HIPOKALEMIA
Disusun Oleh:
Ario Lukas
406182074
Pembimbing:
dr. Edi Setiawan, Sp.PD
Jakarta, …… 2021
Nama : Tn. EC
Umur : 27 tahun
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 16 Oktober 1993
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Setia Kawan 6 No. 29 RT 007 RW 009, Duri Pulo Gambir
Agama : Kristen
Suku : Betawi
Pekerjaan : Wiraswasta
Masuk Rumah Sakit : 27 Mei 2021
I. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 27 Mei 2021 pukul 07.00 WIB di ruang
perawatan lantai 6 RS Sumber Waras, Jakarta.
Keluhan Utama:
Pasien datang ke IGD RS Sumber Waras diantar oleh keluarga tanggal 27 Mei 2021
dengan keluhan lemas anggota gerak 1 hari SMRS terutama di kaki. Lemas dirasakan
muncul tiba-tiba. Lemas bertambah berat sejak pagi hari tanggal 24 Mei 2021. Lemas
terasa di anggota gerak namun lebih berat di kedua tungkai sampai kaki. Pada awalnya,
pasien merasa linu-linu di tangan dan kaki. Pasien mengolesi anggota gerak tubuhnya
dengan balsam namun tidak membaik. Lemas dirasakan sampai tidak bisa berdiri dan
pasien perlu dibantu untuk duduk. Lemas juga disertai kekakuan dan sulit untuk
digerakan. Keluhan sulit bicara, sakit kepala, atau lemah di satu bagian tubuh saja
disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah berobat di tahun 2017 atas keluhan yang sama, dengan diagnose
hipokalemi. Pasien diberikan obat minum tapi pasien lupa nama obatnya
Riwayat Kebiasaan
Pasien adalah seorang perokok dan kebiasaan meminum minuman yang mengandung
alkohol. Pasien bekerja sebagai wirasawasta.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 125/85 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat
Frekuensi napas : 19 x/menit, reguler, isi cukup, abdominotorakal
Suhu : 36,6 0C
Data antropometri
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 170 cm
IMT : 21,8 kg/cm2 (normal)
Pemeriksaan Sistem
• Triceps : +
• Pergelangan : +
• Patella : +
• Achilles : +
•Trofi otot : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Normotonus Normotonus
2222 2222
Indeks Eritrosit
MCV 81,9 fL 75.8 – 96.4
MCH 29,7 pg 26.4 – 33.2
MCHC 36,3 % 31.8 – 35.9
Hitung Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Lekosit
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 4 (H) % 0–3
Neutrofil Staf 0 % 0–6
Neutrofil 53 % 50 – 70
Segmen
Limfosit 32 % 20 – 40
Monosit 11 % 2 - 10
• Ritme: Sinus
• Regularitas: regular
• Axis: normal
• Gelombang P: normal
• Gelombang U: di V5 dan V6
V. DIAGNOSIS BANDING
Thyrotoxicosis periodic paralysis
VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Inf NaCL 09% 500cc 20 tpm
KSR Tab 3x1tab
Infus KCL 50 meq / 24 jam
Spironolacton 1 x 12,5 mg
VII. EVALUASI
Monitor keadaan umum, keluhan, dan tanda – tanda vital pasien
Monitor kadar kalium
Cek parameter tiroid (FT4, T3, dan TSH)
VIII. EDUKASI
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
serta penatalaksanannya
Memberikan penjelasan pasien untuk menjaga agar tidak kambuh
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang cara pencegahan komplikasi
penyakit.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Kalium adalah kation yang berada di intrasel. Kalium berfungsi untuk sintesis
protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran hormone, transport cairan, dan
perkembangan janin. Keseimbangan muatan kalium dicapai dengan kemampuan muatan
negatif intrasel untuk mengikat kalium dan kemampuan kekuatan kimiawi yang
mendorong kalium keluar sel. Keseimbangan kalium dalam plasma dalam keadaan
normal adalah 3,5-5 meq/L. Jika kadar kalium dibawah 3,5 meq/L, maka dinamakan
hipokalemi. Jika kalium lebih dari 5 meq/L, maka dinamakan hiperkalemi.
II. Hipokalemi
a. Penyebab
Jika kalium keluar melalui saluran cerna, biasa keluar melalui muntah, pemasangan
selang NGT, diare, atau pemakaian pencahar.
b. Patofisiologi
Saluran cerna bawah memiliki jumlah kalium lebih banyak, sehingga kalium keluar
bersama bikarbonat (asidosis metabolik).
Terjadi pada latihan berat atau cuaca panas yang membuat keringat keluar sampai 10
liter
Cepat lelah
Nyeri otot
Aritmia – AF, takikardi ventrikuler. Terjadi karena peningkatan arus reentry akibat
perlambatan repolarisasi ventrikel
Gangguan pemekatan urin -- poliuri dan polidipsi
d. Diagnosis
Pada keadaan normal, hipokalemi menyebabkan ekskresi kalium melalui ginjal turun
sampai < 25 meq/hari. Jika ekskresi kalium dalam urin > 40 meq/hari, maka hal ini
tergolong ekskresi yang berlebihan.
