Anda di halaman 1dari 55

Pemicu 1 Saraf dan

Kejiwaan
Ario Lukas
405150072
Histologi
Jaringan Saraf

• Neuron
Terdiri dari 3 bagian
utama:
badan sel, akson,
dendrit
Jenis = Motorik,
Sensorik, Interneuron
Jaringan Saraf
• Central Nervous System • Peripheral Nervous
 Terdiri dari otak dan System
spinal cord  Saraf tepi
 Pusat pengolahan  Penghubung CNS
informasi pada manusia dengan jaringan /
reseptor / efektor lain
 Relay station: Ganglia
Jaringan Saraf
• Neuroglia
Sel – sel penyokong
Contoh = 1. Mikroglia
2. Oligodendrosit
3. Astrosit Fibrosa dan Astrosit Protoplasmatis
4. Sel Ependym
Jaringan Saraf

 Sinaps
- Merupakan tempat
antarneuron
berhubungan
- Mengubah impuls
menjadi
sinyal kimia
- Bergerak dari presinaps
ke
pascasinaps
- 2 jenis : chemical dan
electrical
Sistem Saraf Pusat
• Terdiri atas:
1. Cerebrum
2. Cerebellum
3. Batang otak
4. Medulla Spinalis
Cerebrum
• Ada 6 lapisan:
1. Lapisan Molekuler
2. Lapisan Granular Luar
3. Lapisan Piramid
4. Lapisan Granular
Dalam
5. Lapisan Ganglioner
6. Lapisan Multiform
Cerebellum
Terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan Molekular luar
2. Lapisan Ganglioner
3. Lapisan Granular

Sel sel yang ada di


lapisan tersebut
a. Molekuler: sel stellate
dan Basket
b. Ganglioner: sel
Purkinye
c. Granular: sel granular,
stellate, dan solitarius
Medulla Spinalis
• Subs. Alba = bagian luar (berisi akson),
• Subs. Grisea = bagian dalam (berisi badan sel dan sinaps
neuron).
• Neuron Motorik (multipolar) di kornu anterior medula
spinalis
Fisiologi Penghantaran Impuls
Penghantaran Impuls
• Potensial Membran =
konstan  keadaan
istirahat (-70 mv); aksi
 ada rangsangan
• Potensial Aksi memiliki
beberapa tahap =
Polarisasi,
Depolarisasi,
Repolarisasi,
Hiperpolarisasi
Penghantaran Impuls pada Neuron
Sinapsis pada neuron
Periode Refrakter
• = periode tidak akan tercetusnya potensial aksi lain oleh
kejaidan pemicu normal di bagian yang baru saja mengalami
potensial aksi.

• Masa refrakter absolut = keadaan dimana potensial aksi


tidak akan terpengaruh lagi oleh stimulus apapun (benar-
benar refrakter = “tidak responsif”)

• Masa refrakter relative = keadaan dimana stimulus bisa


mencetuskan potensial aksi kembali jika stimulu lebih kuat
(hiperpolarisasi tapi tidak melebihi resting)
Gerak Refleks
o Merupakan gerak yang terjadi otomatis diluar
kehendak
o Terjadi dengan cepat
o Hanya terjadi 1 arah
o Lengkung reflex = jalur perjalanan impuls reflex dari
neuron afferent ke interneuron lalu ke efferent
o Posisi otak digantikan oleh interneuron
Gerak Refleks
• Jenis-jenis gerak reflex
1. Autonom = contohnya regulasi TD, pupil mata, otot
polos

2. Somatic = contohnya gerak otot lurik


Keseimbangan
• Pusat keseimbangan = cerebellum
• Bagian- bagian cerebellum=
• - Vestibuloserebelum = mempertahankan keseimbangan
dan gerak mata
• - Spinoserebellum = meningkatkan tonus otot dan
mengoordinasi gerakan volunteer
• - Serebroserebellum = perencaraan dan ingatan procedural

• Keseimbangan juga diatur di telinga dalam pada apparatus


vestibularis
Reseptor Sensorik
• Merupakan penangkap rangsangan (stimulus) 
stimulus adekuat
• Jenis-jenis reseptor berdasarkan stimulusnya:
1. Fotoreseptor
2. Mekanoreseptor
3. Termoreseptor
4. Osmoreseptor
5. Kemoreseptor
6. Nosiseptor
Reseptor Sensorik

General senses: somatic dan visceral.


