DISPEPSIA
Diajukan Kepada :
dr. Wartoto Sp.PD
Disusun Oleh :
Lutfia Putri Bastian
Nim : 2006.031.0168
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Sdr. F
Umur
: 15 th
: Pelajar
Agama
: Islam
Alamat
RM
: 136177
Tgl masuk
: 13 Januari 2011
: cukup
B. Kesadaran
: compos mentis
C. Vital sign
: Tekanan darah
: 120/75 mmHg
Nadi
: 88 x/menit, reguler
Suhu
: 36,5 oc
- Mata
: bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor bagian tengah
(-), tepi hiperemis (-), tremor (-), faring hiperemis (-), tonsil dbn
2. Pemeriksaan leher
Deviasi trakhea (-), pembesaran limfonodi (-),pembesaran kelenjar
thyroid (-), , JVP tidak meningkat.
3. Pemeriksaan thoraks
Pulmo
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
: suara dasar
: vesikuler
suara tambahan
Cor
- inspeksi
- perkusi
Kanan atas
Kiri atas
- palpasi
- auskultasi
4. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
- Perkusi
: timpani
5. Pemeriksaan Ekstremitas
- Udem (-/-) , ekstremitas hangat (-)
- gerakan
- kekuatan
NILAI
NORMAL SATUAN
(MALE)
Darah rutin
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW-CV
RDW-SD
PDW
9.15
5.42
16.2
48.4
89.3
29.9
33.5
306
12.8
41.8
10.6
4.8 10.8
4.2 5.4
12 16
37 47
79 99
27 31
33 37
150 450
11.5 14.5
35 47
9.0 13.0
103/uL
106/uL
g/dL
%
fL
Pg
g/dL
103/dL
%
fL
fL
MPV
P-LCR
Differential
EO#
BASO#
NEUT#
LYMPH#
MONO#
EO%
BASO%
NEUT%
LYMPH%
MONO%
9.5
21.1
7.2 11.1
15.0 25.0
fL
%
0.13
0.00
7.25
1.24
0.53
1.4
0.0
79.2
13.6
5.8
0.045 0.44
0 0.2
1.8 8
0.9 5.2
0.16 1
24
01
50 70
25 40
28
103/dL
103/dL
103/dL
103/dL
103/dL
%
%
%
%
%
Kimia Darah
14/01/2011
NILAI NORMAL
SATUAN
UREUM
CREATININ
SGOT / ASAT
SGPT / ALAT
25.0
0.56
17.8
16.7
10 50
0.60 1.20
< 38
< 42
mg/dl
mg/dl
U/L
U/L
URINALISA
14/01/2011
NILAI NORMAL
SATUAN
Warna
Kekeruhan
Berat Jenis
pH
Glukosa
Protein
Bilirubin
Urobilin
Keton
Nitrit
Kuning
1.005
7.5
Normal
Normal
-
Kuning Muda
Jernih
1,010 1,025
6,0 7,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Blood
+/-
Negatif
Leukosit
Negatif
Leu/ul
IV.
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Kepala dalam batas normal
2. Pemeriksaan leher dalam batas normal
3. Pemeriksaan thoraks
Pulmo
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
: suara dasar
suara tambahan
: vesikuler
: wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
3. Pemeriksaan Laboratorium
V.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dyspepsia dd
i. Gastritis
ii. Tukak Gaster
iii. Ulkus Gaster
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Dispepsia
VII.
TERAPI
Non-farmakologis
-
Bed Rest
farmakologis
Inf RL ~ 16 tpm
Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Sotatic 3x1
P.o Dexanta 3x1
Amoxicilin 3x1
Ulsidek 3x1
VIII. PROGNOSIS
-
PEMBAHASAN
Definisi
Dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut
penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada. Dan di dalam
konsensus Roma II tahun 2000, disepakati bahwa definisi dispepsia sebagai dyspepsia
refers to pain or discomfort centered in the upper abdomen. Secara garis besar, penyebab
sindrom dispepsia ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit organik
(seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung empedu, dll) dan kelompok di mana sarana
penunjang diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi, laboratorium)
tidak dapat memperlihatkan adanya gangguan patologis struktural atau biokimiawi, atau
dengan kata lain, kelompok terakhir ini disebut sebagai gangguan fungsional.
Penyebab Dispepsia
Esofago-gastro-duodenal
Obat-obatan
Hepato-bilier
Pankreas
Pankreatitis, keganasan
Gangguan fungsional
defecation or associated with the onset of a change in stool frequency or stool form (i.e.
not irritable bowel). Jadi ada batasan waktu yang ditujukan untuk meminimalisasikan
kemungkinan adanya penyebab organik. Seperti dalam algoritme penanganan dispepsia,
bahwa bila ada alarm symptoms seperti penurunan berat badan, timbulnya anemia,
melena, muntah yang prominen, maka merupakan petunjuk awal akan kemungkinan
adanya penyebab organik yang membutuhkan pemeriksaan penunjang diagnostik secara
lebih intensif endoskopi dan sebagainya.
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Dispepsia tipe seperti ulkus, yang lebih dominan adalah nyeri epigastrik
2. Dispepsia tipe seperti dismotilitas, yang lebih dominan adalah keluhan kembung,
mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang
3. Dispepsia tipe non-spesifik, tidak ada keluhan yang dominan
Sebelum era konsensus Roma II, ada dispepsia tipe refluks dalam alur penanganan
dispepsia, tapi saat ini kasus dengan keluhan tipikal refluks, seperti adanya heartburn atau
regurgitasi, langsung dimasukkan dalam alur/algoritme penyakit gastroesofageal refluks.
Hal ini disebabkan tingginya sensitivitas dan spesivitas keluhan itu untuk adanya proses
refluks gastroesofageal.
Patofisiologi
Proses patofisiologis yang paling banyak dibicarakan dan potensial berhubungan
dengan dispepsia fungsional adalah hipersekresi asam lambung, infeksi Helicobacter
pylori, dismotilitas gastrointestinal, dan hipersensitivitas viseral.
1. Sekresi asam lambung
Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai tingkat sekresi
asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin yang
rata-rata normal. Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung
terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.
persarafan
vagal
diduga
berperan
dalam
hipersensitivitas
sebagai
pegangan
umum
secara
proporsional
dan
jangan
sampai
Psikoterapi
Dalam beberapa studi terbatas, tampaknya behavioral therapy memperlihatkan manfaatnya
pada kasus dispepsia fungsional dibandingkan terapi baku.
Prognosis
Dispepsia fungsional yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang
yang akurat, mempunyai prognosis yang baik.