Pada keadaan hipokalemi, ekskresi kalium dalam urin > 15 meq/hari tergolong
ekskresi berlebihan melalui renal; sedangkan ekskresi kalium dalam urin < 15 meq/L
tergolong ekskresi berlebih ekstrarenal
Syarat perhitungan ini valid adalah saat osmolalitas urin sama atau lebih dari
osmolalitas plasma dan kadar natrium urin > 25 meq/L. Nilai normal TTKG antara 8 – 9;
jika lebih maka ekskresi kalium di urin naik, sedangkan jika kurang maka pengeluaran
kalium melalui ekstrarenal
1. Ekskresi kalium berlebih renal + asidosis metabolic = ketoasidosis diabetic atau renal
tubular acidosis
2. Ekskresi kalium urin tinggi + alkalosis metabolic dan tensi rendah = Sindrom Bartter
(salt-wasting nephropathy)
5. Ekskresi kalium urin rendah + alkalosis metabolic = muntah kronik atau penggunaan
diuretic lama
e. Tatalaksana
Mutlak
Kuat
Sedang
Penggantian kalium lebih mudah diberi dalam bentuk oral, 40 – 60 meq dapat
menaikkan kadar kalium 1-1,5 meq/L, pemberian 135-160meq dapat meningkatkan
2,5 – 3,5meq/L. Pengenceran KCL IV dilakukan dengan mengencerkan 20 meq dalam
100 Nacl 0,9% dengan kecepatan 10-20meq/jam. Pada aritmia atau kelumpuhan otot
pernapasan dapat diberikan dengan kecepatan 40-100meq/jam. Bila pemberian lewat
vena perifer, maka KCl maksimal 60meq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000cc,
karena bila lebih dapat menyebabkan nyeri dan sklerosis vena
a. Definisi
b. Epidemiologi
Langka (1 / 100.000)
Mutasi genetic terjadi di kanal ion otot skeletal (kanal kalsium tipe L).
Mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami. Diyakini adanya anomaly dalam
bukaan gerbang kanal sehingga terjadi kebocoran ion yang membuat abnormalitas dalam
depolarisasi.
Kelainan ini biasa terjadi di usia dekade pertama dan kedua. Ciri khas kelainan ini
adalah timbul periodic dan tiba-tiba, dipicu aktivitas berat dan konsumsi tinggi
karbohidrat. Hal ini membuat peningkatan kadar epinefrin dan insulin yang
mengakibatkan shift instraselular dari kalium sehingga terjadi penurunan kadar kalium
plasma yang membuat kelemahan otot. Kelemahan otot general yang berat terutama pada
hipokalemi berat (< 2,5 mmol/L). Gejala prodromal yang mungkin terjadi seperti Lelah
atau kesemutan. Kelemahan lebih sering di ekstremitas bawah, akan menjadi fatal bila
mengenai otot pernapasan. Pada pemeriksaan neurologi dapat ditemukan penurunan
kekuatan otot (terutama pada ekstremitas bawah), hiporefleks namun bisa normal saat
tidak serangan. Kelemahan biasanya lebih di arah proksimal daripada distal. Pasien bisa
tidur dalam keadaan baik, ditengah malam atau paginya bisa timbul serangan tiba-tiba
e. Diagnosis
Kecurigaan harus ada jika bertemu pasien dengan kelemahan dan kekakuan seluruh
tubuh di otot proksimal dengan penurunan atau refleks fisiologis yang normal. Jika ada
riwayat keluarga maka diagnosis bisa ditegakan. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan kalium rendah. Pelu dilakukan pemeriksaan parameter tiroid (TSH, T3, T4)
untuk eksklusi hipertiroid Pada pemeriksaan EKG dapat terlihat gambaran hipokalemia.
f. Tatalaksana
Tujuan utama adalah mengembalikan kadar kalium melalui KCL oral karena
diabsorbsi lebih baik (mulai dosis 0,5 – 1 meq/kgBB), dosis bisa dinaikan 30% dosis awal
dan boleh diulang tiap 30 menit sampai gejala hilang. Jika dosis lebih dari 100meq maka
perlu monitor kalium untuk mencegah hiperkalemi (maksimal 200 meq dalam 24 jam
sejak terapi pertama mulai). Perlu juga monitor EKG, kalium serum tiap 24 jam, dan
klinis kelemahan pasien. KCL IV tidak disarankan kecuali sudah aritmia atau ada
kesulitan menelan karena kelemahan otot telan.
a. Definisi
Kelainan yang ditandai hipokalemia tiba-tiba dan ada kelemahan. Biasanya sering di laki-
laki Asia. Kelainan ini merupakan penyerta tirotoksikosis, sering di ekstremitas bawah
b. Patofisiologi
• Onset kelemahan dan kekakuan akut yang simetris dan proksimal di ekstremitas
bawah
• Timbul di pagi hari atau saat istirahat setelah aktivitas atau konsumsi karbohidrat
• Gejala tirotoksikosis: kulit hangat dan lembab, takikardi, demam, eksoftalmus, atau
pembesaran kelenjar
d. Diagnosis
TTKG < 3
e. Tatalaksana
Tujuan utama adalah mengoreksi kadar kalium (oral/IV) maksimal 50 meq dalam
24 jam. Propanolol diberikan untuk mencegah shift intrasel dari kalium dan fosfat dengan
meredam stimulasi hiperadrenergik Na+/K+-ATPase. Propanolol dapat diberikan dengan
dosis 3 mg/kgBB dalam 2 jam. Terapi anti tiroid sebagai terapi penyakit hipertiroid perlu
dilakukan; mungkin dapat dengan pembedahan atau radioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
• Setiati, Siti; Alwi, Idrus; Sudoyo, Aru W.; K., Marcellus Simadibrata; Setiyohadi,
Bambang; Syam, Ari Fahrial. "Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam".
Jakarta Pusat. Interna Publishing. 2014
• Lin SH, Huang CL. Mechanism of thyrotoxic periodic paralysis. Journal of the
American Society of Nephrology. 2012 Jun 1;23(6):985-8.
• Lam L, Nair RJ, Tingle L. Thyrotoxic periodic paralysis. InBaylor University Medical
Center Proceedings 2006 Apr 1 (Vol. 19, No. 2, pp. 126-129). Taylor & Francis.