• Somatic- taktil, suhu, rasa sakit, tekanan and proprioceptif
• Visceral- kondisi organ dalam
• - contoh: pH. Osmolaritas, kadar O2 dan CO2
• Special senses- bau, rasa, visual, audio dan keseimbangan
Berdasarkan kecepatan =
• - Tonik = lambat
• - Fasik = cepat
Reseptor-reseptor pada kulit
1. Vater Pacini = tekanan dan getaran
2. Korpuskula Meissner = sentuhan ringan yang
menggetarkan
3. Ujung Ruffini = suhu panas
4. Ujung Krausse = suhu dingin
5. Badan Merkel = sentuhan ringan yang menetap
dan tekstur
Reseptor Nyeri
• Nosireseptor mekanis : kerusakan mekanis; contoh tersayat,
terpukul, atau cubitan.

• Nosireseptor suhu : suhu ekstrim, terutama panas.

• Nosireseptor polimodal : sama kuat terhadap semua jenis


rangsangan yang merusak, termasuk bahan kimia iritan yang keluar
oleh jaringan yang cedera.

Kepekaan nosiseptor meningkat dengan adanya = prostaglandin 


lebih sakit
Penghambat prostaglandin = Analgesik
Kejang
• kondisi di mana terjadi
pelepasan impuls
elektrik terus menerus
yg menyebabkan otot
berkontraksi terus
menerus.
• Berdasarkan etiologi: primer/sekunder. Bds lokasi asal, bentuk klinis:
generalisata/fokal. Bds frekuensi: isolated, cyclic, atau berulang atau
adanya sekuens yg mendekati status epileptikus.
• Harus dibedakan antara klasifikasi kejang itu sendiri dgn klasifikasi epilepsi
atau sidrom epilepsi.
• Generalized seizure dibagi menjadi 2: convulsive (biasanya tonic-clonic) dan
noncovulsive (yg biasanya kehilangan kesadaran sesaat atau absence alias
bengong termasuk fenomena motorik minor seperti myoclonic ringan,
atonic, atau kejang tonic).
• Epilepsi: biasanya dimulai dgn kejang lokal dan berkembang menjadi kejang
generalisata yg tonic-clonic, sering disebut kejang generalisata tonic-clonic
sekunder, secara umum tidak ada komponen genetik dan merupakan hasil
dari penyakit mendasar – penyakit otak – baik didapat, kelainan malformasi
kongenital atau kelainan metabolik.
• Kejang fokal – adanya fitur tambahan seperti pengalaman subjektif yang
spesifik (aura), berhubungan dgn motorik, autonomik, dan gg kesadaran; yg
kemudian disebut sbg kejang parsial kompleks.
Sisi otak yg terkena Gejala

Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu

Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya

Mati rasa atau kesemutan di bagian


Lobus parietalis
tubuh tertentu

Halusinasi gambaran dan perilaku


Lobus temporalis repetitif yang kompleks
misalnya berjalan berputar-putar

Gerakan mengunyah, gerakan bibir


Lobus temporalis anterior
mencium

Halusinasi bau, baik yg


Lobus temporalis anterior sebelah
menyenangkan maupun yg tidak
dalam
menyenangkan
• Generalized tonic-clonic seizure (grand mal)
 Biasanya didahului oleh ‘warning’ kecil atau tidak ada sama sekali.
Beberapa kali pasien bisa merasakan saat2 akan kejang dgn merasakan
beberapa fenomena subjektif (aura) focal s.
u/beberapa jam pasien tampak apathetic, depresi, iritabel, atau sebaliknya –
terlalu aktif – walaupun yg terakhir ini jarang terjadi.
Pada pasien dgn epilepsi generalisata (biasanya jevenile myoclonic
epilepsy)satu atau lebih sentakan pada lengan atau tungkai pada pagi hari
saat bangun tidur bisa memicu serangan epilepsi di siang hari.
Pada lebih dari separuh kasus kejang generalisata, ada gerakan tertentu
selama beberapa detik sebelum hilang kesadaran (memutar [mungkin
menengokan] kepala dan mata atau sentakan berselang pada tungkai) yg
mana pasien tidak ingat akan kejadian tersebut.
Harus dibedakan antara primer dan sekunder, dapat ditegakan dgn EEG.
Kejang generalisata sekunder ada lesi fokal pada otak. Biasanya pasien
kehilangan kesadaran mendadak, terjatuh, dan bisa menimbulkan luka pada
wajah atau gigi.
• Tanda motorik awal: fleksi lengan, mulut dan mata
terbuka, mata mendelik ke atas. Lengan terangkat ke atas
terabduksi, sikut sedikit fleksi, tangan pronasi. Hal2 tsb
diikuti dgn ekstensi protraksi dimulai dari punggung dan
leher, kmd lengan dan kaki. Bisa terdengar adanya rintihan
yg melengking. Pada spasme tonik, otot2 pernapasan juga
terkena imbasnya kurang O2  sianosis, pupil ditalasi
dan tidak reaktif thd cahaya. Berlangsung 10-20’’.
• Ada perubahan fase dari tonik mjd klonik pada tipe
convulsion. Ada tremor generalisata ringan (yg
merupakan relaksasi dari fase tonik) terjadi gerakan
kelojotan seluruh tubuh disertai dgn ekspresi wajah
‘menyeramkan’. Denyut jantung sgt cepat, TD meningkat,
pupil dilatasi, salivasi dan keringat meningkat, tekanan vu
menigkat 6x lipat dari biasanya. Pasien apneu sampai fase
klonik berhenti. Sentakan klonik (amplitudo dan
frekuensinya) menurun setelah lewat periode 30’’. Hal2 di
atas dapat dipersingkat dgn obat2an antikonvulsif.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and
victor’s principles of neurology. 10th ed. New
York: McGraw-Hill Education; 2014.
PENYEBAB KEJANG ONSET
BARU
Kelainan neurologis primer Kelainan sistemik
• Hipoglikemi
• Idiopatik
• Hiponatremi
• Disgenesis serebral • Status hiperosmolar
• Trauma • Hipokalsemi
• Uremia
• Stroke / malformasi • Ensefalopati hepatik
vaskuler • Porfiria
• Lesi massa • Toksisitas obat
• Infeksi SSP • Withdrawal obat
• Eklampsia
• Ensefalopati • Demam, hipertermia
Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical
neurology. 7th ed. New York: The McGraw-Hill
Companies Inc.; 2009.
Partial Seizures
Generalized Seizure
Kriteria Kejang

Kejang pada BBL Kejang pada bayi usia 0-28 hari

Kejang pada suhu >38°C o.k proses ekstrakranial


Kejang Demam

Kejang lama Kejang >15 menit

Kejang berulang Berulang 3x/lebih dalam 24 jam

Kejang epileptikus Kejang >30 mnt tanpa sadar

Epilepsi Kejang tanpa provokasi > 2x


Pemantauan
KEJANG DEMAM
PP
• Kejang demam ialah
bangkitan kejang yang • 1.lab (darah perifer, elektrolit&gula darah) evaluasi infeksi
terjadi pada kenaikan suhu • 2.Pungsi lumbal:kmngknan meningitis (byi <12bln sngt
tubuh (suhu rektal > 38ºC) dianjurkan)
yang disebabkan oleh proses
• 3.EEG: tdk dpt prediksi kejang b’ulang (KD kompleks/KD
ekstrakranium. fokal)
• Biasanya terjadi anak umur 6 • 4.X-ray: Kelainan neurologik fokal yg menetap (hemipare-
bulan – 5 tahun sis), Paresis N.VI, Papiledema (jarang)

DD
• Meningitis
• Ensefalitis
• Abses otak

Prog: kecacatan/kelainan neurologis,


kematian, kmngknan b’ulang KD
(riwayat,usia <12 bln,temperatur rndh saat
kejang), FR epilepsi (riwayat,KD kompleks,
Kelainan neuro/pkmbgn yg jls sblm KD 1)
KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM KOMPLEKS
SEDERHANA • Kejang lama > 15 menit
– Berlangsung singkat (< 15 • Kejang fokal atau parsial
menit) satu sisi, atau kejang umum
– Umum tonik dan atau didahului kejang parsial
klonik • Berulang atau lebih dari 1
– Umumnya akan berhenti kali dalam 24 jam
sendiri • Kejang berulang: kejang 2
– Tanpa gerakan fokal atau kali atau lebih dalam 1 hari,
berulang dalam waktu 24 diantara 2 bangkitan kejang
jam. anak sadar.
klasifikasi
• simple febrile seizure
• -primary generalized  tonic-clonic
• attack associated with fever, lasting for a Dravet syndrome
-maximum of 15 min, and not recurrent
within a 24-hour period
onset is in the 1st yr of life
• Complex febrile seizure
febrile and afebrile unilateral clonic
• -prolonged (>15 min), is focal, and/or seizures recurring every 1 or 2 mo
recurs within 24 hr more prolonged, are more frequent,
• Febrile status epilepticus and come in clusters
• -febrile seizure lasting >30 min subsequently start to occur with
• generalized epilepsy with febrile lower fevers and then without fever
seizures plus (GEFS+) 2nd yr of life, myoclonus, atypical
• Onset early childhood, remission mid- absences, and partial seizures occur
childhood
• Multiple febrile seizures and several types
frequently and developmental delay
of afebrile generalized seizures, including usually follows.
generalized tonic-clonic, absence,
myoclonic, atonic, or myoclonic astatic
seizures with variable degrees of severity
KRITERIA LIVINGSTONE UNTUK
DIAGNOSIS KEJANG DEMAM SEDERHANA

