang dan
tumis.
Perbaikan keadaan umum, misalnya
infus cairan, bila perlu transfusi darah.
Pengobatan spesifik tergantung dari
identifikasi penyebab

Anda mungkin juga menyukai