1. Usia anak pada saat kejang antara 6 bulan – 4 tahun


2. Kejang berlangsung < 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang terjadi dalam 16 jam pertama sejak timbulnya
demam
5. Pemeriksaan neurologis normal saat sebelum dan
sesudah kejang
6. Pemeriksaan EEG setelah suhu badan normal
sedikitnya 1 minggu, tidak menunjukkan kelainan
7. Bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak > 4x
Setia H.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtpt
unimus-gdl-herrysetia-5459-2-babii.pdf
ALGORITMA
TATALAKSANA
Klinis/Lab Ensefalitis Meningitis Meningitis Meningitis Kejang demam
Herpes bakterial/puru serosa serosa virus lama
simpleks lenta tuberkulosa
Awitan akut akut kronik akut Akut
Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari <7 hr
Tipe kejang Fokal/umum umum umum umum Umum/fokal

Singkat/lama singkat singkat Singkat > 15 menit

Kesadaran Sopor-koma Apatis-som Som-sopor Sadar-apatis Somnolen

Pemulihan lama cepat lama cepat Cepat


kesadaran
Tanda -- ++/-- ++/-- +/-- --
meningeal
TIK Sangat ↑ ↑ Sangat ↑ normal normal
Paresis ++/-- +/- +++ --- ---
Pungsi lumbal jernih Keruh/opalese Jernih/ xanto jernih jernih
n
Etiologi Virus HS bakteri M. TBC virus Di luar ssp
Terapi antivirus antibiotik Anti TBC Simtomatik Pykt. dasar
KEJANG DEMAM-EDUKASI
ORANG TUA
Penanganan kejang :
• Tetap tenang dan jangan panik
• Kendurkan pakaian ketat di sekitar leher
• Bila tidak sadar → posisi terlentang dengan kepala
miring; Bersihkan muntahan / lendir di mulut /
hidung
• Ukur suhu; Pantau dan catat lama dan bentuk kejang
• Tetap bersama pasien
• Diazepam rektal. Stop setelah kejang berhenti
• Bawa ke dokter / RS bila kejang > 5 menit

Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S,


editors. Konsensus penatalaksanaan kejang
demam. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi
SEIZURE VS PSEUDOSEIZURE

Vojvodic M, Young A, editors. Toronto notes


2014. Toronto: Toronto Notes for Medical
Students Inc.; 2014.
STATUS EPILEPTIKUS
DEF : kejang yang berlangsung >30menit, atau
2/lbh kejang tanpa pemulihan kesadaran antara
kejang

GK :
•Kejang tonik, klonik, tonik-
klonik

•Nistagmus pd mata /
kedutan pd bahu
Komplikasi :

STATUS EPILEPTIKUS • Anoksia


• Iskemi dan edema serebral
• Rhabdomiolisis dan gagal ginjal
• Pneumonia aspirasi / pneumonitis
• Peningkatan suhu tubuh
• Asidosis
• Hipotensi
• Kematian

• Manajemen hipertermia → berat :


pendinginan, zat yang memblokade
neuromuskuler
• Setelah terkontrol → tingkat
kesadaran, tanda vital, tanda-tanda
trauma akibat kejang, pemeriksaan
neurologis, pemeriksaan paru dan
jantung

Vojvodic M, Young A, editors. Toronto notes 2014. Toronto: Toronto Notes for Medical Students Inc.; 2014.
Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical neurology. 7th ed. New York: The McGraw-Hill Companies Inc.; 2009.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles of neurology. 10th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2014.

Anda mungkin juga menyukai